Upload
lovian-andriani-sinambela
View
30
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
teknologi benih
Citation preview
Laporan Akhir Praktikum
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Perbenihan II
Disusun oleh:Kelompok 8
No
.
Nama NPM
1. Mohammad Iqbal 150510120129
2. Lovian A Sinambela 150510120130
3. Ilham Karamatur R 150510120144
4. Muhammad Yusuf 150510120154
5. Angela P H Silalahi 150510120197
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang
selalu tercurah pada hambanya, sehingga kami dapat menyelesaikan “Laporan Akhir
Praktikum Teknologi Perbenihan II”
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan lapora ini. kami juga khususnya terimakasih kepada dosen yang mebimbing
kami saat praktikum dilapangan. Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada para
penulis yang tulisannya dikutip sebagai bahan rujukan.
Laporan ini mengulas tentang proses Pertumbuhan tanman kedelai mutiara 1 dengan
berbagai perlakuan yaitu menggunakan biosugi dengan dosis control(netral), 2cc dan 4cc.
Laporan ini tentunya masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
berpatisipasi dalam penyusunan laporan ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi usaha
kita. Aamiin.
Jatinangor, 12 April 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan kedelai nasional masih harus dipenuhi dari impor karena produksi dalam
negeri belum mampu memenuhi permintaan dalam negeri yang terus menerus meningkat
karena kedelai banyak digunakan untuk industri pangan antara lain tahu, tempe, dan susu
kedelai yang telah menjadi menu masyarakat.
Kedelai merupakan tanaman sumber protein yang murah, sehingga dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Kebutuhanterhadap kedelai semakin meningkat
dari tahun ketahun sejalan dengan bertambahnya penduduk dan meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap makanan berprotein nabati. DataBPS (2007 dalam Anonim
2008) menyebutkan kebutuhan kedelai dalam negeri kurang lebih mencapai 2 juta ton/tahun,
dimana produksi dalam negeri tahun 2007 baru mencapai 608.263 ton. Produksi
kedelai Nasional dalam 8 tahun terakhir dari tahun 2000 sampai 2007 ternyata mengalami
penurunan rata-rata sebesar 7,20 %.
Kedelai merupakan tanaman legum yang kaya protein nabati, karbohidrat dan lemak.
Biji kedelai juga mengandung fosfor, besi, kalsium,vitamin B dengan komposisi asam amino
lengkap, sehingga potensial untuk pertumbuhan tubuh manusia (Pringgohandoko dan
Padmini, 1999). Kedelai juga mengandung asam-asam tak jenuh yang dapat mencegah
timbulnya arteri sclerosis yaitu terjadinya pengerasan pembuluh nadi (Taufiq dan Novo,
2004).
Upaya meningkatkan produktivitas tanaman kedelai dapat dilakukan dengan
banyak cara. Produksi tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya,
pengendalian hama dan pemupukan yang dapat dilakukan melalui akar dan daun.
Pemupukan melalui daun dilakukan dengan menyemprotkan pupuk dalam bentuk cair pada
tanaman secara langsung. Metode ini merupakan metode yang efektif untuk memberikan hara
yang terkandung dalam pupuk, karena pupuk mudah masuk dan terserap ke dalam stomata.
Pemupukan dapat dilakukan dengan memberikan dosis pupuk yang berbeda pada
tanaman. Perbedaan dosis tersebut akan mempengaruhi kepekatan pupuk serta absorbsi
ke dalam tanaman melalui stomata.
