34
No. Register RS IbnuSina : 090141 Nama : Tn. Damar Umur : 40 tahun JenisKelamin : Laki-laki Agama : Islam Suku/Bangsa : Makassar Alamat : Jalan Pampang 2 No.4 TanggalPemeriksaan : 26 Februari 2015 OlehAsisten/dr. Bangsal : dr. Fuad Fajrin Bangsal/Kamar : Poli Saraf RS Ibnu Sina Masuk RS Tgl : Keluar RS. Tgl : DIAGNOSA MASUK : Migren Tanpa Aura I. ANAMNESA: 1. Keluhan utama : Sakit Kepala Sebelah Kiri VAS 2-3 2. Anamnesa terpimpin: Informasi mengenai keluhan utama : Sakit kepala sebelah kiri sejak 1 bulan yang lalu, sakit kepala terasa berdenyut sebelah kiri ,an mata seperti keluar air mata ( VAS 2-3 ) Informasi riwayat penyakit terdahulu ( penyakit yang mungkin mendasari keluhan umum dan penyakit- penyakit yang pernah diderita ):

Lapsus Migrein Tanpa Aura (Autosaved)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Neuro depart

Citation preview

No. Register RS IbnuSina : 090141

Nama : Tn. Damar

Umur : 40 tahun

JenisKelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Makassar

Alamat : Jalan Pampang 2 No.4

TanggalPemeriksaan : 26 Februari 2015

OlehAsisten/dr. Bangsal : dr. Fuad Fajrin

Bangsal/Kamar : Poli Saraf RS Ibnu Sina

Masuk RS Tgl :

Keluar RS. Tgl :

DIAGNOSA MASUK : Migren Tanpa Aura

I. ANAMNESA:

1. Keluhan utama :

Sakit Kepala Sebelah Kiri VAS 2-3

2. Anamnesa terpimpin:

Informasi mengenai keluhan utama :

Sakit kepala sebelah kiri sejak 1 bulan yang lalu, sakit kepala terasa

berdenyut sebelah kiri ,an mata seperti keluar air mata ( VAS 2-3 )

Informasi riwayat penyakit terdahulu ( penyakit yang mungkin mendasari

keluhan umum dan penyakit-penyakit yang pernah diderita ):

4 November 2014 : Pasien pernah mengalami keluhan yang sama, sakit

kepala sebelah kiri ,berdenyut dan keluar air mata sejak 2 tahun yang lalu

dan memberat saat 1 bulan terkhir dengan VAS 9 , nyeri berkurang

dengan Paracetamol 2 tab, waktu tidur tidak teratur dengan durasi 2 jam

saja dan mata kiri agak sedikit kabur

Diagnose : cephalgia Kronik ec Susp. Migrain

Terapi : PDAK 3 dd 1, sohobion 1 dd 1

15 November 2014 : pasien mengalamai keluhan yang sama dengan VAS

3

Diagnose : cephalgia Kronik ec Susp. Migrain

Terapi : PDAK 3 dd 1, sohobion 1 dd 1

18 Februari 2015 : pasien mengalami sakit kepala sebelah kiri sejak 1

bulan lalu, terasa berdenyut dan mata kiri seperti mau keluar

Diagnose : cephalgia Kronik ec Susp. Migrain

Terapi : PDAK 3 dd 1, neurodex 0-1-0

Anamnesa sistematis:

Demam (-), Trauma (-), mual (-), muntah (-), BAB: biasa, BAK: biasa.

Anamnesa tentang pekerjaan/keluarga/hobi, dan sebagainya:

Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada.

II. PEMERIKSAAN FISIS

PemeriksaanUmum

Kesan : Sakit Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Gizi : Cukup

TekananDarah: 120/80 mmHg

Nadi : 68 x/menit

Suhu : 36,50C

Pernapasan:20 x/menit

Anemi : -

Ikterus : -

Sianosis : -

TORAKS

Paru-Paru

Inspeksi : Simetris (ka=ki), tidak menggunakan otot bantu napas,

hematom (-), jejas (-), jaringan sikatrik (-)

Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-), vocal fremitus (ka=ki),

krepitasi (-)

Perkusi :

Sonor kiri kanan.

Batas paru hepar ICS VI dextra anterior

Batas kanan paru belakang vertebra thorakal X.

Batas kiri paru belakang vertebra thorakal XI.

