Upload
marsha-ayu-oliviani
View
813
Download
45
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN STUDI KASUS MINOR
ILMU PENYAKIT MULUT
COATED TONGUE
Disusun oleh:
Marsha Ayu Oliviani
1601 1007 0076
Pembimbing:
Dewi Zakiawati, drg.
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu
pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah juga turut membantu dalam
tindakan bicara. Lidah merupakan suatu organ otot kompak yang ditutupi oleh lapisan pelindung
dari epitel skuamosa berlapis yang memiliki 2 bagian yaitu dorsum dan ventral. Dorsum lidah
memiliki banyak tonjolan mukosa yang membentuk papila-papila, yaitu papila filiformis,
fungiformis, sirkumvalata, dan foliata (Nirwanda, 2010).
Permukaan atas lidah manusia seperti beludru karena dilapisi oleh beberapa lapisan. Pada
manusia reseptor bagi stimulus rasa berada pada kuncup pengecap (Taste bud) yang tersebar di
lidah. Pada penampang lidah kuncup pengecap mengalami penjuluran yang biasa disebut
dengan papila. Papila bermacam-macam sesuai bentuk dan lokasi banyaknya papila tersebut
ditemukan. Papila filiformis banyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah yang berfungsi
untuk menerima rasa sentuh dari rasa pengecapan. Papila sirkumvalata memiliki bentuk V dan
terdapat 8–12 jenis yang terletak di bagian dasar lidah. Papila ini berukuran paling besar
daripada yang lain. Papila fungiformis menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah dan
berbentuk jamur dan Papila foliata yang umumnya banyak terletak pada bagian sisi lidah.
Pada permukaan lidah terdapat lapisan pelindung yang disebut keratin. Dalam keadaan
normal lidah mengalami keratinisasi yang akan terdeskuamasi selama fungsi, yakni ketika terjadi
friksi dengan makanan, palatum, dan gigi geligi anterior rahang atas. Lapisan ini akan diganti
dengan sel epitelial yang baru dari bawahnya. Ketika pergerakan lidah terbatas karena suatu
penyakit atau kondisi rongga mulut yang tidak seimbang, papilla filiformis mengalami
pemanjangan dan dapat menjadi tempat retensi debris dan pigmentasi oleh makanan, rokok dan
permen sehingga memberikan gambaran lidah yang berselaput ataupun berambut. Keadaan ini
disebut coated tongue atau lidah berselaput. Kelainan ini bersifat asimtomatik tetapi dapat
menyebabkan halitosis atau pengecapan rasa abnormal (Greenberg dan Lynch, 1994).
Coated tongue merupakan kondisi yang umum terjadi dengan ciri berupa selaput putih
yang tampak pada permukaan dorsal dari lidah (Hingle, 2011). Lapisan putih ini terbentuk akibat
retensi keratin pada dorsal lidah. Kadang gambaran ini dapat berupa pewarnaan putih
kekuningan maupun kecoklatan (Wagers, 2011).
Beberapa kondisi klinis dijadikan sebagai diagnosa banding dari coated tongue,
diantaranya candidiasis dan geographic tongue. Terapi yang diterapkan pada coated tongue
adalah dengan pembersihan lidah secara rutin, menjaga oral higiene, menghilangkan penyebab,
serta memperbanyak asupan cairan untuk mengirigasi sisa debris maupun keratin yang tidak
terdeskuamasi sebagai penyebab coated tongue tersebut.
Makalah laporan kasus ini akan dibahas mengenai coated tongue dan beberapa diagnosa
lainnya yaitu scalloped tongue dan linea alba pada seorang pasien yang datang ke Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran pada tahun 2011.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Status Klinik IPM
2.1.1 Status Umum Pasien
Tanggal : 27 Desember 2011
Nama : Nn. NMB
Agama : Islam
Telp : 08572020xxx
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 22 Tahun
Alamat : Jl. Sekeloa Selatan
Pekerjaan : Mahasiswi
Status : Belum menikah
NRM : 2010-115xx
2.1.2 Anamnesa
Pasien wanita berusia 22 tahun datang dengan keluhan terdapat lapisan putih kekuningan,
terasa kotor dan tidak sakit terutama pada bagian belakang dan samping lidahnya sejak dua
minggu lalu. Pasien baru menyadari adanya lapisan ini setelah meminum suplemen Curcuma,
Vitazim, Hepabalance dan Toxilite pasca perawatan gejala hepatitisnya. Pasien menyikat giginya
dua kali sehari, pagi setelah makan dan malam sebelum tidur tanpa membersihkan lidahnya.
