56
BAB I PENDAHULUAN Karena kemajuan tehnik diagnosa pada dewasa ini, kasus-kasus intrakranial menjadi lebih sering dilaporkan. Pada umumnya, tumor intrakranial timbul dengan cepat dan progressif, sehingga mendorong penderitanya untuk segera mendapatkan pengobatan ke dokter. Namun tidak demikian hanya dengan kasus-kasus meningioma dimana penderita datang pada keadaan yang sudah lanjut dan tentunya ukuran tumor sudah menjadi sangat besar. Bahkan oleh karena perjalanannya yang sangat lambat sebagian besar kasus tanpa disertai adanya gejala-gejala klinik. Meningioma yang kecil atau dengan gejala yang minimal sering kali ditemukan secara kebetulan. Dari semua otopsi tumor, dilaporkan terdapat 1,44% meningioma intrakranial yang sebagian besar tanpa adanya gejala-gejala klinik. 1 Meningioma merupakan neoplasma intrakranial nomor 2 dalam urutan frekuensinya yaitu mencapai angka 20%. Di intracranial, meningioma banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (2 : 1), sedangkan pada kanalis spinalis lebih tinggi lagi (4 : 1). Meningioma pada bayi lebih banyak pada pria terutama pada golongan umur antara 50-60 tahun dan memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada beberapa anggota di 1

Lapsus Meningioma Negara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

neuroologi

Citation preview

Page 1: Lapsus Meningioma Negara

BAB I

PENDAHULUAN

Karena kemajuan tehnik diagnosa pada dewasa ini, kasus-kasus

intrakranial menjadi lebih sering dilaporkan. Pada umumnya, tumor intrakranial

timbul dengan cepat dan progressif, sehingga mendorong penderitanya untuk

segera mendapatkan pengobatan ke dokter. Namun tidak demikian hanya dengan

kasus-kasus meningioma dimana penderita datang pada keadaan yang sudah

lanjut dan tentunya ukuran tumor sudah menjadi sangat besar. Bahkan oleh karena

perjalanannya yang sangat lambat sebagian besar kasus tanpa disertai adanya

gejala-gejala klinik. Meningioma yang kecil atau dengan gejala yang minimal

sering kali ditemukan secara kebetulan. Dari semua otopsi tumor, dilaporkan

terdapat 1,44% meningioma intrakranial yang sebagian besar tanpa adanya gejala-

gejala klinik. 1

Meningioma merupakan neoplasma intrakranial nomor 2 dalam urutan

frekuensinya yaitu mencapai angka 20%. Di intracranial, meningioma banyak

ditemukan pada wanita dibanding pria (2 : 1), sedangkan pada kanalis spinalis

lebih tinggi lagi (4 : 1). Meningioma pada bayi lebih banyak pada pria terutama

pada golongan umur antara 50-60 tahun dan memperlihatkan kecenderungan

untuk ditemukan pada beberapa anggota di satu keluarga. Korelasi dengan trauma

kapitis kurang meyakinkan. 2

Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum

diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini secara

histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang

mengalami granulasi dan perubahan bentuk. Meningioma intrakranial merupakan

tumor kedua yang tersering disamping Glioma, dan merupakan 13-20% dari

tumor susunan saraf pusat. Etiologi dari tumor ini diduga berhubungan dengan

genetic, terapi radiasi, hormone sex, infeksi virus dan riwayat kepala.

Patofisiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas. 2

1

Page 2: Lapsus Meningioma Negara

Dilaporkan meningioma mempunyai presentase mencapai kira-kira 30%

dari semua Tumor otak primer yang terdiagnosis pada orang dewasa di Amerika

Serikat. Tingkat usia disesuaikan kejadian secara keseluruhan adalah 4,52 per

100.000. Meskipun usia disesuaikan tingkat insiden yang dilaporkan sama di

seluruh kelompok ras, kejadian pada wanita kira-kira dua kali lipat pada pria .

Kejadian meningkat dengan bertambahnya usia, memuncak pada dekade ketujuh

dan kedelapan, tumor ini sangat jarang pada anak-anak.3

BAB II

2

Page 3: Lapsus Meningioma Negara

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Meningioma adalah tumor otak jinak yang berasal dari sel-sel yang

terdapat pada lapisan meningen serta derivat-derivatnya. Di antara sel-sel

meningen itu belum dapat dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi

terdapat hubungan erat antara tumor ini dengan vili arachnoid. Tumbuhnya

meningioma kebanyakan di tempat ditemukan banyak vili arachnoid. Dari

observasi yang dilakukan Mallary (1920) dan didukung Penifield (1923)

didapatkan suatu konsep bahwa sel yang membentuk tumor ini ialah fibroblast

sehingga mereka menyebutnya arachnoid fibroblast atau meningeal fibroblast.

Meningioma berasal dari leptomening yang biasanya berkembang jinak. Chusing,

1922 menamakannya meningioma karena tumor ini yang berdekatan dengan

meningen. 4

Ahli patologi pada umumnya lebih menyukai label histology dari pada

label anatomi untuk suatu tumor. Namun istilah meningioma yang diajukan

Cushing (1922) ternyata dapat diterima dan didukung oleh Bailey dan Bucy

(1931). Orville Bailey (1940) mengemukakan bahwa sel-sel arachnoid berasal

dari neural crest, sel-sel arachnoid disebut Cap cells; pendapat ini didukung

Harstadius (1950), bermula dari unsure ectoderm. Zuich tetap menggolongkan

meningioma ke dalam tumor mesodermal. 5

Gambar 2.1. lokasi meningioma

3

Page 4: Lapsus Meningioma Negara

2.2 ANATOMI MENINGEN

Gambar 2.2 Anatomi Meningea4

Meningea merupakan selaput atau membrane yang terdiri dari connective

tissue yang melapisi dan melindungi otak, terdiri dari tiga bagian, yaitu :

duramater, arachnoid, dan piamater. 4

1. Duramater

Duramater atau pachymeninx dibentuk dari jaringan ikat fibrous.

Secara konvensional duramater ini terdiri dari dua lapis , yaitu lapisan

endosteal dan lapisan meningeal.Lapisan endosteal merupakan lapisan

periosteum yang menutupi permukaan dalam tulang cranium. Lapisan

meningeal merupakan lapisan duramater yang sering disebut dengan cranial

duramater. Terdiri dari jaringan fibrous yang padat dan kuat yang

membungkus otak dan melanjutkan diri menjadi duramater spinalis setelah

melewati foramen magnum yang berakhir sampai segmen kedua dari os

sacrum. Pada pemisahan dua lapisan duramater ini, diantaranya terdapat

sinus duramatris yang berisi darah vena. Sinus venosus atau duramatris ini

menerima darah dari drainase vena pada otak dan mengalir menuju vena

jugularis interna. Dinding dari sinus- sinus ini dibatasi oleh endothelium.

Pada lapisan duramater ini terdapat banyak cabang-cabang pembuluh darah

4

Page 5: Lapsus Meningioma Negara

yang berasal dari arteri carotis interna, a.maxillaris , a. pharyngeus ascendens

, a. occipitalis dan a. vertebralis. Dari sudut klinis , yang terpenting adalah

a.meningea media ( cabang dari a.maxillaris ) karena arteri ini umumnya

sering pecah pada keadaan trauma capitis. Pada duramater terdapat banyak

ujung- ujung saraf sensorik, dan peka terhadap regangan sehingga jika terjadi

stimulasi pada ujung-saraf ini dapat menimbulkan sakit kepala yang hebat.