Auskultasi :

Bunyi Pernapasan: Vesikuler

Bunyi Tambahan:

Rhonki (Rh): - / -

Wheezing (Wh): - / -

Jantung :

Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba

Perkusi :

Pekak relatif, batas jantung:

Kanan atas : ICS II linea parasternalis dextra

Kiri atas : ICS II linea parasternalis sinistra

Kanan bawah : ICS V linea parasternalis dextra

Kiri bawah : ICS V linea midclavicula sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung (-).

ABDOMEN:

Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, jejas (-).

Palpasi : Lemas/Tegang (-), Massa tumor (-), nyeri tekan (-), Hepar (ttb),

Lien (ttb)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltik ada, Kesan Normal.

Pemeriksaan Psikiatris

Emosi dan effek : Baik

Proses berfikir : Baik

Kecerdasan : Baik

Penyerapan : Baik

Kemauan : Baik

Psikomotor :Baik

Status Neurologis: GCS: E4 M5 V6

1. Kepala :

Posisi : Di tengah

Penonjolan : -

Bentuk/ukuran:Normocephal

Auskultasi : -

2. Uratsarafkranial:

N.I (Olfaktorius) : Penghidu

N.II (Optikus) : OD OS

Ketajaman penglihatan : N N

Lapangan penglihatan : N N

Funduskopi : Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N.III, IV, VI: OD OS

Celah kelopak mata

Ptosis: N N

Exoftalmus : N N

Ptosis bola mata

Pupil :

Ukuran/bentuk : Bulat, Ø 2,5 mm BulatØ 2,5 mm

Isokor/anisokor: Isokor Isokor

Refleks cahaya langsung/

Tak langsung : + +

Refleks akomodasi : + +

Gerakan bola mata

Parese kearah - -

Nistagmus - -

N.V (Trigeminus):

Sensibilitas

N.VI : +

N.V2 : +

N. V3 : +

Motorik

Inspeksi/palpasi(istirahat/menggigit) : Tidak Dilakukan

Refleks dagu/masseter : Tidak dilakukan

Refleks kornea : Tidak dilakukan

N. VII (Facialis):

Motorik : m. frontalis m. orbikularis okuli m. orbikularis oris

Istirahat : N N N

Gerakan mimik: N N N

Pengecap 2/3 lidah bagian depan : Tidak dilakukan

N.VIII (Auskultasi):

Pendengaran : Normal

Tes Rinne/weber :Tidakdilakukan

Fungsi vestibularis : Normal

N. IX/X (Glossopharingeus/vagus):

Posisi arkus pharinks (istirahat/AAH) : Di tengah

Reflex telan/muntah : Tidak dilakukan

Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : Tidak dilakukan

Suara : Normal

Takikardi/bradikardi : Tidak dilakukan

N. XI (Accecorius):

Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : Normal

Angkat bahu : Dapat dilakukan

N. XII (Hypoglosus):

Deviasi lidah : Tidak ada

Fasciculasi : Tidak Ada

Atrofi : Tidak Ada

Tremor : Tidak Ada

Ataxia : -

3. Leher:

Tanda-tanda perangsangan selaput otak :

Kaku kuduk : -/-

Kernig’s sign : -/-

Kelenjar limfe : Tidak teraba

Arteri karotis :

Palpasi : Normal

Auskultasi : Tidak Dilakukan

Kelenjar gondok : Tidak Ada

4. Abdomen:

Refleks kulit dinding perut : +

5. Kolumna vertebralis :

Inspeksi : Normal

Pergerakan : Normal

Palpasi : Normal

Perkusi : Normal

6. Ekstremitas: Superior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Motorik:

Pergerakan : N N N N

Kekuatan : 5 5 5 5

Tonus otot : N N N N

Bentuk otot : N N N N

Otot yang terganggu: -

Refleks Fisiologik:

Biceps : + + KPR: + +

Triceps : + + APR: + +

Klonus :

Lutut : Tidak Dilakukan

Kaki : Tidak Dilakukan

Refleks Patologik :

Hoffman-Tromner : - -

Babinski : - -

Oppenheim : - -

Sensibilitas:

*Ekstroseptif:

Nyeri : + + + +

Suhu : Tidak Dilakukan

Rasa raba halus: + + + +

*Proprioseptif:

Rasa sikap : + + + +

Rasa nyeri dalam :+ + + +

*Fungsi kortikal :

