20
HALAMAN PENGESAHAN Judul Kegiatan : Laporan Penelitian Tempat Bersejarah SMK Negeri Pasirian Tahun Pelajaran 2013-2014” Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan PRAKERIN (Praktik Kerja Industri) Kompetensi Keahlian : AKUNTANSI Sekolah : SMK Negeri Pasirian Nama Penyusun Laporan : NIS : Tempat yang Dikunjungi : - Keraton Yogyakarta : - Benteng Vredeburg : - Candi Borobudur Pasirian, 25 Juni 2014 Mengetahui, Ketua Panitia Ketua Kompetensi Keahlian SURADI, S.Pd YULIA DWI RAHMAWATI, S.Pd NIP. 19701112 200801 1 013 NIP. Menyetujui, Mengetahui, Kepala SMKN Pasirian Waka. Humas ii

Laporan SMKN PAS Tempat Bersejarah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Kegiatan :

“Laporan Penelitian Tempat Bersejarah SMK Negeri Pasirian Tahun Pelajaran 2013-2014”

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk MelaksanakanPRAKERIN (Praktik Kerja Industri)

Kompetensi Keahlian : AKUNTANSISekolah : SMK Negeri PasirianNama Penyusun Laporan :NIS :Tempat yang Dikunjungi : - Keraton Yogyakarta

: - Benteng Vredeburg: - Candi Borobudur

Pasirian, 25 Juni 2014Mengetahui,Ketua Panitia Ketua Kompetensi Keahlian

SURADI, S.Pd YULIA DWI RAHMAWATI, S.PdNIP. 19701112 200801 1 013 NIP.

Menyetujui, Mengetahui,Kepala SMKN Pasirian Waka. Humas

Drs. H. MALIKAN, M.Pd Hj. SUDARIYANINGSIH, S.Pd, M.Pd

Pembina NIP. 19600602 200604 2 003NIP. 19550612 198603 1 016

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah SWT, Dzat yang telah menjadikan sebab untuk segala perkara, yang mengandung segala hikmah dan keterangan kepada hamba-Nya. Yang mengutus Muhammad sebagai rasul-Nya untuk membawa agama yang dan yang haq.

Penulis menyadari bahwa penulisan dan pembuatan laporan kunjungan industry ini tak lepas dari peran dasyat orang-orang yang membantu dalam proses pembuatannya, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :

1. Drs. H Malikan, M.Pd selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan kunjungan indutri.

2. Hj. Sudariyaningsih, S.Pd, M.Pd, selaku Waka, Humas dan wakil penanggung jawab dari kegiatan kunjungan industry.

3. Suradi, S.Pd, selaku Ketua panitia dari kegiatan kunjungan industri.

4. Yulia Dwi Rachmawati, S.Pd, selaku Ketua Kompetensi Keahlian Akuntansi.

5. Anita Rahmawati selaku wali kelas X AK

6. Bapak/Ibu guru dan staf TU SMKN Pasirian.

7. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari “kesempurnaan”, sehingga masukan dan saran sangat penulis harapkan. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang mungkin tidak tercantum yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Pasirian, 25 Juni 2014Penulis

……………………………

ii

DAFTAR ISI

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan objek wisata. Hampir di setiap daerah ditemukan daerah – daerah tempat wisata dengan beragam tempat sesuai dengan tujuannya. Sebagai pelajar maka objek wisata yang dikunjungi adalah yang bersifat mendidik seperti mengunjungi tempat – tempat bersejarah, contohnya Keraton Yogyakarta, Candi Prambanan, dan Candi Borobudur agar kami lebih mengenal sejarah Indonesia.

B. Tujuan

Adapun tujuan-tujuan dalam kegiatan kunjungan dan penelitian tempat bersejarah ini, yaitu :

1. Memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan siswa/siswi tentang tempat bersejarah.

2. Melihat secara langsung benda – benda bersejarah yang menjadi peninggalan Negara Indonesia agar kita merasa memiliki dan menjaganya.

3. Mengetahu ragam budaya yang ada di sekeliling kita dan melihat salah satu keajaiban dunia.

C. Sasaran

Adapun sasaran dari kegiatan kunjungan dan penelitian tempat bersejarah ini adalah siswa – siswi kelas X SMKN Pasirian tahun pelajaran 2013 – 2014.

D. Waktu Pelaksanaan

Kunjungan dan Penelitian Tempat Bersejarah SMKN Pasirian dilaksanakan pada 25-26 Juni 2014 dengan perincian kegiatan sebagai berikut:

Hari, Tanggal Waktu Kegiatan

Rabu, 25 Juni 2014

14.30 - 16.00 Mengunjungi Museum dan Benteng Vredeburg

16.00 - 18.00Mengunjungi pusat perbelanjaan Malioboro dan

beristirahat di area Keraton Yogyakarta

18.00 - 19.00 Mengunjungi rumah makan untuk makan malam

19.00 - 08.00 Menginap di hotel " Villa Edence"

Kamis, 26 Juni 2014

08.30 - 15.00Mengunjungi Pusat Oleh - Oleh dan dilanjutkan

ke Candi Borobudur

15.30 - 07.30 Perjalanan Pulang kembali ke SMKN Pasirian

ii

BAB II

LAPORAN PENELITIAN TEMPAT BERSEJARAH

A. Keraton Yogyakarta

1. Sejarah Berdirinya Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah Hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu, Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah.

Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

2. Sejarah Bangunan Keraton Yogyakarta

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta.

Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.

ii

ii

B. Benteng Vredeburg

1. Sejarah Berdirinya Benteng Vredeburg

Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755 yang berrhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I kelak). Perjanjian Giyanti merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri raja-raja Jawa pada masa itu.

Melihat kemajuan yang sangat pesat akan kraton yang didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Pihak Belanda mengusulkan kepada sultan agar diijinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton. Pembangunan tersebut dengan dalih agar Belanda dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut maksud Belanda yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda.

Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Oleh karena itu permohonan izin Belanda untuk membangun benteng dikabulkan.

2. Sejarah Bangunan Benteng Vredeburg

Benteng yang dibangun pada tahun 1765 oleh Pemerintah Belanda ini digunakan untuk menahan serangan dari Kraton Yogyakarta. Dengan parit yang mengelilinginya, benteng yang berbentuk segiempat ini memiliki menara pengawas di keempat sudutnya dan kubu yang memungkinkan tentara Belanda untuk berjalan berkeliling sambil berjaga-jaga dan melepaskan tembakan jika diperlukan.

Pada dasar meriam di kubu bagian selatan, Keraton Yogyakarta dan beberapa bangunan bersejarah lainnya termasuk kepadatan lalu lintas disekitarnya terlihat dengan jelas. Perlu diketahui bahwa bangunan ini dibangun pada tahun 1765 oleh Belanda.

Museum dengan luas kurang lebih 2100 meter persegi  ini mempunyai beberapa koleksi antara lain:

- Bangunan-bangunan peninggalan Belanda, yang dipugar sesuai bentuk aslinya.

ii

- Diorama-diorama yang menggambarkan perjuangan sebelum Proklamasi Kemerdekaan sampai dengan masa Orde Baru.

- Koleksi benda-benda bersejarah, foto-foto, dan lukisan tentang perjuangan nasional dalam merintis, mencapai, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan Indonesia.

C. Candi Borobudur

1. Sejarah Berdirinya Candi Borobudur

Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 - 100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825 Masehi.

Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut agama Buddha aliran Mahayana yang taat, akan tetapi melalui temuan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa. Pada kurun waktu itulah dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu.Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, Raja beragama Siwa Sanjaya memerintahkan pembangunan bangunan suci Shiwalingga yang dibangun di perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6.2 mil) sebelah timur dari Borobudur.

Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang hampir bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun demikian Borobudur diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima tahun lebih awal sebelum dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan sekitar tahun 850 M. Pembangunan candi-candi Buddha — termasuk Borobudur — saat itu dimungkinkan karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaran memberikan izin kepada umat Buddha untuk membangun candi.

Bahkan untuk menunjukkan penghormatannya, Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan kepada sangha (komunitas Buddha), untuk pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk memuliakan Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi.Petunjuk ini dipahami oleh para arkeolog, bahwa pada masyarakat Jawa kuno, agama tidak pernah menjadi masalah yang dapat menuai konflik, dengan dicontohkan raja penganut agama Hindu bisa saja menyokong dan mendanai pembangunan candi

ii

Buddha, demikian pula sebaliknya. Akan tetapi diduga terdapat persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu — wangsa Syailendra yang menganut Buddha dan wangsa Sanjaya yang memuja Siwa — yang kemudian wangsa Sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko.

Ketidakjelasan juga timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi megah yang dipercaya dibangun oleh sang pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban wangsa Sanjaya untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa Syailendra, akan tetapi banyak pihak percaya bahwa terdapat suasana toleransi dan kebersamaan yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini yaitu pihak Sailendra juga terlibat dalam pembangunan Candi Siwa di Prambanan.

2. Sejarah Bangunan Candi Borobudur

Dalam Bahasa Indonesia, bangunan keagamaan purbakala disebut candi; istilah candi juga digunakan secara lebih luas untuk merujuk kepada semua bangunan purbakala yang berasal dari masa Hindu-Buddha di Nusantara, misalnya gerbang, gapura, dan petirtaan (kolam dan pancuran pemandian). Asal mula nama Borobudur tidak jelas, meskipun memang nama asli dari kebanyakan candi di Indonesia tidak diketahui. Nama Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah Pulau Jawa" karya Sir Thomas Raffles.

Raffles menulis mengenai monumen bernama borobudur, akan tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang menyebutkan nama yang sama persis.Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi petunjuk mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur adalah Nagarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.

Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur, kemungkinan ditulis Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro). Kebanyakan candi memang seringkali dinamai berdasarkan desa tempat candi itu berdiri.

Raffles juga menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin berkaitan dengan istilah Buda dalam bahasa Jawa yang berarti "purba"– maka bermakna, "Boro purba". Akan tetapi arkeolog lain beranggapan bahwa nama Budur berasal dari istilah bhudhara yang berarti gunung. Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kataSambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya.Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur".

Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau

ii

mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi. Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan.Berdasarkan Prasasti Karang Tengah dan Tri Tepusan, seorang bernama Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah Raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M.

Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang disebut Bhūmisambhāra.

Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa Sanskerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.

ii

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan Akhir

Ternyata perkembangan industri dalam dunia ini sangat pesat dan sangat maju dengan didukung oleh peralatan modern, buktinya dulu nenek moyang kita hanya menggunakan tenaga dan peralatan yang seadanya seperti batu. Akan tetapi dengan munculnya mesin dan alat modern lainnya yang canggih dapat meringankan pekerjaan manusia dan dapat pula digunakan untuk mempercepat pembangunan.

B. Saran

Adapun beberapa saran yang sebaiknya diperhatikan ketika melakukan Kunjungan Industri antara lain :

1. Sebelum melakukan Kunjungan Industri alangkah baiknya kita mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang, baik itu persiapan jasmani dan rohani seperti bekal dan mental.

2. Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan bermutu dan kompeten agar kita bisa mendapat informasi yang kita inginkan selama kita melakukan kunjungan.

3. Siswa harus menjaga komunikasi yang baik antara pihak sekolah maupun pihak ahli sejarah agar dapat menjaga citra baik dari pihak sekolah maupun pihak sejarahwan.

ii

INFORMASI TEMPAT BERSEJARAH

SMK NEGERI PASIRIAN TP. 2013 – 2014

A. Keraton Yogyakarta1. Pendiri Keraton Yogyakarta

2. Sejarah Berdirinya Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah Hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu, Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah.

ii

Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

3. Raja – Raja yang Memimpin Keraton Yogyakarta

4. Bangunan yang Terdapat pada Keraton Yogyakarta

Taman Depan Kedaton Taman Istana Jogja

Pintu Masuk Keraton Keraton Jogjakarta

ii

Regol Danapratapa

B. Benteng Vredeburg1. Pendiri Benteng Vredeburg

Dibuat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan Belanda pada tahun 1760 dan selesai pada tahun 1786 dan diberi nama Rusten Burek yang berarti tempat peristirahatan.

2. Letak Benteng VredeburgBenteng Vredeburg terletak di :

Jl. Ahmad Yani No. 06 Yogyakarta

3. Bagian Benteng Vredeburga. Barak Prajuritb. Asrama Perwirac. Gudang Senjatad. Dapur Umume. Adanya dua Patung Pahlawan yakni : Urip Sumoharjo

Jendral Sudirman

ii

f. Tiga buah Meriam Peninggalan Belanda

Tampak Patung Pahlawan dan Meriam

4. Benda Peninggalan yang ada dalam Benteng Vredeburg

5. Termasuk Benteng yang Bercorak Kristen Khatolik6. Keistimewaan Benteng Vredeburg adalah satu-satunya Benteng bergaya

Eropa Kuno yang sudah berusia 253 tahun.C. Candi Borobudur

1. Pendiri Candi Borobudur adalah Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra pada Abad ke 8

2. Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang – Provinsi Jawa Tengah

3. Bagian-bagian pada Candi Borobudur adalah Kaki Candi (Kamadhatu) Badan Candi (Rupadhatu) Kepala Candi (Arupadhatu)

4. Arca yang ada dalam Candi Borobudur adalah : Patung Budha berjumlah 504 buah Patung Singa berjumlah 32 buah

5. Termasuk Candi bercorak Budha

6. Keistimewaan Candi Borobudur adalah: Tingkat tertinggi berupa Stupa Budha 3 tingkatan berbentuk lingkaran 6 tingkatan berbentuk bujursangkar Terdapat relief yang berisi cerita di sekitar Kamadhatu dan

Rupadhatu Relief Mahakarma Ribanga menceritakan hukum sebab akibat

(Kamadhatu) Relief Lalita Lestara menceritakan kehidupan Budha Gautama

(Rupadhatu)

ii

Relief Awadana menceritakan Kehidupan orang yang dianggap suci oleh umat budha (Rupadhatu)

Relief Jakata Pala menceritakan reinkarnasi Sang Budha (Rupadhatu)

Relief Ganda Wiyuha menceritakan usaha manusia untuk menjadi Budha (Rupadhatu)

Arupadhatu tidak terdapat Relief Terdapat patung Budha yang dimitoskan dapat mengabulkan

permintaan seseorang, patung itu adalah Kuntha Bima Kuntha Bima terletak di sebelah kanan pintu timur / lantai pertama

lantai lingkaran

ii