20
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG LAPORAN KASUS “CORPUS ALIENUM” Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Diajukan Kepada : Pembimbing : Dr. Retno Wahyuningsih, Sp M Disusun Oleh : Maula Nurfahdi H2A009032 Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Mata FAKULTAS KEDOKTERAN – UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Lapsus Corpus Alienum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

corpus alienum kornea

Citation preview

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

LAPORAN KASUS

“CORPUS ALIENUM”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Bagian Ilmu Penyakit Mata

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Diajukan Kepada :

Pembimbing : Dr. Retno Wahyuningsih, Sp M

Disusun Oleh :

Maula Nurfahdi H2A009032

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Mata

FAKULTAS KEDOKTERAN – UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN

ILMU PENYAKIT MATA

Presentasi kasus dengan judul :

CORPUS ALIENUM

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Bagian Ilmu Penyakit Mata

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh:

Maula Nurfahdi H2A009032

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Nama pembimbing Tanda Tangan Tanggal

Dr. Retno W, Sp M ............................. .............................

Mengesahkan:

Koordinator Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata

Dr. Retno Wahyuningsih, Sp M

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tuan S

Usia : 48 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : -

Pekerjaan : Pekerja bangunan

Pendidikan tertinggi : SMA

No. RM : -

Tanggal masuk RS : 25 November 2013

ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 25 November 2013 jam 10.00 WIB di

Poli mata RSUD Ambarawa.

Keluhan Utama : Mata merah

Perjalanan Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli dengan keluhan mata kanan merah yang

dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Mata merah timbul secara tiba-tiba setelah pasien menggerenda

dan mata kanan pasien terkena serpihan gerenda. Mata merah dirasakan semakin lama semakin

berat dan terus menerus sepanjang hari disertai nyeri sehingga aktivitas pasien terganggu. Untuk

mengurangi keluhan pasien meneteskan tetes mata yang dijual bebas diwarung tetapi keluhan

tidak berkurang. Terdapat serbukan besi pada kornea berwarna kuning kecoklatan. Pasien

merasakan nrocos, silau, cekot-cekot seperti ada yang mengganjal di mata kanan, dan pusing. 2

hari yang lalu pasien merasakan pandangan kabur secara perlahan-lahan di mata kanan

Riwayat Penyakit Lain / Sebelumnya : pasien tidak pernah merasakan keluhan yang sama

sebelumnya. Pasien menyangkal adanya darah tinggi, kencing manis, alergi obat, jatuh yang

menyebabkan mata pasien terbentur, dan riwayat operasi mata sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama,

riwayat darah tinggi dan kencing manis disangkal.

Riwayat Sosial Ekonomi : pasien bekerja sebagai pekerja bangunan. Biaya ditanggung pribadi.

Kesan social ekonomi cukup.

PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 25 November 2013 jam 10.10 WIB di poli mata

RSUD Ambarawa.

Status Generalis

Keadaan Umum : tampak kesakitan

Kesadaran : compos mentis

Tensi : 130/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup

Nafas : 16 x/menit

Suhu : 370 C (axiller)

Kulit : warna kulit sawo matang

Kepala : mesosefal

Jantung : tidak ada kelainan

Paru : tidak ada kelainan

Hati : tidak ada kelainan

Limpa : tidak ada kelainan

Limfe : tidak ada pembesaran

Ekstremitas : tidak ada kelainan

STATUS OFTALMOLOGI

Oculi Dekstra Pemeriksaan Oculi Sinistra

6/30 Visus 6/6

Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Sensus Coloris Tidak dilakukan

Gerak bola mata bebas di

segala arah, ortophori,

eksoftalmos (-)

Parese/ Paralysis Gerak bola mata bebas di

segala arah, ortophori,

eksoftalmos (-)

Trikiasis (-), distikiasis (-),

bulu mata rontok (-), krusta (-)

Supercilia Trikiasis (-), distikiasis (-),

bulu mata rontok (-), krusta (-)

Hiperemis (-), spasme (-),

ptosis (-), belvenomen (+),

nyeri tekan (+), massa (-),

udem (-), entropion (-),

ektropion (-)

Palpebra Superior Hiperemis (-), spasme (-),

ptosis (-), belvenomen (+),

nyeri tekan (-), massa (-),

udem (-), entropion (-),

ektropion (-)

Hiperemis (-), spasme (-),

ptosis (-), belvenomen (+),

nyeri tekan (-), massa (-),

udem (-), entropion (-),

ektropion (-)

Palpebra Inferior Hiperemis (-), spasme (-),

ptosis (-), belvenomen (+),

nyeri tekan (-), massa (-),

udem (-), entropion (-),

ektropion (-)

Hiperemis (+), corpal (-),

secret (-) mukopurulent,

cobelstone (-)