Rasa diskriminasi:+ + + +

Stereognosis: + + + +

7. Pergerakan abnormal yang spontan : -

8. Gangguan koordinasi :

Tes jari hidung : Tidak dilakukan

Tes pronasi supinasi : Tidak dilakukan

Tes tumit : Tidak dilakukan

Tes pegang jari : Tidak dilakukan

9. Gangguan keseimbangan :

Tes Romberg : -

10. Tes Gait : Tidak dilakukan

11. Pemeriksaan fungsi luhur :

Memori :Baik

Fungsi bahasa :Baik

Visuospasial :Baik

Fungsi eksekutif :Baik

Fungsi psikomotorik (praksia):Baik

Kalkulasi :Baik

Gnosis : Baik

III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah : -

Urin : -

Liquor cerebrospinalis: -

IV. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK DAN PEMERIKSAAN LAIN-LAIN:

-

V. RESUME:

Seorang laki-laki 40 tahun dating ke poli saraf RS Ibnu Sina dengan keluhan sakit

kepala sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu dengan VAS 2-3. Dirasakan berdenyut pada

kepala bagian kiri, mata seperti keluar air mata dan mata seakan mau keluar.

VI. DIAGNOSA:

Kalau dapat ditetapkan :

Diagnosa klinis : cephalgia kronik

Topis : vaskuler

Etiologis : migrain tanpa aura

VII. DIAGNOSA BANDING:

Cluster headache

VIII. TERAPI:

Paracetamol 3 x 1

Diazepam 3 x 1

Amitriptilin 3 x 1

Kafein 3 x 1

Nuerodex 0 - 1 - 0

IX. PROGNOSA:

qua ad vitam : Bonam

qua ad sanationem: Dubia

X. ANJURAN:

- CT Scan Kepala

- Transcranial Dopler (TCD)

- Terapi relaksasi

- Edukasi life style

- Reflexology

- Pijat

- Hindari factor pencetus

XI. DISKUSI

Pasien dalam kasus ini datang dengan keluhan Sakit kepala sebelah kiri sejak 1

bulan yang lalu, sakit kepala terasa berdenyut sebelah kiri dan mata seperti keluar air

mata ( VAS 2-3 ). Sebenarnya pasien sudah mengalami keluhan yang sama yakni

nyeri sudah dirasakan sejak 4 bulan lalu dan sudah 4 kali memeriksakan diri di poli

saraf RS yang sama, awalnya pasien datang dengan nyeri kepala hebat dengan VAS 9

setelah diterapi nyerinya berkurang namun pasien sering datang jika nyeri kepala

kambuh dan mendapat terapi yang Demam (-), Trauma (-), mual (-), muntah (-),

BAB: biasa, BAK: biasa.

Pasien dalam kasus ini berkeja di warung makan yang mana begadang dan

kesibukan menjadi salah satu faktor pemicu yang memperberat keluhan pasien. Nyeri

kepala sesisi, berdenyut dan berulanng. Serangan nyeri kepala berlangsung lama bila

tidak diobati dengan intensitas nyeri sedang atau berat, dan pada awalnya disertai

mual. Hal demikianlah yang mengarahkan kita pada diagnosis migren tanpa aura.

Berdasarkan Kriteria Diagnosis Migren tanpa aura

Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi criteria B-D

Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau tidak

berhasil diobati)

Nyeri kepala mempunyai sedikitnya 2 diantara karakterisik berikut :

Lokasi unilateral

Kualitas berdenyut

Intensitas nyeri sedang atau berat

Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita menghidari akitifitas

fisik rutin ( seperti berjalan atau naik tangga )

Selama nyerberdenyuti kepala disertai salah satu dibawah ini:

Mual dan/atau muntah

Fotofobia dan fonofobia

Tidak berkaitan dengan kelainan lainnya

Dan menurut kriteria diagnosis, pasien memenuhi :

1. Serangan nyeri kepala yang berlangsung lama, terutama bila tidak diobati

2. Nyeri kepala sebelah kiri, berdenyut dengan intensitas yang awalnya berat, setelah

pengobatan menjadi sedang hingga ringan, dan nyeri kepala ini bertambah berat jika

pasien begadang dan kelelahan.

3. Pada awalnya pasien mual

4. Tidak di sertai riwayat trauma, atau riwayat lain

Dengan melihat VAS pada pasien semakin menurun dengan berlanjutnya terapi sehingga

terapi tetap dilanjutkandan pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, kareana

cukup memenuhi kriteria diangnosis migren tanpa aura.