2. Arachnoid

Lapisan ini merupakan suatu membrane yang impermeable halus,

yang menutupi otak dan terletak diantara piamater dan duramater. Membran

ini dipisahkan dari duramater oleh ruang potensial yaitu spatium subdurale,

dan dari piamater oleh cavum subarachnoid yang berisi cerebrospinal fluid.

Cavum subarachnoid ( subarachnoid space ) merupakan suatu rongga atau

ruangan yang dibatasi oleh arachnoid di bagian luar dan piamater pada

bagian dalam. Dinding subarachnoid space ini ditutupi oleh mesothelial cell

yang pipih. Pada daerah tertentu arachnoid menonjol kedalam sinus venosus

membentuk villi arachnoidales. Agregasi villi arachnoid disebut sebagai

granulations arachnoidales. Villi arachnoidales ini berfungsi sebagai tempat

perembesan cerebrospinal fluid kedalam aliran darah. Arachnoid

berhubungan dengan piamater melalui untaian jaringan fibrosa halus yang

melintasi cairan dalam cavum subarachnoid.Struktur yang berjalan dari dan

keotak menuju cranium atau foraminanya harus melalui cavum subarachnoid.

3. Piamater

Lapisan piamater berhubungan erat dengan otak dan sum-sum

tulang belakang, mengikuti tiap sulcus dan gyrus . Piamater ini merupakan

lapisan dengan banyak pembuluh darah dan terdiri dari jaringan penyambung

yang halus serta dilalui pembuluh darah yang memberi nutrisi pada jaringan

saraf.

Astrosit susunan saraf pusat mempunyai ujung-ujung yang berakhir

sebagai end feet dalam piamater untuk membentuk selaput pia-glia.Selaput

ini berfungsi untuk mencegah masuknya bahan-bahan yang merugikan

5

Page 6: Lapsus Meningioma Negara

kedalam susunan saraf pusat. Piamater membentuk tela choroidea, atap

ventriculus tertius dan quartus, dan menyatu dengan ependyma membentuk

plexus choroideus dalam ventriculus lateralis, tertius dan quartus.

2.3 ETIOLOGI MENINGIOMA

Secara Umum tumor pada menings tidak diketahui penyebabnya tetapi ada

beberapa faktor yang kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya meningioma.

Faktor – faktor itu berupa Usia, lingkungan, hormone, radiasi pengion, gaya hidup

dan factor genetik. 4

Bukti terkuat sampai saat ini peningkatan meningioma terjadinya karena

adanya paparan radiasi pengion. Ini berdasarkan studi yang difokuskan pada

kelompok yang melakukan terapi radiasi penyakit tinea kapitis, tenaga medis yang

terpapar dengan radiasi saat penanganan dan korban bom atom.2,4

Para peneliti sedang mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan asal

usul meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiornas berisi kromosom 22

yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen

supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma

sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain

dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering tetjadi pada usia

nuida. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan

pertumbuhan meningioma. Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan

pertumbuhan tumor. Penyebab kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga

sering memiliki salinan tambahan dari platelet diturunkan faktor pertumbuhan

(PDGFR) dan epidermis reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang mungkin

memberikan kontribusi pada pertumbuhan tumor ini. Sebelumnya radiasi ke

kepala, sejarah payudara kanker, atau neurofibromatosis tipe 2 dapat risiko faktor

untuk mengembangkan meningioma. Multiple meningiomas terjadi pada 5%

sampai 15% dari pasien, terutama mereka dengan neurofibromatosis tipe 2.

Beberapa meningioma memlliki reseptor yaiig berinteraksi dengan hormon seks

progesteron, androgen, danjarang estrogen. Ekspresi progesteron reseptor dilihat

paling sering pada jinak meningiomas, baik pada pria dan wanita. Fungsi reseptor

ini belura sepenuhnya dipahami, dan demikian, sering kali menantang bagi dokter

6

Page 7: Lapsus Meningioma Negara

untuk menasihati pasien perempuan mereka tentang penggunaan hormon jika

mereka memiliki sejarah suatu meningioma. Meskipun peran tepat hormon dalam

peitumbuhan meningioma belum ditentukan, peneliti telah mengamati bahwa

kadang-kadang mungkin meningioma tumbuh lebili cepat pada saat kehamilan.2,4

2.4 PATOFISIOLOGI

Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum

diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini secara

histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang

mengalami granulasi dan perubahan bentuk. Patofisiologi terjadinya meningioma

sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade eikosanoid diduga memainkan

peranan dalam tumorogenesis dan perkembangan edema peritumoral.5

Dari lokalisasinya Sebagian besar meningioma terletak di daerah

supratentorial. Insidens ini meningkat terutama ada daerah yang mengandung

granulatio Pacchioni. Lokalisasi terbanyak pada daerah parasagital dan yang

paling sedikit pada fossa posterior. Etiologi tumor ini diduga berhubimgan dengan

genetik, terapi radiasi, hormon sex, infeksi virus dan riwayat cedera kepala.

Sekitar 40-80% tumor ini mengalami kehilangan material genetik dari lengan

panjang kromosom 22, pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2

merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40%

meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom

familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering

terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan

dengan pertumbuhan meningioma. Terapi radiasi juga dianggap turut berperan

dalam genesis meningioma. Bagaimana peranan radiasi dalani menimbulkan

meningioma masih belum jelas. 6 Pasien yang mendapatkan terapi radiasi dosis

rendah untuk tinea kapitis dapat berkembang menjadi meningioma multipel di

tempat yang terkena radiasi pada dekade berikutnya. Radiasi kranial dosis tinggi

dapat menginduksi terjadinya meningioma setelah periode laten yang pendek.

Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti halnya faktor

etiologi lainnya mekanisme hormon sex hingga memieu meningioma hingga saat

ini masih menjadi perdebatan. Pada sekitar 2/3 kasus meningioma ditemukan

reseptor progesterone. Tidak hanya progesteron, reseptor hormon lain juga

7

Page 8: Lapsus Meningioma Negara

ditemukan pada tumor ini termasuk estrogen, androgen, dopamine, dan reseptor

untuk platelet derived growth factor. Beberapa reseptor hormon sex

diekspressikan oleh meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang spesifik

dan teknik biologi molekuler diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam

konsentrasi yang rendah. Reseptor progesteron dapat ditemukan dalam sitosol dari

meningioma. 7 Reseptor somatostatin juga ditemukan konsisten pada meningioma.

Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan pada

meningioma soliter. Reseptor progesteron yang ditemukan pada meningioma

sama dengan yang ditemukan pada karsinoma mammae. Meningioma secara

bermakna tidak berhubungan dengan karsinoma mammae, tapi beberapa

penelitian lainnya melaporkan hubungan karsinoma mammae dengan

meningioma.2,4,5,6

2.5 GEJALA KLINIS

Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral

akibat edema otak dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik

terjadi akibat destruksi dan kompresi jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala,

muntah, kejang, penurunan kesadaran, gangguan mental, gangguan visual dan

sebagainya. Edema papil dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan pada

stadium yang lebih lanjut. 7

Gejala klinis lain yang paling sering adalah berturut-turut sebagai berikut :

kejang-kejang (48%), gangguan visus (29%), gangguan mental (13%) dan

gangguan fokal (10%)

Timbulnya gejala-gejala ini tergantung pada letak tumor dan tingginya

tekanan intrakranial. Gejala-gejala bermacam-macam sesuai dengan fungsi

jaringan otak yang ditekan atau dirusak, dapat perlahan-lahan atau cepat.

Menurut Leaven, gangguan fungsi otak ini penting untuk diagnosa dini.8

Berikut ini gejala-gejala klinis meningioma sesuai dengan lokasi anatomi 9,10,11

Lokasi Tumor Gejala

8

Page 9: Lapsus Meningioma Negara

Meningioma falx dan parasagital nyeri tungkai

Meningioma Convexitas

kejang, sakit kepala, defisit neurologis

fokal, perubahan status mental

Meningioma Sphenoid

kurangnya sensibilitas wajah, gangguan

lapangan pandang, kebutaan, dan

penglihatan ganda

Meningioma Olfaktoriuskurangnya kepekaan penciuman,

masalah visus.

Meningioma fossa posterior

nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan

spasme otot-otot wajah, berkurangnya

pendengaran, gangguan menelan,

gangguan gaya berjalan,

Meningioma suprasellar

pembengkakan diskus optikus, masalah

visus

Spinal meningioma nyeri punggung, nyeri dada dan lengan

Meningioma Intraorbitalpenurunan visus, penonjolan bola mata

Meningioma Intraventrikular perubahan mental, sakit kepala, pusing

Tabel 2.1 Gejala spesifik berdasarkan lokasi tumor1

2.6 KLASIFIKASI

World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan meningioma ke dalam 3

kelompok berdasarkan derajat keganasannya, yaitu:1,2

a. Derajat I (jinak): meningotelial, fibrous, dan transisional, merupakan kasus

yang paling banyak ditemukan (>90% kasus).

b. Derajat II (atipikal): meningioma dengan 4 figur mitotik atau lebih per 10 high

power field (hpf) atau memiliki 3 atau lebih karakteristik seperti

9

Page 10: Lapsus Meningioma Negara

hiperselularitas, small cell change, nekrosis, loss of pattern of growth, dan

pleomorfisme sel. Ditemukan pada 4,7-7,2% kasus.

c. Derajat III (anaplastik/ganas): meningioma dengan 20 figur mitotik atau lebih

per 10 hpf atau kurang berdiferensiasi dengan penampakan mirip karsinoma

atau sarkoma. Ditemukan pada 1-2,8% kasus.

Secara mikroskopis, meningioma juga dapat dibedakan menjadi tiga macam,

yaitu:3

a. Meningioma meningotelial: sel-sel yang tampak serupa dengan ”arachnoid cap

cells” yang berbentuk poligonal/kumparan.

b. Meningioma psamomateus (Psamoma): terdapat rasa ngeres saat dipotong

dengan pisau karena adanya butir-butir kalsifikasi yang tersebar dalam tumor.

c. Meningioma fibroblastik: mengandung banyak jaringan ikat yang mengelilingi

pulau-pulau sel-sel meningotelial.

Gambar 2.3 Variasi lokasi meningioma.12

Meningioma juga dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasinya.

Berdasarkan lokasi tumor, diurut dari yang paling sering ditemukan adalah,

konveksitas, parasagital, tuberkulum sella, falks, sphenoid ridge, cerebellopontine

10

Page 11: Lapsus Meningioma Negara

angle, frontal base, petroclival, fosa posterior, tentorium, fosa medial,

intraventrikular dan foramen magnum. Selain intrakranial, meningioma juga dapat

timbul secara ekstrakranial walaupun sangat jarang, yaitu pada medula spinalis,

orbita, kavum nasi, glandula parotis, mediastinum dan paru-paru.12

2.7 DIAGNOSIS

Meningioma sebagian besar dapat divisualisasikan dengan CT-scan

dengan kontras, MRI dengan gadolinium, angiografi serta histopatologi. Hal ini

dihubungkan dengan fakta bahwa meningioma ekstra-aksial dan vaskuler. CSF

protein biasanya meningkat jika pungsi lumbal dilakukan. Tidak terdapat tes

laboratorium khusus untuk meningioma.1,4

Dalam review retrospektif dari kasus meningioma atipikal dan anaplastik,

kelangsungan hidup secara keseluruhan rata-rata untuk meningioma atipikal

ditemukan menjadi 11,9 tahun dan 3,3 tahun untuk meningioma anaplastik.

Kelangsungan hidup bebas untuk meningioma atipikal adalah 11,5 tahun dan 2,7

tahun untuk meningioma anaplastik. Meningioma Anaplastik maligna adalah

tumor ganas terutama dengan perilaku agresif. Bahkan jika oleh aturan umum

neoplasma sistem saraf (tumor otak) tidak dapat bermetastasis ke dalam tubuh

(karena adanya sawar darah otak) Meningioma Anaplastik bisa meskipun mereka

berada di dalam rongga otak, mereka berada di bloodside, karena meningioma

cenderung untuk "menghubungkan" diri untuk blood vessels untuk "feed". Sel

kanker dapat melarikan diri ke dalam aliran darah. Inilah sebabnya mengapa

meningioma ketika mereka bermetastasis sering berubah di sekitar paru-paru.

Perlu dicatat bahwa meningioma Anaplastik dan hemangiopericytoma sulit untuk

membedakan (bahkan dengan cara patologis), karena mereka terlihat serupa,

terutama jika kejadian pertama adalah tumor meningeal, dan keduanya tumor

terjadi di tempat yang sama (jenis yang sama dari jaringan)7,9

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dalam mendiagnosis suatu tumor otak, selain klinis, peranan radiologi

sangat besar. Dahulu angiografi, kemudian CT-Scan dan terakhir MRI, terutama

11

Page 12: Lapsus Meningioma Negara

untuk tumor-tumor di daerah fossa posterior, karena CT-Scan sukar mendiagnosis

tumor otak akibat banyaknya artefak, sekalipun dengan kontras. Dengan MRI

suatu tumor dapat dengan jelas tervisualisasi melalui di potongan 3 dimensi,

sehingga memudahkan ahli bedah saraf untuk dapat menentukan teknik operasi

atau menentukan tumor tersebut tidak dapat dioperasi mengingat

risiko/komplikasi yang akan timbul.1,4,11,12

1. Foto polos kepala

Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada

foto polos. Di indikasikan untuk tumor pada mening. Tampak erosi tulang dan

dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak.

Pembesaran pembuluh darah mening menggambarkan dilatasi arteri meningea

yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat

bersifat fokal maupun difus

2. CT scan kepala

Meningioma mempunyai gambaran yang agak khas tetapi tidak cukup

spesifik apabila diagnosis tanpa dilengkapi pemeriksaan angiografi dan eksplorasi

bedah. Angiografi penting untuk menentukan suplai pembuluh darah ke

meningiomanya dan untuk menilai efek di sekitar struktur arteri dan venanya.