Conjunctiva Palpebra Hiperemis (-), corpal (-),

secret (-), cobelstone (-)

Hiperemis (+), corpal (-),

secret (-) mukopurulent,

cobelstone (-)

Conjunctiva Fornices Hiperemis (-), corpal (-),

secret (-), cobelstone (-)

Injeksi konjungtiva (+),

hiperemis (+), corpal (-),

pterygeum (-), simblefaron (-),

secret (-) mukopurulen

Conjunctiva Bulbi Injeksi (-), hiperemis (-),

corpal (-), pterygeum (-),

simblefaron (-), secret (-)

Ikterik (-), hiperemis (+) Sclera Ikterik (-), hiperemis (-)

Jernih (+), defek(-),

neovaskularisasi (-), udem (-),

corpal (+)

Cornea Jernih (+), defek (-),

neovaskularisasi (-), udem (-)

Keruh, tyndal efek (-),

kedalaman cukup, hifema (-),

hipopion (-)

Camera Oculi Anterior Jernih, tndal efek (-),

kedalaman cukup, hifema (-),

hipopion (-)

Coklat, kripte (+), tremulan

(-), neovaskularisasi (-)

Iris Coklat, kripte (+), tremulan

(-), neovaskularisasi (-)

Bulat, central, regular,

diameter 3 mm, reflek cahaya

(N +)

Pupil Bulat, central, regular,

diameter 3 mm, reflek cahaya

(N +)

Jernih Lensa Jernih

Tidak dilakukan Fundus Reflek Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Corpus Vitreum Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Tensio Oculi Tidak dilakukan

Tidak dilakukan System Canalis Lacrimalis Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Tes Fluorescein Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Funduscopy Tidak dilakukan

RESUME

Laki-laki 48 tahun datang dengan keluhan mata merah pada okuli dekstra, disertai nyeri,

fotofobia, dan pusing sejak 3 hari yang lalu. Terdapat corpus alienum pada kornea dektra. 2 hari

yang lalu pandangan pasien kabur pada okuli dekstra. Riwayat sosial ekonomi pasien kesan

cukup.

Status Oftalmologi Oculi Dekstra Oculi Sinistra

Visus 6/30 6/6

Conjunctiva palpebra Hiperemis (+), secret (-)

mukopurulen

Hiperemis (-), secret (-)

Conjunctiva fornices Hiperemis (+), secret (+)

mukopurulen

Hiperemis (-), secret (-)

Conjunctiva bulbi Injeksi konjungtiva (+),

hiperemis (+)

Injeksi (-), hiperemis (-)

Sclera Hiperemis (+) Hiperemis (-)

Kornea Defek, udem (-), hipopion

(-) , Corpal (+)

Defek (-), udem (-),

hipopion (-)

DIAGNOSIS BANDING

1. Corpus Alienum kornea et ‘grass’

2. Corpus Alienum palpebra superior

DIAGNOSIS

Corpus Alienum kornea OD et ‘grass’

INISIAL PLAN

1. Corpus Alienum

Terapi

- Ekstraksi Corpal

- C- Xytrol Eye Ointment Tube 3 x 1

- Ciproflocaxin 2 x 500mg perhari

- Metil Prednisolon tab 3 x 1

- C – Ester tab 1 x 1

Edukasi

- Menjelaskan ke pasien mengenai Corpus alienum serta komplikasinya

- Meminum (Ciproflocaxin secara teratur 2x sehari, Metil prednisolon 3x

sehari, C-ester 1x sehari) dan mengoleskan (C- Xytrol ) secara teratur 3x

sehari.

- Tidak mengucek mata

- Menggunakan kacamata atau Google saat bekerja

- Kontrol kembali saat obat sudah habis

PROGNOSIS

Qua ad visam : ad bonam

Qua ad sanam : ad bonam

Qua ad vitam : ad bonam

Qua ad cosmeticam : ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

1. KORNEA1.1. Anatomi dan Histologi Kornea

Gambar 1

Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang

tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas

5 lapis1,3 :

1. Epitel

Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dengan tebal 50 µm dan berbentuk epitel

gepeng berlapis tanpa tanduk.Bagian terbesar ujung saraf kornea berakhir pada epitel ini.Setiap

gangguan epitel akan memberikan gangguan sensibilitas kornea berupa rasa sakit atau

mengganjal. Daya regenerasi epitel cukup besar, sehingga apabila terjadi kerusakan akan

diperbaiki dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut.

2. Membran Bowman

Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membrane tipis yang

homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk kornea. Bila

terjadi kerusakan pada membrane bowman maka akan berakhir dengan terbentuknya jaringan

parut.

3. Stroma

Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan kolagen yang

tersusun dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan kornea.Di antara serat-serat

kolagen ini terdapat matriks. Stroma bersifat higroskopis yang menarik air dari bilik mata depan.