1.2 Identifikasi Masalah
1 Bagaimana budidaya tanaman kedelai mutiara yang tepat?
2 Bagimana pengaruh dosis pemberian berbagai dosis biosugih terhadap tanaman
kedelai mutiara?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui budidaya yang tepat untuk kedelai mutiara
2. Mengetahui pengaruh dosis pemberian berbagai dosis biosugih terhadap tanaman
kedelai mutiara
BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu Pelaksanaan dan Persiapan Media
Tempat pelaksanaan : Praktikum di kebun percobaan ciparanje
Waktu pelaksanaan : 26 februari sampai dengan 28 mei
Alat
1. Polibag
2. Semprotan
3. Cangkul
4. Cup pelastik
5. Penggaris
6. Alat tulis
Bahan
1. Benih kedelai mutiara 1
2. Larutan biosugih
3. Air
4. Pupuk NPK
5. Media Cocopeat
6. Kiascing
2.2 Prosedur Kerja
1. Memasukan cocopeat ke dalam 18 polibag
2. Menyiram media tanam cocopeat dengan air selama 3 hari berturut-turut (rentang
waktu selama seminggu)
3. Membagi 18 polibag menjadi 3 bagian untuk 3 perlakuan yaitu,
K4B1 = control
K4B2 = Biosugih 2cc
K4B# = Biosugih 4cc
4. Setelah polibag dibagi menjadi 3 perlakuan, memasukan kascing sebanyak 100 gram
pada masing masing polibag pada media cocopeat yang telah tersedia sebelumnya
5. Seminggu kemudian menanam 2 benih kedelai mutiara pada setiap polibag
6. Menyiram media tanam cocopeat yang telah di tanam benih kedelai mutiara 1 dengan
menggunakan air
7. Minggu berikutnya memberikan perlakuan berbeda pada setiap polibag yang dibagi
menjadi 3 bagian
Keterangan :
a. Menyiram 6 polibag dengan labet K4B1 dengan air (control)
b. Menyiram 6 polibag dengan labet K4B2 dengan Biosugih 2cc
c. Menyiram 6 polibag dengan labet K4B3 dengan Biosugih 4cc
8. Menggamati dan mengukur setiap komponen pertumbuhan tanaman yang
sudahtumbuh dan melakukan pemeliharaan yang sama seperti kegiatan pada point
nomer 7 yatu pemberian air dan larutan biosugih
9. Melakukan pemeliharaan yang sama seperti poin nomer 8 setiap minggunya sampai
dengan tanggal 28 mei 2014
7.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asal Usul dan Taksonomi Tanaman Kedelai
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia
sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi
pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai negara
tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika.
Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan
pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara,
dan pulaupulau lainnya.
Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan
Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima
dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill.
Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill
2.2 Morfologi Tanaman Kedelai
Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman
semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun,
batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal.
1. Akar
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar misofil.
Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon
yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang
cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang
dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga
seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada
umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang
terlalu tinggi. Perkembangan akar kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia
tanah, jenis tanah, cara pengolahan lahan, kecukupan unsur hara, serta ketersediaan air di
dalam tanah. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m atau lebih pada
kondisi yang optimal, namun demikian, umumnya akar tunggang hanya tumbuh pada
kedalaman lapisan tanah olahan yang tidak terlalu dalam, sekitar 30-50 cm. Sementara akar
serabut dapat tumbuh pada kedalaman tanah sekitar 20-30 cm. Akar serabut ini mula-mula
tumbuh di dekat ujung akar tunggang, sekitar 3-4 hari setelah berkecambah dan akan semakin
bertambah banyak dengan pembentukan akar-akar muda yang lain.
2. Batang dan cabang,
Hipokotil pada proses perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari pangkal
akar sampai kotiledon. Hipokotil dan dua keping kotiledon yang masih melekat pada
hipokotil akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada diatas
kotiledon tersebut dinamakan epikotil. Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua
tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini
didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate
ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga.
Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih
bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Jumlah buku pada batang
tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan periode panjang penyinaran pada siang
hari. Cabang akan muncul di batang tanaman
3. Daun
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang
tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun
bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa pertumbuhan. Umumnya, bentuk
daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat
erat dengan potensi produksi biji.
4. Bunga
Tanaman kedelai, mempunyai dua stadia tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia
reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari tanaman berkecambah sampai saat berbunga,
sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga sampai pemasakan biji.
Tanaman kedelai termasuk peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya saat
pembentukan bunga. Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu. Tangkai bunga umumnya
tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak
tangkai daun sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai.
Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi dan
kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak.
Hal ini akan merangsang pembentukan bunga. Setiap ketiak tangkai daun yang mempunyai
kuncup bunga dan dapat berkembang menjadi polong disebut sebagai buku subur. Tidak
setiap kuncup bunga dapat tumbuh menjadi polong. Jumlah bunga yang rontok tidak dapat
membentuk polong yang cukup besar.
5. Polong dan biji
Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji.
Hal ini kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning kecoklatan
pada saat masak. Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak
gepeng, dan bulat telur. Pada varietas mutiara memiliki bentuk bulat lonjong. Biji kedelai
terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio). Pada kulit biji terdapat
bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum
terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji.
Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran
dari warna-warna tersebut. Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga setelah
proses pembijian selesai, biji kedelai dapat langsung ditanam. Namun demikian, biji tersebut
harus mempunyai kadar air berkisar 12-13%.