Gambar 2.4 Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan meningioma fossa media. Massa kalsifikasi melekat pada anterior tulang petrous kanan.

Terlihat kalsifikasi berbentuk cincin dan punctata. Tidak terlihat adanya edema 13

a. CT-scan kepala tanpa kontras

12

Page 13: Lapsus Meningioma Negara

Kebanyakan meningioma memperlihatkan lesi hiperdens yang homogen

atau berbintik-bintik, bentuknya reguler dan berbatas tegas. Bagian yang

hiperdens dapat memperlihatkan gambaran psammomatous calcifications.

Kadang-kadang meningioma memperlihatkan komponen hipodens yang prominen

apabila disertai dengan komponen kistik, nekrosis, degenerasi lipomatous atau

rongga-rongga.Sepertiga dari meningioma memperlihatkan gambaran isodens

yang biasanya dapat dilihat berbeda dari jaringan parenkim di sekitarnya dan,

hampir semua lesi-lesi isodens ini menyebabkan efek masa yang bermakna.

b. CT-scan kepala dengan kontras

Semua meningioma memperlihatkan enhancement kontras yang nyata

kecuali lesi-lesi dengan perkapuran. Pola enhancement biasanya homogen tajam

(intense) dan berbatas tegas. Duramater yang berlanjut ke lesinya biasanya tebal,

tanda yang relatif spesifik karena bisa tampak juga pada glioma dan metastasis.

Di sekitar lesi yang menunjukkan enhancement, bisa disertai gambaran

hypodense semilunar collar atau berbentuk cincin. Meningioma sering

menunjukkan enhancement heterogen yang kompleks.

Gambar 2.5 CT scan tanpa kontras (kiri) dan dengan kontras (kanan) 11

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

13

Page 14: Lapsus Meningioma Negara

Melalui MRI, suatu jaringan menunjukkan sifat-sifat karakteristik tertentu

pada gambar Tl dan T2 maupun protondensity. Intensitas jaringan tersebut

biasanya berbeda pada gambar Tl dan T2, kecuali lemak, darah segar, kalsifikasi,

maupun peredaran darah yang cepat. Dengan melihatgambar Tl maupun T2 dapat

ditentukan karakteristik suatu tumor apakah tumor tersebut padat, kistik, ada

perdarahan, kalsifikasi, nekrosis maupun lemak dan lain-lain. Intensitas jaringan

tersebut mulai dari hipo, iso dan hiper intensitas terlihat jelas pada T1 dan T2.

Gambar 2.6 MRI T1WI(kiri), T2WI(tengah) dan dengan kontras (kanan) 12

4. Angiografi

Kelainan pembuluh darah yang paling khas pada meningioma adalah

adanya pembuluh darah yang memberi darah pada neoplasma oleh cabang-cabang

arteri sistim karotis eksterna. Bila mendapatkan arteri karotis ekstema yang

memberi darah ke tumor yang letaknya intrakranial maka ini mungkin sekali

neningioma.

Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Arteri dan kapiler

memperlihatkan gambaran vascular yang homogen dan prominen yang disebut

dengan mother and law phenomenon.

14

Page 15: Lapsus Meningioma Negara

Gambar 2.7 Cerebralangiogram dari meningioma sulkus olfaktorius penciuman menunjukkan perpindahan dari arteri serebral anterior (a, b) dan karakteristik

tumor memerah, biasanya karena pasokan arteri karotid eksternal (c).11

5. Histopatologi

Meningioma biasanya berbentuk globuler dan meliputi dura secara luas.

Pada permukaan potongan, tampak pucat translusen atau merah kecoklatan

homogen serta dapat seperti berpasir. Gambaran yang khas adalah adanya pusaran

(whorl) yang mengelilingi materi hialin. Jika pusaran tersebut disertai oleh

deposit kalsium sehingga sebagian atau seluruhnya tampak kalsifikasi, maka

gambaran itu disebut psammoma body. Adanya gambaran ini menunjukkan

prognosis pasien yang lebih baik, karena pertumbuhannya lambat. Pada

umumnya, gambaran histopatologi meningioma spinal sama dengan bagian

meningioma intracranial. Meningothelial meningioma dan transisional

meningioma merupakan gambaran paling umum pada meningioma.10,13

Gambar 2.8 Psamamomatous Meningioma10

2.9 DIAGNOSIS BANDING

1. Schwannomas

Tumor ini juga disebut neuromas, neurinomas, atau neurolemmomas.

Tumor iniberasal dari sel Schwann dari akar saraf, paling sering pada saraf kranial

kedelapan (schwannoma vestibular, sebelumnya disebut schwannoma akustik).

Saraf kranial kelima adalah situs kedua yang paling sering, namun, schwannomas

mungkin timbul dari setiap tengkorak atau tulang belakang akar kecuali saraf

optik dan penciuman, yang myelinated oleh oligodendroglia daripada sel

Schwann. NF tipe 2 sangat predisposes untuk schwannoma vestibular.

Schwannomas dari akar saraf tulang belakang juga terjadi pada pasien dengan tipe

NF 2 sebagai serta pasien dengan tipe NF 1. Schwannomas saraf ke-VIII biasanya

15

Page 16: Lapsus Meningioma Negara

muncul dari divisi vestibular saraf. Karena sistem vestibular menyesuaikan

dengan memperlambat kerusakan saraf ke-VIII, schwannomas vestibular khas

hadir sebagai gangguan pendengaran yang progresif unilateral bukan dengan

pusing atau gejala vestibular lainnya. Unexplained pendengaran unilateral

kehilangan manfaat evaluasi dengan audiometri dan baik batang otak pendengaran

membangkitkan potensi atau scan MRI.10

2. Hemangiopericytomas

Dimasa lalu, hemangiopericytomas disebut meningioma angimatosus.

Hemangiopericytomas berpoliferasi sangat agresif daripada meningioma, selain

itu Hemangiopericytomas adalah tumor hypersellular dengan karekteristik

berdinding tipis bercabang yang disebut “ staghorn” 13

3. Glioma

Meningioma dapat menyerang otak dan mirip dengan glioma, dimana area

yang terkena ada pada leptomenings. Dimana jika dilakukan biopsy didapatkan

protein GFAP dan S100 hasilnya Positif ,10

Glioma merupakan neoplasma dari sel glia, tergantung darimana letak

neoplasma tersebut. Pada glioma dapat dibagi berdasarkan morfologinya, antara

lain Astrositoma, oligodendroma, ependimoma dan medullablastoma. Dari

morfologi itu dapat dikatakan bahwa astrositoma bukan berasal pada astrosit atau

oligodondrioma berinduk pada oligondrosit. 2

2.10 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu

sendiri. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan

pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini

antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh

terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau

radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah berdasarkan

faktor risiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya

mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang

untuk menurunkan kejadian rekurensi.14

16

Page 17: Lapsus Meningioma Negara

Gambar 2.9 Kraniotomi untuk mengekspos tumor meningioma . Setelah tumor diangkat, jaringan otak dapat kembali berkembang di rongga.1

Tumor rekurens dan harapan hidup setelah pembedahan tergantung pada tingkat reseksi dan grade histologi dari tumor.

