Laporan Tentang Edta

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 Laporan Tentang Edta

    1/8

    Hasi Pene i tian dan Kegiatan PTLR Tahun 2 6

    ISSN 852  

    979

    PENGGUN N EDT SEB G I PENCEG H TIMBULNY KER K P D

    EV POR SI LlMB H R DIO KTIF C IR

    Zainus Salimin, Gunandjar

    Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BATAN

      BSTR K

    PENGGUN N EDT SEB G I PENCEG H TIMBULNY KER K P D EV POR SI

    LlMB H R DIO KTIF C IR

    Limbah radioaktif cair fasili tas nuklir Serpong mengandung kesadahan

    tetap CaS04 dan MgS04 rasio 2: 1, bila dievaporasi akan menimbulkan kerak yang merupakan

    tahanan transfer panas evaporator. Dalam operasi rutin, kerak tersebut dihilangkan melalui

    perendaman serkuit evaporator dengan asam nitrat 10   selama 2,5 hari 60 jam), atau melalui

    pembersihan dengan sikat saat perawatan alat. Langkah preventif pencegahan pembentukan kerak

    dapat dilakukan melalui penggunaan inhibitor kimia EDTA Ethylene diamine tetra-acetic acid), ion-ion

    kalsium dan magnesium bereaksi membentuk senyawa kompleks dengan EDTA sehingga kerak tidak

    terjadi lagi. Sebanyak 500 mllimbah cair simulasi berkesadahan 2,5 atau kadar kation Ca dan Mg)

    6.595 ppm ditambah 28,30 9 EDTA dididihkan pada pH bervariasi 7, 9, 11, dan 13 untuk reaksi

    pembentukan kompleks. Setelah 1; 1,5 ; 2; 2,5; dan 3 jam dari saat larutan mendidih, larutan

    dilewatkan kolom resin untuk pengikatan sisa kation bebas. Larutan tersebut selanjutnya dianalisis

    kadar kalsium dan magnesiumnya yang merupakan kadar kation yang terkomplekkan oleh EDTA.

    Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada pH 9 memberikan kadar kation yang terkomplekskan

    maksimum pada 6160 ppm atau memberikan kation terkomplekkan 93,33 .

    Kata kunci : Pengolahan limbah radioaktif, evaporasi, penggunaan EDTA, kerak.

      BSTR CT

    UTILIZ TION OF EDT S SC LE INHIBITOR ON EV POR TION OF LIQUID

    R DIO CTIVE W STE

    The evaporation of liquid waste from Serpong Nuclear facilities containing

    permanent hardness of CaS04 and MgS04 on the ratio 1:2 will generate the scale formation

    constituting the heat resistance of evaporator . On the routine operation, the scale are removed by

    chemical reaction with immersion of evaporator circuits using nitric acid 10 during 2.5 days

    60 hours) from Friday afternoon to Monday morning or by brushing it on the maintenance period. The

    preventive action for scale inhibition can be performed by utilization of chemical inhibitor EDTA, the

    ions of calcium and magnesium reacts with EDTA to form complex compound so the scale formation

    can be avoided. The quantity of 500 ml simulation of liquid waste containing 2.5 hardness

    compound or cation calcium and magnesium ions) concentration of 6595 ppm was added by 28.30

    9 EDTA and heat up to boil on the pH variation of 7,9,11, and 13 for formation reaction of complex.

    After the time of initial boiling condition which was variated for 1; 1.5 ; 2 ; 2.5; and 3 hours, the solution

    was flowed to pass the resin column for free cations catching. That solution be analyzed for

    determination of calcium and magnesium content complexed by EDTA. The result indicates that on

    pH 9 gives the maximum of cation complexed by EDTA on the value of 6160 ppm or the percent

    cation complexed 93.33 .

    Key ward: Radioactive waste treatment, scale inhibitor, evaporation, utilization of EDTA.