6. Bintil akar dan Fiksasi Nitrogen
Tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen (N2) di atmosfer melalui aktivitas bekteri
pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman
yang diberi nama nodul atau bintil akar. Keberadaan Rhizobium japonicum di dalam tanah
memang sudah ada karena tanah tersebut ditanami kedelai atau memang sengaja ditambahkan
ke dalam tanah. Nodul atau bintil akar tanaman kedelai umumnya dapat mengikat nitrogen
dari udara pada umur 10 – 12 hari setelah tanam, tergantung kondisi lingkungan tanah dan
suhu. Kelembaban tanah yang cukup dan suhu tanah sekitar 25°C sangat mendukung
pertumbuhan bintil akar tersebut. Perbedaan warna hijau daun pada awal pertumbuhan (10 –
15 hst) merupakan indikasi efektivitas Rhizobium japonicum. Namun demikian, proses
pembentukan bintil akar sebenarnya sudah terjadi mulai umur 4 – 5 hst, yaitu sejak
terbentuknya akar tanaman. Pada saat itu, terjadi infeksi pada akar rambut yang merupakan
titik awal dari proses pembentukan bintil akar. Oleh karena itu, semakin banyak volume akar
yang terbentuk, semakin besar pula kemungkinan jumlah bintil akar atau nodul yang terjadi.
Kemampuan memfikasi N2 ini akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman,
tetapi maksimal hanya sampai akhir masa berbunga atau mulai pembentukan biji. Setelah
masa pembentukan biji, kemampuan bintil akar memfikasi N2 akan menurun bersamaan
dengan semakin banyaknya bintil akar yang tua dan luruh. Di samping itu, juga diduga
karena kompetisi fotosintesis antara proses pembentukan biji dengan aktivitas bintil akar.
Salah satu varietas unggul kedelai adalah Mutiara 1 merupakan hasil dari para ahli
peneliti di pusat penelitian tanaman pangan, karena berbagai keunggulan yang dimiliki
varietas Mutiara 1, maka oleh Menteri Pertanian berdasarkan SK Nomor 2602 / kpts/
SR.120/7/2010 telah dilepas sebagai varietas unggul dengan nama Mutiara 1.
Keunggulan kedelai varietas Mutiara 1 seperti varietas lainnya juga, yang secara
bertahap mengalami perbaikan dan keunggulan dari varietas sebelumnya. Keunggulan
tersebut dalam hal; umur pendek, produksi tinggi, ukuran biji super dan ketahanan terhadap
hama penyakit. Secara rinci deskripsi kedelai varietas Mutiara 1 dapat dilihat di bawah ;
Deskripsi Kedelai Varietas Mutiara 1
Asal : Iradiasi sinar γ 150 Gy pada varietas Muria.Tinggi tanaman : ± 46,8 cmTipe pertumbuhan : DeterminiteWarna daun : HijauBentuk daun : LanceolateWarna hipokotil : UnguUmur bunga : ± 30 hariWarna bunga : UnguWarna polong masak : CoklatUmur panen : ± 82 hariWarna bulu : Putih kecoklatanBentuk biji : Bulat lonjongWarna biji : KuningWarna hilum : HitamUkuran biji : Super besarBobot 100 butir : ± 23,2 gramKandungan protein : ± 37,7 %Kandungan lemak : ± 13,8 %Rata - rata hasil : 2,4 ton / haPotensi hasil : 4,1 ton / haKerebahan : Tahan rebahKetahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap penyakit karat daun (Phakospora pachirhyzi Syd), tahan terhadap penyakit bercak / hawar daun coklat ( Cercospora) dan agak rentan CMMV. Ketahanan terhadap hama : Tahan terhadap hama penggerek pucuk (Melanagromyza sojae) .Keterangan : Berproduksi tinggi dilahan optimal/sawah.
Wilayah adaptasi : Lahan kering tegalan dan lahan sawah.
Dari deskripsi Kedelai Varietas Mutiara 1 tersebut di atas terlihat bahwa kedelai
varietas mutiara 1 mempunyai umur pendek sampai dapat dipanen lebih kurang ± 82 hari,
artinya varietas Mutiara 1 dapat dipanen bisa lebih cepat atau lebih lambat dari ± 82 hari
tergantung dari kondisi iklim, kesuburan tanah di lapangan dan teknik budidaya yang
dilakukan. Produktivitas hasil tinggi dapat mencapai 4,1 ton/ha dan rata - rata hasil sebesar
2,4 ton/ha. Artinya jika budidaya tanaman Kedelai varietas Mutiara 1 dikelola dengan baik
maka dapat menghasilkan produksi kedelai sampai sebesar 4,1 ton/ha . ukuran biji yang super
besar dan tahan penyakit karat daun, hawar daun dan penggerek batang pucuk.
