LAPORAN PRATIKUM SABUN

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014

    LAPORAN PRATIKUM

    PRODUKSI 1

    PERCOBAAN : 5

    PEMBUATAN SABUN BUBUK BANYAK BUSA DAN

    DETERGEN

    PROGRAM STUDI TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT

    POLITEKNIK KAMPAR

    2012

    Nama pratikan NIM Tanggal Kumpul

    Tanda tangan

    Hendra Riau

    201211031

    20 Maret 2014

    Pratikan instruktur

    Nama penilai Tanggal koreksi Nilai Tanda tangan

    Hanifah khairiah, S.ST

  • 2

    TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014

    I. TUJUAN

    1. Mahasiswa dapat mengetahui proses sabun bubuk banyak busa

    2. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan deterjen bubuk

    II. TEORI

    Deterjen sangat akrab dengan kehidupan kita terutama bagi ibu

    rumah tangga untuk mencuci pakaian. Deterjen tidaklah sama dengan

    sabun, meskipun sabun juga termasuk deterjen. Kata deterjen berasal

    dari bahasa Latin deterjene yang berarti menghapus. Deterjen

    merupakan campuran berbagai bahan yang digunakan untuk

    membersihkan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.

    Deterjen berhubungan dengan pembersihan benda padat dengan

    menyingkirkan benda yang tidak diinginkan dari permukaannya.

    Pembersihan ini dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti

    pemisahan mekanik sederhana (misalnya mengucek dan mencelupkan

    ke dalam air),pemisahan dengan pelarut (misalnya penambahan pelarut

    organik, dan pemisahan dengan menambahkan air dan bahan

    kimiasepertisurfaktan.

    Sistem pencucian dengan deterjen melibatkan interaksi antara

    pengotor dan liquid bath (air yang mengandung surfaktan). Hasil

    pencucian sangat bergantung pada interaksi tersebut. Selain itu kondisi

    pencucian, seperti temperatur, waktu, energi mekanik yang diberikan

    dan kesadahan air juga menentukan.

    Setelah lebih dari dua ribu tahun menggunakan sabun, orang akhirnya

    membuat deterjen sintesis yang dapat membersihkan lebih baik dari

    sabun dan tidak dipengaruhi oleh kesadahan air. Semua deterjen

    termasuk sabun merupakan surfaktan, senyawa kimia yang dengan

    keistimewaannya dapat mempertemukan lemak dan air. Kebanyakan

    kotoran yang melekat pada kulit, pakaian dan perabotan rumah tangga

    tidak terlepas dari andil lemak yang melekat pada bahan.

    Menurut kandungan gugus aktifnya deterjen diklasifikasikan sebagai

  • 3

    TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014

    berikut :

    1. Deterjen jenis keras

    Deterjen jenis keras sukar diuraikan oleh mikroorganisme

    meskipun bahan tersebut dibuang. Akibatnya zat tersebut masih

    aktif dan jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air.

    Contohnya adalah Alkil Benzena Sulfonat (ABS). Senyawa

    ABS dapat dibuat dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan

    Belerang Trioksida, Asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini

    menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil

    Benzena maka persamaan reaksinya adalah

    C6H4C12H25SO3HC6H5C12H25 + SO3

    (Dodekil Benzena Sulfonat)

    Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga

    dihasilkan Natrium Dodekil Benzena Sulfonat

    2. Deterjen jenis lunak

    Deterjen jenis lunak mudah diuraikan oleh mikroorganisme,

    sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai. Contohnya adalah

    Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat (LAS). Senyawa LAS

    dapat dibuat dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam

    Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:

    C12H25OH C12H25OSO3H + H2O+ H2SO4

    Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan

    NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.

    Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun

    kini meluas dalam bentuk produk-produk seperti:

    1. Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri

    seperti sampo, sabun cuci tangan, dll.

    2. Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk

    deterjen yang paling populer di masyarakat.

    3. Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga

    baik untuk penggunaan manual maupun mesin pencuci piring.

  • 4

    TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014

    4. Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti

    pembersih lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik,

    metal, gelas, dll.

