Upload
nguyentu
View
244
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
LAPORAN TAHUNAN
IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIFITAS KAMPUS (IbIKK)
IbIKK BALINESECULTURE CONSERVATION CONSULTANT
Tahun Ke II dari Rencana III Tahun
Oleh:
Ketua
Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA (NIDN:0017025103)
Anggota:
Prof. Dr. Wayan Rai, M.Si (NIDN: 0016104903)
Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum (NIDN: 0008126104)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
NOPEMBER 2015
ii
iii
PRAKATA
Pertama kali kami ucapkan terima kasih ke hadapan Ida Sanghyang Widhi
Waça, karena atas perkena-Nyalah kami bisa menyelesaikan laporan Pengabdian
pada Masyarakat IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant (IbIKK
BCCC) ini dengan baik. Ucapan terima kasih juga disampaikan Lembaga
Pengabdian Pada Masyarakat UNDIKSHA atas fasilitas pendanaannnya sehingga
proses kegiatan ini kami dapat terselenggara dengan baik.
Selanjutnya, ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya juga kami
berikan kepada pihak Perpustakaan Lontar Universitas Udayana atas kesediaan
penyediaan bahan dan penerjemahan alih bahasa dan alih sastra lontar. Museum
Gedong Kirtya baik pimpinan dan staf dan Pemerintah Daerah Kabupaten
Buleleng khususnya Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kepala Bappeda
Kabupaten Buleleng, Kepala BKD, dan pihak-pihak lain yang turut membantu
proses pengabdian ini terlaksana dengan baik.
Pengabdian ini merupakan tahun I sehingga besar harapan kami bisa
didanai ke tahun berikutnya sehingga program yang telah kami rancang bisa
terwujud secara maksimal. Laporan tahap pertama ini kami harapkan mampu
menjadi pemicu munculnya pengabdian lanjutan yang sifatnya mengkritisi
maupun memperkaya kebudayaan Bali secara luas dan mendalam sebagai sebuah
kekayaan yang harus terus dilestarikan. Apabila dalam laporan ini dirasakan ada
kekurangan maupun kesalahan dari pelaksana, kami mohon maaf . Semoga apa
yang kami kerjakan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan Bali dan Indonesia kedepannya.
Singaraja, 25 November 2015
Tim Pelaksana IbIKK BCCC
iv
RINGKASAN
Kebudayaan Bali secara tegas dinyatakan sebagai ikon pariwisata Bali
yang dituangkan pada Perda no. 3 tahun 1991. Dijadikannya kebudayaan Bali sebagai ikon pariwisata Bali, maka kebudayaan harus dikemas sedemikan rupa
hingga mampu menjadi daya tarik wisata yang tentunya akan memberikan manfaat ekonomis bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya. Kajian tentang
kebudayaan hingga saat ini telah banyak dilakukan baik oleh kalangan formal maupun informal, yang berusaha menggali potensi kebudayaan untuk diolah,
dikemas hingga menjadi sesuatu yang menarik bagi siapapun yang menikmatinya. Ketika kebudayaan dipandang sebagai sesuatu yang adiluhung, maka perlu
adanya tindakan pelestarian terhadap kebudayaan tersebut sehingga dapat dinikmati oleh generasi penerus. Namun data kancah menunjukkan banyak
generasi muda Bali semakin banyak yang tidak memahamisubstansi kebudayaan Bali. Mereka mempraktikkan kebudayaan Bali dalam kehidupan sehari-hari,
namun hakikatnya mereka tidak paham. Begitu pula semakin banyak orang Bali bersandar pada kebudayaan modern, misalnya pada sistem medik modern.
Padahal masyarakat Bali memiliki sistem medik tradisional yang tercantum pada berbagai lontar usada. Begitu pula masyarakat Bali memiliki berbagai teknologi
pengendalian penyakit dan hama tanaman dan ternak secara tradisonal yang tidak kalah canggihnyadibandingkan ilmu dan teknologi modern.
Kajian terhadap kebudayan Bali di kalangan para akademisi, khususnya di Universitas Pendidikan Ganesha memang sudah banyak. Namun, berdasarkan
kajian terhadap hasil penelitian tersebut tampak ada kelemahan, yakni: pertama, bersifat involusi. Artinya, penelitian yang ada hanya mengulang-ulang apa yang
sudah ada, dengan mengambil lokasi di tempat lain. Kerangka teorinya sama sehingga hasilnya pun sama pula. Kedua, penelitian yang ada miskin publikasi
dalam jurnal dan atau penulisan lanjutan misalnya dalam bentuk buku sehingga komunikasi ilmiah menjadi tidak berlangsung secara intensif. Ketiga, penelitian
yang ada lebih menekankan pada penumpukkan ilmu atau teori sehingga miskin akan praksis.
Berkenaan dengan itu maka dibutuhkan suatu lembaga atau wadah yang menaunginya. Dalam konteks inilah maka gagasan untuk membentuk Balinese
culture conservation consultanttidak saja penting, tetapi juga merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak.Balinese culture conservation consultantakan
berusaha melakukan kajian terhadap kebudayaan Bali. Hasil kajian ini diharapkan mampu memberikan pelayanan kepada konsumen yang memerlukan kajian
tentang kebudayaan Bali baik dalam konteks peningkatan pemahaman mereka terhadap kebudayaan Bali maupun keikutsertaan dalam konservasi kebudayaan.
Bahkan tidak menutup pula kemungkinan terkait dengan pengembangan pariwsata Bali yang berlabelkan pariwisata budaya. Berkenaan dengan itu konsumen yang
menjadi target pasar bagi Balinese culture conservation consultant adalah kalangan akademisi yang membutuhkan data dan informasi tentang kebudayaan
Bali, pemerintah daerah yang diwakili oleh berbagai lembaga dan atau dinas yang terkait, LSM yang menaruh minat terhadap kebudayaan Bali, pebisnis pariwisata,
media masa, DPRD, desa pakraman, desa dinas, dadia, soroh, banjar, wangsa, subak, wisatawan, dan konsumen lainnya.
v
IbIKK BALINESECULTURE CONSERVATION CONSULTANT
Oleh:
Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA
Prof. Dr. Wayan Rai, M.Si
Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum
ABSTRAK
Kebudayaan merupakan sesuatu yang adiluhung, maka perlu adanya tindakan pelestarian terhadap kebudayaan tersebut sehingga dapat dinikmati oleh
generasi penerus. Namun data kancah menunjukkan banyak generasi muda Bali semakin banyak yang tidak memahamisubstansi kebudayaan Bali.Berkenaan
dengan itu maka dibutuhkan suatu lembaga atau wadah yang menaunginya. Dalam konteks inilah maka gagasan untuk membentuk Balinese culture
conservation consultanttidak saja penting, tetapi juga merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak.Balinese culture conservation consultantakan berusaha
melakukan kajian terhadap kebudayaan Bali. Hasil kajian ini diharapkan mampu memberikan pelayanan kepada tonsumen yang memerlukan kajian tentang
kebudayaan Bali baik dalam konteks peningkatan pemahaman mereka terhadap kebudayaan Bali maupun keikutsertaan dalam konservasi kebudayaan. Bahkan
tidak menutup pula kemungkinan terkait dengan pengembangan pariwsata Bali yang berlabelkan pariwisata budaya. Berkenaan dengan itu konsumen yang
menjadi target pasar bagi Balinese culture conservation consultant adalah kalangan akademisi yang membutuhkan data dan informasi tentang kebudayaan
Bali, pemerintah daerah yang diwakili oleh berbagai lembaga dan atau dinas yang terkait, LSM yang menaruh minat terhadap kebudayaan Bali, pebisnis pariwisata,
media masa, DPRD, desa pakraman, desa dinas, dadia, soroh, banjar, wangsa, subak, wisatawan, dan konsumen lainnya.
Kata Kunci: konservasi, kebudayaan, Bali
ABSTRACT
Culture is something that is valuable, it is necessary to measure the
preservation of the culture that can be enjoyed by future generations . However, the data shows many youth Bali that do not understand the substance of culture
Bali.Because of that we need a body or container shelter . In this context , the idea of forming a IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant is not only
important , but also is a urgent need . Balinese culture conservation consultant will seek a review of the Balinese culture . The results of this study are expected
to provide services to consumen that require the study of Balinese culture both in the context of improving their understanding ofIbIKK Balinese Culture
Conservation Consultant. Not even close also probably related to the development of tourism labeled pariwsata Balinese culture. With regard to the consumer is the
target market for the Balinese culture is a conservation consultant academics requiring data and information on Balinese culture, local government , represented
by various institutions or agencies concerned, NGOs showed an interest in Balinese culture , tourism businesses, the media period, parliament,desa pakraman, dadia, soroh, banjar, wangsa, tourists , and other consumers .
Keyword: conservation, culture, Bali
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………....... ii
PRAKATA............................................................................................. iii
RINGKASAN...……………………………………………………..... iv
ABSTRAK............................................................................................. v
DAFTAR ISI………………………………………………………...... vi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………… viii
DAFTAR TABEL……..……………………………………………… ix
DAFTAR BAGAN….………………………………………………… x
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Analisis Situasi…………………………………………… 1
1.2 Keunggulan Produk………………………………………. 7
1.3 Spesifikasi Produk……………………………………… 7
1.4 Kaitan Produk dengan Temuan Perguruan Tinggi……… 8
1.5 Dampak dan Manfaat IbIKK……………………………... 8
BAB II TARGET LUARAN………………………………………… 10
2.1 Target Luaran Tahun 2014, 2015, dan 2016……………... 10
BAB III METODE PELAKSANAAN……………………………..... 13
3.1 Bahan Baku……………………………………………… 13
3.2 Produksi………………………………………………… 14
3.3 Proses…………………………………………………… 15
3.4 Manajemen……………………………………………...... 17
3.5 Pemasaran……………………………………………… 18
3.6 Sumber Daya Manusia…………………………………… 19
3.7 Fasilitas………………………………………………… 20
3.8 Finansial………………………………………………… 21
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI………………… 22
4.1 Kualifikasi Tim………………………………………….. 22
4.2 Relevansi Skill…………………………………………… 22
4.3 Sinergi………………………………………………….... 23
vii
4.4 Pengalaman Kemitraan Tim Pelaksana………………… 23
4.5 Kedudukan Tim Pengusul dan Hubungan IbIKK dengan
Perguruan Tinggi…………………………………………
24
4.6 Akuntabilitas Pemasukan dan Pengeluaran Uang……… 24
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI 25
5.1 Kegiatan Tahun 2015………………………………........ 25
5.2 Data Statistik Pemasukan IbiKK BCCC Undiksha Tahun
2015 …………………………………………………………..
35
5.3 Kendala yang dihadapi pada tahun 2015……………….... 37
5.4 Solusi yang dilakukan dalam menghadpi kendala……….. 37
5.5 Dampak dan Manfaat IbIKK…………………………… 38
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 39
6.1 Spesifikasi Produk Tahap III (Tahun 2016)…………....... 39
6.2 Target Luaran tahap IIITahun 2016…………………...... 40
6.3 Metode Pelaksanaan Tahap III (Tahun 2016)…………… 41
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan…..………………………………………....... 52
7.2 Saran…………………………………………………….. 52
DAFTAR PUSTAKA 54
LAMPIRAN
Lampiran 1. Produk ……………………………………………
Lampiran 2. Dokumentasi Konsultasi Kebudayaan Bali ……...
Lampiran 3. Logbook ………………………………………….
Lampiran 4. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul ……...
55
100
102
104
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Dari Kanan: ruang diskusi, ruang tamu dan sat set
komputer sebagai tempat produksi ………………………...
20
Gambar 2 Peralatan kantor/belanja modal produksi tahun 2015: LCD,
laptop, tripod, handycam, pesawat telepon, external hardisk
25
Gambar 3 Cover dan sampul belakang buku “(NGABEN +
MEMUKUR) = (TUBUH + API) + (UPARENGGA +
MANTRA) = (DEWA PITARA + SURGA) (Perspektif
Teori Sosial Ketubuhan terhadap Ritual Kematian di Bali) .
26
Gambar 4 Cover dan sampul belakang buku “TAJEN DI BALI
(Perspektif Homo Complexus)” ……………………………
27
Gambar 5 Cover dan sampul belakang buku “PERTARUNGAN
WACANA NGAMADUANG (POLIGAMI) DALAM SENI
GENJEK : PERSPEKTIF KEKUASAAN LINGUAL DI
BALI” ……………………………………………………...
29
Gambar 6 Cover buku “MEMBONGKAR JARING KUASA,
KEKERASAN, DAN RESISTENSI DI BALIK
PERKAWINAN NGAMADUANG (POLIGAMI)” ……….
29
Gambar 7 Cover buku “KULINER TRADISIONAL KHAS
BULELENG” ……………………………………………...
30
Gambar 8 Halaman pertama artikel “Deconstructing Gender
Stereotypes in Leak”………………………………………
31
Gambar 9 Halaman pertama artikel “Geria Pusat Industri Banten
Ngaben di Bali Perspektif Sosiologi Komodifikasi Agama”
32
Gambar 10 Terjemahan lontar “Bali Islam” dan “Krama Islam” ……... 32
Gambar 11 CD video dan booklet tradisi Magebeg-gebegandi Desa
Tukadmungga, Buleleng – Bali ……………………………
33
Gambar 12 Konsultasi tanggal 3 Maret 2015 …………………………. 34
Gambar 13 Konsultasi tanggal 23 Juni 2015 ………………………….. 34
Gambar 14 Konsultasi tanggal 23 Juni 2015 ………………………….. 35
Gambar 15 Konsultasi tanggal 12 Oktober 2015Crew Trans 7 ……….. 35
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2014-2016 (Produk Nyata/Tangible Product) ............................. 11
Tabel 2Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2014-2016 (Produk Jasa/Intangible Product) .............................. 11
Tabel 3Bahan Baku, Suplai, Mutu, dan Alternatif Sumber Usaha Balinese Culture Conservation Consultant ...................................................................... 13
Tabel 4Rencana Produk dan Kapasitas Produksi ................................................... 14 Tabel 5Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi ..................................... 14
Tabel 6Rincian Biaya IbIKK Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2014-2016 ................................................................................. 21
Tabel 7Kulifikasi Tim IbIKK Usaha Balinese Culture Conservation Consultant .... 22 Tabel 8Pengalaman Kemitraan Tim Pelaksana ..................................................... 23
Tabel 9. Data Statistik Pemasukan IbiKK BCCC Undiksha Tahun 2015 ………35 Tabel 10. Rencana Spesifik Produk Tahun 2016 ................................................... 39
Tabel 11 Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2016 (Produk Nyata/Tangible Product) ..................................... 36
Tabel 12 Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2016 (Produk Jasa/Intangible Product) ...................................... 41
Tabel 13 Bahan Baku, Suplai, Mutu, dan Alternatif Sumber Usaha Balinese Culture Conservation Consultant ......................................................... 42
Tabel 14 Rencana Produk dan Kapasitas Produksi ............................................... 42 Tabel 15 Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi ................................... 43
Tabel 16 Rincian Biaya IbIKK Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2014-2016 ................................................................................ 49
Tabel 17 Rencana Investasi dan Belanja Modal Tahun II (2015) ........................... 50 Tabel 18 Honor Tim Pendamping Tahun II (2015) ............................................... 50
Tabel 19 Program Kerja dan Jadwal ..................................................................... 51
x
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Proses Produksi ..................................................................................... 16
Bagan 2 Struktur Organisasi IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant ..... 24
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Kekaguman orang luar terhadap kebudayaan Bali telah berlangsung sejak
lama. Kebudayaan Bali dianggap sebagai kebudayaan yang eksotis sehingga
menarik diperkenalkan ke dunia luar. Gagasan inilah yang menyebabkan pada
tahun 1920an Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Bali sebagai Daerah Tujuan
Wisata (Atmadja, 2010; Vickers, 2010). Bersamaan dengan itu pemerintah Hindia
Belanda menerapkan sistem pendidikan modern sehingga masyarakat Bali
mengalami modernisasi. Hal ini menimbulkan ancaman bagi kelangsungan hidup
kebudayaan Bali sehingga tidak mengherankan jika timbul usaha untuk
melakukan konservasi terhadap kebudayaan Bali (Atmadja, 2001). Gejala ini
terlihat misalnya dari pendirian Perpustakaan Lontar Gedong Kirtya pada tahun
1928. Orang asing yang berkunjung ke Bali tidak saja wisatawa tetapi juga
wartawan yang menaruh perhatian terhadap kebudayaan Bali antara lain
Covarrubias (1972) yang menulis buku, yakni The Island of Bali. Pasca Revolusi
Fisik muncul beberapa ilmuwan yang berminat mengkaji kebudayaan Bali,
misalnya Clifford Geertz (1977, 1999), Hilderd Geert (1952), James Danandjaja
(1984), dll.
Kajian-kajian tersebut merupakan contoh-contoh kecil bagaimana orang
luar memandang kebudayaan Bali. Pada umumnya mereka sangat mengagumi
kebudayaan Bali sehingga tidak mengherankan jika Bali dilabeli dengan berbagai
nama, misalnya Pulau Dewata, Pulau Sorga Terakhir, Pulau Seribu Pura, pewaris
tradisi Majapahit, Museum Hidup, dll. Bahkan yang tidak kalah pentingnya,
nama Bali sering pula dianggap sebagai singkatan, yakni Bagus, Asli,
Luhur,Indah. Pendek kata, berbagai karya ilmiah klasik tentang Bali, begitu pula
berbagai label tentang Bali memberikan petunjuk bahwa ada kekaguman yang
luar biasa terhadap kebudayaan Bali. Kekaguman orang terhadap kebudayaan
Bali, tidak saja membanggakan orang Bali, tetapi yang tidak kalah pentingnya,
kebudayaan Bali digunakan pula sebagai modal budaya dalam pengembangan
pariwisata. Gejala ini terlihat dari basis pariwisata Bali adalah kebudayaan
2
sehingga melahirkan apa yang disebut Pariwisata Budaya. Kebudayaan Bali yang
unik spektakuler merupakan daya tarik utama dan sekaligus sebarang barang
jualan bagi pariwisata Bali.
Kebudayaan tunduk pada hukum perubahan (Lauer, 1983). Begitu pula
kebudayaan Bali tidak terlepas dari perubahan. Atmadja (2010) dalam bukunya
yang berjudul “Ajeg Bali Gerakan, Identitas Kultural dan Globalisasi”
memberikan uraian yang terinci tentang penyebab perubahan kebudayaan Bali
antara karena pembangunanisme yang diterapkan oleh pemerntah Orde Baru yang
berlanjut pada adanya globalisasi. Kondisi ini mengakibatkan kebudayaan Bali
mengalami perubahan yang drastik. Berkenaan dengan itu maka citra kebudayaan
Bali sebagai kebudayaan yang adhiluhung mengalami pembalikan. Gejala ini
terlihat misalnya dari label yang diberikan kepada Pulau Bali, misalnay Bali
sebagai Pulau Dewata, berubah menjadi Bali sebagai Pulau Dewana – manusianya
bermental raksasa yang menuh dengan keserakahan. Bali sebagai Pulau Sorga
Terakhir berubah menjadi Bali sebagai Pulau Sorga Berakhir. Bali sebagai Pulau
Seribu Pura berubah menjadi Bali sebagai Pulau Seribu Cafe, Pulau Seribu
Masalah atau Pulau penuh dengan kepura-puraan (Atmadja, 2010).
Perubahan label ini bisa saja berlebihan, mengingat bahwa cakupan
kebudayaan Bali sangat luas, misalnya desa-kota, Bali Aga – Bali Majapahit, dll.
Walaupun demikian sebagaimana dipaparkan oleh Atmadja (2010) label-label itu
tidak bisa dipungkiri bahwa ada benarnya. Misalnya, generasi muda Bali semakin
banyak yang tidak memahami substansi kebudayaan Bali. Mereka
mempraktikkan kebudayaan Bali dalam kehidupan sehari-hari, namun hakikatnya
mereka tidak paham. Begitu pula semakin banyak orang Bali bersandar pada
kebudayaan modern, misalnya pada sistem medik modern. Padalah masyarakat
Bali memiliki sistem medik tradisional yang tercantum pada berbagai lontar
usada. Begitu pula masyarakat Bali memiliki berbagai teknologi pengendalian
penyakit dan hama tanaman dan ternak secara tradisonal yang tidak kalah
penariknya daripada ilmu dan teknologi modern. Anak-anak Bali lebih menyukai
ceritra rakyat, permainan rakyat, dan nyanyia rakyat dari luar, padahal
kesemuanya ini tersedia pada masyarajat Bali. Hal ini merupakan media
pendidikan yang sangat penting sehingga melahirkan metode pembelajaran
3
melajah sambilang mesatua (belajar memakai ceritra rakyat), melajah sambilang
mepalalian (belajar menggunakan permainan rakyat) dan melajah sambilang
megending (belajar memakai nyanian rakyat). Ritual yang berlangsung pada
masyarakat Bali memang sangat semarak. Namun, penyelenggaaraan ritual lebih
menekankan pada kulit dan miskin akan substansi. Jika mereka ditanya, mengapa
melakukan tindakan sosial seperti itu?, maka jawabannya adalah anak suba mula
keto – karena memang sudah begitu dari dahulunya sehingga harus diterima
sebagaimana adanya.
Kebudayaan Bali berbasiskan ideologi Tri Hita Karana (THK), yakni tiga
penyebab kesejahteraan – Palemahan, Pawongan dan Parhyangan. Arinya,
manusia hidup sejahtera karena mereka mampu menciptakan hubungan harmonis
antara manusia dengan lingkungan alam (Palemahan), antara manusia dengan
manusia (Pawongan) dan antara manusia dengan Tuhan dan dewa-dewa sebagai
personifikasi-Nya. Namun, bersamaan dengan adanya perubahan kebudayaan
yang menerpa Bali sehingga melahirkan berbagai label yang bertolak belakang
atau nungkalik dengan citra ideal kebudayaan dan masyarakat Bali, maka
Atmadja (2010) menunjukkan bahwa ideologi THK pun mengalami erosi. Erosi
pada sila Palemahan terlihat pada kerusakan lingkungan yang semakin parah,
erosi pada sila Pawongan terlihat pada gejala konflik sosial di desa pakraman dan
atau antardesa pakraman sering terjadi dan erosi pada sila Parhyangan terjadi
pendangkalan makna tindakan keagamaan karena orang Bali lebih mengejar
pencitraan diri.
Aneka contoh tersebut memberikan petunjuk bahwa secara kasatmata
orang Bali memang masih tampak berbudaya Bali. Hanya saja, pemahaman
mereka terhadap hakikat kebudayaan Bali sangat lemah sehinggia terjadi praktik
sosial yang patologis. Kondisi ini menjadi lebih parah lagi, mengingat bahwa
pembelajaran orang Bali terhadap kebudayaan Bali sangat menurun. Keadaan ini
berkaitan erat dengan peran keluarga sebagai pusat pendidikan yang utama dan
pertama, dan orang tua sebagai guru yang pertama dan utama, telah digantikan
oleh TV yang mengajarkan ornag Bali dengan budaya konsumen. Sekolah sebagai
lembaga pembudayaan, ternyata lebih tertarik kepada pembudayaan yang
mengarah kepada kebudayaan nasional – nasionalisai dan kebudayaan global –
4
menimbulkan globalisasi, sehingga secara disadari maupun tidak disadari
kebudayaan Bali menjadi termaginalisasi (Atmadja, 2010). Kesemuanya ini
mengakibatkan orang Bali memang tetap berbudaya Bali secara penampilan,
namun miskin akan pemaknaan. Padahal dalam perspektif teori interaksionisme
simbolik atau teori strukturasi pemahaman sangat penting dalam konteks
mencintai dan mempraktikkan kebudayaan secara untuh, meruang dan mewaktu
(Ritzer, 2012; Craib, 1984; Zeitlin, 1984).
Dengan adanya kenyataan ini maka diperlukan usaha yang sangat serius
untuk melakukan tindakan konservasi kebudayaan Bali. Konservasi tidak saja
menyangkut perlidungan, pemeliharaan, dan pelestarian kebudayaan Bali, tetapi
mencakup pula peningkatan pemahaman sehingga praktik sosial pendukung suatu
kebudayaan menjadi lebih bermakna. Konservasi berkaitan dengan revitalisasi,
revivalisasi dan kontekstualisasi sehingga suatu unsur kebudayaan bisa ajeg
secara meruang dan mewaktu (Rachman, 2012; Becker et al. 2001; Soeroso dan
Susilo, 2008). Kegiatan konservasi tidak bisa dilakukan secara amatiran,
melainkan harus dilakukan secara melembaga dengan melibatkan berbagai pihak
yang tidak saja mau, tetapi juga memiliki berbagai modal, yakni modal
intelektual, sosial, dan finansial yang memadai.
Berkenaan dengan itu maka dibtuhkan suatu lembaga atau wadah yang
menaunginya. Dalam konteks inilah maka gagasan untuk membentuk Balinese
culture conservation consultanttidak saja penting, tetapi juga merupakan suatu
kebutuhan yang sangat mendesak.Balinese culture conservation consultantakan
berusaha melakukan kajian terhadap kebudayaan Bali. Hasil kajian ini diharapkan
mampu memberikan pelayanan kepada tonsumen yang memerlukan kajian
tentang kebudayaan Bali baik dalam konteks peningkatan pemahaman mereka
terhadap kebudayaan Bali maupun keikutsertaan dalam konservasi kebudayaan.
Bahkan tidak menutup pula kemungkinan terkait dengan pengembangan pariwsata
Bali yang berlabelkan pariwisata budaya. Berkenaan dengan itu konsumen yang
menjadi target pasar bagi Balinese culture conservation consultant adalah
kalangan akademisi yang membutuhkan data dan informasi tentang kebudayaan
Bali, pemerintah daerah yang diwakili oleh berbagai lembaga dan atau dinas yang
terkait, LSM yang menaruh minat terhadap kebudayaan Bali, pebisnis pariwisata,
5
media masa, DPRD, desa pakraman, desa dinas, dadia, soroh, banjar, wangsa,
subak, wisatawan, dll. Jadi, siapa pun yang membutuhkan jasa budaya dan produk
budaya berbentuk barang cetakan yang dihasilkan oleh culture conservation
consultantbisa dikonsumsi oleh konsumen. Jasa dan produk yang ditawarkan bisa
atas inisiatif Balinese culture conservation consultantatau bisa sebaliknya, yakni
konsumen yang memesanya. Misalnya, Desa Pakraman Pejeng merupakan salah
satu desa di kabupaten Gianyar yang memiliki berbagai jenis peninggalan sejarah
baik dalam bentuk artefak maupun cerita sejarahnya, sehingga banyak kalangan
akademisi, pemerintah baik daerah maupun pusat dan wisatawan yang
memerlukan informasi tentang Peng. Pihak Balinese culture conservation
consultant memandang perlu adanya pendataan dan pengemasan informasi
tentang segala bentuk kebudayaan yang terdapat di Desa PakramanPejeng dalam
bentuk buku yang nantinya dapat dijual secara langsung kepada target pasar dan
atau bekerjasama dengan pihak desa Pejeng dalam penjualan buku tersebut.
Kelemahan pembangunan di dunia ketiga seperti dikemukakan Chamvers
(1992) dan Dove (1994) adalah lebih berorentasi pada pertumbuhan ekonomi,
berkiblat ke Barat dan kurang memperhatikan modal budaya yang berkembang
pada masyarakat lokal. Akibatnya, pembangunan sering gagal karena tidak
berbasis budaya lokal. Dalam konteks Balinese culture conservation consultant
diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran lewat kajian yang
dilakukannya, baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan pemerintah
daerah guna mewujudkan suatu model pembangunan yang berbasiskan
kebudayaan lokal, yakni ideologi THK dan agama Hindu. Sumbangan pemikiran
ini bisa secara lisan dalam bentuk jasa konsultatif atau melalui forum kegiatan
akademik, misalnya seminar, lokakarya, dan sejenisnya. Bahkan yang tidak kalah
penmtingnya sumbangan pemikiran bisa pula dalam bentuk bahan tercetak
sebagai hasil dari penelitian. Dengan cara ini maka apa pun program
pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan atau pihak lainnya menjadi
lebih bermakna, karena sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bukan atas dasar
keinginan pemerintah dan atau pihak lainnya yang menyebut dirinya pelopor
pembangunan.