2.3 Media Tanam Cocopeat
. Cocopeat adalah media tanam yang dibuat dari sabut kelapa. Oleh karena itu, paling
mudah ditemukan di negara-negara tropis dan kepulauan, seperti Indonesia. Banyak manfaat
yang bisa didapat dengan menggunakannya. Baik untuk digunakan bersama tanah, atau
berdiri sendiri. Cocopeat juga banyak dipilih sebagai pengganti tanah. Cocopeat memiliki
sifat mudah menyerap dan menyimpan air. Ia juga memiliki pori-pori, yang memudahkan
pertukaran udara, dan masuknya sinar matahari. Kandungan Trichoderma molds-nya, sejenis
enzim dari jamur, dapat mengurangi penyakit dalam tanah. Dengan
Di dalam cocopeat juga terkandung unsur-unsur hara dari alam yang sangat
dibutuhkan tanaman, berupa kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium (K), Natrium (Na) Dan
Fospor (P) Meski disebut-sebut sebagai media tanam alternatif berkualitas sebaik tanah,
namun unsur hara yang ada di tanah, tidak ada padanya. Oleh karena itu, cocopeat
memerlukan tambahan pupuk sebagai penyubur. Tak perlu repot mencari sabut kelapa untuk
dijadikan cocopeat. Banyak produsen menjual cocopeat dalam bentuk siap guna. Bahkan ada
pula yang menyediakan dalam bentuk padat (briket). Tinggal tambahkan air, cocopeat pun
siap pakai.
2.4 Larutan Biosugih
BioSugih dapat digunakan sebagai campuran untuk menyiram, menyemprot, ataupun
merendam bibit sebelum ditanam. Selain itu BioSugih® dapat pula digunakan untuk membuat
pupuk kompos yang difermentasikan. Cara penggunaannya akan dijelaskan dibawah.
Berdasarkan percobaan, diambil kesimpulan bahwa secara umum penggunaan
BioSugih® Tani yang ideal per hektar untuk 1 musim tanam selama ±3 bulan adalah sebanyak
±15 liter, dengan pemakaian: 10 liter digunakan untuk menyiram tanah (diaplikasikan di
tanah), dan 5 liter digunakan untuk penyemprotan daun dan batang.
Hal diatas dapat dijadikan acuan bagi berbagai macam jenis tanaman pertanian yang ada.
Dengan pemakaian seperti ini, keuntungannya ialah produktivitas akan meningkat secara
signifikan (diatas 25%), panen berkualitas tinggi dan merata, dan tanah cukup mendapat
kekuatan untuk menjadi lebih subur, bahkan tanah yang kritis sekali pun.
1. Larutan BioSugih (L-BioSugih®):
L-BioSugih® adalah berupa campuran antara 0,2% BioSugih® dengan 100% air.
Misalkan untuk membuat 100Liter L-BioSugih®, campurkan 100Lt air dengan 200ml (satu
gelas) BioSugih®.
L-BioSugih® digunakan untuk aplikasi langsung kepada tanaman (perendaman,
penyiraman, penyemprotan, dll)
Cara membuat L-BioSugih® dan jumlah BioSugih® yang diperlukan:
L-BioSugih® 1 Lt 5 Lt 10 Lt 20Lt 25 Lt 50 Lt
BioSugih®Tani 2 ml 10 ml 20 ml 40ml 50 ml 100 ml
L-BioSugih® 80 Lt 100 Lt 250 Lt 300Lt 500 Lt 1000Lt
BioSugih®Tani 160 ml 200 ml 500ml 600 ml 1 L 2 L
Cara Pemakaian L-BioSugih®:
Semprotkan L-BioSugih® ke tanaman secara merata.
Dapat pula disiramkan ke permukaan tanah.
Aplikasi dapat diulang setiap 1 minggu sekali dan minimal 1 bulan sekali sampai
menjelang akhir panen.
Penyemprotan dan penyiraman dilakukan pada saat Pemeliharaan tanaman, walaupun
dapat juga dilakukan penyiraman pada saat persiapan lahan.
Benih sebelum ditanam sebaiknya direndam dalam larutan L-BioSugih®minimal
selama 1jam.
2.5 Kascing
Kascing adalah merupakan bahan organik hasil dari kotoran cacing yang bercampur
dengan tanah atau bahan organik lainnya. Pupuk kascing merupakan bahan organik yang
cukupbaik karena selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
khususnya pada tanah yang kurang subur seperti tanah jenis ultisol, juga tidak
mempunyai efek negatif terhadap lingkungan yang terdapat pada daerah sub tropis basah
dimana proses pelapukan sudah lanjut. Kandungan hara dan sifat kimia kascing lebih
beragam dibanding dengan kompos dan pupuk organik lainnya.
