15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata "yoghurt" berasal dari bahasa Turki, yaitu "jugurt" yang berarti susu asam. Itulah sebabnya sampai saat ini yoghurt sering juga disebut sebagai "susu asam". Menurut Winarno (1980) yoghurt merupakan salah satu bentuk pengolahan lanjutan dari susu yang dapat meningkatkan daya simpan susu dan juga meningkatkan nilai gizi yang terkandung didalamnya. Yoghurt dibuat dengan memeram susu yang diinokulasikan menggunakan bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat yang dapat digunakan sebagai starter untuk inokulasi yoghurt adalah Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Penggunaan bakteri asam laktat sebagai starter yoghurt menyebabkan yoghurt yang dihasilkan menjadi asam. Proses permentasi selain memberi efek pengawetan juga merubah rasa susu menjadi asam juga merubah juga merubah struktur dan cita rasa susu. Hal ini membuat produk permentasi lebih menarik, mudah dicerna dan bergizi. Penambahan bahan lain seperti ekstrak buah, kacang, dan flavor dapat dilakukan untuk menambah cita rasa yoghurt agar lebih menarik. (Purnomo, 1993) Untuk memperoleh yoghurt dengan kualitas yang baik diperlukan susu yang berkualitas baik pula. Sus yang berkualitas baik ini berasal dari hewan yang sehat, mempunyai bau susu yang normal, dan tidak terkontaminasi. Selain itu, kualitas yoghurt yang baik juga turut ditentukan oleh kadar lemak dalam susu, jenis bakteri yang diguankan dalam fermentasi, cara pembuatan, dan cara penyimpanan setelah fermentasi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang praktikum yang telah dibahas, rumusan masalah yang coba dipecahkan antara lain : 1. Bagaimana prosedur atau cara pembuatan yoghurt ? 2. Bagaimana proses metabolisme Lactobacillus casei dalam pembuatan Yoghurt ? 3. Bagaimana karakter yoghurt yang dihasilkan ?

Laporan Yoghurt

  • Upload
    poufizh

  • View
    44

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

biology

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kata "yoghurt" berasal dari bahasa Turki, yaitu "jugurt" yang berarti susu

    asam. Itulah sebabnya sampai saat ini yoghurt sering juga disebut sebagai "susu

    asam". Menurut Winarno (1980) yoghurt merupakan salah satu bentuk pengolahan

    lanjutan dari susu yang dapat meningkatkan daya simpan susu dan juga

    meningkatkan nilai gizi yang terkandung didalamnya. Yoghurt dibuat dengan

    memeram susu yang diinokulasikan menggunakan bakteri asam laktat. Bakteri

    asam laktat yang dapat digunakan sebagai starter untuk inokulasi yoghurt adalah

    Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus.

    Penggunaan bakteri asam laktat sebagai starter yoghurt menyebabkan

    yoghurt yang dihasilkan menjadi asam. Proses permentasi selain memberi efek

    pengawetan juga merubah rasa susu menjadi asam juga merubah juga merubah

    struktur dan cita rasa susu. Hal ini membuat produk permentasi lebih menarik,

    mudah dicerna dan bergizi. Penambahan bahan lain seperti ekstrak buah, kacang,

    dan flavor dapat dilakukan untuk menambah cita rasa yoghurt agar lebih menarik.

    (Purnomo, 1993)

    Untuk memperoleh yoghurt dengan kualitas yang baik diperlukan susu yang

    berkualitas baik pula. Sus yang berkualitas baik ini berasal dari hewan yang sehat,

    mempunyai bau susu yang normal, dan tidak terkontaminasi. Selain itu, kualitas

    yoghurt yang baik juga turut ditentukan oleh kadar lemak dalam susu, jenis bakteri

    yang diguankan dalam fermentasi, cara pembuatan, dan cara penyimpanan setelah

    fermentasi.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang praktikum yang telah dibahas, rumusan masalah yang

    coba dipecahkan antara lain :

