Upload
rifqy-mamduh-maladzi
View
44
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Spesifikasi Bahan
a. Beton
Beton (concrete) adalah bahan bangunan yang diperoleh dari hasil
pencampuran antara semen, air, agregat halus, dan agregat kasar dengan
perbandingan tertentu dan kadang-kadang ditambah bahan campuran.
Campuran air dengan semen disebut pasta semen berfungsi sebagai
perekat, agregat halus berupa pasir atau abu batu sedangkan agregat kasar
berupa kerikil atau batu pecah yang keduanya berfungsi sebagai pengisi.
Bahan tambahan campuran hanya diberikan untuk tujuan tertentu saja
seperti mempermudah pengerjaan, mempercepat pengerasan,
memperlambat pengerasan, dan lain sebagainya. Bahan dasar beton dapat
diperoleh dari hasil seleksi dan proporsi yang ekonomis, selanjutnya
dicampur sesuai persyaratan mudah pengerjaannya, dicetak dalam bentuk
maupun ukuran yang diinginkan dan mengeras sesuai dengan umur
menjadi beton yang kuat serta tahan lama. Berikut merupakan daftar
bahan-bahan dasar dalam pembuatan beton beserta sifat-sifatnya :
1) Semen hidrolis (Portland cement) : kualitas dan kecepatan
pengerasan.
2) Agregat Halus :
a) Gradasi, mempengaruhi kemudahan pengerjaanya.
b) Kadar air, mempengaruhi perbandingan air-semen.
c) Lumpur, mempengaruhi kekuatan.
d) Kebersihan, mempengaruhi kekuatan dan sifat awet
beton.
3) Agregat Kasar :
a) Gradasi, mempengaruhi kemudahan pengerjaannya.
b) Kadar air, mempengaruhi perbandingan air semen.
c) Kebersihan, mempengaruhi kekuatan dan sifat awet
beton.
1
4) Air : kuantitasnya mempengaruhi hampir semua sifatnya,
kualitas mempengaruhi pengerasan, kekuatan sifat awet, dan
lain-lain.
5) Bahan tambahan :
Modifikasi dari sifat-sifat beton. Hal ini masih tergantung
pada jenis dan jumlah campuran yang dipakai.
Berdasarkan pada bahan penyusunnya, beton dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Beton (concrete) adalah beton umum yang diperoleh
sesuai dengan definisi sebelumnya.
b) Beton Bertulang (reinforced concrete) adalah bahan
struktural yang diperoleh dari hasil penggabungan
antara beton dengan tulangan baja.
c) Beton pratekan (prestressed concrete) adalah bahan
struktural yang diperoleh dari hasil penggabungan
antara beton dengan kabel baja.
d) Beton serat (fiber concrete) adalah bahan yang
diperoleh dari hasil pencampuran antara beton dengan
serat dari logam atau non-logam secara merata.
e) Beton polimer (latex modified concrete) adalah bahan
yang diperoleh dari hasil pencampuran antara beton
dengan polimer atau lateks cair.
b. Baja
Baja (steel) adalah bahan bangunan logam paduan antara besi dan
karbon yang berkaitan secara sangat kuat dan tersementasi akibat proses
thermokimia, baja ini diperoleh dari hasil pemrosesan kembali besi kasar
dengan mereduksi kadar karbon dibawah 2% dan sedikit sekali kotoran
yang ada seperti fosfor, silikon, belerang, dan mangan. Baja adalah logam
yang berwarna biru gelap dan bersifat mengkilap, tidak tembus sinar,
kedap air, konduktor panas dan listrik, bentuknya mudah dirubah, dan
dapat mencair.
2
Secara praktis baja sebagai bahan bangunan dipasarkan dalam
bentuk pelat, lembaran, strip, batang, atau balok dengan panjang tertentu
dan bermacam-macam bentuk penampang seperti bulat, kotak, tabung,
profil (I, H, C, T, L, Z).
Komposisi kimia pada baja terdiri dari besi berkisar (96-98)%,
karbon berkisar (0,15-1,50)%, silikon berkisar (0,20-0,30)%, belerang
berkisar (0,05-0,55)%, fosfor berkisar (0,05-0,55)%, dan mangan berkisar
(0,60-1,65)%. Secara fisik baja merupakan bahan bangunan yang
mempunyai berat jenis 7,85 dan berat jenisnya 7850 kg/m3. Kekerasan baja
dengan uji Brinell berkisar (150-190)HB. Titik lebur baja sekitar 1500°C
dan konduktivitas panasnya adalah 50 W/m°C.
Untuk lebih mengingat lagi daya gunanya, baja dapat diproses lagi
dengan menambahkan bahan logam lain yang disebut dengan baja paduan.
Misalnya untuk meningkatkan kekuatan tarik dapat ditambah mangan,
nikel, kromium, dan vandanium dengan prosentase tertentu, untuk
meningkatkan daya tahan terhadap berat dapat ditambahkan kromium (13-
20)% yang disebut dengan baja tahan lama karat (strainless steel).
(Sumber : Hendro Suseno “Bahan Bangunan untuk Teknik Sipil)
3
1.2. Data Perencanaan
1.2.1. Data Bangunan
a) Fungsi bangunan : Apartment
b) Mutu Bahan : fc = 30 MPa fy = 360 MPa
c) Tinggi Tiap Lantai : 4.75 m
d) Modulus Elastisitas Beton (Ec) : 4700 √fc
4700 √30 = 25742.96 MPa
e) Modulus Elastisitas Baja (Es) : 200.000 MPa
f) Faktor Keutamaan (I) : 1.0 (tabel 1 pasal 4.1.2 SNI
1726-2002)
g) Perencanaan : SRPMK
1.2.2. Data Disain Gempa
a) Daerah Gempa : 3
b) Jenis Tanah Dasar : Keras
Dengan Nilai SPT untuk tanah keras :
1) Percepatan puncak batuan dasar (g) = 0.15 (tabel 5 pasal
4.7.2 SNI 1726 – 2002)
2) Percepatan puncak muka tanah Ao = 0.18 (tabel 5 pasal
4.7.2 SNI 1726 – 2002)
3) Tc tanah keras = 0.5 detik (tabel 6 pasal 4.7.6 SNI 1726 –
2002)
4) Am = 0,45 (tabel 6 pasal 4.7.6 SNI 1726 – 2002)
5) Ar = Am x Tc = 0.23 (tabel 6 pasal 4.7.6 SNI 1726 – 2002)
1.2.3. Peraturan Yang Digunakan
a) Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung
b) SNI 03 - 1729 - 2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
Untuk Bangunan Gedung
c) SNI 1726 – 2012 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung
d) SNI 03 – 2847 – 2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
4
1.3. Pendimensian Balok dan Kolom
1.3.1. Dimensi Balok
a. Untuk panjang balok (L) = 9 m = 9000 mm
1. Balok Induk arah X
h min = L/16
= 9000/16
= 562.5 mm
Dipakai h = 600 mm
b min = 1/2 h
= 1/2 x 600
= 300 mm
b maks = 2/3 h
= 2/3 x 600
= 400 mm
Dipakai b = 400 mm
2. Balok Induk arah Y
h min = L/16
= 5500/16
= 343.75 mm
Dipakai h = 400 mm
b min = 1/2 h
= 1/2 x 400
= 200 mm
b maks = 2/3 h
= 2/3 x 400
= 266.67 mm
Dipakai b = 250 mm
Sehingga dimensi balok yang digunakan dalam
perencanaan adalah (400 x 600) mm
3. Balok anak
Luas plat = 5.5 x 3 = 16.5 m2, maka menggunakan balok
anak dengan dimensi 250 x 400 mm.
5
1.3.2. Dimensi Kolom
Dipakai kolom persegi dengan dimensi :
Untuk L = 9000 mm dan H = 4750 mm
.b h3
12H
= 1.2 b h3
12LB
.b4
124750
= 1.2 400 x 6003
129000
b = h = 483.66 mm
dipakai b = 500 mm
1.4. Perencanaan Plat
1.4.1. Plat Lantai
a. Penentuan syarat – syarat batas dan bentangnya.
ly
lxLx = 5500 mm
Ly = 3000 mm
β = Lx/Ly
= 5500/3000 = 1.83
1 < β < 3 (two way slab)
b. Tebal Plat Lantai
Berdasarkan SNI 03-2847-2002, pasal 115, hal 66 :
αm = Eb x IbEp x Ip
= 4700√30 x 1
12x 400 x7003
4700√30 x 112
x 1000 x 1203
= 79.4
6
Karena αm > 2 maka :
hmin = ln (0.8+ fy
1500)
36+9 β
= 5500(0.8+ 360
1500)
36+9 x1.83
= 109.01 mm
hmaks = ln (0.8+ fy
1500)
36
= 5500(0.8+ 360
1500)
36
= 158.88 mm
Sehingga diambil plat lantai dengan tebal plat (h) = 120 mm,
karena berdasarkan SNI 03-2847-2002 hal 65-66 untuk αm>2.0
ketebalan plat minimum tidak boleh kurang dari 90mm.
1.4.2. Plat Atap
a. Penentuan syarat – syarat batas dan bentangnya.
ly
lxLx = 5500 mm
Ly = 3000 mm
β = Lx/Ly
= 5500/3000 = 1.83
1 < β < 3 (two way slab)
7
b. Tebal Plat Atap
Berdasarkan SNI 03-2847-2002, pasal 115, hal 66 :
αm = Eb x IbEp x Ip
= 4700√30 x 1
12x 400 x7003
4700√30 x 112
x 1000 x 1203
= 79.4
Karena αm > 2 maka :
hmin = ln (0.8+ fy
1500)
36+9 β
= 5500(0.8+ 360
1500)
36+9 x1.83
= 109.01 mm
hmaks = ln (0.8+ fy
1500)
36
= 5500(0.8+ 360
1500)
36
= 158.88 mm
8
Sehingga diambil plat Atap dengan tebal plat (h) = 120 mm,
karena berdasarkan SNI 03-2847-2002 hal 65-66 untuk αm>2.0
ketebalan plat minimum tidak boleh kurang dari 90mm.