    PEN HULU N

    Evaporasi adalah proses pemekatan larutan dengan menguapkan pelarutnya,

    sehingga diperoleh larutan pekat konsentrat) dan destilat embunan uapnya). Pada

    umumnya suatu larutan terdiri dari zat yang mudah menguap dan yang tidak mudah

    menguap, sehingga dengan kata lain evaporasi adalah proses untuk menghilangkan zat

    yang mudah menguap untuk mendapatkan larutan yang lebih pekat. Evaporator skala

    industri yang biasa digunakan adalah evapof3tor dengan usp air seboguj pemanas dan

    medium pemanas berbentuk pipa  tubu/2r

    heating surface ,

    evapor~tor terse but mempunyai

  • 8/20/2019 Laporan Tentang Edta

    2/8

    Hasil Penelit ian dan Kegiatan PTLR Tahun 6

    ISSN 85 2979

    transfer panas yang efektif dan ekonomis. Penggunaan evaporator untuk pengolahan

    limbah radioaktif cair mempunyai keuntungan proses karena bahan radioaktif biasanya

    merupakan material yang tidak mudah menguap, sehingga zat radioaktif tersebut mudah

    dipisahkan dari larutannya dalam bentuk konsentrat.

    Pemekatan larutan dengan evaporasi menggunakan tubular heating surface

    evaporator merupakan cara yang efektif untuk dekontaminasi limbah radioaktif cair , zat

    radioaktif terpekatkan dalam konsentrat memberikan faktor dekontaminasi FD) antara

    104-105 untuk Cs-137 FD= aktivitas limbah awal dibagi dengan aktivitas destilat). Panas

    yang diberikan oleh uap pemanas ke larutan melalui medium pemanas tergantung pada

    harga koefisien transfer panas yang sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat salting, scalling,

    fouling, dan korosi. Salting ialah timbulnya deposit endapan garam pada dinding transfer

    panas, yang akan bertambah dengan naiknya temperatur. Scalling ialah terjadinya deposit

    kerak pada dinding transfer panas, kerak tersebut adalah suatu senyawa yang tidak larut

    dalam larutan pada suhu pendidihan. Kerak terjadi karena dalam larutan mengandung

    kesadahan tetap CaS04, MgS04, senyawa karbonat dan senyawa silikat [1]. Fouling ialah

    terjadinya deposit atau endapan senyawa yang berasal dari bahan masuk atau karena uap

    yang terkondensasi. Adanya salting, scalling dan fouling menyebabkan penebalan dinding

    transfer panas, sehingga tahanan transfer panas naik, maka harga koefisien transfer panas

    turun. Hal ini menyebabkan kenaikan kebutuhan uap pemanas untuk kepasitas evaporasi

    yang tetap, yang selanjutnya dapat menimbulkan resiko pecahnya evaporator karena beda

    temperatur antara bagian shell dan bagian tube temperature strains yang melebihi nilai

    standar. Temperature strains yang diperbolehkan adalah 50 of hal ini berhubungan dengan

    pemuaian logam yang dipakai. Sila pemuaian logam di bagian shell tidak sam a dengan

    pemuaian pada bagian tube akan menyebabkan kehancuran tube-bundle yang berarti

    evaporator pecah.

    Sistem evaporasi di Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif, IPLR SATAN, Serpong

    mengolah limbah radioaktif cair dengan aktivitas maksimum 2x10-2 Ci/m3 menjadi konsentrat

    aktivitas 1 Ci/m3 dan air destilat. Limbah yang diolah mempunyai kandungan unsur

    radioaktif utama Cs-137 dan Co-50, dan umumnya ber-pH sekitar 7, tidak mengandung

    garam kimia mudah mengendap kecuali kesadahan tetap. Evaporatornya jenis

    Thermosiphon Circulating Thermal Evaporator yang mempunyai kapasitas operasi 0,75

    m3/jam dengan faktor reduksi volume minimum 50:1 tergantung kandungan garam awal

    dalam limbah cair yang lewat bagian shell [1,2]. Panas pengembunan uap air pemanas di

    bagian shell ditransfer melalui ketebalan dinding tube sehingga imbah cair mendidih.

    Mengingat air yang digunakan di kawasan fasilitas nuklir Serpong adalah air PUSPIPTEK

    yang mengandung kesadahan tetap CaS04 dan MgS04 dengan perbandingan 2:1, lil11bah

     

  • 8/20/2019 Laporan Tentang Edta

    3/8

    Hasil Penelitian clanKegiaJan PTLR Tahun 6

    ISSN 85 2979

    cair umpan evaporator IPLR mempunyai kandungan kesadahan tetap CaS04 dan MgS04

    dengan perbandingan (rasio) 2:1 pula. Tahanan transfer panas kerak merupakan tahanan

    transfer panas yang utama pada evaporator IPLR-BATAN.

