Laporan Talas

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/23/2019 Laporan Talas

    1/14

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Talas (Xanthosoma sagittifolium) merupakan salah satu umbi-umbian

    yang banyak ditanam di Indonesia. Talas banyak dibudidayakan di Indonesia

    karena talas dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan tidak terlalu

    memerlukan pengairan. Tanaman ini juga dapat tumbuh sepanjang tahun di

    daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Talas berbentuk silinder atau lonjong

    sampai agak bulat.

    Talas mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan karena

    berbagai manfaat. Tanaman talas merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang

    memiliki peranan cukup strategis sebagai sumber bahan pangan. Menurut

    Onwueme (1994), talas mengandung karbohidrat berkisar antara 1329 % dengan

    komponen utama adalah pati yang mencapai 77,9%. Karena kandungan pati nya

    yang cukup tinggi, talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai bahan

    baku tepung-tepungan.

    Pembuatan pati talas dapat dilakukan dengan cara mengekstraksi pati

    secara basah. Talas yang telah dikupas diparut, ditambah air untuk ekstraksi

    patinya, kemudian disaring untuk memisahkan serat, diendapkan untuk

    mendapatkan pasta pati, dan selanjutnya dikeringkan untuk mendapatkan tepung

    pati. Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini yaitu untuk mengetahui rendemen

    yang dihasilkan dari larutan pati penyaringan pertama dan rendemen dari larutan

    pati penyaringan kedua.

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari praktikum kali ini yaitu:

    1.

    Mengetahui rendemen yang dihasilkan dari larutan pati penyaringan

    pertama dan rendemen dari larutan pati penyaringan kedu

  • 7/23/2019 Laporan Talas

    2/14

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Talas (Xanthosoma sagittifolium)

    Talas kimpul (Xanthosoma sagittifolium) merupakan salah satu umbi-

    umbian, yang banyak mengandung karbohidrat, vitamin C, thiamin, riboflavin, zat

    besi, fosfor, zinc, niacin, potassium, tembaga, mangan dan serat yang sangat

    bermanfaat bagi kesehatan. Kandungan karbohidrat yang tinggi (34,2 g/100 g)

    sangat memungkinkan talas kimpul dimanfaatkan sebagai sumber pati modifikasi.

    Talas memiliki berbagai nama umum di seluruh dunia, yaitu Taro, Old cocoyam,

    Abalong, Taioba, Arvi, Keladi, Satoimo, Tayoba, dan Yu-tao. Tanaman ini

    diklasifikasikan sebagai tumbuhan berbiji ( Spermatophyta) dengan biji tertutup (

    Angiospermae) dan berkeping satu (Monocotyledonae ). Taksonomi tumbuhan

    talas secara lengkap adalah sebagai berikut:

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Monocotyledonae

    Ordo : Arales

    Famili : Araceae

    Genus : Xanthosoma

    Species : Xanthosoma sagittifolium (Koswara, 2014).

    Talas berasal dari daerah sekitar India dan Indonesia, yang kemudian

    menyebar hingga ke China, Jepang, dan beberapa pulau di Samudra Pasifik.

    Pertumbuhan paling baik dari tanaman ini dapat dicapai dengan menanamnya di

    daerah yang memiliki ketinggian 0 m hingga 2740 m di atas permukaan laut,

    suhu antara 21270 C, dan curah hujan sebesar 1750 mm per tahun. Bagian yang

    dapat dipanen dari talas adalah umbinya, dengan umur panen berkisar antara 6 -

    18 bulan dan ditandai dengan daun yang tampak mulai menguning atau

    mengering.

    Talas umumnya tumbuh subur di daerah negara- negara tropis. Bahan

    pangan ini memiliki kontribusi dalam menjaga ketahanan pangan di dalam negeri

  • 7/23/2019 Laporan Talas

    3/14

    dan juga berpotensi sebagai barang ekspor yang dapat menghasilkan keuntungan.

    Pemasarannya selain dapat dilakukan dalam bentuk segar, juga dapat dilakukan

    dalam bentuk umbi beku ataupun umbi kaleng yang memenuhi syarat ukuran

    tertentu.

    Umbi talas memiliki berbagai macam bentuk yang sangat tergantung

    dengan lingkungan tempat tumbuhnya serta varietasnya. Minantyorini dan

    Hanarida (2002) melakukan identifikasi dan melakukan klasifikasi terhadap

    plasma nutfah berbagai jenis talas.