6
Citra kebudayaan Bali yang adhiluhung yang menyejarah, begitu pula
perubahan sosial yang menyertainya, mengakibatkan kajian tentang Bali tidak
pernah berhenti. Studi tentang Bali tidak saja dilakukan oleh orang asing, tetapi
juga orang Bali, termasuk di dalamnya para mahasiswa jenjang S1, S2 danS3.
Walaupun mahasiswa ini kebanyakan orang Bali, namun pengalaman
menunjukkan bahwa pemahaman mereka terhadap kebudayaan Bali belum
memadai. Berkenaan dengan itu makaBalinese culture conservation consultant
bisa mengambil peran penting, yakni memberikan ruang konsultasi bagi
pengkajian kebudayaan Bali baik dalam bentuk diskusi secara mandiri maupun
berkelompook – sesuai dengan pengelompokkan minat kajian atau bisa pula lewat
pengonsumsian hasil penelitian yang ada pada Balinese culture conservation
consultant. Bahkan tidak menutup pula kemungkinanBalinese culture
conservation consultantmelakukan kegiatan akedemik yang bersekala besar,
misalnya menyelenggaraan seminar nasional atau seminar internasional tentang
kebudayaan Bali, baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan lembaga
lainnya atas ijin lembaga, yakni Undiksha.
Kebudayaan yang dikaji oleh Balinese culture conservation consultant
bisa kebudayaan insitu, misalnya artefak atau kehidupan suatu komunitas yang
bersifat unik dan atau sesuai dengan permintaan lembaga tertentu, misalnya dalam
rangka menunjang pembangunan. Kebudayaan lainnya adalah berbagai lontar
yang tersimpan di Perpustakaan Lontar Geding Kirtya, Singaraja dan Pusat
Dokumentasi Kebudayaan Bali di Denpasar. Untuk itu, kerja sama dengan kedua
lembaga ini amat penting – berdasarkan penjajagan awal Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Buleleng bisa diajak bekerja sama. Misalnya, kedua
lembaga ini menerjemahkan lontar-lontar, sedangkan Balinese culture
conservation consultant memberikan komentar secara ilmiah sehingga
kebermakaannya menjadi lebih kuat, baik dilihat dari aspek budaya Bali termasuk
di dalamnya agama Hindu maupun akademik. Bahkan yang tidak kalah
pentingnya pihak luar yang ingin membaca lontar misalnya, maka Balinese
culture conservation consultantbisa membatunya dengan menyediakan tenaga
penerjemah, baik dari tenaga akademisi yang tersedia di Undiksha maupun para
praktisi per-lontar-an yang terikat dalam suatu bentuk kerja sama secara
7
melembaga. Dalam konteks ini promosi tentang keberadaan Balinese culture
conservation consultantmenjadi sangat penting.
Kajian terhadap kebudayan Bali di kalangan para akademisi, khsususya di
Universitas Pendidikan Ganesha memang sudah banyak. Namun, berdasarkan
kajian terhadap hasil penelitian tersebut tampak ada kelemahan, yakni: pertama,
bersifat involusi. Artinya, penelitian yang ada hanya mengulang-ulang apa yang
sudah ada, dengan mengambil lokasi di tempat lain. Kerangka teorinya sama
sehingga hasilnya pun sama pula. Kedua, penelitian yang ada miskin publikasi
dalam jurnal dan atau penulisan lanjutan misalnya dalam bentuk buku sehingga
komunikasi ilmiah menjadi tidak berlangsung secara intensif. Ketiga, penelitian
yang ada lebih menekankan pada penumpukkan ilmu atau teori sehingga miskin
akan praksis. Dalam rangka mengatasi kelemahan inilah maka perlu strategi lain,
yakni membentuk apa yang disebut Balinese culture conservation consultant.
1.2 Keunggulan Produk
Produk yang dihasilkan adalah berupa tulisan yang memuat tentang
kebudayaan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen baik dosen di
dalam Universitas Pendidikan Ganesha maupun di luar yang dikemas untuk
menjadi berbagi produk. Kondisi yang ditemukan saat ini bahwa hasil penelitian
yang ada sangat minim untuk ditindaklanjuti menjadi buku yang dapat
memberikan informasi kepada umum. Disisi lain, kebutuhan informasi tentang
segala sesuatu yang terkait dengan kebudayaan cukup banyak khususnya dari
kalangan akademisi, pemerintah daerah yang ingin mengkaji kebudayaan Bali
serta wisatawan yang ingin mengetahui budaya Bali (cultural tourism). Dengan
demikian, dibentuknya usaha yang menyediakan informasi tentang kebudayaan
secara mendalam dan dikaji dengan berbagai perspektif bagi umum, merupakan
sebuah peluang usaha yang cukup menjanjikan. Terlebih lagi, melihat salah satu
pasar strategis dalam usaha ini adalah mahasiswa dan peneliti, maka usaha ini
akan sangat mampu menjadi pilihan bagi mereka yang menemukan kesulitan
dalam mengkaji kebudayaan Bali.
8
1.3 Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan berupa buku, deskripsi, booklet dan artikel
dengan target pasar utamanya adalah: 1) Buku, deskripsi dan artikel adalah
kalangan akademisi, dosen, mahasiswa, dan pemerintah daerah; 2) Booklet adalah
wisatawan yang ingin mempelajari kebudayaan Bali (cultural tourism), meskipun
tidak menutup kemungkinan kalangan akademisi dan pemerintah daerah juga bisa
membeli produk ini. Selain itu, usaha ini juga menangani jasa konsultasi bagi
siapapun yang memerlukan bantuan khususnya dosen dan mahasiswa yang
mengalami kesulitan dalam mengkaji kebudayaan Bali melalui berbagai
perspektif dan teori-teori yang relevan khususnya.
1.4 Kaitan Produk dengan Temuan Perguruan Tinggi
Produk utama yang dihasilkan dalam usaha ini merupakan olahan hasil
penelitian yang telah dihasilkan oleh para peneliti, dikemas menjadi berbagai
produk yakni buku, artikel dan booklet. Dengan diolahnya berbagai hasil
penelitian menjadi buku atau berbagai bahan bacaan, maka akan memberi manfaat
bagi khalayak umum untuk memahami kebudayaan yang ada di Bali dengan
berbagai perspektif.
1.5 Dampak dan Manfaat IbIKK
Berbagai manfaat dapat dihasilkan melalui usaha Balinese Culture
Conservation Consultant yakni:
a. Pemertahanan budaya Bali, dimana ketika masyarakat Bali memahami
kebudayaannya sendiri maka kebudayaan-kebudayaan yang ada dapat
dipertahankan karena tahu fungsi dan manfaat yang ada di dalam
kebudayaan tersebut.
b. Memperkuat pariwisata Bali yang berbasiskan kebudayaan sesuai
dengan ikon pariwisata Bali yang tercermin pada Perda Nomor 3 tahun
1974 yang disempurnakan melalui Perda Nomor 3 Tahun 1991
tersebut, menetapkan bahwa pariwisata budaya sebagai jenis
kepariwisataan dengan menggunakan kebudayaan Bali, yang dijiwai
oleh agama Hindu.
9
c. Memperkenalkan substansi kebudayaan Bali kepada orang luar,
sehingga mereka lebih memahami kebudayaan Bali secara mendalam.
Dalam hal ini segala bentuk budaya yang ada di Bali dapat dipahami
sebagai sesuatu yang memiliki fungsi dan makna tertentu bagi
masyarakat Bali yang tentunya mengarah pada penciptaan kondisi
yang harmonis.
d. Mendapatkan manfaat sosial dan manfaat ekonomis. Manfaat sosial
yakni melalui pengembangan usaha ini, maka secara langsung juga
menjaga dan melestarikan kebudayaan Bali sehingga dapat diperoleh
penghargaan dari pihak Universitas, pemerintah daerah Bali,
pemerintah pusat bahkan Unesco. Manfaat ekonomis adalah
mendapatkan keuntungan dari penjualan berbagai produk yang
diciptakan. Diharapkan kedepannya usaha ini dapat berkembang
menjadi lebih baik dan lebih besar sehingga bisa menjadi pusat studi
kebudayaan Bali.
e. Melalui penciptaan produk berupa buku, deskripsi, booklet dan artikel
maka hal ini juga dapat meningkatkan kapasitas produksi Ganesha
Press yang selama ini dalam kondisi stagnan karena kekurangan
naskah. Dengan dihasilkannya naskah-naskah yang siap untuk
diterbitkan, maka secara langsung memanfaatkan keberadaan Ganesha
Press yang juga merupakan usaha percetakan Universitas Pendidikan
Ganesha.
10
BAB 2
TARGET LUARAN
2.1 Target Luaran Tahun 2014, 2015, dan 2016
Pada tahun 2014 akan diproduksi beberapa buku tentang kebudayaan di
Bali, baik tentang desa yang memiliki sejarah dan situs kebudayaan, puri-puri
yang sesungguhnya banyak puri bersejarah yang belum digali dan diperkenalkan
kepada umum, tradisi yang unik dan menarik, serta kebudayaan lainnya yang
dipandang perlu untuk dikemas dalam bentuk buku. Untuk membuat buku ini,
pada tahap pertama, tahun 2014 segala sumber informasi diperoleh dari berbagai
hasil penelitian yang telah dilegalisasi dan artikel yang telah diterbitkan.
Digunakannya sumber data sekunder, dengan alasan bahwa banyak hasil karya
atau tulisan tentang kebudayaan Bali yang belum dibuat dalam bentuk buku yang
tentunya dapat memiliki nilai ekonomis dan sekaligus memberi kesempatan
berbagai pihak untuk mendapatkan informasi tentang kebudayaan Bali, sehingga
kebudayaan Bali dapat lebih dikenal dan dipahami. Dengan demikian diharapkan
dapat timbul kecintaan terhadap kebudayaan Bali dan muncul rasa ingin menjaga
kebudayaan tersebut.
Pada tahun 2015, setelah banyak pihak yang mengetahui keberadaan usaha
ini maka diharapkan akan banyak datang konsumen dari kalangan akademisi,
pemerintah daerah dan desa yang datang ke usaha ini untuk membeli produk yang
dikembangkan oleh Balinese culture conservation consultant sesuai dengan
permintaan yang bersangkutan. Namun, produksi buku kebudayaan juga tetap
dikembangkan dan dicetak setiap tahunnya dengan asumsi bahwa bahan
pembuatan buku dalam bentuk hasil penelitian dan artikel masih sangat banyak
dan selalu ada pihak yang membutuhkan informasi tentang kebudayaan Bali.
Untuk meningkatkan penjualan, akan dilakukan promosi ke universitas –
universitas yang berpotensi untuk dijadikan sasaran, khususnya pada jurusan yang
terkait dengan kebudayaan yakni jurusan budaya, pariwisata, sosiologi dan
antropologi.
Pada tahun 2016, selain dilakukan pengembangan dan penjualan produk
berdasarkan permintaan dari konsumen dan berdasarkan hasil penelitian, juga
11
akan di buat artikel tentang kebudayaan yang dapat dierbitkan di beberapa tempat
yang memiliki standar akreditasi nasional dan internasional. Hal ini dilakukan
mengingat jurnal yang memiliki standar akreditasi baik nasional maupun
internasional juga dapat dijadikan sebagai media promosi tentang keberadaan
Balinese culture conservation consultant, sehingga makin banyak pihak yang
dapat mengetahui produk-produk yang dijual oleh Balinese culture conservation
consultant ini.
Tabel 1
Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant
Tahun 2014-2016 (Produk Nyata/Tangible Product)
Tahun
Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun
2014-2016
Spesifikasi
Produk
Kapasitas
Produk
Keterangan Harga satuan Jumlah
2014
Buku 1 buah 1000 eks Rp. 75.000,- Rp. 75.000.000,-
Deskripsi 6 buah @ 2 paket Rp. 5.000.000,- Rp. 60.000.000,-
Booklet 5 buah @ 200 eks Rp. 5.000,- Rp. 5.000.000,-
Artikel 2 buah @ 4 eks Rp. 1.000.000,- Rp. 8.000.000,-
2015
Buku 2 buah 500 eks Rp. 75.000,- Rp. 75.000.000,-
Deskripsi 10 buah @ 2 paket Rp. 5.000.000,- Rp. 100.000.000,-
Booklet 5 buah @ 200 eks Rp. 5.000,- Rp. 5.000.000,-
Artikel 2 buah @ 4 eks Rp. 1.000.000,- Rp. 8.000.000,-
2016
Buku 3 buah 500 eks Rp. 75.000,- Rp. 112.500.000,-
Deskripsi 15 buah @ 2 paket Rp. 5.000.000,- Rp. 150.000.000,-
Booklet 5 buah @ 200 eks Rp. 5.000,- Rp. 5.000.000,-
Artikel 2 buah @ 4 eks Rp. 1.000.000,- Rp. 8.000.000,-
Tabel 2
Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant
Tahun 2014-2016 (Produk Jasa/Intangible Product) Tahun Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi
Spesifikasi
Produk
Kapasitas
Produk
Keterangan Jumlah
2014
Konsultasi
penelitian dan
penulisan
kebudayaan Bali
5 paket (4 kali
pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/
pertemuan
Rp. 6.000.000,-
Konsultasi tentang perluasan
dan pemahaman
kebudayaan Bali
dari berbagai aspek
5 paket (4 kali pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/ pertemuan
Rp. 6.000.000,-
Konsultasi
kunjungan lokasi
kebudayaan Bali yang insitu
5 paket (4 kali
pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/
pertemuan
Rp. 6.000.000,-
Konsultasi nara
sumber tentang
5 paket (4 kali
pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/
pertemuan
Rp. 6.000.000,-
12
kebudayaan Bali
yang bersifat spesifik
2015
Konsultasi
penelitian dan
penulisan
kebudayaan Bali
5 paket (4 kali
pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/
pertemuan
Rp. 6.000.000,-
Konsultasi tentang perluasan
dan pemahaman
kebudayaan Bali
dari berbagai aspek
5 paket (4 kali pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/ pertemuan
Rp. 6.000.000,-
Konsultasi
kunjungan lokasi
kebudayaan Bali
yang insitu
5 paket (4 kali
pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/
pertemuan
Rp. 6.000.000,-
Konsultasi nara sumber tentang
kebudayaan Bali
yang bersifat
spesifik
5 paket (4 kali pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/ pertemuan
Rp. 6.000.000,-
2016
Konsultasi penelitian dan
penulisan
kebudayaan Bali
5 paket (4 kali pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/ pertemuan
Rp. 6.000.000,-
Konsultasi
tentang perluasan dan pemahaman
kebudayaan Bali
dari berbagai
aspek
5 paket (4 kali
pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/
pertemuan
Rp. 6.000.000,-
Konsultasi kunjungan lokasi
kebudayaan Bali
yang insitu
5 paket (4 kali pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/ pertemuan
Rp. 6.000.000,-
Konsultasi nara
sumber tentang kebudayaan Bali
yang bersifat
spesifik
5 paket (4 kali
pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/
pertemuan
Rp. 6.000.000,-
13
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
3.1 Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan produk pada usaha
IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant adalah 1) hasil penelitian pada
dosen di lingkungan Universitas Pendidikan Ganesha; 2) lontar-lontar tentang
kebudayaan Bali yang terdapat di Gedong Kertya; 3) pusat dokumentasi
kebudayaan Bali di Denpasar; 4) perpustakaan Fakultas Sastra Universitas
Udayana Denpasar yang menyediakan naskah-naskah kebudayaan Bali berupa
lontar; 5) kebudayaan-kebudayaan Bali yang ada disekitar masyarakat berupa
artefak, pura dan tradisi-tradisi yang unik baik yang masih hidup maupun yang
sudah mati. Tradisi –tradisi yang sudah mati perlu untuk direvivalisasi dan
revitalisasi.
Tabel 3
Bahan Baku, Suplai, Mutu, dan Alternatif Sumber Usaha Balinese
Culture Conservation Consultant Bahan Baku Suplai Mutu Alternatif Sumber
Hasil Penelitian Undiksha Bagus Universitas lain yang memiliki tema terkait
dengan kebudayaan
Lontar Gedong Kertya Bagus Pusat dokumentasi kebudayaan Bali,
perpustakaan Fakultas
Sastra Unud dan kepemilikan pribadi
yang tersimpan di
Geriya, Puri, Dukun dan Kolektor
kebudayaan Bali
Tradisi-tradisi insitu (tradisi yang
berhubungan dengan
ritual daur hidup, tradisi tentang daur pertanian,
tradisi tentang pelestarian lingkungan,
dll)
Seluruh daerah di Bali Bagus
Artefak (Pura, Bangunan-bangunan
kuno, candi, arca,
lukisan-lukisan tua)
Seluruh daerah di Bali, Museum yang di Bali
Bagus
Buku-buku tua, Gedong Kertya Kurang Pusat dokumentasi
14
majalah/koran yang berasal dari penjajahan
jaman kolonial Belanda
terawat kebudayaan Bali
3.2 Produksi
Produk yang dihasilkan pada usaha IbIKK Balinese Culture Conservation
Consultant ini ada dua yakni berupa produk barang (tangible product) dan produk
jasa (intangible product) yang dapat dipaparkan sebagai berikut:
Tabel 4
Rencana Produk dan Kapasitas Produksi
Tahun Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi
Spesifikasi Produk Kapasitas Produk Keterangan
2014
Buku 1 buah 500 eksemplar
Deskripsi 6 buah @ 2 paket
Booklet 5 buah @ 100 eksemplar
Artikel 2 buah @ 4 eksemplar
2015
Buku 2 buah 500 eksemplar
Deskripsi 10 buah @ 2 paket
Booklet 5 buah @ 100 eksemplar
Artikel 2 buah @ 4 eksemplar
2016
Buku 3 buah 500 eksemplar
Deskripsi 15 buah @ 2 paket
Booklet 5 buah @ 100 eksemplar
Artikel 2 buah @ 4 eksemplar
Untuk produk jasa berupa konsultasi tentang kebudayaan yang dilakukan
di tempat usaha IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 5
Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi
Tahun Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi
Spesifikasi Produk Kapasitas
Produk
Keterangan
2014
Konsultasi penelitian dan penulisan
kebudayaan Bali
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi tentang
perluasan dan
pemahaman kebudayaan Bali dari
berbagai aspek
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi kunjungan
lokasi kebudayaan
Bali yang insitu
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi nara 5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
15
sumber tentang
kebudayaan Bali yang bersifat spesifik
2015
Konsultasi penelitian
dan penulisan
kebudayaan Bali
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi tentang
perluasan dan pemahaman
kebudayaan Bali dari
berbagai aspek
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi kunjungan
lokasi kebudayaan Bali yang insitu
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi nara
sumber tentang
kebudayaan Bali
yang bersifat spesifik
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
2016
Konsultasi penelitian dan penulisan
kebudayaan Bali
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi tentang
perluasan dan
pemahaman kebudayaan Bali dari
berbagai aspek
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi kunjungan
lokasi kebudayaan
Bali yang insitu
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi nara sumber tentang
kebudayaan Bali
yang bersifat spesifik
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
3.3 Proses
Proses produksi akan dilakukan di dalam universitas dengan berlokasi di
Fakultas Ilmu Sosial. Hal ini dilakukan mengingat fakultas ini mengembangkan
ilmu sosial dan humaniora baik dalam konteks ilmu pendidikan maupun ilmu
murni yang non pendidikan.
Produksi dilakukan dengan dua cara yakni memproduksi produk dengan
menerima pesanan dari konsumen sebelumnya dan memproduksi produk
berdasarkan trend pasar yang berkembang. Trend pasar dapat dilihat dengan
memahami trend pasar yang stabil, dimana kebutuhan produk tersebut dapat
dipastikan selalu diperlukan oleh konsumen misalnya buku tentang filsafat dan
agama Hindu. Di lain sisi juga ada pasar-pasar yang isidental yang perlu diolah
dan dikemas menjadi sebuah produk, misalnya mengolah dan menciptakan buku
tentang suatu tradisi yang ada di masyarakat seperti ritual ngerarung bikul, ritual
16
wana kertih, ritual danu kertih, ritual ngusaba. Buku tentang tradisi ini perlu
diciptakan tanpa harus menunggu pesanan dari konsumen, mengingat kebutuhan
sumber bacaan yang berkaitan dengan tradisi cukup stabil di pasaran.
Proses produksi melalui pesanan diprediksi akan diterima pada saat: 1)
keperluan untuk penelitian, 2) lomba desa pekraman, 3) kegiatan mencari silsilah
keluarga, 4) konsumen yang memiliki sebuah tradisi yang memerlukan sebuah
penjelasan secara akademik, 5) penerapan program pemmbangunan yang berbasis
budaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Konsumen dapat melakukan
pemesanan dengan cara datang langsung ke kantor atau memesan melalui media
elektronik untuk selanjutnya didistribusikan kepada bagian yang menangani.
Produk dihasilkan dengan cara langsung yakni membeli produk langsung apabila
sudah tersedia atau melakukan konsultasi untuk mendapatkan produk yang sesuai
dengan kebutuhan konsumen.
Bagan 1 Proses Produksi
Promosi
Konsumen menelpon
Atau datang langsung
Mengumpulkan Bahan/
Mencari Narasumber
Melayani Konsumenatau memproduksi produk
17
3.4 Manajemen
Manajemen yang diterapkan dalam usaha ini terdiri dari empat tahapan
yakni pembuatan perencanaan pengembangan dan penciptaan produk,
pembentukan tim pengembang produk, pembuatan produk, dan melakukan sistem
pengawasan terhadap produk yang dihasilkan.
1) Production Planning
Perencanaan pengembangan dan pembuatan produk merupakan tahap
pertama yang harus dilakukan, agar produk yang dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan pasar/ konsumen. Pada tahap perencanaan ini, dilakukan
pembagian tugas kerja sesuai dengan bidang keahlian, merencanakan
teknik promosi dan mempelajari kebutuhan konsumen sehingga dapat
diketahui produk apa saja yang bisa dibuat tanpa harus menunggu pesanan
melainkan dengan melihat keperluan konsumen terhadap buku-buku
kebudayaan Bali khususnya yang terkait dengan ritual keagamaan.
2) Accounting
Sistem akuntansi yang dilakukan adalah melakukan pencatatan segala
bentuk pengeluaran dan pendapatan, kemudian dilaporkan secara periodik
kepada LPM dan Pembantu Rektor II serta Dikti sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Dalam pelaksanaannya transparansi pelaporan keuangan
dilakukan secara trebuka dan jujur kepada pihak yang berwenang untuk
mengetahuinya. Adapun hal-hal yang dilaporkan adalah penerimaan
pesanan dari pelanggan, inventarisasi peralatan dan perlengkapan,
pencatatan penjualan, pengeluaran kas.
3) Bookeeping
Buku besar digunakan untuk mencatat perubahan yang terjadi pada
perkiraan –perkiraan tertentu yang dipengaruhi oleh adanya transaksi
keuangan yang terjadi pada IbIKK Balinese Culture Conservation
Consultant.
4) Auditing
Sistem audit yang dilaksanakan pada usaha ini adalah audit internal dan
eksternal untuk memastikan bahwa penggunaan dana dilakukan dengan
benar sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Pencatatan transaksi
18
dilakukan setiap hari, sedangkan pelaporan keuangan kepada pihak-pihak
yang terkait yakni Dikti Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat dan
Pembantu Rektor II.
5) Pajak
6) Pola Manajemen
Pola manajemen yang digunakan dalam usaha ini untuk mencapai tujuan
adalah:
a) Perencanaan: sebagai proses dasar manajemen. Pada tahap ini dilakukan
berbagai perencanaan yang menyangkut pembagian tugas kerja,
penggunaan dana, pengembangan dan penciptaan produk, sistem
pemasaran, sistem penjualan, sistem keuangan, sistem audit dan sistem
pelaporan hasil kerja.
b) Pengorganisasian dan pembuatan struktur organisasi: melakukan
pembagian tugas kerja berdasarkan bidang keahlian. Selain itu melakukan
perekrutan tenaga yang diperlukan untuk membantu operasional usaha.
c) Pengarahan dan Pengawasan: difungsikan untuk menjaga agar kepentingan
yang ada tidak saling berbenturan. Pengarahan dapat dilakukan oleh
pimpinan usaha (ketua pelaksana), pimpinan lembaga pengabdian kepada
masyarakat Undiksha, pimpinan Undiksha dalam hal ini Pembantu Rektor
Undiksha dan tim dari Dikti.
7) Inventori.
Sistem inventarisasi barang dilakukan agar segala inventaris usaha yang
dimiliki tercatat dengan baik, yakni harga beli barang, jenis barang, jumlah
barang, tempat membeli barang, kualitas barang, kegunaan barang, dan
umur ekonomis barang. Dengan mencatat semuanya secara detail dan baik,
maka diharapkan barang-barang yang dimiliki dapat digunakan dengan
baik, tahu cara perawatannya dan nilai suatu barang pada periode tertentu.
3.5 Pemasaran
Sistem pemasaran yang digunakan dalam usaha IbIKK Balinese Culture
Conservation Consultant adalah melalui penjualan langsung, sistem kerjasama,
brosur, leaflet, dan online melalui web www.ibikkbcccundiksha.com
19
Target pasar potensial usaha ini adalah kalangan akademisi, mahasiswa,
dan pemerintah daerah. Selain itu produk ini juga dijual kepada wisatawan dan
umum. Mengenai pasar potensial, teknil yang perlu dilakukan adalah melakukan
promosi ke jurusan-jurusan yang terkait tentang kebudayaan baik di Universitas
Pendidikan Ganesha maupun di universitas atau sekolah lain yakni jurusan
sosiologi, kebudayaan, antropologi, pariwisata, sejarah
3.6 Sumber Daya Manusia
Dalam menjual produk IbIKK Balinese Culture Conservation
Consultant ini sangat diperlukan tenaga kerja yakni manager/konseptor,
sekretaris, administrasi, marketing, office boy. Adapun rincian tugasnya adalah
sebagai berikut:
1) Prof.Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A (Manager): bertugas memimpin
staff yang bertugas dan mengkoordinasikan semua kegiatan yang harus
dilakukan oleh staffnya. Manager ini dituntut agar mampu menciptakan
kondisi kerja yang kondusif serta memberikan motivasi yang baik agar
staffnya dapat melakukan tugas sesuai dengan rencana kerja yang telah
ditentukan, serta mampu menjadi konseptor dalam pengembangan
produk.
2) Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum(Sekretaris) : bertugas membantu tugas
yang diemban oleh manager dan membantu memberi masukan kepada
pengembang produk. Menangani segala bentuk pertemuan yang
berkaitan dengan penjualan produk.
3) Prof. Dr. Wayan Rai, MS (Pengembang Produk) : mengembangkan
produk yang sesuai dengan konsep yang diberikan oleh pimpinan dan
mengembangkan produk yang sesuai dengan target pasar/ kebutuhan
pasar.
4) I Wayan Putra Yasa, S.Pd.,M.Pd (Administrasi dan akunting) :
menangani administrasi dan laporan keuangan.
5) Gede Prapta Cahyana, S.Pd.,M.Pd (Marketing) : bertugas memasarkan
produk yang dijual baik secara langsung maupun dengan menggunakan
berbagai media promosi.
20
6) I Putu Sukayasa (Office boy) : menciptakan ruangan /kantor tetap
menjadi ruang yang representative untuk bekerja.
