20
LAPORAN RESMI ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT “ANALISIS GLIKOSIDA” DISUSUN OLEH : Zakiya Shofwanul A. (17134025A) Sufia Wahyu A. (17134028A) Riva Sabrina A. (17134029A) Arini Meida Pitaloka (18123397A) DOSEN : Fransiska Leviana, M.Sc., Apt FAKULTAS FARMASI

LAPORAN RESMI (glikosida)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN RESMI (glikosida)

LAPORAN RESMI

ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT

“ANALISIS GLIKOSIDA”

DISUSUN OLEH :

Zakiya Shofwanul A. (17134025A)

Sufia Wahyu A. (17134028A)

Riva Sabrina A. (17134029A)

Arini Meida Pitaloka (18123397A)

DOSEN : Fransiska Leviana, M.Sc., Apt

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2015

Page 2: LAPORAN RESMI (glikosida)

I. TUJUAN

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa memahami prinsip dan melakukan analisis

glikosida.

II. DASAR TEORI

Glikosida adalah senyawa tidak mereduksi, yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan

gugus aglikon (genin) dan molekul gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa

jembatan oksigen, jembatan nitrogen, jembatan sulfur, maupun jembatan karbon. Bagian gula

ada yang tidak spesifik (misalnya glukosa) dan ada yang spesifik (misalnya digitoksosa,

sarmentosa). Molekul gula yang paling sering terdapat pada glikosida lazimnya adalah β-D-

glukosa, tetapi kadang ditemukan pula jens lain yaitu ramnosa, digitoksosa, simarosa, dan lain-

lain. Bagian aglikon terdiri dari berbagai macam senyawa yang mengandung gugus fenol,

alcohol, aldehid, ketn dan ester. Bila ikatan glikosida terdiri dengan molekul glukosa maka

disebut sebagai glukosida sedangkan bila berikatan dengan gula yang lain 9bukan glikosida)

disebut sebagai glikosida.

 Sifat-sifat GlikosidaKarena glikosida mempunyai ikatan dengan gula, maka :         Mudah larut dalam air, yang bersifat netral         Dalam keadaan murni; berbentuk kristal tak berwarna, pahit         Larut dalam alkali encer         Mudah terurai dalam keadaan lembab, dan lingkungan asam Glikosida gula + non gula         Tidak dapat mereduksi larutan Fehling, tapi setelah dihidrolisa gula dapat

mereduksi larutan Fehling         Dapat dihidrolisa dengan adanya enzim dan air dan asam.

Page 3: LAPORAN RESMI (glikosida)

Dalam tanaman, glikosida pada umunya larut dalam air, sedangkan aglikonnya tidak larut dalam air. Atas dasar aglikonnya glikosida dikelompokkan menjadi:a)      Glikosida antrakoinon

Glikosida antrakinon, golongan glikosida ini aglikonnya adalah sekerabat dengan antrasena yang memiliki gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom C9 dan C10) atau hanya C9 (antron) dan C9 ada gugus hidroksil (antranol).

Senyawa yang pertama ditemukan adalah sena dari tipe antrakuinon, baik dalam keadaan bebas maupun sebagai glikosida. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa produk alam juga mengandung turunan antrakuinon yang tereduksi, misalnya oksantron, antranol, dan antron. Termasuk juga produk lain seperti senyawa yang terbentuk dari dua molekul antron, yaitu diantron. Senyawa-senyawa ini dapat dalam keadaan bebas (tidak terikat dengan senyawa gula dalam bentuk glikosida) dapat pula dalam bentuk glikosida dimana turunan antrakinon tersebut berfungsi sebagai aglikon.

 Contoh simplisia yang mengandung glikosida antrakuinonSimplisia yang mengandung glikosida ini antara lain Rhamni purshianae

Cortex, Rhamni Frangulae Cortex, Aloe, Rhei Radix, dan Sennae Folium. Kecuali itu Chrysa robin dan Cochineal (Coccus cacti) juga mengandung turunan antrakinon, akan tetapi tidak digunakan sebagai obat pencahar karena daya iritasinya terlalu keras (Chrysarobin) sehingga hanya digunakan sebagai obat luar atau hanya digunakan sebagai zat warna (Cochineal, Coccus Cacti).

b)      Glikosida SianogenikGlikosida sianogenik adalah senyawa hidrokarbon yang terikat dengan

gugus CN dan gula. Beberapa tanaman tingkat tinggi dapat melakukan sianogenesis, yakni membentuk glikosida sianogenik sebagai hasil sampingan reaksi biokimia dalam tanaman .