    1. Bagaimana prosedur atau cara pembuatan yoghurt ?

    2. Bagaimana proses metabolisme Lactobacillus casei dalam pembuatan Yoghurt ?

    3. Bagaimana karakter yoghurt yang dihasilkan ?

  • 2

    1.3 Tujuan Praktikum

    Tujuan praktikum pembuatan Yoghurt antara lain :

    1. Untuk mengetahui prosedur atau cara membuat yoghurt

    2. Untuk mengetahui mekanisme metabolisme Lactobacillus casei dalam

    pembuatan Yoghurt

    3. Untuk mengetahui karatkerisasi yoghurt yang dihaslkan

    1.4 Manfaat Praktikum

    Manfaat yang didapatkan dari praktikum pembuatan yoghurt adalah:

    1. Dapat mengelola susu sapi murni menjadi bahan yang bermanfaat dalam produk

    pangan dan meningkatkan nilai gizi yang terkandung di dalam susu.

    2. Terampil dalam membuat yoghurt

  • 3

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    Susu merupakan salah satu hasil sekresi kelenjar ambing atau mamae dalam

    ternak. Susu ini diperoleh dari pemerahan ambing mamalia yang sehat dan

    mengandung lemak, protein, laktosa serta berbagai jenis garam dan vitamin. Susu

    adalah cairan yang bergizi tinggi, baik untuk manusia maupun hewan muda dan

    cocok untuk media tumbuh mikroorganisme karena menyediakan berbagai nitrisi

    (Susilorini dan Sawitri, 2007).

    Susu adalah produk berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak

    mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan. Sifat susu yang perlu diketahui

    adalah bahwa susu merupakan media yang baik sekali bagi pertumbuhan mikrobia,

    sehingga apabila penanganannya tidak baik akan dapat menimbulkan penyakit yang

    berbahaya. Susu yang baik apabila mengandung jumlah bakteri sedikit, tidak

    mengandung spora mikrobia patogen, bersih, yaitu tidak mengandung debu atau

    kotoran lainnya, mempunyai cita rasa yang baik dan tidak dipalsukan (Hadiwiyoto,

    1983). Susu merupakan makanan yang hampir sempurna, karena kandungan

    nutrisinya yang lengkap dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok manusia

    (Bukle et al., 1987).

    Susu fermentasi adalah produk susu yang diperoleh dari fermentasi susu

    melalui penambahan mikroorganisme yang sesuai dan mengakibatkan penurunan

    pH dengan atau tanpa kogulasi (Abdulbasset dan Djamila, 2008).

    Fermentasi susu menjadi yoghurt dilakukan dengan bantuan bakteri asam

    laktat yaitu Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus (Wahyudi,

    2006). Menurut Susilorini dan Sawitri (2007), tujuan utama fermentasi adalah untuk

    memperpanjang daya simpan susu karena mikroorganisme sulit tumbuh pada

    suasana asam dan kondisi kental. Susu fermentasi adalah susu yang berbentuk semi

    padat dari hasil fermentasi oleh kultur Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

    thermophillus atau penggunaan salah satu kultur saja (Chandan dan Shahani, 1993).

    Yoghurt diartikan sebagai bahan makanan yang berasal dari susu sapi dengan

    bentuk menyerupai bubur atau es krim yang rasanya asam (Shurtleff dan Aoyagi,

    2007).Yoghurt dibuat melalui proses fermentasi menggunakan campuran bakteri

    Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus, yang dapat menguraikan

    gula susu (laktosa) menjadi asam laktat. Adanya asam laktat inilah yang

  • 4

    menyebabkan yoghurt berasa asam. Aroma yang spesifik dari yoghurt terdiri dari

    komponen komponen karbonil dengan diacetil dan acetaldehid yang dominan (Belitz

    dan Grosch, 1987). Proses fermentasi menyebabkan kadar laktosa dalam yoghurt

    berkurang, sehingga yoghurt aman dikonsumsi oleh orang yang lanjut usia atau yang

    alergi terhadap susu. Lama proses fermantasi akan berakibat pada turunnya pH

    yoghurt dengan rasa asam yang khas, selain itu dihasilkan asam asetat, asetal

    dehid, dan bahan lain yang mudah menguap. Komposisi yoghurt secara ringkas

    adalah protein 4-6%, lemak 0,1-1%, laktosa 2-3%, asam laktat 0,6-1,3%, pH 3,8-

    4,6% (Susilorini dan Sawitri, 2007).