Terapi yang diberikan ialah terapi abortif dengan

paracetamol 250 mg 3 x1

diazepam 1mg 3 x1

amitriptilin 6,25mg 3 x 1

kafein 25 mg 3 x 1

Namun pasien dalam kasus ini dengan nyeri berulang dan sangat mengganggu

aktifitas boleh dianjurkan untuk menghindari faktor pencetus dari migren yang

dideritasnya yakni istrahat yang cukup dan tidak terlalu capek, namun pasien yang

bekerja sebagai pedangang di warung makan ini merasa sulit untuk memenuhi itu dan

sangat merasa terganggu dengan kambuhnya migren . Sehingga hal ini dapat merupakan

indikasi untuk ditambahkannya terapi profilaksis pada pasien

indikasi terapi profilaksis yakni :

1. Penyakit kambuh beberapa kali dalam sebulan

2. Penyakit berlangsung terus menerus selama beberapa minggu atau bulan

3. Penyakit sangat mengganggu kualitas dan gaya hidup penderita

4. Adanya kontraindikasi atau efek samping yan tidak dapat ditoleransi terhadap terapi

abortif

5. Kecenderungan pemakaian obat yang berlebihan pada terapi abortif.

Melihat indikasi 1-3 pasien memenuhi kriteria untuk diberikan terapi profilaksis,

sehingga pada kunjungan selanjutnya Sabtu 7 Maret 2015 pasien diberikan Flunarizin

5 mg 1x1 sebagai terapi profilaksis.

Namun pasien tetep harus diedukasi untuk sebisa mungkin menghidari faktor

resiko dari migren, mengubah life style dan menghidari makann atau minuman yang

dapat menyebabkan kambuhnya migren pada penderita

TINJAUAN PUSTAKA

MIGREN

A. Definisi

Nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam. Karakteristik nyeri

kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktifitas fisik

yang rutin dan diikuti dengan mual dan/atau fotofobia dan fonofobia.

B. Etiologi

Penyebab migren tidak diketahuai, namun 70-80% penderita migren memiliki anggota

keluarga dekat dengan riwayat migren juga. Risiko terkena migren meningkat 4 kali lipat pada

anggota keluarga para penderita migren dengan aura. Namun, dalam migren tanpa aura tidak ada

keterkaitan genetic yang mendasarinya, walaupun secara umum menunjukkan hubungan antara

riwayat migren dari pihak ibu. Migren juga meningkat frekuensinya pada orang-orang dengan

kelainan mitokondria seperti MELAS (mitochondrial myopathy, encephalopathy, lactid asidosis,

and stoke like episodes ). Pada pasien dengan kelainan genetic CADASIL ( cerebral autosomal

dominant arteriopathy with subcortical infarcts and leukoencephalopathy ) cenderung timbul

migren dengan aura.

C. Klasifikasi

Secara umum migren dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Migren dengan aura

Migren dengan aura disebut juga sebagai migren klasik. Diawali dengan adanya

gangguan pada fungsi saraf, terutama visual, diikuti oleh nyeri kepala unilateral, mual, dan

kadang muntah, kejadian ini terjadi berurutan dan manifestasi nyeri kepala biasanya tidak lebih

dari 60 menit yaitu sekitar 5-20 menit.

2. Migren tanpa aura

Migren tanpa aura disebut juga sebagai migren umum. Sakit kepalanya hampir sama

dengan migren dengan aura. Nyerinya pada salah satu bagian sisi kepala dan bersifat pulsatil

dengan disertai mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia. Nyeri kepala berlangsung selama 4-72

jam.

D. Patofisiologi

Teori Vaskular

Vasokontriksi intracranial dibagian luar korteks berperan dalam terjadinya migren

dengan aura. Pendapat ini diperkuat dengan adanya nyeri kepala disertai denyut yang sama

dengan jantung. Pembuluh darah yang mengalami konstriksi terutama terletak diperifer otak

akibat aktivasi saraf nosiseptif setempat. Teori ini dicetuskan atas observasi bahawa pembuluh

darah ekstrakranial mengalami vasodilatasi sehingga akan teraba denyut jantung. Vasodilatasi ini

akan menstimulasi orang untuk merasakan sakit kepala. Dala keadaan yang demikian,

vasokonstriktor seperti ergotamine akan mengurangi sakit kepala, sedangkan vasodilator seperti

nitrogliserin akan memperburuk sakit kepala.

Teori Neurovaskular dan Neurokimia

Teori vascular berkembang menjadi teori neurovascular yang dianut oleh para

neurologist di dunia. Pada saat serangan migren terjadi, nervus trigeminus mengeluarkan CGRP

(calcitonin gene-related peptide ) dalam jumlah besar. Hal inila yang mengakibatkan vasodilatasi

pembuluh darah multiple, sehingga menimbulkan nyeri kepala. CGRP adalah peptide yang

tergolong dalam anggota keluarga calcitonin yang terdiri dari calcitonin, adrenomedulin dan

amilin. Seperti calcitonin, CGRP ada dalam jumlah yang besar di sel C dari kelenjar tiroid.