    Deterjen dapat dibuat dengan mereaksikan asam alkil sulfonat

    atau asam alkil benzensulfonat dengan suatu basa. Berikut ini

    reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan deterjen:

    Rantai karbon (gugus alkil, R) pada struktur di atas dapat berupa rantai

    lurus maupun rantai bercabang. Rantai alkil yang digunakan sebaiknya

    tidak bercabang karena rantai alkil yang bercabang sulit untuk

    diuraikan oleh mikrooganisme. Akibatnya dapat menimbulkan polusi

    berupa buih di sungai dan danau. Oleh karena itu, sejak tahun 1965

    digunakan alkil benzensulfonat yang tidak bercabang.

    Salah satu bahan pembuatan deterjen adalah asam sulfonat yang

    memiliki molekul berantai panjang dengan jumlah atom karbon 12 -18

  • 5

    TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014

    atom tiap molekulnya. Deterjen pertama kali disintesis pada tahun

    1940-an berupa garam natrium dari alkil hidrogen sulfat. Senyawa ini

    didapat dari reaksi antara alkohol berantai panjang dengan asam sulfat

    yang kemudian dinetralkan dengan basa. Alkohol berantai panjang

    dapat dibuat dengan reaksi hidrogenasi lemak dan minyak.

    Salah satu contoh deterjen yang memiliki kualitas yang baik adalah

    natrium lauril sulfat. Deterjen yang umum digunakan saat ini adalah

    alkil benzenasulfonat berantai lurus. Proses pembuatannya meliputi

    tiga tahapan. Tahap pertama adalah reaksi antara alkena rantai lurus

    dengan jumlah atom karbon 14 dengan benzena dan katalis AlCl3 atau

    HF sehingga membentuk alkil benzena. Reaksi ini sangat umum dan

    biasa dikenal dengan reaksi Friedel Craft. Tahap selanjutnya

    melibatkan reaksi sulfonasi yaitu alkil benzena yang dihasilkan dari

    tahap pertama direaksikan dengan asam sulfat sehingga dihasilkan

    asam alkil benzenasulfonat. Tahap terakhir adalah penetralan asam

    alkil benzenasulfonat dengan suatu basa misalnya NaOH sehingga

    dihasilkan garam natrium alkil benzenasulfonat atau deterjen.

    Berikut ini adalah reaksi pada tiap tahapan proses pembuatan deterjen:

    Zat lain yang terkandung dalam deterjen antara lain builder, filler dan

    aditif. Builder memiliki fungsi untuk membantu efisiensi surfaktan

    dalam proses pembersihan kotoran. Salah satu kemampuan builder

    yang penting adalah menyingkirkan ion yang menyebabkan kesadahan

    air dan mencegah ion tersebut berinteraksi dengan surfaktan. Hal ini

    diperlukan untuk menjaga efektivitas proses pencucian. Secara umum

    builder meningkatkan alkalinitas cairan sehingga dapat pula berfungsi

  • 6

    TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014

    sebagai alkali. Beberapa contoh builder yang banyak digunakan adalah

    sebagaiberikut:

    1. Zeolit

    Zeolit (Na2Ox.Al2O3y.SiO2z.pH2O) berfungsi sebagai builder

    penukar ion. Zeolit yang banyak digunakan adalah zeolit dengan tipe

    A. Ion natrium yang terkandung di dalam zeolit akan dilepaskan oleh

    kristal zeolit dan digantikan dengan ion kalsium dari air sadah. Hal ini

    akan menyebabkan penurunan kesadahan dari air pencuci.

    2. Clay

    Clay seperti juga kaolin, montmorilonit, dan bentonit dapat digunakan

    sebagai builder. Namun, clay memiliki efektivitas pelunakkan air yang

    lebih rendah dibandingkan zeolit tipe A. Tetapi penggunaan clay

    sebagai builder memiliki nilai tambah lain. Misalnya clay

    montmorilonit yang dapat juga berfungsi sebagai komponen pelembut.

    Komponen ini akan diserap dan difilter ke dalam pakaian selama

    proses pencucian dan pembilasan.

    3. Nitrilotriacetic acid

    Senyawa Nitrilotriacetic acid N(CH2COOH)3 atau biasa disebut NTA

    ini merupakan salah satu builder yang kuat. Senyawa ini merupakan

    tipe builder organik. Namun, penggunaaannya memiliki efek samping

    pada kesehatan dan lingkungan.