Keberadaan glikosida sianogenik pada tanaman memiliki fungsi penting terhadap kelangsungan hidup tanaman tersebut. Glikosida

Page 4: LAPORAN RESMI (glikosida)

sianogenik berperan sebagai sarana protektif terhadap gangguan predator terutama herbivora. Adanya kerusakan jaringan pada tanaman akibat hewan pemakan tumbuhan akan menyebabkan pelepasan HCN yang mengganggu kelangsungan hewan tersebut. Pada Trifolium repens, keberadaan glikosida sianogenik berfungsi untuk melindungi kecambah yang masih muda agar tidak dimakan siput dan keong.

 Contoh simplisia yang mengandung glikosida sianogenikSimplisia yang mengandung glikosida ini antara lain Almond (Prunus

amygdalus), Shorgum (Shorgum album), Singkong (Manihot esculenta) dari jenis Linamarin, Singkong (Manihot carthaginensis) dari jenis lotaustralin, Stone fruits (Prunus sp.), dan Bambu (Bambusa vulgaris).c)     Glikosinolat

Glukosinolat merupakan metabolit sekunder yang dibentuk dari beberapa asam amino dan terdapat secara umum pada Cruciferae (Brassicaceae). Glukosinolat dikelompokkan menjadi setidaknya 3 kelompok, yakni: (1). glukosinolat alifatik (contoh: sinigrin), terbentuk dari asam amino alifatik (biasanya metionin), (2) glukosinolat aromatik (contoh: sinalbin), terbentuk dariasam amino aromatik (fenilalanin atau tirosin) dan (3) glukosinolat indol, yang terbentuk dari asam amino indol (triptofan). Keragaman jenis glukosinolat tergantung pada modifikasi ikatannya dengan gugus lain melalui hidroksilasi, metilasi dan desaturasi. Hidrolilis dari glukosinolat terjadi karena adanya enzim mirosinase, sehingga menghasilkan beberapa senyawa beracun seperti isotiosianat, tiosianat, nitril, dan epitionitril..

  Contoh simplisia yang mengandung glikosinolatSimplisia yang mengandung glikosinolat adalah tanaman yang termasuk dalam family brassicaceae antara lain kubis, kecamba dan mustard.III. ALAT DAN BAHAN

Alat :

corong pisah Kertas saring

Page 5: LAPORAN RESMI (glikosida)

beaker glass penangas air

Erlenmeyer tabung reaksi

Cawan porselen pipa kapiler

Bahan :

Daun singkong Rhei Radix petroleum eter HCN

Dau Jambu bijji Eter HCl pekat aquadest

Daun seledri NaOH etanol 96% kloroform

Kulit jeruk KOH asam borat metanol

Tempuyung FeCl3 2% asam oksalat n-butanol

Orthosipon folium HCl 2N aseton Pb-asetat 25%

Lerak logam Zn asam sitrat NaOH 2%

akar manis Logam Mg toluen asam formiat

etil asetat

IV. CARA KERJA

1. Analisis glikosida antrakuinon bebas

a. Identifikasi antrakuinon bebas

b. Identifikasi adanya antrakuinon yang terikat sebagai glikosida

sebanyak 1 g serbuk direndam dalam 50ml air panas selama 5 menit. lalu disaring selagi masih panas. Filtrat didinginkan. Filtrat ini kemudian disari dengan 3x 10ml eter. Kumpulkan sari eter, cuci dengan 5ml air, selanjutnya sari eter dengan larutan ammonia, NaOH, atau KOH. Timbunya warna merah muda pada lapisan ammonia, NaOH, KOH menunjukkan adanya antrakuinon bebas. lakukan pengujian pada sari air sisa

Sari air pada percobaan (a) ditambahkan FeCl3 2% dan HCl 2N (2:1) kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit. lalu disaring selagi masih panas, Filtrat didinginkan. Filtrat ini kemudian dusari dengan 3x 10ml eter. Kumpulkan sari eter, cuci dengan 5ml air. Selanjutnya sari eter direaksikan dengan larutan ammonia, NaOH, atau KOH. Adanya antrakuinon bebeas berasal dari hasil hidrolisis glikosida antrakuinon.