1.5. Denah Struktur
Denah struktur bangunan serta portal baik arah memanjang (Sumbu X),
melintang (Sumbu Y), dan denah arah bangunan, ditunjukkan pada
gambar 1.1, 1.2, dan 1.3
Gambar 1.1 Gambar Potongan Arah X
9
Gambar 1.2 Gambar Potongan Arah Y
Gambar 1.3 Denah Arah Bangunan
10
BAB II
PERHITUNGAN GEMPA
1.1. Pembebanan Gedung
1.1.1. Perhitungan Beban Mati
a. Struktur Lantai 1 dan 2
1) Berat spesi
= 0.003m x 2100kg/m3 x 11m x 36m = 24.948kg
2) Berat keramik (tebal 1cm)
= 0.01m x 24kg/m3 x 11m x 36m = 95.04kg
3) Beban plafond dan penggantung
= 18kg/m2 x 11m x 36m = 7128kg
4) Beban mekanikal dan elektrikal
= 25kg/m2 x 11m x 36m = 9900kg
Total beban mati tambahan lantai : 24.948kg + 95.04kg
+ 7128kg + 9900kg = 17148.02 kg
11
b. Struktur Lantai 3
1) Berat spesi
= 0.003m x 21kg/m3 x 11m x 36m = 24.948kg
2) Beban plafond dan penggantung
= 18kg/m2 x 11m x 36m = 7128kg
3) Beban mekanikal dan elektrikal
= 25kg/m2 x 11m x 36m = 9900kg
Total beban mati tambahan lantai : 24.948kg + 7128kg +
9900kg = 17052.98 kg
1.1.2. Perhitungan Beban Hidup
a. Struktur Lantai 1 dan 2
1) Beban Hidup tiap Lantai
= 250kg/m2 x 11m x 36m = 99000kg
2) Faktor Reduksi 75% berdasarkan tabel 4, hal 147, SNI
03-1727-1989, maka Reduksi Beban Hidup
= 0.75 x 99000kg = 74250kg
b. Struktur Lantai 3
1) Beban Hidup tiap Lantai
= 100kg/m2 x 11m x 36m = 39600kg
2) Faktor Reduksi 75% berdasarkan tabel 4, hal 147, SNI
03-1727-1989, maka Reduksi Beban Hidup
= 0.75 x 39600kg = 29700kg
1.1.3. Perhitungan Berat Bangunan
a. Struktur Lantai 1
1) Berat Plat
= n x p x l x h x Berat Jenis
= 24 x 5.5m x 3m x 0.12m x 2400kg/m3 = 114048kg
2) Berat Balok Induk
= n x b x h x l x Berat Jenis
= (12 x 0.4m x 0.6m x 9m x 2400kg/m3) + (10 x 0.4m x
0.6m x 5.5m x 2400kg/m3)
= 93888kg
12
3) Berat Balok Anak
= n x b x h x l x Berat Jenis
= 16 x 0.2m x 0.4m x 5.5m x 2400kg/m3
= 16896kg
4) Berat Kolom
= n x b x h x l x Berat Jenis
= (15 x 0.5m x 0.5m x 4.75m x 2400kg/m3) + (15 x 0.5m
x 0.5m x 2.375m x 2400kg/m3)
= 64125kg
b. Struktur Lantai 2
1) Berat Plat
= n x p x l x h x Berat Jenis
= 24 x 5.5m x 3m x 0.12m x 2400kg/m3 = 114048kg
2) Berat Balok Induk
= n x b x h x l x Berat Jenis
= (12 x 0.4m x 0.6m x 9m x 2400kg/m3) + (10 x 0.4m x
0.6m x 5.5m x 2400kg/m3)
= 93888kg
3) Berat Balok Anak
= n x b x h x l x Berat Jenis
= 16 x 0.2m x 0.4m x 5.5m x 2400kg/m3
= 16896kg
4) Berat Kolom
= n x b x h x l x Berat Jenis
= (15 x 0.5m x 0.5m x 4.75m x 2400kg/m3)
= 42750kg
c. Struktur Lantai 3
1) Berat Plat
= n x p x l x h x Berat Jenis
= 24 x 5.5m x 3m x 0.12m x 2400kg/m3 = 114048kg
2) Berat Balok Induk
= n x b x h x l x Berat Jenis
13
= (12 x 0.4m x 0.6m x 9m x 2400kg/m3) + (10 x 0.4m x
0.6m x 5.5m x 2400kg/m3)
= 93888kg
3) Berat Balok Anak
= n x b x h x l x Berat Jenis
= 16 x 0.2m x 0.4m x 5.5m x 2400kg/m3
= 16896kg
4) Berat Kolom
= n x b x h x l x Berat Jenis
= (15 x 0.5m x 0.5m x 2.375m x 2400kg/m3)
= 21375kg
1.1.4. Perhitungan Berat Dinding
a. Struktur Lantai 1
= (p + l) x 2m x h x Berat Dinding
= (34+10) x 2m x (4.75m + 2.375m – 0,5m) x 250kg/m2
= 145750kg
b. Struktur Lantai 2
= (p + l) x 2m x h x Berat Dinding
= (34 + 10) x 2m x (4.75m- 0,5m) x 250kg/m2 = 93500kg
c. Struktur Lantai 3
= (p + l) x 2m x h x Berat Dinding
= (34 + 10) x 2m x (2.375m-0,5m) x 250kg/m2 = 41250kg
1.1.5. Perhitungan Total Beban
a. Total Beban Lantai 1
= 17148.02 + 74250 + 288957
= 380355.02 kg
b. Total Beban Lantai 2
= 17148.02 + 74250 + 267582
= 358980.02 kg
c. Total Beban Lantai 3
= 17052.98 + 29700 + 246207
14
= 292959.98 kg
1.1.6. Perhitungan Beban Gempa
a. Perioda Getar Empiris Struktur
TE = 0.0731 x H3/4
= 0.0731 x 14,253/4
= 0,5631 detik
b. Faktor Respon Gempa
C = Am x Tc
TE
= 0.5 x 0.50.5631
= 0.444
c. Beban Geser Dasar Nominal
V = C I Wt
R
= 0.444 x1 x1032295
8.5
= 53922.233 kg
d. Perhitungan Gaya Lateral Ekuivalen (Fi)
Fi = Wi x Zi
∑Wi x ZiV
Tabel 2.1. Gaya Lateral Ekuivalen Gempa
Lantai Zi Wi Wi.Zi Fx Vx Fy Vy
3 14,25 292959.984174679.71
523968.88
923968.88
923968.88
923968.88
9
2 9,5 358980.02 3410310.1919580.26
943549.15
819580.26
943549.15
8
1 4,75 380355.021806686.34
510373.07
553922.23
310373.07
553922.23
3
Jumlah 9391676.2553922.23
3*Zi = Tinggi
Wi = Berat
15
Tabel 2.2. Gaya Lateral Ekuivalen Gempa pada Portal arah X dan Y
Lantai Zi 1/5 Fy 1/3 Fx3 14,25 4793.778 7989.6292 9,5 3916.054 6526.7561 4,75 2074.615 3457.692
Gambar 2.1. Beban Gempa pada Portal Memanjang arah X
BAB III
ANALISA PEMBEBANAN DAN ANALISA STRUKTUR
1.2.
3.1. Persebaran Beban
3.1.1. Denah Penyebaran Beban
16
Gambar 3.1. Penyebaran Beban dengan Metode Amplop
3.1.2. Beban yang bekerja pada plat
a. Beban mati yang bekerja pada lantai1. Berat sendiri plat
0,12m x 2400 kg/m3 = 288 kg/m2
2. Berat spesi0,03m x 2100 kg/m3 = 63 kg/m2
3. Berat keramik0,01m x 2400 kg/m3 = 24 kg/m2
4. Berat plafond dan Penggantung = 18 kg/m2
5. Berat mekanikal elektrikal = 25 kg/m2
Total = 288 + 63 + 24 + 18 + 25 = 418 kg/mb. Beban mati yang bekerja pada atap
1. Berat sendiri plat0,1m x 2400 kg/m3 = 240 kg/m2
2. Berat Plafon dan Penggantung = 18 kg/m2
3. Berat mekanikal elektrikal = 25 kg/m2
Total = 240 + 18 +25 = 283 kg/m2
c. Beban sendiri balok1. Berat balok anak
17
0,2m x 0,4m x 2400 kg/m3 = 192 kg/m2. Berat balok induk
0,4m x 0,6m x 2400 kg/m3 = 576 kg/m
d. Beban hidup yang bekerja pada lantai Beban hidup = 250 kg/m2
e. Beban hidup yang bekerja pada atapBeban hidup = 100 kg/m2
3.1.3. Perhitungan Pembebanan Balok Anak pada portal Memanjang
1. Momen Ekuivalen Segitiga
Gambar 3.2. Momen Ekuivalen Segitiga
Momen maksimum Segitiga
= ½ . Wx . Lx2
= ½ . (0,5 . Lx . Wu) . Lx2
= 1/24 . Wu . Lx3
Momen maksimum beban merata
= 1/8 . q . Lx2
Momen maksimum segitiga = momen maksimum beban merata
1/8 . q . Lx2 = 1/24 . Wu . Lx3
Q ekuivalen = 1/3 . Wu . Lx
2. Momen Ekuivalen Trapesium
18
Gambar 3.3. Momen Ekuivalen Trapesium
Momen maksimum Trapesium
= 1/24 . W . (3Ly2 – 4a2)
= 1/24 . (0,5 . Lx . Wu) (3Ly2 – 4(0,5 . Lx)2)
= 1/48 . Wu . Lx . (3Ly2 – Lx2)
Momen maksimum beban merata
=1/8 . q . Lx2
Momen maksimum trapezium = Momen maksimum beban merata
1/8 . q . Lx2 = 1/48 . Wu . Lx (3Ly2 – Lx2 )
Q Ekuivalen = ½ q . LxLy 2 (Ly2 – 1/3 Lx2 )
3.2. Perhitungan Beban
3.2.1. Perhitungan Beban pada Balok Anak
19
Gambar 3.4. Denah balok anak yang ditinjau.
