28
LAPORAN RESMI TENSILE TEST ( UJI TARIK) Disusun Oleh : Eriana Lulu Nadhira (6511040019) Rizanti Camellia (6511040021) Febriyanti Dwi R. (6511040023) Lutfian Aditya P. (6511040029)

Lapres Tensile

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Uju

Citation preview

Page 1: Lapres Tensile

LAPORAN RESMI

TENSILE TEST ( UJI TARIK)

Disusun Oleh :

Eriana Lulu Nadhira (6511040019)

Rizanti Camellia (6511040021)

Febriyanti Dwi R. (6511040023)

Lutfian Aditya P. (6511040029)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 2: Lapres Tensile

2012

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Tujuan

Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat melakukan pengujian tarik

(tensile test) terhadap suatu material.

Tujuan Instruksional Khusus: 1. Mahasiswa mampu membuat diagram

tegangan- regangan teknik dan

sebenarnya berdasarkan diagram beban-

pertambahan panjang yang di dapat dari

hasil pengujian.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan,

menganalisa sifat-sifat mekanik material

yang terdiri dari kekuatan tarik

maksimum, kekuatan tarik luluh,

reduction of area, elongation dan modulus

elastisitas.

1.2. Dasar Teori

Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu

perancangan konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik. Kekuatan

tarik suatu bahan di dapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang dilaksanakan

berdasarkan standar pengujian yang telah baku seperti ASTM (Assotiation

Society Test and Material) JIS(Japan Industrial Standart), DIN (Deutches Institut

for Nurmunge).dan yang lainnya.

Terdapat beberapa Spesimen pada uji tarik. Bentuk spesimen

sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

1. Spesimen Plat

Batang uji berupa plat ditentukan dahulu gauge lengthnya, yaitu 60

mm. Setelah itu diambil titik tengah dari gauge length, yaitu A0 = 30 mm &

B0 = 30 mm. Kesemuanya itu diberi tanda dengan penitik kemudian diukur

Page 3: Lapres Tensile

kembali panjang gauge lenghtnya apakah tepat 60 mm atau tidak, setelah itu

nilainya dimasukkan kedalam penandaan (L0).

Gambar 1.1 Spesimen Plat2. Spesimen Round Bar

Batang uji berupa rounded ditentukan dulu gauge lenghtnya, yaitu 60

mm lalu ditentukan titik tegah gauge lenghtnya. Stelah itu diukur lagi

panjang gauge length dari A ke B untuk dimasukkan kedalam penandaan

(Lo). Setelah itu ditandai dengan penitik.

Gambar 1.2 Spesimen Round Bar

3. Spesimen Beton Neser

Batang uji berupa deformed diratakan dulu ujung-ujungnya

supaya dapat diperoleh pengukuran panjang yang lebih presisi. Ujung batang

dapat diratakan dengan cara dikikir maupun dipotong dengan alat pemotong

logam. Setelah itu diukur panjang batang uji dengan menggunakan jangka

sorong, lalu ditentukan titik tengahnya dan dapat ditandai dengan

menggunakan penitik.

Setelah itu ditentukan gauge lenghtnya , yaitu 70 mm sehingga A0 dan

B0 adalah masing-masing 35 mm dan juga ditandai dengan penitik. Baru

kemudian diukur lagi panjang gauge lenghtnya (A ke B) yang kemudian hasil

pengukuran dimasukkan kedalam penandaan (Lo)

Page 4: Lapres Tensile

Gambar 1.3 Spesimen Beton Neser

Pada pengujian tarik spesimen diberi beban uji aksial yang semakin

besar secara kontinyu. Sebagai akibat pembebanan aksial tersebut, spesimen

mengalami perubahan panjang. Perubahan beban (P) dan perubahan panjang

(∆L) tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik, yang merupakan fungsi

beban dan pertambahan panjang dan disebut sebagai grafik P - ∆L dan

kemudian dijadikan grafik Stress-Strain (Grafik - ) yang menggambarkan

sifat bahan secara umum.

Gambar 1.4 grafik P- hasil pengujian tarik beberapa logam

Dari gambar 1.4 di atas tampak bahwa sampai titik p perpanjangan

sebanding dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum

Hooke, sedangkan titik p merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh

karena itu titik p di sebut juga batas proporsional. Sedikit di atas titik p

terdapat titik e yang merupakan batas elastis di mana bila beban di hilangkan

maka belum terjadi pertambahan panjang permanen dan spesimen kembali

Page 5: Lapres Tensile

kepanjang semula. Daerah di bawah titik e di sebut daerah elastis. Sedangkan

di atasnya di sebut daerah plastis.

Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni

di mana logam mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban

yang berarti. Dengan kata lain titik yield merupakan keadaan di mana

spesimen terdeformasi dengan beban minimum. Deformasi yang yang di

mulai dari titik y ini bersifat permanen sehingga bila beban di hilangkan

masih tersisa deformasi yang berupa pertambahan panjang yang di sebut

deformasi plastis. Pada kenyataannya karena perbedaan antara ke tiga titik p,

e dan y sangat kecil maka untuk perhitungan teknik seringkali keberadaan ke

tiga titik tersebut cukup di wakili dengan titik y saja.

Dalam kurva titik y ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar

atau beban relatif tetap. Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua

logam. Pada material yang ulet seperti besi murni dan baja karbon rendah,

titik y tampak sangat jelas. Namun pada umumnya penampakan titik y tidak

tampak jelas. Untuk kasus seperti ini cara menentukan titik y dengan

menggunakan metode offset.

Metode offset di lakukan dengan cara menarik garis lurus yang

sejajar dengan garis miring pada daerah proporsional dengan jarak 0,2% dari

regangan maksimal. Titik y di dapat pada perpotongan garis tersebut dengan

kurva σ-ε (gambar 1.5)

Gambar 1.5 Metode offset untuk menentukan titik yield

Page 6: Lapres Tensile

Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan

semakin besar pada keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum di

tunjukkan dengan puncak kurva sampai pada beban maksimum ini, deformasi

yang terjadi masih homogen sepanjang spesimen.

Pada material yang ulet (ductile), setelahnya beban maksimum akan

terjadi pengecilan penampang setempat (necking), selanjutnya beban turun

dan akhirnya spesimen patah. Sedangkan pada material yang getas (brittle),

spesimen akan patah setelah tercapai beban maksimum.

Grafik Tegangan-Regangan Teknik( )

Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva tersebut

sebenarnya belum menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya menunjukkan

kekuatan spesimen saja. Untuk mendapatkan kekuatan materialnya maka grafik

tersebut harus di konversikan ke dalam tegangan-regangan teknik (grafik

). Grafik di buat dengan asumsi luas penampang spesimen konstan

selama pengujian. Oleh karena itu penggunaan grafik ini terbatas pada konstruksi

yang man deformasi permanen tidak di perbolehkan terjadi. Berdasarkan asumsi

luas penampang konstans tersebut maka persamaan yang di gunakan adalah :

= P/Ao ……………………………………………………………..(1)

………………………………………………….(2)

Dimana

tegangan teknik (kN/mm2)

P = tegangan teknik (kN)

Ao = luas penampang awal spesimen (mm2)

= regangan teknik (%)

= panjang awal spesimen (mm)

= panjang spesimen setelah patah (mm)

= pertambahan panjang (mm) =

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan kurva ke

dalam grafik adalah sebagai berikut:

1. Ubahlah kurva menjadi grafik dengan cara menambahkan

sumbu tegak sebagai P dan sumbu mendatar sebagai .

Page 7: Lapres Tensile

2. Tentukan skala beban (p) dan skala pertambahan panjang pada grafik

. Untuk menentukan skala beban bagilah beban maksimal yang di dapat

dari mesin dengan tinggi kurva maksimal, atau bagilah beban yield (bila ada)

dengan tinggi yield pada kurva. Sedangkan untuk menentukan skala

pertambahan panjang, bagilah panjang setelah patah dengan panjang

pertambahan total pada kurva Dari perhitungan tersebut akan di dapatkan data:

a) Skala beban (P) 1mm : ........... kN

b) Skala pertambahan panjang 1mm : ........... mm

3. Ambillah 3 titik di daerah elastis, 3 titik di sekitar yield ( termasuk y), 3 titik di

sekitar beban maksimal (termasuk u) dan satu titik patah (f). Tentukan besar

beban dan pertambahan panjang ke sepuluh titik tersebut berdasarkan skala

yang telah di buat di atas. Untuk membuat tampilan yang baik, terutama pada

daerah elastis, tentukan terlebih dahulu kemiringan garis proporsional

dengan memakai persamaan Hooke di bawah ini:

.........................................................................................................(3)

Dimana:

= tegangan/ stress (kg/mm2, MPA,Psi)

= modulus elastisitas (kg/mm2,MPA,Psi)

ε = regangan/strain (mm/mm, in/in)

dari persamaan 3 di dapatkan

= ………………………………………………………….(4)

4. Konversikan ke sepuluh beban (P) tersebut ke tegangan teknik dengan

menggunakan persamaan 1 dan konversikan pertambahan panjangnya ke

regangan teknik dengan memakai persamaan 2.

5. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar dan sumbu tegak berdasarkan ke

sepuluh titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi (gambar 1.6) akan mirip

dengan kurva , karena pada dasarnya grafik dengan kurva

identik, hanya besaran sumbu-sumbunya yang berbeda.

Page 8: Lapres Tensile

Gambar 1.6 Grafik hasil konversi grafik

Grafik Tegangan-Regangan Sebenarnya

Grafik tegangan-regangan sebenarnya di buat dengan kondisi

luas penampang yang terjadi selama pengujian. Penggunaan grafik ini khususnya

pada manufaktur di mana deformasi plastis yang terjadi menjadi perhatian untuk

proses pembentukkan. Perbedaan paling menyolok grafik ini dengan dengan

grafik terletak pada keadaan kurva setelah titik u (beban ultimate). Pada

grafik setelah titik u, kurva akan turun sampai patah di titik f (frakture),

sedangkan pada grafik kurva akan terus naik sampai patah di titik f.

Kenaikkan tersebut di sebabkan tegangan yang terjadi di perhitungkan untuk luas

penampang sebenarnya sehingga meskipun beban turun namun karena tingkat

pengecilan penampang lebih besar, maka tegangan yang terjadi juga lebih besar.

Berdasarkan asumsi volume konstan maka persamaan yang di gunakan adalah:

σ = ( 1 + )..........................................................................................(5)

= ℓn ( 1 + )..........................................................................................(6)

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan garfik ke dalam

grafik adalah sebagai berikut:

1. Ambil kembali ke sepuluh titik pada grafik yang merupakan konversi

dari grafik .Untuk menentukan nilai tegangan sebenarnya gunakan

persamaan 5 sedangkan untuk nilai regangan sebenarnya gunakan persamaan

6.Persaman tersebut hanya berlaku sampai titik maksimum yaitu titik 1-8.

Page 9: Lapres Tensile

Sedangkan nilai ke dua titik lainnya (titik 9 dan titik 10) yang berada setelah

puncak kurva akan mengalami perubahan.

2. Untuk menghitung nilai tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya pada

kedua titik tersebut gunakan persamaan berikut:

......................................................................................................(7)

= ℓn Ao/Ai)................................................................................................(8)

Dimana Ai = Luas penampang sebenarnya. Untuk titik ke-10, A10

adalah luas penampang setelah patah, sedangkan untuk titik ke-9, A9 nilainya

antara A8 dengan A10.

3. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar dan sumbu tegak berdasarkan ke

sepuluh titik acuan tersebut.

Gambar 1.7 Grafik Tegangan dan Regangan sebenarnya

Sifat Mekanik yang di dapat dari uji tarik

1. Tegangan Tarik Yield

…………….………………………………………………...(9)

Dimana = tegangan yield (kN/mm2)

Py = beban yield (kN)

2. Tegangan Tarik Maksimum/ Ultimate

………………….……………………..........……………...(10)

Dimana = tegangan ultimate (kN/mm2)

pu = beban ultimate (kN)

Page 10: Lapres Tensile

3. Regangan

.....................................................................................(11)

di mana = regangan (%).

= pertambahan panjang (mm)

= panjang awal spesimen (mm)

Regangan tertinggi menunjukkan nilai keuletan suatu material.

4. Modulus Elastisitas (E)

Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas

menunjukkan kekakuan suatu material. Semakin besar nilai E, menandakan

semakin kakunya suatu material. Harga E ini di turunkan dari persamaan

hukum Hooke sebagaimana telah di uraikan pada persamaan 3 dan 4.

Dari persamaan tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu material

relatif terhadap yang lain dapat di amati dari sudut kemiringan pada garis

proporsional. Semakin besar , semakin kaku material tersebut.

5. Reduksi Penampang/Reduction of Area (RA )

RA=[(A0-A’)/A0] 100%

Dimana A’ = luas penampang setelah patah (mm2)

Reduksi penampang dapat juga di gunakan untuk menetukan keuletan material.

Semakin tinggi nilai RA, semakin ulet material tersebut.