    4. Garam Netral

    Natrium sulfat dan natrium klorida merupakan garam-garam netral

    yang dapat digunakan sebagai builder. Natrium sulfat juga dapat

    menurunkan Critical Micelle Concentration (CMC) dari surfaktan

    organik sehingga konsentrasi pencucian efektif dapat tercapai.

    Bahan lain yang terkandung dalam deterjen adalah filler. Bahan ini

    merupakan bahan tambahan yang tidak memiliki kemampuan untuk

    meningkatkan daya cuci, tetapi dapat meningkatkan kuantitas deterjen,

  • 7

    TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014

    contohnya adalah natrium sulfat.

    Aditif organik dalam deterjen juga dapat ditambahkan untuk

    meningkatkan daya cuci. Peningkatan yang dimaksud meliputi hal-hal

    di bawah ini:

    a. Menurunkan pengendapan kembali kotoran.

    b. Meningkatkan efek whiteness dan brightness.

    c. Meningkatkan kemudahan terlepasnya kotoran.

    d. Menurunkan atau menigkatkan pembusaan seperti yang diinginkan.

    e. Menaikkan tingkat kelarutan deterjen. Jika deterjen semakin larut,

    maka fungsi pencucian juga meningkat.

    f. Menaikkan daya dorong terhadap logam-logam.

    g. Menurunkan injury (misalnya iritasi pada kulit manusia, barang atau

    kain, dan mesin).

    Beberapa aditif organik yang dapat digunakan dalam deterjen adalah:

    1. Na-CMC

    Natrium Carboxyl Methyl Cellulose berfungsi sebagai agen anti-

    redeposisi yang paling umum digunakan pada kain katun. Namun,

    senyawa ini tidak berfungsi baik pada serat sintetis.

    2. Blueing Agent

    Blueing agent memiliki fungsi untuk memberi kesan biru pada kain

    putih sehingga kain akan terlihat semakin putih. Selain itu, blueing

    agent juga dapat memberi kesan warna yang lembut.

    3. Fluorescent

    Fluorescent merupakan agen pemutih yang pertama kali digunakan

    pada deterjen pada tahun 1940. Bahan ini dapat menyerap radiasi

    ultraviolet dan mengemisi sebagian energi radiasi tersebut sebagai

    sinar-sinar biru yang tampak. Konsentrasi aditif harus diperhatikan

    dalam penggunaannya karena jika konsentrasi aditif yang digunakan

    salah, fluorescent tidak akan memberikan efek absorbsi sinar

    ultraviolet.

    4. Proteolytic enzyme

    Proteolytic enzyme banyak digunakan pada formula deterjen. Tujuan

  • 8

    TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014

    penggunaannya adalah untuk mendegradasi bercak-bercak pada

    substrat yang dapat didegradasi oleh enzim. Penggunaan aditif ini

    membutuhkan waktu lebih lama daripada aditif lainnya karena

    merupakan produk bioteknologi. Enzim-enzim yang dapat digunakan

    sebagai aditif antara lain enzim amilase, trigliserida, dan lipase.

    5. Bleaching agent

    Bleaching agent anorganik yang banyak digunakan dalam deterjen

    adalah natrium perborat. Pada temperatur pencucian yang tinggi yaitu

    sekitar 7080oC. Senyawa ini akan memucatkan (efek bleaching)

    bercak-bercak seperti bercak wine dan buah-buahan secara efektif.

    Namun sebelum dibuang air sisa cucian harus didinginkan hingga

    temperatur di bawah 50oC agar bisa lebih ramah lingkungan.

    Bleaching agent organik yang biasa digunakan adalah TAED (Tetra

    Acetyl Ethylene Diamine). Senyawa ini efektif digunakan pada

    temperatur pencucian 50-60oC.

    6. Foam Regulator

    Foam regulator seperti amin oksida, alkanolamida, dan betain

    digunakan untuk menghasilkan busa sehingga aditif ini umumnya

    digunakan pada cairan pencuci tangan dan sampo. Busa dapat

    meratakan deterjen dengan lebih baik saat digunakan, misalnya saat

    mencuci rambut atau menggosok gigi.

    7. Organic sequestering

    Aditif ini berfungsi untuk memisahkan ion logam dari bath liquid.

    Beberapa aditif yang berfungsi sebagai organic sequestering adalah

    EDTA dan nitrilotriacetic acid.

