13
LAPORAN KEGIATAN PPDH PATOLOGI KLINIK yang dilaksanakan di DNA ANIMAL CLINIC BOGOR DAN PRAKTEK DOKTER HEWAN BERSAMA (PDHB) 24 JAM DRH. CUCU K. SAJUTHI DKK. \\\ Oleh : FITRI AMALIA RISKA , S.KH NIM. 130130100111030

Laporan Ujian Patklin Kampus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

m

Citation preview

LAPORAN KEGIATAN PPDH

PATOLOGI KLINIK

yang dilaksanakan di

DNA ANIMAL CLINIC BOGOR DAN PRAKTEK

DOKTER HEWAN BERSAMA (PDHB) 24 JAM DRH.

CUCU K. SAJUTHI DKK.

\\\

Oleh :FITRI AMALIA RISKA , S.KH

NIM. 130130100111030

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2015

LEMBAR PENGESAHANLAPORAN PPDH PATOLOGI KLINIK

DNA ANIMAL CLINIC BOGOR DAN PRAKTEK DOKTER HEWAN BERSAMA (PDHB) 24 JAM DRH.

CUCU K. SAJUTHI DKK.

1 Desember 2014 - 6 Maret 2015

Oleh:Fitri Amalia Riska S.KHNIM. 130130100111030

ii

Menyetujui,Penguji Patologi Klinik

drh. Dyah Ayu Oktavianie AP , M.Biotech NIP. 19841026 200812 2 004

TINJAUAN KASUS

Signalement

Nama : Chelsea

Jenis Hewan : Kucing

Ras : DSH

Jenis Kelamin : Jantan

Umur : 7 tahun

Berat Badan : 2,51 kg

Warna : Black and white

Gambar 1 kucing Chelsea

Anamnesa dan Tanda Klinis

Hewan datang dengan keluhan tidak mau makan, bersin-bersin, kondisi

tubuh lemas, terlihat pucat serta dehidrasi sekitar ± 8%. Sebelumnya pernah

dirawat inap dengan diagnosa penyakit gangguan ginjal berdasarkan hasil cek

darahnya.

DIFFERENSIAL DIAGNOSA

Kidney failure

Glomerulonephritis

1

DIAGNOSA

Chronic kidney disease

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan hematologi dan kimia darah

Tabel 1 Hasil pemeriksaan darah Kucing Chelsea

ParameterHasil

Nilai Normal UnitI II III

12-12-14 29-12-14 04-01-15

WBC 5,04 - 17,34 5,5 – 19,5 10^9 / LLym 1,67 - 1,48 1,5 – 7 10^9 / LMon 0,14 - 1,41 0 – 1,5 10^9 / LNeu 3,02 - 14 2,5 – 14 10^9 / LEos 0,2 - 0,44 0 – 1 10^9 / LBas 0 - 0 0 – 0,2 10^9 / LLym 33 - 8,6 20 – 55 %Mon 2,8 - 8,1 1 – 3 %Neu 60 - 80,8 35 – 80 %Eos 40 - 2,5 0 – 10 %Bas 0,1 - 0 0 – 1 %RBC 5,54 - 5,2 5 – 10 10^12/LHg 8,6 - 8 8 – 15 g / dLHct 26,38 - 25,82 24 – 45 %

MCV 48 - 50 39 – 55 fLMCH 15,6 - 15,4 12.5 – 17.5 pg

MCHC 32,7 - 30,9 30 – 36 g / dLRDW 19 - 19,7 %

Plt 500 - 585 300 – 800 10^9 / LPCT 0,27 - 0,11 %MPV 13,9 - 15,8 12 – 17 fL

Albumin 2,2 2,6 2,2 2,2 – 4,4 g / dLALP 11 19 14 10 – 90 µ / LALT 38 42 32 20 – 100 µ / L

Amylase 2732 2691 1608 300 – 1100 µ / LTotal Bil 0,3 0,3 0,5 0,1 – 0,8 mg / dL

BUN 83 101 127 10 – 30 mg / dLCa 11,5 11,7 10,8 8,0 – 11,8 mg / dLP 8,4 11,2 14,9 3,4 – 8,5 mg / dL