Pasien mengaku suka memakan makanan lunak dan memiliki kebiasaan menggigit-gigit pipi
secara sadar atau tidak saat merasa stress. Saat ini pasien ingin
Lidahnya dibersihkan.
2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik
Penyakit jantung : YA/TIDAK
Hipertensi : YA/TIDAK
Diabetes Melitus : YA/TIDAK
Asma/Alergi : YA/TIDAK
Penyakit Hepar : YA/TIDAK
Kelainan GIT : YA/TIDAK
Penyakit Ginjal : YA/TIDAK
Kelainan Darah : YA/TIDAK
Hamil : YA/TIDAK
Kontrasepsi : YA/TIDAK
Lain-lain : YA/TIDAK
2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu
Hepatitis B yang gejalanya sering muncul saat kelelahan dan daya tahan tubuhnya
menurun. Gejala kambuh terakhir kalinya 2 minggu lalu dan pasien sudah memeriksakannya ke
dokter.
2.1.5 Kondisi Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Suhu : Afebris
Tensi : 100/70 mmHg
Pernafasan : 18 x / menit
Nadi : 60 x / menit
2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Limfe
Submandibula kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Submental kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Servikal kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Mata Pupil : Isokhor
Konjungtiva : Non-Anemis
Sklera : Non-Ikterik
TMJ Clicking di sisi kiri dan tidak sakit
Bibir Tidak ada kelainan
Wajah Simetri/Asimetri
Tidak ada kelainan
Sirkum Oral Tidak ada kelainan
Lain-lain -
2.1.7 Pemeriksaan Intra Oral
Kebersihan Mulut baik/sedang/buruk plak +/-
Kalkulus +/-- stain +/-
Gingiva Tidak Ada Kelainan
Mukosa Bukal Terdapat garis putih dengan lebar ± 2 mm sepanjang oklusal dari
commisure ke gigi paling posterior pada rahang kanan dan kiri,
tidak dapat dikerok dan tidak sakit.
Mukosa Labial Tidak Ada Kelainan
Palatum Durum Tidak Ada Kelainan
Palatum Mole Tidak Ada Kelainan
Frenulum Tidak Ada Kelainan
Lidah Terdapat lapisan putih kekuningan pada bagian 2/3 dorsal, dapat
dikerok tanpa meninggalkan daerah eritem atau berdarah dan tidak
sakit. Terdapat garis putih bergelombang pada bagian lateral kanan
dan kiri lidah, tidak dapat dikerok dan tidak sakit.
Dasar Mulut Tidak Ada Kelainan
Gambar 1. Pseudomembran pada dorsum lidah
Gambar 2. Scaloped tongue
Gambar 3. Linea alba pada mukosa bukal
2.1.8 Status Gigi
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Radiologi TDL
Darah TDL
Patologi Anatomi TDL
Mikrobiologi TDL
2.1.10 Diagnosis dan Diagnosis Banding
D/ Coated tongue
DD/ Oral candidiasis
Geographic tongue
D/ Scaloped tongue
DD/ Leukoplakia
Frictional keratosis
D/ Linea alba
DD/ Morsicatio buccarum
2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan
− Pro Oral Hygiene Instruction
− Pro tongue scrapping 2x1 hari setelah menyikat gigi
− Pro anjuran perbanyak asupan cairan dan nutrisi berupa makanan berserat
− Pro kontrol 1 minggu
2.2 Status Kontrol Ilmu Penyakit Mulut
Tanggal : 10 Januari 2012
2.2.1 Anamnesa
Pasien datang untuk kontrol dan mengaku lapisan putih pada bagian belakang lidahnya
sudah berkurang dan terasa lebih bersih.
2.2.2 Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Limfe
Submandibula kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Submental kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Servikal kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Lain-lain tidak ada kelainan
Bibir tidak ada kelainan
Wajah Simetri/Asimetri
Sirkum Oral tidak ada kelainan
Lain-lain tidak ada kelainan
2.2.3 Pemeriksaan Intra Oral
Kebersihan Mulut
Debris Indeks Kalkulus Indeks OHI-S
16
0
0
11
0
0
26
0
0
16
0
0
11
0
0
26
0
0
Baik/
sedang/
buruk
46
1
1
31
0
0
36
1
1
46
0
0
31
0
0
36
0
0
Stain +/-
DI = 4/12
CI = 0/12 OHI-S = DI + CI = 4/12 = 0,33 baik
Gingiva : Tidak ada kelainan
Mukosa Bukal : Mukosa berwarna pucat dan terdapat garis putih dengan lebar ± 2 mm
sepanjang oklusal dari commisure ke gigi paling posterior pada rahang
kanan dan kiri, tidak dapat dikerok dan tidak sakit.