3.7 Fasilitas
IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant berlokasi di salah satu
ruang yang tersedia di gedung Fakultas Ilmu Sosial. Fasilitas yang diperlukan
untuk menjalan operasional IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant ini
membutuhkan:
1) Kondisi ruangan yang representative
2) Ruang yang kondusif
3) Penyejuk ruangan
4) Tersedia tempat untuk produksi (meja, kursi kerja, komputer satu
set dan ATK)
5) Tersedia ruang untuk menerima konsumen
6) Tersedia ruang untuk memajang produk yang menyerupai rak buku
seperti diperpustakaan
Gambar 1: Dari Kanan: ruang diskusi, ruang tamu dan sat set komputer
sebagai tempat produksi
21
3.8 Finansial
Tabel 6
Rincian Biaya IbIKK Usaha Balinese Culture Conservation
ConsultantTahun 2014-2016
2014 2015 2016
ALIRAN KAS MASUK
1 Buku 75.000.000 75.000.000 112.500.000
2 Deskripsi 50.000.000 100.000.000 150.000.000
3 Booklet 5.000.000 5.000.000 5.000.000
4 Artikel 8.000.000 8.000.000 8.000.000
5
Konsultasi penelitian dan penulisan
kebudayaan Bali 6.000.000 6.000.000 6.000.000
6
Konsultasi tentang perluasan dan
pemahaman kebudayaan Bali dari
berbagai aspek 6.000.000 6.000.000 6.000.000
7
Konsultasi kunjungan lokasi
kebudayaan Bali yang insitu 6.000.000 6.000.000 6.000.000
8
Konsultasi nara sumber tentang
kebudayaan Bali yang bersifat spesifik 6.000.000 6.000.000 6.000.000
7 Dana dari Dikti 150.000.000 150.000.000 150.000.000
8 Dana dari Undiksha 42.100.000 41.100.000 41.500.000
Jumlah Kas Masuk 354.100.000 403.100.000 491.000.000
ALIRAN KAS KELUAR
1 Penyiapan Kantor 10.000.000 2.700.000 5.000.000
2 Peralatan 29.600.000 20.500.000 17.500.000
3 Sumber Daya Manusia 42.000.000 48.600.000 48.600.000
4 Bahan Baku 57.500.000 70.000.000 70.000.000
5 Seminar 5.000.000 5.000.000 5.000.000
6 Promosi 8.000.000 4.000.000 3.000.000
7 Laporan 3.000.000 3.000.000 3.000.000
8 Honor Pendamping 14.500.000 14.500.000 14.500.000
Jumlah Kas Keluar 169.600.000 168.300.000 166.600.000
SURPLUS/DEFISIT 184.500.000 234.800.000 324.400.000
SALDO KAS AWAL - 184.500.000 419.300.000
SALDO KAS AKHIR 184.500.000 419.300.000 743.700.000
URAIANTAHUN
22
BAB 4
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kualifikasi Tim
Tim pengusul memiliki latar belakang keahlian sebagai berikut:
Tabel 7
Kulifikasi Tim IbIKK Usaha Balinese Culture Conservation Consultant
No Nama Kualifikasi
Tim Utama
1 Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA Antropologi
2 Prof. Dr. Wayan Rai, M.Si Ilmu Sosial/ Sosilogi
3 Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum Kajian Wanita/ Kajian Budaya
Tim Tambahan
1 I Wayan Putrayasa, S.Pd., M.Pd Pendidikan Sejarah
2 Drs. Wayan Sugiartha, M.Si Pendidikan Sejarah/ Agama dan
Kebudayaan
3 Dr. I Wayan Mudana, M.Si. Kajian Budaya
4 Ni Made Ary Widiastini, S.ST.Par., M.Par Kajian Pariwisata
4.2 Relevansi Skill
Hubungan keahlian dengan program yang dikembangkan dapat dipaparkan
sebagai berikut:
1) Antropologi untuk mengkaji, memberikan konsultasi serta
memproduksi produk tentang segala persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan kebudayaan.
2) Sosiologi untuk mengkaji memberikan konsultasi serta memproduksi
produk tentang hal-hal yang berhubungan dengan sistem sosial
3) Kajian wanita untuk mengkaji memberikan konsultasi serta
memproduksi produk tentang hal-hal yang berhubungan dengan
persoalan-persoalan gender
4) Kajian pariwisata untuk mengkaji memberikan konsultasi serta
memproduksi produk tentang hal-hal yang berhubungan dengan
persoalan-persoalan pariwisata
5) Pendidikan sejarah untuk mengkaji memberikan konsultasi serta
memproduksi produk tentang hal-hal yang berkaitan dengan sejarah
Bali.
23
6) Agama dan kebudayaan untuk mengkaji memberikan konsultasi serta
memproduksi produk tentang hal-hal yang berkaitan dengan agama
Hindu serta kebudayaan-kebudayaan yang terkait di dalamnya.
Dengan bidang-bidang keahlian yang dimiliki oleh tim pengembang
produk maka dapat dihasilkan produk yang berkualitas.
4.3 Sinergi
Mengingat bahwa kebudayaan bersifat kompleks maka individu-individu
di dalam tim dapat melakukan kerjasama untuk menghasilkan produk yang
berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Jika masalah dihadapi
tersebut menuntut skill yang bersifat spesifik, maka tim akan melakukan
kerjasama dengan mereka yang memiliki keahlian khusus tersebut misalnya
dukun, pedanda, pemangku, dalang, keluarga puri, ahli yoga, ahli hukum adat dan
sebagainya.
4.4 Pengalaman Kemitraan Tim Pelaksana
Pengalaman-pengalaman pengabdian kepada masyarakat yang pernah
dilakukan oleh tim pengusul dapat dipaparkan sebagai berikut:
Tabel 8
Pengalaman Kemitraan Tim Pelaksana
No Nama Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat
1 Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA
1. Penyuluhan sadar wisata di desa adat Selat Buleleng
2. Analisis awig-awig desa pekraman Buleleng
3. Pelatihan metode mengajar inovatif guru sejarah se kabupaten Buleleng
2 Prof. Dr. Wayan Rai, M.Si 1. IbM Kelompok pemulung sampah di TPA
Bengkale Desa Kubutambahan (2010). 2. Manajemen konflik sosial sebagai pra kondisi
IPTEKS bagi masyarakat 2011
3. Pelantikan pemberdayaan Geographichal Information System (GIS) bagi staf
pemerintahan Kabupaten Buleleng 2009 4. Pengembangan dan pelantikan sistem jaringan
(Network) computer untuk mendukung
pelayanan public berbasis Online di lingkungan PDAM Kas Bangli – Bali, 2008.
3 Dr. Luh Putu Sendratari,
M.Hum
1. Sosialisasi KKG (Kesetaraan dan Keadilan
Gender) di Kab. Buleleng. 2. Penyuluhan Trafiking di Kec. Buleleng.
24
3. Sosialisasi Gender dan Pendidikan di SMAN II Simgaraja.
4.5 Kedudukan Tim Pengusul dan Hubungan IbIKK dengan Perguruan
Tinggi
Bagan 2
Struktur Organisasi
IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant
4.6 Akuntabilitas Pemasukan dan Pengeluaran Uang
Pelaporan pemasukan dan pengeluaran uang dibuat secara periodik setiap
hari, setiap minggu dan setiap bulan oleh bagian keuangan dan administrasi.
Secara akademik laporan pemasukan dan pengeluaran uang pada usaha ini akan
dilakukan secara perodik mengikuti aturan yang diberikan oleh lembaga baik
pihak LPM maupun Pembantu Rektor II Undiksha.
DIKTI
(Pemantau)
REKTOR UNDIKSHA
(Pembina)
KETUA LPM UNDIKSHA
(Penanggungjawab)
IbIKK UNDIKSHA
(Ketua dan Anggota Pelaksana)
MANAGER (Ketua Pelaksana IbIKK)
Marketing (Anggota
Pelaksana IbIKK)
Administrasi (Anggota
Pelaksana IbIKK
dan staff dr luar)
Pengembang
Produk
(Anggota Pelaksana IbIKK)
Sekretaris (Anggota
Pelaksana IbIKK)
Office Boy
(Staff dr
luar)
25
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kegiatan yang telah dilakukan tahun 2015
Berdasarkan visi dan misi IbIKK BCCC yaitu, visi melakukan revitalisasi,
konservasi dan konsultasi kebudayaan Bali. Selanjutnya misi melalui kegiatan
penelitian kebudayaan Bali, konservasi melalui dokumentasi kebudayaan Bali,
publikasi kebudayaan Bali melalui penerbitan buku, artikel, pamlet tentang
kebudayaan Bali, memberi pemahaman dan informasi melalui kegiatan konsultasi
kebudayaan Bali dan menyelenggarakan kegiatan seminar dengan memanfaatkan
pakar intern IbIKK, Undiksha atau pakar lain yang sesuai dengan bidang
keilmuannya. Maka kegiatan yang dilakukan pada tahun ke-II (2015) yaitu dapat
dipaparkan sebagai berikut.
1. PenambahanPeralatan Kantor/Belanja Modal Produksi
Untuk menunjang proses produksi, distribusi dan pemasaran dan
berdasarkan Rencana Investasi dan Belanja Modal Tahun II (2015) maka kami
mengadakan atau membeli beberapa peralatan elektronik berupa 1 buah LCD, 1
buah laptop, 1 buah pesawat telepon, 1 buah handycam, 1 buah tripod, 1 buah alat
penyimpanan data (external hardisk) serta peralatan penunjang lainnya. peralatan-
peralatan tersebut akan kami gunakan dalam membantu proses produksi,
pemberian layanan IbiKK sampai pada proses pemasaran produk dan kegiatan-
kegiatan yang bersifat teknis maupun administratif.
Untuk lebih jelasnya, penambahan peralatan kantor/belanja modal
produksi pada tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut.
Gambar 2.Peralatan kantor/belanja modal produksi tahun 2015: LCD, laptop, tripod,
handycam, pesawat telepon, external hardisk.
26
2. Penulisan Buku
a. Buku “(NGABEN + MEMUKUR) = (TUBUH + API) +
(UPARENGGA + MANTRA) = (DEWA PITARA + SURGA)
(Perspektif Teori Sosial Ketubuhan terhadap Ritual Kematian di
Bali)”.
Buku ini ditulis oleh Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A., Dr.
Anantawikrama Tungga Atmadja, S.E., Ak.M.Si. dan Dr. Tuty Maryati,
M.Pd. Buku ini berisi tentang salah satu ritual umat Hindu di Bali yaitu
Ngaben + Memukur. Ritual ini bertintikan pada pengabuan tubuh kasar
dan tubuhhalus (roh atau atman) memakai api sekala dan api niskala.
Kajian pada buku ini ditinjau dari perspektif teori sosial ketubuhan
terhadap ritual kematian di Bali. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit
Pustaka Larasan yang beralamat di Jalan Tunggul Ametung
IIIA/11BDenpasar, Bali. Buku ini memiliki tebal 254 halaman, cetakan
pertama tahun 2015 dengan no ISBN: 978-602-1586-34-1.
Berikut adalah tampilan cover dan sampul belakang buku
“(NGABEN + MEMUKUR) = (TUBUH + API) + (UPARENGGA +
MANTRA) = (DEWA PITARA + SURGA) (Perspektif Teori Sosial
Ketubuhan terhadap Ritual Kematian di Bali)” dapat dilihat pada Gambar
3 berikut.
Gambar 3. Cover dan sampul belakang buku “(NGABEN +
MEMUKUR) = (TUBUH + API) + (UPARENGGA + MANTRA) = (DEWA PITARA + SURGA) (Perspektif Teori Sosial Ketubuhan
terhadap Ritual Kematian di Bali)
27
b. Buku “TAJEN DI BALI (Perspektif Homo Complexus)”.
Buku ini ditulis oleh Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A., Dr.
Anantawikrama Tungga Atmadja, S.E., Ak.M.Si. dan Luh Putu Sri
Ariyani, S.S,M.Hum. Buku ini berisi tentang kajian permainan rakyat
sabung ayam (tajen) di Bali. Buku ini mengkaji dan menjawab mengapa
tajen sulit atau bahkanmustahil dihapuskan dari pembendaharaan
kebudayaan Bali?”. Buku ini mencoba menjawab pertanyaan tersebut
lewat penelitian kancah. Data dikumpulkan menggunakan pengamatan
terlibat terhadap tajen dan wawancara mendalam terhadap berbagai pihak
yang terlibat dalam pertajenan. Data dikumpulkan pula lewat studi
pustaka dan studi dokumen, misalnya kami membaca lontar tentang ayam
aduan yang disebut Lontar Pengayam-ayaman. Data yang didapat lewat
berbagai teknik pengumpulan data tersebut lalu dianalisisdengan
mengikuti alur pemikiran teori sosial kritis.
Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Larasan yang beralamat
di Jalan Tunggul Ametung IIIA/11BDenpasar, Bali. Buku ini memiliki
tebal 262 halaman, cetakan pertama tahun 2015 dengan no ISBN: 978-
602-1586-38-9.
Berikut adalah tampilan cover dan sampul belakang buku “TAJEN
DI BALI (Perspektif Homo Complexus)” dapat dilihat pada Gambar 4
berikut.
Gambar 4. Cover dan sampul belakang buku “TAJEN DI BALI
(Perspektif Homo Complexus)”.
28
c. Buku “PERTARUNGAN WACANA NGAMADUANG (POLIGAMI)
DALAM SENI GENJEK : PERSPEKTIF KEKUASAAN LINGUAL
DI BALI”.
Buku ini ditulis oleh Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum. dan Dr. I
Ketut Margi, M.Si. Buku ini berisi tentang kajian sekeha genjekyang
merupakan fenomena yang penting di ungkap di tengah-tengah adanya
dominasi pemahaman seni yang dikatakan adiluhung. Buku ini memiliki
misi utama yaitu membahas pergulatan isu gender dalam seni
pertunjukkan, kejelian dalam mengupas ideologi yang ditampilkan dalam
ajang berkesenian, menjawab keterbatasan kajian gender berdimensi seni
dan membahas wacana sebagai alat perjuangan moral dalam perspektif
kekuasaan lingual. Perspektif ini digunakan untuk mendapatkan
pemahaman tentang tata cara wacana pusat dan pinggiran dimainkan
sebagai “alat politik” untuk membangun konstruksi sosial.
Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Larasan yang beralamat
di Jalan Tunggul Ametung IIIA/11BDenpasar, Bali. Buku ini memiliki
tebal 262 halaman, cetakan pertama tahun 2015 dengan no ISBN: 978-
602-1586-35-8.
Berikut adalah tampilan cover dan sampul belakang
buku“PERTARUNGAN WACANA NGAMADUANG (POLIGAMI)
DALAM SENI GENJEK : PERSPEKTIF KEKUASAAN LINGUAL DI
BALI”dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.
29
Gambar 5. Cover dan sampul belakang buku “PERTARUNGAN WACANA NGAMADUANG (POLIGAMI) DALAM SENI GENJEK :
PERSPEKTIF KEKUASAAN LINGUAL DI BALI”.
d. Buku “MEMBONGKAR JARING KUASA, KEKERASAN, DAN
RESISTENSI DI BALIK PERKAWINAN NGAMADUANG
(POLIGAMI)”.
Buku ini ditulis oleh Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum. Buku ini
adalah disertasi S3 penulis di Program PascasarjanaUniversitas
UdayanaDenpasar pada tahun 2012 yang diterbitkan oleh IbIKK BCCC
bekerjasama dengan Penerbit Pustaka Larasan Denpasar.Kajian ini berisi
tentang fenomena ngamaduang (poligami)yang dikaji dari beragam
perspektif (termasuk kajian kritis-posmodernisme). Buku ini memiliki
tebal 424 halaman (pracetak), dan no ISBN masih masih menunggu dari
pihak penerbit.
Berikut adalah tampilan cover buku “MEMBONGKAR JARING
KUASA, KEKERASAN, DAN RESISTENSI DI BALIK
PERKAWINAN NGAMADUANG (POLIGAMI)”. dapat dilihat pada
Gambar 6 berikut.
Gambar 6. Cover buku “MEMBONGKAR JARING KUASA,
KEKERASAN, DAN RESISTENSI DI BALIK PERKAWINAN
NGAMADUANG (POLIGAMI)”.
30
e. Buku “KULINER TRADISIONAL KHAS BULELENG”.
Buku ini ditulis oleh Dr. I Ketut Margi, M.Si. Buku ini berisi
tentang kajian hasil penelitian tentang kuliner tradisional khas Buleleng
mulai dari ragam kuliner khas Buleleng, bahan dan proses pengolahan,
kandungan gizi kuliner tradisional khas Buleleng, dan aspek sosial,
budaya, dan ekonomi kuliner tradisional.
Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Larasan yang beralamat
di Jalan Tunggul Ametung IIIA/11BDenpasar, Bali. Buku ini memiliki
tebal 110 halaman (pracetak), cetakan pertama tahun 2015 dengan no
ISBN masih masih menunggu dari pihak penerbit.
Berikut adalah tampilan cover buku “KULINER TRADISIONAL
KHAS BULELENG” dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.
Gambar 7. Cover buku “KULINER TRADISIONAL KHAS BULELENG”.
3. Jurnal Terbitan “BUTIR-BUTIR TERCECER TENTANG TRADISI
UNIK DI DESA-DESA BALI AGA DI KECAMATAN KINTAMANI –
BANGLI”.
Jurnal ini adalah kumpulan tulisan anggota IbIKK BCCC bersama
beberapa dosen di lingkungan Undiksha dan FIS pada khususnya. Jurnal ini
mengambil tema tentang tradisi-tradisi unik di desa-desa Bali Aga di
Kecamatan Kintamani – Bangli. Kami menyadari bahwa masih banyak
31
terdapat tradisi-tradisi unik di desa Bali Aga pada khusunya yang penting
untuk diteliti dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dan dirangkum menjadi
sebuah jurnal.
4. Penulisan Artikel
a. Artikel “Deconstructing Gender Stereotypes in Leak”
Pada tahun 2015, IbiKK BCCC menulis artikel dengan judul
“Deconstructing Gender Stereotypes in Leak” dalam versi bahasa Inggris yang
ditulis oleh Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A., Dr. Luh Putu Sendratari,
M.Hum dan Prof. Dr. I Wayan Rai, M.S. artikel ini termuat dalam Jurnal
Komunitas Research & Learning in Sociology and Anthropology Universitas
Negeri Semarang.
Untuk halaman pertama artikel dapat dilihat pada gambar 8 berikut.
Gambar 8. halaman pertama artikel “Deconstructing Gender Stereotypes in Leak”.
b. Artikel “Geria Pusat Industri Banten Ngaben di Bali Perspektif
Sosiologi Komodifikasi Agama”
Artikel ini ditulis oleh Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A. dan
Dr. Tuty Maryati, M.Pd. artikel ini dimuat dalam Jurnal Kawistara UGM
pada Volume 4 No. 2, tanggal 17 Agustus 2014 pada halaman 111-224.
32
Untuk halaman pertama artikel dapat dilihat pada gambar 9 berikut.
Gambar 9. halaman pertama artikel “Geria Pusat Industri Banten Ngaben di Bali
Perspektif Sosiologi Komodifikasi Agama”
5. Penerjemahan Lontar
Pada tahun 2015, IbIKK BCCC Undiksha kembali menerjemahkan naskah
lontar yang didapatkan dari Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali Denpasar ke
dalam bahasa Indonesia. Adapun lontar yang telah diterjemahkan yaitu (1) Lontar
“Bali Islam” (10 halaman), dan lontar “Krama Slam” (24 halaman).
Adapun hasil penerjemahan lontar dapat dilihat pada Gambar 10 berikut.
Gambar 10. Terjemahan lontar “Bali Islam” dan “Krama Islam”.
33
6. Pembuatan Video Dokumentasi Kebudayaan Bali
Pada tahun 2015, IbIKK BCCC Undiksha membuat video dokumentasi
kebudayaan yaitu tradisi Magebeg-gebegandi Desa Tukadmungga, Buleleng –
Bali. Tradisi Magebeg-gebegandi Desa Tukadmungga merupakan sebuah tradisi
yang telah berlangsung turun-temurun dari leluhur masyarakat desa
Tukadmungga. Tradisi ini berlangsung ketika datangnya perayaan Nyepi yaitu
pada saat hari pengrupukan. Tradisi ini dilakukan di perempatan desa. Secara
khusus tradisi ini dilakukan dengan cara merebut sarana caru berupa “bayang-
bayang” yaitu persembahan kurban dari anak sapi (godel) yang berjenis kelamin
betina. Dalam perebutan “bayang-bayang” yang mendapatkan kepala anak sapi
dialah yang menjadi pemenang.
Secara umum, prosesi tradisi Magebeg-gebegandumulai dari (1) upacara
Mapedada, (2) upacara di Pura Dalem, (3) upacara Pecaruan di perempatan desa,
(4) upacara Magebeg-gebegan. Adapun nilai yang terkandung dalam tradisi
Magebeg-gebeganini yaitu, nilai religius, sosial dan pendidikan.
Berikut yaitu CD video dan booklet tradisi Magebeg-gebegandi Desa
Tukadmungga, Buleleng – Bali produksi IbIKK BCCC Undiksha Singaraja.
Gambar 11. CD video dan booklet tradisi Magebeg-gebegandi Desa
Tukadmungga, Buleleng – Bali.
34
7. Konsultasi Kebudayaan Bali
Sesuai program IbIKK BCCC yaitu memberi pemahaman dan informasi
melalui kegiatan konsultasi kebudayaan Bali, IbIKK BCCC Undiksha telah
melayani konsultasi kebudayaan Bali yang datang ke kantor IbIKK BCCC
Undiksha.
Berikut adalah beberapa konsultasi yang telah dilayani oleh tim IbIKK
BCCC Undiksha.
Gambar 12. Konsultasi tanggal 3 Maret 2015
Konsultasi pada Gambar 12 dengan konsumen Putu Windu Mertha Sujana
(kiri) dan I Wayan Eka Santika (kanan) dari Universitas Pendidikan Bandung
(UPI Bandung) dengan konsultanDr. Luh Putu Sendratari, M.Hum. Adapun topik
yang dikonsultasikan yaitu terkait penelitian Tesis.
Konsultasi selanjutnya yaitu konsultasi dengan konsumen Ni Made
Febrianti dengan konsultanProf. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A. Konsultasi
yang dilakukan yaitu terkait dengan “Harmonisasi Antar Agama” di Bali.
Gambar 13. Konsultasi tanggal 23 Juni 2015
35
Konsultasi selanjutnya yaitu konsultasi dengan konsumen Drs. I
Ketut Supir, M.Hum mahasiswa S3 Kajian Budaya Universitas Udayana
Denpasar dengan konsultanProf. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A.Konsultasi
yang dilakukan yaitu terkait Penelitian Desertasi.
Gambar 14. Konsultasi tanggal 23 Juni 2015.
Konsultasi selanjutnya yaitu konsultasi dari salah satu TV swasta (Trans 7)
yang datang ke kantor IbIKK BCCC Undiksha untuk menanyakan sekaligus
wawancara terkait tari Joged Ngebor yang ada di Bali.
Gambar 15. Konsultasi tanggal 12 Oktober 2015Crew Trans 7.
5.2 Data Statistik Pemasukan IbiKK BCCC Undiksha Tahun 2015
Tabel 09. Data Statistik Pemasukan IbiKK BCCC Undiksha Tahun 2015
No Produk Nama/Judul Produk
Jumlah
Terjual
(eks/paket)
Harga
Satuan
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1. Konsultasi a. Konsultasi penelitian
dan penulisan
kebudayaan Bali
5 300.000 1.500.000
b. Konsultasi tentang perluasan dan
5 300.000 1.500.000
36
pemahaman kebudayaan Bali dari
berbagai aspek
c. Konsultasi kunjungan
lokasi kebudayaan Bali yang insitu
5 300.000 1.500.000
d. Konsultasi nara
sumber tentang kebudayaan Bali yang
bersifat spesifik
8 300.000 2.400.000
2. Buku a. (NGABEN + MEMUKUR) =
(TUBUH + API) +
(UPARENGGA + MANTRA) = (DEWA
PITARA + SURGA)
(Perspektif Teori Sosial Ketubuhan
terhadap Ritual Kematian di Bali)
75 75.000 5.625.000
b. TAJEN DI BALI
(Perspektif Homo
Complexus)
50 75.000 3.750.000
c. PERTARUNGAN
WACANA
NGAMADUANG (POLIGAMI)
DALAM SENI
GENJEK : PERSPEKTIF
KEKUASAAN LINGUAL DI BALI
40 50.000 2.000.000
d. MEMBONGKAR
JARING KUASA,
KEKERASAN, DAN RESISTENSI DI
BALIK PERKAWINAN
NGAMADUANG
(POLIGAMI)
40 60.000 2.400.000
e. KULINER TRADISIONAL
KHAS BULELENG
50 50.000 2.500.000
3. CD/VCD Kebudayaan
Bali
Tradisi Magebeg-gebegandi Desa
Tukadmungga, Buleleng –
Bali.
10 50.000 500.000
4. Lontar Lontar “Bali Islam” dan
“Krama Slam”
10 50.000 500.000
Jumlah (Total) 24.175.000
37
5.3 Kendala yang dihadapi Pada Tahun 2015
Secara umum proses pelaksanaan kegiatan IbIKK di tahun 2015
berjalan dengan lancar namun tidal lepas dari kendala yang dihadapi baik yang
bersifat prinsip dan teknis. Secara prinsip tidak begitu ada kendala yang berarti
namun secara teknis terdapat beberapa kendala. Adapun kendala yang dihadapi
yaitu terkait dengan proses promosi pemasaran produk yang telah dihasilkan dan
pendistribusian produk secara maksimal. Kendala dalam segi promosi produk
mengalami kendala dikerenakan kurang maksimalnya penyebarluaskan informasi
mengenai produk-produk yang dihasilkan seperti buku, artikel, terjemahan, video
kebudayaan dsb. karena belum dapat merambah pada dunia maya (internet)
seperti website, media (jejaring) sosial, group online, serta akses-akses media
lainnya secara maksimal. Kendala kedua yaitu dari segi pendistribusian produk
yang juga akan berdampak pada penjalan produk yaitu masih sulitnya merambah
konsumen yang lebih luas dikeranakan belum memiliki distributor lapangan yang
bekerja menyebarluaskan/menjual produk (buku, artikel, terjemahan, video
kebudayaan dsb.) IbIKK seara luas baik dalam lingkup Bali maupun luar Bali.
5.4 Solusi yang dilakukan Dalam Menghadapi Kendala
Sesuai dengan paparan kendala di atas, maka dapat kami rumuskan
solusi yang dilakukan dalam mengahadi kendala yaitu yang pertama terkain
dengan kendala promosi pemasaran produk, kami merencanakan untuk
memaksimalkan peran website, kemudian melakukan promosi melalui media
sosial, group yang relevan serta memasang iklan baik pada media cetak maupun
elektronik dalam memasarkan produk. Kemudian solusi yang kedua terkait
dengan pendistribusian produk maka kami merencanakan untuk merekrut tenaga
distribusi yang sifatnya tetap dan atau bersifat freelance untuk mendistribusikan
produk dan mampu merambah pangsa pasar yang lebih luas dan mengantarkan
produk kepada konsumen yang relevan membutuhkan produk-produk dari IbIKK
BCCC Undiksha Singaraja.