Pupuk kascing merupakan bahan organik yang baik bagi pertumbuhan tanaman secara
optimal karena selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah khususnya
pada tanah- tanah yang kurang subur juga tidak memberi efek negatif terhadap
lingkungannya.
Pupuk kascing mengandung unsur hara seperti N, P, K, C a, Mg, S, Fe dan unsur lainnya
yang dibutuhkan oleh tanaman. Palungkun (1999) menyatakan bahwa komponen-
komponen biologis yang terkandung dalam pupuk kascing adalah hormon pengatur
tubuh giberallin, sitokinin dan hormon auksin juga tidak mempunyai efek negatif
terhadap lingkungan.
Pupuk kascing mempunyai pH netral 5 sampai 7.4 dan rata-rata 6.9 komposisi kascing
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Komposisi Komponen-Komponen Kimia pada Pupuk Kascing.
Komponen-komponen kimiawi Komposisi
(%)
Nitrogen (N) 1,1 – 4,0
Fosfor (P) 0,3 – 3,5
Kalium (K) 0,2 – 2,1
Belerang (S) 0,24 –
0,63
Magnesium (Mg) 0,3 – 0,63
Besi (Fe 0,4 – 1,6
Sumber: Palungkun, 1999
2.6 Pupuk NPK
Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya mengandung lebih dari satu
macam unsur hara tanaman (makro maupunmikro) terutama N, P, dan K (Rosmarkam dan
Yuwono, 2002). Kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat men
cakup beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan dengan
pupuk tunggal (Hardjowigeno, 2003).
Penggunaan pupuk NPK diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pengaplikasian
dilapangan dan dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan di dalam tanah
serta dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan terhadap perkembangan pertumbuhan tanaman kedelai mutiara 1 adalah :
1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-rata Tinggi (cm) 5 5 4 4.5 3 3.5 3 4.5 3.5 4 3.5 -Jumlah daun(trifoliate)
1 1 1 1 - - 1 - 1 1 - -
Tabel 1. Perlakuan K4B1 (control)1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi (cm) 2 3.5 4 5 6.5 5.5 3 - 4 5 6 4Jumlah daun(trifoliate)
- - 1 1 1 1 - - 1 - 1 1
Tabel Perlakuan K4B2 (Biosugih 2cc)1a 2a 2b 3a 4a 5a 6a 6b Rata-rata
Tinggi (cm) 6 7 6.5 6.5 4.5 SULAM 5.5 4Jumlah daun (trifoliate)
1 1 1 1 - 1 1
Tabel Perlakuan K4B3 (Biosugih 4cc)
PENGAMATAN 21a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi (cm) 8.3 8 7 6.8 9 8 6.7 4.5 6 7.2 6.4 7.2Jumlah daun(trifoliate)
1 1 1 1 1 - 1 - 1 1 - -
Tabel 1. Perlakuan K4B1 (control)1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 9.4 11 9.6 10 9.8 8.6 8.7 3.7 7.4 6.5 8.7 6.2Jumlah daun (trifoliate)
1 - 1 1 1 1 1 1 1 1 - 1
Tabel K4B21a 2a 2b 3a 4a 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 7.3 8.4 6.3 5.9 7.4 3.4 2.7 6.2 5Jumlah daun(trifoliate)
1 - 1 - 1 - - 1 -
Tabel K4B3
PENGAMATAN 31a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-
rata
Tinggi (cm) 10.5 10.2 7.5 7 12 8.7 9.5 4.5 8 9 7.5 8.9Jumlah daun(trifoliate)
1 1 1 1 1 - 1 - - 1 - -
Tabel 1. Perlakuan K4B1 (control)1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 12.7 14 11.2 11.7 11,5 10.9 11.6 4 10.2 9.8 11.1 8.5Jumlah daun (trifoliate)
1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 1
Tabel K4B21a 2a 2b 3a 4a 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 10.5 11.5 10 7.5 9.5 6.5 5.5 8 5.5Jumlah daun(trifoliate)
1 1 1 1 1 - - 1 -
Tabel K4B3PENGAMATAN 4
1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-rata
Tinggi (cm) 10.5 10.8 8.6 8.3 12.5 8.8 10 5.2 8.5 9 7.5 9.5Jumlah daun(trifoliate)
1 1 1 2 2 - 2 - 2 2 1 2
Tabel 1. Perlakuan K4B1 (control)1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 13 14.5 11.5 12 12 11.2 12.5 5 10.5 10 11.6 8.5Jumlah daun (trifoliate)
1(layu) 2 2 2 2 1 1 2 2 - 2 2
Tabel K4B21a 2a 2b 3a 4a 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 11 11.5 11 9.3 11.2 8 8.5 9.5 7Jumlah daun(trifoliate)
1 1 3 2 - - 1 1 -
Tabel K4B3
PENGAMATAN 51a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi (cm) 13.3 14.7 14.6 12.3 17.3 13 11.2 9.7 9.6 12.2 11.