Page 11: Lapres Tensile

BAB II

METODOLOGI

2.1. Material

1. Spesimen uji tarik pelat.

2. Spesimen uji tarik round bar.

3. Spesimen uji tarik deformat.

4. Specimen uji tarik beton neser.

5. Kertas milimeter.

2.2. Peralatan

1. Mesin uji tarik.

2. Kikir.

3. Jangka sorong.

4. Ragum.

5. Penitik.

6. Palu.

2.3. Langkah Kerja

1. Menyiapkan Spesimen

a. Ambil spesimen dan jepit pada ragum.

b. Ambil kikir, dan kikir bekas machining pada spesimen yang memungkinkan

menmyebabkan salah ukur.

c. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

2. Pembuatan gauge length

a. Ambil penitik dan tandai spesimen dengan dua titikan sejuh 50 mm.

Posisikan gauge lenght tepat di tengah-tengah spesimen.

b. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

3. Pengukuran dimensi

a. Ambil spesimen dan ukur dimensinya.

b. Catat jenis spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja.

c. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

Page 12: Lapres Tensile

4. Pengujian pada mesin uji tarik

a. Catat data mesin pada lembar kerja.

b. Ambil kertas milimeter dan pasang pada tempatnya.

c. Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat.

d. Setting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik.

e. Berikan beban secara kontinyu sampai spesimen patah.

5. Amati dan catat besarnya beban pada saat yield, ultimate dan patah

sebagaimana yang tampak pada monitor beban.

6. Setelah patah, ambil spesimen dan ukur panjang dan luasan penampang yang

patah.

7. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

Page 13: Lapres Tensile

BAB IIIANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1. Spesimen 1 ( Plate ).Skala beban = Beban maksimum dari mesin uji tarik

Tinggi kurva Maksimum

= 41,62 kN 86 mm

= 0,48 kN/mm

1 mm = 0,48 kN/mm

skala Δl = perpanjangan setelah specimen patah Pertambahan panjang total pada kurva

= 74,40-53,80 40 mm

= 0,62 mm/mm

1 mm = 0,62 mm/mm

No X YSkala

XSkala

YΔl

(mm)P

(KN) Lo Li Ao(mm²) A1(mm²)

σt (KN/mm²

)t

(mm/mm)

σs (KN/mm²

)s

(mm/mm)

0,00 0,00 0,00 0,62 0,48 0,00 0,00 53,80 53,80 129,98 129,98 0,00 0,00 0,00 0,00

1,00 1,50 17,00 0,62 0,48 0,94 8,23 53,80 54,74 129,98 127,76 0,06 0,02 0,06 0,02

2,00 3,00 38,00 0,62 0,48 1,87 18,39 53,80 55,67 129,98 125,61 0,14 0,03 0,15 0,03

3,00 4,00 59,00 0,62 0,48 2,50 28,55 53,80 56,30 129,98 124,21 0,22 0,05 0,23 0,05

4' 4,00 70,00 0,62 0,48 2,50 33,88 53,80 56,30 129,98 124,21 0,26 0,05 0,27 0,05

5,00 7,00 71,00 0,62 0,48 4,37 34,36 53,80 58,17 129,98 120,22 0,26 0,08 0,29 0,08

6,00 10,00 78,00 0,62 0,48 6,24 37,75 53,80 60,04 129,98 116,47 0,29 0,12 0,32 0,11

7,00 15,00 84,00 0,62 0,48 9,36 40,65 53,80 63,16 129,98 110,71 0,31 0,17 0,37 0,16

8'' 22,00 86,00 0,62 0,48 13,73 41,62 53,80 67,53 129,98 103,55 0,32 0,26 0,40 0,23

9,00 31,00 73,00 0,62 0,48 19,35 35,33 53,80 73,15 129,98 76,82 0,27 0,36 0,46 0,53

10''' 33,00 58,00 0,62 0,48 20,60 28,07 53,80 74,40 129,98 45,98 0,22 0,38 0,61 1,04

= Titik yield '' = Titik maksimum ''' = Titik patah

Tabel 3.1 Spesimen 1 ( Plate )

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen

Plat adalah sebagai berikut :

Tegangan Tarik Yield ( ) = Py

Ao

= 32,42 kN

129,98 mm2

= 249,42 MPa

Page 14: Lapres Tensile

Tegangan Tarik Maksimum ( ) = Pu

Ao

= 41,62 kN

129,98 mm

= 320,20 MPa

Regangan maksimum

max = (DL/Lo)x100%

= (74,40-53,80 /53,80 mm) x 100%

= 38,29 %

Reduksi penampang (Reduction of Area)