Kekomplitan pengangkatan tumor adalah secara frekuen digolongkan menurut Simpson scale, yang berkorelasi dengan tingkat recurans

setelah 10 tahun.1,2,4,5,6,8-14

Simpson Grade

Completeness of Resection10-year

Recurrence

Grade Icomplete removal including resection of underlying bone and associated dura

9%

Grade II complete removal + coagulation of dural attachment 19%

Grade III complete removal w/o resection of dura or coagulation 29%

Grade IV subtotal resection 40%

Tabel 2.2 Simpson Grading Scale 14

Beberapa tumor dapat dianggap dioperasi karena lokasi mereka di dekat

area otak yang mengontrol fungsi-fungsi vital seperti pernapasan atau intelek.

Beberapa meningioma ganas tumbuh kembali setelah operasi pengangkatan.

Dalam kasus ini, radiasi dapat digunakan untuk merusak DNA dalam sel membuat

mereka tidak mampu untuk membagi dan bereproduksi. Tujuan dari pengobatan

radiasi adalah untuk memaksimalkan dosis untuk sel tumor yang abnormal dan

17

Page 18: Lapsus Meningioma Negara

meminimalkan paparan sel-sel sehat yang normal. Manfaat radiasi tidak langsung

tetapi terjadi dari waktu ke waktu. Secara bertahap, tumor akan berhenti tumbuh,

menyusut, dan dalam beberapa kasus, benar-benar hilang. Ada dua cara untuk

memberikan radiasi: beberapa dosis rendah (radioterapi) atau dosis tinggi tunggal

(radiosurgery).14,15

2.11 PROGNOSIS

Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan

tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada

orang dewasa kelangsungan hidupnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-

anak, dilaporkan kelangsungan hidup rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak

lebih agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi

sangat besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10%

meningioma akan mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi.14

Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang

dilaporkan, dengan kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah

maka angka kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post

operasi selama lima tahun (1942–1946) adalah 7,9% dan (1957–1966) adalah

8,5%. Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan yang terdahulu yaitu

perdarahan dan edema otak. 7,10,11

BAB III

LAPORAN KASUS

18

Page 19: Lapsus Meningioma Negara

3.1 IDENTITAS

Nama : NWW

Umur : 44 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Bangsa : Indonesia

Suku : Bali

Agama : Hindu

Alamat : Tegal Badeng

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Nomor rekam medik :184975

Tanggal status dibuat :25 September 2015

Dokter yang merawat :dr. I Gusti Putu Ardana, Sp.S

3.2 AUTOANAMNESIS / HETEROANAMNESIS

3.2.1 Penyakit Sekarang

Keluhan utama: Lemah separuh tubuh kiri post operasi meningioma

Keluhan yang berhubungan dengan keluhan utama:

Pasien datang ke IGD RSUD Negara datang sadar untuk control post

operasi meningioma di RSUP Sanglah pada tanggal 14 Agustus 2015. Pasien

dating dengan keluhan kelemahan separuh tubuh kiri dan penglihatan mata kirinya

terganggu. Lemah separuh tubuh kiri dirasakan sejak satu bulan yang lalu setelah

menjalani operasi untuk meningioma. Kelemahan dirasakan mengganggu dan

pasien tidak bisa berjalan sendiri sehingga harus dbantu dengan kursi roda.

Pasien juga mengeluh penglihatan mata kirinya sangat rabun bila

dibandingkan mata kanan. Mata kiri juga dikeluhkan lebih menonjol

dibandingkan mata kanan. Pasien mengatakan hal ini sudah dirasakan sudah

bertahun-tahun dan semakin lama semakin memberat. Sebelum operasi, pasien

mengeluh mata kirinya tidak dapat melihat tulisan sama sekali, saat ini pasien

mengeluh penglihatannya ganda dan buram. Sedangkan penglihatan mata

kanannya dikatakan masih jelas.

19

Page 20: Lapsus Meningioma Negara

Selain itu, pasien juga mengatakan sering mengalami sakit kepala sejak

kurang lebih 6 bulan yang lalu. Sakit kepala terutama dikatakan di kepala sebelah

kanan. Sakit dikatakan sangat berat hingga mengganggu aktivitas. Pasien biasanya

beristirahat dan minum obat penghilang rasa sakit untuk mengurangi sakit

kepalanya. Kurang lebih 3 bulan yang lalu pasien didiagnosis dengan meningioma

di RSUP Sanglah.

Pasien mengatakan sudah menopause sejak setahun yang lalu dan

mengatakan dahulu selalu menggunakan alat kontrasepsi pasang berupa IUD.

Pasien sehari-hari tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga. Pasien tidak

merokok atau pun minum minuman beralkohol.

.

3.2.2 Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Pasien didiagnosis menderita meningioma, sehingga menyebabkan mata kiri

pasien lebih menonjol dan pengliatannya lebih buruk dibandingkan mata

kanannya. Sebulan yang lalu pasien memutuskan melakukan operasi untuk

mengangkat meningioma tersebut, dan sejak saat itu pasien mengeluh lemah pada

separuh tubuh kiri. Riwayat penyakit sistemik lain, seperti kencing manis, tekanan

darah tinggi, penyakit jantung, ginjal, dan asma disangkal oleh pasien.

3.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada keluarga pasien yang pernah mengalami keluhan

yang sama seperti yang dialami pasien saat ini. Riwayat penyakit kencing manis,

tekanan darah tinggi, penyakit jantung, ginjal, dan asma dalam keluarga dikatakan

tidak ada. Riwayat penyakit sistemik lain juga disangkal oleh pasien.

3.2.4 Riwayat Pribadi / Sosial

Lahir : normal Kanan / Kidal : kanan

Mulai bicara : tidak ingat Makanan : biasa

Gagap : tidak ada Minuman keras : disangkal

Mulai jalan : tidak ingat Merokok : tidak

Mulai membaca : tidak ingat Kawin : ya, 1 kali

Jalan waktu tidur : tidak ingat Anak : 2

20

Page 21: Lapsus Meningioma Negara

Ngompol : tidak ingat Abortus : tidak ada

Pendidikan : SMA Kontrasepsi : IUD

Lain-lain : tidak ada

3.3 STATUS PRESENT

Berat : 43 kg Pernapasan

Tinggi : 156 cm Frekuensi : 18 kali/menit

IMT : 17,67 kg/m2 Jenis : torakoabdominal

Tekanan darah, Pola : normal

kanan : 120/70 mmHg Suhu Aksila : 36 oC

kiri : 120/80 mmHg

VAS : 1 (0-10) di luka bekas operasi kepala bagian kanan

Nadi,

kanan : 88 kali / menit

kiri : 80 kali / menit

Kepala

Mata : Konjungtiva pucat (-/-); ikterus (-/-); refleks pupil (+/+);

Ø (3 mm/3 mm)

THT

Telinga : Hiperemik (-); sekret (-); nyeri (-); edema (-)

Hidung : Hiperemik (-); sekret (-); nyeri (-); edema (-)

Tenggorok : Tonsil (T1/T1); Hiperemik (-); nyeri (-); edema (-)

Mulut : Sianosis (-), lainnya: tidak ada

Lainnya :

Leher

Arteri karotis komunis kanan, bruit (-)

Arteri karotis komunis kiri, bruit (-)