Mukosa Labial : Tidak ada kelainan
Palatum Durum : Tidak ada kelainan
Palatum mole : Tidak ada kelainan
Frenulum : Tidak ada kelainan
Lidah : Berwarna pucat dan terdapat garis putih bergelombang pada bagian
lateral kanan dan kiri lidah, tidak dapat dikerok dan tidak sakit.
Dasar Mulut : Tidak ada kelainan
2.2.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi, pemeriksaan laboratorium darah, patologi anatomi maupun
mikrobiologi tidak dilakukan.
2.2.5 Diagnosis
D/ Post coated tongue
D/ Linea alba
DD/ Morsicatio buccarum
D/ Scalloped tongue
DD/ Leukoplakia
2.2.6 Rencana Perawatan
Pro OHI dan Pro tongue scraping 2x/hari
2.2.7 Foto Kontrol Pasien Coated Tongue
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Coated Tongue
3.1.2 Definisi
Coated tongue atau disebut juga furred tongue, merupakan penampakan klinis dari
lidah berselaput yang terjadi pada dorsum lidah. Selaput pada lidah tersebut dapat terjadi
karena adanya sel-sel deskuamasi dan debris (Cawson dan Odell, 2002). Coated tongue ini
merupakan kelainan yang jarang ditemukan, biasanya terjadi pada saat seseorang sedang
demam (Laskaris, 2006).
Kelainan ini terjadi sebagai akibat keratin yang gagal terdeskuamasi akan digantikan
dengan keratin yang baru. Hal ini akan mengakibatkan papilla filiformis mengalami
hipertrofi dan elongasi sehingga lidah tampak berselaput atau berambut. Kelainan ini
biasanya terjadi pada daerah posterior dorsum lidah. Keadaan berselaput atau berambut ini
menimbulkan sensasi gatal dan perubahan pada rasa kecap. Permukaan dorsal lidah yang
sehat adalah tampak lunak dan lembut. Papila yang tumbuh biasanya hilang dalam interval
waktu yang teratur. Namun, kadang-kadang papila ini cenderung tumbuh tapi tidak mau
menghilang dan muncul membentuk alur pada permukaan lidah. Alur ini sering menimbulkan
noda akibat terkontaminasi bakteri. Warna dari coated tongue dapat bervariasi, tergantung
pada debris yang melekat pada dorsal lidah tersebut. Beberapa hal yang dapat menyebabkan
pewarnaan adalah merokok, meminum kopi, dan lain-lain (Bruch dan Treister, 2010).
Selain itu, coated tongue dapat terjadi bila keratin yang diproduksi lebih cepat
dibandingkan dengan yang terdeskuamasi dan tertelan bersama makanan. Peningkatan
produksi lapisan keratin dapat disebabkan oleh adanya iritasi lidah yang berlebihan, misalnya
minum minuman yang terlalu panas ataupun merokok. (AAOMP, 2009; Langlais and Miller,
2000).
3.1.2 Etiologi
Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan timbulnya coated tongue (Greenberg dan
Glick, 2003) :
Penggunaan obat-obatan baik lokal ataupun sistemik dapat menyebabkan perubahan
pada flora normal rongga mulut. Termasuk penggunaan antibiotik sistemik, agen
topikal yang bersifat mengoksidasi seperti hydrogen peroksida dan perborat, juga
penggunaan chlorhexidine pada obat kumur.
Merokok, minum minuman beralkohol, gangguan lambung dan saluran pencernaan,
gangguan saluran pernapasan, serta demam tifoid juga dapat menyebabkan lidah
menjadi berselaput. Demam tifoid dan minuman beralkohol dapat menyebabkan
hiposalivasi pada kelenjar saliva. Hiposalivasi ini mengakibatkan xerostomia pada
rongga mulut, sehingga mengakibatkan pergerakan lidah menjadi berkurang dan
mempermudah terjadinya coated tongue. Selain itu, minuman beralkohol merupakan
iritan yang menstimulus terjadinya hiperkeratinisasi sebagai proteksi pada jaringan
mukosa.
Keadaan tidak bergigi, diet makanan lunak, oral hygiene yang buruk, berpuasa,
febrile, dan xerostomia.