38
5.5Dampak dan Manfaat IbIKK
Berbagai manfaat dapat dihasilkan melalui usaha Balinese Culture
Conservation Consultant yakni:
a. Pemertahanan budaya Bali, dimana ketika masyarakat Bali memahami
kebudayaannya sendiri maka kebudayaan-kebudayaan yang ada dapat
dipertahankan karena tahu fungsi dan manfaat yang ada di dalam kebudayaan
tersebut.
b. Memperkuat pariwisata Bali yang berbasiskan kebudayaan sesuai dengan ikon
pariwisata Bali yang tercermin pada Perda Nomor 3 tahun 1974 yang
disempurnakan melalui Perda Nomor 3 Tahun 1991 tersebut, menetapkan
bahwa pariwisata budaya sebagai jenis kepariwisataan dengan menggunakan
kebudayaan Bali, yang dijiwai oleh agama Hindu.
c. Memperkenalkan substansi kebudayaan Bali kepada orang luar, sehingga
mereka lebih memahami kebudayaan Bali secara mendalam. Dalam hal ini
segala bentuk budaya yang ada di Bali dapat dipahami sebagai sesuatu yang
memiliki fungsi dan makna tertentu bagi masyarakat Bali yang tentunya
mengarah pada penciptaan kondisi yang harmonis.
d. Mendapatkan manfaat sosial dan manfaat ekonomis. Manfaat sosial yakni
melalui pengembangan usaha ini, maka secara langsung juga menjaga dan
melestarikan kebudayaan Bali sehingga dapat diperoleh penghargaan dari
pihak Universitas, pemerintah daerah Bali, pemerintah pusat bahkan Unesco.
Manfaat ekonomis adalah mendapatkan keuntungan dari penjualan berbagai
produk yang diciptakan. Diharapkan kedepannya usaha ini dapat berkembang
menjadi lebih baik dan lebih besar sehingga bisa menjadi pusat studi
kebudayaan Bali.
e. Melalui penciptaan produk berupa buku, deskripsi, booklet dan artikel maka
hal ini juga dapat meningkatkan kapasitas produksi Ganesha Press yang
selama ini dalam kondisi stagnan karena kekurangan naskah. Dengan
dihasilkannya naskah-naskah yang siap untuk diterbitkan, maka secara
langsung memanfaatkan keberadaan Ganesha Press yang juga merupakan
usaha percetakan Universitas Pendidikan Ganesha.
39
BAB 6
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1 Spesifikasi Produk Tahap III (tahun 2016)
Pada tahun 2016, setelah banyak pihak yang mengetahui keberadaan usaha
ini maka diharapkan akan banyak datang konsumen dari kalangan akademisi,
pemerintah daerah dan desa yang datang ke usaha ini untuk membeli produk yang
dikembangkan oleh Balinese Culture Conservation Consultant sesuai dengan
permintaan yang bersangkutan. Namun, produksi buku kebudayaan juga tetap
dikembangkan dan dicetak setiap tahunnya dengan asumsi bahwa bahan
pembuatan buku dalam bentuk hasil penelitian dan artikel masih sangat banyak
dan selalu ada pihak yang membutuhkan informasi tentang kebudayaan Bali.
Untuk meningkatkan penjualan, akan dilakukan promosi ke universitas –
universitas yang berpotensi untuk dijadikan sasaran, khususnya pada jurusan yang
terkait dengan kebudayaan yakni jurusan budaya, pariwisata, sosiologi dan
antropologi.
Tabel 10. Rencana Spesifik Produk Tahun 2016
Tahun
Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun
2016
Spesifikasi Produk Kapasitas Produk Keterangan
Tahap III
2016
Buku 5 buah Dijual universitas –universitas
yang berpotensi untuk dijadikan
sasaran, khususnya pada jurusan yang terkait dengan kebudayaan
yakni jurusan budaya,
pariwisata, sosiologi dan
antropologi Deskripsi 10 buah Di jual ke jurusan budaya,
pariwisata, sosiologi dan
antropologi
Booklet 5 buah Ke khalayak umum terutamam
Desa pakraman dan akademisi
Artikel 1buah Dijual universitas –universitas yang berpotensi untuk dijadikan
sasaran, khususnya pada jurusan
yang terkait dengan kebudayaan
yakni jurusan budaya, pariwisata, sosiologi dan
antropologi
Baju kaos ajeg Bali 1 jenis Di jual ke khalayak umum dan
wisatawan
40
Konsultasi penelitian
dan penulisan kebudayaan Bali
3 paket (4 kali
pertemuan/paket)
Peneliti dan akademisi serta
desa pakraman
Konsultasi tentang
perluasan dan
pemahaman
kebudayaan Bali dari berbagai aspek
3 paket (4 kali
pertemuan/paket)
Peneliti dan akademisi serta
desa pakraman
Konsultasi kunjungan
lokasi kebudayaan
Bali yang insitu
3 paket (4 kali
pertemuan/paket)
Peneliti dan akademisi serta
desa pakraman
Konsultasi nara
sumber tentang kebudayaan Bali yang
bersifat spesifik
3 paket (4 kali
pertemuan/paket)
Peneliti dan akademisi serta
desa pakraman
6.2 Target Luaran 2016
Tahun kedua (2016) akan dilaksanakan tindakan promosi yang lebih
gencar lagi sehingga keberadaan dari lembaga ini semakin meluas di masyarakat
terutama kalangan akademisi, pemerintah, wisatawan dan peneliti kebudayaan
Bali. Setelah banyak pihak yang mengetahui keberadaan usaha ini maka
diharapkan akan banyak datang konsumen dari kalangan akademisi, pemerintah
daerah dan desa yang datang ke usaha ini untuk membeli produk yang
dikembangkan oleh Balinese Culture Conservation Consultant sesuai dengan
permintaan yang bersangkutan. Adapun target penjualan yang diharapkan dari
kegiatan ini adalah sebagai berikut.
Tabel 11
Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant
Tahun 2016 (Produk Nyata/Tangible Product)
Tahun
Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2016
Spesifikasi
Produk
Kapasitas
Produk
Keterangan Harga satuan Jumlah
2016
Buku 5 buah 1000 eks Rp.50.000,- Rp. 250.000.000,-
Deskripsi 10 buah @ 2 paket Rp. 5.000.000,- Rp. 100.000.000,-
Booklet 5 buah @ 200 eks Rp. 5.000,- Rp. 5.000.000,-
Artikel 3 buah @ 4 eks Rp. 1.000.000,- Rp. 8.000.000,-
Baju kaos
ajeg Bali
1 jenis 1000 buah Rp. 100.000,- Rp. 100.000.000,-
Jurnal 1buah 500 eks Rp. 50.000 Rp. 25.000.000,-
Lontar 5 buah @ 100eks Rp. 30.000 Rp. 15.000.000,-
CD 5buah @ 100
keping
Rp. 30.000 Rp. 15.000.000,-
41
Tabel 12
Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant
Tahun 2016 (Produk Jasa/Intangible Product) Tahun Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi
Spesifikasi
Produk
Kapasitas
Produk
Keterangan Jumlah
2016
Konsultasi penelitian dan
penulisan
kebudayaan Bali
3 paket (4 kali pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/ pertemuan
Rp. 3.600.000,
Konsultasi
tentang perluasan dan pemahaman
kebudayaan Bali
dari berbagai
aspek
3 paket (4 kali
pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/
pertemuan Rp. 3.600.000,
Konsultasi kunjungan lokasi
kebudayaan Bali
yang insitu
3 paket (4 kali pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/ pertemuan
Rp. 3.600.000,
Konsultasi nara
sumber tentang kebudayaan Bali
yang bersifat
spesifik
3 paket (4 kali
pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/
pertemuan
Rp. 3.600.000,-
6.3 Metode Pelaksanaan
6. 3.1 Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan produk pada usaha
IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant adalah 1) hasil penelitian pada
dosen di lingkungan Universitas Pendidikan Ganesha; 2) lontar-lontar tentang
kebudayaan Bali yang terdapat di Gedong Kertya; 3) pusat dokumentasi
kebudayaan Bali di Denpasar; 4) perpustakaan Fakultas Sastra Universitas
Udayana Denpasar yang menyediakan naskah-naskah kebudayaan Bali berupa
lontar; 5) kebudayaan-kebudayaan Bali yang ada disekitar masyarakat berupa
artefak, pura dan tradisi-tradisi yang unik baik yang masih hidup maupun yang
sudah mati. Tradisi –tradisi yang sudah mati perlu untuk direvivalisasi dan
revitalisasi.
42
Tabel 13
Bahan Baku, Suplai, Mutu, dan Alternatif Sumber Usaha
Balinese Culture Conservation Consultant Bahan Baku Suplai Mutu Alternatif Sumber
Hasil Penelitian Undiksha Bagus Universitas lain yang
memiliki tema terkait dengan kebudayaan
Lontar Gedong Kertya Bagus Pusat dokumentasi
kebudayaan Bali, perpustakaan Fakultas
Sastra Unud dan
kepemilikan pribadi yang tersimpan di
Geriya, Puri, Dukun dan Kolektor
kebudayaan Bali
Tradisi-tradisi insitu
(tradisi yang berhubungan dengan
ritual daur hidup, tradisi tentang daur pertanian,
tradisi tentang
pelestarian lingkungan, dll)
Seluruh daerah di Bali Bagus
Artefak (Pura,
Bangunan-bangunan kuno, candi, arca,
lukisan-lukisan tua)
Seluruh daerah di Bali,
Museum yang di Bali
Bagus
Buku-buku tua,
majalah/koran yang berasal dari penjajahan
jaman kolonial Belanda
Gedong Kertya Kurang
terawat
Pusat dokumentasi
kebudayaan Bali
6. 3.2 Produksi
Produk yang dihasilkan pada usaha IbIKK Balinese Culture Conservation
Consultant ini ada dua yakni berupa produk barang (tangible product) dan produk
jasa (intangible product) yang dapat dipaparkan sebagai berikut:
Tabel 14
Rencana Produk dan Kapasitas Produksi
Tahun Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi
Spesifikasi Produk Kapasitas Produk Keterangan
2014
Buku 1 buah 1000 eks
Deskripsi 6 buah @ 2 paket
Booklet 5 buah @ 200 eks
Artikel 2 buah @ 4 eks
2015 Buku 5 buah 1000 eks
Deskripsi 10 buah @ 2 paket
43
Booklet 5 buah @ 200 eks
Artikel 3 buah @ 4 eks
Baju kaos ajeg Bali 1 jenis 1000 buah
2016
Buku 5 buah 1000 eks
Deskripsi 10 buah @ 2 paket
Booklet 5 buah @ 200 eks
Artikel 3 buah @ 4 eks
Baju kaos ajeg Bali 1 jenis 1000 buah
Untuk produk jasa berupa konsultasi tentang kebudayaan yang dilakukan
di tempat usaha IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 15
Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi
Tahun Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi
Spesifikasi Produk Kapasitas
Produk
Keterangan
2014
Konsultasi penelitian dan penulisan
kebudayaan Bali
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi tentang
perluasan dan
pemahaman kebudayaan Bali dari
berbagai aspek
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi kunjungan
lokasi kebudayaan
Bali yang insitu
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi nara sumber tentang
kebudayaan Bali
yang bersifat spesifik
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
2015
Konsultasi penelitian
dan penulisan kebudayaan Bali
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi tentang
perluasan dan
pemahaman
kebudayaan Bali dari berbagai aspek
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi kunjungan
lokasi kebudayaan
Bali yang insitu
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi nara
sumber tentang kebudayaan Bali
yang bersifat spesifik
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
2016
Konsultasi penelitian
dan penulisan kebudayaan Bali
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi tentang
perluasan dan
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
44
pemahaman
kebudayaan Bali dari berbagai aspek
Konsultasi kunjungan
lokasi kebudayaan
Bali yang insitu
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
Konsultasi nara
sumber tentang kebudayaan Bali
yang bersifat spesifik
5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
6.3.3 Proses
Proses produksi akan dilakukan di dalam universitas dengan berlokasi di
Fakultas Ilmu Sosial. Hal ini dilakukan mengingat fakultas ini mengembangkan
ilmu sosial dan humaniora baik dalam konteks ilmu pendidikan maupun ilmu
murni yang non pendidikan.
Produksi dilakukan dengan dua cara yakni memproduksi produk dengan
menerima pesanan dari konsumen sebelumnya dan memproduksi produk
berdasarkan trend pasar yang berkembang. Trend pasar dapat dilihat dengan
memahami trend pasar yang stabil, dimana kebutuhan produk tersebut dapat
dipastikan selalu diperlukan oleh konsumen misalnya buku tentang filsafat dan
agama Hindu. Di lain sisi juga ada pasar-pasar yang isidental yang perlu diolah
dan dikemas menjadi sebuah produk, misalnya mengolah dan menciptakan buku
tentang suatu tradisi yang ada di masyarakat seperti ritual ngerarung bikul, ritual
wana kertih, ritual danu kertih, ritual ngusaba. Buku tentang tradisi ini perlu
diciptakan tanpa harus menunggu pesanan dari konsumen, mengingat kebutuhan
sumber bacaan yang berkaitan dengan tradisi cukup stabil di pasaran.
Proses produksi melalui pesanan diprediksi akan diterima pada saat: 1)
keperluan untuk penelitian, 2) lomba desa pekraman, 3) kegiatan mencari silsilah
keluarga, 4) konsumen yang memiliki sebuah tradisi yang memerlukan sebuah
penjelasan secara akademik, 5) penerapan program pemmbangunan yang berbasis
budaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Konsumen dapat melakukan
pemesanan dengan cara datang langsung ke kantor atau memesan melalui media
elektronik untuk selanjutnya didistribusikan kepada bagian yang menangani.
Produk dihasilkan dengan cara langsung yakni membeli produk langsung apabila
sudah tersedia atau melakukan konsultasi untuk mendapatkan produk yang sesuai
dengan kebutuhan konsumen.
45
6.3.4 Manajemen
Manajemen yang diterapkan dalam usaha ini terdiri dari empat tahapan
yakni pembuatan perencanaan pengembangan dan penciptaan produk,
pembentukan tim pengembang produk, pembuatan produk, dan melakukan sistem
pengawasan terhadap produk yang dihasilkan.
1) Production Planning
Perencanaan pengembangan dan pembuatan produk merupakan tahap
pertama yang harus dilakukan, agar produk yang dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan pasar/ konsumen. Pada tahap perencanaan ini, dilakukan
pembagian tugas kerja sesuai dengan bidang keahlian, merencanakan
teknik promosi dan mempelajari kebutuhan konsumen sehingga dapat
diketahui produk apa saja yang bisa dibuat tanpa harus menunggu pesanan
melainkan dengan melihat keperluan konsumen terhadap buku-buku
kebudayaan Bali khususnya yang terkait dengan ritual keagamaan.
2) Accounting
Sistem akuntansi yang dilakukan adalah melakukan pencatatan segala
bentuk pengeluaran dan pendapatan, kemudian dilaporkan secara periodik
kepada LPM dan Pembantu Rektor II serta Dikti sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Dalam pelaksanaannya transparansi pelaporan keuangan
dilakukan secara trebuka dan jujur kepada pihak yang berwenang untuk
mengetahuinya. Adapun hal-hal yang dilaporkan adalah penerimaan
pesanan dari pelanggan, inventarisasi peralatan dan perlengkapan,
pencatatan penjualan, pengeluaran kas.
3) Bookeeping
Buku besar digunakan untuk mencatat perubahan yang terjadi pada
perkiraan –perkiraan tertentu yang dipengaruhi oleh adanya transaksi
keuangan yang terjadi pada IbIKK Balinese Culture Conservation
Consultant.
4) Auditing
Sistem audit yang dilaksanakan pada usaha ini adalah audit internal dan
eksternal untuk memastikan bahwa penggunaan dana dilakukan dengan
46
benar sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Pencatatan transaksi
dilakukan setiap hari, sedangkan pelaporan keuangan kepada pihak-pihak
yang terkait yakni Dikti Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat dan
Pembantu Rektor II.
5) Pajak
6) Pola Manajemen
Pola manajemen yang digunakan dalam usaha ini untuk mencapai tujuan
adalah:
a) Perencanaan: sebagai proses dasar manajemen. Pada tahap ini
dilakukan berbagai perencanaan yang menyangkut pembagian
tugas kerja, penggunaan dana, pengembangan dan penciptaan
produk, sistem pemasaran, sistem penjualan, sistem keuangan,
sistem audit dan sistem pelaporan hasil kerja.
b) Pengorganisasian dan pembuatan struktur organisasi: melakukan
pembagian tugas kerja berdasarkan bidang keahlian. Selain itu melakukan
perekrutan tenaga yang diperlukan untuk membantu operasional usaha.
c) Pengarahan dan Pengawasan: difungsikan untuk menjaga agar kepentingan
yang ada tidak saling berbenturan. Pengarahan dapat dilakukan oleh
pimpinan usaha (ketua pelaksana), pimpinan lembaga pengabdian kepada
masyarakat Undiksha, pimpinan Undiksha dalam hal ini Pembantu Rektor
Undiksha dan tim dari Dikti.
7) Inventori.
Sistem inventarisasi barang dilakukan agar segala inventaris usaha yang
dimiliki tercatat dengan baik, yakni harga beli barang, jenis barang, jumlah
barang, tempat membeli barang, kualitas barang, kegunaan barang, dan
umur ekonomis barang. Dengan mencatat semuanya secara detail dan baik,
maka diharapkan barang-barang yang dimiliki dapat digunakan dengan
baik, tahu cara perawatannya dan nilai suatu barang pada periode tertentu.
6. 3.5 Pemasaran
47
Sistem pemasaran yang digunakan dalam usaha IbIKK Balinese Culture
Conservation Consultant adalah melalui penjualan langsung, sistem kerjasama,
brosur, leaflet, dan online melalui web www.ibikkbcccundiksha.com
Target pasar potensial usaha ini adalah kalangan akademisi, mahasiswa,
wisatawan lokal, wisatawan mancanegara, dan pemerintah daerah. Mengenai
pasar potensial, teknik yang perlu dilakukan adalah melakukan promosi ke
jurusan-jurusan yang terkait tentang kebudayaan baik di Universitas Pendidikan
Ganesha maupun di universitas atau sekolah lain yakni jurusan sosiologi,
kebudayaan, antropologi, pariwisata, dan sejarah
6. 3.6 Sumber Daya Manusia
Dalam menjual produk IbIKK Balinese Culture Conservation
Consultant ini sangat diperlukan tenaga kerja yakni manager/konseptor,
sekretaris, administrasi, marketing, office boy. Adapun rincian tugasnya adalah
sebagai berikut:
1) Manager: bertugas memimpin staff yang bertugas dan mengkoordinasikan
semua kegiatan yang harus dilakukan oleh staffnya. Manager ini dituntut
agar mampu menciptakan kondisi kerja yang kondusif serta memberikan
motivasi yang baik agar staffnya dapat melakukan tugas sesuai dengan
rencana kerja yang telah ditentukan, serta mampu menjadi konseptor
dalam pengembangan produk.
2) Sekretaris : bertugas membantu tugas yang diemban oleh manager dan
membantu memberi masukan kepada pengembang produk.
Menangani segala bentuk pertemuan yang berkaitan dengan
penjualan produk
3) Pengembang Produk : mengembangkan produk yang sesuai dengan
konsep yang diberikan oleh pimpinan dan mengembangkan produk
yang sesuai dengan target pasar/ kebutuhan pasar.
4) Administrasi dan akunting : menangani administrasi dan laporan
keuangan
5) Marketing : bertugas memasarkan produk yang dijual baik secara
langsung maupun dengan menggunakan berbagai media promosi
48
6) Office boy : menciptakan ruangan /kantor tetap menjadi ruang yang
representative untuk bekerja
6. 3.7 Fasilitas
IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant berlokasi di salah satu
ruang yang tersedia di gedung Fakultas Ilmu Sosial. Fasilitas yang diperlukan
untuk menjalan operasional IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant ini
membutuhkan:
1) Kondisi ruangan yang representative
2) Ruang yang kondusif
3) Penyejuk ruangan
4) Tersedia tempat untuk produksi (meja, kursi kerja, komputer satu set
dan ATK)
5) Tersedia ruang untuk menerima konsumen
6) Tersedia ruang untuk memajang produk yang menyerupai rak buku
seperti diperpustakaan
49
Gambar 12: Atas Kanan: ruang administrasi; kiri: ruang tamu; bawah ruang diskusi
6.3.8 Finansial
Tabel 16
Rincian Biaya IbIKK Usaha Balinese Culture Conservation
ConsultantTahun 2014-2016
6.3.9 Anggaran Biaya
2014 2015 2016
ALIRAN KAS MASUK
1 Buku 75.000.000 250.000.000 250.000.000
2 Deskripsi 60.000.000 100.000.000 150.000.000
3 Booklet 5.000.000 5.000.000 5.000.000
4 Artikel 8.000.000 8.000.000 8.000.000
5 100.000.000 100.000.000
6
Konsultasi penelitian dan penulisan
kebudayaan Bali 6.000.000 6.000.000 6.000.000
7
Konsultasi tentang perluasan dan
pemahaman kebudayaan Bali dari
berbagai aspek 6.000.000 6.000.000 6.000.000
8
Konsultasi kunjungan lokasi
kebudayaan Bali yang insitu 6.000.000 6.000.000 6.000.000
9
Konsultasi nara sumber tentang
kebudayaan Bali yang bersifat spesifik 6.000.000 6.000.000 6.000.000
10 Dana dari Dikti 150.000.000 155.600.000 150.000.000
11 Dana dari Undiksha 42.100.000 41.500.000 46.500.000
Jumlah Kas Masuk 364.100.000 684.100.000 733.500.000
ALIRAN KAS KELUAR
1 Penyiapan Kantor 10.000.000 2.700.000 5.000.000
2 Peralatan 29.600.000 20.500.000 17.500.000
3 Sumber Daya Manusia 42.000.000 48.600.000 48.600.000
4 Bahan Baku 57.500.000 70.000.000 70.000.000
5 Seminar 5.000.000 5.000.000 5.000.000
6 Promosi 8.000.000 4.000.000 3.000.000
7 Laporan 3.000.000 3.000.000 3.000.000
8 Honor Pendamping 14.500.000 14.500.000 14.500.000
Jumlah Kas Keluar 169.600.000 168.300.000 166.600.000
SURPLUS/DEFISIT 194.500.000 515.800.000 566.900.000
SALDO KAS AWAL - 194.500.000 710.300.000
SALDO KAS AKHIR 194.500.000 710.300.000 1.277.200.000
URAIANTAHUN
50
Untuk menunjang kegiatan dan pelaksanaan program pada tahun
berikutnya maka kami perlu dirancang anggaran Inventasi dan modal dalam tahun
2016. Lebih jelasknya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 17Rencana Investasi dan Belanja Modal Tahun III (2016)
A. Sewa tempat promosi di Dps 1 5.000.000 5.000.000 5.000.000
B Peralatan
1 Note Book 1 7.500.000 7.500.000 7.500.000
2 ATK 1 paket 10.000.000 5.000.000 5.000.000 10.000.000
C. SDM
a. Manager 1 9.000.000 9.000.000 9.000.000
b. Sekretaris 1 7.200.000 7.200.000 7.200.000
c. Produksi 2 16.800.000 12.800.000 4.000.000 16.800.000
d Pemasaran 1 7.200.000 7.200.000 7.200.000
e
Administrasi dan
akunting 1 7.200.000 7.200.000 7.200.000
f Office boy 1 6.000.000 6.000.000 6.000.000
D. Bahan
a. Hasil Penelitian 10 paket 500.000 5.000.000 5.000.000
b Lontar 10 paket 2.500.000 10.000.000 15.000.000 25.000.000
c. Artefak 5 paket 1.000.000 5.000.000 5.000.000
d Tradisi 5 paket 1.000.000 5.000.000 5.000.000
e.
Buku/ majalah/ koran
tua 10 paket 500.000 5.000.000 30.000.000
E. Lain-Lain
a. Seminar hasil 1 paket 5.000.000 5.000.000 - 5.000.000
b. Promosi 1 paket 3.000.000 3.000.000 3.000.000
c. Laporan 12 eks 250.000 3.000.000 3.000.000
TOTAL 99.900.000 32.000.000 131.900.000
JumlahUraian Jumlah Harga/Unit DIKTI Undiksha
Honor Pendamping
Tabel 18
Honor Tim Pendamping Tahun III (2016)
No Nama Status Honorarium Sumber
1 Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd Penanggung Jawab
Rp. 2.300.000,- Undiksha
2 Drs. I Nyoman Jampel, M.Pd Penanggung
Jawab
Rp. 2.200.000,- Undiksha
3 Prof. Dr. Ketut Suma, MS Penanggung Rp. 2.200.000,- Undiksha
51
Jawab
4 Drs. I Wayan Mudana, M.Si Penanggung Jawab
Rp. 2.200.000,- Undiksha
5 Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA Ketua Rp. 2.200.000,- Undiksha
6 Prof. Dr. Wayan Rai, M.Si Anggota Rp. 1.700.000,- Undiksha
7 Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum Anggota Rp. 1.700.000,- Undiksha
Jumlah Rp. 14.500.000,- Undiksha
Total dana yang diperlukan untuk kegiatan tahun III (2016) yakni: 1) dana Dikti
Rp.99.100.000,- (sembilan puluh sembilan juta seratus ribu rupiah) dan 2) dana
Undiksha Rp.46.500.000,- (empat puluh dua juta seratus ribu rupiah). Sehingga
Total dana yang diperlukan adalah Rp.145.600.000,- (seratus empat puluh lima
juta enam ratus ribu rupiah).
6.3.10 Jadwal Kegiatan
Untuk mencapai target luaran tersebut maka disusunlah program beserta
jawal kerja sebagai pedoman Tim Pelaksana dalam mengimplementasikan usulan
ini. Pada penyusunan program kerja ini teerdapat masa jeda yang terjadi karena
menunggu pemasukan dana dari Dikti dan Undiksha.
Tabel 19
Program Kerja dan Jadwal
No Jenis Kegiatan
Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop
Masa Jeda Desember 2015 – Pebruari 2016 (Penjualan Tetap Berjalan)
Tahun III (2016)
1 Rekrutmen tenaga tambahan
2 Proses produksi
3 Pengembangan produk
4 Promosi dan penjualan
5 Laporan keuangan
6 Penulisan Laporan Kegiatan
7 Penulisan artikel
8 Publikasi ilmiah
52
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant merupakan salah satu
unit usaha yang bernaung di bawah Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas
Pendidikan Ganesha yang bergerak dalam bidang usaha jasa yaitu melayani
kegiatan konsultasi dan konservasi budaya. Bentukl layanan konsultasi budaya
yag telah dilaksanakan adalah lKonsultasi penelitian dan penulisan kebudayaan
Bali, Konsultasi tentang perluasan dan pemahaman kebudayaan Bali dari berbagai
aspek, Konsultasi kunjungan lokasi kebudayaan Bali yang insitu dan Konsultasi
nara sumber tentang kebudayaan Bali yang bersifat spesifik. Layanan yang lain
adalah penerbitan buku, artikel dan juga booklet serta diskripsi tentang
kebudayaan Bali yang sumbernya berasal dari hasil penelitian, lontar kuno dan
arsip-arsip budaya. Namun di awal keberadaan lembaga ini masih banyak
mengalami kendala terutma dalam sosialisasi program dan pemasaran produk
layanan yang masih belum begitu banyak dikenal. Oleh karena itu IbIKK BCCC
ini terus berbenah dan melaksanakan program yang telah direncanakan secara
maksimal memalui berbagai promosi baik melalui media cetak maupun
elektronik, sehingga kedepannya IbIKK BCCC ini bisa menjadi solusi dalam ikut
melestarikan dan memberikan pemahaman tentang Budaya secara umum dan
budaya Bali secara khusus. Peningkatan peran serta ini secara tidak langsung juga
bisa memberikan keuntungan kepada lembaga dalam rangka pengembangan
wisausaha di lingkungan kampus Universitas Pendidikan Ganesha.
7.2 Saran
IbIKK BCCC sebagai salah satu lembaga wirausaha milik kampus agar
terus didukung keberadaanya demi kemajuan dan realisasi program serta mampu
53
memberikan dampak positif bagi kemajuan lembaga dan masyarakat secara luas.