Namun CGRP juga terdistribusi luas dalam system saraf central dan perifer, sitem

kardiovaskular, system gastrointestinal, dan system urogenital. Ketika CGRP diinjeksikan ke

system saraf, CGRP dapat menimbulkan berbagai efek seperti hipertensi dan penekanan

pemberian nutrisi. Namun jika diinjeksikan ke sirkulasi sitemik maka yang akan terjadi adalah

hipotensi dan takikardia. CGRP adalah peptide yang memiliki aksi kerja sebagai vasodilator

protein . aksi kerja CGRP dimediasi oleh 2 reseptor yaitu CGRP 1 dan CGRP 2. Pada prinsipnya,

penderita migren yang sedang tidak mengalami serangn mengalami hipereksitabilitas neuron

pada korteks serebral, terutama dikorteks oksipital, yang diketahui dari rekaman MRI dan

stimulasi magnetic transkranial. Hiperksitabilitas ini menyebabkan penderita migren menjadi

rentan mendapat serangan, sebuah keadaan yang sama dengan para pengidap epilepsy.

Pendapat ini diperkuat fakta bahwa, pada saat serangan migren, sering terjadi alodinia

( hipersensitif nyeri ) kulit karena jalur trigeminotalamus ikut tersensitasi saat episode migren.

Mekanisme migren berwujud sebagai refleks trigeminal vascular yang tidak stabil dengan cacat

segmental pada jalur nyeri. Cacat segmental ini yang memasukkan aferen secara berlebihan yang

kemudian akan terjadi dorongan kortibular yang berlebihan. Dengan adanya rangsangan aferen

pada pembuluh darah, maka menimbulkan nyeri yang berdenyut.

Teori Cortical Spearing Depression (CSD)

Patofisiologi migren dengan aura dikenal dengan teori cortical spreading depression

(CSD). Aura terjadi karena terdapat eksitasi neuron disubstansia nigra yang menyebar dengan

kecepatan 2-6 mm/menit. Penyebaran ini diikuti dengan vasodilatasi yang diikuti dengan

vasokontriksi. Prinsip neurokimia CSD ialah pelepasan kalium atau asam amino eksitatorik

seperti glutamate dari jaringan neural sehingga terjadi depolarisasi dan pelepasan

neurotransmitter lagi.

CSD pada episode aura akan menstimulasi nervus trigeminalis nucleus caudatus,

memulai terjadinya migren. Pada migren tanpa aura, kejadian kecil di neuron juga mungkin

merangsang nucleus kaudalis kemudian menginisiasi migren. Nervus trigeminalis yang

teraktivasi akan menstimulasi pembuluh cranial untuk dilatasi. Hasilnya, senyawa-senyawa

neurokimia seperti calcitonin gene-related peptide (CGRP) dan substansi P akan dikeluarkan,

terjadilah ekstravasasi plasma. Kejadian ini akhirnya menyebabkan vasodilatasi yang lebih hebat,

terjadilah inflamasi steril neurogenik pada komplesks trigeminovaskular. Selain CSD, migren

juga terjadi akibat beberapa mekanisme lain, diantaranya aktivasi batang otak bagian rostral,

stimulasi dopaminergik, dan defisiensi magnesium di otak. Mekanisme ini bermanifestasi

pelepasan 5-hidroksitriptamin (5-HT) yang bersifat vasoktriktor. Pemberian antagonis dopamine,

misalnya Proklorperazin, dan antgonis 5-HT, misalnya Sumatripan dapat menghilangkan migren

dengan efektif.

E. Manifestasi Klinis

Migren tanpa Aura

Serangan dimulai dengan nyeri kepala berdenyut di satu sisi dengan durasi serangan

selama 4-72 jam. Nyeri bertambah berat dengan aktivitas fisik dan diikuti dengan nausea dan

atau fotofobia dan fonofobia.