Lainnya : tidak ada

Thoraks

Jantung, inspeksi : iktus kordis tidak tampak

palpasi : iktus ckordis tidak teraba; thrill (-)

perkusi : batas atas : ICS II kiri

21

Page 22: Lapsus Meningioma Negara

batas kanan : PSL kanan setinggi ICS V

batas kiri : MCL kiri ICS V + 2 cm

auskultasi : S1 S2 tunggal regular; murmur (-)

Paru, inspeksi : dekstra-sinistra simetris

palpasi : vokal fremitus (normal/normal)

perkusi : suara perkusi (sonor/sonor)

auskultasi : vesikuler (+/+); ronkhi (-/-); wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : distensi (-); asites (-); peristaltik (-)

Auskultasi : bising usus (+); normal

Palpasi

Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Perkusi : timpani

Genitalia : tde

Ekstremitas : akral hangat ; edema

Kulit : sianosis (-)

3.4 STATUS NEUROLOGIKUS

3.4.1 Kesan Umum

Kesadaran : compos mentis (GCS : E 4 V 5 M 6 )

Kecerdasan : sesuai tingkat pendidikan

Kelainan jiwa : tidak ada

Kaku dekortikasi : ( - )

Kaku deserebrasi : ( - )

Refleks leher tonik

(Magnus-deKleijn) : ( - )

Pergerakan mata boneka : tidak dievaluasi

‘Deviation conjugee’ : ( - )

Krisis okulogirik : ( - )

22

_

__

_+

++

+

Page 23: Lapsus Meningioma Negara

Opistotonus : ( - )

Kranium

bentuk : normocephali simetris : simetris

fontanel : normal tertutup kedudukan : normal

perkusi : pekak palpasi : ttb benjolan

transluminasi : hydrocephalus (-) auskultasi : bruit (-)

3.4.2 Pemeriksaan Khusus

Rangsangan Selaput Otak

Kaku kuduk : (-)

Tanda Kernig : (-/-)

Tanda leher Brudzinski

(Brudzinski I) : (-/-)

Tanda tungkai kontralateral Brudzinski

(Brudzinski II) : (-/-)

Saraf Otak Kanan Kiri

Nervus I

Subjektif : tidak ada keluhan

Objektif : normal normal

Nervus II

Visus : 6/6 1/2

Kampus : belum dievaluasi

Hemianopsia : belum dievaluasi

Melihat warna : belum dievaluasi

Skotom : belum dievaluasi

Fundus : belum dievaluasi

Nervus III, IV, VI

Kedudukan bola mata : di tengah di tengah

Pergerakan bola mata : baik ke segala arah baik ke segala arah

Nistagmus : tidak ada tidak ada

Celah mata : normal normal

23

Page 24: Lapsus Meningioma Negara

Ptosis : tidak ada tidak ada

Pupil

bentuk : bulat, reguler bulat, reguler

ukuran : 3 mm 3 mm

Refleks pupil

r. cahaya langsung : miosis miosis

r. cahaya konsensuil : miosis miosis

r. akomodatif /

konvergen : (+) (+)

r. pupil Marcus-Gunn : (-) (-)

Tes Wartenberg : (-) (-)

Nervus V

Motorik : Normal Normal

Sensibilitas : Normal Normal

Refleks kornea

langsung : (+) (+)

konsensuil : (+) (+)

Refleks kornea-mandibuler : (-) (-)

Refleks bersin : (+) (+)

Refleks nasal Becterew : (+) (+)

Refleks maseter : (-) (-)

Trismus : tidak ada tidak ada

Refleks menetek : tidak ada tidak ada

Refleks ‘snout’ : tidak ada tidak ada

Nyeri tekan : tidak ada tidak ada

Nervus VII

Otot wajah saat istirahat

lipatan dahi : simetris kiri kanan

sudut mata : simetris kiri kanan

sulkus nasolabialis : simetris kiri kanan

sudut mulut : simetris kiri kanan

24

Page 25: Lapsus Meningioma Negara

Mengerutkan dahi : normal normal

Menutup mata : normal normal

Meringis : simetris kiri kanan

Bersiul / mencucu : simetris kiri kanan

Gerakan involunter

Tic : negatif negatif

Spasmus : negatif negatif

Lainnya : tidak ada

Indera pengecap

Asin : normal

Asam : normal

Manis : normal

Pahit : normal

Sekresi air mata : normal

Hiperakusis : negatif

Tanda Chvostek : (-) (-)

Reflek Glabela : (-) (-)

Nervus VIII

Mendengar suara bisik

(gesekan jari tangan) : normal normal

Tes garpu tala

Rinne : (+) (+)

Schwabach : normal normal

Weber : tidak ada lateralisasi

Bing : (+) (+)

Tinitus : tidak ada tidak ada

Keseimbangan : normal

Vertigo : tidak ada

Nervus IX, X, XI, XII

Langit-langit lunak : simetris kiri kanan

Menelan : normal

Disartri : tidak ada

25

Page 26: Lapsus Meningioma Negara

Disfoni : tidak ada

Lidah

Tremor : tidak ada

Atrofi : tidak ada

Fasikulasi : tidak ada

Ujung lidah saat istirahat : simetris

Ujung lidah sewaktu

dijulurkan keluar : simetris

Refleks muntah : normal

Mengangkat bahu : normal normal

Fungsi m. sterno-

kleido-mastoideus : normal normal

Anggota Atas Kanan Kiri

Simetris : simetris simetris

Tenaga

M. deltoid

(abduksi l. atas) : 5 1

M. biseps

(fleksi l. atas) : 5 1

M. triseps

(ekstensi l. atas) : 5 2

Fleksi pergelangan

tangan : 5 2

Ekstensi pergelangan

tangan : 5 2

Membuka jari-jari

tangan : 5 2

Menutup jari-jari

tangan : 5 1

Tonus : normal meningkat

26

Page 27: Lapsus Meningioma Negara

Tropik : distropi (-) distropi (-)

Refleks

Biseps : (++) (++)

Triseps : (++) (++)

Radius : (++) (++)

Ulna : (++) (++)

Leri : (+) (+)

Pronasi-abduksi

lengan (Grewel) : (+) (+)

Mayer : (+) (+)

Hoffman-Tromner : (-) (-)

Memegang : (-) (-)

Palmomental : (-) (-)

Sensibilitas

Perasa raba : normal normal

Perasa nyeri : normal normal

Perasa suhu : normal normal

Perasa proprioseptif : normal normal

Perasa vibrasi : normal normal

Stereognosis : normal normal

Barognosis : normal normal

Diskriminasi dua titik : normal normal

Grafestesia : tidak ada tidak ada

Topognosis : normal normal

Parestesia : tidak ada tidak ada

Koordinasi

Tes telunjuk-telunjuk : normal tidak dapat dievaluasi

Tes telunjuk-hidung : normal tidak dapat dievaluasi

Tes hidung-

telunjuk-hidung : normal tidak dapat dievaluasi

Tes pronasi-supinasi

(diadokokinesis) : normal tidak dapat dievaluasi

27

Page 28: Lapsus Meningioma Negara

Tes tepuk lutut : normal tidak dapat dievaluasi

Dismetri : normal tidak dapat dievaluasi

Fenomena lajak

(Stewart Holmes) : normal tidak dapat dievaluasi

Vegetatif

Vasomotorik : normal normal

Sudomotorik : normal normal

Pilo arektor : normal normal

Gerakan involunter

Tremor : negatif negatif

Khorea : negatif negatif

Atetosis : negatif negatif

Balismus : negatif negatif

Mioklonus : negatif negatif

Distonia : negatif negatif

Spasmus : negatif positif

Tanda Trousseau : (-) (-)

