Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lapsus

Citation preview

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    1/54

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia

    disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Laporan

    dari Organisasi Kesehatan Dunia (!O" menyebutkan bahwa se#ak tahun 2$$$2$$3

    asfiksia menempati urutan ke&, yaitu sebanyak '%, sebagai penyebab kematian anak

    diseluruh dunia setelah pneumonia, malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran prematur.

    Diperkirakan #uta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup

    dengan morbiditas #angka pan#ang seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan

    bela#ar. )enurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2$$*, tiga penyebab utama kematian

    perinatal di +ndonesia adalah gangguan pernapasanrespiratory disorders (3-,%",

    prematuritas (32,/%" dan sepsis neonatorum (2.$%"

    !ipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang

    dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin. 0enilaian

    statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menun#ukan bahwa keadaan ini

    merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. !al ini dibuktikan

    oleh Drage dan 1erendes (&&" yang mendapatkan bahwa skor pgar yang rendah

    sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka

    kematian yang tinggi. !aupt (*" memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan

    perdarahan pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi. sidosis, gangguan

    kerdioaskular serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan

    penyebab utama kegagalan adaptasi bayi baru lahir. Kegagalan ini akan sering berlan#ut

    men#adi sindrom gangguan pernafasan pada harihari pertama setelah lahir. 0enyelidikan

    patologi anatomis yang dilakukan oleh Larrho4e dan makawa (*" menun#ukkan

    nekrosis berat dan difus pada #aringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia. Karena

    itu tidaklah mengherankan bahwa sekuele neurologis sering ditemukan pada penderita

    asfiksia berat. Keadaan ini sangat menghambat pertumbuhan fisis dan mental bayi di

    kemudian hari. 5ntuk menghindari atau mengurangi kemungkinan tersebut di atas, perlu

    dipikirkan tindakan istimewa yang tepat dan rasional sesuai dengan perubahan yang

    mungkin ter#adi pada penderita asfiksia.

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    2/54

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Pengertian Asfiksia Neonatorum

    1eberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda 6

    . +katan Dokter nak +ndonesia

    sfiksia neonatorum adalah kegagalan napas se4ara spontan dan teratur pada saat

    lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia,

    hiperkarbia dan asidosis.

    2. !O

    sfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas se4ara spontan dan teratur segera

    setelah lahir.

    3. 7O8 dan 0

    9eorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut6

    - :ilai pgar menit kelima $3

    - danya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (p!;*.$"

    - 8angguan neurologis (misalnya6 ke#ang, hipotonia atau koma"

    - danya gangguan sistem multiorgan (misalnya6 gangguan kardioaskular,

    gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal".

    2

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    3/54

    II.2. Etioogi Asfiksia Neonatorum

    0engembangan paru bayi baru lahir ter#adi pada menitmenit pertama kelahiran dan

    kemudian disusul dengan pernafasan teratur. 1ila terdapat gangguan pertukaran gas

    atau pengangkutan oksigen dari ibu ke #anin, akan ter#adi asfiksia #anin atau

    neonatus. 8angguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera

    setelah lahir. !ampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan

    kelan#utan asfiksia #anin, karena itu penilaian #anin selama masa kehamilan dan

    persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi.

    8angguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai

    anoksia hipoksia #anin dan berakhir dengan asfiksia neonatus.

    Pen!e"a" kegagaan #ernafasan #a$a "a!i% a$aa&'

    .

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    4/54

    3.

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    5/54

    3. ?anin akan mengadakan pernafasan intra uterine dan bila kita periksa terdapat

    banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. 1ronkus tersumbat dan ter#adi

    atelektasis, bila #anin lahir aeoli tidak berkembang.

    -

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    6/54

    II.). Prinsi# Dasar Asfiksia Neonatorum

    1ayi dapat mengalami apnea dan menun#ukan upaya pernafasan yang tidak 4ukup

    untuk kebutuhan entilasi paruparu. Kondisi ini menyebabkan kurangnya

    pengambilan oksigen dan pengeluaran 7O2. 0enyebab depresi bayi pada saat lahir

    ini men4akup6

    . sfiksia intra uterin.

    2. 1ayi kurang bulan.

    3. Obatobat yang diberikan diminum oleh ibu.

    /. 0enyakit neuromuskular bawaan.

    -. 7a4at bawaan.

    &. !ipoksia intra partum.

    sfiksia berarti hopoksia yang progresif, penimbunan 7O2dan asidosis. 1ila proses

    ini berlangsung terlalu #auh dapat mengakibatkan kerusakan otak kematian.

    sfiksia #uga mempengaruhi organ ital lainnya. 0ada bayi yang mengalami

    kekurangan oksigen akan ter#adi pernafasan yang 4epat dalam periode yang

    singkat. pabila asfiksia berlan#ut gerakan pernafasan akan berhenti, denyut

    #antung #uga mulai menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang se4ara

    berangsurangsur dan bayi memasuki periode apnea yang dikenal dengan nama

    apnea primer. 0erlu diketahui bahwa pernafasan yang megapmegap dan tonus otot

    yang #uga turun ter#adi akibat obatobat yang diberikan pada ibunya. 1iasanya

    pemberian rangsangan dan oksigen selama periode apnea primer dapat merangsang

    ter#adinya pernafasan spontan.

    pabila asfiksia berlan#ut bayi akan menun#ukan megapmegap yang dalam, denyut

    #antung terus menurun, dan bayi akan terlihat lemas (flaccid". 0ernafasan makin

    lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apnea yang disebut apnea

    sekunder, selama apnea sekunder ini denyut #antung, tekanan darah, dan kadar

    oksigen dalam darah (0aO2" terus menurun. 1ayi sekarang tidak bereaksi terhadap

    &

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    7/54

    rangsangan dan tidak akan menun#ukan upaya pernapasan se4ara spontan.

    Kematian akan ter#adi ke4uali apabila resusitasi dengan pernafasan buatan dan

    pemberian oksigen dimulai dengan segera.

    *

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    8/54

    II.*. Tan$a $an +e,aa Kinis Asfiksia Neonatorum

    0ada asfiksia tingkat lan#ut akan ter#adi perubahan yang disebabkan oleh beberapa

    keadaan diantaranya6

    . !ilangnya sumber glikogen dalam #antung akan mempengaruhi fungsi #antung.

    2. >er#adinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel #aringan

    termasuk otot #antung sehingga menimbulkan kelemahan #antung.

    3. 0engisian udara aleolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap

    tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah mengalami

    gangguan.

    1ayi yang mengalami kekurangan O2 akan ter#adi pernafasan yang 4epat dalam

    periode yang singkat apabila asfiksia berlan#ut, gerakan pernafasan akan berhenti,

    denyut #antung #uga menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang se4ara

    barangsurangsur dan memasuki periode apnea primer.

    8e#ala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi pernafasan

    4epat, pernafasan 4uping hidung, sianosis, nadi 4epat.

    8e#ala lan#ut pada asfiksia6

    . 0ernafasan megapmagap dalam.

    2. Denyut #antung terus menurun.

    3. >ekanan darah mulai menurun.

    /. 1ayi terlihat lemas (flaccid".

    -. )enurunnya tekanan O2darah (0aO2".

    &. )eningginya tekanan 7O2darah (0aO2".

    *. )enurunnya 0! (akibat asidosis respiratorik dan metabolik".

    '. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak untuk metabolisme anaerob.

    '

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    9/54

    . >er#adinya perubahan sistem kardioaskular.

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    10/54

    II.-. Kasifikasi Asfiksia Neonatorum

    Kondisi bayi baru lahir dapat dibagi men#adi6

    . Vigorus baby. 9kor pgar *$. Dalam hal ini bayi dianggap sehat tidak

    memerlukan tindakan istimewa.