1. Beban pada lantai 1 dan 2a. Beban mati akibat berat sendiri
= 192 kg/m2
b. Beban mati akibat Plat = 2 x Q equivalen trapesium
= 2 x ½ q . LxLy 2 (Ly2 – 1/3 Lx2 )
= 2 x ½ 418 . 35.52 (5.52 – 1/3 x 32 )
= 564.818 kg/mBeban Mati total, qD = 756.818 kg/m
a. Beban Hidup= 2 x Q equivalen trapezium
= 2 x ½ q . LxLy 2 (Ly2 – 1/3 Lx2 )
= 2 x ½ 250 .35.52 (5.52 – 1/3 x 32 )
= 337.809 kg/mBeban Hidup total, qL = 337.809 kg/m
2. Beban pada lantai 3
20
a. Beban mati akibat berat sendiri= 192 kg/m2
b. Beban mati akibat plat= 2 x Q equivalen trapesium
= 2 x ½ q . LxLy 2 (Ly2 – 1/3 Lx2 )
= 2 x ½ 283 .35.52 (5.52 – 1/3 x 32 )
= 382.401 kg/mBeban Mati Total, qD = 574.401 kg/m
a. Beban hidup= 2 x Q equivalen trapezium
= 2 x ½ 100. 35,52 (5.52 – 1/3 x 32 )
= 135.124 kg/mBeban Hidup total, qL = 135.124 kg/m
3.2.2. Perhitungan Beban Balok Induk pada Portal memanjang
1. Beban merata pada lantai 1 dan 2a. Beban mati akibat berat sendiri
= 576 kg/m
b. Beban mati akibat plat= 6 x Q equivalen segitiga= 6 x 1/3 . q . Lx= 6 x 1/3 x 418 x 3 = 1254 kg/mBeban Mati Total, qD = 1.830 ton/m
c. Beban hidup= 6 x Q equivalen segitiga= 6 x 1/3 . q . Lx= 6 x 1/3 x 250 x 3 = 750 kg/mBeban Hidup Total, qL = 0.75 ton/m
21
2. Beban merata pada lantai 3a. Beban mati akibat berat sendiri
= 576 kg/m
b. Beban mati akibat plat= 6 x Q equivalen segitiga= 6 x 1/3 . q . Lx= 6 x 1/3 x 283 x 3 = 849 kg/mBeban Mati Total, qD = 1.425 ton/m
a. Beban hidup= 6 x Q equivalen segitiga= 6 x 1/3 . q . Lx= 6 x 1/3 x 100 x 3 = 300 kg/mBeban Hidup Total, qL = 0.3 ton/m
3. Beban Mati memusat lantai 1 dan 2= 2 x Va= 2 x (1/2 x 756.818 x 5.5)= 4162.499 kg= 4.163 ton
4. Beban Mati memusat lantai 3= 2 x Va= 2 x (1/2 x 574.401 x 5.5)= 3159.206 kg= 3.159 ton
5. Beban Hidup memusat lantai 1 dan 2= 2 x Va= 2 x (1/2 x 337.809 x 5.5)= 1857.949 kg= 1.858 ton
6. Beban Hidup memusat lantai 3= 2 x Va= 2 x (1/2 x 135.124 x 5.5)= 743.182 kg= 0.743 ton
22
3.2.3. Sketsa Beban pada Portal Memanjang
Gambar 3.5 Diagram Persebaran Beban Portal Memanjang Akibat Beban
Mati.
Gambar 3.6 Diagram Persebaran Beban Portal Memanjang Akibat Beban
Hidup.
23
3.2.4. Sketsa Beban pada Portal Melintang
Gambar 3.7 Diagram Persebaran Beban Portal Melintang Akibat Beban
Mati.
Gambar 3.8 Diagram Persebaran Beban Portal Melintang Akibat Beban
Hidup.
24
3.3. Perhitungan Analisa Struktur pada Portal Memanjang
3.3.1. Perhitungan DOF
DOF = 3 j – ( 3 f + 2 h + r + m )
= 3 x 20 – ( 3 x 5 + 2 x 0 + 0 + 27 )
= 18
S = 2 j – ( 2 f + 2 h + r + m )
= 2 x 20 – ( 2 x 5 + 2 x 0 + 0 + 27 )
= 3
Jadi kebebasan rotasi = 15
kebebasan translasi = 3
3.3.2. Faktor Kekakuan Batang
Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap = 112 x 500 x 5003 :
112 x 400 x 6003 :
112 x
400 x 6003
= 0.7234 : 1 : 1
k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 = E× I kolom
Lkolom :
E× I baloklantai
Lbalok :
E× I kolom
Lkolom :
E× I baloklantai
Lbalok :
E× I kolom
Lkolom :
E× I balok atap
Lbalok
= 0.7234 E
4750 : E9000 : 0.7234 E
4750 : E9000 :
0.7234 E4750 : E
9000
= 1: 0.729 : 1 : 0.729 : 1 : 0.729
3.3.3. Perhitungan Momen Primer
M12 = - 1
12 x q x L2 - P 1 x b2 x aL2 - P 2 xb2 x a
L2
= - 1
12 x 1.83 x 92 - 4.163 x62 x 3
92 - 4.163 x32 x692
= - 20.679 Ton m
25
M21 = 20.679 Ton m
M67 = - 1
12 x q x L2 - P 1 x b2 x aL2 - P 2 xb2 x a
L2
= - 1
12 x 1.83 x 92 - 4.163 x62 x 3
92 - 4.163 x32 x692
= - 20.679 Ton m
M76 = 20.679 Ton m
M1112 = - 1
12 x q x L2- P 1 x b2 x aL2 - P 2 xb2 x a
L2
= - 1
12 x 1.425 x 92 - 3.159 x 62x 3
92 - 3.159 x 32 x 692
= - 15.937 Ton m
M1211 = 15.937 Ton m
3.3.4. Analisa Perhitungan Takabeya
ƩM1 = 0
M1A = k (2m1 + mA + m1A) + M 1A
= 1 (2m1 + 0 + 0) – 0
= 2 m1
M12 = k (2m1 + m2 + m12) + M 12
= 0.729 (2m1 + m2 + 0) – 20.679
= 1.458 m1 + 0.729 m2 – 20.679
M16 = k (2m1 + m6 + m16) + M 1A
= 1 (2m1 + m6 + 0) – 0
= 2 m1 + m4
ƩM1 = M12 + M1A + M16
0 = 5.458 m1 + 0.729 m2 + m6 – 20.679
ƩM6 = 0
M61 = k (2m6 + m1 + m61) + M 61
= 1 (2m6 + m1 + 0) – 0
= 2 m6 + m1
M67 = k (2m6 + m7 + m67) + M 67
26
= 0.729 (2m6 + m7 + 0) – 20.679
= 1.458 m6 + 0.729 m7 – 20.679
M611 = k (2m6 + m11 + m611) + M 611
= 1 (2m6 + m11 + 0) – 0
= 2 m6 + m11
ƩM6 = M61+ M67 + M611
0 = 5.458 m6 + m1 + 0.729 m7 + m11 – 20.679
ƩM11 = 0
M116 = k (2m11 + m6 + m116) + M 116
= 1 (2m11 + m6 + 0) – 0
= 2 m11 + m6
M1112 = k (2m11 + m12 + m1112) + M 1112
= 0.729 (2m11 + m12 + 0) – 15.937
= 1.458 m11 + 0.729 m12 – 15.937
ƩM11 = M116 + M1112
0 = 3.458 m11 + m6 + 0.729 m12 – 15.937
ƩM2 = 0
M2B = k (2m2 + mB + m2B) + M 2B
= 1 (2m2 + 0 + 0) – 0
= 2 m2
M21 = k (2m2 + m1 + m21) + M 21
= 0.729 (2m2 + m1 + 0) + 20.679
= 1.458 m2 + 0.729 m1 + 20.679
M23 = k (2m2 + m3 + m23) + M 23
= 0.729 (2m2 + 0 + 0) – 20.679
= 1.458 m2 – 20.679
M27 = k (2m2 + m7 + m27) + M 27
= 1 (2m2 + m7 + 0) – 0
= 2 m2 + m7
ƩM2 = M21 + M2B + M23 + M27
27
0 = 6.916 m2 + 0.729 m1 + m7
ƩM7 = 0
M72 = k (2m7 + m2 + m72) + M 72
= 1 (2m7 + m2 + 0) – 0
= 2 m7 + m2
M76 = k (2m7 + m6 + m76) + M 76
= 0.729 (2m7 + m6 + 0) + 20.679
= 1.458 m7 + 0.729 m6 + 20.679
M78 = k (2m7 + m8 + m78) + M 78
= 0.729 (2m7 + 0 + 0) – 20.679
= 1.458 m7 – 20.679
M712 = k (2m7 + m12 + m712) + M 712
= 1 (2m7 + m12 + 0) – 0
= 2 m7 + m12
ƩM7 = M76 + M72 + M78 + M712
0 = 6.916 m7 + m2 + 0.729 m6 + m12
ƩM12 = 0
M127 = k (2m12 + m7 + m127) + M 127
= 1 (2m12 + m7 + 0) – 0
= 2 m12 + m7
M1211 = k (2m12 + m11 + m1211) + M 1211
= 0.729 (2m12 + m11 + 0) + 15.937
= 1.458 m12 + 0.729 m11 + 15.937
M1213 = k (2m12 + m13 + m1213) + M 1213
= 0.729 (2m12 + 0 + 0) – 15.937
= 1.458 m12 – 15.937
ƩM12 = M127 + M1211 + M1213
0 = 4.916 m12 + m7 + 0.729 m11
Selesaikan persamaan tersebut dengan menggunakan eliminasi Gauss-
Jordan, sehingga diperoleh nilai-nilai momen parsial sebagai berikut :
28
m1 = 3.385 tonm m6 = 2.449 tonm m11 = 4.021 tonm
m2 = -0.339 tonm m7 = -0.127 tonm m12 = -0.570 tonm
3.3.5. Momen Akhir
M1A = 2 m1 = 6.771 ton m
M12 = 1.458 m1 + 0.729 m2 – 20.679 = -15.990 ton m
M16 = 2 m1 + m6 = 9.219 ton m
M61 = 2 m6 + m1 = 8.283 ton m
M67 = 1.458 m6 + 0.729 m7 – 20.679 = -17.201 ton m
M611 = 2 m6 + m11 = 8.918 ton m
M116 = 2 m11 + 1 m6 = 10.490 ton m
M1112 = 0,673 m11 + 0,337 m12 – 15.937 = -10.490 ton m
M2B = 2 m2 = -0.677 ton m
M21 = 1.458 m2 + 0.729 m1 + 20.679 = 22.653 ton m
M23 = 1.458 m2 + 0.729 m3 – 20.679 = -21.173 ton m
M27 = 2 m2 + m7 = -0.804 ton m
M72 = 2 m7 + m2 = -0.592 ton m
M76 = 2 m7 + m6 + 20.679 = 22.276 ton m
M78 = 2 m7 + m8 – 20.679 = -20.864 ton m
M712 = 2 m7 + m12 = -0.824 ton m
M127 = 2 m12 + m7 = -1.268 ton m
M1211 = 1.458 m12 + 0.729 m11 – 15.937 = 18.036 ton m
M1213 = 1.458 m12 + 0.729 m13 – 15.937 = -16.769 ton m