3.1.3 Patofisiologi
Lidah pada individu normal memiliki suatu selaput yang terdiri atas lapisan mucus, sel
epitel yang terdeskuamasi, organisme dan debris. Pada orang sehat lidah bersifat mobile
(bergerak), terdapat aliran saliva, dan selaput yang menutupinya tipis. Lidah tersusun oleh
epitel squamous berlapis. Dalam keadaan normal lidah mengalami keratinisasi yang akan
terdeskuamasi ketika terjadi friksi dengan makanan, palatum, dan gigi geligi anterior rahang
atas. Lapisan ini akan diganti dengan sel epithelial yang baru dari bawahnya. Lapisan pada
lidah mangandung banyak bakteri, sel-sel epitel dari mukosa oral yang telah terdeskuamasi,
dan leukosit dari poket periodontal. Secara mikroskopik struktur lidah memperlihatkan
coated tongue sangat berkaitan dengan jumlah multiplikasi sel epitel dan jumlah dari
lesmosom dan granul-granul dari lapisan membran. Beberapa penelitian menunjukkan
dorsum lidah banyak mengandung Staphylococci dan Streptococci, terutama Streptococcus
salivarius. Mikroorganisme-mikrorganisme dapat menghuni lidah hingga lebih dari 90% dari
jumlah masa bakteri pada lidah (Danser, 2003).
Apabila terjadi sedikit saja gangguan pada kesehatan seseorang, maka keseimbangan
di rongga mulut akan terganggu dan selaput pada lidah dapat dengan cepat menebal. Ketika
pergerakan lidah terbatas karena suatu penyakit atau kondisi rongga mulut yang tidak
seimbang, papilla filiformis mengalami pemanjangan dan diselimuti oleh bakteri seperti
streptococcus dan jamur Candida albicans. Papilla yang memanjang ini memberikan
gambaran lidah yang berselaput ataupun berambut dan dapat menjadi tempat retensi debris
dan pigmentasi oleh makanan, rokok dan permen. Penggunaan obat-obatan dapat
menyebabkan perubahan flora normal rongga mulut. Contoh dari obat-obatan yang dapat
menyebabkan hal tersebut adalah obat-obatan antibiotik, agen oksidasi topikal seperti
hidrogen peroksida dan perborat, juga klorheksidin pada obat kumur.
Gambar 5. Komposisi coated tongue (www.nettersimage.com)
Pada kondisi demam tifoid, gejala klinis yang muncul yaitu panas badan yang tinggi,
sering berkeringat, dan terkadang diare, sehingga cairan tubuh banyak yang terbuang, dan
terjadi hiposalivasi kelenjar saliva. Hiposalivasi dapat menyebabkan serostomia, sehingga
mempermudah terjadinya coated tongue. Keadaan tidak bergigi, diet makanan lunak,
kebersihan mulut yang buruk, dan puasa. (Greenberg dan Lynch, 1994; Field dan Longman,
2003).
Keterbatasan pergerakan lidah yang dapat disebabkan oleh lesi minor yang sakit,
gangguan aliran saliva, deposit tembakau dan alkohol, gangguan pencernaan dan pernafasan,
atau kondisi demam, dapat mengakibatkan terbentuknya selaput pada lidah berupa plak putih
atau berwarna(Greenberg dan Lynch, 1994.; Tyldesley, 2003 ).
3.1.4 Gambaran Klinis
Coated tongue memberikan gambaran klinis seperti lidah yang ditutupi oleh selaput
berwarna putih, coklat, atau hitam. Pewarnaan ini tergantung dari pigmen yang masuk.
Coated tongue biasanya melibatkan 2/3 posterior bagian dorsum lidah. Pada keadaan ini,
keratin pada lidah tidak terdeskuamasi dan terakumulasi di papila filiformis. Oleh karena itu,
lidah tampak tebal dan berselaput (Greenberg dan Glick, 2003).
3.1.5 Diagnosis Banding
Beberapa keadaan klinis yang dapat dijadikan diagnosis banding dari coated tongue
yaitu (Langlais dan Miller, 1994; Greenberg dan Glick, 2003):
Candidiasis
Merupakan infeksi superficial dari jamur Candida albicans di lapisan terluar epithelium
yang memberikan gambaran plak berwarna putih, difus, bergumpal atau seperti beludru. Plak
ini dapat dikerok dan meninggalkan permukaan merah, kasar, dan terkadang berdarah.
Faktor predisposisi timbulnya kandidiasis secara local yaitu kebersihan rongga mulut yang
buruk, xerostomia, kerusakan mukosa, gigi tiruan, obat kumur, dan penggunaan antibiotik.
Sedangkan faktor predisposisi secara sistemik yaitu penggunaan antibiotic spectrum luas,
steroid, obat-obatan immunosupresif, radiasi, infeksi HIV, kelainan hematologis, neutropenia,
anemia defisiensi Fe, immunodefisiensi sel, kelainan endokrin (Laskaris, 2006).