    2. Mild-moderate asphyxia(asfiksia sedang". 9kor 08B /& pada pemeriksaan

    fisik akan terlihat frekuensi #antung @ $$A menit, tonus otot kurang baik,

    sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.

    3. Severe asphyxia (asfiksia berat" berat skor 08B $3. 0ada pemeriksaan

    fisik ditemukan frekuensi #antung kurang dari $$ A menit, tonus otot buruk,

    sianosis berat, dan kadangkadang pu4at, refleks iritabilitas tidak ada.

    sfiksia berat dengan henti #antung, dimaksudkan dengan henti #antung adalah

    keadaan 6

    1unyi #antung fetus menghilang tidak lebih dari $ menit sebelum lahir

    lengkap.

    1unyi #antung bayi menghilang post partum.

    Ta"e 1. Peniaian A#gar Sore

    Tan$a Sore

    / 1 2

    pperan4e

    (warna kulit"

    1iru pu4at >ubuh kemerahan,

    ekstremitas biru

    >ubuh dan ekstremitas

    kemerahan

    0ulse

    (Denyut nadi"

    >idak ada C$$ Ai $$ Ai

    8rima4e

    (refleks"

    >idak ada 8erakan sedikit 8erakan kuat dan menagis

    4tiity Lumpuh 8erakan lemah 8erakan aktif

    $

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    11/54

    (tonus otot"

    Bespiratory

    (usaha bernafas"

    >idak ada Lambat >eratur, menangis kuat

    II.0. Penataaksanaan Asfiksia Neonatorum

    0ada kasus asfiksia ringan bayi dapat terke#ut atau sangat waspada dengan

    peningkatan tonus otot, makan dengan buruk, dan frekuensi pernafasan normal atau

    4epat. >emuan ini biasanya berlangsung selama 2//' #am sebelum sembuh se4araspontan. 0ada kasus asfiksia sedang bayi dapat letargi dan mengalami kesulitan

    pemberian makan. 1ayi dapat mengalami episode apnia kadangkadang dan atau

    konulsi selama beberapa hari. )asalah ini biasanya sembuh dalam satu minggu,

    tetapi masalah perkembangan saraf mungkin ada. 0ada kasus asfiksia berat bayi

    dapat terkulai atau tidak sadar dan tidak makan. Konulsi dapat ter#adi selama

    beberapa hari dan episode apnia yang berat dan sering umumnya ter#adi. 1ayi dapat

    membaik selama beberapa minggu atau tidak dapat membaik sama sekali. ?ika bayi

    ini dapat bertahan hidup mereka biasanya menderita kerusakan otak permanen.

    ?ika asfiksia ringan

    ?ika bayi tidak mendapat oksigen maka bayi mulai menyusui. ?ika bayi

    mendapat oksigen atau sebaliknya, tidak dapat menyusui berikan perasan 9+

    dengan metode pemberian makan alternatif.

    ?ika asfiksia sedang atau berat

    0asang selang +E dan berikan hanya 4airan +E selama 2 #am pertama. 1atasi

    olume 4airan sampai &$ ml Kg 11 selama hari pertama dan pantau urin. ?ika

    bayi berkemih kurang dari & kali hari atau tidak menghasilkan urin #angan

    meningkatkan olume 4airan pada hari berikutnya, ketika #umlah urin mulai

    meningkat tingkatkan olume 4airan +E harian sesuai dengan kema#uan

    olume 4airan. >anpa memperhatikan usia bayi yaitu untuk bayi yang berusia /

    hari, lan#utkan dari &$ ml Kg sampai '$ ml Kg sampai $$ ml Kg #angan

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    12/54

    langsung 2$ ml Kg pada hari pertama. Ketika konulsi terkendali dan bayi

    menun#ukan tandatanda peningkatan respon. +#inkan bayi mulai menyusui.

    ?ika bayi tidak dapat menyusui berikan perasan 9+ dengan menggunakan

    metode pemberian makan alternatif. 1erikan perawatan berkelan#utan.

    >indakan 5mum

    1ersihkan #alan nafas 6 kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah

    mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari

    saluran nafas ayang lebih dalam.

    Bangsang reflek pernafasan 6 dilakukan setelah 2$ detik bayi tidak memperlihatkan

    bernafas dengan 4ara memukul kedua telapak kaki menekan tanda a4hiles.

    )empertahankan suhu tubuh.

    700 6 bantuan pernapasan dengan 4ara meningkatkan tekanan pulmoner se4ara

    artifisial pada saat fase ekspirasi pada bayi yang bernapas se4ara spontan.

    +ntermittent 0ositie 0ressure Eentilation (+00E" atau +ntermittent )andatory

    0ressure Eentilation (+)E" 6 pernapasan bayi diambil alih sepenuh nya oleh mesin

    entilator mekanik dan meningkatkan tekanan pulmoner baik pada fase inspirasi

    maupun ekspirasi. +ndikasi 700 8angguan napas sedang atau berat dengan retraksi

    dan grunting pnu berulang 0aO2 ; &$ torr dengan

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    13/54

    ektensi maksimal beri O2 2 mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut

    dan hidung serta gerakkan dagu ke atasbawah se4ara teratur 2$Amenit.

    0enghisapan 4airan lambung untuk men4egah regurgitasi.

    3

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    14/54

    /

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    15/54

    II.. Penega&an Asfiksia Neonatorum

    Penega&an Seara Umum

    0en4egahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau

    meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Dera#at kesehatan wanita,

    khususnya ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan

    melahirkan harus dihindari. 5paya peningkatan dera#at kesehatan ini tidak mungkin

    dilakukan dengan satu interensi sa#a karena penyebab rendahnya dera#at kesehatan

    wanita adalah akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah,

    keper4ayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. 5ntuk itu dibutuhkan ker#asama

    banyak pihak dan lintas sektoral yang saling terkait adanya kebutuhan dan

    tantangan untuk meningkatkan ker#asama antar tenaga obstetri di kamar bersalin.

    0erlu diadakan pelatihan untuk penanganan situasi yang tak diduga dan tidak biasa

    yang dapat ter#adi pada persalinan. 9etiap anggota tim persalinan harus dapat

    mengidentifikasi situasi persalinan yang dapat menyebabkan kesalahpahaman atau

    menyebabkan keterlambatan pada situasi gawat. 0ada bayi dengan prematuritas,

    perlu diberikan kortikosteroid untuk meningkatkan maturitas paru #anin.

    Antisi#asi Dini Perun!a Diakukan esusitasi #a$a Ba!i !ang Diurigai

    3engaami De#resi Perna#asan untuk 3enega& 3or"i$itas $an 3ortiitas

    Le"i& Lan,ut

    0ada setiap kelahiran, tenaga medis harus siap untuk melakukan resusitasi pada

    bayi baru lahir karena kebutuhan akan resusitasi dapat timbul se4ara tibatiba.

    Karena alasan inilah, setiap kelahiran harus dihadiri oleh paling tidak seorang

    tenaga terlatih dalam resusitasi neonatus, sebagai penanggung #awab pada

    perawatan bayi baru lahir. >enaga tambahan akan diperlukan pada kasuskasusyang memerlukan resusitasi yang lebih kompleks.

    Dengan pertimbangan yang baik terhadap faktor risiko, lebih dari separuh bayi baru

    lahir yang memerlukan resusitasi dapat diidentifikasi sebelum lahir, tenaga medis

    dapat mengantisipasi dengan memanggil tenaga terlatih tambahan, dan menyiapkan

    peralatan resusitasi yang diperlukan.