Page 6: LAPORAN RESMI (glikosida)

c. pemeriksaan secara KLT

2. Analisis glikosida flavonoid

a. Pembuatan larutan percobaan

b. Uji glikosida 3-flavonol

Sari air pada percobaan (a) ditambahkan FeCl3 2% dan HCl 2N (2:1) kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit. lalu disaring selagi masih panas, Filtrat didinginkan. Filtrat ini kemudian dusari dengan 3x 10ml eter. Kumpulkan sari eter, cuci dengan 5ml air. Selanjutnya sari eter direaksikan dengan larutan ammonia, NaOH, atau KOH. Adanya antrakuinon bebeas berasal dari hasil hidrolisis glikosida antrakuinon.

Larutan percobaan : 0,5 g serbuk dicampur dengan 5ml methanol lalu dipanaskan 5 menit, saring

Fase diam : silika gel GF 254

Fas gerak : etil asetat : methanol : air (100:16,5:13,3)

Deteksi : UV 254 nm, UV 366nm sebelum dan sesudah disemprot KOH 10% dalam metanol

0,5 gram serbuk disari dengan 10ml methanol selama 10 menit diatas penangas air. Encerkan filtrate dengan 10ml air dan pindahkan ke corong pisah dengan 5ml petroleum eter, lalu dikocok. Pisahkan fase methanol. uapkan fase methanol hingga kering. residu dilarutkan dalam etil asetat.

1ml larutan percobaan diuapkan hingga kering. sisa dilarutkan dalam 2ml etanol 95% dan tambahkan logam zn, 2ml HCl 2N, diamkan selama 1 menit. Tambah HCl pekat, tunggu 3 menit hingga warna menunjukkan adanya glikosida 3-flavonol

Page 7: LAPORAN RESMI (glikosida)

c. Uji shinoda

d. Reaksi Taubeck

e. Reaksi Wilson

f. Reaksi lain

g. Identifikasi kromatografi

1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan dalam 1ml etanol 95% dan tambah logam Mg,dan 10ml HCl pekat.Jika warna merah ungu menunjukkan adanya flavonoid, jika kuning adanya flavon, kalkon, auron. Tambahkan amil alcohol dan kocok kuat-kuat lalu biarkan memisah. Amati warna yang terjadi

1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisa dibasahi aseton. tambah asam borat dan asam oksalat. Panasakan diatas penangas. Tambah eter lalu diamati dibawah UV 366 nm, amati warna yang terjadi

1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisa dibasahi aseton. tambah asam borat dan asam sitrat. Panasakan diatas penangas. Tambah eter lalu diamati warna yang terjadi kuning tetapi bukan fluoresensi.

1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan dalam 2ml etanol 96%. Lakukan reaksi warna atau pengendapan dengan pereaksi berikut dan amati warna endapan yang terjadi

Larutan FeCl3 dalam air

Larutan Pb-asetat 255 dalam air

Amonia atau larutan NaOH 0,2 N

Page 8: LAPORAN RESMI (glikosida)

3. Analisis glikosida saponin

a.Uji Buih

b. Uji Kapiler

c. Uji hemolisa

d. Pemeriksaan KLT

laruta percobaan : 1 gram serbuk disari dengan 10 ml methanol selama 5 menit. dinginkan dan saring. Jika sampelnya Orthosiphonis folium penyarian dilakukan dengan 10ml diklomertana dengan penggojokan. Bagian penyari yang jernih

ditotolkan

Fase diam : Silika gel GF 254

Fase gerak Etil asetat : asam formiat : air (10:2:3)

Deteksi : UV 254 nm, UV 366 nm sebelum dan sesudah diuapi ammonia dan sitroborat

10 ml air suling panas kedalam tabung reaksi yang berisi 100mg serbuk sampel, tutup dan kocok selama 30 detik. Biarkan dalam posisi tegak selama 30 menit. Uji positif terbentuk buih setinggi 3 cm dari permukaan cairan yang tidak hilang jika ditambah HCl 2 N

Filtrat air pada uji buih kedalam pipa kapiler penuh-penuh. Kemudian cairan dibiarkan mengalir bebas. Tinggi cairan yang tertinggal dibandingkan dengan tinggi air suling yang diperlukan sama.

Campur 0,5 g dengan dapar fosfat pH 7,4 panaskan, lalu disaring. Ambil 1 ml filtrate lalu campur dengan 1ml suspense darah. Diamkan selama 30 menit, terjadi hemolisa total menunjukkan adanya saponin

Larutan percobaan : 1-3 gram serbuk disari dengan 10ml petroleum eter, panaskan 500C selama 5menit saring.lalu serbuk disari

dengan 10ml campuran methanol-air (1:1), panaskan 500C selama 5menit, totolkan

Fase diam : Silika gel GF 254

Fase gerak : Kloroform : methanol : air (64:50:10)

Page 9: LAPORAN RESMI (glikosida)

V. DATA DAN HASIL PERCOBAAN

1. Analisis glikosida antrakuinon

a. Identifikasi antrakuinon bebas.