Gambar 6. Lesi pseudomembranous candidiasis pada lidah
Hairy Tongue
Hairy tongue merupakan pemanjangan abnormal dari papila filiformis akibat deposisi
keratin yang meningkat maupun keterlambatan lepasnya lapisan tanduk. Warna lapisan putih,
kuning, coklat, atau hitam pada dorsum lidah akibat faktor intrinsik dikombinasikan dengan
faktor ekstrinsik. Biasanya tanpa gejala, tapi terkadang dapat terasa gatal (Lynch, 1994).
Hairy Tongue (Greenberg & Glick, 2003)
Hairy leukoplakia
Etiologinya berasal dari infeksi Epstein-Barr Virus pada penderita HIV. Lesi ini
terutama terletak di tepi lateral lidah, tetapi dapat meluas menutupi permukaan dorsal dan
ventralnya. Hairy leukoplakia juga berhubungan dengan kondisi penurunan system imun
pasien, misalnya pada pasien yang mengalami transplantasi organ dan pasien yang diberikan
terapi steroid jangka panjang Dinamakan hairy leukoplakia karena kupasan seperti rambut
dari lapisan permukaan parakeratotik.
Gambar 7. Hairy leukoplakia pada permukaan ventral lidah dan dasar mulut
3.1.6 Terapi
Terapi yang dapat dilakukan untuk coated tongue adalah sebagai berikut:
1. Menghentikan faktor-faktor yang dapat memperparah kondisi kelainan tersebut, seperti
penggunaan obat-obatan antibiotik, pemakaian geligi tiruan, pasien yang mengalami
dehidrasi, pasien dengan kebersihan mulut yang kurang baik, demam, pasien dengan
penyakit sistemik yang melemahkan, dan pasien yang sedang sakit parah. Apabila coated
tongue diakibatkan oleh penyakit sistemik, maka dengan mengobati penyakit sistemik
tersebut, selaput pada lidah ini pun akan berkurang. Apabila akibat penggunaan antibiotik
atau kemoterapi, maka tidak diperlukan tindakan karena akan sembuh dengan sendirinya
saat penggunaan obat-obat tersebut dihentikan. Apabila akibat rokok, kebiasaan harus
dihilangkan. Minum banyak air dan makan buah-buahan seperti apel, dan sayur-sayuran
seperti brokoli juga dapat membantu melepaskan debris putih dari lidah. Berkumur
dengan kandungan asam askorbat, mungkin akan membantu, terutama jika
dikombinasikan dengan menyikat lidah (Field & Longman, 2003).
2. Meningkatkan kebersihan rongga mulut dan melakukan pembersihan lidah dengan sikat
gigi berbulu lembut atau tongue scrapper untuk mengurangi ketebalan lapisan selaput,
menghilangkan sel-sel keratin yang mati, menghilangkan bakteri dan bau mulut (Danser,
2003).
3. Memperbaiki kondisi malnutrisi agar regenerasi sel tubuh berlangsung baik, sehingga
meminimalisir terjadinya hiperkertinisasi pada coated tongue (G. Campisi, V. Margiotta; 30:
2001)
3.2 SCALLOPED TONGUE (CRENATED TONGUE)
3.2.1 Definisi Scalloped Tongue
Merupakan suatu keadaan yang umum, ditandai oleh lekukan-lekukan pada tepi
lateral lidah. Keadaan tersebut biasanya bilateral, tetapi dapat unilateral atau terisolasi pada
daerah dimana lidah berkontak erat dengan gigi-gigi.
3.2.2 Etiologi
Tekanan abnormal dari gigi-gigi pada lidah mencetak pola tertentu, yang tampak
sebagai oval-oval cekung yang dibatasi tepi seperti kerang yang putih dan menimbul.
Penyebabnya meliputi keadaan-keadaan yang menyebabkan tekanan abnormal pada lidah
seperti gesekan dari lidah terhadap gigi dan diastema, kebiasaan menjulurkan lidah,
menghisap lidah dan makroglosia.
3.2.3 Gambaran Klinis
Scalloped tongue dapat dijumpai dalam kaitannya dengan kelainan sendi
temporomandibular, keadaan-keadaan sistemik seperti akromegali dan amiloidosis serta
kelainan-kelainan genetic seperti down sindrom dan juga pada pasien yang normal. Keadaan
tersebut sama sekali tidak berbahaya dan tanpa gejala.
3.2.4 Diagnosis Banding
Frictional Hiperkertosis
Definisi Lesi putih yang disebabkan karena adanya tekanan dalam mulut dan menyebabkan pembentukan keratin yang berlebihan. Contoh : kebiasaan menggigit pipi dan lidah. Friksional keratosis biasanya tidak menyebabkan adanya gejala,lesi putih tersebut biasanya tidak ganas. Secara umum, dua kali lebih banyak penderita friksional keratosis adalah wanita di banding dengan laki-laki.