MA1 = 1 (0 + m1 + 0) + 0 = 3.385 ton m
MB2 = 1 (0 + m2 + 0) + 0 = -0.339 ton m
M32 = 0.729 (0 + m2 + 0) + 20.679= 20.432 ton m
M87 = 0.729 (0 + m7 + 0) + 20.679= 20.587 ton m
M1312 = 0,337 (0 + m12 + 0) + 15.937 = 15.521 ton m
29
Diagram Gaya Dalam Portal Memanjang Beban Mati ditunjukkan pada
Gambar berikut :
Gambar 3.9 Diagram Lintang Portal Memanjang
Gambar 3.10 Diagram Momen Portal Memanjang
30
Gambar 3.11 Diagram Normal Portal Memanjang
Diagram Gaya Dalam Portal Memanjang Beban Hidup ditunjukkan pada
Gambar berikut :
Gambar 3.12 Diagram Lintang Portal Memanjang
Gambar 3.13 Diagram Momen Portal Memanjang
31
Gambar 3.14 Diagram Normal Portal Memanjang
Diagram Gaya Dalam Portal Memanjang Beban Gempa ditunjukkan pada
Gambar berikut :
Gambar 3.15 Diagram Lintang Portal Memanjang
Gambar 3.16 Diagram Momen Portal Memanjang
32
Gambar 3.17 Diagram Normal Portal Memanjang
Diagram Gaya Dalam Portal Melintang Beban Mati ditunjukkan pada
Gambar berikut :
Gambar 3.18 Diagram Lintang Portal Melintang
33
Gambar 3.19 Diagram Momen Portal Melintang
Gambar 3.20 Diagram Normal Portal Melintang
Diagram Gaya Dalam Portal Melintang Beban Hidup ditunjukkan pada
Gambar berikut :
34
Gambar 3.21 Diagram Lintang Portal Melintang
Gambar 3.22 Diagram Momen Portal Melintang
35
Gambar 3.23 Diagram Normal Portal Melintang
Diagram Gaya Dalam Portal Melintang Beban Gempa ditunjukkan pada
Gambar berikut :
36
Gambar 3.24 Diagram Lintang Portal Melintang
Gambar 3.25 Diagram Momen Portal Melintang
Gambar 3.26 Diagram Normal Portal Melintang
37
BAB IV
PERENCANAAN ELEMEN LENTUR DAN AKSIAL
4
4.1 Denah Kolom
Perencanaan elemen lentur dan aksial berdasarkan dari denah kolom yang
sudah direncanakan , seperti pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Denah Kolom
38
4.2 Gaya Dalam
Nilai gaya aksial terbesar diperoleh dari analisa pembebanan portal
memanjang seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Pembebanan Portal Memanjang
Gambar 4.3 Bidang M, D, N pada Kolom yang di Tinjau Akibat Beban Mati
Gambar 4.4 Bidang M, D, N pada Kolom yang di Tinjau Akibat Beban Hidup
39
Gambar 4.5 Bidang M, D, N pada Kolom yang di Tinjau Akibat Beban Gempa
Gambar 4.6 Bidang M, D, N pada Kolom yang di Tinjau Akibat Kombinasi
Beban 1.2D + 1.6L + 1E
4.3 Disain Tulangan Lentur Kolom
4.3.1 Portal Bergoyang dan Tidak bergoyang
Elemen tekan (kolom) pada struktur harus
dikelompokkan sebagai portal tidak bergoyang atau portal
bergoyang. Berdasarkan SNI 03-2847-2002, suatu portal dapat
dianggap tak bergoyang bila perbesaran momen-momen di ujung
akibat pengaruh orde dua tidak melebihi 5% dari momen-momen
ujung orde satu. Suatu tingkat pada struktur boleh dianggap tidak
bergoyang bila nilai :
Q = ∑ Pu ∆o
V us x lc< 5%
dimana : ΣPu adalah total beban vertikal tiap lantai
Vus adalah beban gempa nominal tiap lantai
Δo adalah simpangan relatif antar tingkat
lc adalah panjang komponen struktur tekan
Hasil analisis apakah portal memanjang termasuk portal bergoyang
atau tidak ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Cek Portal Memanjang Bergoyang atau TidakLantai (i) ΣPu (ton) Δo (mm) Vu (ton) L (mm) Q Keterangan
3 51.77 5.54 2.91 4750.0 2.07% Tidak Bergoyang2 136.920 3.74 4.04 4750.0 2.67% Tidak Bergoyang1 222.470 1.42 4.06 4750.0 1.64% Tidak Bergoyang
Hasil analisis menunjukkan bahwa portal memanjang termasuk
portal tidak bergoyang.
4.3.2 Kelangsingan Kolom
40
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 12.12.2, perhitungan
kelangsingan portal bergoyang (untuk komponen tekan yang tidak
ditahan terhadap goyangan samping), bolehdiabaikanapabila:
k lu
r≤34−12( M 1
M 2)
dimana : r (radius girasi) =√ IA
atau 0,3h untuk kolom persegi.
lu adalah panjang bersih kolom
k (faktor panjang efektif)
M1 adalah momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada
komponen tekan; bernilai positif bila komponen
struktur melentur dengan kelengkungan tunggal,
negative bila komponen struktur melentur dengan
kelengkungan ganda.
M2 adalah momen ujung terfaktor yang lebih besar pada
komponen struktur tekan; selalu bernilai positif
Faktor panjang efektif (k) komponenstrukturtekanataukolom sangat
dipengaruhi
olehrasiodarikomponenstrukturtekanterhadapkomponenstrukturlentu
rpadasalahsatuujungkomponenstrukturtekan yang
dihitungdalambidangrangka yang ditinjau (Ψ) seperti yang
tercantumpada SNI 03-2847-2002 Pasal 12.11.6sebagaiberikut:
Ψ=∑ (Ec
I k
lu)
∑ (EcI b
lu )1. Sisi atas kolom yang ditinjau:
a. Kolom yang didesign
b=500 mm;h=500 mm ;lu=4750 mm
Ec=4700√ f c' =4700√30=25742,9602 MPa
I g=1
12bh3= 1
12×500 ×5003=5.208× 109 mm4
41
I c=0,70 I g=0,70 ×5.208 × 109=3.646 ×109mm4
b. Kolom atas
b=500 mm;h=500 mm ;lu=4750 mm
Ec=4700√ f c' =4700√30=25742,9602 MPa
I g=1
12bh3= 1
12×500 ×5003=5.208× 109 mm4
I c=0,70 I g=0,70 ×5.208 × 109=3.646×109mm4
c. Balok atas kanan
b=400 mm;h=600 mm;lu=9000mm
Ec=4700√ f c' =4700√30=25742,9602 MPa
I g=1
12b h3= 1
12×400 × 6003=7.2 ×109 mm4
I b=0,35 I g=0,35× 7.2× 109=2.52 ×109 mm4
d. Balok atas kiri
b=400 mm;h=600 mm;lu=9000 mm
Ec=4700√ f c' =4700√30=25742,9602 MPa
I g=1
12b h3= 1
12×400 × 6003=7.2 ×109 mm4
I b=0,35 I g=0,35× 7.2× 109=2.52 ×109 mm4
Nilai Ψ untuk kolom bagian atas adalah
Ψ atas=( 25742,9602 x 3.646× 109
4750 )+(25742,9602 x 3.646 ×109
4750 )( 25742,9602× 2.52× 109
9000 )+(25742,9602 ×2.52 ×109
9000 ) = 2.741
2. Sisi bawah kolom yang ditinjau:
a. Kolom yang didesign
b=500 mm;h=500 mm ;lu=4750 mm
Ec=4700√ f c' =4700√30=25742,9602 MPa
42
I g=1
12bh3= 1
12×500 ×5003=5.208× 109 mm4
I c=0,70 I g=0,70 ×5.208 × 109=3.646 ×109mm4
b. Kolom bawah
b=500 mm;h=500 mm ;lu=4750 mm
Ec=4700√ f c' =4700√30=25742,9602 MPa
I g=1
12bh3= 1
12×500 ×5003=5.208× 109 mm4
I c=0,70 I g=0,70 ×5.208 × 109=3.646×109mm4
c. Balok bawah kanan
b=400 mm;h=600 mm;lu=9000mm
Ec=4700√ f c' =4700√30=25742,9602 MPa
I g=1
12b h3= 1
12×400 × 6003=7.2 ×109 mm4
I b=0,35 I g=0,35× 7.2× 109=2.52 ×109 mm4
d. Balok bawah kiri
b=400 mm;h=600 mm;lu=9000 mm
Ec=4700√ f c' =4700√30=25742,9602 MPa
I g=1
12b h3= 1
12×400 × 6003=7.2 ×109 mm4
I b=0,35 I g=0,35× 7.2× 109=2.52 ×109 mm4
Nilai Ψ untuk kolom bagian bawah adalah
Ψ bawah=( 25742,9602 x3.646 ×109
4750 )+( 25742,9602 x 3.646× 109
4750 )( 25742,9602×2.52 ×109
9000 )+( 25742,9602× 2.52× 109
9000 ) = 2.741
Nilai k diperoleh dengan menggunakan monogram untuk portal tidak
bergoyang seperti yang ditunjukkan Gambar 4.7 dengan memplotkan nilai
Ψ atas = 2.741 dan Ψ bawah = 2.741. Buat garis antara Ψ atas dan Ψ bawah
sehinnga memotoing garis k. Nilai k adalah nilai yang terpotong oleh garis
yang menghubungkan Ψ atasdan Ψ bawah.