Creatinin 4,7 4,9 7,2 0,3 – 2,1 mg / dLGlukosa 101 99 109 70- 150 mg / dL

Na+ 150 158 154 142 – 164 Mmol/LK+ 4 5,7 5,2 3,7 – 5,8 Mmol/L

T Protein 9,4 9,6 8,2 5,4 – 8,2 g / dLGlobulin 2,5 6,3 5,2 1,5 – 5,7 g / dL

2

TERAPI

1. Terapi cairan

- Infus RL IV

2. Obat injeksi

- Inj. Vit C 0,5 ml IV

- Inj. Cefat 0,5 ml IV

- Inj. Interferon 0,5 ml SC

- Inj. Cerenia® 0,26 ml SC

3. Obat oral

- Fercobsang® 1 ml PO

- De-phos® ½ tab PO

- Renal advance® 2 sdt PO

- Catfortan® 1 tab PO

- Inmunair® PO

4. Diet Renal

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil anamnesa, disebutkan bahwa aktivitas kucing Chelsea

berkurang, terlihat lemas, tidak mau makan serta sesekali terlihat bersin. Saat

dilakukan pemeriksaan fisik, kucing sudah mengalami dehidrasi yang cukup parah

yaitu sekitar 8%. Kucing Chelsea sebelumnya sudah pernah dirawat inap dengan

diagnosa penyakit ginjal setelah dilakukan pemeriksaan darah. Pada saat datang

dan pada hari kelima di rawat inap, dilakukan kembali pemeriksaan darah untuk

mengetahui kondisi dan hasil dari terapi yang telah diberikan. Hasil pemeriksaan

darah kucing Chelsea dari pemeriksaan pertama sampai ketiga dapat dilihat pada

Tabel 1.

Pada saat hewan datang hanya dilakukan pemeriksaan terhadap kimia

darah, hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan cukup nyata terhadap

kadar amylase yang mengindikasikan terjadinya penurunan fungsi pankreas. BUN

dan kreatinin juga meningkat dan diikuti dengan peningkatan kadar phospat.

Peningkatan globulin dan total protein pada kimia darah menunjukkan tubuh

3

sedang mengalami inflamasi yang mengarah pada infeksi kronis (Willard dan

Tvedten, 2012). Hasil pemeriksaan hematologi ketiga menunjukkan adanya

leukositosis berupa lymphopenia, neutrophilia dan monositosis. Pada kucing,

leukositosis dapat terjadi akibat stres leukogram (Salasia dan Hariono, 2010) serta

kesalahan penghitungan pada hematology analyzer karena adanya heinz body di

eritrosit, penggumpalan platelet, dan makroplatelet (Cowell, 2004). Sedangkan

penurunan limfosit (limfopenia) dapat terjadi karena stres atau hiperadrenokortism

(glukokortikoid endogen), inflamasi akut, infeksi virus, maupun imunodefisiensi

kongenital (Cowell, 2004). Neutrophilia dapat mengindikasikan adanya inflamasi

pada tubuh kucing Chelsea yang berhubungan dengan proses penyakit infeksi dan

non infeksius, kejadian tersebut diikuti dengan adanya perbaikan kerusakan

jaringan yang digambarkan berupa kondisi monositosis. Kadar amilase masih

terlihat tinggi meskipun sudah terjadi penurunan dari pemeriksaan darah

sebelumnya. BUN, kreatinin dan phospat terlihat semakin meningkat dan sangat

nyata pada pemeriksaan darah ketiga.

Menurut Sodikoff (2012), peningkatan konsentrasi urea dan kreatinin pada

cairan ekstraseluler disebut dengan azotemia. Urea dan kreatinin tersebut

merupakan produk endogen non protein nitrogen yang diekskresi di ginjal,

sehingga terjadinya peningkatan urea dan kreatinin yang nyata dapat dijadikan

indikator pada kasus gangguan ginjal. Azotemia pada kucing Chelsea sudah

diketahui sejak pertama dilakukan pemeriksaan darah dan selama 2 bulan belum

terlihat adanya penurunan yang nyata. Azotemia yang mencirikan adanya

kerusakan ginjal yang sudah berlangsung selama lebih dari dua bulan merupakan

tanda dari chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis. Chronic

kidney disease merupakan penyakit yang disebabkan menurunnya fungsi ginjal

dalam waktu lebih dari dua bulan (Elliot dan Grauer, 2007).

Gejala klinis CKD diantaranya polidipsia, poliuria, anoreksia, muntah,

diare, dehidrasi, kaheksia, ulserasi mukosa mulut, bau nafas ureum serta memiliki

ukuran ginjal yang kecil atau bentuk irregular (Tilley, 2000). Pada tahap awal,

tanda-tanda CKD sangat tidak spesifik dan bisa sulit untuk membedakan dari

tanda-tanda umum penuaan. Pada kebanyakan kucing yang menderita CKD,

4

fungsi ginjal akan stabil untuk beberapa bulan bahkan tahun (Polzin, 2011).

Stadium CKD menurut International Renal Interest Society (IRIS) dapat

ditentukan berdasarkan jumlah kreatinin (Tabel 2).