    Yoghurt mempunyai nilai gizi yang tinggi dari pada susu segar sebagai bahan

    dasar dalam pembuatan yoghurt, terutama karena meningkatnya total padatan

    sehingga kandungan zat-zat gizi lainya meningkat, selain itu yoghurt sesuai bagi

    penderita Lactose Intolerance atau yang tidak toleran terhadap laktosa (Wahyudi,

    2006).

  • 5

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Waktu dan tempat

    Praktikum pembuatan yogurt ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi

    Gedung C9 Universitas Negeri Surabaya pada tanggal 07 MEI 2014 pukul 09.30-

    11.15 WIB.

    3.2 Alat dan Bahan

    3.2.1 Alat

    1. Kompor & LPG

    2. Panci

    3. Pengaduk panci

    4. Gelas ukur

    5. Beaker glass

    6. Tabung Erlenmeyer

    7. Inkubator

    8. Termometer

    3.2.2 Bahan

    1. Susu sapi segar

    2. Gula 100 gr/liter

    3. Plastik kiloan

    4. Karet gelang

    5. Lap kain/tissue

    3.3 Cara Kerja

    Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Direbus botol selama 30 menit atau

    dengan cara disemprot dengan alkohol 75% lalu dilap dengan kain lap atau tissue

    sambil dimasukkan susu segar dengan volume 1 liter ke dalam panci dan kemudian

    direbus hingga mencapai suhu 90C selama 1 jam dalam keadaan panci yang

    terbuka dan diaduk dengan menggunakan pengaduk panci secara perlahan-lahan

    agar susu tidak rusak, termometer diikat pada pegangan panci. Pada saat suhu pada

    termometer menunjukkan 90C dan menunjukkan tanda-tanda akan naik, kompor

    segera dimatikan agar kasein dalam susu tidak rusak. Ditambahkan gula pasir

    sebanyak 100 gram setiap 1 liter susu sambil diaduk-aduk hingga gula larut.

  • 6

    Kemudian susu dimasukkan ke dalam botol/Erlenmeyer steril, dan setelah susu

    mendingin dan suhunya mencapai 40-50C susu diinokulasikan dengan bakteri

    Lactobacillus casei. Botol kemudian ditutup rapat dengan plastik kiloan dan karet

    (karena bakteri ini bersifat anaerob). Diinkubasikan pada inkubator dengan suhu

    40C selama 2-3 hari. Pada botol tersebut akan terbentuk tiga lapisan. Lapisan

    pertama dari permukaan atas biasanya berwarna putih kekuningan berupa lemak,

    lapisan kedua jernih yang berisi bakteri Lactobacillus casei dan lapisan ketiga yang

    berwarna putih kental yang merupakan protein yang menggumpal dan yang menjadi

    produk yogurt. Selanjutnya lapisan ketiga ini dipisahkan dari lapisan yang jernih

    (lapisan kedua) dan lapisan yang berwarna putih kekuningan (lapisan pertama). Hasil

    saringan dari protein dan lapisan lemaknya bisa diolah menjadi berbagai macam

    bentuk minuman atau makanan sesuai dnegan selera, sedangkan cairannya dapat

    digunakan sebagai stater Lactobacillus casei. Karena yoghurt ini bersifat sangat

    masam maka bisa ditambahkan dengan larutan gula atau gula pasir sehingga

    rasanya terasa lebih manis.

  • 7

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 HASIL

    Berdasarkan hasil praktikum mikrobiologi terapan terkait pembuatan Yoghurt,

    maka didapatkan hasil berupa suatu produk yang dapat diolah sebagai minuman yang

    menyehatkan bagi kesehatan tubuh. Pada yoghurt karakterisasi produk yang

    diidentifikasi meliputi: warna lapisan yang terbentuk; jenis lapisan; ketebalan lapisan;

    rasa dan tingkat viskositas seperti yang tertera pada masing-masing gambar berikut.