    Penghilangan kerak yang telah terbentuk dalam evaporator IPLR dilakukan melalui

    perendaman sirkuit pemekatannya dengan asam nitrat 1 selama 2 hari dari Jum at

    siang sId Senin pagi, dilanjutkan pencucian dengan air. Cara ini dilakukan pada evaporator

    yang terpasang, sehabis operasi evaporasi limbah cair dimana nilai fouling factor sudah

    signifikan mengganggu transfer panas. Cara kedua penghilangan kerak melalui

    pembersihan dinding dalam tube secara mekanik dengan sikat serabut besi/kawat saat

    kegiatan perawatan dimana evaporator dibongkar [1,2].

    Langkah preventif untuk mencegah pembentukan kerak dapat dilakukan dengan

    penggunaan chelating agent atau sequestering agent sebagai inhibitor kimia melalui

    pembentukan senyawa kompleks logam Ca dan Mg sehingga kristal kerak tidak te~adi.

    Pencegahan timbulnya kerak merupakan langkah yang lebih baik dilakukan daripada

    penghilangan kerak yang sudah terlanjur terbentuk, oleh karena itu perlu diteliti penggunaan

    EDTA sebagai inhibitor terbentuknya kerak pada evaporasi limbah radioaktif.

    TEORI

    Mekanisme Pembentukan Kerak

    Pembentukan kerak dan deposit endapan lain adalah proses kristalisasi yang

    kompleks. Kecepatan pembentukan lapisan awal kerak dan kecepatan pertumbuhan yang

    berikutnya ditentukan melalui interaksi dari beberapa kecepatan proses : nukleasi, difusi,

    reaksi kimia, dan kesesuaian pola geometris molekul-molekul dan atom-atom kristal kerak,

    dan lain-lain. Sebagian terbesar, walaupun tidak semua, unsur pokok pembentukan kerak

    mineral adalah kebalikan dapat larut, yaitu kelarutannya cenderung turun terhadap kenaikan

    suhu. Oleh karena itu, bila larutan lewat jenuh bersinggungan dengan permukaan transfer

    panas, mineral tersebut mengendap menjadi padatan karena daya larut setimbangnya

    menurun. Pada saat larutan menjadi lewat jenuh dan nukleasi terjadi, kondisi ini sangat

    cocok dan ideal untuk pertumbuhan kristal partikel kerak. Senyawa-senyawa yang dibawa

    air seperti kalsium sulfat, magnesium sulfat, barium sulfat, magnesium karbonat, kalsium

    karbonat, silikat, dan lain-lain dapat mengendap dan membentuk kerak sebagai akibat dari

    beda tekanan, perubahan temperatur, perubahan pH, dan lain-lain. Perubahan-perubahan

    tersebut terjadi dalam peralatan-peralatan proses, penukar panas, evaporator, boiler,

    cooling tower dan lain-lain [3,4,5].

    York dan Schorle [6,7] menjelaskan bahwa kristalisasi senyawa dalam larutan

    langsung pada permukaan transfer panas dimana kerak terbentuk memerlukan 3 (tiga)

  • 8/20/2019 Laporan Tentang Edta

    4/8

    Hasil Penelitian don Kegiatan PTLR Tahun 6

    lSSN 85 2979

    faktor simultan yaitu konsentrasi lewat jenuh  supersaturation , nukleasi terbentuknya inti

    kristal dan waktu kontak yang memadai. Di dalam proses evaporasi, kondisi jenuh

     saturation dan supersaturation dicapai secara simultan melalui pemekatan larutan dan

    penurunan daya larut setimbang saat kenaikan suhu menjadi suhu penguapan.

    Pembentukan inti kristal terjadi saat larutan jenuh, dan kemudian sewaktu larutan melewati

    supersaturation maka terjadilah pertumbuhan kristal, ukuran kristal bertambah besar dan

    selanjutnya melalui gaya gravitasi kristal jatuh dan terpisah dari larutan. Mekanisme terse but

    memerlukan waktu kontak antara larutan dan permukaan transfer yang memadai. Skema

    mekanisme pembentukan kerak yang dilengkapi parameter-parameter penting yang

    mengontrol setiap tahapan ditunjukkan pada Gambar 1.