    Gambar 1. Macam-macam jenis Talas

    Hasilnya dapat dilihat pada Gambar yang menunjukkan berbagai

    macam bantuk dari umbi talas, mulai dari yang kerucut (1), membulat (2),

    silindris (3), elips (4), halter (5), memanjang (6), datar dan bermuka banyak (7),

    dan tandan (8). Umumnya talas yang tersebar di Indonesia memiliki bentuk

    kerucut, silindri, atau elips, dengan sebagian kecil daerah memproduksi talas

    dengan bentuk umbi membulat, halter, memanjang, dan tandan. Untuk bentuk

    umbi datar dan bermuka banyak, hingga kini belum ada ditemui di Indonesia.

    Indonesia sebagai salah satu negara penghasil talas memiliki dua

    sentra penanaman talas, yaitu di kota Bogor dan Malang. Jenis talas yang biasa

    dibudidayakan di Bogor adalah talas sutera, talas bentul, talas lampung, talas

    pandan, talas padang, dan talas ketan. Namun, yang umum ditanam adalah talas

    bentul karena memiliki produktivitas yang tinggi serta memiliki rasa umbi yang

    enak dan pulen.

  • 7/23/2019 Laporan Talas

    4/14

    2.2 Karakteristik Fisik dan Kimia Talas

    Tanaman talas mempunyai variasi yang besar baik karakter morfologi

    seperti umbi, daun dan pembungaan serta kimiawi seperti rasa dan aroma

    tergantung varietas dan tempat talas di tanam (Hartati dan Prana, 2003).

    Umbi talas belitung mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan

    mineral. Komponen terbesar umbi talas belitung setelah air adalah karbohidrat

    (Kay, 1973). Komposisi kimia umbi talas belitung yang telah dilakukan diteliti

    kay sebagai berikut.

    Tabel 1. Komposisi kimia talas

    (Sumber: (a) Kay,1973 dan (b) Lingga, 1989).

    Talas banyak dibudidayakan di Indonesia karena talas dapat tumbuh

    di daerah yang beriklim tropis dan tidak terlalu memerlukan pengairan. Tanaman

    ini juga dapat dijadikan sebagai tanaman sela dan dapat tumbuh sepanjang tahun

    di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Di Indonesia dijumpai hampir di

    seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai ke pegunungan dengan

    ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Talas berbentuk silinder atau

    lonjong sampai agak bulat. Kulit umbi talas berwarna kemerahan, bertekstur

    kasar, dan terdapat berkas-berkas pertumbuhan akar (Onwueme, 1994).

    Sifat fisik Talas Kimpul (Xanthosoma sagitifolium) Kimpul tergolong

    tumbuhan berbunga Agiospermae dan berkeping satu Monocotylae.

    Daunnya hijau muda karena tangkai daunnya yang hijau muda mempunyai garis

    ungu. Bentuk umbi kimpul silinder hingga agak bulat, terdapat ruas dengan

    beberapa bakal tunas. Kulit umbi mempunyai tebal sekitar 0,010,1 cm,

    sedangkan korteksnya setebal 0,1 cm.

  • 7/23/2019 Laporan Talas

    5/14

    2.3 Pati Talas (Xanthosoma sagitti fol ium) dan Standarisasi Pati Talas

    Umbi talas mengandung pati sekitar 18.2 %, sedangkan kandungan

    gulanya sekitar 1.42 %. Karbohidrat pada umbi talas sebagian besar merupakan

    komponen pati, sedangkan komponen lainnya pentosa, serat kasar, dekstrin,

    sukrosa, dan gula pereduksi. Pati talas mengandung 17-28 % amilosa, dan sisanya

    adalah amilopektin. Amilosa memiliki 490 unit glikosa per molekul dan

    amilopektin memiliki 22 unit glukosa per molekul. Talas mempunyai granula pati

    sangat kecil yaitu berkisar 3-4 m. Komposisi pati talas dipengaruhi oleh varietas

    iklim, kesuburan tanah, umur panen, dan lain-lain (Richana, 2012). Menurut

    Rahmawati (2012), kadar pati merupakan kriteria mutu terpenting pada tepung

    baik sebagai bahan pangan maupaun non pangan. kadar pati yang dihasilkan pada

    umbi talas sekitar 80% dan kadar pati pada tepung talas sekitar 75 %.

    Pemanfaatan talas sebagai tepung talas maupun pati talas akan meningkatkan nilai

    ekonomis dan daya simpan produk talas.

  • 7/23/2019 Laporan Talas

    6/14

    BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

    3.1 Alat dan Bahan

    3.1.1

    Alat

    1. Kain Saring

    2. Baskom plastik

    3. Parut

    4. Pisau

    5. Timbangan

    6.

    Sendok

    7. Gelas ukur

    3.1.2

    Bahan

    1. Talas

    2. Air

    3.