Rhei radix + NaOH merah bata positif antrakuinon bebas.

b. Identifikasi adanya antrakuinon yan terikat sebagai glikosida.

Rhei radix + NaOH merah bata positif antrakuinon.

c. Pemeriksaan secara KLT

Fase gerak : etil asetat : methanol : air ( 100 : 16,5 : 13,5 )

Fase diam : silica gel GF 254

Pereaksi Pendeteksi : UV 254 nm, UV 366 nm sebelum dan sesudah di

Semprot KOH 10 % dalam methanol.

Larutan percobaan : 1-3 gram serbuk disari dengan 10ml petroleum eter, panaskan 500C selama 5menit saring.lalu serbuk disari

dengan 10ml campuran methanol-air (1:1), panaskan 500C selama 5menit, totolkan

Fase diam : Silika gel GF 254

Fase gerak : Kloroform : methanol : air (64:50:10)

Page 10: LAPORAN RESMI (glikosida)

2. Analisis glikosida flavonoid

Identifikasi kromatografi glikosida flavonoid

Fase gerak : etil asetat : asam formiat : air ( 10 : 2 : 3 )

Fase diam : silica gel GF 254

Pereaksi Pendeteksi : UV 254 nm, UV 366 nm sebelum dan sesudah di uapi ammonia dan sitroborat.

Gambar

Kromatogram

Kode bercak Rf Warna noda

visual UV 254nm UV

366nm

pereaksi

uap

ammonia

+

sitroborat

A = daun jambu biji

B = Tempuyung

C = Kulit jeruk

D = Singkong

3,8/8 = 0,48

-

7/8 = 0,88

7,5/8 = 0,9

Kuning kecoklatan

-

Kuning kecoklatan

Kuning kecoklatan

Ungu

-

Ungu

Ungu

-

-

-

-

Gambar

Kromatogram

Kode

bercak

Rf Warna noda

visual UV 254nm UV 366nm pereaksi

S = sari sampel

E = fase eter

4,8/6 = 0,8

5/6 = 0,83

Merah orange

kuning

Kuning

kuning

Merah orange

kuning

KOH 10%

metanolik.

KOH 10%

metanolik.

Page 11: LAPORAN RESMI (glikosida)

E= Seledri

F= Kumis kucing

R= Rutin

Q= Quarcetin

3,4/8 = 0,4

7,4/8 = 0,9

3,4/8 = 0,4

7,4/8 = 0,9

1,9/8 = 0,2

7,4/8 = 0,9

2,8/8 = 0,35.

Kuning kecoklatan

- Hijau

- Kuning kecoklatan

-tak berwarna

-hijau

Coklat

coklat

Ungu

Ungu

Ungu

Ungu

Ungu

Ungu

Ungu

-

-

-

-

Sampel

Uji glikosid

a 3-flavonol

Uji Shianoda Reaksi Taubeck

Reaksi Wilson

+FeCl3 +Pb-asetat

Amonia/

NaOH

Daun ketela

Positif = Berubah warna dari merah ke putih.

Warna merah kecoklatan

Positif = fluoresensi kuning.

Positif = kuning.

Positif = keruh.

Positif = keruh

Positif = keruh.

Kulit jeruk

Positif = Berubah warna dari merah ke kuning jernih

Kuning Positif = fluoresensi kuning.

Positif = kuning kehijauan.

Negative = jernih.

Hitam

Negative = jernih.

kuning

Negative = jernih.

orange

Page 12: LAPORAN RESMI (glikosida)

3. Analisis glikosida saponin

Sampel Uji buih Uji kapiler

Lerak - Terdapat buih yang tidak hilang setelah di tambah HCl.

- Positif saponin.- Tinggi buih 3,5cm

Tinggi cairaan uji lebih kecil dari tinggi air suling. Adanya saponin di perhitungkan.

Tingi blagko 3,2cm

Tinggi air buih 2,7cm

Pemeriksaan secara KLT

Fase gerak : kloroform : methanol : air (64:50:10)

Fase diam : silica gel GF 254.

Pereaksi Pendeteksi : anisaldehid dan Lieberman burchad.