    Secara umum fungsi dari zat-zat yang terkandung dalam deterjen

    adalah:

    a. Asam dan alkali

    Kandungan asam dapat memudahkan pelepasan endapan mineral,

    contohnya asam asetat dan asam sitrat. Alkali dapat melawan kotoran

  • 9

    TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014

    berlemak dan berminyak, contohnya amonia.

    b. Agen antimikroba

    Keberadaan agen antimikroba ini dapat membantu dalam membasmi

    mikroorganisme, contoh agen antimikroba adalah minyak pinus,

    trikloban, triklosan.

    c. Agen antideposisi

    Agen anti deposisi berperan untuk mencegah pembentukan kembali

    kotoran yang telah terangkat, contoh agen antideposisi adalah

    karboksimetil selulosa, plietilena glikol, natrium silikat.

    d. Pengelantang

    Pengelantang dapat menghilangkan noda dengan cara memutihkan dan

    mencerahkan pakaian, contoh pengelantang adalah natrium hipoklorit

    (chlorine bleach), natrium perbonat (colie safe bleach).

    e. Anti sadah

    Anti sadah berguna untuk mengatasi kesadahan air. Yang dimaksud air

    sadah (air keras) adalah jenis air yang mengandung ion-ion tertentu

    yang dapat menurunkan kinerja surfaktan. ion-ion yang biasa

    terkandung dalam air sadah biasanya ion Ca2+, Mg2+, SO42- dan

    HCO3-. Contoh zat anti sadah adalah natrium karbonat,

    natriumtripolifosfat.

    f. Penghambat korosi

    Kandungan bahan ini dapat melindungi komponen-komponen logam

    seperti pada perabotan masak dari perkaratan, contoh penghambat

    korosi adalah natrium silikat.

    g. Enzim

    Enzim merupakan biokatalisator yang dapat mempercepat laju suatu

    reaksi yang terjadi pada organisme. Dalam hal ini enzim dapat

    mempercepat proses penghancuran noda-noda tertentu, misalnya

    getah. Contoh enzim yang biasa digunakan adalah protease dan

    selulose.

    h. Agen pelembut kain

  • 10

    TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014

    Zat ini dapat melembutkan kain dan mengendalikan listrik statis.

    Contohnya adalah senyawa golongan amonuim kuartener.

    i. Pengharum

    Pengharum dapat menyembunyikan bau-bau dan menjadikan bahan

    lebih segar dan tentunya wangi.

    j. Pencerah optik

    Zat ini dapat membuat bahan tampak lebih cemerlang dengan

    mengubah cahaya kuning atau cahaya ultra ungu yang tidak kelihatan

    menjadi warna kebiruan dan keputihan. Contoh pencerah optik adalah

    stilbena disulfanat.

    k. Pengawet

    Pengawet dapat melindungi produk dari oksidasi dan hilangnya warna

    serta serangan bakteri. Contohnya adalah hidroksitoluena butilat,

    EDTA.

    l. Pelarut

    Pelarut digunakan agar semua bahan terlarut dalam cairan, contohnya

    etil alkohol, propilena glikol.

    m. Agen pengendali dadih

    Zat ini berfungsi untuk mengendalikan jumlah dadih dan mencegah

    terbentuknya kerak, contohnya adalah alkanolamida.

    III. ALAT DAN BAHAN

    A. Pembuatan sabun banyak busa

    Alat :

    1. Baskom

    2. Beaker glass 250 ml

    3. Beaker glass 100 ml

    4. Batang pengaduk besar

    5. Hand sealer

    6. Kemasan plastic

  • 11

    TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014

    Bahan yang digunakan :

    1. Natrium karbonat 50 g

    2. STTP 15 g

    3. TSP 5 g

    4. Texafon bubuk 15 g

    5. Texafon gel 15 g

    6. Sodium metabisulfit 5 g

    7. Calcium carbonat 50 g

    8. Parfum secukupnya.

    B. Pembuatan deterjen bubuk

    ALAT DAN BAHAN

    Alat :

    1. Beaker glass 500 ml

    2. Beaker glass 100 ml

    3. Batang pengaduk besar

    4. Baskom

    5. Hand sealer

    6. Kemasan plastic

    Bahan :