    Tissue

  • 7/23/2019 Laporan Talas

    7/14

    3.2 Skema Kerja

    3.2.1Pembuatan Pati

    Diagram 1. Diagram alir pembuatan pati

    Talas

    Penimbangan 1000 gr

    Pengupasan

    Pencucian

    Pemarutan

    Penambahan air 1:1

    Penimbangan talas

    tanpa kulit

    Pengadukan

    Pemerasan pati talas

    (dilakukan dua kali)

    Pengendapan pati

    selama 24jam

    Pemisahan endapan pati

    Pengeringan

    Penimbangan berat akhir dan penghitungan rendemen

  • 7/23/2019 Laporan Talas

    8/14

    BAB 4. HASIL PENGAMATN DAN HASIL PERHITUNGAN

    4.1 Hasil Pengamatan

    4.1.1

    Berat pati

    Tabel 2. Pengamatan berat

    No Bahan Berat (g)

    1 Talas berkulit 1000

    2 Talas tanpa kulit 825

    3 Pati penyaringan I 129

    4 Pati penyaringan II 44

    4.2 Hasil Perhitungan

    4.1.2Rendemen

    Tabel 3. Perhitungan rendemen

    No Perlakuan Berat 1000 (g) Berat 825 (g)

    1 Pati Penyaringan I 12,9 % 15,63 %

    2 Pati penyaringan II 4,4 % 5,33 %

  • 7/23/2019 Laporan Talas

    9/14

    BAB 5. PEMBAHASAN

    5.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan

    Penepungan umbi talas dilakukan dengan cara mengendapkan pati

    umbi talas. Pertama yaitu menimbang talas yang masih terdapat kulitnya sebanyak

    1 kg. Kemudian kupas talas menggunakan pisau. Pemisahan ini dilakukan agar

    pada saat talas dihaluskan kulit talas tidak tercampur. Setelah talas tersebut

    dikupas, timbang kembali berat talas. Lalu catat hasil berat talas tanpa kulit. Hasil

    penimbangan tersebut dijadikan sebagai berat awal bahan yang digunakan.

    Setelah ditimbang, talas dicuci untuk membersihkan dari kotoran yang menempel

    pada daging talas serta untuk mengurangi lendir yang terdapat pada daging talas.

    Kemudian talas diparut untuk diperoleh patinya. Setelah semua talas diparut,

    tambahkan air dengan perbandingan 1:1 dengan bahan. Kemudian aduk untuk

    menghomogenkan talas dengan air yang telah ditambahkan. Namun penambahan

    air tidak langsung sekali tuang kedalam wadah yang telah berisi parutan talas,

    melainkan dituang secara berkala atau per 200 ml. Setelah itu tuang parutan talas

    yang telah ditambahkan air kedalam kain saring untuk menghasilkan pati dari

    talas tersebut. Lalu peras hingga pati dari talas tersebut keluar. Setelah itu, ampas

    talas tersebut kembali ditambahkan air dengan perbandingan 1:1 seperti pada

    perlakuan pertama. Kemudian kedua pati tersebut didiamkan selama 24 jam

    hingga terdapat endapan pada dasar wadah. Lalu endapan tersebut dikeringkan

    dibawah sinar matahari agar pati tersebut menjadi tepung. Lalu tepung pati yang

    dihasilkan ditimbang untuk dihitung hasil rendemen dari tepung tersebut.

    5.2 Analisa Data

    Praktikum pembuatan pati talas ini, bahan yang di gunakan adalah talas

    (Xanthosoma sagittufolium) merupakan salah satu sumber pangan lokal alternatif

    sumber karbohidrat serta mengandung zat gizi lain seperti protein, lemak, dan

    serat. Hasil data yang diperoleh seteah praktikum untuk berat talas awal sebelum

    pengupasan mempunyai berat 1000 gram dan talas yang sudah di lakukan

    pengupasan mempunyai berat 825 gram dan berat kulitnya sebesar 175 gram.

  • 7/23/2019 Laporan Talas

    10/14

    Talas dilakukan pemarutan dan penyaringan 2 kali, pada penyaringan pertama

    dihasilkan pati kering sebesar 129 gram sedangkan pada penyaringan kedua

    didapat pati kering sebesar 44 gram, perbandingan berat ini disebabkan karena

    pada penyaringan pertama jumlah pati pada parutan talas masih banyak sedangkan

    pada penyaringan kedua jumlah patinya menjadi sedikit sehingga akan pati yang

    dihasilkan pada penyaringan pertama lebih banyak. Menurut pudjiono (1998)

    penggilingan bertujuan untuk memecah dinding sel agar granula-granula pati

    dapat terlepas. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan pemecahan, pengirisan

    atau pemarutan. Proses pemarutan jumlah pati yang terlepas mencapai 70-90%.