    Pencegahan Kerak Dan Deposit Endapan Melalui Inhibitor Kimia

    Penggunaan aditif kimia tertentu dapat berpengaruh besar pada penghambatan

    pertumbuhan kristal dalam media pelarut air. Mekanisme yang pasti dari aditif tersebut

    dalam menghambat pertumbuhan kristal belum dipahami sempurna walaupun banyak

    penelitian dilakukan dalam bidang tersebut. Pencegahan kerak secara kimia tersebut

    berhubungan dengan efek aditif pada proses nukleasi, presipitasi, dan pelekatan bahan

    mineral. Bahan yang dipakai sebagai inhibitor kerak bermacam-macam, sebagian besar dari

    zat tersebut berfungsi melalui mekanisme permukaan, kecuali inhibitor

    chelating

    dan

    sequestering. Jumlah bahan kimia yang diperlukan sebagai inhibitor kerak sebanding

    dengan luas permukaan dari deposit endapan yang akan terjadi. Luas permukaan deposit

    endapan adalah fungsi beberapa faktor seperti suhu, tekanan, waktu, pH, dan lain-lain [8,9].

    PADATAN

    TERSUSPENSI

    PENGENAPAN

    DAN PEMADA TAN

    AIR

    MINERAL

    DAPAT LARUT

    PELARUTAN

    Parameter yang mengontrol : waktu

    suhu tekanan pH faktor lingkungan

    ukuran partikel kecepatan pengadukan

    LEW AT JENUH

    Parameter yang mengontrol : waktu

    suhu tekanan pH faktor lingkungan

    ukuran partikel kecepatan pengadukan

    PERTUMBUHAN

    KRIST AL

    Gambar 1. Skema umum mekanisme pembentukan deposit kerak air [6,7].

    4

  • 8/20/2019 Laporan Tentang Edta

    5/8

    Has; Penelitian dan KegiaJan PTLR Tahun 2 6

    ISSN 852   979

    Mekanisme pencegahan kerak meliputi chelating sequestration complexation

    antiprecipita tion protective colloid threshold treatment dispersan deflocculant

    antinucleation dan lain-lain. Chelation adalah pembentukan senyawa kompleks dari ion

    logam dengan menggunakan molekul organik atau anorganik, senyawa kompleks tersebut

    dapat terlarut atau tak terlarut. Sequestration didefinisikan sebagai pembentukan senyawa

    kompleks terlarut dari suatu logam. Sequestring agent yang biasa dipakai antara lain

    nitrilotriacetic acid  NTA , ethylene diamnine tetraacetic  EDTA , hydrotyethyl ethylene

    diamine triacetic acid  HEDTA , dan lain-lain. Bila sequestring agent ditambahkan ke dalam

    larutan yang mengandung ion logam maka senyawa kompleks akan terbentuk,

    pembentukan kerak tidak te~adi karena ion logam telah terkomplekkan. Senyawa kompleks

    tersebut mempunyai nilai stabilitas tertentu, yang dinyatakan dalam konstante stabilitas

    kation yang terkomplekkan. Bila ada dua atau lebih ion logam dalam larutan sebagaimana

    yang terjadi pada air alam, terdapat reaksi kompetisi terhadap sequestring agent Reaksi

    pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dan sequestring agent merupakan reaksi

    setimbang, dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pH, temperatur, jenis dan

    konsentrasi padatan terlarut, dan lain-lain. Banyak kation dapat dikomplekkan pada suatu

    kondisi tetap.

    Sequestring agent jenis EDTA atau NTA saat ini banyak digunakan khususnya

    dalam pengolahan air boiler EDTA dan NTA membentuk senyawa kompleks yang stabil

    dengan banyak kation pengganggu pembentuk kerak dan deposit endapan seperti Ca+2,

    Mg+2, Fe+3, Fe+2, Cu+2,

    dan lain-lain. Bila dalam larutan terdapat beberapa kation dan

    konsentrasi molar dari sequestring agent melebihi nilai total konsentrasi molar ion-ion logam,

    bahan tersebut akan membentuk kompleks dengan ion logam yang memiliki afinitas yang

    lebih kuat. Afinitas ion-ion logam terhadap sequestring agent EDTA mempunyai nilai yang

    berbeda dan besarnya sesuai dengan urutan sebagai berikut [8]:

    Na+< Ba+2< Mg+2< Ca+2 < Fe+2< Cu+2 < Fe+3

    Jadi EDTA akan membentuk senyawa kompleks lebih besar dengan ion kalsium dari pada

    dengan ion magnesium, juga lebih besar dengan Fe+2dari pada dengan ion kalsium. Reaksi

    pembentukan kompleks ion logam dengan EDTA mengikuti persamaan sebagai berikut:

      M+ + H4EDTA

    B

    M4-EDTA +   W

    Untuk pengkomplekan setiap satu ppm ion magnesium dibutuhkan EDTA sebanyak 12 ppm,

    dan untuk pengkomplekan setiap 1 ppm ion kalsium diperlukan EDTA sebanyak 7,4 ppm,

    seperti ditunjukkan pada Tabel1.

