15
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE ANALISIS PENJADWALAN AIR IRIGASI TANAMAN TEMBAKAU DI REMBIGA AMPENAN NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CROPWAT VERSI 8.0 Oleh: Kelompok 5 1. Rika Purnamasari F44120016 2. Raihana Najwa Alwin F44120018 3. Fakhril Hamdi F44120066 4. Tommy Suherman F44120076 5. Tadzalli Tigin Syahidan F44120083 Dosen Pengajar: Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M. T. Dr. Satyanto Krido Saptomo, STP., M.Si. Sutoyo, STP., M. Si. Asisten Praktikum: 1. Raudhatul Jannah F44110012 2. Anugrah Susilowati F44120018 3. Moch. Rizky Ramadhan F44120036

Laporan Tid 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

panduann dari hasi praktikum

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNIK IRIGASI DAN DRAINASEANALISIS PENJADWALAN AIR IRIGASI TANAMAN TEMBAKAU DI REMBIGA AMPENAN NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CROPWAT VERSI 8.0

Oleh:Kelompok 5

1. Rika PurnamasariF441200162. Raihana Najwa AlwinF441200183. Fakhril HamdiF441200664. Tommy SuhermanF441200765. Tadzalli Tigin SyahidanF44120083

Dosen Pengajar:Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M. T.Dr. Satyanto Krido Saptomo, STP., M.Si.Sutoyo, STP., M. Si.

Asisten Praktikum:1. Raudhatul JannahF441100122. Anugrah SusilowatiF441200183. Moch. Rizky RamadhanF44120036

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANINSTITUT PERTANIAN BOGOR2015I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Desa Rembiga terdapat di kecamatan Ampenan yang termasuk kedalam wilayah kota Mataram, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hasil produksi pertanian yang ada dari daerah ini adalah padi, kacang-kacangan, jagung, bawang merah, dan lain-lain. Hasil produksi pertanian setiap tahun menurun tetapi jumlah permintaan bertambah dikarenakan bertambahnya jumlah penduduk di wilayah tersebut. Hal ini terjadi karena berbagai penyebab, seperti berkurangnya lahan pertanian, musim yang tidak menentu, dan menurunnya tingkat ketersediaan air (Bappenas 2013). Air merupakan kebutuhan dasar kehidupan manusia yaitu untuk minum, kesehatan dan produksi pangan, juga sebagai bahan baku bagi keperluan ekonomi modern, seperti tenaga , sanitasi, transportasi, dan pabrik. Peranan air bagi tanaman pada proses fisiologis sangat menonjol, yaitu sebagai bahan utama fotosintesis, melarutkan dan mengangkut hara dari dalam tanah ke tanaman (Irianto et al. 1997). Dalam pertanian air tidak hanya menentukan produktivitas tanaman, tetapi juga intensitas dan luas areal tanam potensial setiap lahan. Potensi pasokan atau ketersediaan air di suatu wilayah dapat diperkirakan dari besarnya curah hujan. Meningkatmya kebutuhan manusia akan pangan yang seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk secra otomatis akan menyebabkan kebutuhan air untuk pertanian akan semakin besar. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan ketersediaan air yang semakin terbatas. Terbatasnya ketersediaan air ini tentu akan menjadi kendala utama untuk sektor pertanian mengingat pengairan merupakan kegiatan yang sangat penting. Oleh karena itu, untuk menghindari hal ini, diperlukan teknologi tepat guna untuk mengatasi hal ini. Salah satunya dengan menggunakan teknologi irigasi tetes yang digunakan di daerah Rembiga Ampenan. Efisiensi irigasi dapat ditingkatkan dengan penjadwalan irigasi. Penjadwalan irigasi berarti perencanaan waktu dan jumlah pemberian air irigasi sesuai dengan kebutuhan air tanaman. Suplai air yang terbatas dapat menurunkan produksi tanaman. Sedangkan suplai air yang berlebih selain dapat menurunkan produksi tanaman juga dapat meningkatkan jumlah air irigasi yang hilang dalam bentuk perkolasi. Pemberian air irigasi yang efisien harus sesuai dengan kebutuhan tanaman (crop water requirement), yang dapat dilaksanakan melalui penggunaan Kapasitas Air Tersedia (Available Water Capacity), sebagai dasar perhitungan kebutuhan air.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kebutuhan air irigasi dan penjadwalan irigasi bagi tanaman tembakau yang akan ditanam di kawasan Rembiga Ampenan Nusa Tenggara Barat dengan menggunakan program Cropwat versi 8.0