Migren dengan Aura

Sekitar 10-30 menit sebelum sakit kepala dimulai ( suatu periode yang disebut aura),

gejala-gejala yang depresi, mudah tersinggung, gelisah, mual, atau hilangnya nafsu makan

muncul pada sekitar 20% penderita. Penderita yang lainnya mengalami hilangnya pengelihatan

pada daerah tertentu ( bintik buta atau skotoma ) atau melihat cahaya yang berkerlap-kerlip. Ada

juga penderita yang mengalami perubahan gambaran, seperti sebuah benda tampak lebih kecil

atau lebih besar dari sesungguhnya. Beberapa penderita merasakan kesemutan atau kelemahan

pada lengan dan tungkainya. Biasanya gejala-gejala tersebut menghilang sesaat sebelum sakit

kepala dimulai, tetapi kadang timbul bersamaan dengan munculnya sakit kepala, nyeri karena

igren bisa dirasakan pada salah satu sisi kepala atau seluruh kepala. Kadang tangan dan kaki

teraba dingin dan menjadi kebiru-biruan. Pada penderita yang memiliki aura, pola dan lokasi

sakit kepalanya pada setiap serangan migren adalah sama. Migren bisa sering terjadi selama

waktu yang panjang tetapi kemudian menghilang selama beberapa minggu, bulan bahkan tahun

Migren dengan aura dapat dibagi menjadi 4 fase, yaitu :

1. Fase Prodnormal

Sebanyak 50% pasien mengalami fase prodnormal ini yang berkembang pelan-pelan

selama 24 jam sebelum serangan. Gejalanya antara lain kepala terasa ringan, tidak nyaman,

bahkan memburuk bila makan, makanan tertentu seperti makanan manis, mengunyah terlalu kuat

sulit/malas bicara.

2. Fase II Aura

Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan pada pasien

untuk menetukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari

periode ini adalah gangguan pengelihatan (silau atau fotofobia), kesemutan, perasaan gatal pada

wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.

Periode ini berhubungan erat dengan vasokontriksitanpa nyeri yang diawali dengan

perubahan fisiologis awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi

lanjut dan kerusakan responsivitas CO2.

3. Fase III Sakit Kepala

Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihubungkan

dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam, satu hari atau

beberapa hari.

4. Fase IV Pemulihan

Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot atau

ketegangan local. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.

F. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Dilakuakan untuk menyingkirkan sakit kepala yang diakibatkan oleh penyakit

structural, metabolic dan kausa lainnya yang memiliki gejala hampir sama dengan

migren. Selain itu, pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan apakah ada penyakit

komorbid yang dapat memperparah sakit kepala dan mempersulit pengobatannya.

b. Pencitraan

CT scan dan MRI dapt dilakukan dengan indikasi tertentu, seperti pasien baru

pertama mengalami sakit kepala, ada perubahan dalam frekuensi serta derajat keparahan

sakit kepala, pasien mengeluh sakit kepala hebat, sakit kepala persisten, adanya

pemeriksaan neurologis yang abnormal, pasien tidak berespon terhdap pengobatan, sakit

kepala unilateral selalu pada sisi yang sama disertai gejala neurolois kontralateral.

c. Pungsi Lumbal

Indikansinya adalah jika pasien baru pertama kali merasakan sakit kepala, sakit

kepala yang dirasakan adalah yang terburuk sepanjang hidupnya, sakit kepala rekuren,

onset cepat, progresif, kronik dan sulit disembuhkan. Sebelum dilakukan Lumbal Pungsi

seharusnya dilakuakan CT scan atau MRI terlebih dahulu untuk menyingkirkan adanya

massa lesi yang dapat meningkatkan tekanan intracranial.

G. Diagnosis

Migren tanpa aura

a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi criteria B-D

b. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau tidak berhasil

diobati)

c. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya 2 diantara karakterisik berikut :

1. Lokasi unilateral

2. Kualitas berdenyut

3. Intensitas nyeri sedang atau berat

4. Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita menghidari akitifitas

fisik rutin ( seperti berjalan atau naik tangga )

d. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:

1. Mual dan/atau muntah

2. Fotofobia dan fonofobia

e. Tidak berkaitan dengan kelainan lainnya

Migren dengan Aura

Aura tipikal dari gejala visual dan /atau sennsoris atau berbahasa, yang berkembang

secara bertahap, durasi tidak lebih daei 1 jam, bercampur gambaran positif dan negative,

kemudian menghilang sempurna, yang memenuhi criteria migren tanpa aura.