212.6
Jumlah daun(trifoliate)
3 4 4 3 4 2 1 5 3 3 1 3
Tabel 1. Perlakuan K4B1 (control)1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 13.6 18.6 13.2 14.3 15.2 11.4 13.1 9.4 14.2 10 15.8 12.1Jumlah daun (trifoliate)
1 4 2 2 4 4 1 4 3 - 4 4
Tabel K4B21a 2a 2b 3a 4a 5a 5b 6a 6b Rata-
rata
Tinggi(cm) 14.6 13.8 13.6 10.6 - 12.4 12.6 12.2 8.4Jumlah daun(trifoliate)
4 4 3 3 MATI 2 3 3 2
Tabel K4B3PENGAMATAN 6
1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-rata
Tinggi (cm) 13.5 15.2 15 13.2 17.9 15 12 11 10 12.9 11.5 14Jumlah daun(trifoliate)
4 4 4 5 2 5 5 4 5 4 2 4
Tabel 1. Perlakuan K4B1 (control)1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 17 19.2 14 15 15.5 11.5 13.5 10.5 14.5 10 16.2 12.5Jumlah daun (trifoliate)
4 2 2 2 3 6 1 4 3 4 4 2
Tabel K4B21a 2a 2b 3a 4a 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 15 16 15 MATI - 13 12.6 12.2 10Jumlah daun(trifoliate)
4 4 3 - MATI 3 3 4 4
Tabel K4B3
PENGAMATAN 71a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi (cm) 15.5 19 15 14.5 20.5 17.9 13.5 11.5 12 14 14 16.
815.35
Jumlah daun(trifoliate)
5 7 6 6 7 4 7 7 7 5 3 5
Tabel 1. Perlakuan K4B1 (control)1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 21.5 25 16.5 17.5 24 19 18.5 14 18 12.5 18.5 14 18.25Jumlah daun (trifoliate)
5 8 8 9 9 9 7 6 6 7 7 6
Tabel K4B21a 2a 2b 3a 4a 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 18.5 22.2 22 MATI - 19.4 17.5 13.5 13Jumlah daun(trifoliate)
13 10 6 - MATI 7 5 6 6
Tabel K4B3PENGAMATAN 8
1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-rata
Tinggi (cm) 15.5 23 19.5 18 23.6 15 11.6 14 18 13.6 14 16.8Jumlah daun(trifoliate)
5 5 6 6 7 7 8 8 6 8 6 6
Jumlah bunga 3 3 4 3 7 6 7 2 3 - - 3Jumlah polong 4 6 7 5 5 2 - 6 4 5 1` -
Tabel 1. Perlakuan K4B1 (control)1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 23.7 25 18 18.4 24 19 20.5 14 21.5 17 21.5 14Jumlah daun (trifoliate)
9 11 7 6 12 9 6 8 8 8 10 7
Jumlah Bunga 10 9 5 3 5 1 4 7 7 4 10 -Jumlah Polong
- 6 4 5 9 7 5 7 9 - 8 4
Tabel K4B2
1a 2a 2b 3a 4a 5a 5b 6a 6b Rata-rata
Tinggi(cm) 18.5 22.2 22 MATI - 22 17.5 17.5 15.6Jumlah daun(trifoliate)
9 16 10 - MATI 5 8 8 5
Jumlah Bunga 3 1 7 - 9 5 3Jumlah Polong 4 7 8 - 1 3 1
Tabel K4B3PENGAMATAN 9
1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-rata
Tinggi (cm) 15.5 23 19.5 18 23.6 15 11.6 14 18 13.6 14 16.8Jumlah daun(trifoliate)
5 5 6 6 7 7 8 8 6 8 6 6
Jumlah bunga 3 3 4 3 7 6 7 2 3 - - 3Jumlah polong 4 6 7 5 5 2 - 6 4 5 1` -
Tabel 1. Perlakuan K4B1 (control)1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 23.7 25 18 18.4 24.5 19 20.5 14.4 21.5 17 21.5 14Jumlah daun (trifoliate)
10 8 5 6 10 15 7 9 8 11 8 12
Jumlah Bunga 7 4 8 8 7 5 4 3 4 5 3 4Jumlah Polong
12 5 10 8 9 9 5 8 9 4 9 15
Tabel K4B21a 2a 2b 3a 4a 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 18.5 22.2 22 MATI - 22 17.5 17.5 15.6Jumlah daun(trifoliate)
11 8 13 - MATI 17 5 9 6
Jumlah Bunga 7 5 7 6 - 5 6Jumlah Polong 13 19 13 - 16 14 9
Tabel K4B3
PENGAMATAN 101a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi (cm) 15.5 23 19.5 18 23.6 15 11.6 14 18 13.6 14 16.8Jumlah daun(trifoliate)