Kadar air di dalam stroma kurang lebih 70%. Kadar air dalam stroma relative tetap yang diatur

oleh fungsi pompa sel endotel dan penguapan oleh epitel. Apabila fungsi sel endotel kurang baik

maka akan terjadi kelebihan kadar air, sehingga timbul sembab kornea (edema kornea). Serat di

dalam stroma demikian teratur sehingga memberikan gambaran kornea yang transparan atau

jernih. Bila terjadi gangguan dari susunan serat di dalam stroma seperti edema kornea dan

sikatriks kornea akan mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat

keruh.

Gambar 2

4. Membran Descement

Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan bening,

terletak di bawah stroma.Lapisan ini merupakan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya

pembuluh darah.

5. Endotel

Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan terpenting untuk mempertahankan

kejernihan kornea.Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan di dalam stroma kornea. Endotel

tidak mempunyai daya regenerasi sehingga bila terjadi kerusakan, endotel tidak akan normal

lagi. Endotel dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat trauma bedah, penyakit

intraocular.Usia lanjut akan mengakibatkan jumlah endotel berkurang.Kornea tidak mengandung

pembuluh darah, jernih dan bening, selain sebagai dinding, juga berfugsi sebagai media

penglihatan. Dipersarafi oleh nervus V1,3.

1.2. Fisiologi kornea

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya

menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan

deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh

“pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel.Dalam

mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi atau

fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel.Kerusakan sel-sel

endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada

epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel

epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan

hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor lain dalam

menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi3.

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan

pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak

ada pembuluh darah.Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea.Perubahan

dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di

retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan

penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil3.

2. CORPUS ALIENUM

2.1. Definisi

Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera mata,

sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan,

beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata

maka akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh

karena itu, perlu cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata

untuk kemudian mengeluarkannya2,4.

Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu4 :

1) Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga

2) Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian

3) Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak menimbulkan reaksi

jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan tidak mengganggu fungsi mata.

Contoh : emas, platina, batu, kaca, dan porselin

4) Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi jaringan mata

sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng, nikel, alumunium,

tembaga

Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari4 :

a. Besarnya corpus alienum,

b. Kecepatan masuknya,

c. Ada atau tidaknya proses infeksi,

d. Jenis bendanya.

2.2. Patofisiologi

Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan. Benda asing

dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda asing tersebut diproyeksikan

ke arah mata dengan kekuatan yang besar.4

Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh

darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea. Sel darah

putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan terdapat infiltrate

kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.4

2.3. Penyebab

Penyebab cedera mata pada pemukaan mata adalah4 :

a. Percikan kaca, besi, keramik

b. Partikel yang terbawa angin

c. Ranting pohon

d. Dan sebagainya

2.4. Gambaran Klinik

Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, mata merah dan mata

berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi, ditemukan visus normal atau menurun, adanya

injeksi konjungtiva atau injeksi silar, terdapat benda asing pada bola mata, fluorescein (+)3,4.

2.5. Diagnosis

Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan4 :

1) Anamnesis kejadian trauma

2) Pemeriksaan tajamm penglihatan kedua mata

3) Pemeriksaan dengan oftalmoskop

4) Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma

5) Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita

2.6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari bola mata. Bila

lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea maka dengan mudah dapat

dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal. Untuk mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau

jarum suntik tumpul atau tajam. Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat

magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik lokal,

siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban3.

Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus, melalui

insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda asing, bila tidak berhasil

dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda asing tersebut3.

Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan dengan magnit sama

seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik dengan magnit, sesudah insisi pada

limbus kornea, jika tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier

untuk usia muda dan ekstraksi ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua2,3.

Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan dengan giant magnit

setelah insisi dari sklera. Bila tidak berhasil, dapat dilakukan dengan operasi vitrektomi3.

2.7. Pencegahan

Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam bekerja atau

berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata pelindung4.

2.8. Komplikasi

Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman, dan efek dari corpus

alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian sentral dimana fokus cahaya pada

kornea dijatuhkan, maka akan dapat mempengaruhi visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi jika

corpus alienum yang mengenai kornea merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun

perdarahan juga bisa timbul jika menembus cukup dalam2,3,4.

Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi sekunder seperti inflamasi

ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada media refraksi yang berarti,

prognosis bagi pasien adalah baik2,3,4.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. 2008. Balai Penerbit FKUI Jakarta.

2. Anonim, 2008. Trauma Mata. Available on

http://www.rsmyap.com/component/option , com_frontpage/Itemid,1/

3. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum, Edisi 17. 2010. Widya Medika Jakarta.

4. Bashour M., 2008. Corneal Foreign Body. Available on http://emedicine.medscape.com/

article/