Oleh karena itu maka:
1) Lembaga Lembaga Pengabdian Masyarakat dan Lembaga Penelitian agar
bisa bersinergi untuk memberikan dorongan dan sekaligus bahan baku
produksi produk yang akan dihasilkan oleh IbIKK BCCC ini sehingga
program penerbitan buku dan artikel ilmiah bisa terwujud secara maksimal;
2) Lembaga turut membantu IbIKK BCCC dalam memasarkan hasil
produksinya dengan cara memberikan himbauan kepada seluruh dosen dan
mahasiswa untuk membeli buku-buku, artikel atau produk yang lainnya
supaya penjualan hasil produksi bisa maksimal.
54
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, N.B. 2001. Reformasi ke Arah Kemajuan yang Sempurna dan Holistik
Gagasan Perkumpulan Surya Kanta tentang Bali di Masa Depan.
Surabaya: Paramitha.
Atmadja, N.B. 2010. Genealogi Keruntuhan Majapahit Islamisasi, Toleransi dan
Pemertahanan Agama Hindu di Bali. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Covarrubias, M. 1972. Island of Bali. London: Oxford University Press.
Craib, I. 1986. Teori-teori Sosial Modern: dari Parsons sampai Habermas.
[Penerjemah: Paul S. Baut dan T. Effendi]. Jakarta: CV. Rajawali.
Danandjaja, J. 1980. Kebudayaan Petani Desa Trunyan Bali. Jakarta: Pustaka
Jaya.
Geertz, C. 1977. Penjaja dan Raja. [Penerjemah: S. Supomo]. Jakarta: Gramedia.
Geertz, C. 1999. After The Fact; Dua Negeri; Empat Dasawarsa, Satu Antropolog
[Penerjemah: Landung Simatupang]. Yogyakarta: LKiS.
Lauer, R.H. 1989. Perspektif tentang Perubahan Sosial. [Penerjemah:
Alimandan]. Jakarta: Melton Putra.
Ritzer, G. 1985. Sosiologi. Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. [Penyadur:
Alimandan]. Jakarta: CV. Rajawali.
Zeitlin, I. M. 1995. Memahami Kembali SosiologiKritik terhadap Sosiologi
Kontemporer. [Penerjemah: Tim Penerjemah]. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
55
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Produk
a) Buku “(NGABEN + MEMUKUR) = (TUBUH + API) + (UPARENGGA
+ MANTRA) = (DEWA PITARA + SURGA) (Perspektif Teori Sosial
Ketubuhan terhadap Ritual Kematian di Bali)”.
b) Buku “TAJEN DI BALI (Perspektif Homo Complexus)”.
56
c) Buku “PERTARUNGAN WACANA NGAMADUANG (POLIGAMI)
DALAM SENI GENJEK : PERSPEKTIF KEKUASAAN LINGUAL DI
BALI”.
57
d) Buku “MEMBONGKAR JARING KUASA, KEKERASAN, DAN
RESISTENSI DI BALIK PERKAWINAN NGAMADUANG
(POLIGAMI)”.
e) Buku “KULINER TRADISIONAL KHAS BULELENG”.
f. Jurnal Terbitan “BUTIR-BUTIR TERCECER TENTANG TRADISI
UNIK DI DESA-DESA BALI AGA DI KECAMATAN KINTAMANI –
BANGLI”.
58
g. Artikel “Deconstructing Gender Stereotypes in Leak”
Jurnal Komunitas 7 (1) (2015): 71-78. DOI: 10.15294/komunitas.v7i1.3597
JURNAL KOMUNITAS
Research & Learning in Sociology and Anthropology http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas
Deconstructing Gender Stereotypes in Leak
Nengah Bawa Atmadja1
, Luh Putu Sendratari2, I Wayan Rai
3
1,2
Sociology Education Major, Faculty of Social Science, Undiksha, Indonesia 3Sport, Health, and Recreation Education Major, Faculty of Sport and Health, Undiksha, Indonesia
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15294/komunitas.v7i1.3597
Received : January 2015; Accepted: February 2015; Published: March 2015
Abstract The belief of Balinese people towards leak still survive. Leak is a magic based on durgaism that can transform a person from human to another form, such as apes, pigs, etc. People tend to regard leak as evil. In general, the evilness is constructed in gender stereotypes, so it is identified that leak are always women. This idea is a power game based on the ideology of patriarchy that provides legitimacy for men to dominate women with a plea for social harmony. As a result, women are marginalized in the Balinese society. Women should be aware of so it would provide encouragement for them to make emancipatory changes dialogically. Abstrak Kepercayaan orang Bali terhadap leak tetap bertahan sampai saat ini. Leak adalah sihir yang berbasiskan durgaisme yang dapat mengakibatkan seseorang bisa merubah bentuk dari manusia ke wujud yang lain, misalnya kera, babi, dll. Leak termasuk magi hitam sehingga dinilai bersifat jelek. Pada umumnya perempuan diidentikkan dengan leak sehingga melahirkan asumsi yang bermuatan steriotip gender bahwa leak = perempuan. Gagasan ini merupakan permainan kekuasaan berbasis ideologi patriarkhi dan sekaligus memberikan legitimasi bagi laki-laki untuk menguasai perempuan dengan dalih demi keharmonisan sosial. Akibatnya, perempuan menjadi termarginalisasi pada masyarakat Bali. Perempuan harus menyadarinya sehingga memberikan dorongan bagi mereka untuk melakukan perubahan secara dialogis emansipatoris. Keywords: black magic; patriarchal ideology; woman marginalization; emancipatory movement. How to Cite: Atmadja, N.B., Sendratari, L.P., Rai. I.W. 2015. Deconstructing Gender Stereotypes in
Leak.JurnalKomunitas, 7 (1):71-78 doi: 10.15294/komunitas.v7i1.3597
© 2015 Semarang State University. All rights reserved Corresponding author : ISSN 2086-5465
Address: JL. Ahmad Yani, No. 67, Banyuasri, Buleleng, Bali
UNNES JOURNALS
E-mail: [email protected]
59
72 Nengah Bawa Atmadja, et al,Deconstructing Gender Stereotypes in LeakStereotype of Leak
INTRODUCTION The belief of Balinese people towards leak
still survives in their society until these days.
Leak is a magic practice which can result ina
person to be able to transform into other
form like rangda, celuluk, dogs, pigs, apes,
bicycle, cars, airplanes, carts, etc (Pekandel
and Yendra, 2013: 61-64; Kardji, 1993: 53-68).
This phenomenon is really interesting so
there are many people who study it. For
example, Pekandelan and Yendra (2010, 2012,
2013), Putra and Putra (2013), Subagia (2011),
Segara (2000), Kardji (1993), Atmaja (1993),
Pulasari (2013), Sumawa (2013),Yuddhianta-ra
(2008), etc. There are also literary works with
leak themes such as Ki Balian Batur (Supatra, 2012), Ki Gede Basur (Supatra,
2006), Calon Arang (Suastika, 1997), and so
on. In addition, Bali is rich of lontar (tradi-
tional document on lontar leaves) especially
about leak like Lontar Aji Pengleakan, Lon-
tarAji Pangiwa, Lontar Aji Wegig, etc thatare
kept in Gedong Kirtya in Singaraja and
Balinese Cultural Documentation Center in
Denpasar. Those various studies complete
each other in order to grasp a deep and com-
prehensive picture of leak. For example, the
methods to obtain pengleakan, types of leak
based on forms and mastering levels, the
processes of being leak, the danger of leak to
human, and the methods to overcome in
religious and magical ways. Although the study about leak has
been done so many times, leak is still in-
teresting to be studied academically. The
reasons are; first, the studies of leak focus on
the religious-magical approach with the
result that critical studies are neglected. Se-
cond, the issue of leak is really complex so
there are aspects that need deeper and more
comprehensive understanding. For examp-le,
gender stereotype of image that a person
who can do ngleak is generally identified as a
woman (leak = woman). This believe emer-
ges interesting questions to be studied criti-
cally, which are “What is used to legitimate
gender stereotype that Balinese woman =
leak?”, “Does this believe contain
ideologywhich leads to women
marginalization in Balinese society?” In order to answer these questions,
critical social theory is used; especially post-
culturalist which assumes that man and
woman relationship in a society is divided
into classes because there are imbalances of
authority in capital-economy, social, cul-
tural, symbolic, financial, and body which are
legitimated by ideology with the result that
their relationships have power dimen-sion
(Brooks, 2005: 69-137; Eagleton, 2007: 183-
219). The ideology which legitimates that
practice is patriarchy or phallusentrism. This
ideology isn’t visible because it is inside
human mind. In fact, it can also work sub-
consciously (Takwin, 2003: 96-101). Autho-
rity is not only represented in the form of
someone’s ability in determining a person’s
action by physical pressure, but also by lan-
guage which has ideology nature in which
language is the place where ideology resi-des
(Baryadi, 2012: 20). The relationship of
authority can be in the form of hegemony or
domination which is indicated by the use of
violence—physical, psychological, cultural,
or symbolic which leads to marginalization
of lower class by upper class or man to wo-
man (Lubis, 2014a: 157-199; Bourdieu, 2010; Barker, 2004: 61-64).
Based on this paradigm, it is hoped
that the issue can be answered deconstructi-
vely. The objective of this study is not only to
get the critical theoretical answer, but also to
grow critical awareness especially to wo-men
so that their position as lower class and the
image as leak can be minimized through
dialog and emancipatory approach. There-
fore, the relationship between man and wo-
man can be equal in a rwa bhineda manner. METHODS This research employed critical social theo-ry
approach so the objective was not only to
find the meaning of a visible social reality,
but also ideology or power act behind wo-
man image as leak. The references were text
books and literary works with leak theme like
Ki Gede Basur antara Asmara dan IlmuHitam
(Suparta, 2006) and Ki Balian Batur antara
Leak dan Titah Betari Danu (Suparta,2012);
and lontar, like Lontar Aji Pengleakan,Lontar
Aji Pangiwa, and Lontar Aji Wegig.Besides,
interviews were also done to some UNNES JOURNALS
60
sources who understood about leak like Wa-
yan Watra (Lecturer of Universitas Hindu
Indonesia). He also gave some reading sour-
ces to enrich the understanding about leak. The data from these sources were ana-
lyzed qualitatively by mean of deconstruc-
tion method (Noerhadi, 2013: 232’ Faruk,
2012: 172-232). By this method, the chance to
uncover the hidden, contradictive, and
internal inconsistent meaning in a text can
be optimal (Lubis, 2014: 2-26) either related
to denotative or connotative meaning (Bart-
hes, 2007: 82-89) in the context of Balinese
woman image as leak. The answers to those questions fo-
cused more to the aspect of niskala so the
validity, of course, could be debated in em-
pirically rational way. However, in post-mo-
dernism paradigm perspective, this idea can
be accepted academically. It is because in
studying a reality, post-modernism not only
stresses on deconstructionism, but also re-
cognizes the existence of pluralism and rela-
tivism of truth. Thus, tolerance in any form
of truth, including the truth from small nar-
ration is open as the way it is (Lubis, 2014: 2-
26). RESULTS AND DISCUSSION Balinese people’s believe about leak is clo-sely related to Hindu belief, that is tantrism (Surasmi, 2007: 41-57; Santiko, 1987: 218-219: Redig, 2007). That believe can be found in the mythology as follow; Dewi Uma who was cursed to become Durga Kardji (1993a: 13-32) and Segara (2000: 12-16)
show that the mythology of leak can be
found in the transformation story of Dewi
Uma to become Durga. This condition
started from the intention of Dewa Siwa to
test the loyalty of his wife, Dewi Uma. Dewa
Siwa pretended to be sick and needed the
one and only cure that was Cow’s milk. Siwa
asked Dewi Uma to descent to the mortal
world to get the milk. In her search, Dewi
Uma met a cow with its shepherd. Dewi Uma
asked for the milk. However, the shepherd
insisted that he could give it with the condi-
tion that Dewi Uma was willing to do sexual
Jurnal Komunitas 7 (1) (2015): 71-78 73 intercourse. Dewi Uma agreed to do it for her husband’s recovery.
When Dewi Uma gave the milk to Siwa, Siwa asked her how she got the milk. Dewi Uma claimed that the milk was ob-tained by asking to a shepherd freely. Dewa Siwa was furious since he knew that the way Dewi Uma obtained the milk was by doing sexual intercourse with the shepherd. Siwa knew it because he was the one who trans-formed (mesiluman) into the shepherd to test his wife’s loyalty.
When the fact was revealed, Dewa
Siwa cursed Dewi Uma to become Dewi
Durga and made her live in Gandamayu
graveyard. Dewi Durga protested by using
pengiwe. As the result, human being
wasattacked by plague. Siwa, Wisnu, and
Brah-ma tried to solve the problem by the
embo-diment of bang, telek, and barong
masks. This teamwork successfully
neutralized the plague made by Dewi Durga
(Segara, 2000). The embodiment of Siwa in
the form of ba-rong was positioned as the
opponent and atthe same time neutralized
the negative as-pect of Durga’s supernatural
power. Tanting Mas as the disciple of Dewi Durga The other mythology is the story of King Pa-
delengan. Unce upon a time, the king had a
twin son and daughter in the form of pi-glets
(kucit). To eliminate the shame, both of
them meditated in different places, which
were in Pura Dalem for the male kucit, and a
graveyard for the female kucit. Dewi Dur-ga
gave her pengiwe as her blessing to the
female kucit and she transformed herself into
a beautiful young girl named Tanting Mas.
On the contrary, the male kucit which
meditated in Pura Dalem received blessing
from Dewa Siwa in the form of panengen and
then he transformed into a man named
Tanting Rat. Both of them served in Dirah king-
dom. Tanting Rat was promoted to become
palace priest because he mastered ajipenen-
gen. Then he changed his name into
MpuParadah (Sri Mpu Baradah). While
Tanting Mas, because of her beauty, became
the con-sort of King Dirah. This marriage
61
resulted UNNES JOURNALS
62
74 Nengah Bawa Atmadja, et al,Deconstructing Gender Stereotypes in LeakStereotype of Leak = in the birth of a beautiful princess, Ratna Manggali. However, because King Dirah didn’t respect Tanting Mas and her daugh-ter, Tanting Mas was furious and then killed her husband by using ajipengliakan. Tanting Mas became a widow and appointed herself as the Queen with Walunateng Dirah as her title.
Although Ratna Manggali was very
pretty, there was no man willing to marry her
because they were afraid of her mother’s
pengliakan. Walunateng Dirah was very
sadbecause she was worried that her
daughter would be an old virgin. Walunateng
Dirah wanted to marry her daughter to
Erlangga, king of Kediri. Erlangga refused it
becau-se he was afraid to be leaked, which
made Walunateng Dirah really angry. She
released her anger by using pengleakan that
caused plague. Kediri kingdom was saved
because of Mpu Paradah. Walunateng Dirah
was kil-led while her daughter, Ratna
Manggali, and her men were pardoned and
were educated so they could walk on the
good path of life (Subagia, 2014; Kardji, 1993:
20). Leak as the representation of Durgaism Both mythologies present the image that Dewi Uma, Siwa’s Sakti after being cursed to transform into Durga and then lived in graveyard. Balinese people describe Durga as Rangda—having demonic facial feature like in Figure 1.
The description of Rangda like in pic-ture 1 has religious-magical meanings as fol-low: 1. A tongue as long as the stomach repre-
sents a continuous hunger and always wants to kill and eat her prey.
2. A flaming tongue means the symbol of
merciless magical burning. The oppo-
nents will definitely be burned magical-ly
which results in illness or even death.
3. Bulging and glaring eyes are the symbol of fury, cruelty, ruthlessness, selfishness, and believe that no one is able to surpass her ability.
4. Long fangs are the symbol of wild ani-malistic nature which is full of cruelty.
5. The flames above the head are the sym-bol of unrivalled supernatural power
lights (Ginarsa in Segara, 2000: 39).
Figure 1. Two models ofRangdaas manifes-
tation of Dewi Durga (Source: https://imag- es.search.yahoo.com/images/ downloaded on12 June 2014).
Dewi Durga in the form of Rangda is
worshiped in Pura Dalem—usually located
near graveyard. For that reason, it is not
surprising if Pura Dalem commonly decora-
ted with Rangda statue and/or keeping pra-
tima in the form of rangda as the symbol
ofworshiping for Dewi Durga. Pura Dalem as
a place for worshiping Dewi Durga is
believed as the center of ajipengeliakan.
63
UNNES JOURNALS
64
When the mythology and the charac-teristics of rangda are deconstructed, there is an ideology behind them, which is dur-gaism (Atmaja, 1993) or rangdaism. The ide-ology contains some ideas as follow: 1. Durgaism can result in woman’s beauti-
ful physical form to transform (masilu-
man) into mythical demon or others
likepigs, apes, dogs, etc. The transforma-
tion is also related to the character. For
example, from the character of a kind
and gentle woman into mythical demon
woman character which are hot-head-ed,
killer, selfish, cruel, vicious, savage,
ghostlike, fearful, etc. 2. This transformation is based on the
magical ability included in durgaism, which is pengleakan.
3. Durgaism which includes pengleakan is pengiwe, a dark art or black magic because it has potential to harm other people.
4. Durgaism as pengleakan can be ob-tained by worshiping Dewi Durga who is positioned as the queen of leak.
5. Pengleakan can be inherited or taught toother people by sisya for example.
6. Pengleakan as pengiwe is a magical tech-
nology for a woman to oppose man’s
hegemony and/or domination in life in
the society. The opposition can be in the
form of subduing a man by using witch-
craft or by using pengleakan destruc-
tively. For example, the widespread of
plague which results in massive death. 7. Pengleakan can be defeated by penen-
gen, a pure magic or white magic. Penen-
gen is the supernatural power of a man.
8. Penengen is not only able to defeat pengiwa, but also related to mercy tolead human being to leave the left path (kiwa, adharma, bad deeds), and direct them to the right path (tengen, dharma, good deeds).
If we pay attention to the idea above,
it will ensure Fiske’s opinion (2012: 207-216)– structuralism approach appears explicitly and implicitly that there is cognition struc-ture which binary oppose rwa bhineada, they are:
Jurnal Komunitas 7 (1) (2015): 71-78 75
Dewa : Dewi Purusa : Pradana
Purus (phallus) : Baga (vagina) Man : Woman
Siwa : Uma/Durga Barong: Rangda
Tanting Rat : Tanting Mas Paradah : Walunateng Dirah
Penengen : Pengiwe
Ilmu kanan : Ilmu kiri Pure Art : Dark Art
White Magic : Black Magic Leak Sari : Leak pemaron
Leak petak (white) : Leak badeng (black)Maintain : Destruct
High (Up) : Low (Down) Good : Bad
Right : Wrong
When we pay close attention to the
cognition structure which has rwa bhineada
deconstructively, we can see that the basis is
man’s gender, which is phallus or purus
which is opposed to woman’s gender, which
is vagina or baga. This differentiation is not a
problem regarding in tantraism, as well as
rwa bhineda as stated by Atmadja (2014),
Dewa (God) and Dewi (Goddess) are a
pairdialectically. Dewa is dysfunctional
without his sakti, Dewi. For example, Siwa as
the God of destruction can have a role
because of his sakti, that is Durga (Surasmi,
2007: 43; Pekandelan and Yendra, 2010: 8). Purusism Behind The Image of Woman= Leak The ideal idea that man and woman or dewa
and dewi are complementary is not in line
with its social text. It is related to the exis-
tence of fact that binary opposition between
man and woman which is being related to
various forms of other binary oppositions,
that are penengen and penggiwe and so on
will lead to good–bad, right–wrong, or
maintain–destruct judgment. Thus, the re-
lationship between man and woman chan-
ges to become not neutral. Man as the sym-
bol of penengen is associated with good and
right which in result has potential to keep
the harmony. In the contrary, woman as the
symbol of pengiwe is associated with bad UNNES JOURNALS
65
76 Nengah Bawa Atmadja, et al,Deconstructing Gender Stereotypes in LeakStereotype of Leak = and wrong which in result has potential to destroy the harmony.
The emergence of this idea is related to
the act of dominant ideology in Balinese
society, which is patriarchal ideology (At-
madja, 2010). This ideology has a very strong
effect to Balinese society. It is proven in the
fact that “….even God is managed in such
manner to legitimate the authority of pu-
rusa” (Atmaja, 1993: 38). Patriarchal ideolo-
gy is focused to male, considering that the
word purusa which means man is changed
into purus which means male genital (phal-
lus = purus). Thus, patriarchal ideology in
the context of Balinese society can be called
purus or purusism ideology. Purusism not only puts purus as
thesymbol to differentiate man and woman, but also puts purus as the symbol of man-liness or manhood to subdue woman as the opponent—stereotyped as a weak being (Endraswara, 2011: 241-244). Man’s virility is symbolized by erected or stand tall purus. Balinese call unerected purus as purus layu. Purus layu makes it not possible for a manto do sexual intercourse. Hence, erected pu-rus is not only as a symbol to manhood, butalso as a media to proof that he is a man that is able to subdue a woman (Umar, 2014: 78-79).
In connection with that, it is interes-
ting to mention that Balinese language calls
purus as celak. The word celak itself is
alsorecognized in Javanese language which
me-ans close or dekat. The use of the word
celak (close) for purus denotatively makes
sense because the erected purus has function
to bring something close, attach, or even
unite man and woman when they are doing
sexu-al intercourse. The equation of purus
with celak is not only means libidinal
closeness,but also closeness in the context of
authority using purus as the asset. By referring to Hayong (2013: xvi-xvii)
that “…. human being with his sexual nature
which is revealed in mind and manner de-
termines his existence”. It is not enough with
just in the form of doing celak to woman in
private space, but it is also necessary in the
public space. This effort needs ideology le-
gitimacy, which is purusism ideology (ce-
lakism) which is related to penengen whichmeans good and right. In the contrary, wo-man which is pictured to have pengiwe is a quality of bad and wrong. This idea legiti-mates man’s authority over woman, with the pretext if man doesn’t have control over wo-man, then woman will easily do cruelty and harm by using durgaism.
The general belief that leak is gene-
rally female makes Balinese women in the
position of “problematic and ambiguous”
(Faruk, 2012: 200). This means, woman in
Bali can be positioned as subject and object.
When she is positioned as subject, there is
consequence. That is woman is easily trap-
ped in durgaism which results in having bad
natures that have potential to destroy
human’s life by using pengliakan. When she
is positioned as object, woman, which is pic-
tured as durgaism, makes implication that
woman is positioned under the authority of
man. If woman is not controlled, the life’s
harmony will be disturbed. The strength of
purusism ideology influence makes Bali-nese
woman to be positioned as object rat-her
than subject. In connection with that, woman’s positioning as leak essentially in-
dicates that man makes woman as an object
with the pretext to create harmony for hu-
man being. Man’s action, making woman as an
object easily creates abuse. By referring to
Baryadi (2012: 35) abuse is not only in the
form of physical abuse, but also symbolic
verbal abuse—using language or words, and
symbolic nonverbal—using pictures, films,
performance, etc. The labeling that woman
can ngleak is basically a symbolic verbal
abuse. In the contrary, the description that
woman who can ngleak has the form of apes,
rangga, celuluk, and so on is a symbolic non-
verbal abuse. Both verbal abuses are probab-
ly taking place simultaneously. Verbal abuse
can become psychological physical abuse like
seclusion in society to woman who is
believed can do ngleak. Pengleakan As A Weapon For OppressedWoman Even pengleakan is opposed because of its destructive nature, pengleakan still must
66
UNNES JOURNALS
67
exist according to rwa bhineda—penengen is
meaningless without pengiwe . Even pen-giwe
is useful for woman. That is as a toolto
oppose oppression which is done by man
(her husband). Kardji (1993: 20-21) exp-lained
that there are some ajian to subdue man,
they are pengasren, pengerger, penga-sih-
asih, penangkeb, and pengleakan. Theseare
the sequence of actions that start from magic
which results in making man seeing woman
to look beautiful, then make him interested,
then falling in love, continues to woman
subduing the husband. When eve-rything
has been done well, murder will be done to
offer the spirit to Dewi Durga in the grave—
called aji wegid or pengleakan (Kar-di, 1993:
20-21). The option of the action is understan-
dable since the fact that oppressed woman
either structurally or culturally must be gi-
ven a tool to release herself. The tool is not
in the form of physical object. It is because
woman is not possible to use physical abu-se
to man. It is not only because physically man
generally stronger that woman—man’s body
is strong, but also, no less importantly,
because the application of purusism results
in cultural barrier for woman to oppose man
(her husband)—husband is superior and
must be obeyed. Not to mention the existen-
ce of Tri Hita Karana ideology that is applied
in Balinese society which compel human to
develop harmonious relationship to each ot-
her—that includes woman must be harmo-
nious with man. If the woman neglects it or
in the contrary—man is obedient to woman,
society will condemn her by gossiping that
the wife is accused to be able to do ngleak.
Thus, Balinese women are in a dilemmatic
position. That is if they do not oppose, it will
be difficult for them to get out of either cul-
tural or structural abuse. In the contrary, if
they oppose, disgrace or even physical abuse
can be easily befall them. In order to overcome this cultural di-
lemma, Balinese culture gives the way out.
That is providing pengiwe including penge-
liakan for woman. Pengiwe is a magical reli-
gious technology that is very important for
woman to overcome abuse that they are ex-
perienced. It is because, however, the avai-
Jurnal Komunitas 7 (1) (2015): 71-78 77 lability of pengiwe gives space for woman to
subdue or even eliminate a man quietly using
ajian pengleakan. By using penglea-kan, the
woman’s purpose to avenge theabuse is
accomplished well without causing disrupt to
the harmony of social system. Re-garding to
that, it is no wonder that Atmaja (1993: 43)
showed that it is acceptable for a woman to
use pengiwe including penglea-kan as long as
it is a reasonable option afterthe one
concerned received extreme politi-cal and
cultural pressures. Moreover, the use of pengiwe, in the
point of view of human nature which has
anger, becomes make sense the way it is. By
referring to Haryatmoko (2014: 59), anger is a
hidden power that operates in human being.
A person who is angry can do anyt-hing
unreasonably—anything to channel the
anger. In this context, Balinese woman may
become unreasonable in the context to
release herself from anger or structural and
cultural abuse which is done by man. The
application of this practice is by using peng-
leakan with hope that the objective is fulfil-
led. However, the risk is still exist because
the law of karma phala is still applied so that
the chance for the woman to get the retalia-
tion of her negative deeds for the thing that
she has done is exist—the hell’s door is open
the way it is. CONCLUSION Balinese people’s believe that leak is identi-
cal with woman is legitimated by mythology
that closely related to Hindu. It is also st-
rengthened by traditional stage performan-
ce like Calon Arang. Thereby, Balinese peop-
le see the mythology as something that is
true so they accept it as cultural text, either
cognitively or social practical in the society. That belief is closely related to
rwabhineda which regards man as upper
classgroups who has right to have control
over woman who is lower class. The idea is
also related to purusaism ideology as
dominant ideology in Balinese society. Man
rules over woman not only because woman is
in lower class, but also because woman has
poten-tial to disrupt harmony as the result of
the existence of durgaism. However, woman UNNES JOURNALS
68
78 Nengah Bawa Atmadja, et al,Deconstructing Gender Stereotypes in LeakStereotype of Leak = may use durgaism as a tool to release her-self from oppression, either cultural or so-cial, which is done by man. Durgaism in the form of pengliakan existentially is the tool for losers—woman- to oppose the person who has defeated her - who is man. REFERENCES Atmaja, J. 1993. Peran Wanita Sandiwara di Bali.
Dalam Jiwa Atmadja ed. Kiwa – Tengen dalamBudaya Bali. Denpasar: CV Kayu Mas.
Atmadja, N.B. 2010. Jogeg Ngebor Bali. Yogyakarta: Larasan.