5 4 8 5 7 7 2 5 6 4 5 6
Jumlah polong 5 7 8 6 4 6 1 1 7 1 1` 3Tabel 1. Perlakuan K4B1 (control)
1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-rata
Tinggi(cm) 23.7 25 18 18.4 24.5 19 20.5 14.4 21.5 17 21.5 7Jumlah daun (trifoliate)
7 11 7 4 10 10 8 10 8 10 10 9
Jumlah Polong
8 9 14 10 13 8 10 6 9 12 13 4
Tabel K4B21a 2a 2b 3a 4a 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 18.5 22.2 22 MATI - 22 17.5 17.5 15.6Jumlah daun(trifoliate)
11 8 4 - MATI 16 4 5 8
Jumlah Polong 16 13 9 10 - 13 9Tabel K4B3
Pengamatan 11 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi (cm) 15.5 23 19.5 18 23.6 15 11.6 14 18 13.6 14 16.8Jumlah daun(trifoliate)
5 4 8 5 7 7 2 5 6 4 5 6
Jumlah polong 6 6 7 5 5 6 1 1 8 2 1` 2Cabang produktif
6 4 5 3 4 4 5 - 4 - 4 2
Polong isi 3 biji 1 2 3 1 2 2 - - 1 - 1 -Polong isi 2 biji 4 2 2 2 1 4 1 1 4 2 - 1Polong isi 1 biji 1 2 2 2 2 - - - 3 - - 1
Tabel 1. Perlakuan K4B1 (control)
1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-rata
Tinggi(cm) 23.7 25 18 18.4 24.5 19 20.5 14.4 21.5 17 21.5 7Jumlah daun (trifoliate)
7 11 7 4 10 10 8 10 10 10 7 9
Jumlah Polong
9 8 13 11 12 9 11 5 11 14 13 -
Cabang produktif
7 5 8 8 7 6 5 4 6 7 4 4
Polong isi 3 biji
- 1 1 1 - 2 3 - 2 1 1 -
Polong isi 2 biji
5 4 9 8 6 5 6 4 6 12 - -
Polong isi 1 biji
4 3 3 2 6 2 2 1 3 1 2 -
Tabel K4B21a 2a 2b 3a 4a 5a 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 18.5 22.2 22 MATI - 22 17.5 15.6Jumlah daun(trifoliate)
11 8 4 - MATI 16 5 8
Jumlah Polong 15 13 10 - - 10 13 9Cabang produktif
5 6 5 6 6 7
Polong isi 3 biji - 2 1 2 1 -Polong isi 2 biji 12 10 8 4 10 7Polong isi 1 biji 3 1 1 4 2 2
Tabel K4B3
Pengamatan 121a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-
rataTinggi (cm) 15.5 23 19.5 18 23.6 15 11.6 14 18 13.6 14 16.8Jumlah daun(trifoliate)
5 3 7 6 6 6 3 5 6 4 5 6
Jumlah polong 6 6 9 9 4 8 1 6 7 2 3 1Polong isi 3 biji 1 1 2 1 1 1 - - 1 - - -Polong isi2 biji 5 4 7 6 2 6 1 4 4 2 3 1Polong isi 1 biji - 1 - 2 1 1 - 2 2 - - -
Tabel 1. Perlakuan K4B1 (control)
1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b Rata-rata
Tinggi(cm) 23.7 25 18 18.4 24.5 19 20.5 14.4 21.5 17 21.5 7Jumlah daun (trifoliate)
7 11 7 4 10 10 8 10 10 10 7 9
Jumlah Polong
20 8 11 13 10 12 12 15 14 6 10 4
Polong isi 3 biji
2 - 1 - 3 3 - 2 - - 1 -
Polong isi 2 biji
17 7 8 10 7 8 9 11 8 5 9 3
Polong isi 1 biji
1 - 2 3 - 1 3 2 6 1 - 1
Tabel K4B21a 2a 2b 3a 4a 5a 6a 6b Rata-
rataTinggi(cm) 18.5 22.2 22 MATI - 22 17.5 15.6Jumlah daun(trifoliate)
10 9 3 - MATI 12 5 8
Jumlah Polong 18 13 11 16 13 13Polong isi 3 biji 1 2 - - - 1
Polong isi 2 biji 13 8 9 13 12 10Polong isi 1 biji 4 3 2 3 1 2
Tabel K4B3
Grafik 1. Tinggi Rata-rata Tanaman Kedelai Mutiara pada Berbagai Perlakuan
Pengam
atan 1
Pengam
atan 2
Pengam
atan 3
Pengam
atan 4
Pengam
atan 5
Pengam
atan 6
Pengam
atan 7
Pengam
atan 8
Pengam
atan 9
Pengam
atan 10
Pengam
atan 11
Pengam
atan 12
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
K4B1K4B2K4B3
Grafik 2. Rata-rata Polong Tanaman Kedelai Mutiara pada Berbagai Perlakuan