    -

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    16/54

    II.4 Kom#ikasi

    Komplikasi pada bayi baru lahir akibat asfiksia meliputi 6

    - 7erebral palsy

    - Betardasi mental

    - 8angguan bela#ar

    pabila asfiksia ini tidak ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan kematian.

    HIPEBILIUBINE3IA

    PENDAHULUAN

    !iperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan

    pada bayi baru lahir. Lebih dari '-% bayi 4ukup bulan yang kembali dirawat dalam

    minggu pertama kehidupan disebabkan oleh hiperbilirubinemia. !iperbilirubinemia

    menyebabkan bayi terlihat berwarna kuning, atau dikenal dengan istilah ikterus. +kterus

    adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena menumpuknya bilirubin

    tak terkon#ugasi pada #aringan. +kterus biasanya mulai tampak pada kadar bilirubin serum

    @ - mgdL. +kterus biasanya fisiologis, namun pada sebagian kasus dapat menyebabkan

    masalah, dan yang paling ditakuti adalah ensefalopati bilirubin. 1erbagai upaya dilakukan

    untuk terapi hiperbilirubinemia. >erapi antara lain fototerapi, transfusi tukar, dan

    sebagainya (Kosim, 2$$".

    DE5INISI

    !iperbilirubinemia adalah ter#adinya peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deiasi

    atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil $

    (Kosim, 2$$". Definisi lain menyebutkan bahwa hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar

    bilirubin dalam darah @3 mgdL ()ansoer, 2$$$".

    &

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    17/54

    ETI6L6+I 7 5AKT6 ESIK6

    0eningkatan kadar bilirubin umumnya ter#adi pada setiap bayi baru lahir, karena hemolisis

    yang disebabkan oleh #umlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek.

    9e4ara umum ada / penyebab ikterus (0ri4e, 2$$*" 6

    a. Pro$uksi !ang "ere"i&an

    !emolisis yang disebabkan oleh #umlah sel darah merah lebih banyak dan berumur

    lebih pendek. !emolisis biasanya ter#adi inkompatibilitas Bh, 1O, golongan

    darah lain, defisiensi 8&0D, piruat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.

    ". +angguan $aam #roses u#take $an kon,ugasi &e#ar

    8angguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk

    kon#ugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi

    atau tidak terdapatnya enGim glukorinil transferase (9indrom 7riggler:a##ar".

    0enyebab lain adalah defisiensi protein H dalam hepar yang berperanan penting

    dalam uptake bilirubin ke sel hepar.

    . +angguan trans#ortasi

    *

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    18/54

    1ilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar. +katan

    bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat,

    sulfaraGole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin

    indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.

    $. +angguan $aam eksresi

    8angguan ini dapat ter#adi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar.

    Kelainan di luar hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam

    hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

    0eningkatan kadar bilirubin yang berlebih dapat dipengaruhi oleh faktor dibawah ini 6

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    19/54

    2/ #am sampai C *2 #am 1iasanya ikterus fisiologis

    0olisitemia

    !emolisis karena perdarahan tersembunyi

    Dehidrasi asidosis

    Lebih dari *2 #am

    sampai minggu pertama

    1iasanya karena sepsis

    Dehidrasi asidosis

    Defisiensi 8&0D

    Obat F obatan

    KLASI5IKASI

    >erdapat 2 #enis ikterus yang dikenal yaitu yang fisiologis dan patologis. Ikterus fisioogis

    adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga serta tidak mempunyai dasar

    patologi. Kadar bilirubin tak terkon#ugasi pada minggu pertama @ 2mgdL. dapun tanda

    tanda ikterus fisiologis adalah sebagai berikut (9arwono, 2$$" 6

    . >imbul pada hari kedua dan ketiga

    2. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi $ mg% pada neonatus 4ukup bulan.

    3. Ke4epatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi -% per hari.

    /. Kadar bilirubin direk tidak melebihi mg%.

    -. +kterus menghilang pada $ hari pertama.

    &. >idak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.

    +kterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubin

    men4apai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. dapun tandatandanya sebagai

    berikut 6

    . +kterus ter#adi dalam 2/ #am pertama.

    2. Kadar bilirubin melebihi $ mg% pada neonatus 4ukup bulan atau melebihi 2,-%

    pada neonatus kurang bulan.

    3. 0engangkatan bilirubin lebih dari - mg% per hari.

    /. +kterus menetap sesudah 2 minggu pertama.

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    20/54

    -. Kadar bilirubin direk melebihi mg%.

    &. )empunyai hubungan dengan proses hemolitik.

    Dalam buku saku pelayanan neonatal esensial, ikterus diklasifikasikan seperti dalam tabel

    dibawah ini.

    PAT65ISI6L6+I

    1ilirubin adalah produk akhir dari penguraian hemoglobin. 9ebagian besar ('-$%"

    ter#adi dari penguraian hemoglobin dan sebagian ke4il ($-%" dari senyawa lain seperti

    mioglobin. 9e4ara umum ada empat tahapan pembentukan bilirubin (0ri4e, 2$$*".

    a. 0roduksi

    9el darah merah yang sudah habis masa hidup nya atau eritrosit yang mengalami

    kelainan akan dihan4urkan oleh sistem retikuloendotelial. 9el retikuloendotelial

    menyerap kompleks haptoglobin dengan hemoglobin yang telah dibebaskan dari sel

    darah merah. Kemudian ter#adi peme4ahan hemoglobin men#adi heme dan globin.

    8lobin akan kembali ke depo protein untuk kemudian digunakan kembali,

    sedangkan heme akan melalui beberapa proses penguraian. !eme akan dipe4ah

    melalui proses oksidasireduksi. Langkah oksidasi yang pertama adalah

    pembentukan bilierdin dengan bantuan enGim heme oksigenase. 0ada reaksi itu

    #uga terbentuk besi yang akan kembali digunakan untuk pembentukan hemoglobin.

    1ilierdin kemudian akan direduksi men#adi bilirubin oleh enGim bilierdin

    reduktase. 1ilirubin yang terbantuk merupakan bilirubin tidak terkon#ugasiindirect

    yang sifatnya tidak larut dalam air.

    2$

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    21/54

    b. >ransportasi

    5ntuk dapat sampai ke hati melalui peredaran darah, bilirubin tak terkon#ugasi

    harus berikatan terlebih dahulu dengan albumin. Kadar albumin pada bayi baru

    lahir terkadang belum 4ukup banyak, sehingga banyak bilirubin yang tak

    terkon#ugasi tidak dapat dibawa ke hati. Kadar albumin #uga dipengaruhi oleh obat

    F obatan. +katan albumin dengan bilirubin #uga terkadang masih lemah sehingga

    banyak bilirubin tak terkon#ugasi yang beredar bebas.

    4. Kon#ugasi

    0roses kon#ugasi bilirubin ter#adi di dalam hati. 0ada saat kompleks bilirubin

    albumin men4apai membran plasma hepatosit, albumin akan terikat ke reseptor

    permukaan sel. 1ilirubin kemudian ditransfer melalui sel membran yang berikatandengan ligandin (protein H", mungkin #uga dengan protein ikatan sitotoksik

    lainnya. 9etelah itu terbentuklah bilirubin terkon#ugasidirectyang sifatnya larut di

    dalam air. 1erkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang tak

    terkon#ugasi akan berpengaruh terhadap pembentukan ikterus fisiologis.