II METODOLOGI

Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase dilakukan di Laboratorium Komputer Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor pada tanggal 24 Februari 2015 pukul 07.00 10.00 WIB. Alat dan Bahan yang digunakan adalah seperangkat komputer yang sudah terdapat software Cropwat versi 8.0. Data iklim rataan 10 tahun dan curah hujan dimasukan kedalam Microsoft Excel kemudian dicari nilai kebutuhan air irigasi. Selanjutnya dengan menggunakan bantuan software Cropwat versi 8.0 data diolah sebagai berikut.Pada pengaturan Irrigation Timing dilakukan 3 option berbedaPilih OK

III HASIL DAN PEMBAHASAN

Irigasi adalah kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan usaha mendapakan air untuk sawah, ladang, perkebunan dan lain-lain usaha pertanian. Usaha tersebut terutama menyangkut pembuatan sarana dan prasarana untuk membagi-bagikan air ke sawah-sawah secara teratur dan membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi untuk memenuhi tujuan pertanian (Sudjarwadi 1979). Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evaporasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah (Anonim 1996). Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut: penyiapan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi dan rembesan, pergantian lapisan air dan curah hujan efektif. Lokasi Rembiga Ampenan merupakan suatu Kecamatan yang terletak di Kabupaten Mataram dengan luas wilayah paling kecil dibanding dengan kecamatan lainnya. Praktikum minggu ini menggunakan data yang sama sesuai pengolahan data 10 tahun seperti minggu lalu. Namun tujuan kali ini berbeda yakni menentukan besarnya irigasi yang akan diberikan jika diberi tiga macam perlakuan. Perlakuan yang pertama adalah ketika desain irigasi dibuat dengan irrigation at fixed interval per stage, irrigation at critical depletion , dan no irrigation. Ketiga macam perlakuan ini akan menghasilkan chart irrigation yang mendeskripsikan jumlah kebutuhan air irigasi pada kondisi tertentu. Tidak hanya mengolah dan menguji dari ketiga perlakuan saja, melainkan disertakan juga jenis aplikasi irigasi yang akan diterapkan untuk mengairi lahan yang ditanami oleh tanaman berdaya jual tinggi ini. Kami melalukan simulasi penerapan irigasi tetes. Irigasi tetes merupakan cara pemberian air pada tanaman secara langsung, baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah melalui tetesan secara berkesinambungan dan perlahan pada tanah dekat tanaman. Setelah keluar dari penetes (emiter), air menyebar ke dalam profil tanah secara vertikal maupun horizontal. Secara teoritis, tingkat efisiensi irigasi tetes lebih tinggi jika dibandingkan dengan irigasi permukaan dan irigasi curah, karena pada irigasi tetes selain dapat dihindari kehilangan air berupa perkolasi dan limpasan, sistem ini hanya memberikan air pada daerah perakaran sehingga air yang diberikan dapat langsung digunakan oleh tanaman. Keunggulan utama dari sistem irigasi tetes adalah air yang diberikan mendekati kesetimbangan dengan kebutuhan air tanaman dan langsung di sekitar perakaran sehingga ideal dalam rangka efisiensi penggunaan sumber daya air, setiap tanaman memperoleh air dalam waktu yang sama dan jumlah yang relatif sama, luas pembasahan yang sempit dapat meminimumkan pertumbuhan gulma, jumlah tenaga yang sedikit, aplikasi pupuk dapat diberikan melalui sistem irigasi tetes dengan penambahan Fertilizer Injector (Susanto 2006)

