10
LAPORAN SEVEN JUMP KASUS II SKENARIO KASUS Sdr X 25 tahun dirawat di RS dengan keluhan nyeri kepala setelah terjatuh dari sepeda motor tanpa memekai helm 3 hari sebelumnya, saat jatuh pasien tidak ingat bagaimana mekanisme kejadian pasien tidak sadarkan diri lalu dibawa ke RS kemudian dibawa pulang oleh keluarganya karena alasan biaya, pasien sadarkan diri saat di rumah tetapi tiga hari kemudian pasien merasa sakit kepala, kepala terasa berputar- putar, lemas, mual (-), kejangg (-), demam selama 3 hari di rumah, pasien hanya berbaring di tempat tidur. Keadaan umum lemah, keluarga berpikir bahwa penyakit yang diderita pasien hanya cidera kepala biasa karena pasien masih dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengankeluarga. Pemeriksaan fisik : kesadaran gelisah (delirium) TD: 100/70 mmHg nadi 76x/menit, S: 36,5C kondisi umum lemah sedang, kepala: terdapat edema di perietal di kanan dan kiri dan oksipital, pemeriksaan laboratorium darah, didapat Hb : 9,8 HT:29, lEUKO: 2600 Trombo: 291000 MCV: 81, MCH:28, MCHC:34, GDS:102, UREUM/KREATININ: 31/1,0 dan Na/K/Cl: 134/42/97. Foto torak, kesimpulan: tidak ada kelainan dalam batas normal. Hasil CT Scan kesimpulan: perdarahan di lobus frontalis kiri, fraktur linier os frontalis kiri sub galeal hematoma di regio fronto parietalis kiri bertambah luas. Terapi yang diberikan selama pasien dirawat: O2 2l/menit, IVFD NaCl 0,9%/12 jam injeksi sitosolin 2x500mg, ekstrasel

Laporan Seven Jump Kasus II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hajis

Citation preview

LAPORAN SEVEN JUMP KASUS II

LAPORAN SEVEN JUMP KASUS II

SKENARIO KASUS

Sdr X 25 tahun dirawat di RS dengan keluhan nyeri kepala setelah terjatuh dari sepeda motor tanpa memekai helm 3 hari sebelumnya, saat jatuh pasien tidak ingat bagaimana mekanisme kejadian pasien tidak sadarkan diri lalu dibawa ke RS kemudian dibawa pulang oleh keluarganya karena alasan biaya, pasien sadarkan diri saat di rumah tetapi tiga hari kemudian pasien merasa sakit kepala, kepala terasa berputar-putar, lemas, mual (-), kejangg (-), demam selama 3 hari di rumah, pasien hanya berbaring di tempat tidur. Keadaan umum lemah, keluarga berpikir bahwa penyakit yang diderita pasien hanya cidera kepala biasa karena pasien masih dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengankeluarga. Pemeriksaan fisik : kesadaran gelisah (delirium) TD: 100/70 mmHg nadi 76x/menit, S: 36,5C kondisi umum lemah sedang, kepala: terdapat edema di perietal di kanan dan kiri dan oksipital, pemeriksaan laboratorium darah, didapat Hb : 9,8 HT:29, lEUKO: 2600 Trombo: 291000 MCV: 81, MCH:28, MCHC:34, GDS:102, UREUM/KREATININ: 31/1,0 dan Na/K/Cl: 134/42/97. Foto torak, kesimpulan: tidak ada kelainan dalam batas normal. Hasil CT Scan kesimpulan: perdarahan di lobus frontalis kiri, fraktur linier os frontalis kiri sub galeal hematoma di regio fronto parietalis kiri bertambah luas. Terapi yang diberikan selama pasien dirawat: O2 2l/menit, IVFD NaCl 0,9%/12 jam injeksi sitosolin 2x500mg, ekstrasel 1x400mg, cetorolac 3x1ampul ceftriaxon 2x2gram, laxadin syrup 4x1sdm.

IDENTIFIKASI KATA KATA SULIT

1. Edema parietal

2. Oksipital

3. Frontalis

4. Fraktur linear os frontalis

5. Sub galeal hematoma di regio fronto

MERUMUSKAN MASALAH

1. Mengapa setelah 3 hari pasien merasa sakit kepala, kepala berputar-putar, lemas, demam selama 3 hari di rumah?

2. Mengapa pasien terlihat gelisah (delirium)?

3. Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien?