    1ilirubin yang tak terkon#ugasi dikonersikan ke bentuk bilirubin kon#ugasi yang

    larut dalam air di retikulum endoplasma dengan bantuan enGim uridine diphosphate

    glu4oronosyl transferase (5D08>". 1ilirubin ini kemudian diekskresikan ke

    dalam kanalikulus empedu, 9edangkan satu molekul bilirubin yang tak terkon#ugasi

    akan kembali ke retikulum endoplasmik untuk rekon#ugasi berikutnya

    d. Ikskresi

    9etelah mengalami proses kon#ugasi, bilirubin akan diekskresi ke dalam empedu

    kemudian akan masuk saluran 4erna dan di ekskresikan melalui feses. 9etelah

    2

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    22/54

    berada dalam usus halus, bilirubin terkon#ugasi tidak langsung dapat diresorbsi,

    ke4uali #ika diubah kembali men#adi bentuk tak terkon#ugasi oleh enGim beta

    glukoronidase yang memang terkandung dalam usus halus dan feses bayi baru

    lahir. Besorbsi kembali bilirubin dari saluran 4erna dan kembali ke hati untuk

    dikon#ugasi disebut sirkuasi entero&e#atik

    !iperbilirubinemia dapat disebabkan oleh salah satu dari keempat tahapan tersebut atau

    kombinasi dari beberapa faktor. 0embentukan bilirubin yang melebihi kemampuan hati

    normal untuk mengekskresikannya atau disebabkan oleh kegagalan hati (karena rusak"

    untuk mengekskresikan bilirubin yang dihasilkan dalam #umlah normal menyebabkan

    ter#adinya hiperbilirubinemia. >anpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati

    #uga akan menyebabkan hiperbilirubinemia. 0ada semua keadaan ini, bilirubin tertimbun di

    dalam darah dan #ika konsentrasinya men4apai nilai tertentu (sekitar 22,-mgdl", senyawa

    ini akan berdifusi ke dalam #aringan yang kemudian men#adi kuning. Keadaan ini disebut

    22

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    23/54

    ikterus atau #aundi4e. Daerah yang paling mudah ter#adi timbunan bilirubin adalah sklera,

    dan kulit (0ri4e, 2$$*".

    !iperbilirubinemia yang signifikan dalam 3& #am pertama biasanya disebabkan karena

    peningkatan produksi bilirubin (terutama karena hemolisis", karena pada periode ini

    hepati4 4learan4e #arang memproduksi bilirubin lebih dari $ mgdL. 0eningkatan

    penghan4uran hemoglobin % akan meningkatkan kadar bilirubin / kali lipat (Gis, 2$$&".

    0ada hiperbilirubinemia fisiologis bayi baru lahir, ter#adi peningkatan bilirubin tidak

    terkon#ugasi @2 mgdl pada minggu pertama kehidupan. Kadar bilirubin tidak terkon#ugasi

    itu biasanya meningkat men#adi & sampai ' mgdl pada umur 3 hari dan akan mengalami

    penurunan. 0ada bayi kurang bulan, kadar bilirubin tidak terkon#ugasi akan meningkat

    men#adi $ sampai 2 mgdl pada umur - hari.

    Dikatakan hiperbilirubinemia patologis apabila ter#adi saat 2/ #am setelah bayi lahir,

    peningkatan kadar bilirubin serum @$,- mgdl setiap #am, ikterus bertahan setelah ' hari

    pada bayi 4ukup bulan atau / hari pada bayi kurang bulan, dan adanya penyakit lain yang

    mendasari (muntah, letargi, penurunan berat badan yang berlebihan, apnu, asupan kurang".

    DIA+N6SIS

    1. Anamnesis

    1eberapa hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis adalah se#ak kapan bayi mulai

    terlihat kuning, pada usia berapa hari mulai kuning, adakah ke#ang, dan bagaimana

    warna feses bayi tersebut. 9elain itu perlu #uga ditanyakan riwayat kehamilan

    dengan komplikasi (obatobatan, ibu D), gawat #anin, malnutrisi intrauterine,

    infeksi intranatal", riwayat persalinan dengan tindakankomplikasi, riwayat

    ikterusterapi sinartransfusi tukar pada bayi sebelumnya, riwayat inkompatibilitasdarah, serta riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa.

    2. Pemeriksaan fisik

    9e4ara klinis, ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau setelah

    beberapa hari. mati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang 4ukup.

    +kterus akan terlihat lebih #elas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan

    23

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    24/54

    penerangan yang kurang, terutama pada neonatus yang berkulit gelap. 0enilaian

    ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar.

    9alah satu 4ara memeriksa dera#at kuning pada neonatus se4ara klinis, mudah dan

    sederhana adalah dengan penilaian menurut Kramer. 7aranya dengan #ari telun#uk

    ditekankan pada tempattempat yang tulangnya menon#ol seperti tulang hidung,

    dada, lutut dan lainlain. >empat yang ditekan akan tampak pu4at atau kuning.

    0enilaian kadar bilirubin pada masingmasing tempat tersebut disesuaikan dengan

    tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya.

    (. Pemeriksaan #enun,ang

    0emeriksaan serum bilirubin(direk dan indirek" harus dilakukan pada neonatusyang mengalami ikterus. >erutama pada bayi yang tampak sakit atau bayibayi

    yang tergolong resiko tingggi terserang hiperbilirubinemia berat.

    0emeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk ealuasi menentukan penyebab

    ikterus antara lain adalah golongan darah dan J7oombs test, darah lengkap dan

    hapusan darah, hitung retikulosit, skrining 8&0D dan bilirubin direk. 0emeriksaan

    serum bilirubin total harus diulang setiap /2/ #am tergantung usia bayi dan

    tingginya kadar bilirubin. Kadar serum albumin #uga harus diukur untuk

    menentukan pilihan terapi sinar atau transfusi tukar ()ans#oer, 2$$$".

    8aktu Diagnosis "an$ing An,uran Pemeriksaan

    !ari ke 0enyakit hemolitik

    +nkompatibilitas darah(Bh,1O"

    9ferositosis. nemia hemolitik

    nonsferositosis(defisiensi 8&0D"

    Kadar bilirubin serum berkala

    !b, !t, retikulosit,sediaan

    hapus darah golongan darah

    ibubayi, u#i 7oomb

    2/

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    25/54

    !ari ke2 s.d ke- Kuning pada bayi prematur

    Kuning fisiologik, 9epsis

    Darah ekstraaskular, 0olisitemia

    9ferositosis kongenital

    !itung #enis darah lengkap

    5rin mikroskopik dan biakan

    urin, 0emeriksaan terhadap

    infeksi bakteri, golongan

    darah ibubayi, u#i 7oomb!ari ke- s.d ke$ 9epsis, Kuning karena 9+

    Defisiensi 8&0D, !ipotiroidisme

    8alaktosemia, Obatobatan

    5#i fingsi tiroid, 5#i tapis

    enGim 8&0D, 8ula dalam

    urin

    0emeriksaan terhadap sepsis

    !ari ke$ atau

    lebih

    tresia biliaris, !epatitis neonatal

    Kista koledokusm, 9epsis(terutama

    infeksi saluran kemih", 9tenosis pilorik

    5rin mikroskopik dan biakan

    5#i serologi >OB7!, lfa

    fetoprotein, alfaantitripsin,

    Kolesistografi

    TATALAKSANA

    0ada dasarnya, pengendalian bilirubin adalah seperti berikut (0, 2$$/"6

    a. 9timulasi proses kon#ugasi bilirubin menggunakan fenobarbital. Obat ini ker#anya

    lambat, sehingga hanya bermanfaat apabila kadar bilirubinnya rendah dan ikterus

    yang ter#adi bukan disebabkan oleh proses hemolitik. Obat ini sudah #arang dipakai

    lagi.

    b. )enambahkan bahan yang kurang pada proses metabolisme bilirubin(misalnya

    menambahkan glukosa pada hipoglikemi" atau (menambahkan albumin untuk

    memperbaiki transportasi bilirubin". 0enambahan albumin bisa dilakukan tanpa

    hipoalbuminemia. 0enambahan albumin #uga dapat mempermudah proses ekstraksi

    bilirubin #aringan ke dalam plasma. !al ini menyebabkan kadar bilirubin plasma

    meningkat, tetapi tidak berbahaya karena bilirubin tersebut ada dalam ikatan

    dengan albumin. lbumin diberikan dengan dosis tidak melebihi gkg11,sebelum maupun sesudah terapi tukar.