Penyebab• Kebiasaan menggigit pipi, mengunyah pipi, thrusting lidah, atau menghisap mukosa.
• Prothesa lepasan yang kasar, atau patah dan peralatan orthodontik • Permukana gigi yang fraktur atau tidak rata yang mempengaruhi jaringan lunak disekitarnya. • Terkadang, lesi keratosis friksional mungkin terjadi sebagai akibat dari gesekan konstan benda eksternal, seperti pipa tembakau; instrumen musik, didalam mulut untuk jangka waktu yang lama.
• Penyikatan gigi yang tidak benar dan alat bantu kebersihan mulut yang lain mempengaruhi jaringan attached gingival.
• Kebiasaan pengunyahan pipi, juga dikenal sebagai morsicatio buccarum sehingga lesi putih menyebar. Bercak putih ini berhubungan dengan kebiasaan oral kronis yang sadar ataupun tidak sadar.
Gambaran Klinis
• Biasanya, lesi terlihat sebagai bercak asimptomatik putih yang jelas, fokal, dan berwarna translusen-hingga-opaque dengan tepi yang berbatas tegas. Permukaan lesi mungkin terlihat tidak teratur dan terasa kasar pada lidah.
• Salah satu gambaran yang paling umum dari hiperkeratosis friksional adalah linea alba (garis putih). Ciri ini bermanifestasi sebagai penebalan horisontal mukosa bukal disepanjang permukaan oklusal gigi. Linea alba diperkirakan berasal dari kebiasaan menggigit pipi kronis atau penghisapan jaringan ini .
(Garis putih yang terlihat pada pipi sama tingginya dengan bidang gigitan gigi. Keausan permukaan oklusal gigi molar mengarah bahwa pasien memiliki kebiasaan bruxism)
Predileksi• Bibir
• Tepi lateral lidah
• Mukosa bukal (sebagian besar disepanjang garis oklusal)
• Lingir alveolar yang tidak bergigi.
3.2.5 Perawatan
• Hilangkan factor penyebab seperti menghentikan kebiasaan menggigit pip dan bibir.
• Lakukan perawatan pada gigi yang fraktur dan pada permukaan gigi yang kasar.
• Perbaiki gigi tiruan yang tidak cekat secara merata
• Amati dan awasi pasien pasti bahwa area friksional sembuh dalam waktu yang tepat. Secara
umum, pasien seharusnya dievaluasi kembali dalam waktu 2-3 minggu untuk tanda
pengurangan atau penyembuhan lesi
• Apabila factor penyebab telah dihilangkan dan tidak terjadi penyembuhan, dapat dilakukan
biopsi jaringan untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan displastik atau neoplastik yang
ada.
3.3 Linea Alba
3.3.1 Definisi
Suatu garis tebal bergelombang pada mukosa pipi setinggi bidang okiusi dengan
panjang yang bervariasi. Biasanya terlihat bilateral, cukup jelas pada beberapa orang dan
berwarna kelabu pucat atau putih. Secara umum kelainan bertanduk tanpa gejala ini lebarnya
1 sampai 2 mm dan memanjang dan mukosa pipi daerah molar kedua sampai ke kaninus.
3.3.2 Etiologi
Linea alba disebabkan oleh muskulus buksinatorius yang menekan mukosa melalui tonjolan-tonjolan (cusp) gigi posterior rahang atas ke dalam garis oklusi. Linea alba juga seningkali dikaitkan dengan creanated tongue dan dapat merupakan tanda dan bruksisme serta clenching.
3.3.4 Gambaran Klinis
Perubahan-perubahan epitel yang menebal yang terdiri atas jaringan hiperkeratotik yang merupakan suatu respon terhadap gesekan pada gigi-gigi.
Gambaran klinisnya menunjukkan ciri diagnostik sehingga mudah didiagnosa.
3.3.5 Diagnosis Banding
Morsicatio Buccarum
Morsicato buccarum atau menggigit pipi adalah kebiasaan umum yang membuat
meningkatnya perubahan-perubahan mukosa. Pada awalnya plak-plak dan lipatan-lipatan
putih sedikit menimbul, tampak dalam pola difus menutupi daera-daerah trauma. Cedera
yang lebih hebat akan menimbulkan suatu respon hiperplastik yang menambah
besarnyaplak. Kadang-kadang terlihat pola garis atau menyebar, dengan daerah tebal dan
tipis tampak berdampingan. Cedera yang menetap akan menimbulkan eritema dan ulserasi
traumatic yang berseblahan.