Tes Phalen : (-) (-)

Nyeri tekan pada saraf : (-) (-)

28

Page 29: Lapsus Meningioma Negara

Badan

Keadaan kolumna vertebralis

Kelainan lokal : tidak ada

Nyeri tekan/ketok lokal : tidak ada

Gerakan

Fleksi : bde

Ekstensi : bde

Deviasi lateral : bde

Rotasi : bde

Kanan Kiri

Keadaan otot-otot : simetris, atrofi (-)

Refleks kulit

dinding perut atas : (+) (+)

Refleks kulit dinding

perut bawah : (+) (+)

Refleks Kremaster : tde tde

Refleks anal : bde bde

Sensibilitas

29

Page 30: Lapsus Meningioma Negara

Perasa raba : normal normal

Perasa nyeri : normal normal

Perasa suhu : normal normal

Koordinasi

Asinergia serebelar : bde

Vegetatif

Kandung kencing : normal

Rektum : normal

Genitalia : normal

Gerakan involunter : tidak ada

Anggota Bawah Kanan Kiri

Simetri : simetris simetris

Tenaga

Fleksi panggul : 5 1

Ekstensi panggul : 5 1

Fleksi lutut : 5 1

Ekstensi lutut : 5 1

Plantar-fleksi kaki : 5 1

Dorso-fleksi kaki : 5 1

Gerakan jari-jari kaki : 5 1

Tonus : normal meningkat

Trofik : normal normal

Refleks

Lutut (KPR) : (++) (++)

Achilles (APR) : (++) (++)

Supinasi-fleksi

kaki (Grewel) : (++) (++)

Plantar : (++) (++)

Babinsky : (-) (-)

Oppenheim : (-) (-)

Chaddock : (-) (-)

30

Page 31: Lapsus Meningioma Negara

Gordon : (-) (-)

Schaefer : (-) (-)

Stransky : (-) (-)

Gonda : (-) (-)

Bing : (-) (-)

Mendel-Bechterew : (-) (-)

Rossolimo : (-) (-)

Klonus

Paha : (-) (-)

Kaki : (-) (-)

Sensibilitas

Perasa raba : normal normal

Perasa nyeri : normal normal

Perasa suhu : normal normal

Perasa proprioseptif : normal normal

Perasa vibrasi : normal normal

Diskriminasi dua titik : normal normal

Grafestesia : normal normal

Topognosis : normal normal

Parestesia : tidak ada ada

Koordinasi

Tes tumit-lutut-ibu

jari kaki : normal tidak dapat dievaluasi

Tes ibu jari kaki-

telunjuk : normal tidak dapat dievaluasi

Vegetatif

Vasomotorik : normal

Sudomotorik : normal

Pilo arektor : normalnormal

Gerakan involunter

Tremor : (-) (-)

Khorea : (-) (-)

31

Page 32: Lapsus Meningioma Negara

Atetosis : (-) (-)

Balismus : (-) (-)

Mioklonus : (-) (-)

Distonia : (-) (-)

Spasmus : (-) (+)

Tes Romberg : bde

Nyeri tekan pada saraf : (-) (-)

Fungsi Luhur

Afasia motorik : tidak ada

Afasia sensorik : tidak ada

Afasia amnestik (anomik) : tidak ada

Afasia konduksi : tidak ada

Afasia global : tidak ada

Agrafia : tidak ada

Aleksia : tidak ada

Apraksia : tidak ada

Agnosia : tidak ada

Akalkulia : tidak ada

Pemeriksaan Lain

Tanda Myerson : tidak ada

Tanda Lhermitte : tidak ada

Tanda Naffziger : tidak ada

Tanda Dejerine : tidak ada

Tanda Tinel : tidak ada

Tanda Lasegue : (-) (-)

Tanda O’Connel

(Lasegue silang) : (-) (-)

Lainnya : (-) (-)

Bragad : (-) (-)

Sicard : (-) (-)

32

Page 33: Lapsus Meningioma Negara

Pattrick : (-) (-)

Kontra Pattrick : (-) (-)

Tanda Valsava : (-) (-)

3.5 RESUME

Pasien wanita berusia 44tahun, suku Bali, kinan, datang ke IGD RSUD

Negara setelah menjalani operasi meningioma di RSUP Sanglah pada tanggal 14

Agustus 2015. Pasien datang mengeluh lemah separuh tubuh disertai mengeluh

mengalami gangguan penglihatan dan nyeri kepala. Riwayat tidak sadar saat

kejang (-), visus OD 6/6 dan OS 1/2.

Status Present

Tekanan darah : 120/70 mmHg (kanan)

120/80 mmHg (kiri)

Nadi : 88 x/menit

Pernapasan : 18 x/menit

Suhu Aksila : 36 o C

Status General : dbn

Status Neurologis

GCS E4V5M6

Hemiparesis Sinistra

Visus OD 6/6 , OS 1/2

3.7 DIAGNOSIS TOPIK

Konveksitas sinistra, fossa posterior, dan sphenoid wing sinistra.

3.8 DIAGNOSIS BANDING

Observasi konvulsi e.c meningioma fossa posterior

Observasi konvulsi e.c glioma

3.9 DIAGNOSIS MUNGKIN

Meningioma fossa posterior

Hemiparesis Sinistra post operasi meningioma

33

Page 34: Lapsus Meningioma Negara

3.10 PENATALAKSANAAN

Phenytoin 3 x 1

Citicholin inj. 2 x 1

Asam Folat 2 x 1

Fisioterapi

3.11 PROGNOSIS

Ad Vitam : Dubius ad bonam

Ad Functionam : Dubius ad malam

Ad Sanationam : Dubius ad malam

34

Page 35: Lapsus Meningioma Negara

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam kasus ini, berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien datang

dengan keluhan utama lemah separuh tubuh post operasi meningioma di RSUP

Sanglah satu bulan yang lalu. Selain itu, pasien juga mengeluh adanya gangguan

penglihatan pada mata kirinya dimana mata kiri pasien juga tampak lebih

menonjol dibandingkan mata kanannya. Hemiparesis berarti kelemahan pada satu

sisi tubuh. Contohnya, pasien dapat mengeluhkan kelemahan pada satu sisi tubuh

yang mengarah pada lesi hemisfer serebri kontralateral. Hal ini dapat dikaitkan

dengan letak meningioma yang mungkin menekan saraf yang berhubungan.

Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu

sendiri. Terapi yang dipilih adalah operasi, sesuai dengan algoritma

penatalaksanaan meningioma dimana pada pasien ini merupakan primary tumor

yang symptomatic. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif

sebagai pilihan pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal

massa tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi

dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi

sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya

berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi

tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak,

dan tulang untuk menurunkan kejadian rekurensi.