    1. Texafon powder 25 g

    2. Emal_10 25 g

    3. Sodium karbonat 15 g

    4. STTP 7 g

    5. Sodium sulfat 100 g

    6. Parfum secukupnya

    IV. PROSEDUR

    A. Pembuatan sabun banyak busa

  • 12

    TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014

    1. Natrium karbonat,STTP,sodium metabosulfit dan texafon bubuk

    campur hingga rata

    2. Di campur texafon gel aduk rata lalu setelah rata tambahkan calcium

    carbonat, panaskan didalam oven selama 60 menit dengan suhu 650c

    3. Setelah tercampur rata tambahkan parfum secukupnya dan saring

    B. Pembuatan deterjen bubuk

    1. Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan formula diatas

    2. Lalu campurkan emal_10 dan STTP dimasukan kedalam baskom aduk

    dengan pengaduk kayu dengan rata

    3. Dicampurkan parfum pada wadah sodium karbonat,diaduk rata lalu

    campurkan pada baskom

    4. Dicampurkan bagian sodium sulfat pada baskom lalu aduk rata

    5. Lalu sisa sodium sulfat lainnya dicampurkan dan diaduk rata lalu

    tuangkan dalam baskom dan diaduk hingga merata

    6. Kemudian deterjen dipanaskan selama 60 menit, kemudian di saring

    dan ditambahkan pewarna, lalu diaduk selama 10 menit

    7. Deterjen bubuk siap dimasukakan kedaalam kemasan.

    V. DATA PENGAMATAN

    Dari hasil pengamatan yang praktikan dapatkan yaitu:

    A. (sabun banyak busa)

    No Uraian Hasil

    1. Natrium karbonat 50,1 g

    2. STTP 15,2 g

    3. TSP 5,1 g

    4. Texafon bubuk 15,2 g

    5. Texafon gel 15,1 g

    6. Sodium metabisulfit 5,1 g

    7. Calsium carbonat 50,1 g

    8. parfum secukupnya

  • 13

    TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014

    9. Semua bahan dicampurkan,selain

    parfum

    Lembab dan kasar

    10. Diofen selama kurang lebih 60 menit Kering,halus,lembut,dan bewarna

    putih

    B. (deterjen bubuk)

    no uraian hasil

    1. Texafon powder 25,3 g

    2. Emal_10 25,1 g

    3. Sodium karbonat 15,1 g

    4. STTP 7,2 g

    5. Sodium sulfat 100 g

    6. parfum secukupnya

    7. Bahan dicampurkan Lembab dan kasar

    8. Di oven selama 60 menit dan disaring Kering,halus, dan lembut

    9. 5 gr deterjen Bewarna merah

    10. Warna biru 5 gr deterjen

    11. Warna kuning 5 gr deterjen

    12. Kemudian putih,biru,kuning,merah di

    campur

    Putih bercak-bercak warna

    VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada percobaan ini pratikan melakukan pratikum pembuatan sabun

    banyak busa dan juga detergent. Sabun dalam kegiatan sehari hari

    merupakan bahan penunjang yang selalu di perlukan, karena begitu

    pentingnya manfaat dalam kehidupan untuk selalu terjaga kesehatan

    dari hal hal kotor yang dapat menimbulkan penyakit. Adapun tujuan

    dari pembuatan sabun dan detergen ini untuk menambah pengetahuan

  • 14

    TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014

    bagi mahasiswa dalam peoses pembuatan sabun dan juga detergen.

    Detergen .

    Pratikum ini memerlukan waktu yang relative lama, karena adanya

    proses pengeringan pada setiap produk. Dalam proses pembuatan

    sabun dan detergen, hal yang terpenting di lakukan ialah mencuci

    semua peralatan agar terhindar dari kotoran atau zat lain yang dapat

    mengakibatkan kontaminasi dan perubahan reaksi. Setelah pencucian ,

    peralatan juga harus kering. Karena air dapat mengakibatkan bahan

    tidak dapat bereaksi dengan zat zat penunjang lain ya, sehingga bahan

    akan larut karena adanya air tersebut. Setelah bersih bahan yang

    berupa natrium karbonat, STTP, TSP, texafon bubuk, , di campurkan

    dan di aduk hingga tercampur merata. Jika ada bahan yang

    menggumpal maka harus di haluskan agar hasil dapat menjadi lembut.