    Gambar 5. Karakterisasi Yoghurt

    Keterangan: (1) lapisan lemak berwarna kuning kental; (2) lapisan yang jernih (3)lapisan protein yang menggumpal berwarna putih susu. Karakterisasi: Nama produk : Yoghurt Bahan dasar : susu sapi Rasa : asam Tingkat viskositas: lapisan pertama kental; lapisan kedua kental Jenis lapisan yang terbentuk: dua lapisan, antara lain:

    Lapisan pertama berupa lemak dan berwarna kuning kental, ketebalan tipis Lapisan kedua berupa protein yang menggumpal dan berwarna putih susu,

    ketebalan tinggi. Lama inkubasi : 5 hari

    1

    2

    3

  • 8

    B. PEMBUATAN YOGHURT

    Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pembuatan Yoghurt,

    mengetahui metabolisme bakteri Lactobacilus casei dalam pembuatan Yoghurt,

    dan mengetahui hasil yang didapatkan dari pembuatan Yoghurt. Teknologi dasar

    pembuatan yoghurt meliputi persiapan bahan baku (susu) dan bahan-bahan

    tambahan lainnya tergantung dari jenis yoghurt, pasteurisasi, homogenisasi

    campuran, penambahan kultur, pemeraman, dan pengepakan (Hidayat dkk.,

    2007). Bahan baku susu untuk yoghurt dapat digunakan susu penuh, susu skim,

    susu rendah lemak atau dengan penambahan lemak. Bahan baku harus

    memenuhi persyaratan berikut: jumlah bakteri rendah, tidak mengandung

    antibiotik, tidak mengandung bahan sanitizer, bukan kolostrum, tidak terdapat

    penyimpangan bau dan tidak ada kontaminasi bakteriofag (Hidayat dkk., 2007).

    Tahap pemrosesan susu menjadi Yoghurt meliputi perebusan susu sapi segar

    sampai mencapai suhu 90oC sambil diaduk secara perlahan yang bertujuan agar

    protein susu tidak menggumpal dan terdenaturasi. Suhu 90oC kemudian

    dipertahankan selama 1 jam sebagai proses dari pasteurisasi yang bertujuan

    membunuh mikrobia kontaminan baik patogen maupun pembusuk yang terdapat

    dalam bahan baku sehingga dapat memberikan lingkungan yang steril dan

    kondusif untuk pertumbuhan kultur starter serta berperan dalam hal denaturasi

    dan koagulasi protein whey sehingga dapat meningkatkan viskositas dan tekstur

    yoghurt (Hidayat dkk., 2007). Tahap selanjutnya adalah menambahkan gula

    sebagai sumber karbon yang digunakan bakteri sebagai energi dalam memenuhi

    kebutuhan dasar bagi mikroorganisme untuk tumbuh pada suatu media tertentu

    (Stanier, 2001). Susu dimasukkan ke dalam gelas beaker yang telah dilakukan

    sterilisasi sebelumnya, ditutup dengan menggunakan alumunium foil dan

    dilakukan pendinginan sampai mencapai suhu optimum bagi Lactobacillus casei

    berkisar 15 - 31oC (Meutia, 2003).

    Starter yang digunakan adalah bakteri jenis Lactobacillus casei tanpa ada

    campuran bakteri lain. Hal ini disebabkan bakteri ini menghasilkan sejumlah kecil

    asam sitrat, malat, asetat, suksinat, asetaldehid, diasetil dan asetoin yang

    berperan dalam pembentukan cita rasa dari yoghurt (Speck, 1978), sehingga hal

    tersebut tidak membutuhkan bakteri lain yang dapat mengubah cita rasa yoghurt.

    Susu yang telah diinokulasi bakteri kemudian diletakkan ke dalam inkubator

    bersuhu 40oC selama 2-3 hari sampai terbentuk 2 lapisan. Suhu inkubasi yang

    digunakan tidak 40oC melainkan suhu optimum yang disesuaikan dengan kondisi

  • 9

    bakteri Lactobacillus casei.sehingga bakteri tersebut dapat tumbuh dan

    melakukan serangkaian aktivitas metabolismenya pada media susu. Susu yang

    telah berubah menjadi yoghurt kemudian dilakukan identifikasi lapisan yang

    terbentuk meliputi: warna lapisan yang terbentuk, jenis lapisan, ketebalan lapisan,

    rasa dan tingkat viskositas.