    Kondisi ini biasa disebut dengan efek pemarutan atau rasping effect.

    Pengamatan pati ini dilakukan perhitungan rendemen, perhitungan

    rendemen ini dilakukan dua perhitungan yaitu melibat pembagian antara jumlah

    pati yang dihasilakan pada tiap penyaringan di bagi dengan jumlah berat awal

    talas sebelum dikupas dan dibagi juga dengan talas yang sudah dikupas. Jumlah

    pati yang pertama dibagi dengan berat awal talas sebelum dikupas didapat hasil

    rendemen sebesar 12,9%, sedangkan pada penyaringan pertama yang dibagi

    dengan berat talas yang dikupas didapat rendemen sebsar 15,63%. Berat pati pada

    penyaringan kedua yang dibagi dengan berat talas awal didapat rendemen sebesar

    4,4% dan pada berat talas penyaringan kedua dibagi dengan berat talas kupas

    didapat rendemen sebesar 5,33%. Hasil rendemen pati ini dipengaruhi oleh berat

    pati yang dihasilkan dan rendahnya nilai rendemen pati ini disebabkan karena

    adanya proses pemanasan yang menyebabkan penurunan kadungan kadar air pada

    pati ( Lawal, 2004).

  • 7/23/2019 Laporan Talas

    11/14

    BAB 6. PENUTUP

    6.1Kesimpulan

    Praktikum kali ini didapat kesimpulan pada pembuatan pati dari talas:

    1. Hasil rendemen pati yang dihasilkan pada penyaringan larutan talas

    petama lebih banyak daripada rendemen pati larutan talas pada

    penyaringan kedua.

    6.2Saran

    Sebaiknya pada praktikum selanjutnya, bahan yang digunakan harus

    berkualitas baik serta praktikan sebaiknya lebih teliti lagi dalam hal

    pengukuran berat karena hal tersebut berpengaruh terhadap hasil akhir tepung

    (rendemen).

  • 7/23/2019 Laporan Talas

    12/14

    DAFTAR PUSTAKA

    Hanarida, I.S., dan Minantyorini. 2002. Panduan Karakterisasi dan Evaluasi

    Plasma Nutfah Talas. Bogor : Komisi Nasional Plasma Nutfah (KNPN)

    Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

    Hartati, N. S. dan Prana, T. K. 2003. Analisis kadar pati dan serat kasar tepung

    beberapa kultivar talas (Colocasia esculenta L. Schott). Natur Indonesia

    6(1): 29-33.

    Kay, D.E .1973. Roots Crops. London: The Tropical Products Institute Foreign

    and Common Wealth Office.

    Koswara., S. 2014. Teknologi Pengolahan UmbiUmbian Bagian1: Pengolahan

    Umbi Talas. Bogor: UNSAID.

    Lawal, O.S. dan Adebowale, K.O., 2005. An assessment of changes in thermal

    and physico-chemical parameters of jack bean (Canavalia ensiformis)

    starch following hydrothermal modifications, Europe Food Research

    Technology, 221, 631-638.

    Onwueme, I.C. 1994. The Tropical Tubers Crops, Yams, Cassava, Sweet Potato,

    and Cocoyams.New York : John Wiley and Chisester.

    Pudjiono. E. 1998. Konsep Pengembangan Mesin Untuk Menunjang Pengadan

    Pati Garut. Makalah. Didampaikan pada Seminar dan Lokalkarya

    Nasional Pengembangan Tanaman Garut Sebagai Sumber Bahan Baku

    Alternatif Industri Pangan, 27-28 Agustus 1998. Malang: Universitas

    Brawijaya.

    Rahmawati, W., Y. A. Kusumastuti, dan N. Aryanti, 2012. Karakteristik Pati

    Talas (Colocasia Esculenta (L.) Schott) sebagai alternatif sumber pati

    industri di Indonesia.Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 1:347-351.

    Richana N., dan Suarni. 2012. Teknologi Pengolahan Jagung. http://balitsereal.litbang. deptan.go.id/ind/bjagung/empat.pdf. Diakses tanggal 16 Maret

    2012. Bandar Lampung.

  • 7/23/2019 Laporan Talas

    13/14

    LAMPIRAN PERHITUNGAN

    A. Rendemen Tepung Talas + Kulit

    1.

    2.

    B.

    Rendemen Tepung Talas Tanpa Kulit

    1.

    2.

  • 7/23/2019 Laporan Talas

    14/14

    LAMPIRAN GAMBAR