RA = (Ao – A1)mm / 50,70mm x 100%

= (129,98-45,98)mm / 129,98mm x 100%

= 64,62 %

Modulus Elastisitas

E = s/

= 320,20 / 38,29

= 8,36 MPa

Gambar 3.1 Grafik Tegangan-Regangan Spesimen 1(Plate)

Page 15: Lapres Tensile

3.2. Spesimen 2 ( Round Bar)

Skala beban = Beban maksimum dari mesin uji tarik Tinggi kurva Maksimum

= 72,16 kN 148 mm

= 0,49 kN/mm

1 mm = 0,49 kN

skala Δl = perpanjangan setelah specimen patah Pertambahan panjang total pada kurva

= 18 mm 40 mm

= 0,45 mm/mm

1 mm = 0,45 mm

Tabel 3.2 Spesimen 2 ( Round Bar)

No X YSkala

XSkala

YΔl

(mm) P(kN) Lo Li Ao(mm²) A1(mm²)σt

(kN/mm²)t

(mm/mm)σs

(kN/mm²)s

(mm/mm)

0,00 0,00 0,00 0,45 0,49 0,00 0,00 51,70 51,70 134,78 134,78 0,00 0,00 0,00 0,00

1,00 2,00 29,00 0,45 0,49 0,90 14,14 51,70 52,60 134,78 132,47 0,10 0,02 0,11 0,02

2,00 4,00 55,00 0,45 0,49 1,80 26,82 51,70 53,50 134,78 130,25 0,20 0,03 0,21 0,03

3,00 6,00 80,00 0,45 0,49 2,70 39,01 51,70 54,40 134,78 128,09 0,29 0,05 0,30 0,05

4' 9,00 105,00 0,45 0,49 4,05 51,19 51,70 55,75 134,78 124,99 0,38 0,08 0,41 0,08

5,00 11,00 112,00 0,45 0,49 4,95 54,61 51,70 56,65 134,78 123,00 0,41 0,10 0,44 0,09

6,00 14,00 128,00 0,45 0,49 6,30 62,41 51,70 58,00 134,78 120,14 0,46 0,12 0,52 0,11

7,00 19,00 142,00 0,45 0,49 8,55 69,23 51,70 60,25 134,78 115,65 0,51 0,17 0,60 0,15

8'' 27,00 148,00 0,45 0,49 12,15 72,16 51,70 63,85 134,78 109,13 0,54 0,24 0,66 0,21

9,00 37,00 127,00 0,45 0,49 16,65 61,92 51,70 68,35 134,78 75,89 0,46 0,32 0,82 0,57

10''' 40,00 101,00 0,45 0,49 18,00 49,24 51,70 69,70 134,78 34,73 0,37 0,35 1,42 1,36

= Titik yield '' = Titik maksimum ''' = Titik patah

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen

Round Bar adalah sebagai berikut :

Tegangan Tarik Yield ( ) = Py

Ao

= 50,15 kN

134,78 mm2

= 372,09 MPa

Tegangan Tarik Maksimum ( )

Page 16: Lapres Tensile

= Pu

Ao

= 72,16 kN

134,78 mm

= 535,39 MPa

Regangan maksimum

max = (DL/Lo)x100%

= (18 mm /51,70 mm) x 100%

= 34,81 %

Reduksi penampang (Reduction of Area)

RA = (A0 – A1)/A0 x 100%

= (134,78 – 34,73)mm / 134,78 mm x 100%

= 74,23 %

Modulus Elastisitas titik ke-2

E = s/

= 535,39 / 34,81

= 15,38

Gambar 3.1 Grafik Tegangan-Regangan Spesimen 2 (Round Bar)

3.3. Spesimen 3 (Beton Neser)

Page 17: Lapres Tensile

Skala beban = Beban maksimum dari mesin uji tarik Tinggi kurva Maksimum

= 34,47 kN 77 mm

= 0,49 kN / mm

1mm = 0,49 kN

skala Δl = perpanjangan setelah specimen patah Pertambahan panjang total pada kurva

= 13,9 mm / 67 mm = 0,21

1 mm = 0,21 mm / mm

Tabel 3.3 Spesimen 3 (Beton Neser)

No X YSkala

XSkala

YΔl

(mm)P

(KN) Lo LiAo

(mm²)A1

(mm²)