    Proses fermentasi yang terjadi pada susu sebagai media pertumbuhan dari

    Lactobacilus casei melibatkan hasil reaksi biologi dan fisika yang terjadi pada

    susu melalui serangkaian tahapan (Tamime dan Robinson, 1989). Laktosa yang

    merupakan karbohidrat utama yang terkandung pada susu akan digunakan oleh

    kultur starter sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya. Laktosa akan

    dihidrolisis menjadi monomer-monomernya yaitu glukosa dan galaktosa dengan

    produk akhir berupa asam piruvat. Selanjutnya asam piruvat akan diubah menjadi

    asam laktat oleh enzim laktat dehidrogenase. Secara sederhana, reaksi

    perubahan laktosa menjadi asam laktat adalah sebagai berikut (Tamime dan

    Robinson, 1989):

    Laktosa air Asam laktat C12H22O11 H2O 4C3H6O3

    Lactobacillus casei bersifat homofermentatif, yaitu dapat memecah glukosa

    terutama menjadi asam laktat (kira-kira 90%), sejumlah kecil asam sitrat, malat,

    asetat, suksinat, asetaldehid, diasetil dan asetoin yang berperan dalam

    pembentukan cita rasa dari yoghurt (Speck, 1978). Di sisi lain, Lactobacillus casei

    juga disebut bakteri fakultatif aerob karena dapat melangsungkan metabolisme

    dengan adanya oksigen atau tanpa adanya oksigen serta memiliki enzim adolase,

    heksosa isomerase, dan sedikit fosfoketolase sehingga dalam melakukan proses

    metabolismenya melibatkan jalur Embden-Meyerhof, yaitu glikolisis, menghasilkan

    asam laktat, 2 mol ATP dari 1 molekul heksosa dalam kondisi normal dan tidak

    menghasilkan CO2 (Surono, 2004). Jalur fermentasi secara homofermentatif dapat

    dilihat pada skema berikut (Todar, 2009)

    +

  • 10

    Selain menghasilkan aroma yang khas dari yoghurt, asam laktat juga

    berperan dalam pembentukan gel yoghurt. Menurut Tamime dan Robinson (1989)

    asam laktat yang terbentuk menyebabkan pH susu menjadi turun dan

    menyebabkan misela kasein menjadi tidak stabil oleh perubahan koloidal

    kompleks kalsium-fosfat menjadi fraksi kalsium-fosfat yang larut. Penurunan pH

    hingga 4,6 atau lebih rendah akan menyebabkan terjadinya penggumpalan

    (koagulasi) misela kasein sehingga membentuk gel. Lapisan molekul protein

    bagian dalam yang bersifat hidrofobik berbalik ke luar sehingga dihasilkan lapisan

    pertama yang tingkat viskositasnya rendah (encer), sedangkan bagian luar yang

    bersifat hidrofil terlipat ke dalam, pelipatan atau pembalikan sehingga dihasilkan

    protein susu yang menggumpal pada lapisan kedua. Pelipatan atau pembalikan

    ini terjadi khususnya ketika larutan protein telah mendesak pH isolistrik, dan

    akhirnya protein akan menggumpal dan mengendap (Winarno, 1997).

    Serangkaian proses ini dapat diringkas sebagai berikut:

    Kompleks Ca-kaseinat-fosfat + Asam laktat kasein kompleks

    +

    Kalsium laktat

    +

    Kalsium fosfat

    Gambar 7. Jalur fermentasi Bakteri Asam Laktat (BAL) Homofermentatif

    Sumber: Surono (2004)

  • 11

    Sementara itu, tipisnya lapisan lemak pada yoghurt yang dihasilkan

    merupakan bukti bahwa susu cair yang digunakan memiliki kualitas yang baik

    yang ditandai dengan kandungan kolestrol yang sangat sedikit (Winarno, 1997).