43
Gambar 4.7 Monogram Faktor Panjang Efektif
Monograf di atas memberikan nilai k = 0,88
k lu
r<34−12( M 1
M 2)
0.88×4050210
<34−12( M 1
M 2)
16.971 < 34 -12 ( 9.4599.721 )
16.971 <22.323
Hasil perhitungan menunjukan bahwa kolom pada bangunan
bertingkat tinggi ini termasuk kolom tidak langsing, sehingga tidak
perlu memperhitungkan perbesaran momen.
4.3.3 Diagram Interaksi Kolom
Kunci dalam perhitungan diagram ini suatu tulangan sudah mencapai
kondisi leleh atau belum. Kondisi leleh suatu tulangan ditentukan
44
oleh regangannya. Perhitungan regangan menggunakan sifat
perbandingan segitiga.
0,003c =
ε1
c−s1
ε1 = c−s1
c x 0,003
kalikan kedua ruas dengan Ebaja = 200000MPa
fs1 = 600 c−s1
c= 600
c−62,5c
lakukan hal yang sama untuk ε2, ε3, dan ε4
fs2 = 600 c−s2
c= 600
c−187.5c
fs3 = 600 c−s3
c= 600
c−312.5c
fs4 = 600 c−s4
c= 600
c−437.5c
nilai f maksimal adalah saat mencapai kondisi leleh yaitu fy =
360MPa
Besarnya nilai c diperoleh dari Persamaan
ΣP = 0
Cc + Cs1 + Cs2 – Ts3 – Ts4 = 0
dimana Cc = 0,85 x f’c x a x b
Cs1 = As1 x fs1
Cs2 = As2 x fs2
Ts1 = As4 x fs4
Ts2 = As5 x fs5
Nilai momen didapat dari besarnya gaya dikali jarak / lengan. Pada
perhitungan tugas ini nilai momen diukur dari pusat plastis kolom
(0,5 h).
Mn = Cc x (h2–
a2 )+ Cs1 x (
h2– s1) + Cs2 x (
h2– s2) + Ts1 x (s3 –
h2) +
Ts2 x (s4 – h2)
45
a. Kondisi Balance, regangan beton maksimum mencapai 0,003 dan tulangan
tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh.
Cb = 600 d
600+fy =600 x 437.5600+360 = 273.44 mm
kondisi C a Material A (mm2) lengan Ɛ f (Mpa) P (kN) M (kNm)Balance 273.4 232.42 Beton Cc 116210.9 133.79 -30 -2963.379 -396.468
4 Baja Cs1 1963.495 187.5 -0.0023 -360 -706.858 -132.5362 Baja Cs2 981.748 62.5 -0.0009 -189 -185.1 -11.5712 Baja Ts1 981.748 -62.5 0.00043 86 84.1 -5.2594 Baja Ts2 1963.495 -187.5 0.0018 360 706.858 -132.536
-3064.36 -678.3695
ø Pno = 0,65 x 3064.36 kN = 1991.834 kN
ø Mb = 0,65 x 678.37 kN = 440.941 kN m
b. Kondisi Pno, aksial maksimumtekan terjadi saat e = 0
Pno = Pconcrete + Psteel
Pno = 0,85 x f’c x (Ag – As) + fy x As
Pno = 0,85 x 30 MPa x (250000)mm2 + 360 MPa x 5890.486 mm2
Pno = 8495574.96 N = 8495.575 kN
ø Pno = 0,65 x 8495.575 kN = 5522.124 kN
c. Kondisilentur murni, terjadi saat Pu = 0 dan tulangan tarik sisi terluar pasti
mencapai tegangan leleh
46
kondisi C a Material A (mm2) lengan Ɛ f (Mpa) P (kN) M (kNm)Lentur 94.011 79.91 Beton Cc 39954.59 210.05 -30 -1018.842 -214.003murni 4 Baja Cs1 1963.495 187.5 -0.0010 -201 -394.878 -74.040
2 Baja Ts1 981.748 62.5 0.0030 360 353.429 22.0892 Baja Ts2 981.748 -62.5 0.0070 360 353.429 -22.0894 Baja Ts3 1963.495 -187.5 0.0110 360 706.858 -132.536
0.00 -420.5786
ø Mb = 0,8 x 420.579 kN = 273.377 kN m
d. Kondisi aksial maksimum tarik, semua tulangan pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat e = 0
Pu = Psteel
Pu = fy x As
Pu = 360 MPa x 7853,9816 mm2
Pu = 2826353,376 N = 2826,353kN
ø Pu = 0,65 x 2826,353 kN = 1837,1296 kN
e. Kondisi runtuh zona tekan 1, tulangan tekan sisi terluar pasti mencapai
tegangan leleh, terjadi saat C > Cb
47
kondisi C a Material A (mm2) lengan Ɛ f (Mpa) P (kN) M (kNm)Runtuh 300 255 Beton Cc 127500 122.5 -30 ### -398.278tekan 4 Baja Cs1 1963.495 187.5 -0.0024 -360 -706.858 -132.536
2 Baja Cs2 981.748 62.50 -0.0011 -225 -220.893 -13.8062 Baja Cs3 981.748 -62.50 0.0001 25 24.544 -1.5344 Baja Ts1 1963.495 -187.5 0.0014 275 539.961 -101.243
-3614.50 -647.397
ø Pno = 0,65 x 3614.5 kN = 2349.425 kN
ø Mb = 0,65 x 647.397 kN = 420.808 kN m
f. Kondisi runtuh zona tekan 2, tulangan tekan sisi terluar pasti mencapai
tegangan leleh, terjadi saat C > Cb
kondisi C a Material A (mm2) lengan Ɛ f (Mpa) P (kN) M (kNm)Runtuh 350 297.5 Beton Cc 148750 101.25 -30 ### -384.054tekan 4 Baja Cs1 1963.495 187.5 -0.0025 -360 -706.858 -132.536
2 Baja Cs2 981.748 62.50 -0.0014 -279 -273.487 -17.0932 Baja Cs3 981.748 -62.50 -0.0003 -64 -63.112 3.9454 Baja Ts1 1963.495 -187.5 0.0008 150 294.524 -55.223
-4542.06 -584.962
ø Pno = 0,65 x 4542.06 kN = 2952.339 kN
ø Mb = 0,65 x 584.962 kN = 380.225 kN m
g. Kondisi runtuh zona tarik 1, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai
tegangan leleh, terjadi saat C < Cb
48
kondisi C a Material A (mm2) lengan Ɛ f (Mpa) P (kN) M (kNm)Runtuh 200 170 Beton Cc 85000 165 -30 -2167.5 -357.638tarik 4 Baja Cs1 1963.495 187.5 -0.0021 -360 -706.858 -132.536
2 Baja Ts1 981.748 62.50 -0.0002 -38 -36.816 -2.3012 Baja Ts2 981.748 -62.50 0.0017 338 331.340 -20.7094 Baja Ts3 1963.495 -187.5 0.0036 360 706.858 -132.536
-1872.98 -645.719
ø Pno = 0,65 x 1872.98 kN = 1217.437 kN
ø Mb = 0,65 x 645.719 kN = 419.717 kN m
h. Kondisi runtuh zona tarik 2, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai
tegangan leleh, terjadi saat C < Cb
kondisi C a Material A (mm2) lengan Ɛ f (MpaP (kN) M (kNm)Runtuh 150 127.5 Beton Cc 63750 186.25 -30 ### -302.773tarik 4 Baja Cs1 1963.495 187.5 -0.0017 -360 -687.223 -128.854
2 Baja Ts1 981.748 62.50 0.0008 150 147.262 9.2042 Baja Ts2 981.748 62.50 0.0033 360 353.429 22.0894 Baja Ts3 1963.495 187.5 0.0058 360 706.858 132.536
-1105.30 -267.798
49
ø Pno = 0.65 x 1105.30 kN = 718.445 kN
ø Mn = 0.65 x 267.798 kN = 193.569 kN m
i. Kondisi Pn = 0,1Pno, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat Pn = 0,1Pno.
kondisi C a Material A (mm2) lengan Ɛ f (Mpa)P (kN) M (kNm)Pn = 0,1Pn0 136.4 115.9 Beton Cc 57949.26 192.1 -30 ### -283.795 4 Baja Cs1 1963.495 187.5 -0.0016 -325 -638.087 -119.641
2 Baja Ts1 981.748 62.50 0.0011 225 220.967 13.8102 Baja Ts2 981.748 -62.50 0.0039 360 353.429 -22.0894 Baja Ts3 1963.495 -187.5 0.0066 360 706.858 -132.536
-834.54 -544.251
ø Pno = 0,65 x 834.54 kN = 542.451 kN
ø Mb = 0,65 x 544.251 kN = 353.736 kN m
j. Kondisi tekan asimtosis, perilaku balok tidak bisa diprediksi.