    4. )engurangi peredaran enterohepatik dengan pemberian makanan oral dini

    d. )emberi terapi sinar hingga bilirubin diubah men#adi isomer foto yang tidak toksik

    dan mudah dikeluarkan dari tubuh karena mudah larut dalam air.

    e. )engeluarkan bilirubin se4ara mekanik melalui transfusi tukar. 0ada umunya,

    transfusi tukar dilakukan dengan indikasi sebagai berikut6

    2-

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    26/54

    0ada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek C2$mg%

    Kenaikan kadar bilirubin indirek yang 4epat yaitu $,3mg%#am

    nemia yang berat pada neonatus dengan ge#ala gagal #antung

    1ayi dengan kadar hemoglobin tali pusat ;/mg% dan u#i 7oombs dire4t

    positif.

    f. )enghambat produksi bilirubin. )etalloprotoporfirin merupakan kompetitor

    inhibitif terhadap heme oksigenase. +ni masih dalam penelitian dan belum

    digunakan se4ara rutin.

    g. )enghambat hemolisis. +mmunoglobulin dosis tinggi se4ara intraena(-$$

    $$$mgKg +E@2" sampai 2 hingga / #am telah digunakan untuk mengurangi leel

    bilirubin pada #anin dengan penyakit hemolitik isoimun. )ekanismenya belum

    diketahui tetapi se4ara teori immunoglobulin menempati sel

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    27/54

    &. Kadar bilirubin bayi diukur sekurangkurangnya tiap 2/ #am.

    *. !emoglobin harus diperiksa se4ara berkala terutama pada bayi dengan hemolisis.

    9inar fototerapi akan mengubah bilirubin yang ada di dalam kapilerkapiler superfisial dan

    ruangruang usus men#adi isomer yang larut dalam air yang dapat diekstraksikan tanpa

    metabolisme lebih lan#ut oleh hati. 1ila fototerapi menyinari kulit, akan memberikan

    fotonfoton diskrit energi, sama halnya seperti molekulmolekul obat, sinar akan diserap

    oleh bilirubin dengan 4ara yang sama dengan molekul obat yang terikat pada reseptor.

    )olekulmolekul bilirubin pada kulit yang terpapar sinar akan mengalami reaksi fotokimia

    yang relatif 4epat men#adi isomer konfigurasi, dimana sinar akan merubah bentuk molekul

    bilirubin dan bukan mengubah struktur bilirubin. 1entuk bilirubin /, - akan berubah

    men#adi bentuk /,-I yaitu bentuk isomer nontoksik yang bisa diekskresikan. +somer

    bilirubin ini mempunyai bentuk yang berbeda dari isomer asli, lebih polar dan bisa

    diekskresikan dari hati ke dalam empedu tanpa mengalami kon#ugasi atau membutuhkan

    pengangkutan khusus untuk ekskresinya. 1entuk isomer ini mengandung 2$% dari #umlah

    bilirubin serum. Iliminasi melalui urin dan saluran 4erna samasama penting dalam

    mengurangi muatan bilirubin. Beaksi fototerapi menghasilkan suatu fotooksidasi melalui

    proses yang 4epat.

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    28/54

    Kontraindikasi fototerapi adalah pada kondisi dimana ter#adi peningkatan kadar bilirubin

    direk yang disebabkan oleh penyakit hati atau obstru4tie #aundi4e.

    alaupun fototerapi digunakan se4ara luas untuk pengobatan hiperbilirubinemia,

    fototerapi #uga terbukti memiliki beberpa efek samping. Ifek samping fototerapi

    terangkum dalam tabel berikut (Kosim,2$$" 6

    E5EK SA3PIN+ PEUBAHAN SPESI5IK

    Peru"a&an su&u $an

    meta"oik ainn!a

    0eningkatan suhu lingkungan dan tubuh

    0eningkatan konsumsi oksigen

    0eningkatan la#u respirasi

    0eningkatan aliran darah ke kulit

    Peru"a&an kar$io:askuar 0erubahan sementara 4urah #antung dan penurunan

    2'

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    29/54

    4urah entrikel kiri

    Status airan 0eningkatan aliran darah perifer

    0eningkatanInsensible Water Loss

    5ungsi sauran erna 0eningkatan #umlah dan frekuensi buang air besar

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    30/54

    dan peningkatan aktiitas >0

    Per&atian ter&a$a# #eriaku

    #sikoogis

    +solasi

    0erubahan status organisasi dan mana#emen

    perilaku

    K63PLIKASI

    Komplikasi yang dikhawatirkan apabila kadar bilirubin terus menerus naik adalah kern

    ikterus atau bilirubin ensefalopati. Keadaan yang tampak pada minggu pertama sesudah

    bayi lahir disebut dengan akut bilirubin ensefalopati. Kern ikterus ter#adi akibat

    penumpukan bilirubin pada sistem saraf pusat yaitu ganglia basalis dan beberapa nu4leus

    batang otak. Kern ikterus menyebabkan perubahan neuropatologis, yang se4ara klinis

    tampak kronis dengan sekuele permanen (Kosim, 2$$$".

    )anifestasi klinis akut bilirubin ensefalopati dan kern ikterus dapat dilihat pada tabelberikut ini (Kosim, 2$$$" 6

    )anifestasi

    kut bilirubin ensefalopati 0ada fase awal, bayi dengan ikterus berat akan tampak

    letargis, hipotoni, dan refleks hisap buruk.

    0ada fase intermediet akan ditandai dengan moderate

    stupor, iritabilitas dan hipertoni (4ontoh 6 opistotonus"

    9elan#utnya bayi akan demam, high-pitched 4ry,

    kemudian akan men#adi drowsiness dan hipotoni.

    Kern ikterus 0ada tahap kronis bilirubin ensefalopati, bayi yang masih

    bertahan hidup akan berkembang men#adi athetoid

    4erebral palsy yang berat, gangguan pendengaran,

    displasia dental enamel dan paralisis upward gaGe.

    3$

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    31/54

    Berat Ba!i La&ir en$a& ;BBLulang rawan telinga belum terbentuk.

    )asih terdapat lanugo.

    Befleks masih lemah.

    lat kelamin luar= perempuan6 labium mayus belum menutup

    labium minus= lakilaki6 belum ter#adi penurunan testis M kulit testis

    rata.

    - >anda bayi 4ukup bulan atau lebih bulan (bila bayi ke4il untuk masa

    kehamilan".

    >idak di#umpai tanda prematuritas.

    Kulit keriput.

    Kuku lebih pan#ang

    3. Pemeriksaan #enun,ang

    - 0emeriksaan penun#ang yang dapat dilakukan antara lain

    - 0emeriksaan skor ballard

    - >es ko4ok (shake test", dian#ur untuk bayi kurang bulan

    - Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar

    elektrolit dan analisa gas darah.

    3/

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    35/54

    -

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    36/54

    Ba!i Sakit

    - pabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan 4airan +E, berikan

    minum seperti pada bayi sehat.