    Berdasarkan hasil praktikum yang didapat, karakterisasi yoghurt yang dibuat

    meliputi: rasa asam; terbentuk dua lapisan: lapisan pertama berupa lemak dengan

    warna kuning kental, tingkat viskositas tipis sedangkan lapisan kedua berupa

    protein yang menggumpal dan berwarna putih susu, tingkat viskositas tinggi

    dengan lama inkubasi 5 hari.

  • 12

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 SIMPULAN

    Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

    bahwa:

    1. Prosedur pembuatan Yoghurt meliputi: tahap persiapan, perebusan,

    pasteurisasi, homogenasi campuran berupa penambahan gula, tahap penurunan

    suhu, penambahan kultur (starter), pemeraman/inkubasi dan pengepakan.

    2. Proses metabolisme Lactobacillus casei dalam pembuatan Yoghurt yaitu

    hidrolisis laktosa susu menjadi monomernya yakni glukosa menjadi asam

    piruvat, kemudian diubah menjadi asam laktat dengan bantuan enzim laktat

    dehidrogenase yang dapat mempengaruhi rasa, pH dan bau.

    3. Hasil karakterisasi yang didapatkan pada praktikum yoghurt didapatkan hasil

    karakterisasi lapisan yang terbentuk meliputi: warna lapisan yang terbentuk,

    jenis lapisan, ketebalan lapisan, rasa dan tingkat viskositas.

    5.2 SARAN

    Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, saran yang diberikan pada

    praktikan berikutnya yaitu:

    1. Proses inokulasi starter pada pembuatan Yoghurt sebaiknya pada kondisi suhu

    yang benar-benar hangat agar bakteri yang diinokulasikan tidak mati dan dapat

    tumbuh sesuai dengan suhu optimum pertumbuhan masing-masing bakteri.

    2. Pada pembuatan Yoghurt untuk menutup alumunium foil dengan rapat agar tidak

    terjadi kontaminasi bakteri.

  • 13

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdulbasset., dan M., Djamila, K. 2008. Antimicrobial activity of autochthon lactic acid

    bacteria isolated from Algerian traditional fermented milk Raib. African Journal

    of Biotechnology. 7 (16): 2908-2914.

    Belitz, H.D. dan Grosch, W. (1987). Food Chemistry. 2nd Ed. Springer.Page 232

    Buckle, K. A., R. A. Edward, G. H. Fleet, and M. Wotton. 1987. Ilmu Pangan. M Pornomo

    (Penerjemah). Universitas Indonesia Press. Jakarta.

    Chandan, R. C. dan K. M. Shahani, 1993. Yogurt. In: Dairy Science and Technology

    Handbook. 2. Product Manufacturing. Y. H. Hui, Ed. VCH, Pub., Inc., USA.

    Hadiwiyoto, S., 1983. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya.

    Liberty. Yogyakarta.

    Purnomo, H. dan M. Padaga, 1993 Susu dan Produk Olahannya. Fakultas Peternakan

    Universitas Brawijaya.

    Shurtleff, W., and Aoyagi, A. 2007. History of fermented soymilk and its products. Soy Info

    Center Layafette, California.

    Susilorini, T. E. dan M. E. Sawitri, 2007. Produk Olahan Susu. Penebar Swadaya.Depok.

    Jawa Barat.

    Wahyudi, M. 2006. Proses Pembuatan dan Analisis Mutu Yoghurt. Buletin Teknik Pertanian.

    Vol. 11 No. 1

    Winarno., F.G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. IPB

  • 14

    LAMPIRAN

    No. Gambar Keterangan

    1.

    Susu sapi segar

    sebanyak 1 liter

    dimasukkan ke

    dalam panci.

    2.

    Susu tersebut

    dididihkan hingga

    mencapai suhu

    90C selama 1

    jam.

    3.

    Ditimbang gula

    sebanyak 100

    gram dengan

    neraca ohauss.

    4.

    Susu sambil

    diaduk ketika

    dididihkan hingga

    suhu 90C agar

    tidak rusak dan

    menggumpal.

    5.

    Susu

    dimasukkan ke

    dalam

    erlenmeyer dan

    diberi stater

    bakteri L. Casei

    dan ditutup rapat.

  • 15