Gambar Kode Rf Warna noda

visual UV 254nm UV 366nm pereaksi

Page 13: LAPORAN RESMI (glikosida)

Kromatogram bercak

anisaldehid

dan

lieberman

1. Kayu

manis

2. Lerak

S = sampel

S = sampel

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

VI. PEMBAHASANPada percobaan kali ini dilakukan analisis glikosida. Tujuan dari analisis ini yaitu

agar praktikan dapat memahami prinsip dan melakukan analisis glikosida. Dalam analisis ini di lakukan 3 macam analisis glikosida dengan sampel yang berbeda yaitu analisis glikosida antrakuinon, analisis glikosida flavonoid, dan analisis glikosida saponin.

Untuk analisis glikosida antrakuinon, dilakukan identifikasi antrakuinon bebas, identifikasi adanya antrakuinon yang terikat sebagai glikosida, dan pemeriksaan secara KLT. Pengujian glikosida antrakinon pada Rhei radix dengan cara ekstraksi dengan air panas dan disaring saat panas untuk mengambil glikon dan aglikonnya. Identifikasi antrakuinon bebas dilakukan dengan menggunakan sari eter. Dalam sari eter ini terkandung aglikon. Sari eter ditambahkan larutan NaOH. Penambahan basa (NaOH) dengan aglikon (asam) akan menghasilkan garam yang akan menunjukkan warna merah. Hasil ini menunjukkan Rhei radix positif mengandung antrakinonon bebas.

Identifikasi antrakinon yag terikat glikosida dilakukan dengan menggunakan sari eter. Kebanyakan yang ada di dalam adalah antrakinon C glllikosida yang sulit dihidrolisis. Hidrolisis ini dapat dilakukan dengan menambahkan FeCl3 sehingga dapat mereduksi C tersebut, selanjutnya dengan ekstraksi dengan eter maka antrakinon akan tertarik sehingga dapat dianalisis. Perubahan warna pada reaksi dengan FeCl3 menunjukkan adanya senyawa fenolik yang teroksidasi. Oksidasi fenolik oleh feri klorida dijelaskan dengan persamaan reaksi berikut :

Dengan penambahan NaOH maka antrakinon akan membentuk garam yang ditunjukkan dengan warna merah. Hasil ini menunjukkan Rhei radix positif mengandung antrakinonon yang terikat glikosida.

Page 14: LAPORAN RESMI (glikosida)

Selanjutnya untuk identifikasi secara KLT pada sari metanol, fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat : methanol : air (100:16,5 : 13,5) dan fase diamnya berupa silica gel GF 254. Cara identifikasinya dengan menotolkan fase eter yang di peroleh pada ekstraksi pertama kali dan fase eter dari sari air, sai ekstraksi, dan baku rutin dan sari yang di peroleh ke lempeng KLT. Kemudian di lakukan elusi dan di deteksi pada UV 254 nm dan UV 366 nm sebelum dan sesudah di semprot KOH 10% dalam methanol.

Dari hasil yang diperoleh setelah di elusi, di peroleh noda yang sejajar antara sari sampel dan fase eter dengan Rf untuk fase eter = 0,8 sedangkan sari sampel = 0,8. Hal ini menunjukkan bahwa sari sampel mengandung antrakuinon. Selanjutnya di deteksi dengan UV 254 warna noda untuk fase eter dan sari yaitu kuning. Untuk deteksi UV 366, warna noda yang di peroleh pada fase eter yaitu kuning sedangkan pada sari sampel yaitu merah orange. Warna noda bercak secara visual sama dengan warna noda UV 366.

Glikosida flavonoid adalah senyawa polar yang terdapat dalam daun ketela pohon. Dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air, sehingga glikosida meningkatkan kelarutan ke air dan alkohol-air dan flavonoid dapat dideteksi dengan berbagai pereaksi.

Ekstrak daun singkong dan kulit jeruk diperoleh dengan memanaskan serbuk yang telah dilarutkan pada methanol, selagi panas sari kemudian disaring. Kemudian setelah diencerkan dengan air kemudian diekstraksi dengan PE. Fase PE kemudian dikeringkan dan dilarutkan dalam etil asetat.

Uji glikosida 3 flavonol dilakukan dengan penambahan logam Zn/HCl. Logam Zn dapat mereduksi sehingga menunjukkan perubahan warna. Tiap partikel senyawa fenolik yang teroksidasi oleh Zink klorida. Pada pengujian ini daun singkong terbentuk warna dari merah ke putih sehingga mengandun glikosida flavonoid Dan kulit jeruk terbentuk warna dari merah ke kuning jernih sehingga mengandung glikosida flavonoid.