    5

  • 8/20/2019 Laporan Tentang Edta

    6/8

    Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 6

    lSSN 85

    2979

    Tabel1. Konsentrasi EDTA dan garam natriumnya yang dibutuhkan untuk mengkomplekan 1 ppm

    ion kalsium, ion magnesium, dan ion barium [8].

    Kelarutan

    umlah ppm) yang dibutuhkan untuk

    g/100 mlH

    engkomplekan 1 ppm logam alkali

    larutan

    tanah

    Mg+2

    Ca+2a+2

    0,02,3

    2

    ,4,1

    tetra-asetat dihidrat

    11,1

    5

    15,4

    ,5

    ,7

    tetra-asetat mono hidrat

    57

    8,4

    15,6

    ,6

    ,8

    tetra-asetat dihidrat

    103,9

    10,3

    16,9

    0,4

    TATA KERJA

    Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan mempunyai kemurnian pro-analysis dari E. Merck,

    yaitu serbuk MgS04,CaS04, NaOH, HCI, dan EDTA.

    Metode

    Ditimbang 8,333 9 CaS04; 4,167 9 MgS04; dan 28,3 9 EDTA. Ketiga bahan tersebut

    dicampur dan dimasukkan kedalam labu leher tiga, kemudian ditambah akuades hingga

    volume campuran menjadi 500 mL sehingga tersedia limbah cair simulasi). Kondisi pH

    pertama kali diatur pada nilai 7 melalui penambahan larutan NaOH pada labu leher 3.

    Larutan kemudian dipanaskan hingga suhu 100°C dengan menggunakan pemanas listrik.

    Selama pendidihan berlangsung terjadi penguapan larutan sehingga untuk menjaga volume

    dalam labu leher tiga tetap, dilakukan penambahan larutan yang sarna pada laju seperti laju

    penguapan. Setelah waktu 1; 1~; 2; 2~; dan 3 jam dari saat larutan mendidih, masing

    masing larutan dilewatkan kolom resin untuk pengikatan sisa kation bebas yang tidak

    terkomplekan). Larutan tersebut selanjutnya dianalisis kadar kalsium dan magnesiumnya

    dengan Atomic Absorption Spectrophotometer AAS) yang merupakan kadar kation yang

    terkomplekan oleh EDTA. Melalui pekerjaan yang sama pH divariasikan pada nilai 9, 11

    dan 13.

     

  • 8/20/2019 Laporan Tentang Edta

    7/8

    Hasil Penelitian don KegiaJan PTLR Tahun 6

    ISSN 85 2979

    H SIL D N PEM H S N

    Limbah cair simulasi yang berkesadahan

    2,5

    dengan rasio CaS04 dan MgS04

    2:1

    mengandung ion kalsium

    4.902

    ppm dan ion magnesium

    1.693

    ppm. Dari Tabel

    1,

    kebutuhan EDTA untuk mengkomplekan ion kalsium berharga 7,4 kali banyaknya ppm dari

    ion kalsium atau sarna dengan

    36.273

    ppm EDTA. Dari Tabel

    1

    juga, kebutuhan EDTA

    untuk mengkomplekkan ion magnesium berharga 12 kali banyaknya ppm jdari ion

    magnesium atau sarna dengan

    20.321

    ppm EDTA. Jadi kebutuhan EDTA keseluruhan

    adalah

    56.594

    ppm. Kebutuhan EDTA untuk percobaan pengomplekan ion kalsium dan

    magnesium dalam

    500

    mL larutan adalah

    28,30

    g.

    Kation Terkomplekkan ppm)

    7

    6

    5

    4

    3

    2

    o

    1

    2 Waktu jam) _ 3

    ~pH7

    ----- pH 9

    .• pH 11

    -.- pH 13

    Gambar 2. Hubungan waktu evaporasi terhadap jumlah ppm) ion kalsium

    dan magnesium yang terkomplekkan

    Dari hasil percobaan pengomplekan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 yaitu

    hubungan waktu evaporasi terhadap jumlah ppm) ion kalsium dan magnesium yang

    terkomplekkan terlihat bahwa semakin lama waktu evaporasi jumlah ion yang terkomplekkan

    semakin naik, sampai nilai optimum dimana jumlah ion yang terkomplekan paling besar.