    - pabila bayi memerlukan 4airan intraena6

    1erikan 4airan intraena hanya selama 2/ #am pertama

    )ulai berikan minum per oral pada hari ke2 atau segera setelah bayi stabil.

    n#urkan pemberian 9+ apabila ibu ada dan bayi menun#ukkan tandatanda

    siap untuk menyusu.

    pabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (4ontoh= gangguan

    nafas, ke#ang", berikan 9+ peras melalui pipa lambung 6

    1erikan 4airan +E dan 9+ menurut umur

    1erikan minum ' kali dalam 2/ #am (4ontoh= 3 #am sekali".

    pabila bayi telah mendapat minum &$ mlkg11 per hari tetapi masih

    tampak lapar berikan tambahan 9+ setiap kali minum. 1iarkan bayi

    menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menun#ukkan

    keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

    ". Berat a&ir 1*//?10)4 gram

    Ba!i Se&at

    - 1erikan 9+ peras dengan 4angkirsendok. 1ila #umlah yang dibutuhkan tidak

    dapat diberikan menggunakan 4angkirsendok atau ada resiko ter#adi aspirasi ke

    dalam paru (batuk atau tersedak", berikan minum dengan pipa lambung. Lan#utkan

    dengan pemberian menggunakan 4angkir sendok apabila bayi dapat menelan tanpa

    batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 2 hari namun ada kalanya

    memakan waktu lebih dari minggu"

    - 1erikan minum ' kali dalam 2/ #am (misal setiap 3 #am". pabila bayi telah

    mendapatkan minum &$kg11 per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

    9+ setiap kali minum.

    - pabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan 4angkir sendok,

    4oba untuk menyusui langsung.

    Ba!i Sakit

    - 1erikan 4airan intraena hanya selama 2/ #am pertama

    - 1eri 9+ peras dengan pipa lambung mulai hari ke2 dan kurangi #umlah 4airan

    +E se4ara perlahan.

    3&

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    37/54

    - 1erikan minum ' kali dalam 2/ #am (4ontoh= tiap 3 #am". pabila bayi telah

    mendapatkan minum &$kg11 per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

    9+ setiap kali minum.

    - Lan#utkan pemberian minum menggunakan 4angkir sendok apabila kondisi

    bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

    - pabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan 4angkir sendok,

    4oba untuk menyusui langsung.

    . Berat a&ir 12*/?1)44 gram

    Ba!i Se&at

    - 1eri 9+ peras melalui pipa lambung

    - 1eri minum ' kali dalam 2/ #am (4ontoh= setiap 3 #am". pabila bayi telah

    mendapatkan minum &$ mlkg11 per hari tetapi masih tampak lapar, beri

    tambahan 9+ setiap kali minum

    - Lan#utkan pemberian minum menggunakan 4angkir sendok.

    - pabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan 4angkir sendok, 4oba

    untuk menyusui langsung.

    Ba!i Sakit

    - 1eri 4airan intraena hanya selama 2/ #am pertama.

    - 1eri 9+ peras melalui pipa lambung mulai hari ke2 dan kurangi #umlah 4airan

    intraena se4ara perlahan.

    - 1eri minum ' kali dalam 2/ #am (setiap 3 #am". pabila bayi telah

    mendapatkan minum &$ mlkg11 per hari tetapi masih tampak lapar, beri

    tambahan 9+ setiap kali minum

    - Lan#utkan pemberian minum menggunakan 4angkir sendok.

    - pabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan 4angkir sendok,

    4oba untuk menyusui langsung.

    $. Berat a&ir @ 12*/ gram ;ti$ak tergantung kon$isi".

    - wasi adanya kelainan bawaan.

    Prognosis BBL

    Kematian perinatal pada bayi 11LB ' kali lebih besar dari bayi normal.0rognosis

    akan lebih buruk bila 11 makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena

    komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial,

    hipoglikemia. 1ila hidup akan di#umpai kerusakan saraf, gangguan bi4ara, +N rendah.

    Penega&an

    0ada kasus bayi berat lahir rendah (11LB" pen4egahan preentif adalah langkah yang

    penting. !alhal yang dapat dilakukan 6

    - )eningkatkan pemeriksaan kehamilan se4ara berkala minimal / kali selama kurun

    kehamilan dan dimulai se#ak umur kehamilan muda. +bu hamil yang diduga

    berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi 11LB harus 4epat

    dilaporkan, dipantau dan diru#uk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih

    mampu

    3

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    40/54

    - 0enyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan #anin dalam rahim,

    tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar

    mereka dapat men#aga kesehatannya dan #anin yang dikandung dengan baik

    - !endaknya ibu dapat meren4anakan persalinannya pada kurun umur reproduksi

    sehat (2$3/ tahun"

    - 0erlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan

    pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses

    terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status giGi ibu selama hamil.

    >anda ke4ukupan pemberian 9+6

    - 1K minimal & kali 2/ #am.

    - 1ayi tidur lelap setelah pemberian 9+.

    - 11 naik pd * hari pertama sebanyak 2$ gram hari.

    - 7ek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap 9+ akan menetes dari

    payudara yg lain.

    +ndikasi bayi 11LB pulang6

    - 9uhu bayi stabil.

    - >oleransi minum oral baik terutama 9+.

    - +bu sanggup merawat 11LB di rumah.

    7ara menghangatkan bayi

    ara Petun,uk #enggunaan

    Kontak kulit 5ntuk semua bayi

    5ntuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau

    menghangatkan bayi hipotermi (323&,/ o7" apabila 4ara lain

    tidak mungkin dilakukan.

    K)7 5ntuk menstabilkan bayi dgn berat badan ;2.-$$ g, terutama

    direkomendasikan untuk perawatan berkelan#utan bayi dengan

    berat badan ;.'$$ g.

    >idak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat" >idak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat

    merawat bayinya.

    0eman4ar panas 5ntuk bayi sakit atau bayi dengan berat .-$$ g atau lebih.

    5ntuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau

    menghangatkan kembali bayi hipotermi.

    +nkubator 0enghangatan berkelan#utan bayi dengan berat ;.-$$ g yang tidak

    dapat dilakukan K)7.

    Buangan hangat 5ntuk merawat bayi dengan berat ;2.-$$ g yang tidak

    memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.

    >idak untuk bayi sakit berat.

    /$

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    41/54

    ?umlah 4airan yang dibutuhkan bayi (mlKg"

    1erat (g"5mur (hari"

    2 3 / -

    @-$$ &$ '$ $$ 2$ -$;-$$ '$ $$ 2$ /$ -$

    ?umlah 9+ untuk bayi sehat berat 2-$/

    0emberian5mur (hari"

    2 3 / - & *

    ?umlah 9+ tiap 3 #am (mlkali" $ - ' 22 2& 2' 3$

    Kebutuhan 4airan elektrolit bayi (mlkg"

    Berat "a$an ;g< @1/// 1/// ? @1*// 1*// > 2*// 2*//

    !ari + 2$ 44 D-% $$ 44 D*,-% '$ 44 D$% '$ 44 D$%

    !ari ++ /$ 44 D-% 2$ 44 D*,-% $$ 44 D$% $ 44 D$%

    !ari +++ *$ 44 D-% 3$ 44 D*,-% $ 44 D$% $$ 44 D$%

    !ari @+E 2$$ 44 /$-$ 44 3$-$ 44 2$-$ 44

    0embuatan 4airan D*,-% P 3 44 (D-%" * 44 (D/$%" P $$ 44 D*,-%.