Tabel 2 Stadium CKD berdasarkan nilai kreatinin

Stadium Jumlah Kreatinin (mg/dl)

I

II

III

IV

< 1.6

1,6-2,8

2,9-5,0

> 5,0

Sumber : Canine and Feline Nephrology and Urology, 2nd edition –Chew DJ, DiBartola SP, Schenck PA, Elsevier Saunders, St. Louis Missouri, 2011

Berdasarkan tabel penentuan stadium di atas, kasus CKD yang dialami

pada kucing Chelsea merupakan CKD stadium IV (>5,0), yaitu end stage renal

failure dengan estimasi fungsi ginjal yang tersisa tinggal 5% saja. Terdapat

beberapa faktor yang dapat memicu kondisi CKD, antara lain idiopatic chronic

interstitial nephritis, penyakit ginjal akut yang ireversibel, limposarcoma ginjal,

pyogranulomatous nephritis, polycystic kidney disease (PKD), glumerulonefritis,

hydronephrosis, amyloidosis, pyelonephritis dan nephrolitiasis (Dunn, 2000).

Azotemia pada kasus CKD biasanya dapat terjadi akibat adanya kerusakan nefron

yang kemudian menyebabkan penurunan terhadap glomerulus filtration rate

(GFR) (Sodikoff, 2012).

Tingginya kadar ureum dalam darah dapat bersifat toksin dan

menyebabkan beberapa gangguan antara lain (1) uremic gastropathy yang terjadi

akibat ureum toksik pada mukosa lambung menyebabkan hormon gastrin

menginisiasi peningkatan produksi asam lambung, biasanya ditandai dengan

gejala klinis berupa muntah dan anoreksia, (2) uremic stomatitis menyebabkan

ulser, stomatitis, nekrosa lidah, dan nafas uremik (3) uremic enterocolitis yang

menyebabkan gejala klinis berupa diare (Vaden, 2010) (4) uremic pneumonia dan

(5) uremic enchepalopathy yang mempengaruhi syaraf (Elliot dan Grauer, 2007).

Pada kasus ini, perjalanan penyakit CKD yang dialami oleh kucing Chelsea sudah

5

mengarah pada kondisi toxic uremic gasthopathy dengan munculnya gejala glinis

berupa muntah, anorexia serta nafas uremik namun belum sampai stomatitis.

Terapi yang diberikan pada kasus CKD umumnya bertujuan untuk

mencegah dan atau mengobati komplikasi fungsi ginjal yang menurun, mengelola

kondisi simptomatis yang muncul serta memperlambat hilangnya fungsi ginjal

(Polzin, 2011). Manajemen terapi dapat bervariasi sesuai dengan kondisi dari

hewan yang akan diterapi. Terapi yang mungkin diperlukan meliputi tindakan

rehidrasi, koreksi keasaman darah (metabolic acidosis), stimulasi nafsu makan,

manajemen mual dan muntah, pengobatan hipertensi, pengobatan anemia,

suplemen kalium, pengendalian hyperphosphataemia, pengobatan hypokalsemia,

pemberian antibiotik serta pengobatan untuk mengurangi kehilangan protein

(Rhea, 2008).

REFERENSI

Acierno MJ. 2011. Continous Replacement Therapy in Dogs and Cats. Vet. Clin. Small Animal 41: 135-146.

Aiello S. 2000. Marck Veterinary Manual. USA: Marck & Co Inc.

Bloom CA dan Labato MA. 2011. Intermittent Hemodyalisis for Small Animal. Vet. Clin. Small Animal 41: 115-133.

Cooper RL dan Labato MA. 2011. Peritoneal Dyalisis Veterinary Medicine. Vet. Clin. Small Animal 41: 91-103.

Dunn J. 2000. Textbook of Small Animal Medicine. London: WB Saunders.

Elliot J dan Grauner GF. 2007. BSAVA Manual of Canine and Feline Nephrology and Urology. USA: British Small Animal Veterinary Association.

Latimer KS. 2011. Duncan & Prasse’s Veterinary Laboratory Medicine Clinical Pathology. UK: Willey Blackwell.

Sodikoff, R.V. 2012. Handbook of Small Animal Practice. USA: Saunders Elsevier

Nelson WR and Couto GC. 2008. Small Animal Internal Medicine. USA. Mosby Elseiver Inc.

6

O’ Brien C, Sparkes A, Malik R, Caney S. 2009. Urinary Tract Disease. Feline Medicine. Distance Education Program Centre for Veterinary Education. Module 6.21.

Polzin DJ. 2011. Chronic Kidney Disease in Small Animal. Vet. Clin. Small Animal 41: 15-30.

Rhea V.Morgan. 2008. Handbook of Small Animal Practice. USA. Saunders Elseiver Inc.

Salasia SIO dan Hariono B. 2010. Patologi Klinik Veteriner Kasus Patologi Klinis. Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru.

Vaden SL. 2010. Effective Management of Familial Renal Disease in Dogs and Cat. Proceedings of the International SCIVAC Congress 2010 - Rimini, Italy

Widodo S. dkk. 2007. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor. IPB Press

7