Kriteria diagnostic :

a. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi kriteria B-D

b. Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini tapi tidak dijumpai

kelemahan motorik :

- Gangguan visual yang reversible seperti : positif ( cahaya berkerlap-kerlip ), bintik-

bintik atau garis-garis) dan negative ( hilangnya pengelihatan )

- Gangguan sensoris yang reversible termasuk positif (pain and needles), da/atau

negatif (hilanganya rasa/baal)

- Gangguan bicara disfasia yang reversible

c. Paling sedikit 2 dari dibawah ini :

- Gejala visual homonym dan/atau gekjala sensoris unilateral

- Paling tidak timbul satu macam aura nsecara gradual >5 menit dan/atau jenis aura

lainnya >5 menit

- Masing-masing gejala berlangsung >5 menit dan <60 menit

d. Nyeri kepala memenuhi kriteria B-D

e. Tidak berkaitan dengan kelainan lainnya.

H. Tatalaksana

Medikamentosa

Terapi Abotif

1. Sumatriptan

Sumatriptan cukup efektif jika diberikan secara subkutan dengan dosis 4-6 mg.

dapat diulang sekali setelah 2 jam kemudoian jika dibutuhkan. Dosis maksimal 12 mg per

12 mg per 24 jam. Triptan merupakan serotonin 5-HT –reseptor antagonis. Golongan

obat ini ditemukan dalam suatu penelitian mengenai serotonin dan migren yang

mendapatkan adanya suatu atypical 5-HT receptor. Aktivasi reseptor ini menyebabkan

vasokontriksi arteri yang berdilatasi. Sumatriptan uga terlihat menurunkan aktifitas saraf

trigeminal.

Indikasi : migren akut dengan atau tanpa aura

Dosis dan cara pemberian :

Dapat diberikan secara subcutan dengan dosis 4-6 mg. dapat diulang sekali setelah 2 jam

kemudian jika dibutuhkan. Dosis maksimal 12 mg per 24

Efek samping : flusihing, lemah, mengantuk, mual, muntah, peningkatan tekanan darah

sementara

Kontraindikasi :

- Penyakit jantung iskemik

- Riwayat infark miokard

- Prinzmetal’s angina

- Hipertensi tidak terkontrol

2. Zolmitriptan

Zolmitriptan efektif untuk pengobatan akut dosis awal oral 5 mg. Gejala-gejala

berkurang dalam 1 jam. Obat ini dapat diulang sekali lagi setelah2 jam jika

diperlukan. Dosis maksimal adal 10 mguntuk 24 jam. Zolmitriptan juga dapat

digunakan untuk nasal spray.

Indikasi : untuk mengatasi serangan migren akut dengan atau tanpa aura pada dewasa.

Tidak ditujukan untuk terapi profilaksis migren atau untuktatalaksana migren

hemiplegic atau basilar

Dosis dan cara pemberian :

Pada uji klinis, dosis tunggal 1:2,5 dan 5 mg efektif mengatasi serangan akut. Pada

perbandingan dosis 2,5 dan 5 mg, hanya terjadi sedikit penambahan manfaat dari

dosis yang lebih besar, namun efek samping obat meningkat. Oleh karena itu, pasien

sebaiknya dimulai dari dosis 2,5 mg atau lebih rendah. Jika sakit terasa lagi dosis

dapat diulang setelah 2 jam dan tidak lebih dari 10 mg da;am periode 24 jam.

Efek samping : hiperetesia, parastesia, sensasi hangat dan dingin, nyeri dada, mulut

kering, dyspepsia, disfagia, nausea, mengantuk, vertigo, asthenia, mialgia, miestenia,

berkeringat

Kontraindikasi : pasien dengan oenyakit jantung iskemik ( angina pectoris, riwayat

infark miokard, coronary artery vasospasm, Prinzmetal’s angina ), hipersensitif.

3. Elektriptan

Dosis dan cara pemberian : 20-40 mg po saat onset berlangsung, dapat diulang 2 jam

kemudian sebanyak 1 kali. Dosis maksimum tidak melebihi 80 mg/24 jam.

Efek samping : parestesia, flusing, hangat, nyeri dada, rasa tidak enak pada perut,

mulut kering, dyspepsia, disfagia, nausea, pusing, sakit kepala, mengantuk.

4. Rizartriptan dengan dosis 5-10 mg po saat onset berlangsung, dapat diulang setiap 2

jam selama 2 kali. Dosis maksimum 30mg/24 jam.