    BAB III

    LAP6AN KASUS

    IDENTITAS PASIEN

    :ama Lengkap 6 1y. :y. )

    >empat dan >anggal Lahir 6 )ataram, 2$ ?uli 2$3

    5mur 6 - !ari

    ?enis kelamin 6 Laki laki

    lamat 6 1atu :gale, 0raya >engah, Lombok >engah

    9tatus dalam keluarga 6 nak Kandung

    +bu yah

    :ama +bu ) 1apak 9

    5mur 2 >ahun 2- >ahun

    0endidikan 9) 9)

    0eker#aan +B> 9wasta

    )asuk B9 tanggal 6 2$ ?uli 2$3

    /

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    42/54

    Diagnosis masuk B9 6 11LB sfiksia 9edang !ipotermia

    >angggal keluar B9 6 3$ ?uli 2$3

    Diagnosisi keluar 6 171 K)K 11LB sfiksia 9edang 9yndrome 0ost

    )aturitas 8rade + !ipotermia !iperbilirubinemia

    Dehidrasi

    Lama perawatan 6 $ hari

    Keadaan saat keluar B9 6 9embuh

    :o. B) 6 -'$-

    ANA3NESIS (>anggal 2- ?uli 2$3, !eteroanamnesis dari +bu pasien dan 1idan yang

    merawat"

    Keu&an Utama6 1ayi tidak bernapas spontan

    i9a!at Pen!akit Sekarang

    0asien merupakan anak pertama, lahir 97 (9abtu, 2$ ?uli 2$3" pukul -.$

    +>, di OK 58D B950 :>1, dibantu Dokter 9pesialis Obgin, post date, dan

    tidak langsung menangis. 9 6 & F '. 9aat lahir badan pasien biru. 0asien masuk

    :+75 dengan kondisi sedang, berat badan lahir 2.2$$ gram, pan#ang badan lahir /&

    4m, lingkar kepala 6 32 4m. nus (", kelainan kongenital (".

    0asien sempat di rawat gabung bersama ibunya saat pasien berusia 3 hari,

    namun keesokan harinya pasien masuk :+75 karena pasien dikeluhkan lemah,

    #arang menangis, dan kulitnya kuning. Kuning ter#adi mulai dari wa#ah kepala

    hingga kaki pasien. 0asien tidak dikeluhkan panas maupun ke#ang. +bu pasien

    mengaku tidak memberi 9+ anaknya semen#ak di rawat gabung hingga sampai di

    bawa ke :+75 lagi.

    11 di pampers, kalihari, sedikitsedikit, konsistensi lembek, berwarna

    4oklat kehitaman, tidak berbusa, berbau busuk, berlendir, maupun berdarah. 1K

    di pampers 2 kalihari, warna kuning #ernih, tidak disertai darah, bau busuk, dan

    busa.

    /2

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    43/54

    i9a!at Pen!akit Da&uu

    Biwayat sakit #antung se#ak lahir ("

    Biwayat kelainan kongenital ("

    i9a!at Pen!akit Keuarga

    Biwayat sakit ken4ing manis di keluarga tidak ada

    Biwayat sakit #antung bawaan di keluarga tidak ada

    Biwayat sakit darah tinggi di keluarga tidak ada

    i9a!at Pengo"atan

    - Biwayat E>0 dan B?0 (".

    - +n#eksi itamin K dan salep mata diberikan setelah lahir.

    i9a!at Ke&amian $an Persainan

    9elama kehamilan ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan kehamilan (:7" di

    posyandu, ibu pasien melakukan :7 lebih dari / kali, saat kehamilan ibu pasien tidak

    pernah mengalami demam, batuk, sesak, ataupun sakit lain, riwayat rontgen selama

    hamil tidak pernah, ibu tidak pernah 598, riwayat minum obat atau #amu#amuan

    selama hamil tidak ada. +bu mengatakan !0!> nya tanggal (2$2$2". 1ayi lahir

    97 dengan indikasi 80$$!$ /$ F / minggu >!+5 Iklamsia

    i9a!at Nutrisi

    9e#ak lahir sampai saat diperiksa pasien dipuasakan.

    /3

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    44/54

    i9a!at Sosia Ekonomi $an Lingkungan

    yah beker#a sebagai pegawai swasta dan ibu rumah tangga.

    0enghasilan keluarga sekitar Bp. .-$$.$$$ bulannya.

    - i9a!at Imunisasi'

    0asien belum diimunisasi

    Pemeriksaan 5isik (2- ?uli 2$3"

    Kesan umum 6 Lemah

    Kesadaran 6 patis

    879 6 I2E2)/

    Cita Sign

    :adi 6 -& Amenit, lemah, irama teratur

    0ernapasan 6 -& Amenit, ireguler tipe abdominotorakal

    >emperature 6 3&, o 7

    7B> 6 ; 3 detik

    Status +ii

    1erat 1adan 6 2.2$$ gram

    0an#ang 1adan 6 /& 4m

    5mur 6 2 hari

    Lingkar Kepala 6 32 4m

    Status +enera '

    Ke#aa $an Le&er '

    . 1entuk 6 :ormo4ephali4, bulat, 4hepal hematoma (", ubun

    ubun terbuka 4ekung (".

    2. Bambut 6 hitam, lurus, distribusi merata, dan tidak mudah di4abut.

    //

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    45/54

    3. )ata 6 9imetris, mata 4owong (", air mata (", pupil isokor Q,

    refleks 4ahaya langsung Q, refleks 4ahaya tidak langsung Q ,eksoftalmus (",

    enoftalmus (", palpebra normal, kon#ungtia 6 anemia Q, sklera 6 ikterik Q, lensa 6

    kekeruhan Q, fisura palpebral normal, lipatan epikantus bilateral (".

    /. >!>

    >elinga 6 9truktur dan ukuran telinga normal, otorhea ("

    !idung 6 :apas 4uping hidung (", rinorhea ("

    >enggorokan 6

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    46/54

    A"$omen '

    +nspeksi 6 )assa (", distensi (", tali pusat layu (",

    kulit ikterus (", anus (".

    uskultasi 6 15 (" :

    0erkusi 6 >impani

    0alpasi 6 :yeri tekan (", hepar tak teraba, lien tak

    teraba, ren tak teraba, turgor kulit kembali lambat namun masih ; 2 detik.

    Anggota +erak'

    >ungkai tas >ungkai 1awah

    Kanan Kiri Kanan Kiri

    kral hangat

    Idema

    0u4at

    +kterus

    Kelainan bentuk

    0embengkakan

    9endi

    0embesaran K81

    ksiler

    Ailla

    +nguinal

    Kekuatan otot >DI >DI >DI >DI

    Kuit ' Kulit tampak keriput (", kering (", kulit mengelupas (", warna kulit

    me4oneal staining (", +kterus (" kramer 3, pustula (", peteki (" , flushing (", miliaria ("

    Urogenita '

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    47/54

    Dara& Lengka# (2/ gustus 2$3"

    17 6 /,-' A $3 L (: P /A$3F A$3 L"

    B17 6 -,' A $& L (: P 3,-A$&F -,$A$& L"

    !81 6 22, gdl (: P 2 F & gdl"

    !7> 6 &-,3 % (: P 3* F /'%"

    )7E 6 $,2 fL (: P '2 F - fL"

    )7! 6 3*,$ pg (: P 2* F 3 pg"

    )7!7 6 33,' gdl (:P 32 F 3&%"

    0L> 6 - A $3 L (: P -$A$3F /$$A$3 L"

    8D9 6 * mgdl (: P ;&$ mgdl"

    1ilirubin total 6 -,3' mg %

    1ilirubin direk 6 2,&- mg %

    8olongan Darah 6 1 (Bh "

    esume

    1ayi perempuan usia - hari dikeluhakan tidak bernapas spontan, lahir 97 dengan

    indikasi eklamsia, post date, lahir tidak langsung menangis. 9 6 & F '. 9aat lahir badan

    pasien biru. 0asien masuk :+75 dengan kondisi sedang, berat badan lahir 2.2$$ gram.