0,8 (ø Pno) = 0,8 x 2199,5805 kN = 1759,6644 kN
50
Kondisi C eAksial Tekan maks 0 5424 0 0
Runtuh Tekan 380 2952 350 128.7878Runtuh Tekan 421 2349 300 179.1111
Balance 441 1992 273.4375 221.3741Runtuh Tarik 420 1217 200 344.7557Pn = 0,1 Pno 354 542 136.3512 652.1578Lentur Murni 273 0 94.0108 -Runtuh Tarik 174 -718 150 -242.286
Aksial Tarik maks 0 -1378 0 0
f Mn f Pn
Sehingga diperoleh diagram interaksi seperti ditunjukkan pada Gambar 4.8
51
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
-2000
-1000
0
1000
2000
3000
4000
5000
60005424
29522349
1992
1217542
0-718
-1378
Diagram Interaksi Kolom
øM (kNm)
øP (k
N)
Gambar 4.8 Gambar Diagram Interaksi Kolom
Gaya Pu dan Mu maksimal pada portal memanjang saat terjadi gempa
dari hasil analitis yang ditunjukan pada gambar 4.2 adalah 1369.2 KN dan
97.2 KNm .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pu dan Mu yang terjadi masih berada
dalam grafik interaksi P-M kolom yang artinya kolom Kuat.
4.1
4.2
4.3
4.4 Tinjauan Lentur Biaksial
Perhitungan lentur biaksial menggunakan metode Beban Berlawanan dari
Bresler. Menurut Wang dan Salmon (1987) , Besler menyatakan bahwa Pi
yang dihitung menggunakan persamaan metode beban berlawanan adalah
sangat cocok dengan hasil-hasil percobaan , seperti penyebaran (deviasi)
9,4%, dan dengan rata – rata 3,3%.Tabel 4.3. menunjukan gaya-gaya dalam
dan kombinasi pembebanan yang bekerja pada kolom yang ditinjau untuk
dilakukan peninjauan lentur biaksial.
52
Gaya-gaya dalam dan kombinasi pembebanan yang terjadi
pada Kolom (K1-40 x 40)
Gaya Dalam
Beban Kombinasi
Mati (DL)
Hidup (LL)
Gempa arah X(Ex)
Gempa arah Y(Ey)
1,2 DL + 1,6 LL
1,2 D + 1,0 LL +1,0 Ex
1,2 D + 1,0 LL +1,0 Ey
P(kN) 743,9 296,66 1,84 24,89 1366,28 1190,52 1213,57
Vmax(kN) 1,96 2,01 34,81 23,43 5,568 39,172 27,792
M2b M2s M2b M2s M2b M2s
Mx (kNm) 7,94 5,61 86,66 78,7 18,504 0 140,11
2 132,6 132,152
140,112
My (kNm) 51,55 20,83 61,36 49,91 95,188 0 144,05 132,15
2 132,6 144,05
4.4.1 Perhitungan Lentur Biaksial
Pu = 1366,28 kN
Muy = 144,05 kNm dan Mux = 140,112 kNm
Eksentrisitas minimum emin = 15 + 0,03h = 15 +0,03 (400) = 27 mm
Eksentrisitas arah X adalah :
ex = MuyPu =
144,05(1000)1366,28
= 29,27 mm > emin maka digunakan ex
Eksentrisitas arah Y adalah :
ey = MuxPu =
140,112(1000)1366,28
= 8,900 mm < emin maka digunakan emin
53
0 25 50 75100
125150
175200
225250
275300
325350
375400
425450
475500
5250
1000
2000
3000
4000
5000
6000
70006773
3825
31052685
16871256
Diagram Biaxial
e (mm)
P(kN)
27mm;5990 kN29,27mm;5820 kN
Gambar 4.9. Diagram Interaksi P-e Kolom (K1-500x500) dengan tulangan 12 D
25
1Pni = 1
Pnx + 1Pny - 1
Po
1Pni = 1
3989 + 14004 - 1
7360,3
Pni = 2741,496 kN
Øpni = 0,65*(2741,496) = 1781,972 kN > 1366,28 kN
Berarti penampang cukup karena kemampuan penampang Pni lebih besar dari gaya yang bekerja pada penampang yaitu Pu.
4.5 Desain Shear Reinforcement
Vsway = M pr1
+M pr2
ln =
899.668+501.5699 = 155.693 kN
Vsway> Vanalitis
54
155.693 kN > 92.135 kN
Vc = 16 √ f ' c x b x d =
16 √30 x 400 x 539 = 196.815 kN
Check
Vuø >
12 Vc
192.1350,75 >
12x 196.815
256.180 kN > 98.408 kN
Check
Vuø > Vc + 13x b x d
256.180 > 98.408 + 13x (400 x 539)/1000
256.180 > 170.275 kN
Vsperlu = Vuø – Vc
Vsperlu = 256.180 – 196.815 kN = 59.365 kN
Coba gunakan D10 – 200 (Av = 157,08 mm2)
Vs = Av x fy xd
s = 157,08 x 360 x 539
200 = 152.399 kN
Vs > Vsperlu
4.6 Desain Confinement Reinforcement
Total cross section hoops berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.4.1
tidak kurang dari salah satu yang tebesar antara
Ash = 0,3 (s x hc x f ' cfyh
) (AgA ch
– 1)
Ash = (0,09 x s xhc x f ' cfyh
)
Coba gunakan 4 tulangan D14 (Av = 615.7522 mm2)
hc = b – 2(40 + ½db) = 500 – 2(40 + ½ x 14) = 406 mm
Ach = (bw – 2(40)) x (bw – 2(40)) = (500 – 80)2 = 176400 mm2
55
A sh
s = 0,3 ( hc x f ' c
fyh) (
AgA ch
– 1) = 0,3 (406 x30
360 ) (250000176400 – 1) = 4.235 mm2
mm
A sh
s = ( 0,09 x hc x f ' c
fyh) = (
0,09 x 406 x 30360 ) = 3.045 mm2
mm
Ambil nilai terbesar 4.235mm2
mm
Spasi maksimum adalah yang terkecil di antara :
a. ¼ cross section dimensi kolom = 500/4 = 125 mm
b. 6 kali diameter tulangan longitudinal = 6 x 25 = 150 mm
c. sx< 100 +350−hx
3 , dimana hx = 2/3 hc
sx< 100 +350−2
3x 406
3 = 126.444 mm
Digunakan spasi 125 mm
Ahoops = 4.235 x 125 = 529.375 mm2, maka digunakan
Av>Ahoops
4.6.1 Untuk Bentang di luar lo
Vc regular = 16 √ f ' c x b x d =
16 √30 x 400 x 340,5 = 98.408 kN
SNI persamaan (47) memberikan harga Vc
Vc = (1 + Nu
14 Ag ) x 16 √ f ' c x b x d
= (1 + 1269.729
14 x250000 ) x 16 √30 x 400 x 539
= 197.815 kN
Vsperlu = Vuø – Vc
Vsperlu = 256.180 – 197.815 kN = 58.365 kN
Coba gunakan D10 – 200 (Av = 157,08 mm2)
Vs = Av x fy xd
s = 157,08 x 360 x 539
200 = 152.399 kN
Vs > Vsperlu
56
4.7 Gambar Penulangan
Gambar Penulangan dan Potongan Kolom ditunjukkan pada Gambar
4.9 dan Gambar 4.10
Gambar 4.10. Penulangan Kolom
Gambar 4.11. Potongan Kolom
57
BAB V
PERENCANAAN ELEMEN LENTUR
5.1 Denah Balok
Perencanaan elemen lentur berdasarkan dari denah balok yang sudah
direncanakan. Balok yang didisain ditunjukkan pada Gambar 5.1
Gambar 5.1 Denah Balok Lantai 1, 2, dan 3
5.2 Analisa Pembebanan dan Sketsa Pembebanan
Analisa pembebanan pada portal akan menghasilkan gaya-gaya dalam
terutama momen dalam perencanaan elemen lentur yang sudah dilakukan
pada BAB III. Nilai momen terbesar itu diperoleh dari analisa pembebanan
portal memanjang seperti ditunjukkan pada Gambar 5.2.
Gambar 5.2 Sketsa Pembebanan Akibat Beban Mati
58
Gambar 5.3 Sketsa Pembebanan Akibat Beban Hidup
5.3 Diagram Gaya Dalam
Perencanaan elemen lentur harus mampu menahan gaya-gaya dalam yang
terjadi pada elemen lentur. Perencanaan elemen lentur ini mengacu pada
gaya dalam terbesar untuk portal memanjang maupun portal melintang.
Envelope Portal Memanjang Lantai
Nilai momen terbesar diperoleh dari Gambar diagram gaya dalam seperti
ditunjukkan pada Gambar 5.4 dan Gambar 5.5.
Gambar 5.4 Diagram Momen Batang 1 – 2
59
Gambar 5.5 Diagram Momen Batang 1 – 2
Superposisi dari keduanya dengan kombinasi beban 1.2D + 1.6L + E
menghasilkan Gambar 5.6
Gambar 5.6 Diagram Momen Batang 1 – 2
60
Hasil analisa struktur pada Bab III memberikan nilai momen terbesar
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Hasil Momen Envelope Portal Memanjang untuk Balok Induk
Kondisi Lokasi Arah Momen Arah Goyangan Mu (ton m)1 Titik 1 Negatif Kanan 39.9562 Titik 2 Negatif Kanan 50.3663 Lapangan Positif Kanan 24.1024 Titik 1 Negatif Kiri 38.7545 Titik 2 Negatif Kiri 51.2656 Lapangan Positif Kiri 24.102
5.4 Desain Tulangan Lentur Balok Induk
5.4.1 Definisi Balok
Desain tulangan balok sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.
a. Gaya tekan aksial terfaktor < 0,1 Ag f’c
Pu = 5.645 ton = 564500 N
Pu < 0,1 x (400 x 600) mm2 x 30 MPa
564500 N < 720000 N OK
b. Bentang bersih (Ln) > 4d
Ln = L – hkolom = 9000 – 500 = 8500 mm
d = h – p – ø – D/2 = 600 – 40 – 10 – 25/2 = 537.5 mm
Ln > 4 x 537.5
8300 mm > 2150 mm OK
Syarat bentang bersih minimum elemen lentur terpenuhi.
c.bh > 0.3
400600 > 0.3
0.667 > 0.3 OK
Lebar balok 400 mm lebih besar dari lebar balok minimum 250
mm, syarat geometri balok terpenuhi.