Pengamatan 8 Pengamatan 9 Pengamatan 10 Pengamatan 11 Pengamatan 120
20
40
60
80
100
120
140
K4B1K4B2K4B3
Ditinjau dari keadaan fisik tanaman,
Dilihat dari cirri-ciri daunnya maka dapat diketahui ini ada gejala kekurangan unsur hara
nitrogen (N) pada tanaman kedelai mutiara 1
a. Warna daun hijau agak kekuning-kuningan dan pada tanaman kedelai warna ini mulai dari
ujung daun menjalar ke tulang daun selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap, sehingga
seluruh tanaman berwarna pucat kekuning-kuningan. Jaringan daun mati dan inilah yang
menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan.
b. Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdilc. Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak
baik, seringkali masak sebelum waktunya
d. Dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran
sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil
e. Dalam keadaan kekurangan yang parah, daun menjadi kering, dimulai dari bagian bawah
terus ke bagian atas
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum terhadap produktivitas tanaman kedelai
(Glycine max(L.) Merril var. Mutiara) dapat disimpulkan bahwa pemberian biosugih sebagai
campuran dalam penyiraman terhadap tanaman kedelai mutiara dengan dosis 0 cc (kontrol),
2 cc dan 4 cc memperlihatkan pengaruhnya pada pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun,
tingkat kerebahan dan jumlah polong.
Pada perlakuan berbagai perlakuan biosugih diatas, didapatkan bahwa perlakuan
K4B2 memiliki tingkat pengaruh yang baik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, tingkat
kerebahan dan jumlah polong sehingga baik digunakan sebagai dosisi untuk penyiraman
tanaman kedelai varietas mutiara.
DAFTAR PUSTAKA
Biotama. 2007. Teknologi Budidaya Organik. Melalui http://www.biotama.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=55&Itemid=1 diakses pada tanggal 27 Mei
2014 pada pukul 11.20 WIB
Wahid, Agus. 2008. Beberapa Penyakit Penting Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril.)
Melalui http://aguswahids08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/laporan-ilmu-penyakit-
tumbuhan-dasar-diseases-notebook/ diakses pada tanggal 27 Mei 2014 pada pukul
12.03 WIB
Pracaya. 2004. Hama & Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta
Saribun, Daud S.2011.”Pengaruh Pupuk Majemuk NPK pada Berbagai Dosis Terhadap pH, P potensial, dan P-tersedia serta hasil Caysin pada Fluventic Eutrudepts Jatinangor”.(online)pdf.
Simanjuntak,Dahlia.2004. “Manfaat Pupuk Organik Kascing dan CMA Pada Tanah dan Tanaman”.(online)pdf.
Suharto. 2007. Pengenalan & Pengendalian Hama Tanaman Pangan. Andi Yogyakarta.
Yogyakarta
http://properti.kompas.com/read/2009/04/14/10523297/
Cocopeat.Media.Tanam.Alternatif.Selain.Tanah
km.ristek.go.id/assets/files/BPPT/239%20-%20D%20-%20S/239.pdf 27 Mei 2014
pada pukul 11.20 WIB
http://www.angelnurserry.com/2012/02/pupuk-hayati-biosugih.html 27 Mei 2014 pada pukul
11.20 WIB
http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/kedelai-37-mbb-varietas-mutiara-1 27 Mei 2014 pada pukul 11.20 WIB