    Hal tersebut dikarenakan semakin lama waktunya, kesempatan reaksi pengkomplekkan

    semakin banyak, jumlah ion kalsium dan magnesium yang banyak dalam larutan segera

    bereaksi dengan EDTA yang berlebih. Pengaruh pH menunjukkan bahwa semakin besar

    nilai pH, semakin banyak jumlah kation yang terkomplekkan. Oalam percobaan ini diperoleh

    bahwa pH 9 merupakan hasil yang terbaik.

    Hal tersebut dikarenakan semakin besar nilai pH maka semakin banyak ion OH

    dalam larutan yang membuat kemudahan ionisasi dari logam Ca dan logam Mg yang

    memberikan kesempatan reaksi meningkat, namun setelah pH berharga lebih besar dari 9

    maka terjadi kelebihan ion Ca+2 dan Mg+2 dalam larutan. Ion Ca+2 bebas akan mengganggu

    ion Mg+2 yang sudah terkomplekan sehingga tepas kembali dari senyawa kompleks,

    7

  • 8/20/2019 Laporan Tentang Edta

    8/8

    Hasil Penelitian don Kegialan PTLR Tahun 2 6

    ISSN 852 2979

    terjadilah kompetisi kembali ion logam yang akan terkomplekkan. Dengan demikian bila pH

    yang semakin besar (Iebih dari 9) maka ion logam yang terkomplekkan semakin kecil.

    KESIMPUL N

    1. Limbah radioaktif cair fasilitas nuklir Serpong mengandung kesadahan tetap CaS04 dan

    MgS04 rasio 2:1, bila dievaporasi akan menimbulkan kerak yang merupakan tahanan

    transfer panas evaporator. Dalam operasi rutin, kerak tersebut dihilangkan melalui

    perendaman serkuit evaporator dengan asam nitrat 10 selama 2,5 hari (60 jam), atau

    melalui pembersihan dengan sikat saat perawatan alat.

    2. Langkah preventif pencegahan pembentukan kerak dapat dilakukan melalui penggunaan

    inhibitor kimia EDTA (Ethylene diamine tetra-acetic acid), ion-ion kalsium dan

    magnesium bereaksi membentuk senyawa kompleks dengan EDTA sehingga kerak

    tidak terjadi lagi.

    3. Kondisi optimum proses pengomplekan untuk pencegahan terjadi kerak terhadap 500

    mL limbah cair dengan kesadahan 2,5 atau kadar kation (Ca+2 dan Mg+2) 6.595 ppm

    ditambah 28,30 9 EDTA terjadi pada pH 9, waktu setelah saat latutan mendidih selama 2

    jam dan kadar kation yang terkomplekkan dengan EDTA sebesar 6160 ppm atau

    sebesar 93,33 .

      FT R PUST K

    1. SALIMIN, Z., Identifikasi Tahanan Transfer Panas Deposit Kerak Pada Evaporator Instalasi

    Pengolahan Limbah Radioaktif, Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar

    IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, P3TM-BATAN, Yogyakarta, 25-26 Juli 2000.

    2. SALIMIN, Z., Propblem Solving of evaporator Operation on The Treatment of Radioactive Liquid

    Waste in Serpong Nuclear Facil ities , Presented Paper at Symposium on Waste Managemen and

    Environmental Restoration at Tucson, Arizona, USA, February 27-March 2, 2000.

    3. THACKERY, PA, The Cost of

     oulin

    in Heat Exchange Plant , Effluent and Water Treatment

    Journal, Vol. 20, 1980.

    4. HASSON, DAVID and ZAHAWI, Mechanism of Calcium Sulfate Scale Deposition on Heat

    Transfer Surfaces , I and EC Fundamental, Vol. 9, No. I, 1970.

    5. SPIEGLER, K.S., Salt Water Purification , John Wiley and Sons, Inc., New York, 1962.

    6. HASSON, DAVID, AVRIEL and WILLIAM, Mechanism of

    CaC03

    Scale Deposition on Heat

    Transfer Surfaces , I and EC Fundamental, Vol. 7, No. 1,1968.

    7. OTHMER, K. Encyclopedia of Chemical Technology, Crystallization , Vol. 6, John Wiley and

    Sons, New York, 1965.

    8. ELLIOT, M.N., The Present State of Scale Control in Sea Water Evaporator , Desalination Vol. 6,

    No. 87, 1969.

    9. SEELS, Industrial Water Pretreatment , Chemical Engineering, February 26, 1973.

     

    http://daftar_isi.pdf/