61
5.4.2 Perhitungan Tulangan Lentur
Balok yang didijadikan acuan adalah balok pada portal memanjang
bagian tengah di lantai 1.
a. Kondisi : Goyangan ke kanan, momen negatif di titik 2
Momen : 50.366 ton m = 503.66 kN m
i. Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 2 layer tulangan, sebagai pendekatan
tulangan tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan hkolom
20 =
50020 = 25 mm, trial
awal gunakan D22
d = h – p – ø – D/2 = 600 – 40 – 10 – 22/2 = 539 mm
ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
As = Mu
ø x fy x j x d = 503.66 x 106 N mm0,8 x360 x0,85 x539
= 3817.133 mm2
Coba digunakan tulangan 12D22 (As = 4561.593 mm2)
Cek momen nominal :
a = As x fy
0,85 x f ' c xb = 4561.593 mm2 x360 MPa0,85 x30 MPa x 400mm
= 160.997 mm
ø Mn = ø x As x fy x (d – a2 )
= 0,8 x 4561.593 mm2 x 360 MPa x (539 – 160.997
2
)
= 602.351 kN m
ø Mn > Mu, OK
Tulangan 12D22 kuat menahan momen yang terjadi.
62
ii. Cek luasan tulangan minimum :
Asmin = √ f ' c4 x fy
x b x d = √304 x 360
x 400 x 539 = 820.062 mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin = 1,4fy x b x d =
1,4360 x 400 x 539 = 838.444 mm2
As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
iii. Cek rasio tulangan
ρ = As
b xd = 4561.593400 x539 = 0,0212
ρb = 0,85 x β x f ' c
fy x 600
600+fy = 0,85 x 0,85 x30
360 x 600960
= 0,0376
ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,0376 = 0,0282, batas tulangan
maksimum berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2
adalah 0,025
ρ < ρmaxOK. Syarat tulangan maksimum terpenuhi.
iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 12D22, dipasang 2 layer dengan jarak
bersih antar layer 25 mm. Gambar penulangan ditunjukkan
pada Gambar 5.7
Gambar 5.7 Penulangan Balok Lantai Kondisi 1
b. Kondisi : Goyangan ke kiri, momen positif di titik 2
63
Momen Mu > 50% kapasitas momen di muka kolom yang
sama
Mu > 50% x 512.65 kN m = 256.325 kN m
i. Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan
tulangan tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan hkolom
20 =
50020 = 25 mm, trial
awal gunakan D22
d = h – p – ø – D/2 = 600 – 40 – 10 – 22/2 = 539 mm
ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
As = Mu
ø x fy x j x d = 256.325 x 106 N mm0,8 x360 x0,85 x539
= 1942.633 mm2
Coba gunakan tulangan 6D22 (As = 2280.796 mm2)
Cek momen nominal :
a = As x fy
0,85 x f ' c xb = 2280.796 mm2 x 360 MPa0,85 x30 MPa x 400 mm
= 80.499 mm
ø Mn = ø x As x fy x (d – a2 )
= 0,8 x 2280.796 mm2 x 360 MPa x (539 – 80.499
2 )
= 327.614 kN m
ø Mn > Mu, OK
Tulangan 6D22, kuat menahan momen yang terjadi.
ii. Cek luasan tulangan minimum :
Asmin = √ f ' c4 x fy
x b x d = √304 x 360
x 400 x 539 = 820.062 mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin = 1,4fy x b x d =
1,4360 x 400 x 539 = 838.444 mm2
As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
iii. Cek rasio tulangan
64
ρ = As
b xd = 2280.796400 x539 = 0,0106
ρb = 0,85 x β x f ' c
fy 600
600+fy = 0,85 x 0,85 x30
360 600960 = 0,0376
ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,0376 = 0,0282, batas tulangan
maksimum berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2
adalah 0,025
ρ < ρmaxOK. Syarat tulangan maksimum terpenuhi.
iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 6D22. Gambar penulangan
ditunjukkan pada Gambar 5.8
Gambar 5.8 Penulangan Balok Lantai Kondisi 2
c. Kondisi : Goyangan ke kanan, momen negatif di titik 1
Momen : 39.956 ton m = 399.56 kN m
i. Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 2 layer tulangan, sebagai pendekatan
tulangan tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan hkolom
20 =
50020 = 25 mm, trial
awal gunakan D22
d = h – p – ø – D/2 = 600 – 40 – 10 – 22/2 = 539 mm
65
ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
As = Mu
ø x fy x j x d = 399.56 x 106 N mm0,8 x360 x0,85 x539
= 3028.181 mm2
Coba digunakan tulangan 12D22 (As = 4561.593 mm2)
Cek momen nominal :
a = As x fy
0,85 x f ' c xb = 4561.593 mm2 x360 MPa0,85 x30 MPa x 400mm
= 160.997 mm
ø Mn = ø x As x fy x (d – a2 )
= 0,8 x 4561.593 mm2 x 360 MPa x (539 – 160.997
2
)
= 602.351 kN m
ø Mn > Mu, OK
Tulangan 12D22 kuat menahan momen yang terjadi.
ii. Cek luasan tulangan minimum :
Asmin = √ f ' c4 x fy
x b x d = √304 x 360
x 400 x 539 = 820.062 mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin = 1,4fy x b x d =
1,4360 x 400 x 539 = 838.444 mm2
As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
iii. Cek rasio tulangan
ρ = As
b xd = 4561.593400 x539 = 0.0212
ρb = 0,85 x β x f ' c
fy x 600
600+fy = 0,85 x 0,85 x30
360 x 600960
= 0,0376
ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,0376 = 0,0282, batas tulangan
maksimum berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2
adalah 0,025
ρ < ρmaxOK. Syarat tulangan maksimum terpenuhi.
66
iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 12D22, dipasang 2 layer dengan jarak
bersih antar layer 25 mm. Gambar penulangan ditunjukkan
pada Gambar 5.9
Gambar 5.9 Penulangan Balok Lantai Kondisi 3
d. Kondisi : Goyangan ke kiri, momen Positif di titik 1
Momen Mu > 50% kapasitas momen di muka kolom yang
sama
Mu > 50% x 387.54 kN m = 193.77 kN m
i. Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan
tulangan tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan hkolom
20 =
50020 = 25 mm, trial
awal gunakan D25
d = h – p – ø – D/2 = 600 – 40 – 10 – 22/2 = 539 mm
ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
As = Mu
ø x fy x j x d = 193.77 x 106 N mm0,8 x360 x0,85 x539
= 1468.542 mm2
Coba gunakan tulangan 6D22 (As = 2280.796 mm2)
Cek momen nominal :
a = As x fy
0,85 x f ' c xb = 2280.796 mm2 x 360 MPa0,85 x30 MPa x 400 mm
= 80.499 mm
67
ø Mn = ø x As x fy x (d – a2 )
= 0,8 x 2280.796 mm2 x 360 MPa x (539 – 80.499
2 )
= 327.614 kN m
ø Mn > Mu, OK
Tulangan 6D22, kuat menahan momen yang terjadi.
ii. Cek luasan tulangan minimum :
Asmin = √ f ' c4 x fy
x b x d = √304 x 360
x 400 x 539 = 820.062 mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin = 1,4fy x b x d =
1,4360 x 400 x 539 = 838.444 mm2
As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
iii. Cek rasio tulangan
ρ = As
b xd = 2280.796400 x539 = 0.0106
ρb = 0,85 x β x f ' c
fyx
600600+fy =
0,85 x 0,85 x30360
x 600960 =
0,0376
ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,0376 = 0,0282, batas tulangan
maksimum berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2
adalah 0,025
ρ < ρmaxOK. Syarat tulangan maksimum terpenuhi
iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 4D22. Gambar penulangan
ditunjukkan pada Gambar 5.10
68
Gambar 5.10 Penulangan Balok Lantai Kondisi 4
e. Kondisi : Goyangan ke kanan dan kiri, momen positif
midspan
Momen : 24.102 ton m = 241.02 kN m
i. Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan
tulangan tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan hkolom
20 =
50020 = 25 mm, trial
awal gunakan D22
d = h – p – ø – D/2 = 600 – 40 – 10 – 22/2 = 539 mm
ø = 0,8
Asumsi : j = 0,85
As = Mu
ø x fy x j x d = 241.02 x106 N mm0,8 x360 x0,85 x539
= 1826.639 mm2
Coba gunakan tulangan 6D22 (As = 2280.796 mm2)
Cek momen nominal :
a = As x fy
0,85 x f ' c xb = 2280.796 mm2 x 360 MPa0,85 x30 MPa x 400 mm
= 80.499 mm
ø Mn = ø x As x fy x (d – a2 )
= 0,8 x 2280.796 mm2 x 360 MPa x (539 – 80.499
2 )
= 327.614 kN m
69
ø Mn > Mu, OK
Tulangan 6D22, kuat menahan momen yang terjadi.
i. Cek luasan tulangan minimum :
Asmin = √ f ' c4 x fy
x b x d = √304 x 360
x 400 x 539 = 820.062 mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin = 1,4fy x b x d =
1,4360 x 400 x 539 = 838.444 mm2
As > Asmin, OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.
ii. Cek rasio tulangan
ρ = As
b xd = 2280.796400 x539 = 0.0106
ρb = 0,85 x β x f ' c
fyx
600600+fy =
0,85 x 0,85 x30360
x 600960 =
0,0376
ρmax = 0,75 ρb = 0,75 x 0,0376 = 0,0282, batas tulangan
maksimum berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2
adalah 0,025
ρ < ρmaxOK. Syarat tulangan maksimum terpenuhi.
iii. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 6D22. Gambar penulangan
ditunjukkan pada Gambar 5.11
70
Gambar 5.11 Penulangan Balok Lantai Kondisi 5
Kapasitas momen balok lantai harus dikontrol. Momen yang terjadi pada
seluruh bentang harus lebih besar dari ¼ momen maksimumnya.