35

Page 36: Lapsus Meningioma Negara

Algoritma penanganan meningioma

Pada saat dilakukan operasi, didapat Tumor dengan klasifikasi simpson Grade III,

dimana terdapat tumor di sinus yang ditinggalkan.

Klasifikasi Simpson

Setelah operasi pada pasien ini diberikan terapi kortikosteroid. Mekanisme

aksi kortikosteroid pada tumor otak termasuk penurunan permeabilitas pembuluh

darah, efek sitotoksik pada tumor, penghambatan pembentukan tumor, dan

penurunan produksi CSF. Sehingga pada kasus ini pemberian kortikosteroid

diharapkan dapat mengurangi gejala dan mencegah terjadinya edema.

Pada umumnya prognosa meningioma baik, karena pengangkatan tumor

yang sempurna akan memberikan peyembuhan yang permanen. Pada orang

dewasa relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate

36

Page 37: Lapsus Meningioma Negara

lima tahun adalah 75%. Pada kasus ini prognosis terhadap fungsi anggota gerak

dikatakan ad malam, mengingat defek yang disebabkan oleh meningioma cukup

besar. Oleh karena itu pada pasien ini direncanakan akan dilakukan fisioterapi.

Dalam kasus meningioma Grade II dan III, standar saat ini melibatkan pengobatan

radiasi pascaoperasi terlepas dari tingkat reseksi bedah. Hal ini disebabkan tingkat

kekambuhan yang lebih tinggi. Diharapkan dengan radiasi dan pemberian

modulasi hormon, tumor yang tersisa tidak bertambah besar, tidak bertambah

banyak, dan tidak berulang. Pasien juga harus diberitahu untuk tidak

menggunakan kontrasepsi hormonal.

Pasien diperbolehkan pulang 1 minggu setelah operasi dengan keadaan

umum baik. Prognosis  ad vitam pada pasien ini bonam. Ad fungsionam dubia ad

malam, sangat susah untuk mengembalikan fungsi penglihatan, tanpa melihat

ukuran tumor dan pendekatan pembedahan. Pada pasien ini terdapat defek visual

pada mata kiri, sehingga kemungkinan kembalinya fungsi penglihatan sangat

sulit. .

Penatalaksanaan lanjutan yang yang diberikan pada pasien ini adalah

melakukan konsultasi dengan fisioterapi. Hal ini bertujuan untuk membantu

pasien memulihkan lagi bagian tubuh yang mengalami kelemahan. Latihan ini

juga bertujuan menghindari terjadinya kekakuan akibat atrofi otot jika pasien

selalu dalam posisi statis. Farmakoterapi yang diberikan antara lain bertujuan

terutama untuk menangani kejang yang menjadi keluhan utama dan alasan pasien

dirawat inap. Adapun farmakoterapi yang diberikan berupa phenytoin 3 x 1 per

oral sebagai anti konvulsan, citicholine 2 x 1 per oral sebagai pelindung sel-sel

saraf (neuroprotektor) dan asam folat 2 x 1 untuk perbaikan sel saraf.12

37

Page 38: Lapsus Meningioma Negara

SIMPULAN

Pada kasus ini, dimana seorang wanita 44 tahun terdiagnosis dengan

meningioma dan telah melakukan operasi reseksi 1 bulan yang lalu, dating saat ini

dengan keluhan kelemahan separuh tubuh kiri disertai gangguan penglihatan mata

kiri. Meningioma adalah tumor pada meninges, yang merupakan selaput

pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Secara Umum tumor pada

menings tidak diketahui penyebabnya tetapi ada beberapa faktor yang

kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya meningioma. Faktor – faktor itu

berupa Usia, lingkungan, hormone, radiasi pengion, gaya hidup dan factor

genetik. Dari lokalisasinya Sebagian besar meningioma terletak di daerah

supratentorial. Insidens ini meningkat terutama ada daerah yang mengandung

granulatio Pacchioni. Lokalisasi terbanyak pada daerah parasagital dan yang

paling sedikit pada fossa posterior.

Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral akibat

edema otak dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat

destruksi dan kompresi jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang,

penurunan kesadaran, gangguan mental, gangguan visual dan sebagainya. Edema papil

dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan pada stadium yang lebih lanjut.

Dalam mendiagnosis suatu tumor otak, selain klinis, peranan radiologi sangat

besar. Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu sendiri.

Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan pertama.

Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi

tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada

kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi dan prognosisnya

adalah baik, karena pengangkatan tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan

yang permanen.

Pada pasien ini terapi lanjutan yang diberikan selain obat-obatan berupa

phenytoin, citicolin dan asam folat adalah dilakukan fisioterapi secara berkala

guna memulihkan fungsi kerja ekstremitas tubuh sebelah kiri.

38

Page 39: Lapsus Meningioma Negara

DAFTAR PUSTAKA

1. Lombardo, mery carter. 2005. Patofisiologi : konsep Klinis Proses-proses

Penyakit. Jakarta: EGC (Hlm 1193)

2. Rasjad, chairudin. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta: EGC

3. Mardjono M, sidharta. 2003. Penyakit Dalam: Neurologi Klinis Dasar.

Jakarta: FKUI (Hlm 393-4)

4. Luhulima JW. 2003. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat.

Makassar: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

5. Patogenesis, histopatologi, dan klasifikasi meningioma[cited 2009

November 20]. Availble from:

http://www.neuroonkologi.com/articles/Patogenesis,%20histopatologi

%20dan%20klasifikasi%20meningioma.doc. Diunduh tgl: 25 September

2015

6. Nathoo N, Barnett GH, Golubic M. The eicosanoid cascade: possible role i

n gliomas andmeningiomas. J Clin Pathol: Mol Pathol 2004;57:6-13

7. Rowland, Lewis.p & Pedley, Timothy A. 2010. Merrit’s Neurology. Ed

12. Philadelphia (Hlm 386-91)

8. Fyann E, Khan N, Ojo A. Meningioma. In: SA Journal of Article

Radiology. SA: Medical University of Southern Africa; 2004. p. 3-5

9. Fauiziah B, Widjaja D. Meningioma intrakranial. Cermin Dunia KedokteranVol.16. 1989. P: 36-43

10. Longstreth Jr WT, Dennis LK, McGuire VM, Drangsholt MT, Koepsell

TD. Epidemiology of intracranial meningioma. Cancer 1993;72;639-48

11. Focusing on tumor meningioma [cited 2009 November 20]. Available

from: http://www.abta.org/meningioma.pdf. Diunduh tgl : 25 September

201519.45

12. Dorland, W.A Newman.2010.Kamus kedokteran Dorland Ed 31. Jakarta:

EGC

13. Widjaja D, Meningioma intracranial. Available from: http://www.portalkalbe.co.id/files/cdk/files/09MeningiomaIntrakranial016.pdf   /09MeningiomaIntrakranial016.html Diunduh tgl: 25 September 201520.40

39

Page 40: Lapsus Meningioma Negara

14. Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. : FakultasKedokteran Universtas Indonesia; 2003. Hal 393-4.

15. Yusup FXEG. Histopatologi Tumor Otak. 1992.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09HistopatologiTumorOtak077.pdf/

09HistopatologiTumorOtak077.html Diunduh tgl : 25 September 2015

15.35

40