Atmadja, N.B. 2014. Saraswati dan Ganesha sebagaiSimbol Paradigma Interpretativisme dan Posi-tivisme Visi Integral Mewujudkan Iptek dari Pembawa Musibah Menjadi Berkah bagi Umat Manusia. Singaraja: IbIIK Undiksha.
Barker, C. 2004. Cultural Studies Teori dan Praktik. Terjemahan Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wa-cana.
Barthes, R. 2007. Petualangan Semiologi. Terjemahan S.A. Herwinato. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baryadi, I.P. 2012. Bahasa, Kekuasaan, dan Kekerasan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Bourdieu, P. 2010. Arena Produksi Kultural sebuah Ka- jian Sosiologi Budaya. Terjemahan Yudi San-toso. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Brooks, A. 2005. Posfeminisme dan Cultural StudiesSebuah Pengantar Paling Komprehensif. Ter-jemahan S. Kunto Adiwibowo. Yogyakarta: Jalasutra.
Eagleton, T. 2007. Teori Sastra suatu Pengantar Kom-
prehensif (Edisi Terbaru). Terjemahan Harfiah Widyawati dan Evi Setyarini. Yogyakarta: Jala-sutra.
Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra Sebuah Penjela-jahan Awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fiske, J. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Terjema-han Hapsari Dwiniungtyas. Jakarta: PT Raja- Grafindo Persada.
Haryatmoko. 2012. Etika Politik dan Kekuasaan. Ja-karta: Buku Kompas.
Hayong, B. S. 2013. Membongkar Ketakutan Arkais, Menemukan Etika Seksual. Dalam Ampy Kali, Diskursus Seksualitas Michel Faoucault. Mau-mere: Ledalero.
Hendraswara, S. 2011. Metodologi Penelitian SosiologiSastra. Yogyakarta: Caps.
Kardji, I.W. 1993. Kiwa-tengen dalam Budaya Bali. Dalam Jiwa Atmadja ed. Kiwa – Tengen dalamBudaya Bali. Denpasar: CV Kayu Mas.
Karji, I.W. 1993a. Mistisisme dan Barong Bali. Dalam
Jiwa Atmadja ed. Kiwa – Tengen dalam Budaya
Bali. Denpasar: CV Kayu Mas.
Lontar Aji Pengliakan (Dokumen Gedong Kirtya Sin-garaja Asal Lontar Saking Griya Sangket Side-men Nomor IIIC/5889, Singaraja, 2008).
Lontar Aji Pangiwa (Alih Aksara Lontar tahun 1999tersimpan pada Kantor Dokumentasi Budaya Bali, Propinsi Daerah Tingkat I Bali).
Lontar Aji Wegig (Alih Aksara Lontar tersimpan padaKantor Dokumentasi Budaya Bali, Propinsi Daerah Tingkat I Bali, tanpa tahun)
Lubis, A.Y. 2014. Postmodernisme Teori dan Metode. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Lubis, A.Y. 2014a. Teori dan Metodologi Ilmu Pengeta-
huan Sosial Budaya Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Pekandelan, M.A. dan Yendra, I.W. 2006. Leak sariRahasia Kesaktian Mpu Paradah. Surabaya:Paramita.
Pekandelan, M.A. dan Yendra, I.W. 2010. Tadah KalaLahirnya Bhatara Kala Menimbulkan Mala-petaka. Surabaya: Paramita.
Pekandelan, M.A. dan Yendra, I.W. 2013. Leak Nga-mah Leak. Surabaya: Paramita.
Pulasari, J.M. 2012. Sihir Bali Kekatian Kiwa – Tengendalam Kanda Pat. Surabaya: Paramita.
Pulasari, J.M. 2013. Cakepan Alit Pengasih-asih Leak,Manusa Lan Dewa-dewa. Surabaya: Paramita.
Putra, I.G.K.M. dan Putra, G.S. 2013. Penangkal IlmuHitam (Ilmu Putih). Denpasar: PercetakanBali.
Redig, I.W. 2007. “Kata Pengantar”. Dalam I Gusti Ayu Surasmi, Jejak Tantrayana di Bali. Denpasar: CV Bali Media Adhikarsa.
Santiko, H. 1987. Kedudukan Bhatari Durga di Jawa Abad X-XV Masehi. Disertasi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Segara, N.Y. 2000. Mengenal Barong dan Rangda. Surabaya: Paramita.
Suastika, I.M. 1997. Calon Arang sebagai Tradisi Bali. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Subagia, J.M.M. 2011. Menyingkap Tabir Leak. Den-pasar: Yayasan Siwa Agung Jagadita.
Sunawa, I.W. 2013. Lontar Pengejukan Leyak. Sura-baya: Paramita.
Supatra, K. 2006. Ki Gede Basur antara Asmara danIlmu Hitam. Denpasar: Penakom,
Supatra, K. 2012. Balean Batur antara Leak dan TitahBetari Danu. Denpasar: Bali Post.
Surasmi, I.G.A. 2007. Jejak Tantrayana di Bali. Den-pasar: CV Bali Media Adhikarsa.
Umar, H.N. 2014. MendekatiTuhan dengan KualitasFeminim. Jakarta: Kompas Gramedia.
Takwin, B. Akar-akar Ideologi. Yogyarakta: Jalasutra. Yudhiantara, K. 2008. Leak Mayoga Dikala Purnama.
Surabaya: Paramit
69
h. Lontar Bali Islam
LONTAR BALI ISLAM
IBIKK BALINESE CULTURE CONSERVATION CONSULTANT
LEMBAGA PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2015
70
LONTAR BALI ISLAM
Lontar Milik : Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali
Nomor Lontar :Krama Selam
Dialih Aksara : Drs. Ketut Warkadea
Tanggal : 16 Juli 1992
Ukuran : 35 x 3,5 Cm 12 Lembar
IBIKK BALINESE CULTURE CONSERVATION CONSULTANT
LEMBAGA PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2015
71
BALI ISLAM
1a. Bismillah irohman irohim, bagian-bagian agama bali pada agama islam.
SINOM
1. Awal mula cerita, berdasarkan dari ajaran utama, bagian-bagian agama bali,
diceritakan pada dahulu, konon ada rsi putus (pendeta yang sudah tidak terikat
dengan keduniawian), di Gandhamanyu yang termasyur, kediaman beliau sangat
bagus, terkesan indah, oleh berbagai jenis bunga.
2. Tanaman Sang Pendeta, mencerahkan hati, di samping stana dewa, dikelilingi oleh
telaga, pekarangan asri, ada teratai berwarna-warni, serasa dalam mimpi, semua
menakjubkan disana, karena disebabkan oleh yoga beliau Sang Pendeta sakti.
3. Menuju sasih kapat ( bulan keempat berdasarkan perhitungan peritungan Bali
(antara bulan September-Oktober) -/-
2a. Pendeta membuat segala mahluk hidup, semua menjadi selamat, tiba-tiba ada yang
mendatangi, bidadari cantik, berasal dari Siwa Loka (nirwana), diutus oleh Bhatara
(dewa sebagai manifestasi penyelamat), menghadap sang Pendeta, sang Pendata
baru menyelesaikan yoga.
4. Sebagai tanda kesediaan, sang Bidadari mematuhi, keinginan dari pengutusnya,
untuk mendampingi sang Pendeta, membuat kebaikan semua mahluk hidup, ketika
sang Pendeta sedang duduk, di balai palyangan (balai tempat untuk bersantai),
bersenang-senang melihat tanaman, sehat tidak terkena penyakit.
5. Sang Bidadari mendekat, anggun jalannya seperti, pelan seperti enggokan gajah,
dengan hormat menghadap, ke tempat duduk sang Pendeta, jari-jari yang lurus,
2b. kuku panjang yang menyala, kulitnya kuning langsat, perhiasannya berkilauan
mengalahkan bulan.
6. Alisnya terbentuk indah, rambut lebat panjang kehijau-hijauan, matanya bersinar
terang, bentuk bibirnya indah, memang sangat cantik, serasa membuat linglung,
walau dicari tidak ada wanita yang menandingi, sang Pendeta dengan semangat
menyapa.
72
7. Berpura-pura bertanya, engkau berasal dari mana, apa tujuan kedatanganmu, sang
Bidadari menjawab, tuturnya pelan manis, baiklah hamba wahai Pendeta Agung,
orang dari desa, seandainya tidak keberatan, hamba meminta,
3a. menyerahkan diri.
8. Mengabdi kepada Pendeta, berkenan Pendeta mengabulkan, menuntun diri hamba,
yang masih kurang segalanya, itulah sebabnya sekarang, memohon perkenan
Pendeta Agung, sang Pendeta kemudian menjawab, idewa (engkau/adik) jangan lagi
berpura-pura, seperti kakanda di pertapaan.
9. Kakanda sudah tahu dengan jelas, dari hasil yoga sandhi, engkau memang bukan
orang biasa, penjelamaan Sang Pertiwi, disuruh mendatangi, menemani kakanda di
gunung, merawat segala yang ada, supaya semua isi dunia subur semua tidak
kekurangan apapun, selamat sampai nanti.
PANGKUR
1. Engkau sekarang yang melanjutkan, mewujudkan kebaikan yang utama, siddha
tapa sampun, sangat bersyukur menerima, terhadap permintaan bidadari yang tulus,
melaksanakan brata pandita (kewajiban pendeta), bertrisandya (sembahyang
menggunakan mantra Gayatri) setiap hari.
2. kukuh mengiringi di pertapaan, setia bakti membuat sang Pendeta senang, tidak
diceritakan lamanya, sang bidadari konon, membuat hati sang Pendeta senang,
karena sudah tiba waktunya, dari kandungannya terlahir dua putera.
3. dua anak kembar, tampan seperti Sanghyang Semara, diberi nama yang sesuai, di
rumahnya dipuji, anak yang pertama dijuluki i wiradnyana, yang kecil bernama
wiracitta, keduanya tumbuh dengan baik.
4. sekarang singkat cerita-/-
4a. kedua anaknya, sudah genap sepuluh tahun, pendeta kemudian berusaha ,
mengajarkan illmu pengetahuan kepada kedua putranya, kukuh mengikuti yang di
ajarkan, belajar sastra yang utama.
5. I wiradnyana menyebutkan, ilmu yang diberikan pendeta merupakan utama, i
wiracitta diajarkan, dengan berbagai jenis keahlian, nasehat pendeta suci, kewajiban
sebagai manusia, seharusnya menjadi tujuan utama.
73
6. Berdasarkan kebaikan yang tulus, menyucikan kekotoran dunia, menolong orang
yang kesusahan, tidak boleh menyulitkan orang, mengikuti jalan yang bernama
kebenaran, -/
5a. Oleh karena selama menjadi manusia, berbakti menggunakan berdasarkan
kebenaran.
7. supaya bisa berjalan seimbang, sekala-niskala (hal yang terlihat dan tak terlihat
secara kasat mata) keduanya, oleh karena tak terhitung, hutang kepada beliau, sang
anak i wiradnyana bertanya, satu persatu menyampaikan, tentang kemunculan semua
sastra.
8. hal yang buruk dan hal yang baik , antara mati dan hidup, kemudian sang pendeta
menjawab, tetap kepada norma yang ada, pasti terlaksanakanlah, hal yang ingin
dituju, memakai acuan catur desa, ada juga dengan sepulah cara.
9. yang lima adalah kemampuan, oleh bergabung menjadi satu, kemudian disanalah
kemudian,
5a. penyucian atma, hanya satu asalnya, tapi berbeda perbuatannya , yang buruk di buang.
10. mengabdi kepada tuhan, seperti itulah ajaran yang patut dicari, agar tidak salah
jalan, perbuatan yang dermawan perkokoh dengan tingkah laku yang baik, supaya
nanti dapat ditiru, memperoleh kedamaian yang utama.
11. dapat berupa berbagai bentuk, misalnya tergesa gesa menyebutkan diri sebagai
rsi, disanalah terlihat tinggi rendah, akan terlihat dari tingkah lakunya, berasal dari
siwa loka (alam surga), karena sejatilah, yang pantas dijadikan teman.
12. kemunculan -/
5b. Angkara murka, yang merusak tapa beliau sang rsi, oleh karena itu dia akhirnya jahil
, selalu mengolok olok, dan berteman dengan rakus dan ketamakan yang
mengikatnya, itulah angkara murka, kekuatannya yang mengikat.
13. kebenaran kasih tentang sayang, jangan membuat hidup terombang ambing, lupa
dengan kebenaran, mengumpulkan dosa, itu akan mendapatkan kekotoran, apa yang
ingin diketahui, itulah makna terlahir ke dunia.
74
14. sosok ayah dan ibu, disanalah tempat dimana kamu mencarinya, i wiradnyana
menjawab, baiklah pendeta hamba sangat bodoh, wejangan pendeta guru,
6a. hamba meminta bantuan, untuk menuntun pikiran.
15. kemudian pendeta guru mengabulkanya,agar tidak kalah dengan pengabdian
sang adik, kemudian i wiradnyana, berpamitan kepada pendeta, melaksanakan tapa
di gandarawati, konon merupakan gunung yang indah, sunyi dan hening.
16. kemudian berganti nama, bergelar pendeta brahma cari, ibunya sangat bangga,
sudah pada saatnya, kemudian pendeta dan istrinya mencapai moksa, pendeta
sujatinya adalah, bhatari hyang Giri pati.
17. dan istrinya kembali ke surga, oleh karena beliau adalah bhatari hyang pretiwi,
disanalah i Wiracitta, sangat -/
6b. Sedih pada dirinya, ditinggal oleh ayah dan ibunya, karena beliau bisa mandiri,
terbiasa meminta kepada orang tua.
DURMA
1. Kesedihan hati i Wiracitta di tinggal ayah ibu, kemudian berjalan tanpa tujuan,
tidak perduli dengan jalan yang membahayakan, kokoh memohon anugrah tuhan,
tiba-tiba di berkati, tempat pertapaan yang bagus.
2. dan mendapat wahyu untuk pergi kegunung balindu, apabila beliau membangun
tapa disana menjalankan kewajiban pendeta, apabila beliau sangat taat, pada
kewajiban pendeta, melaksanakan dharma.
3. Disanalah i Wiracitta akan diemput, pada waktu saatnya nanti, dengan
bersembahyang dan bakti,
7a. di samping tempat bertapa, Beliau sang Pendeta ketika menengok, jalannya
terhuyung, berjalan dengan tatapan kosong.
4. Tetapi terlihat di badan, setelah dekat dengan jelas, dengan sikap memelas,
kemudian sang Pendeta mendekat, serta bertanya kemudian, dari manakah, kamu
tumben datang kesini.
75
5. I Wiracitta menjawab sambil menyembah kepada Pendeta, baiklah hamba
adalah, anak Pendeta, dari gandamayu, kembalinya mereka ke nirwana, yang
membuat hamba, tidak memiliki orang tua sekarang.
6. Sang Pendeta dengan serta merta menjawab, sekarang ayah ingat, kakakmu
sekarang dimana,
7b. kamu anakku berada di tempat yang tepat sekarang, i Wiracitta senang
menghaturkan sembah bakti.
7. Anak sang pendeta sekarang sedang membangun tapa, yaitu di gunung gandara,
tetapi hamba sang Pendeta, menjadi manusia yang malang, masih kurang dalam
segala hal, berkenan, Pendeta Guru jangan meninggalkan.
8. semoga sang Pendeta berkenan menjadikan murid, hamba yang seperti
sekarang ini, menjungjung kaki Pendeta, hamba juga meminta, menolong
menerangkan dua sahadat, tentang arti sahadat, karena hamba belum tahu.
9. sang pendeta matanya berkaca-kaca, sebelum di tinggalkan, oleh illmu
pengetahuan, dua kali membicarakan pertanyaan semua, tetapi i Wiracitta,
8a. masih saja belum mengerti.
10. aturan-aturan menganut agama islam, pendeta kemudian berkata, baiklah
sekarang ayah, menerangan mengenai sahadat, tetapi janganlah kamu , menyesal
pada diri, memintalah anugerah tuhan.
11. karena itu merupakan kehendak tuhan, walaupun seperti kamu sekarang,
terlahir dari rahim yang sama , dengan ajaran yang sama sujatinya Ida Sang Hyang
Widhi, tidak mengabulkan permintaan yang sama pada setiap orang.
12. baik tidaknya adalah anugerah tuhan, oleh karena setiap sekarang, jangan
merasa diri, melihat kebaikan orang, dianugerahi bangsa yang makmur bisa
dihadapi,
8b.dengan caramu sendiri.
76
13. sekarang supaya kamu semangat, sepatutnya menghaturkan japa, berbuat yang
baik, melaksanakan tapa brata, kelak kamu menemukan, dengan bangsa , apabila
kamu kukuh menjalankannya.
14. kewajiban yang harus dilakukan sebagai manusia, ayah menasihatimu, tuhan
yang maha Esa, beliau sudah menjawab, permintaanmu dari sini, kalau mengenai
buruk tidaknya, sudah merupakan takdiran.
15. seperti inilah cara sembahyangmu, membersihkan mulut dan keramas
sebelumnya, disanalah baru kemudian, menghadap ke barat berkonsentrasi, Ida
Bhatara Utpeti, kedua telingamu, tutup dengan kedua tanganmu.
16. kemudian saat, -/
9a. Sang matahari terlihat, disanalah kamu kemudian, bersikap menundukan, kepala
sampai menyentuh tanah, artinya itu adalah kamu, kembali pulang ke dasar, apa
yang kamu cari.
17. kembali mendongak melihat ke langit, Sang Hyang sinuhun aji, itulah namanya
paran, kembali ayah menjelaskan, ada empat pujian pada pembuka disebut
kabaryakim.
18. yang kedua nenalyakim namanya, yang ketiga yang kamu lakukan disebut
inulyakim, terkhir keempat, disebut akhmalulyakim, diganti dengan tembang,
pangkur untuk menjelaskan.
PANGKUR
9b. 1. maknanya tiga jenis, sahadat, jati mutawak sebagai pembuka, kedua disana
kemudian, disebut alasitah, yang ketiga disebut sadankirah, seperti itulah
tahapannya, kamu yang harus lakukan.
2. separti inilah doa, sahadat itu kamu, disaat menolehkan kepala, mengucapkan
ashaaduk al illahlah, ilalah ullaillalah ilahi, adam mahasripin adam, jadikanlah
satu.
77
3. sipat dalan sipat jalal, bissmilah iruhaan mirahim, ayah mengartikanya terlebih
dahulu, biss berarti timur, mi itu fokus ke arah tenggara, lah fokus ke arah selatan,
ine fokus ke arah timur laut.
4. ngua fokus ke arah barat daya, ma fokuskan pikiran ke arah barat, eni fokus ke
arah utara, ngewaya ke arah barat laut, imyak fokus ke arah tenga, seperti itulah
agar kamu jelas tingkah laku beragama suci.
5. sangat tidak boleh irsya, karena membuat tujuh angkara murka dalam dirimu,
berwujud nabhi allah, artinya berwujud alla, Sang Hyang Widhi memelihara
dunianya itu, disebut dunia i awak, sangat sulit, kalau di hitung.
6. sama sekali tidak boleh melanggar yang memegang sahadat ini seperti kamu,
agar -/
10b. Agar tetap kukuh, tidak mengadu kopyah, kalau menyeselesaikan dengan
menungging dengan berdiri, belum jelas dengan sahadat,
7. pada akhirnya itulah dia, ketiga sastra itu, itu yang perlu kau perdalam lagi,
karena sesungguhnya ilmu tersebut brsifat dasar, yang empat hal itu kau lipat
menjadi empat lagi, agar berjumlah dua puuh delapan, dan akhirnya menyatu
menjadi satu.
78
i. Lontar Krama Slam
LONTAR KRAMA SLAM
IBIKK BALINESE CULTURE CONSERVATION CONSULTANT
LEMBAGA PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2015
79
LONTAR KRAMA SLAM
Lontar Milik : Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali
Nomor Lontar : Krama Slam
Dialih Aksara : I Made Sukanara
Tanggal : 4 Maret 1994
Ukuran : 35 x 3,5 Cm 24 Lembar
IBIKK BALINESE CULTURE CONSERVATION CONSULTANT
LEMBAGA PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2015
80
KRAMA SLAM
PUH: SINOM
1. Ada sebuah cerita,cerita kuna dari ajaran yang sangat mulia, tentang bangsa
Islam, dengan Agama Bali, asal mulanya dari dulu, ada Seorang Maharsi yang
sudah melepaskan diri dari keduniawian, sangat lunbrah di Gandamayu,
mengenai tempat pasramannya sangat megah nan indah, konon sangat
sejahtera dan indah, dengan dihiasi segala jenis tanaman bunga.
2. Tanaman beliau sang Pandita, sedang mekar mempesona, tempatnya di
sebelah gerbang tempat para Dewa, di hitari dengan sungai suci,
pakarangannya terlihat lebih tinggi, begitu pula bunga tunjung yang berwarna,
rasanya seperti mimpi, segala jenis ada di sana, itu disebabkan oleh tapa
beliau.
3. Ketika menuju Bulan November (sasih kapat), Beliau menciptakan segala yang
hidup, agar semua sejahtera, di sanalah tiba – tiba ada yang mendatangi,
seorang bidadari yang sangat cantik, Ia turun dari siwa loka, diutus oleh para
Dewa, mengabdi dengan sang Resi, Beliau sang pandita akhirnya,
menghentikan uncaran mantranya.
4. Itu sebagai tanda, bahwa sang Bidadari mau mengadikan dirinya, sesuai
dengan keinginan para Dewa, mengabdikan diri terhadap sang
resi,menciptakan segala yang hidup, Sang Pandita sedang duduk, di tempat
peristirahatannya, sangat terpesona melihat, semua tanaman utuh tiada
hama yang mengganggu.
5. Sang bidadari mendekati, sangat lamban langkahnya,, seperti langkah kaki
gajah, kemudian duduk mendekat, di hadapan Sang Resi, kukunya terlihat
panjang, perawakan badannya nyandat gading, wajahnya bersinar ibarat sang
rembulan.
81
6. Alisnya terlihat sangat indah, rambutnya panjang kehijauan, tatapan matanya
terlihat galak, kemudian gerak bibirnya mulai bangkit, memang keturunan
seorang yang mulia nan bijaksana,rasanya aunranya menebarkan rasa cinta
kasih, walaupun dibandingkan,dengan sang Hyang Ratihpun tidak dapat
melawannya, Beliau sang Pandita yang bijaksana langsung menyapanya
7. Dengan bahasa yang sederhana , Duhai Dewi dari manakah engkau, ada perlu
apa dirimu dating, sang Bidadaripun menjawabnya, dengan nada suara yang
pelan dan lemah lembut, Wahai Sang Pandita yang Maha Suci, yang tinggal di
desa, kalau boleh dikatakan salah, hamba sekalian ingin mempersembahkan
diri hamba.
8. Ingin mengabdikan diri kepada sang Pandita, semoga Sag Pandita
mengabulkan permintaanku, karena hidup hamba sungguh menderita, terlalu
bodoh dang serba kekurangan, oleh karena itulah sekarang, memohon
anugerah sang pandita yang maha agung, kemudian dijawablah oleh beliau
sang Pandita, duh Dewi janganlah engkau, merasa heran dengan keadaan di
tempatku ini.
9. Aku sudah sangat mengerti betul, dari jalan yoga yang tela ku laksanakan,
engkau memang sungguh berwibawa, ibarat beliau Sang Hyang Ibu Pertiwi,
yang meyuruhmu dating kemari, menemani diriku di sini, mepersiapkan
dsegala hal, agar semua bahagia dan sejahtera, seisi jagat raya ini sejahtera
sampai kelak nanti.
PUH: PANGKUR
1. Sekarang usahakanlah, agar mampu melaksanakan yang namanya yasa
dan kerti yang sangat utama, Beliau Sang Pandita-pun, sangat merasa
bangga dan mau menerima, semua permohonan Sang Bidadar yang
82
sangat tulus, melaksanakan tapa Brata Sang Pandita, dengan
menguncarkan Puja Tri Sandya setiap harinya.
2. Sang Dewi sangat tekun mengabdikan dirinya, setia dan berbakti yang
membuat hati sang pandita zselalu meras senang, singkat cerita,
ceritakanlah sang Bidadari, telah menikah dengan beliau sang Pandita,
sudah lewat beberapa bulan, akhirnya ia hamil yang melahirkan dua orang
anak.
3. Anak laki – laki kembar, ibarat beliau Sang Hyang Smara, tingkah
perilakunya sangat setia, selalu dipuji di dalam asrama, Putra yang
pertama bernama Sang Waradnyana, Putra yang kedua bernama Sang
Wiracita, perawkan keduanya tinggi dan tegap.
4. Sekarang singkat cerita, kedua Putranya tersebut, sudah berusia sepuluh
tahun, Sang Pandita mulai membimbing mereka, mengajari kedua orang
putranya, tekun dan giat belajar, belajar ajaran sastra yang maha Utama.
5. Wiradnyana mempelajari, ajaran Weda yang diberikan oleh Sang Pandita
sakti, sedangkan Wiracita diajari, ajaran sastra kitab Kor’an, demikian
wejangan sang pandita, tingkah laku menjadi manusia, sudah seharussnya
selalu membelajarkan diri.
1. Melaksanakan ajaran dharma, dan senatiasa menolong yang sedang
kesusahan, ajaran Dharma Usada(ilmu Pengobatan) perlu dicari, karena
hanya itulah yang menjadi obatnya, jika segala macam penyakit yang
timbuul, tetapi memang tidak bisa dipungkiri, ketika melaksanakan ajaran
dharma itu sendiri.
2. Agar bisa menjadi bagus, di sekala maupun niskala itu yang perlu kita
rnungkan, karena segala macam kesengsaran sangatlah banyak, hutang
kita terhdap beliau, kemudian Wiradnyana pun berkata, banyak hal yang
perlu ditanyakan, mengani bagaimana wujud sastra yang utama itu.
83
3. Ibarat penjelamaan seorang ayah dan ibu, itulah yang perlu dicari didalam
hati da perasaan kita, Wiradnyana berkata, dan mohon pamit kehadapan
Sang Pandita, untuk melaksanakan tapa di gunung Gandarawati, katanya
gunung tersebut sangat indah, dan suasanya sangatlah tenang nan
hening.
4. Kemudian berganti nama,menjadi Sang Pandita Brahmacari, ibunya
merasa dengan dirinya, karena sudah sesuai dengan perjanjiannya,
kemudian Sang Pandita suami istri moksah, yang laki – laki menjadi Hyang
Girpati.
5. Yang istri kembali menjelam 83ea lam, sebagai Bhatari hyang Pratiwi,
ceritakan putranya Wiracita, terlihat sangat sedih dengan keadaan
dirinya, ditinggalkan oleh kedua orang tuanya, karena ia merasa belum
sepantasnya ditinggalkan, masih perlu bimbingan dan tuntunan orang
tuanya.
PUH: DURMA
1. Hati dan peraasan iracita sangatlah sedih, ditingalkan oleh kedua orang
tuanya, tindakannya tak tentu arah dan tujuan, tidak menghiraukan jurang
yang dilaluinya,begitu sedih mengharapkan anugrah dari Tuhan, siapa tahu,
mampu terwujud keinginannya itu.
2. Disebutkanlah ada sebuah gunung yang bernama Gunung Balendu, tempat
beliau , di sananlah Ia melakanakan tapa, Sang Pandeta Resimuka, Beliau
sangat ahli, dalam bidang kepanditaan, senantiasa melaksanakan darma.
3. Disanalah akhirnya bertemu Wiracita, kemudian akhirnya, Wiracita
menghaturkan sembah, di samping tempat bertapa Sang Resi, Sang Pendeta
pun meliatnya, tingkah lakunya sedikit kebingungan, Sang Pandita mendekat,
tidak ada yang mempunyai daging
84
4. Tetapi didapatkan di dalam dirinya, setelah terlihta jelas, tidak lagi merasa
kebingugan, Sang Pandita kembali mendekatinya, sambil berkata dengan
lembutya, dri mana kah dirimu, kenapa tumben dating kemari.