Kapasitas momen positif terbesar pada bentang = 327.614 kN m
Kapasitas momen negatif terbesar pada bentang = 602.351 kN m
Kapasitas momen positif di tengah bentang = 327.614 kN m
¼ momen maksimum = 150.588 kN m
Kapasitas momen di tengah bentang > ¼ momen maksimum OK
Gambar 5.12 menunjukkan potongan balok secara berurutan dari kiri ke
kanan di titik 1, midpsan, dan titik 2.
Gambar 5.12 Potongan Balok Lantai
5.5 Desain Tulangan Geser
Geser seismic pada balok dihitung dengan mengasumsikan sendi palstis
terbentuk di ujung-ujung balok dengan tegangan tulangan lentur mencapai
hingga 1,25 fy dan ø = 1. (SNI 03-2847-2002, Pasal 23.3.4.2).
71
i. Titik 2 (goyangan ke kanan)
apr_1 = 1,25 As fy
0,85 x f ' c x b =
1,25 x 4561.593 x3600,85 x 30 x 400 = 201.247 mm2
Mpr_1 = 1,25 x As x fy x (d – a2 )
= 1,25 x 4561.593 x 360 x (539 – 201.437
2 )
= 899.668 kN m
ii. Titik 1 (goyangan ke kanan)
apr_2 =1,25 As fy
0,85 x f ' c x b =
1,25 x 4561.593 x3600,85 x 30 x 400 = 201.247 mm2
Mpr_2 = 1,25 x As x fy x (d – a2 )
= 1,25 x 4561.593 x 360 x (539 – 201.437
2 )
= 899.668 kN m
iii. Titik 1 (goyangan ke kiri)
apr_1 = 1,25 As fy
0,85 x f ' c x b =
1,25 x 2280.796 x 3600,85 x 30 x 400 = 100.623 mm2
Mpr_1 = 1,25 x As x fy x (d – a2 )
= 1,25 x 2280.796 x 360 x (539 – 100.623
2 )
= 501.569 kN m
iv. Titik 2 (goyangan ke kiri)
apr_2 = 1,25 As fy
0,85 x f ' c x b =
1,25 x 2280.796 x 3600,85 x 30 x 400 = 100.623 mm2
Mpr_2 = 1,25 x As x fy x (d – a2 )
= 1,25 x 2280.796 x 360 x (539 – 100.623
2 ) = 501.569 kN m
5.6.2 Diagram Gaya Geser
Reaksi geser di ujung-ujung balok akibat pembebanan struktur
secara gravitasi berdasarkan SNI Gempa 1726-2002.
Wu lantai = 3.396 ton/m
P lantai = 7.968 ton
72
Vg lantai = Wulantai x L
2 + P lantai
2 + P lantai
2 = 3.396 x 9
2 +
7.968 x 6
9 + 7.968 x 3
9 = 23.25 ton = 232.5 kN
Vsway_lantai = M pr1
+M pr2
ln =
899.668+501.5699 = 155.693 kN
Total reaksi geser di ujung kiri balok = 232.5 – 155.693 = 76.807
kN
Total reaksi geser di ujung kanan balok = 232.5+155.693=388.193
kN
Gambar 5.13 menunjukkan diagram gaya geser untuk balok lantai.
Gambar 5.13 Diagram Gaya Geser Balok Lantai
5.6.1 Perencanaan Tulangan Geser Balok Lantai
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.4.2 Vc harus diambil =
0 jika
a. Gaya geser Vsway akibat sendi plastis di ujung-ujung balok lebih
dari ½ kuat geser perlu maksimum Vs, dan
73
Vsway > ½ Vc
155.693 kN > ½ x 265.005 kN
155.693 kN > 132.503 kN IYA
b. Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan seismic
kurang dari 0,05 x Ag x f’c.
Gaya tekan aksial terfaktor < 0,05 Ag f’c
Pu maksimal = 7.968 ton = 79680 N
Pu < 0,05 x (400 x 600) mm2 x 30 MPa
79680 N < 360000 N IYA
Vs = Vn – Vc
Vsperlu = Vuø – Vc =
265.0050,75 – 0 = 353.34 kN
Coba gunakan D14 – 125 (Av = 307.876 mm2)
Vs = Av x fy xd
s = 307.876 x 360 x539
125 = 477.922 kN
Vs > Vsperlu OK
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.4, maksimum spasi
untuk tulangan geser adalah d/2 yaitu 637.5/2 = 318.75 mm. maka
digunakan spasi 250 mm untuk bagian lapangan (D14 – 250).
Gambar Penulangan dan Potongan Balok Lantai ditunjukkan pada
Gambar 5.14 dan Gambar 5.15
74
Gambar 5.14 Penulangan Balok Lantai
Gambar 5.15 Potongan Balok Lantai
BAB VI
HUBUNGAN BALOK KOLOM (HBK)
75
6.1. Kuat Geser pada Hubungan Balok Kolom
Ketentuan kuat geser didasarkan pada SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.3.1.
Kuat geser nominal hubungan balok-kolom tidak boleh diambil lebih besar
daripada 1,7 √ f ' c Ajoint, untuk hubungan balok-kolom yang terkekang pada
keempat sisinya. Suatu balok dianggap memberikan kekangan bila ¾ bidang
muka hubungan balok-kolom tersebut tertutupi oleh balok tersebut. Gambar
luas efektif hubungan balok kolom ditunjukkan pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1 Luas Efektif Hubungan Balok-Kolom (Ajoint)
Ajoint = befektif x hkolom = (400 + (2 x 50)) mm x 500 mm = 250000 mm2
a. Check apakah balok mengekang kolom
bbalok > ¾ bkolom
400 mm > ¾ x 500 mm
400 mm > 375 mm (mengekang kolom)
Kuat geser balok Vc = 1,7 √ f ' c Ajoint = 1,7 √30 250000 = 2327.821 kN
Kuat geser nominal = ø Vc = 0,8 x 2327.821 kN = 1862.257 kN
b. Penulangan Transversal Kolom
76
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.2.1 harus ada tulangan hoops
(confinement) dalam joint. Jumlah tulangan confinement yang
dibutuhkan setidaknya setengah tulangan confinement yang dibutuhkan
di ujung-ujung kolom dengan ketentuan spasi vertikal hoops maksimal
150 mm.
0,5 Ash/s = 0.5 x 4.235 mm2/mm = 2.118 mm2/mm
Coba gunakan 4D14 – 125 (As = 615.752 mm2)
Luas tulangan hoops yang dibutuhkan = 125 mm x 2.118 = 264.750 mm
As > Asperlu
615.752 mm > 264.750 mm (OK)
c. Check apakah Vn > Vu
Penyederhanaan dilakukan dengan mengabaikan tulangan pada plat
lantai dan tulangan tekan untuk memudahkan perhitungan. Gambar kuat
geser pada hubungan balok-kolom ditunjukkan pada gambar 6.2.
Penulangan pada balok di ujung 1 – lapangan – ujung 2 ditunjukkan
pada Gambar 6.3
Gambar 6.2 Kuat Geser pada Hubungan Balok-Kolom
77
Gambar 6.3 Penulangan pada balok di ujung 1 – midspan – ujung 2
Balok yang memasuki joint memiliki probable moment 899.668 kNm
dan 501.569 kNm.
Pada joint, kekakuan kolom atas dan kekakuan kolom bawah sama
sehingga DF = 0,5 untuk setiap kolom
Me = 0,5 x (899.668 + 501.569) = 700.619 kNm
Geser pada kolom
Vsway = (899.668 + 501.569) / (4 – 0.5) = 400.354 kN
Tulangan yang dipakai di layer atas adalah 6D22 (As = 2280.796 mm2)
Gaya tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kiri adalah
T1 = 1,25 As x fy = 1.25 x 2280.796 mm2 x 360 MPa = 1026.358 kN
Gaya tekan yang bekerja pada balok ke arah kiri adalah
C1 = T1 = 1026.358 kN
Tulangan yang dipakai di layer bawah adalah 6D22 (As = 2280.796
mm2)
Gaya tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kanan adalah
T2 = 1,25 As x fy = 1.25 x 2280.796 mm2 x 360 MPa = 1026.358 kN
Gaya tekan yang bekerja pada balok ke arah kanan adalah
C2 = T2 = 1026.358 kN
Vu = T1 + C2 – Vsway = 1026.358 + 1026.358 – 155.693 = 1897.023 kN
Vu > Vn
1897.023 kN > 1862.257 kN
Vsperlu = Vu – Vn = 1897.023 – 1862.257 = 34.766 kN
78
Cek terlebih dahulu apakah tulangan hoops 4D14 – 150 (As =
615.752mm2)
Vs > Vsperlu
Vs = Av x fy xd
s = 615.752 x 360 x 539
150 = 796.536 kN
Vs > Vsperlu (OK)
Tulangan hoops mampu menahan gaya geser perlu sehingga tidak
diperlukan tulangan geser (shear) pada hubungan balok-kolom.
6.2. Panjang Penyaluran
Ketentuan panjang penyaluran didasarkan pada SNI 03-2847-2002 Pasal
23.5.3.4. Panjang penyaluran ldh untuk tulangan tarik dengan kait standard
90o dalam beton berat normal tidak boleh diambil lebih kecil daripada 8db
atau 150 mm. Gambar panjang penyaluran ditunjukkan pada Gambar 6.4.
Gambar 6.4 Panjang Penyaluran
ldh = fy xdb
5,4√ f ' c =
360 x 225,4√30
= 267.776 mm > 8db atau 150 mm
digunakan panjang penyaluran 250 mm
79