    0asien sempat di rawat gabung saat pasien berusia 3 hari, namun keesokan harinya pasien

    masuk :+75 lagi karena pasien dikeluhkan lemah, #arang menangis, dan kulitnya kuning.

    0asien tidak dikeluhkan panas maupun ke#ang. +bu pasien mengaku tidak memberi 9+

    anaknya semen#ak di rawat gabung hingga sampai di bawa ke :+75 lagi.

    Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesan umum 6 lemah, kesadaran 6 apatis ital

    sign dalam batas normal, ubunubun terbuka 4ekung (", sklera 6 ikterik Q, mukosa bibir 6

    kering (", tali pusat layu (", anus (", turgor kulit kembali lambat namun masih ; 2 detik.

    Kulit tampak keriput (", kering (", kulit mengelupas (". Dari pemeriksaan penun#ang

    didapatkan bilirubin total 6 -,3' mg %, bilirubin direk 6 2,&- mg %.

    Diagnosis Ker,a

    /*

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    48/54

    - 171 K)K 11LB sfiksia 9edang 9yndrome 0ost )aturitas 8rade +

    !ipotermia !iperbilirubinemia Dehidrasi

    enana Tera#i A9a

    Paning Tera#i

    Bawat inkubator

    O2 lpm

    Behidrasi +E

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    49/54

    lambat namun masih ; 2

    detik. Kulit tampak

    keriput (", kering (",

    kulit mengelupas (".

    Dari pemeriksaanpenun#ang didapatkan

    bilirubin total 6 -,3' mg

    %, bilirubin direk 6 2,&-

    mg %.

    Dehidrasi +n#. 8entamisin

    2 A $ mg

    9+ sonde ad

    lib

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    50/54

    mukosa bibir 6 kering (",

    tali pusat layu (", turgor

    kulit kembali baik. Kulit

    tampak keriput (".

    !ipotermia

    !iperbilirubi

    nemia

    Dehidrasi

    2 A $ mg

    9+ sonde ad

    lib

    emperature 6 3&,* o 7

    5bunubun terbuka datar

    (", sklera 6 ikterik Q,

    mukosa bibir 6 kering (",

    tali pusat layu (", turgor

    kulit kembali baik. Kulit

    tampak keriput (".

    - 171 K)K

    11LB

    sfiksia9edang

    9yndrome

    0ost

    )aturitas

    8rade +

    !ipotermia

    !iperbilirubi

    nemia

    Dehidrasi

    Bawat

    inkubator

    O2 lpm +E

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    51/54

    tali pusat layu (", turgor

    kulit kembali baik. Kulit

    tampak keriput (".

    !iperbilirubi

    nemia

    Dehidrasi

    9+ sonde ad

    lib

    BAB IC

    PE3BAHASAN

    -

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    52/54

    sfiksia neonatorum adalah kegagalan napas se4ara spontan dan teratur pada saat

    lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia

    dan asidosis. 0embagian klasifikasi asfiksia dibuat berdasarkan nilai apgar s4ore yaitu 6

    . sfiksia berat

    pgar s4ore $3, bayi memerlukan resusitasi segera se4ara aktif dan pemberian O 2

    terkendali.

    2. sfiksia sedang

    pgar s4ore /& memerlukan resusitasi dan pemberian O2sampai bayi dapat bernafas

    normal kembali.

    3. 1ayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar *$". Dalam hal ini bayi dianggap

    sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

    0ada kasus diatas 9 & F ', maka pasien dapat didiagnosis dengan asfiksia sedang.

    Diagnosis ini ditun#ang dari anamnesis dimana didapatkan pasien tidak bisa bernapas

    spontan, saat lahir kulit pasien berwarna biru, dan terdapat faktor resiko #anin yaitu adanya

    tanda sindrom post maturitas grade + dimana tali pusat pasien layu kulit mengelupas dan

    keriput. 9indrom post maturitas ini akan mun4ul bila bayi sudah lewat bulan atau post date

    dimana pada pasien usia kehamilan ibu /$ F / minggu. >ali pusat yang sudah layu akanmembuat aliran darah ke #anin men#adi kurang adekuat sehingga bayi dapat mengalami

    asfiksia intranatal. Didapatkan faktor resiko ibu dimana ibu mengalami eklamsia. 9aat

    ter#adi eklamsia maka ter#adi insufisiensi aliran darah ke #anin melalui plasenta dan tali

    pusat akibat tekanan darah yang tinggi. >ekanan darah yang tinggi akan menyebabkan

    arteri dan ena umbilikalis men#adi berkonstriksi sehingga dapat pula menyebabkan aliran

    darah ke bayi menurun dan dapat menyebabkan asfiksia intranatal dan post natal.

    1ayi kuning seperti pada kasus mengarahkan pada ter#adinya suatu ikterus.

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    53/54

    ini #uga didukung oleh adanya 11LB dan dehidrasi pada pasien. sehingga pasien

    memerlukan terapi fototerapi. 1ilirubin direk pada pasien adalah 6 2,&- mg %, dimana

    angka ini masih dalam kisaran normal yaitu ; 2$ % dari bilirubin total (bila bilirubin total

    @ - mgdl". Dari hasil laboratorium tersebut dapat disimpulkan bahwa pada pasien ini

    ter#adi hiperbilirubinemia tak terkon#ugasi (bilirubin tak terkon#ugasi @'-% bilirubin total".

    !al ini #uga sesuai dengan teori yang mengatakan ikterus yang disebabkan oleh bilirubin

    tak terkon#ugasi akan memberikan tampakan kuning yang lebih #elas dibandingkan dengan

    ikterus oleh karena bilirubin terkon#ugasi. 0ada pasien #uga tidak ada keluhan berupa feses

    pu4at, serta didapatkan sehingga semakin menun#ang ke arah hiperbilirubinemia tak

    terkon#ugasi.

    !iperbilirubinemia tak terkon#ugasi dapat disebabkan oleh 6

    . 9eptikemia+9K

    () reast mil* +aundice

    3. !ipotiroidisme

    /. !emolisis karena defisiensi 8&0D atau sferositosis kongenital

    -. 8alaktosemia

    0ada pasien ini belum dapat ditentukan dengan pasti apa penyebab ikterus yang

    ter#adi. pabila ditemukan hiperbilirubinemia tak terkon#ugasi maka perlu dilakukan

    beberapa pemeriksaan penun#ang seperti tes fungsi tiroid pemeriksaan urine, pemeriksaan

    hapusan darah tepi, kultur darah, serta pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan untuk

    menyingkirkan kemungkinan penyebabnya.

    >erapi untuk ikterus pasien adalah foto terapi atau terapi sinar. >erapi ini diberikan

    untuk membantu ekskresi bilirubin tak terkon#ugasi.

  • 5/25/2018 Lapsus Asfiksia Sedang + BBLR + Hipotermia

    54/54

    1. orld !ealth OrganiGation. 1asi4 :ewborn Besus4itation6 0ra4ti4al 8uide

    Beision. 8enea6 orld !ealth OrganiGation= . Diunduh dari6

    www.who.intreprodu4tiehealthpubli4ationsnewbornRresusR4itationindeA.html.

    2. +D+. sfiksia :eonatorum. Dalam6 9tandar 0elayanan )edis Kesehatan nak.

    ?akarta6 1adan 0enerbit +D+= 2$$/.h. 2*22*&. (leel of eiden4e +E".

    3. meri4an 4ademy of 0ediatri4s dan meri4an !eart sso4iation. 1uku panduan

    resusitasi neonatus. Idisi ke-. ?akarta6 0erinasia= 2$$&.

    /. 0arer ?>.