Gambar 1 Penjadwalan irigasi tipe irrigation at fixed interval per stagePerlakuan yang pertama yakni dengan pengaturan irrigate at fixed interval per stage. Pengaturan ini menghasilkan net irrigation yang semakin lama semakin banyak. Terlihat pada Gambar 1 diatas, bahwa pada tanggal 2 Maret dimana percobaan ini dilakukan pada tanggal 1 Maret sebagai simulasi hari pertama. Nilai net irrigation yang tercantum adalah 7.3 mm dengan depletion hanya 14%, sehingga kecepatan alirannya terukur senilai 0.12 l/s/ha. Lain halnya dengan penjadwalan irigasi pada tanggal 1 Mei yang mempunyai net irrigation sebanyak 19.3 mm dengan depletion 17%, sehingga kecepatan alirannya berkurang menjadi 0.32 l/s/ha. Total gross irrigation lebih besar dibanding net irrigation. Hal ini mengindikasikan bahwa gross irrigation tersebut masih menghitung besarnya irigasi secara keseluruhan, beda dengan net irrigation yang sudah bersih diperuntukkan hanya untuk irigasi tembakau saja. Berdasarkan Gambar 1 diatas juga dapat dilihat rentang antara besarnya effective rainfall (162.7 mm) dengan total rain loss (835.0 mm). Sekitar 10% saja effective rainfall yang bisa dimanfaatkan untuk irigasi. Secara visual, semua penjadwalan tersebut dapat diilustrasikan dalam chart yang disajikan di bawah ini.

Gambar 2 Chart tipe irrigation at fixed interval per stageAwalnya pada pertama kali pengairan (pemberian irigasi) sangat efektif. Terlihat bahwa RAW (Readily Available Water) dan TAW (Total Available Water) sangat berbeda. Sedangkan Depletion adalah banyaknya irigasi yang dibutuhkan pada waktu tersebut sepanjang penjadwalan hingga batas yang ditentukan oleh RAW. Dari seluruh perlakuan irigasi, garis RAW dan TAW bentuknya sama. RAW tersebut merupakan ketersediaan air yang siap untuk mengairi tanaman, sedangkan TAM adalah ketersediaan air yang ada di dalam tanah. Semakin lama irigasi tersebut diterapkan, maka kesiapan air yang ada makin berkurang. Hal ini dikarenakan pertumbuhan tanaman yang belum mencapai titilk layu permanen akan terus membutuhkan air sedangkan ketersediaan total air terbatas sebelum ada lagi siklus air yang berulang dari sumber-sumber air. Pertumbuhan tanaman tersebut sangat pesat ketika awal pengairan. Pada waktu tertentu dimana pertumbuhan yang paling maksimum (puncak) terjadi saat peremajaan tanaman. Hal ini akan berdampak pada kebutuhan air yang harus dipenuhi agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik dan optimum. Maka dari itu, kesiapan air (RAW) mencapai steady pada saat ini. Hal tersebut menandakan bahwa air tersedia sudah pada porsi yang akan mengalami penurunan akibat waktu penjadwalan yang semakin lama.

Gambar 3 Reduksi hasil penjadwalan pada tipe irrigation at fixed interval per stageGambar 3 diatas menyajikan data mengenai Yield Reduction yang tidak menimbulkan penurunan hasil. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut sangat baik dan recommended. Berikut ini adalah tampilan dari percobaan pada perlakuan irigasi yang kedua yakni irrigation at critical depletion. Irigasi ini diberikan untuk sedikit menipiskan aliran irigasi. Hal ini bertujuan agar tidak banyak air yang terbuat dari Total Available Water.