Mukosa tergigit biasanya terlihat pada mukosa pipi dan kurang sering pada mukosa
bibir. Lesi-lesi tersebut dapat unilateral atau bilateral dan dapat terjadi pada semua usia.
Tidak ada laporan redileksi jenis kelamin atau ras. Diagnosis memerlukan kepastian visual
dan verbal dari kebiasaan melampiaskan ketegangan. Meskipun morsicatio buccarum tidak
mempunyai potensi keganasan, pasien-pasien harus diingatkan terhadap perubahan-
perubahan mukosanya. Karena gambaran klinis yang sama, maka speckled leukoplakia dan
kandidiasis harus dibedakan. Secara mikroskopis ada perbedaan epitel yang masak normal
dengan permukaan parakeratotik berkerut dan peradangan subepitel minor.
3.3.6 Perawatan
Linea alba merupakan variasi normal dan tidak memerlukan perawatan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien wanita berusia 22 tahun datang dengan keluhan terdapat lapisan putih
kekuningan, terasa kotor dan tidak sakit terutama pada bagian belakang dan samping
lidahnya sejak dua minggu lalu. Pasien baru menyadari adanya lapisan ini setelah meminum
suplemen Curcuma, Vitazim, Hepabalance dan Toxilite pasca perawatan gejala hepatitisnya.
Pasien menyikat giginya dua kali sehari, pagi setelah makan dan malam sebelum tidur tanpa
membersihkan lidahnya. Pasien mengaku suka memakan makanan lunak dan memiliki
kebiasaan menggigit-gigit pipi secara sadar atau tidak saat merasa stress. Saat ini pasien
ingin lidahnya diperiksa dan keluhan dihilangkan.
Pada pemeriksaan klinis ditemukan selaput berwarna putih kekuningan pada 2/3
posterior dorsum lidah. Gambaran klinis tersebut menyerupai gambaran lidah berselaput. Saat
discrap lapisan putih pada lidah pasien dapat hilang tanpa menghilangkan bekas eritem.
Coated tongue adalah suatu kelainan pada lidah, dimana lidah dilapisi oleh selaput atau
pseudomembran (Laskaris, 2006). Pada lesi Candidiasis pseudomembranosus (thrush), lesi
terbentuk dari pseudomembran dan dapat dengan mudah diangkat (discrapping) dan jika
diangkat akan meninggalkan daerah eritem (Scully and Porter, 2003). Sedangkan, oral hairy
leukoplakia mempunyai gambaran berupa lesi putih yang tidak dapat diangkat dengan apusan
(Greenspan, 1992). Dari pemeriksaan klinis, dapat disimpulkan diagnosis penyakit dari
pasien ini adalah coated tongue pada 2/3 posterior dorsum lidah.
Hasil anamnesis menyebutkan bahwa kondisi fisik pasien yang menurun karena gejala
hepatitisnya yang kambuh mengakibatkan asupan makanan berserat seperti buah-buahan dan
sayur melalui mulut berkurang. Lapisan keratin terbentuk pada lapisan teratas lidah. Lapisan
ini dapat terlepas dan tertelan bersamaan dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Dalam keadaan lidah normal, jumlah antara keratin yang terbentuk, seimbang dengan jumlah
keratin yang terdeskuamasi. Ketidakseimbangan antara jumlah keratin baru yang terbentuk
pada papil lidah dengan jumlah keratin papil lidah yang terdeskuamasi dapat menyebabkan
coated tongue. Keadaan coated tongue ini bisa diakibatkan karena kecepatan antara keratin
yang seharusnya sudah terlepas lebih lambat dibanding jumlah keratin yang baru terbentuk,
atau dapat juga diakibatkan karena terjadinya penumpukan keratin terdeskuamasi pada
permukaan lidah sebagaimana yang terjadi pada pasien dehidrasi, kurang asupan makanan,
atau diet lunak. Keadaan dehidrasi dapat memperparah lapisan putih pada coated tongue
(AAOMP, 2005; Field and Longman, 2003; Lynch, 2004). Akumulasi keratin pada
permukaan lidah melapisi taste buds yang terdapat pada papil-papil lidah hal ini dapat
menyebabkan alterasi sensasi rasa. Mulut kering juga dapat mengakibatkan perubahan
sensasi rasa (AAOMP, 2005; Field and Longman, 2003). Pada pemeriksaan intra oral, terlihat
plak (+), kalkulus (-), dan stain (-). Hal ini menunjukkan oral hygiene pasien yang termasuk
baik, namun pasien tidak pernah membersihkan lidah sehingga menambah parah lapisan
pseudomembran putih pada lidah pasien.