5. Natriptan dengan dosis 1-2,5 mg po saat serangan migren akut boleh diulang setelah 4

jam. Dosis maksimum 5mg/24 jam

6. Amlotriptan dengan dosis 6,25-12,5 mg po saat onset berlangsung, dapat diulang

setelah 2 jam sebanyak sekali. Dosis maksimum 25 mg/24 jam

7. Frovatriptan dengan dosis 2,5 mg po saat onset berlangsung dapat diulang setelah 2

jam. Waktu paruh lebih panjang dari eletriptan sehingga sangat membantu bagi

pasien dengan serangan migren yang panjang. Dosis maksimum7,25 mg/24 jam

8. Analgesic seperti aspirin

9. Analgesic opioid seperti meperidin 100 mg IM atau buthorpanol tartat denagn nasal

spray 1 mg untuk setiap lunang hidung. Bisa diulang setelah 2 atau 4 jam berikutnya

10. Dehidroergotamin mesilat 0,5-1 mg IV atau 1-2 mg SC atau IM

11. Proklorperazin 25 mg rectal atau 10 mg IV

12. Cafergot yaitu kombinasi ergotamine tartat 1 mg dan kafein 100 mg. cafergot dapat

diberikan sebanyak 1-2 tablet yang diminum pada saat onset dan serangan atau ketika

gejala-gejala prodnormal berlangsung diikuti dengan 1 ablet per 30 menit. Cafergot

dapat diminum maksimal 6 tablet untuk setiap serangannamun tidak boleh

dkomsumsi lebih dari 10 hari perbulan. Ergotamine harus dihindariuntuk orang hamil

dan bagi orang yang beresiko stroke.

Terapi Profilaksis

Tujuan dari terapi profilaktif adalah untuk mengurani frekuensi berat dan lamanya

serangan, meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan, serta pengurangan

disabilitas. Terapi preventif yang dilaksanakan mencakup pemakaian obat dimulai

dengan dosis rendah yang efektif dinaikkan pelan-pelan sampai dosis efektif. Efek klinik

tercapai setelah 2-3 bualn pengobatan, pemberian edukasi supaya pasien teratur memakai

obat, diskusi rasional tentang pengobatan, efek samping obat. Pasien juga dianjurkan

untuk menulis headache diary yang berguna untuk mengevaluasi serangan, frekuensi,

lama, beratnya serangan, disabilitas dan respon terhadap pengobatan yang diberiakan.

Obat-obatan yang sering diberikan :

a. Beta-blocker

- Propanolol yang dimulai dosis 10-20 mg 2-3 x 1 dan dapat ditingkatkan secara

gradual menjadi 240 mg/hari

- Atenolol 40-160 mg/hari

- Timolol 20-40 mg/hari

- Metoprolol 100-200 mg/hari

b. Calcium Chanel Blocker

- Verapamil 320-480 mg/hari

- Nifedipin 90-360 mg/hari

- Flunarizin 5-10 mg/hari

c. Antidepresan, misalnya amitriptilin 25-125 mg, antidepresan trisiklik yang terbukti

efektif untuk mencegah timbulnya migren

d. Antikonvulsan :

- Asam valproat 250 mg 3-4 x 1

- Topiramat

e. Methysergid, derivative ergot 2-6 mg/hari untuk beberpa minggu sampai bulan efektif

untuk mencegah serangan migren

Non Medikamentosa

Terapi Abotif

Para penderita migren pada umunya mencari tempat yang tenang dan gelap pada

saat serangan migren terjadi karena fotofobia dan fonofobia yang dialaminya. Serangan

juga akan sangat berkurang jika pada saat serangan penderita istriahat atau tidur

Terapi Profilaktif

Pasien harus memperhatikan pencetus dari serangan migren yang dialami, seperti

kurang tidur, setelah memakan makanan tertentu misalnya kopi, keju, coklat, MSG,

akibat stress, perubahan suhu ruangan dan cuaca, kepekaan terhadap cahaya terang, kelap

kelip, perubahan cuaca dan lain-lain. Selanjutnya , pasien diharapkan dapat menghidari

factor-faktor pencetus timbulnya serangan migren. Disamping itu, pasien dianjurkan

untuk berolahraga secara teratur untuk memperelancar aliran darah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams and Victor’s Neurology

2. Gilroy, J. Basic Neurology. 3rd ed. Michigan: McGraw-Hill.2000.p 123-126

3. Srivasta S. Pathophysiology and treatment of migrein and related headache: 2010

4. Katzung, Bertran. Basic and Clinical Pharmacology. 10th edition. Boston:McGraw

Hill.2007.p 289

5. Chawla J. Migrain Headache: Differential Diagnose dan Workup:2010

6. Current Diagnosis dan Treatment in Family Medicine

7. Gladstein, Migren Headache-Prognosis:2010

8. Blanda, M. Migrein Headache: 2010

9. Cawla J. Migraine Headache:2010