4. Mengapa pasien lupa mekanisme kejadian (amnesia)?

5. Penatalaksanaan pada pasien tersebut?

6. Apa yang menyebabkan hematoma meluas/melebar?

7. Apa pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan terhadap pasien tersebut?

8. Masalah keperawatan yang dapat muncul pada pasien tersebut?

MENJAWAB PERTANYAAN

Kata-kata sulit

1. Edema parietal: adalah edema yang terjadi pada

2. Oksipital: lobus posterior (belakang) korteks serebri. Lobus ini berisi korteks visual dan area asosiasi visual. Lobus oksipitalis menerima informasi yang berasal sebagai sinyal di retina mata.

3. Frontalis: adalah bagian depan pada kepala.

4. Fraktur linear os frontalis:

5. Sub galeal hematoma di regio fronto:

Rumusan masalah:

1. Karena setelah terjadi kecelakaan dan kepala pasien terbentur keras, tetapi tidak langsung ditangani sehingga trauma dan perdarahan terjadi semakin memburuk sehingga mengakibatkan gejala gejala setelah beberapa hari kecelakaan.

2. Karena penurunan metabolismeoksidatif otak menyebabkan perubahan neurotransmitter didaerahprefrontaldan sub kortikal3. Komplikasi yang dapat terjadi adalah koma, kejang, infeksi, hilangnya kemampuan kognitif, penyakit alzheimer dan parkinson4. Karena benturan yang keras mengakibatkan pasien tidak sadarkan diri sehingga pasien tidak mampu mengingat mekanisme kejadian kecelakaan

5.penatalaksanaan pada pasien CKB : -Penilaian ulang jalan napas dan ventilasi

-Monitor tekanan darah

-Pemasangan monitor tekanan intrakranial pada pasien dengan skor GCS 24 jam

c. Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial

(Hudak dan Gallo, 2001:226)

Cedera kepala berat dengan nilai GCS sama atau kurang dari 8:

a. Penurunan kesadaran secara progresif

b. Tanda naurologis fokal

c. Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium

(Mansjoer, 2000)

a. Nyeri yang menetap atau setempat

b. Bengkak pada sekitar fraktur sampai pada fraktur kubah kranial

c. Fraktur dasar tengkorak: hemorasi dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat di bawah konjungtiva, memar di atas mastoid atau tanda battle, otorea serebro atau cairan serebros spiral keluar dari telinga

d. Minoreaserebrospiral (les keluar dari hidung

e. Laserasi atau kontusio otak ditandai oleh cairan spinal berdarah.

f. Penurunan kesadaran

g. Pusing atau berkunang-kunang. Absorbsi cepat les dan penurunan volume intravaskular

h. Peningkatan TIK

i. Dilatasi dan fiksasi pupil atau paralisis ekstremitas

j. Peningkatan TD, penurunan frekuensi nadi, peningkatan pernapasan.

(Brunner & Suddarth, 2000)

4. Mengetahui patofisiologi CKB

5. Mengetahui pemeriksaan penunjang CKB

a. X ray tengkorak, untuk mengetahui adanya fraktur pada tengkorak

b. CT Scan, mengidentifikasi adanya hemorogik, ukuran ventrikulerm, infark pada jaringan mati

c. Pemeriksaan laboratorium, kimia darah untuk mengetahui ketidakseimbangan elektrolit

d. MRI (Magnetic Resonan Imaging) untuk pengindraan yang mempergunakan gelombang elektromagnetik.

e. Pemeriksaan AGD, untuk menunjukkan efektivitas dari pertukaran gas dan usaha pernapasan.

a. Foto polos kepala

b. CT Scan kepala

c. MRI

d. PET dan SPECT (Positron Emission Tomography dan Single Photon Emission Computer Temography)

Dewanto, George etal.2009. Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC

6. Mengetahui masalah keperawatan yang muncul pada pasien CKB

a. Gangguan perfusi jaringan/ perfusi jaringan tidak efektif (spesifik serebral) b.d aliran arteri dan vena terputus

b. Nyeri akut b.d agen injuri fisik

c. Defisit perawatan diri: Makan atau mandi, toileting b.d kelemahan fisik dan nyeri

d. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah

e. Peningkatan tekanan intrakranial b.d proses desak ruang akibat penumpukan cairan/darah dalam otak

f. Kerusakan persepsi sensorik b.d penurunan kemampuan kognitif, afektif dan motorik

g. Resiko kekurangan volume cairan b.d status hipermetabolik

7. Mengetahui penatalaksanaan CKB

5. Penilaian ulang jalan napas dan ventilasi

6. Monitro tekanan darah

7. Pemasangan monitor tekananintrakranial pada pasien dengan skor GCS