σt (KN/mm²

)t

(mm/mm)

σs (KN/mm²

)s

(mm/mm)

0 0 0 0,21 0,49 0,00 0,00 83,70 83,70 69,60 69,60 0,00 0,00 0,00 0,001 1 15 0,21 0,49 0,21 7,30 83,70 83,91 69,60 69,43 0,10 0,00 0,11 0,002 2 30 0,21 0,49 0,41 14,60 83,70 84,11 69,60 69,26 0,21 0,005 0,21 0,003 4 47 0,21 0,49 0,83 22,87 83,70 84,53 69,60 68,92 0,33 0,01 0,33 0,014' 5 56 0,21 0,49 1,04 27,25 83,70 84,74 69,60 68,75 0,39 0,01 0,40 0,015 23 69 0,21 0,49 4,77 33,58 83,70 88,47 69,60 65,85 0,48 0,06 0,51 0,066 33 74 0,21 0,49 6,85 36,01 83,70 90,55 69,60 64,34 0,52 0,08 0,56 0,087 44 76 0,21 0,49 9,13 36,98 83,70 92,83 69,60 62,76 0,53 0,11 0,59 0,108'' 58 77 0,21 0,49 12,03 37,47 83,70 95,73 69,60 60,85 0,54 0,14 0,62 0,139 66 68 0,21 0,49 13,69 33,09 83,70 97,39 69,60 43,77 0,48 0,16 0,76 0,46

10''' 67 57 0,21 0,49 13,90 27,74 83,70 97,60 69,60 22,90 0,40 0,17 1,21 1,11 = Titik yield '' = Titik maksimum ''' = Titik patah

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen

Beton Neser adalah sebagai berikut :

Tegangan Tarik Yield ( ) = Py

Ao

= 27,57 kN

69,60 mm2

= 396,12 MPa

Tegangan Tarik Maksimum ( )

Page 18: Lapres Tensile

= Pu

Ao

= 37,47 kN

69,60 mm

= 538,36 Mpa

Regangan maksimum

max = (DL/Lo)x100%

= (13,9 mm/83,70 mm) x 100%

= 16,6 %

Reduksi penampang (Reduction of Area)

RA = (A0 – A1)/A0 x 100%

= (69,6 – 22,9 )mm / 69,6 mm x 100%

= 67,097 %

Modulus Elastisitas

E = s/

= 538,36 / 16.6

= 32,43 Mpa

Gambar 3.1 Grafik Tegangan-Regangan Spesimen 3 (Beton Neser)

Page 19: Lapres Tensile

BAB IVPENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari hasil penghitungan diatas, maka diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.1 Sifat mekanik

No Spesimen σy(kN/mm2) σu(kN/mm2) E(kN/mm2) εmax(%) RA(%)1 Plat 0,249 0,320 8,36 18,93 55,532 Round Bar 0,372 0,535 15,38 33,33 59,83

3Beton Neser 0,396 0,538 32,43 27, 29 47,54

Dari data yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa:

Spesimen 3 memiliki kekuatan elastic paling besar karena nilai tegangan

yieldnya paling besar

Spesimen 3 memiliki kekuatan tarik paling besar karena memiliki tegangan

maksimum paling besar

Spesimen 3 memiliki kekakuan paling besar karena modulus elastisitasnya

paling tinggi.

Spesimen 1 memiliki keuletan paling rendah karena memiliki elongation

paling kecil.

Ketidak tepatan hasil percobaan disebabkan oleh :

1. Kesalahan pemasangan spesimen pada mesin uji tarik (anvil)

2. Sambungan benda dari hasil las-lasan

3. Pembacaan nilai hasil pengujian yang kurang tepat

4. Ketidaktelitian pengukuran material yang tidak homogen (luasan tidak sama)

5. Pembulatan bilangan desimal pada perhitungan dan hasil perhitungan itu

sendiri

6. Kesalahan pengambilan titik pada kurva hasil pengujian

Page 20: Lapres Tensile

Daftar Pustaka

1. Harsono, Dr, Ir & T.Okamura, Dr, [1991], Teknologi Pengelasan

Logam, PT. Pradya Paramita, Jakarta

2. Wachid Suherman, Ir, [1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan

Teknik Mesin FTI, ITS

3. Dosen Metallurgi, [1986], Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik

Mesin FTI, ITS

4. M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik

Bangunan Kapal, PPNS

5. Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan

Teknik Permesinan Kapal, PPNS