Pada kasus ini pasien diberikan terapi oral hygiene instructions tentang pentingnya
menjaga kesehatan gigi dan mulut, cara menjaga kebersihan gigi dan mulut, dan pemberian
instruksi untuk membersihkan lidah dengan menggunakan tongue scrapper atau sikat gigi
berbulu lembut setiap setelah selesai menyikat gigi. Selain itu, pasien diberikan ajuran untuk
banyak asupan cairan dan konsumsi makanan sehat. Pembersihan lidah telah digunakan di
banyak negara sebagai salah satu bagian terpenting dari oral hygiene (Danser, 2003). Tongue
scraping, penyikatan lidah, dan berkumur dengan obat kumur tertentu telah dilakukan di
berbagai negara untuk meningkatkan kesehatan rongga mulutnya. Pembersihan lidah, baik
dengan scraper ataupun sikat gigi berbulu halus merupakan suatu prosedur yang sederhana
dan cepat untuk melepaskan organisme dan debris dari lidah (Danser, 2003). Asupan cairan
dan konsumsi makanan sehat bertujuan agar pasien tidak dehidrasi, meningkatkan stamina
pasien, serta mempercepat regenerasi sel epitel papila filiformis pasien. Pasien dianjurkan
untuk kontrol untuk mengevaluasi perubahan pada keadaaan lidahnya. Dianjurkan pula
asupan makanan yang sehat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan untuk memenuhi
kebutuhan pergantian sel-sel jaringan tubuh dan membangun sel-sel baru untuk mengganti
sel-sel yang rusak.
Setelah dilakukan kontrol, keadaan lidah sudah membaik, namun pasien mengeluhkan
terkadang suka hilang timbul terutama jika pasien sedang dehidrasi. Terapi yang diberikan
adalah melanjutkan oral hygiene instructions dan terus mencukupi asupan cairan dan diet
sehat. Coated tongue dapat muncul hilang timbul dalam waktu yang singkat, dan lapisan
ketebalan pseudomembran dapat diperparah pada saat keadaan pasien dehidrasi (Laskaris,
2006; Lynch, 1994).
Scalloped tongue dan linea alba tidak memerlukan terapi, sehingga operator hanya
memberikan Oral Hygiene Instruction yaitu intruksi pada pasien agar menjaga kebersihan
gigi dan mulutnya seperti memberitahukan teknik menyikat gigi yang benar, frekuensi dan
waktu menyikat gigi.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan diketahui pasien menderita coated tongue. Berdasarkan
anamnesa didapatkan bahwa penyebabnya adalah kondisi tubuh pasien yang menurun serta
pengaruh obat-obatan yang sedang diskonsumsi oleh pasien.
Pasien diberikan terapi berupa tongue scrapper sehari dua kali setelah sikat gigi, yaitu
setelah makan pagi dan sebelum tidur. Pasien diberikan instruksi mengenai cara menjaga
kesehatan rongga mulutnya dan asupan diet makanan berserat serta kontrol 1 minggu untuk
mengetahui perkembangan dari penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Oral and Maxillofacial Patholog. 2005. Hairy/Coated Tongue Patient Information. Available at http://www.aaomp.org/public/docs/hairy-tounge.pdf Diakses pada tanggal 2 November 2011
Bruch, J.M and N. Treister. 2010. Clinical Oral Medicine and Pathology. New York : Humana Press.
Cawson, RA and EW Odell. 2002. Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine 7th ed. Edinburg : Churchill Livingstone.
Field, A and L. Longman. 2003. Tyldesley's Oral Medicine. 5th ed. Oxford University Press.
Greenberg, M.S. and M.A. Lynch. 1994. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment. 9th ed. USA: J.B. Lippincott Company.
Greenberg, M.S and M. Glick. 2003. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment. 10th
ed. Hamilton: BC Decker Inc.
Jordan,R. and Michael O. Lewis. 2004. A Colour Handbook of Oral Medicine. UK : Manson Publishing.
Laskaris, George. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease 2nd Ed. New York : Thieme.
Mosby’s Dental Dictionary. 2008. Candidiasis. Available online at http://medical-dictionary.thefreedictionary.com (diakses tanggal 19 Mei 2011).
Nirwanda,D. 2010. Prevalensi dan Distribusi Kelainan dan Penyakit Lidah pada Pasien RSGM USU. Medan : FKG USU.
Sciubba et al. 2002. PDQ Oral Disease : Diagnosis and Treatment. Canada : BC Decker Inc.