Uji shinoda dengan menambahkan logam Mg dan HCl pekat. Logam Mg akan mereduksi sehingga akan menunjukkan perubahan warna. Tiap partikel senyawa fenolik yang teroksidasi oleh magnesium klorida. Pada daun singkong menunjukkan warna merah kecoklatan Dan kulit jeruk menunjukkan warna kuning sehingga dari hasil ini dinyatakan positif mengandung flavonoid untuk daun singkong dan flavon, kalkon, auron pada kulit jeruk.

Uji taubeck dilakukan dengan menambahkan asam borat dan asam oksalat dan sedikit pemanasan. Kemudian ditambahkan eter pada sisanya. Karena oksalat-borat akan mengakibatkan terbentuknya kompleks oksalo-borat yang akan menunjukkan adanya serapan pada UV 366. Hasil positif akan menunjukkan adanya fluoresensi berwarna kuning pada UV 366. Dari hasil diketahui bahwa daun singkong dan kulit jeruk menunjukkan floresensi pada UV 366 berwarna kuing-hijau.

Page 15: LAPORAN RESMI (glikosida)

Reaksi Wilson dilakukan dengan menambahkan asam borat dan asam sitrat dan sedikit aseton dan pemanasan. Karena sitrat-borat akan mengakibatkan terbentuknya kompleks yang akan menunjukkan adanya perubaha menjadi warna kuning tetapi tidak fluoresensi. Dari hasil diketahui bahwa daun singkong dan kulit jeruk menunjukkan positif mengandung flavonoid.

Reaksi lain yaitu dengan adanya pengendapan dengan larutan FeCl3 dalam air, larutan Pb-asetat 25% dalam air, dan larutan amoniak atau NaOH 0,2N. dari hasil diketahui bahwa daun singkong positif mengandung flavonoid karena saat ditambahkan FeCl3, Pb asetat, dan amoniak berwarna keruh. Pada jeruk terbentuk warna hitam (dengan FeCl3), kuning bening (Pb asetat), dan amoniak (orange bening).

Uji KLT sari methanol dilakukan dengan fase diam silica gel GF 254 dan fase gerak etil asetat : asam formiat : air (10:2:3) kemudian dilihat pada UV 254, 366 sebelum dan sesudah diuapi ammonia dan sitrobrat. Hasil KLT menunjukkan pada UV 254 semua sampel menunjukkan warna ungu. Hal ini menandakan sampel positif mengandung rutin dan quercetin.

Analisis glikosida saponin dilakukan pada lerak. Uji buih dilakukan dengan sari air yang kemudian dikocok 30 detik dan didiamkan 30 menit, selanjutnya ditambah dengan HCl 2N. apabila buih tidak hilang dan tinggi buih kurang lebih 3cm maka hasilnya positif. Pada uji ini buig lerak yang terbentuk setelah ditambahkan dengan HCl adalah 3,5cm sehingga positif mengandung saponin.

Uji pipa kapiler dilakukan dengan filtrat air buih yang diisi penuh pada kapiler dan dibiarkan mengalir bebas kemudian dibandingkan dengan tinggi air suling pada kapiler. Hasil positif apabila tinggi cairan separo atau kurang dari tinggi air suling maka mengandung saponin. Hasil uji pipa kapiler yang diisi air suling adalah 3,2, dan tinggi air busa adalah 2,7cm. sehingga hasilnya positif.

Pemeriksaan KLT dengan mengekstraksi dengan PE yang dipanaskan. Ekstrak kering kemudian dilarutkan dengan methanol air (1:1) dan dipanaskan 50oC selama 5 menit. Fase diam adalah silica gel GF 254 dan fase gerak kloroform : methanol :air (64:50:10). Deteksi dengan anisaldehid asam sulfat (biru, ungu, kuning) dan Lieberman burchard ( merah coklat). Hasil KLT menunjukkan

VII. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum menunjukkan bahwa Rhei radix mengandung glikosida antrakinon, daun ketela dan kulit jeruk mengandung glikosida flavonoid (glikosida 3 flavonol, shinoda, taubeck, Wilson, pengendapan), dan lerak mengandung glikosida sapoin.

Page 16: LAPORAN RESMI (glikosida)

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Didik 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.Penebar Swadaya.

Petunjuk Praktikum Analisis Kandungan Tumbuhan Obat, Fakultas Farmasi. Universitas

Setia Budi Surakarta.

http://alfiraahmadsipaf2pharmacysowhatz.blogspot.com/2013/10/makalah-

farmakognosi.html