5. Wiracita kemudian menghaturkan sembah dan berkata, Baiklah Sang Pandita
perkenalkanlah hamba ini, Putra Sang Pandita, dari Gandamayu yang telah
moksah, bersama dengan Ibu hamba, yang akhirnya membuat hamba,
sekarang menjadi anak yatim piatu.
6. Kemudian Sang Pandita Rsimuka berkata, Duh,,baru ku ingat sekarang tentang
dirimu, lalu dimanakah kakakmu, kalau tidak salah, engkau adalah anak dari
guruku, Wiracita, kemudian menghaturkan sembah bakti.
7. Kakaku sekarang sedang melaksanakan tapa brata, bertempat di Gandarwa,
tetapi beliau sangat serba kekurangan, karena masih banyak yang belum
diketahui, Yang beliau harapkan, sang pandita guru telah tiada.
8. Duhai Ratu Sang Pandita berikanlah anugrah, diriku ini sekarang,
mengahturkan sembah di hadapanmu, diriku ini meohon padamu, mengenai
isi dari yang namanya sadat tersebut, begitu pula dengan arti sadat yang
sesungguhnya, karena sejatinya diiku masih belum mengerti.
9. Kedua mata Sang Pandita Resimuka terlihat berkaca – kaca, karena didatangi,
oleh Sang Putra Resi Yang Maha Agung, serta juga membicarakan, semua yang
disampaikannya, oleh Wiracita, sepertinya tiada isi.
10. Mengenai tata cara memeluk agama Islam, Sang pandita memberitahunya,
baiklah sekarang dengarkanlah, aku akan mengajarkannmu tentang syahdak,
tetapi janganlah dirimu merasa pesimis, selalu memohon anugrah dari Tuhan
Yang Maha Esa.
11. Oleh karenanya Karma itu disebut sebagai takdir,walaupun seperti dirimu kini,
lahir kedunia sendirian, mungkin ada perbuatan terdahulu yang salah,
85
sekarang Beliu yang di atas, tidak membatasi umur kita di dunia, namun kita
semua selalu memohon dan berdoa kehadapan-Nya.
12. Baik dan buruk beliau yang memberikan semuanya, maka oleh karenanya
sekarang, janganlah mempunyai perasaan iri hati, karena orang lain juga
mempunyai hak dan batas kebenaran dalam dirinya, diberikan tempat yang
sama, mampu menyelesaikan segalanya, hingga akhirnya mendapatkan yang
namanya kebenarannya.
13. Sekarang agar engkau tekun mengerjakan, sudah seharusnya kebenaran itu
engkau lakukan, laksanakan ajaran dharma, melaksanakan tapa brata, maka
pasti suatu saat nanti kau akan mendapatkan, yang namanya keutaman dalam
hidup ini, kalau engkau mampu tekun melakukannya..
14. Berbuat kebenaran dalam kehidupan ini, aku memberitahumu lagi, Beliau
Tuhan Yang Maha Esa, Beliau sudah mempersiapkannya, segala yang kita
mohon dari sini, kalau baik dan buruknya, sudah ditulis dan dan ditakdirkan
seperti layaknya ditulis di atas besi.
15. Beginilah wahai adiku tigkah laku dalam besembahyang, awali dengan
membersihkan mulut dan mencuci muka, etelah itu barulah kemudian,
menghadap ke barat daya, Disana Stana dari Dewa Bhatara Brahma, kedua
telinga tutup dengan kedua tangan kita.
16. Setelah tenggelam matahari dari penglihatan kita, setelah itu barulah kit bisa,
duduk sambil menundukan kepala, kepala menghadap ke tanah, makna dari
semua adalah, pulang ke sumber asalnya, karena memang itu yang kita cari.
17. Setelah itu lagi menoleh ke langit, memuja Tuhan Yang Maha Esa,itu namanya
untuk mendekatkan diri kita, sekarang lagi aku menjelaskan kepadamu,
pemujaan itu ada empat, yang paling terakhir, itu disebut dengan Kabar
yakim.
86
18. Yang kedua disebut dengan anelyakim, kemudian yang ketiga, disebut dengan
inul yakim, itulah yang keempat, disebut dengan atma lulyakin, itulah yang
perlu engkau ingat, janganlah engkau memungkirinya.
PUH: PANGKUR
1. Arti dari kelima pasal itu adalah, syahdak seharusnya syahdat yang berarti
memulai, yang kedua memakai, yang disebut dengan awasitah, yang ketiga
disebut dengan sadat kirah, itulah namanya, begitulah sejatinya,perhitungan
dari ajaran agama suci itu,
2. Beginilah cara melakukannya, mengenai syahdat itu, disaat kepalamu
menoleh, ucapkanlah ashadu allah ilahailallah washaduana mohammbadur
usaellallah alahu maselliala mohammad iku, adamma asrepin adam, mu’min
itu Cuma satu adanya.
3. Sift jalan dan sift jammal, itu adalah bismialahi rwathmani rrahim, sekarang
aku akan mengartiannya, bi situ berarti arah sujudnya ke timur,, semi itu
berarti ke arah tenggara, kesanalah engkau bersujud, sementara lah berarti
arah sujudnya ke selatan, dan I berarti menghadap kea rah timur laut
sujudnya.
4. Dan rwah sujudnya menghadap kearah barat daya, heman berarti sujudnya
menghadap ke arah barat, ni berarti mbersujudkearah utara,rah berrti
bersujud ke arah barat laut, sementara im yang paling terakhir bersujudke
arah tengah, itulah yang perlu engkau ingat agar benar - benar
paham,mengnai tingkah laku dalam memeluk agama suci itu.
5. Jangan sekali kali sampai lalai, karena engkau ibarat menggenggam tujuh
lapisan dunia, yang berwujud sebagai Nabi Allah, itu juga berarti sebagai pra
allah, Tuhan Yang Maha Esa-lah yang menjaga alam itu, alam yang ada di
dalam diri kita sendiri, sangat sulit sekali untuk membicarakan dan
menghitung hal tersebut.
87
6. Tidak bisa menjadi teman, yang memegang sadat sepertimu, karena agar
benar – benar jelas dan benar jalannya, serta perlu juga memakai peci, juga
posisimu agar duduk berlutut sambil bertimpuh, kalau belum paham dengan
yang arinya syahdat, belum boleh melakukannya.
7. Pada akhirnya hanya itulah, tiga al ajaran sastra itu yang menjadi dasarnya,
tentang semua hal yang kau kerjakan di sana, karena ilmu itu bersifat
mendasar, yang empat itu kau lipat lagi menjadi empat kali, menjadi dua
puluh delapan hitungannya, kembali menjadi satu.
8. Disanalah baru selesai tahap tapa bratanya, kemudian lahirlah ia yang disebut
degan I Bresanji, yang tiga hal tersebut itulah disebut dengan catur, itu yang
kita pakai untuk menghitungnya, setelah semua lengkap hitungannya menjadi
tiga ratus, gitunglah ia siang dan malam, yang empat hal itu lagi kembali
ulang.
9. Itulah sebabnya mengapa agama itu ada, hanya ada empat lebaran yang
benar, ada lagi yang perlu aku sampaikan, mengenai tigkah laku melubangi
tanah,pasal dua tentang penyadatmu di sana, mengenai tata cara
melaksanakan pemakaman di tempat makam, tekunilah untuk bisa kau pakai
nanti.
10. Bongkarlah tempat pemakaman itu, yang kedua jika engkau bersungguh –
sungguh, pergunakannlah I saha di sana, sebaliknya jika engkau ingin
mengetahuinya, pagi – pagi buta semua krabatnya, yang meninggal yag sudah
dimakamkan, agar bersedia untuk menengoknya.
11. Membawakannya sebuah gulungan sirih kapur (lekesan), hanya satu di sana
yang paling benar, malaikat yang menunggu di sana, para nabi
mendatanginya, yang ketujuh nabi itu menjadi tiga dan berwujud siwa dan
akhirnya pergi, begitulah eposnya/riwayatnya, sekarang ada lagi yang ingin ku
ceritakan padamu.
88
12. Di saat menjelang bulan puasa, sastranya terdiri dari Sembilan bagin,
gabungkanlah menjadi satu, yang tertuju Nabi Allah, hanya satu yang kuasa
atas dan bawah, menjadi Sanghyang Surya, Beliaulah yang di sana berstana.
13. Wiacita-pun mengiutinnya, sesuai dengan semua wejangan yang diberikan
oleh Sang Pandita, suda disimpan di dalam hatinya, kemudian ia pun
bersalaman, tidak diceritakan bagaimana perjalanannya, sampai di rendang
Baktiar, Wiracita melanjutkan.
14. Melaksanakan puji ikmat, karea beliau sudah terbiasa mengaji, semua ajaran
agama itu, suda mampu diresapi dan dikuasainya, di snalah akhirnya ia
dijadikan sebagai penghulu, karena ia mempunyaiaura bagus,seperti
bertumpuk bersusun dua.
15. Hanya beliau yang merencanakan, naun terlihat keliru karena terlebih dahulu
dipotong, susunan yan satu, itulah yang menjadi tempatya, berwibawa
layaknya beliau Sanghyang Maluhur, ketika menuju hari raya, menghaturkan
sembah disertai dengan manisan.
PUH: DANGDANG
1. Bismillah hirrahmanirahim, serta menyebut allaham dulillah, alamin hirabbil,
syukur dan selamat,terima kasih atas atas anugerah dari mu Tuhan, disertai
berkat sepahat, mendalami ilmu, nikmat sampai dengan dunia akhirat, yang
kedua memuja terhadap Sang Nabi, sebagai akhir dari pemujaan itu.
2. Pemujaan yang ketiga itu, terhadap empat malaikat yang menjaga, yang
merencanakan segala yang ada, ditunjukkanla jalan yang benar, sedia
menciptakan kesejahteraan, diturunkan di dalam alkur’an, yang terdapat di
adil dalil ke dalapan, yang sudah dibinasakan di Jawa, maafkanlah yang tuna
budi, yang sangat kurang dari segalanya.
89
3. Tidak mengerti dengan puja sembah, sadat sunat sangat perlu dilaksanakan,
melaksanakan sipat sebanyak dua puluh kali, pahamilah gama itu, jika di dalm
diri kita belum memahami sepenuhnya, mengenai haram dan halal, lahir dan
batin, juga di dalam memberikan ceamah, karena beda agama itu diciptakan,
oleh Beliau Yang Maha Mulia.
4. Sebagai tanda mulai ku menulis, waktu magrib dengan waktu isa, begitu pula
saat melakukan juma’tan, disaat tanggal dua puluh lima, bulan itu dijadikan
kaedah,itu yang djadikan sebagai perhitungan waktunya, itulah jalannya,
tujuh satu cerita, masa allah, ketika sahabat Nabi, disaat bulan oktober
dijadikan sebagai pedomannya.
5. Umar usman abubakar ali, memohon ilmu terhadap Muhammad Nabi, sesuai
dengan perkataan sahabatnya, Tuan, ingin menayakan hal, baiklah
menurutmu apakah arti dari angin, bumi api dan juga air, sang Nabi
menjawab, arti dari angin itu adalah nafas, nafas itulah yang selalu keluar dan
masuk di dalam diri kita, melalui rongga tubuh kita
6. Nafas sebagai titipan dari Tuhan, jikalau nafas selalu ada, merupakan tali dari
semua kehidupan yang ada di dunia ini, itulah yang menyebabkan hidup, dan
mengenai arti dari air itu adalah, sujud terhadap Tuhan,mengnai air yang ada
di luar, dan yang turun dari langit, keberadaan tidaklah rata adanya, itu air
hidup namanya.
7. Membuat segala yang ada menjadi tumbuh, yang berarti itu sangat berbakti
kepadaNya, tidak pernah melupakan kuasa dan Anugah-Nya, begitu pula asal
muasal dari bumi pertiwi ini, jika bumi tanpa air akan membuat bumi menjadi
kering dan menyengsarakan, membuat dunia menjadi tidak nyaman,itu
berarti bahwa tidak bisa memberian kenyamanan, dan merasa takut terhadap
beliau, dengan adanya air dalam kehidupan, itu membuat keidupan ini
menjadi abadi.
90
8. Bumi itu menjadi tempat melakuan bakti, terhadap beliau Yang Maha Agung,
menjawablah para sahabatnya, dimanakah engkau tuanku, berasal dari
apakah nyawa ini, menjawablah Sang Nabi Duta, itu berasal dai api, ia yang
menjadi asal dari nyawa tersebut, karena roh tu bagaikan api yang mampu
menerangi yang gelap menjadi terang, dan kemudian pada akhirnya roh itu
akan menghilang.
9. Bumi ini tempat untuk melakukan persmbahyangan, sebagai nyawa rohani
namanya, yang berani rohani, tidak lepas dari kewajiban kita, terhadap Beliau
Tuhan /Allah, tidak boleh putus, menghadap ke arahnya, selalu tekun
bersujud kepadanya, kalbu numin betallulah itu namanya, ingatlah selalu dan
janganlah melupakannya.
10. Kalau tidak mengikuti arah dari angin itu, nyawa itu menjadi roh iawani, yang
berarti itu roh iwani, melakukan sembah bakti dengan tekun, kehadapan
Allah/Tuhan yang maha Esa, serta asal dari air yang suci tersebut, disertai
dengan bersujud, roh rubani nyawa tersebut, artinya cahaya suci yang sangat
utama, dari mahluk yang berakal.
11. Jika tidak memahami tentang sabda Nabi, apapun perbuatan itu menjadi tidak
berharga, walaupun sudah benar tujuan dan harapannya, tidak akanada
hasilnya, tidak ada Nabi yang dapat dijumpai,walaupun sudah lelah, tetapi jika
tidak ada rasa sujud syukurnya, sujud itu tidak ada artinya, namun jika semua
itu dilakukan dengan sungguh – sungguh dari dalam hati, akan Nampak dan
tergambar dengan jelas semua sabda dari Beliau.
12. Para Nabi itu sesungguhnya sama seperti diri kita, semua orang di dunia
menyembahnya, distanakanlah beliau di tempat yang paling agung, semua
orang menjunjungnya, dipersembahkanlah canang suci kehadapannya, karena
beliau memang dewa sesungguhnya, dewa yang ada di dalam hati kita, seperti
matahari wibawanya, surya yang berwujud tunggal, bumi ini satu dan
matahari itu juga satu.
91
13. Janganlah merasa lebih hebat dari Beliau sang Nabi, tidak lah ada orang yang
boleh berbuat seperti itu, karena beliau Dewa yang maha tau, beliau disebut
dengan nama Kalibumi, oleh karena itulah sebabnya, beliau disebut dewa,
yang berwujud di dalam dirinya, dewa itu bukanlah sebuah permata bagi
manusia, karena jika manusia itu sudah berlimpah dengan harta, maka tidak
pernah dewa itu diingatnya,
14. Beliau Sang kalibumi sangatlah sakti, dan wajahnya mampu menyerupai
segalanya yang diinginkan, berbagai macam rupanya, mampu berubah
menjadi wanita maupun laki – laki, tua muda penjelmaanya, bagi orang yang
tidak mengerti apa – apa, maka itu cukup disebut sebagai Dewa, namun
sesungguhnya itu tidaklah dewa, karena mampu bersiluman menjadi berpuluh
ribu macam rupa, dewa itu agar dipahami keberadaannya oleh manusia.
15. Jika tidak mengetahui dengan ajaran sastra, maka tidak akan mengerti dengan
keberadaan dewa, apa yang disebut dengan sabda carik, apa yang disebut
dengan sabda wisah, serta apa yang disebut surang maupun cecek, dan juga
apa itu yang disebut suku nania, itulah sesungguhnya sabda dari rasul, semua
itu merupakan sabda dari Beliau, oleh karena itulah engkau janganlah
mengabaikan berita/ajaran, yang termuat di dalam kita doa tersebut.
16. Jika sebuah lingkaran yang belum terisi penuh, penuhilah dengan cara mengaji
dan berdoa, tidaklah percuma semua permohonan itu,ibarat orang dusun,
kalau semua itu dilakukan dengan sekedar, tidak akanbisa menghindari
kesengsaraan, dari tingkah laku tersebut, karenapengetahuan itu ibarat langit,
hanya sekedar pikiran dan perkataan itu tidak diwujudkan,maka japa dan
pujapun tidak berjalan.
17. Tuhan Yang Maha Esa selalu begerak didalam dunia ini, Beliau sudah
berwujud dua, permohonannya tiada akan berarti, jika semua iu dilakukan
dengan cara yang salah, fokuskanlah segala harapan itu menuju kebenaran,
karena menurut sabda, sabdanya yang sudah seperti ituadanya, seperti
92
perkataan Beliau Dalem garba, dahulu begitu pula sabda dari Nabikepda
umatnya, yang selalu memperhatikan ucapannya itu.
18. Janganlah menganggap bahwa dewa itu satu wujudnya, karena sesungguhnya
dewa itu tiada berwujud, ada dewa di dalam pikiran, karena itulah dewi yang
sesungguhnya, dewa yang berstana di atas langit, di langit ketujuh, disana
tempat Sang Hyang Suksma, itulah yang sepatutnya selalu diingat di dalam
pikiran, di alam sunia tempatnya.
19. Jika engkau ingin mengetahui bagaimana perkataannya, dimana mengambil
sebuah bunga, di taman apa namnya, bunga apa yang itu dipetik, kawangine
dimana kah dipakai, itulah yang perlu diketahui, ada sebuah taman yang indh,
yang diitari sungai, berhiaskan emas,di sana juga dijaga oleh bidadari, itulah
sebabnya air itu perlu dipelihara dan dijaga keberadaannya.
20. Jika tidak tahu dengan asal muasal dari keihidupan ini, janganlah
memungkirinya dengan japa dan pemujaan, untuk mengikat dosa yang agung,
melakukan dosa semaunya, singa barong dan macan akan ditemui, segala
keburukan segala ular belang, keldai dan juga senuk, kacil sapi semua galak,
itu disebabkan karena dosa yang telah dilakukan,
PUH: SINOM
1. Ada sebuah cerita yang ditulis, perkenankanlah hamba untuk menceritakannya,
dengan menyebut nama Allah, bertanyalah kepada Kiyayi, berapa sebenarnya
jumlah dari Nabi tersebut, berapa pla jumlah dari anaknya itu, itu merupakan
hal yang utama, kemudian sekarang siapa sajakah mereka.
2. Dari mana asalnya mereka, akulah yang mengetahui sebenarnya itu, tentang
kebenaran semua anak – anaknya, berapa sebenarnya dari jumlah Nabi
tersebut, yang ada di dalam diri, berapakah Brahala tersebut, itu yang perlu
engkau ketahui anakku,
93
3. Pilih lah secara adil dan bijaksana, untuk menentukannnya, karena teman bisa
saja menjadi musuh, yang membahayakan dan bisa mematikan juga, dengan
senjata sebuah gada, anjing babi dan gagak, itulah binatangnya anakku, karena
hal itu perlu kau memahaminya.
4. Kalau tidak mengetahui semua itu, tidak aka nada gunanya semua yang
dilakukan, begiu pula kotbah yang dilakukan, puji sembah itu pula tidak berarti,
tidak ada jalan menujunya, selalu berbuat yang sekedar saja, santri namanya,
tidak mengetahui jalan menghadapnya, yang demikian hanyalah penganut Islam
yang hanya sekedar.
5. Karena sesungguhnya Nabi itu satu adanya, ibarat pura yangbegitu banyak,
demikianlah sesungguhnya Dewa itu, adapun semua jumlahnya, berjumlah tiga
puluh tiga, di semua pura Hyang Agung, demikianlah sesungguhnya Tuhan itu,
engkau belum menyadari dan belum mengerti, mengenai keutamaan menjadi
seorang santri yang utama.
6. Kalau memang benar memahaminya, kalau belum menemukan jalan menuju
moksa, diimbangi oleh pemahaman terhadap ilmu, ilmu yang benar dan positif
di dalam kehidupan, karena menurut Sabdanya, tentang hal menuju ahert, kalau
tidak memahami akan mendapat hukumannya di aherat.
7. Memuji dan menyembah, itu merupakan sembah yang utama, karena tidak ada
nabi yag lain, kalau disebut banyaknya, hanya namanya saja yang berbeda,
sesungguhnya tidaklah demikian, ibarat seperti bintang, pastinya ebingan bagi
setiap orang yang memandang langit, karena begitu banyak bertebaran dan
tidak ada perbedaanya.
8. Kalau tidak memiliki ketenangan, itu bukan disebabkan oleh kapir, karena
sesungguhnya kapir itu ada di dalam diri kita sendiri, ukurannya itu sebesar biji
beras, samar tidak terlihat, karena tidak memiliki rupa yang pasti, karena itulah
tidak ingin memujanya, jangan mengaku sebagai islam yang sejati, kalau tidak
mampu membunuh kapir itu di dalam diri.
94
9. Ketika sepasang laki – laki di sana, dimana tempat penyimpenan tersebut, ring
kundi apa itu ungguane, karena kundi banyak jumlahnnya, dimana kundi yang
utama, itu yang perlu aku ceritakan, kundi itu apa namaya, itu yang perlu
dipahami, kalau belum mengetetahuinya bukanlah santri namanya.
10. Dimana kah letak kapir itu di dalam diri kita, begitu pula tenang islam itu anakku,
masing – masing berjumlah satu, pahamilah dengan sungguh – sungguh, barang
siapa yang tidak memahaminya, itu berarti dia adalah santri yang kumur, seperti
orang yang tidak berperasaan, begitulah tingkahnya anakku, santri yang
diselimuti oleh klima indranya.
11. Dimanakah sembah itu dipuja, di sanasesungguhnya puja yang utama itu, kalau
sudah mampu memahami kebenarannya itu, sebaiknya bertobatlah anakku, dan
berpuasalah, karena itu disebut dengan haram, itulah sesungguhnya ajaran
islam tersebut, yang diwahyukan oleh para Nabi dan para wali.
12. Gunung tinggi laut yang dalam, matahari tenggelam angin berembus, begitulah
Sang rembulan, bintang mulai bersinar, itulah yang kau jumpai, kalau mampu
mengamalkan ajaran islam dengan tulus, menjalankan ajaran nabi yang mulia,
seperti didampingi oe paa bidadari, bagaikan emas yang bertumpuk sebelas
tingkatan seperti meru.
13. Tujuannya adalah untuk mencapai surga, tidak lagi lahir kedunia, kalau tidak
habis melaksanakan tugas – tugasnya, oleh karenanya mampu menyatu dengan
bumi pertiwi, demikianlah sesungguhnya anakku, engkau yang memperhatikan
tutur kata yang baik, yang disebutkan di dalam kitab suci, itulah yang patut
engkau tiru, pasti akan murah rejeki.
14. Orang yang rakus itu sama artinya dengan haram, kalau itu yang kau percaya
dan laksanakan, ajaran islam yang suci menjadi hilang, iblis la’nat yang merasuki
tubuhmu, paa nabi akan meninggalkan, pergi sejauh mungkin, karena beliau
95
merasa tidak diperhatikan, engkau tidak menjalankan ajarannya dengan baik,
yang sesuai dengan ajaran kita sastra dari Arab.
15. Dimana Sang Hyang Widhi dan Allah itu, ingatlah anakku tentang Allah itu, Ia
yang menciptakan alam ini, makro kosmos maupun alam mikrokosmos, beserta
isinya, kayu bintang dan yang lainnya dan seisi ala mini, seperti pasir dan batu,
demikianlah takkan pernah hilang keberadaanya di bumi ini,
16. Matahari itu ada di saat siang hari, bulan ada di saat malah hari, karena itulah
sesungguhnya keberadaan Tuhan itu, karena sesungguhnya hal itu bersifat
tunggal, ada bumi ada pula langit, itulah yang menjadi pembatasnya, janganlah
hanya memahaminya secara setengah – setengah, pamahami lah dengan
sungguh – sungguh, karena pada akhirnya al itu sangat utama keberadaannya.
17. Janganlah menyebutnya Dewa, karena itu dicampuri oleh keduniawian, tidak
ada Dewa yang mulia, karena semua memiliki kelemahannya, kalau memangg
itu adalah Dewa yang utama,tidak aka nada sebuah keputusan yang pasti,
berawa itu namanya, karena sama artinya dengan orang yang mempercayai iblis
laknat.
18. Ada seorang anak tunggal, yang dating membuat penyakit, namun jika sudah
mampu memahami dengan baik, maka tidak aka nada orang yang terkena
penyakit, kalu tidak ada yang mendatangi, belumlah lengkap namanya, tetapi
pintar berbicara, banyak membuat omongan yang tidak pasti, orang yang
demikian babor bindo sangsinya.
19. Kalau belum memahami tentang keberadaan dari Dewa itu, janganlah dulu kita
memuji, karena orang yang demikian salah memeluk agama, salah dalam
perbuatannya dan salah dalam kelairannya, pemujaanya pun salah, mereka
akan selalu diliputi oleh kesengsaraan di dunia, hanya memahami agama dengan
setengah – setengah, membuat cacat hidup di dunia ini, orang yang demikian
belumlah pantas masuk agama Islam.
96
20. Didahului oleh suara bedug, saat akan memulai berdoa, dimanakah letak
gendang bedug itu di dalam diri kita, apa nama sesungguhnya benda itu, kalau
dipukul bagaimanakah bunyinya, dimanakah tempat benda itu disimpan, itulah
yang perlu dipahami, yang diwejangkan oleh para Nabi, oleh karenanya menjadi
tugas mereka para kiyayi untuk selalu mendekatkan.
21. Kalau sudah mampu memahaminya, tentang keberadaan dari Dewa itu sendiri,
apalagi kalau sudah mampu menggambarkannya, di sanalah baru melaksanakan
pemujaan, dengan sungguh – sungguh dan penuh keiklasan, pikiran di dalam
lubuk hati yang paling terdalam, kalau mampu memahami dengan sungguh –
sungguh, itulah ia yang disebut sebagai Sang Pandita yang sejati, namun jika ada
yang tidak berpedoman pada ajaran sastra janganlah mempercayainya.
22. Orang yang tidak melaksanakan ajaran sastra pada akhirnya, selalu diliputi oleh
hal – hal yang bersifat negative, karena watak para dewata itu tidak dipahami
sesuai yang termuat dalam sastra, sastra yang utama yang disabdakan oleh para
Nabi, di sanalah tempat memecahkan segala keraguan, sesuaikan segala tingkah
laku mu sesuai yang termuat dalam sastra, kalau tidak sesuai dengan sastra,
segala puja dan pujimu tiada berguna, karena sastra sesungguhnya adalah
seperti beliau Hyang Pasupati.
23. Matahari ada di tengah bulan, yang diperciki dengan tirta yang bening, yang
disebut sebagai air pawitra, yang dipercikkan oleh sang pandita Suci, berlanjut
pada penjelmaan yang ketiga, danu segara (danau, laut) madu, itu menjdai
sebuah kawah, yang disebut dengan kawah kupar,dihitari oleh sinar rembulan
yang meneragi dunia.
24. Segala tanda – tanda itu ada di dunia, yang mengikuti musim,
memberikansegala berkah, menyirami segala sari , letaknya di Mandaragiri,di
sanalahtempatnya, dijaga oleh segala yang macam binatang galak, tempat
penyucian dari Nabi Brahim, karena itu merupakan air mas yang tanpa
campuran.
97
25. Dimanakah letak gedong Kostuba itu, yang diwejangkan oleh para Nabi dan Para
Wali, Nabi yang selalu dipuja, itulah merupakan tujuan kita dalam
menyembahnya, yang inti dari persembahyangan yang kita lakukan, namun
tidak akan jelas nilainya, jika persembahan itu memikirkan nilai, itu sembah yang
tidak tulus, itulah sembah yang tidak pernah diterima oleh Beliau.