    Setelah tercampur merata di tambahkan texafon gel , yang berguna

    untuk menghasilkan busa pada sabun dan mengangkat kotoran . Dan

    berlahan lahan di masukan calcium carbonat sebagai bahan filler, atau

    bahan yang di gunakan untuk memperbanyak volume. Untuk

    mengurangi kelembapan pada sabun tersebut, di lakukan pemanasan di

    dalam oven dengan waktu 1 jam. Setelah kering, produk sabun di beri

    pewangi. zat ini harus di lakukan di akhir proses agar tidak terjadi

    penguapan ketika pemanasan di oven. Penambahan zat ini harus

    sedikit, yaitu 2 hingga 3 tetes pipet. Jika terlalu banyak sabun yang di

    hasilkan akan menjadi lembab. Untuk memisahkan partikel yang halus

    dan kasar, di lakukan penyaringan kembali. Ketika partikel berukuran

    besar di dapat maka di haluskan dan di saring kembali, hal tersebut di

    lakukan secara berulang - ulang.

    Pada proses pembuatan detergen, di lakukan sama dengan

    pembuatan sabun. Tetapi bahan yang di gunakan ada yang sediit

    berbeda. Yaitu pada dettergen menggunakan bahan emal-10 yang

    berguna sebagai bahan aktif untuk meningkatkan daya bersih pada

    pengangkatan kotoran. Hal ini berperan sama dengan texafon gel yang

    di gunakan pada sabun. Tujuan pada sabun menggunakan texaon

  • 15

    TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014

    sedangkan gel, sedangkan pada detergen menggunakan emal 10 .

    karena texafon gel dapat menghasilkan busa yang cukup banyak,

    sehingga daya bersihnya lebih rendah dari emal 10 yang mempunyai

    busa sedang. Dan untuk fillernya di gunakan sodium sulfat. Bahan

    yang berperan sebagai daya bersih jika di gunakan secara berlebihan

    akan mengakibakan efek, tangan akan panas bahakan dapat

    mengakibatkan iritasi.

    Pada percobaan ini pratikan mendapatkan dua produk sabun dan

    detergen yang belum sampai pada proses pengemasan, pengemasan

    yang di lakukan hanya dalam sementara. Dan hasil produk yang di

    dapatkan telah di uji kelarutanya, serta kualitas daya bersih dan busa.

    VII. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Dari hasil percobaan di dapatkan kesimpulan sebagai berikut :

    1. Semua deterjen termasuk sabun merupakan surfaktan,

    2. Surfaktan dapat mengangkat kotoran dari berbagai media, baik

    pakaian

    3. Setiap pembuatan sabun dan detergen di tambahkan bahan

    filler yang berguna untuk menaikan volume produk.

    4. Bahan filler yang di gunakan merupakan bahan yang tidak

    dapat breaksi dengan bahan bahan lainya dan dapat larut di

    dalam air.

    5. STTP yang di tambahakan pada sabun dan detergen berguna

    untuk mengurangi dampak negative dari limbah sabun , dengan

    adanya STTP limbah sabun mengurangi dampak terhadap

    tanaman. Karena STTP merupakan bahan yang dapa

    menyuburkan tanaman.

    B. Saran

    Adapun saran yang dapat menunjang kesempurnaan sebagai

    berikut :

  • 16

    TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT ( POLITEKNIK KAMPAR ) 2014

    1. Sebaiknya peralatan sebelum di gunakan harus dalam keadaan

    bersih dari kotoran dan air.

    2. Pada penggunaan zat penunjang dan adiktif di gunakan

    secukupnya, karena jika terlalu berlebih dapat mengakibatkan

    efek pada kulit.

    3. Pada pencampuran bahan filler , masukan secara berlahan lahan

    , agar proses pencampuran dapat lebih mudah dan hasil yang di

    dapat lebih halus.

    VIII. DAFTAR PUSTAKA

    1. http://webkimia.blogspot.com/2010/10/apakah-yang-dimaksud-dengan-

    deterjen.html

    2. http://rinrinmiatri.blogspot.com/2012/02/makalah-detergent.html

    3. Hanifah, khairiah. 2014. Penuntun pratikum praktek produksi 1.politeknik

    kampar