Gambar 4 Penjadwalan irigasi tipe irrigation at critical depletionHasil Gambar 4 diatas menunjukan hal yang tidak bisa diduga. Sebab, tidak tercantum nilai net irrigation. Namun depletion dapat dilihat sebesar 22%, sedangkan data lainnya tidak tercantum. Berdasarkan total rainfall sebesar 997.7 mm, nilai effective rainfall lebih besar (306.1 mm) lebih besar dibanding total rain loss (691.5 mm) pada pelakuan kedua ini. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan critical depletion ini dinilai lebih efektif dibanding perlakuan sebelumnya.

Gambar 5 Chart tipe irrigation at critical depletionDepletion yang tinggi ini mempengaruhi chart yang muncul pada Gambar 5 diatas. Kebutuhan air (depletion) dari waktu ke waktu mengalami kenaikan. Sedangkan air yang tersedia sama banyaknya seperti yang tersajikan pada penjelasan sebelumnya. Maka dari itu, sistem irigasi harus sudah dimulai pada perlakuan ini. Kami menawarkan sistem irigasi tetes, dimana pada sistem ini secara merata tanaman tembakau dapat teraliri air sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 6 Reduksi hasil pada tipe irrigation at critical depletionJumlah yield reduction masih belum ada, sama seperti perlakuan yang pertama. Berikut ini adalah penjadwalan irigasi dengan tipe no irrigation. Jadi, diumpamakan pada zona perakarannya cadangan air masih ada.

Gambar 7 Penjadwalan irigasi tipe no irrigationSama halnya dengan perlakuan kedua, desain perencanaan tanpa irigasi ini juga tidak tampak net irrigation. Besarnya effective rainfall juga sama seperti perlakuan critical depletion. Hal yang membedakan pada perlakuan ini yakni terlihat pada chart yang disajikan pada Gambar 7 di bawah ini.

Gambar 8 Chart penjadwalan irigasi tipe no irrigationPada penjadwalan, kebutuhan air depletion sedikit lebih turun. Hal ini dikarenakan kestabilan zona perakaran yang menyimpan cadangan air. Sehingga, ketersediaan air sudah diatur secara alamiah setiap porsinya.

Gambar 9 Reduksi hasil pada penjadwalan tipe no irrigationFaktor respon hasil masih sama dengan perlakuan pada umumnya yakni antara 0.4 sampai dengan 1.00 %. Pengendalian jadwal irigasi yang direkomendasikan untuk perencanaan ini yakni irigasi tetes.Menurut Haman (2004), sistem irigasi tetes adalah proses pemberian air sekitar tanaman dengan cara meneteskan atau menyemprotkan air melalui emiter. Irigasi tetes memberikan air sampai kedalaman 30 - 60 cm pada tanah berpasir. Keuntungan irigasi tetes adalah tidak terjadi kehilangan hara dari pupuk, efisiensi distribusi air tinggi, perataan lahan tidak perlu, hanya daerah perakaran yang terbasahi, tidak terjadi erosi, biaya tenaga kerja rendah, suplai air dapat diatur dengan baik dan pemupukan dapat dilakukan bersamaan dengan irigasi. Sistem irigasi tetes yang dirancang dan dikelola dengan baik mempunyai efisiensi 90 - 95%, berarti hanya 5% air yang hilang. Irigasi tetes merupakan sistem irigasi yang paling efisien karena air diberikan dengan debit yang kecil di sekitar tanaman. Pada sistem tersebut, kehilangan air dari sumber sampai lahan tidak ada sehingga efisiensi irigasi tetes dapat mencapai 90% sampai 95%, sehingga sangat bermanfaat untuk daerah dengan ketersediaan sumber daya air yang terbatas. Namun sebenarnya adapula teknik lain pemberian air irigasi yakni Microsprayer. Metode pemberian air tidak berpengaruh nyata terhadap produksi, indeksmutu dan pendapatan tetapi berpengaruh nyataterhadap nisbah gula/nikotin sehingga tembakau yang dihasilkan dengan metode microsprayer adalah tembakau dengan rasa dan aroma yang lebih kuat. Biaya upah pengairan per hektar metode microsprayer lebih murah daripada metode petani dan biaya tahunan relatif tidak jauh berbeda. Penerimaan metode microsprayer relatif lebih baik daripada metode petani. Metode microsprayer secara ekonomis belum layak untuk diterapkan pada petani tembakau karena besarnya investasi awal yang harus dikeluarkan sehingga jika modal dipenuhi dari pinjaman bank, maka beban angsuran yang harus dibayarkan terlalu berat (Kurniati 2001).

IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Perhitungan kebutuhan air tanaman tembakau di kawasan Rembiga Ampenan Nusa Tenggara Barat dapat dihitung dengan menggunakan Cropwatt. Praktikum minggu ini menggunakan data yang sama sesuai pengolahan data 10 tahun seperti minggu lalu. Perlakuan yang pertama adalah ketika desain irigasi dibuat dengan irrigation at fixed interval per stage, irrigation at critical depletion , dan no irrigation. Ketiga macam perlakuan ini akan menghasilkan chart irrigation. Perlakuan yang pertama yakni dengan pengaturan irrigate at fixed interval per stage dengan menghasilkan net irrigation sebesar 160.8 mm dan nilai yield red. sebesar 0.0%. Perlakuan kedua yaitu irrigation at critical depletion dengan tidak menghasilkan nilai net irrigation. Namun depletion dapat dilihat sebesar 22% dan nilai yield red. sebesar 0.0%. perlakuan ketiga yaitu no irrigation dengan tidak menghasilkan nilai net irrigation. Pada penjadwalan, kebutuhan air depletion sedikit lebih turun. Hal ini dikarenakan kestabilan zona perakaran yang menyimpan cadangan air. Sehingga, ketersediaan air sudah diatur secara alamiah setiap porsinya. Dari ketiga perlakuan tersebut diketahui nilai dari penjadwalan kebutuhan air irigasi yang lebih baik terjadi pada irrigation at critical depletion karena kebutuhan air (depletion) dari waktu ke waktu mengalami kenaikan. Sedangkan air yang tersedia banyak. Maka dari itu, sistem irigasi harus sudah dimulai pada perlakuan ini. Kami menawarkan sistem irigasi tetes, dimana pada sistem ini secara merata tanaman tembakau dapat teraliri air sesuai dengan kebutuhan.

4.2 Saran

Sebaiknya diperlukan penelitian lebih lanjut tentang penjadwalan kebutuhan irigasi untuk tanaman tembakau di daerah Rembiga Ampenan dengan menggunakan teknologi irigasi yang berbeda-beda selain dengan irigasi tetes.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1996, Diktat Kuliah Irigasi dan Bangunan Air, Cisarua.Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2013. Provinsi Nusa Tenggara Barat. [Terhubungberkala]. http://www.bappenas.go.id/files/2013/5184/8709/bag-23-84-85-cek__20090130073111__22.doc (Diakses tanggal 22 Februari 2014).Haman, D. Z., T. H. Yeager. 2004. Irrigation system selection for container nurseries. [Terhubung Berkala]: http:// www.edis.ifas.ufl.edu. (28 Februari 2015).Irianto G S., U Kurnia, dan I Amin. 1997. Teknik Pemetaan Air Tanah Berdasarkan Pendekatan Satuan Tanah di Dataran Lembor, Flores, NTT. Sumberdaya Air dan Iklim dalam Mewujudkan Pertanian Efisien. Kerja sama Departemen Pertanian dengan PERHIMPI. Hal. 215-221.Kurniati, Evi. 2001. Analisis Finansial Penerapan Metode Pemberian Air Irigasi dengan Microsprayer pada Tanaman Tembakau Sawah (Nicotiana tabacum) di Madura. [Jurnal] Teknolohi Pertanian. Vol. 2, No. 2: 1-13. Sudjarwadi, 1979, Pengantar Teknik Irigasi, Fakultas Teknik UGM, YogyakartaSusanto, E. 2006. Teknik Irigasi dan Drainase. Jurusan Teknologi Pertanian USU, Medan.