26. Dimanakah letakknya itu, yang Utama anakku, di atas langit sana berlayang –
layang, di sanalah tempatnya anakku, pengetahuan yang utama, itulah yang
sesungguhnya, kalau belum memahami hal demikian, apalah artinya mengaji,
karena kalau masih diselimuti oleh angkuh dan rakus.
27. Panca indraitu belum kalah, mereka seharusnya melaksanakan
persembayangan, windu jenar masih berputar, semua tidak dikerjakan, karena
terlena dengan perkataan yang manis, karena sebenarnya tiada yang sama,
anugerah yang ada di dalam dunia ini, mengikat segala yang mendatangi, tetapi
kita hanya sekedar nerasakan suka yang sesaat.
28. Kalau mengetahui tentang makna dari persembahan itu, segala yang bersifat
jelek tidak akan dijumpai, dijawab oleh beliau, paa malaikat semua melihatnya,
tidak ada yang berkata lagi, semua yang kita harapkan sudah dating, menjelma
di akerat, para bidadari itu akan memenuhi, segala kasih sayang yag tidak akan
didapatkan dikemudian hari.
PUPUH:PANGKUR
1. Karena begitu banyaknya anakku, perlu kau mengetahui namanya itu, nabi
apakah itu, dengan peregkapannya, celana baju menutupinya, apakah itu,
sangat utama sekali amakku.
2. Seperti merias diri, dengan bercukur dan melakukan sunat, kalau belum
memahami dengan hukumnya, semua itu tidak dikerjakan dengan baik, dan
sangat besarlah dosa yang akan didapatkannya, itulah anakku yang perlu
engkau pahami sekali, teruslah engkau cari dari kebenarannya itu.
98
3. Buanglah semua sifat durhaka dan rasa rakusmu, karena dengan cara itu
engkau akan menjadi lebih baik lagi, namun jika itu masih melekat dalam
dirimu, maka percuma semua pujamu, karena engkau masih diselimtui oleh
hawa nafsu, ibarat menari - nari di dalam dirimu, sifat raksasa itu yang dapat
mengubah sifat baikmu.
4. Barang siapa yang tekun menjadi seorang santri, maka perlu olehnya waspada
dalam dirinya, karena semua yang ada di sekelilingnya akn menjadi musuh,
baik yang di bawa maupun yng di atas, namun hal itu dapat diatasi dengan
senjata yang ada did ala, dirimu, yaitu seperti halnya bahwa seorang santri itu
berbusana yang baik, memakai kerudung atau peci dan lengkap dengan
bajunya.
5. Ini tentang tata caramu memakai busana, pagarilah tubuhmu itu anakku, di
dalam tubuhmu juga perlu dipagari, di dalam perlu dipagari dari iblis dan
setan, adapun itu yang dipakai untuk memagari adala dengan ilmu
pengetahuan, itulah ilmu yang sesungguhnya, yang perlu dikuasai oleh
seorang kiyayi.
6. Itulah yang harus dijalani oleh seorang santri, pekerjaannya selalu menelilingi
gunung, memohon kemuliaan diir, siang dan malam tiada berhenti berjalan,
misalnya tidak mengetahui, bagaimana menanggapi tingkah yang seperti ini,
7. Ini perhitungannya, ajaran yang diberikan oleh nabi tersebut,, dimanakah
letak pengetahuanuntuk membedakannya, tentang yang mana dewa dan
yang mana setan, kalau dihitung jumlahnya sangat banyak ibarat seperti
lingkaran, karena di sana juga ada dewa, yang juga dihuni atau dijaga oleh
setan.
8. Walaupun tidak memiliki, santriitu diajari oleh Sang Pandita Uttama, kalau
berbicara perlulah pengetahuan tentang hokum, inilah yang memang
99
sebenarnya dipuji, begitu juga tentang tingkah yoga berate, dan juga tentang
arti dari agama itu, seperti inilah arti yang sesungguhnya,
9. Kalau tidak mampu diperhitungkan,janganlah menjadi penghulu, apakah
sebenarnya penghulu itu, ibarat tenggelam di tengah laut yang dalam, kalau
tidak memahami caranya, akan mendapat mara bahaya atau mendapat
kesengsaraan nantinya.
j. CD dan Booklet Video Dokumentasi Kebudayaan BaliTradisi Magebeg-
gebegan di Desa Tukadmungga, Buleleng – Bali.
100
Lampiran 2. Dokumentasi Konsultasi Kebudayaan Bali
Konsultasi tanggal 3 Maret 2015, konsultasi pembuatan tesis.
Konsultasi tanggal 23 Juni 2015, konsultasi “Harmonisasi Antar Agama” di Bali.
Konsultasi tanggal 23 Juni 2015, konsultasi penelitian disertasi terkait kebudayaan Bali.
101
Konsultasi tanggal 12 Oktober 2015Crew Trans 7, tari Joged Ngebor yang ada di
Bali.
102
Lampiran 3. Logbook
Catatan Harian (Log Book) IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant
Tahun 2015
No Waktu Kegiatan
1 2015-01-01 penulisan buku ngaben
2 2015-01-09 pembayaran honor pegawai
3 2015-01-12 percetakan draf buku
4 2015-01-26 percetakan draf buku
5 2015-02-02 editing buku ngaben
6 2015-02-05 pembayaran honor pegawai
7 2015-02-10 biaya pengambilan data buku Daur Hidup Orang Bali
8 2015-02-16 editing buku ngaben
9 2015-02-16 penyusun draf buku Genjek
10 2015-02-17 alat dokumentasi Handycam
11 2015-02-18 finalisasi editing buku ngaben
12 2015-02-20 pengrimiman buku ke percetakan Larasan " Buku Ngaben"
13 2015-02-20 menerima konsultasi penelitian
14 2015-02-27 penyusunan draf buku kuliner
15 2015-03-02 pembayaran honor pegawai
16 2015-03-03 menerima konsultasi pene
17 2015-03-09 pencetakan draf buku genjek
18 2015-03-16 pembayaran honor pegawai
19 2015-03-24 menerima konsultasi a.n I Wayan Eka Santika & I Gede
Budiawan
20 2015-03-25 menerima konsultasi pembuatan video dokumentasi
kebudayaan
21 2015-03-26 percetakan draf buku kuliner
22 2015-03-31 editing buku genjek
23 2015-04-01 editing buku kuliner tradisional khas Buleleng
24 2015-04-06 Pengiriman buku ke percetakan Larasan "buku genjek"
25 2015-04-07 biaya honor pegawai
26 2015-04-07 Penulisan buku "Tajen"
27 2015-04-10 editing buku kuliner tradisional khas Buleleng
28 2015-04-13 editing buku "Genjek"
29 2015-04-17 Penulisan buku "Tajen"
30 2015-04-17 pembayaran honor pegawai
31 2015-04-30 pembayaran pembuatan video dokumentasi tradisi
"Megebeg-gebegan"
32 2015-04-30 disain cover buku "Tajen"
33 2015-05-05 pembayaran honor pegawai
103
34 2015-05-15 Honor untuk dua pegawai
35 2015-05-25 Editing buku kuliner tradisional khas Buleleng
26 2015-04-07 Penulisan buku "Tajen"
27 2015-04-10 editing buku kuliner tradisional khas Buleleng
28 2015-04-13 editing buku "Genjek"
29 2015-04-17 Penulisan buku "Tajen"
30 2015-04-17 pembayaran honor pegawai
31 2015-04-30 disain cover buku "Tajen"
32 2015-04-30 pembayaran pembuatan video dokumentasi tradisi
"Megebeg-gebegan"
33 2015-05-04 Pengiriman Jurnal ke Semarang
34 2015-05-05 pembayaran honor pegawai
35 2015-05-15 Honor untuk dua pegawai
36 2015-05-25 Editing buku kuliner tradisional khas Buleleng
37 2015-06-15 Editing dan tata letak buku Kuliner Tradisional Khas Buleleng
38 2015-06-23 Kegiatan Konsultasi a.n Ni Made Febrianti
39 2015-07-13 Editing dan tata letak buku Kuliner Tradisional Khas Buleleng
40 2015-08-14 Kegiatan Konsultasi a.n Drs. I Ketut Supir, M.Hum
41 2015-08-25 Editing hasil penerjemahan Lontar
42 2015-08-28 Monev internal
43 2015-08-31 editing buku Banten
44 2015-09-14 editing buku Banten
45 2015-09-21 Rapat koordinasi monev pusat
46 2015-09-24 Penyusunan draf laporan kemajuan
47 2015-09-25 Presentasi dan monev pusat
48 2015-09-28 Unggah laporan kemajuan
49 2015-09-29 editing buku Banten
50 2015-10-12 Konsultasi Trans 7
51 2015-10-13 editing buku Banten
52 2015-11-02 editing buku Banten
53 2015-11-16 Penyusunan draf laporan akhir
54 2015-11-18 Revisi draf laporan akhir
NB: Tanggal yang tidak tercantum diisi dengan kegiatan produksi : penulisan buku,
artikel, serta program lainnya yang dilaksanakan dikantor IBIKK BCCC
104
Lampiran 4. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul
1. Biodata Ketua Pelaksana
a. Identitas diri
1.1. Nama Lengkap Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA
1.2. Jabatan Fungsionalis Pembina Utama/Guru Besar
1.3. NIP 195102171979031004
1.4. Tempat dan Tanggal Lahir Tabanan, 17 Pebruari 1951
1.5. Alamat Rumah Jl. Gajah Mada VIII/12 Penataran
Singaraja Bali
1.6. Nomor Telepon/Fax 0362-24515
1.7. Nomor HP 08155711732
1.8. Alamat Kantor Jl. Udayana Singaraja
1.9. Nomor Telepon/Fax 0362-23884
1.10. Alamat e-mail [email protected]
1.11. Lulusan yang telah dihasilkan S1= 75 orang
S2= 50 orang S3= 10 orang
1.12. Mata Kuliah yang Diampu 1. Sejarah Sosial (S1)
2.Teori Sosial Budaya (S1)
3.Metodoligi Penelitian Kualitatif (S2)
4.Metodoligi Penelitian Kebudayaan (S3)
5.Filsafat Ilmu (S2)
b. Riwayat Pendidikan
2.1. Program S1 S2 S3
2.2. Nama PT IKIP Malang Universitas
Indonesia
Universitas
Indonesia
2.3. NIP
2.4. Tahun Masuk 1970 1989 1993
2.5. Tahun Lulus 1975 1992 1998
2.6. Judul Skripsi/ Tesis/Disertasi
Sejarah dan Fungsi Pura Sada
di DesaKapal, Badung, Bali
Pelestarian Kawasan Hutan
Wisata Kera di Sangeh Bali
(Suatu telaah tentang Peranan
Desa Adat Dalam Mengelola Objek
Wisata
Memudarnya Demokrasi Desa:
Pengelolaan Tanah Adat,
Konversi dan Implikasi Sosial
dan Politik di Desa Adat Julah,
Buleleng, Bali
2.7. Nama Pembimbing/
Promotor
Dr. Habib
Moetopa dan Drs. I Ketut Sudiri
Penyrikan, S.H
Dr.
Boedhihartono dan Dr. Iwan
Tjitradjaja
Prof. Dr.
Boedhihartono dan Dr. Iwan
Tjitradjaja
105
c. Pengalaman Penelitian
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah (Juta
Rp)
1. 2002/2003 Manajemen Konflik Pada Desa Adat Multietnik Di Kabupaten
Buleleng
Hibah/DIKTI 31.500.000,-
2. 2003 Sejarah Kota Tabanan Pemerintah
Daerah Tabanan
-
3. 2004 Pemulung Jalanan Di Kota
Singaraja, Buleleng, Bali (Mencari Nafkah Di Bawah Bayang-Bayang
Dalisme Kultural)
Penelitian
Dasar/DIKTI
15.000.000,-
4. 2005 Joged Bumbung Porno: Industrik
Siks Berbentuk Hiburan Melalui Rangsangan Mata (Studi Kasus Di
Buleleng, Bali)
Penelitian
Dasar/DIKTI
15.000.000,-
5. 2006 Studi Kelayakan Pembukaan Jurusan Sosiologi, FPIPS IKIPN
Singaraja
DIPA /IKIPN 5.000.000,-
6 2006 Manak Salah Di Buleleng Bali:
Pemertahanan Tradisi Di Tengah Modernisasi (Studi Komparatif Di
Desa Pakraman Padang Bulia Dan Desa Pakraman Julah)
Penelitian
Dasar/DIKTI
40.000.000,-
7 2008 Pura Mekah Di Bali : Haram
Mempersembahkan Daging Bali
Penelitian
Dasar/DIKTI
40.000.000,-
d. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat
No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan
Sumber Jumlah (Juta Rp)
1. 2004 Penyuluhan Sadar Wisata Di Desa Adat
Selat Buleleng
DIPA /IKIPN 5.000.000,-
2. 2006 Analisis Awig-Awig Desa Pekraman
Buleleng
DIPA /IKIPN 5.000.000,-
3. 2007 Pelatihan Metode Mengajar Inovatif Guru Sejarah Se Kabupaten Jembrana
DIPA /UNDIKSHA
5.000.000,-
106
e. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal
No Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/ Nomor
Nama Jurnal
1 2004 Pelabelan Seks Dan Gender: Proses Menjadi Wanita Melalui Pendidikan
Keluarga Pada Masyarakat Bali
No. 3 Th. XXXVII Juli
2004
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
2 2008 Sertifikasi Guru Memperkaya/Menyejahterakan
Volume 41 Edisi Khusus
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
f. Pengalaman Penulisan Buku
No Tahun Judul Buku Jumlah Halaman
Penerbit
1 1999 Ganesha: Awighneswara Winayaka Dan Penglukat
200 Paramita Surabaya
2 2001 Gagasan Perkumpulan Surya Kata
Tentang Kemajuan Masyarakat Bali Yang Holistik
300 Paramita Surabaya
3 1008 Bali Pada Era Globalisasi Pulau Seribu Tidak Seindah
Penampilannya
350 LKIS Yogyakarta
4 2008 Ideologi Tri Hita Karana-Ideologi Pasar = Vilanisasi Kawasan Suci
20 Artikel Kumpulan Karangan Diterbitkan
Oleh Fakultas Sastra Universitas Udayana
5 2009 Pemanfaatan Modal Budaya Dan Modal Tubuh Menjadi Modal
Ekonomi Kasus Joged Bumbung Ngebor Di Buleleng, Bali
250 Artikel Kumpulan Karangan Diterbitkan
Oleh Fakultas Sastra Universitas Udayana
g. Pengalaman Rumusan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya
No Tahun Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya yang Telah Diterapkan
Jenis Respon Masyarakat
1 2008 Penyusunan Perda Tentang Pelacuran (Sebagai
Tenaga Ahli Ditunjuk Oleh Pemkab Buleleng)
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata (CV) ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan proposal P2M UNDIKSHA 2011.
107
108
2. Biodata Anggota I
a. Identitas Diri
1.1. Nama Lengkap Prof. Dr. I Wayan Rai, M.S.
1.2. Jabatan Fungsionalis Pembina Utama/Guru Besar
1.3. NIP 194910161972071001
1.4. Tempat dan Tanggal Lahir Kerobokan, 16 Oktober 1949
1.5. Alamat Rumah Desa Kerobokan kec. Sawan, Kabupaten
Buleleng
1.6. Nomor Telepon/Fax -
1.7. Nomor HP -
1.8. Alamat Kantor Jl. Udayana Singaraja
1.9. Nomor Telepon/Fax 0362-23884
1.10. Alamat e-mail -
b. Riwayat Pendidikan
Tahun Lulus Sekolah Dasar/ Menengah / Perguruan Tinggi
1963 SR No.2 Sangsit, Kec. Sawan, Kab. Buleleng
1966 SMP Bhaktiyasa Bersubsidi Singaraja
1969 SMA Negeri Singaraja
1981 FIP Universitas Pendidikan Udayana
1986 Akta Mengajar IV
1992 S2 IKM Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
c. Pengalaman Penelitian
No. Judul Penelitian
1. Deteksi tentang balikan siswa terhadap layanan bimbingan konseling di
SMA Negeri Bali (1986).
2. Persepsi konselor terhadap tugasnya sebagai pembimbing di SMP dan SMA
Singaraja Dikaitkan dengan Pelaksanaan Konseling di Sekolah (1986).
3. Kontribusi lingkungan keluarga dan nilai modern pada remaja di SMA
Kabupaten Badung (Tahun Ajaran 1986/1987).
4. Hubungan antara iklim sekolah dan pengaruh teman sebaya dengan konsep
diri siswa SMP 3 Singaraja (Tahun Ajaran 1990/1991).
5. Analisa tentang adat dan status yang mempengaruhi pola perilaku kesehatan
(studi kasus di desa Galungan, Kecamatan sawan, Kabupaten Buleleng:
1991).
109
6. Perilaku WTS terhadap pencegahan penyakit menular seksual di kabupaten
Buleleng (1992)
7. Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan ibu-ibu balita tentang
imunisasi campak di Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng (1993).
8. Pengaruh latiham lompat-lompat dan loncat-loncat terhadap peningkatan
kecepatan, kekuatanotot lengan dan daya ledak otot tungkai pada siswaputra
SMA Negeri 2 Singaraja (Tahun Ajaran 1992/1993).
9. Analisa karakteristik non kognitif pada mahasiswa DII PGSD FKIP
Universitas Udayana yang sukses dan gagal dalam studi (1993).
10. Profil perilaku etik pembimbing dikaitkan dengan latar belakang (studi
deskriptif analisis tentang perilaku etis pembimbing SLTA Negeri Bali:
1993).
11. Analisis tingkat kesegaran jasmani siswa baru SMAN 1 Singarja Tahun
Ajaran 1994/1995 menyongsong pelaksanaan kurikulum Sekolah Menengah
Umum (SMU) Tahun 1994.
12. Pola tingkah laku mencari kesembuhan (berobat) pada masyarakat di
wilayah Puskesmas Pembantu Desa Abangsongan, Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli Tahun 1994.
13. Analisis tentang perilaku kesehatan masyarakat Trunyan dalam rangka
perencanaan dan pengelolaan lingkungan pemukiman untuk meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat tahun 1994.
14. Karakteristik potensi wilayah dan sumber daya manusia serta kebutuhan
masyarakat Desa Galungan Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng (studi
kasus pada Ambang Batas Tahun 1995)
15. Evaluasi Pelaksanaan program Impres Desa Tertinggal (IDT)
Tahun1994/1995 di Daerah Tingkat II Buleleng.
16. Kesesuaian program dan determin keberhasilan program impress desa
tertinggal (IDT) Tahun 1995/1996 di Kabupaten Buleleng.
17. Efektivitas pelaksanaan kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di
Program Studi D II PGSD di Bali 1996.
18. Pola Pembinaan dan Pengembangan olahraga pelajar pada cabang atletik dan
tenis meja di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar di Provinsi Bali Tahun
110
2013.
19. Konflik perebutan sumber daya berligitimasi religious kasus perebutan Pura
Lempuyang Madya Desa Pakraman Gamongan Kecamatan Abang
Kabupaten Karangasem Tahun 2005.
20. Kompetensi guru sosiologi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten
Buleleng Tahun 2004/2005.
21. Hubungan antara lingkungan dengan prestasi belajar sosiologi pada siswa
SMA Negeri Singaraja Tahun 2005/2006.
22. Perebutan sumberdaya berligitimasi religius (studi etnografi terhadap
masyarakat Desa Pakraman Gamongan dan Klen Pasek di Provinsi Bali)
23. Manak Salah di Provinsi Bali : Pemertahanan tradisi di tengah modernisasi
(studi kasus komperatif di Desa Pakraman Padang Bulia dan Desa Pakraman
Julah).
24. Kasta dan pergulatan status sosial – religius pada masyarakat Hindu Bali
(studi etnografi – eksploratif terhadap eksistensi, substansi, dan ekses-sosial
kasta di Provinsi Bali).
25. Pecalang Alas : Satgas Keamanan Tradisional Penjaga Kelestarian Hutan
(studi kasus koomperatif Desa Pakraman Selat dan Sudaji, Buleleng Bali).
26. Pengembangan dan pelatihan sistem jaringan (Network) komputer untuk
mendukung pelayanan publik berbasis On-Line di Lingkungan PDAM
Kabupaten Bangli – Bali (dimuat dalam Jurnal Widya Laksana Edisi Januari
2008).
27. Pelatihan pemberdayaan Geographical Information System (GIS) bagi staf
pemerintahan Kabupaten Buleleng (dimuat dalam jurnal Widya Laksana
Edisi Januari 2009)
111
112
3. Biodata Anggota II
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum
2 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
3 Jabatan Struktural Ketua Jurusan
4 NIP 19611208 198603 2 001
5 NIDN 0008126104
6 Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 8 Desember 1961
(0362) 24789
7 Alamat Rumah Jl. Ki Barak Panji. Gg Palma I/2
Singaraja, Bali
8 No. Telepon/HP 081558956586
9 Alamat Kantor Jalan Udayana, Singaraja
10 No. Telepon (0362) 23884
11 Alamat e-mail [email protected]
12 Lulusan yang telah dihasilkan S1 = 360 orang
14 Mata Kuliah yang Diampu
1. Sejarah Wanita
2. Sosiologi Kota
3. Modernisasi & Globalisasi
4. Studi Masyarakat Indonesia
5. Pengantar Ilmu Sosial
6. Teori Perubahan Sosial
7.IBD (Ilmu Budaya Dasar)
8. Profesi Pendidikan
9. Perspektif Global
10. Etnisitas
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan
Tinggi
FKIP UNUD Universitas Indonesia
Universitas Udayana
Bidang Ilmu Pend. Sejarah/Antropol
ogi
Kajian Wanita Kajian Budaya
Tahun Masuk –
Lulus
1980-1985 1992-1995 2008/2009-2011
Judul Skripsi/Tesis
Pertunjukkan Wayang Kulit
Parwa sebagai salah satu media pendidikan etika
di desa Sukawati, kecamatan
Perempuan Pedagang Sayur
di Desa Candikuning, Tabanan, Bali
Membongkar Jaring Kuasa dan
Kekerasan di Balik Perkawinan
Ngamaduang (Poligami) Di
113
Sukawati Dati II Gianyar
Desa Lokapaksa, Buleleng, Bali
Nama Pembimbing
Drs. N. Sudariya Drs. Pt Mustika
Rai
Prof. Dr TO Ihromi
Prof. Dr. Riga Adiwoso
Prof. Dr.N. Bawa Atmadja,MA
Prof. Dr. I Made Suastika, SU
Prof. Dr. Emiliana
Mariyah, MS
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
N
o
Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah
1 2006 Perkawinan Transnasional
Antara Perempuan Etnis Bali dengan Laki-laki
Mancanegara dan Kaitannya dengan Pola Penanganan
Konflik Perkawinan di Kawasan Wisata, Buleleng,
Bali
Dikti (Penelitian
Dasar)
30.000.000,
-
2 2007 Pecahnya Biduk Perkawinan: Kasus Perceraian Pada
Perempuan Hindu di Buleleng, Bali
Dikti (Kajian Wanita)
9.300.000,-
3 2008 Perempuan Kiper di Buleleng, Bali (Resistensi
Perempuan Terhadap Ideologi Patriarki Melalui
“Bisnis Lendir” dengan Memakai Modal Tubuh)
Dikti (Fundamental),
35.000.000,-
4 2009 Anak Jalanan Perempuan di
Lovina, Buleleng, Bali (Resistensi Terhadap Mitos
Kepasifan Perempuan Dalam Hegemoni Laki – laki )
Dikti
(Fundamental),
35.000.000,
-
5 2009 Pengembangan Buku
Panduan Praktis Adil Gender Dalam Pembelajaran Agama
Hindu Di Sekolah Dasar
Dikti (Hibah
Bersaing) Tahun I
38.500.000,
-
6 2010 Pengembangan Buku Panduan Praktis Adil Gender
Dalam Pembelajaran Agama Hindu Di Sekolah Dasar
Dikti (Hibah Bersaing)Tahun
II
42.500.000,-
114
7 2010 Representasi Ngamaduang (Poligami) dalam Seni
Pertunjukkan: Analisis Wacana Terhadap Kesenian
Genjek di Buleleng, Bali
Dikti (Fundamental),
30.800.000,-
8 2011 Anak Jalanan Perempuan
dalam Relasi Kuasa dan Kekerasan (Studi Etnografi
tentang Wacana Tersembunyi dalam Kehidupan Anak
Jalanan Perempuan di Kawasan Wisata Lovina,
Buleleng, Bali)
Dikti
(Fundamental)
38.750.000,
-
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Pendanaan
Sumber Jumlah
(Juta Rp)
1 2006 Gender Dalam Keluarga di Kecamatan Sawan
Kantor PMD Kab. Buleleng
5.000.000,-
2 2007 Pengarusutamaan Gender di Kecamatan Tejakula
Kantor PMD Kab. Buleleng
5.000.000,-
3 2008 Kekerasan Dalam Rumah
Tangga di Kecamatan Seririt
Kantor PMD
Kab. Buleleng
5.000.000,-
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal
No Judul Artikel Ilmiah Vol.No./Ta-
hun
Nama
Jurnal
6 Masalah Setelah Kemerdekaan (Kasus
Minahasa): Sukarno dan Budaya Nasional
2009 Candra
Sangkala
7 Pengembangan Buku Panduan Adil Gender dalam Pembelajaran Agama Hindu di SD
2011 JPP Undiksha
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Pertemuan
Ilmiah/Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat
1 Lemlit Undiksha
Singaraja
Penulisan Berperspektif Perempuan
dalam Riset Sosial
Pebruari/20
08
2 HMJ Sejarah ,
Undiksha Singaraja
Memadukan Konsep Yin dan Yang
dalam Kepemimpinan Perempuan di Era Kesejagatan
April /2008
3 Kantor Teknik Analisis Gender dalam Bidang Mei/2008
115
PMDKab.Buleleng
Pendidikan
4 Kantor PMD Kab.
Buleleng
Kekerasan Berbasis Gender Mei/2008
5 Kantor PMD Kab.
Buleleng
Perempuan dan Anak dalam Bayang-
bayang Trafiking (Eksploitasi Manusia yang Diperdagangkan)
Mei/2008
6 Kajian Budaya
Universitas Udayana
Menyelami Samudera Silang Sengketa
Diskursus (Pemikiran Foucault dan Gramsci)
Mei/2009
7 FBS Undiksha,Singara
ja
Timbangan Novel Sutasoma: Berpacu Antara Kelembutan dan Kekerasan
(Bedah Novel Karya Cok Sawitri)
Agustus/2009
8 SMPN 3 Dawan, Klungkung
Penulisan Bahan Ajar Desember/2009
9 SMPN 3 Dawan, Klungkung
Menggapai Harapan Melalui Pendayagunaan Media Pembelajaran
Desember/2010
Pengalaman Penulisan Buku Dalam 5 Tahun Terakhir 1. Etnisitas, Pluralisme, dan Multikulturalisme. Perspektif Kajian
Budaya. 2009. Aron Meko Mbete (Editor). Denpasar: Pascasarjana, Kajian Budaya Unud. ISBN 978-602-95470-0-9.
2. Ajeg Bali dalam Perspektif Pendidikan.Wacana dari Undiksha. 2011. Prof. Bawa Atmadja dkk., (Editor) Singaraja: Penerbit
Universitas Pendidikan Ganesha. ISBN. 976-602-8310-57-4.
H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir Belum ada
I. Pengalaman Merumusakan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya Dalam 5 Tahun Terakhir
Belum ada J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir
Belum ada
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata (CV) ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan
dalam pengajuan proposal P2M UNDIKSHA 2011.
116