25
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VISUS, ANOMALI REFRAKSI, KOREKSI ANOMALI REFRAKSI, DAN TES BUTA WARNA DISUSUN OLEH: Anita Sari 41090006 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI mata_nitha.doc

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

VISUS, ANOMALI REFRAKSI, KOREKSI ANOMALI REFRAKSI, DAN TES BUTA WARNA

DISUSUN OLEH:

Anita Sari41090006PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

2011

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakang Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara umum, terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata. Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat.B. Tujuan

Agar mahasiswa memahami fungsi dan mekanisme kerja indera penglihatan

Agar mahasiswa memahami mekanisme persepsi penglihatan warna

BAB II

DASAR TEORI Anatomi Indera PenglihatanMata memiliki struktur sebagai berikut:

Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.

Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sclera

Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.

Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.

Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.

Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.

Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak.

Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.

Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris

Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakan lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).

Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris. Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia.

Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian retina yang paling sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf. Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan gambaran visuil yang tajam. Retina mengubh gambaran tersebut menjadi gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak. Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat di bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf tersebut akan bergabung kembali.Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi olehcairan:

Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa.

Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina.

Segmen anterior berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen posterior berisi humor vitreus. Cairan tersebut membantu menjaga bentuk bola mata.

(Mason.H, 1999)

Fisiologi Penglihatan Cahaya masuk ke mata dan di belokkan (refraksi) ketika melalui kornea dan struktur-struktur lain dari mata (kornea, humor aqueous, lensa, humor vitreous) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina, hal ini disebut kesalahan refraksi.

Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Pemglihatan dekat memerlukan kontraksi dari badan ciliary, yang bisa memendekkan jarak antara kedua sisi badan ciliary yang diikuti dengan relaksasi ligamen pada lensa. Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina. Penglihatan yang terus menerus dapat menimbulkan ketegangan mata karena kontraksi yang menetap (konstan) dari otot-otot ciliary. Hal ini dapat dikurangi dengan seringnya mengganti jarak antara objek dengan mata. Akomodasi juga dinbantu dengan perubahan ukuran pupil. Penglihatan dekat, iris akan mengecilkan pupil agar cahaya lebih kuat melelui lensa yang tebal.

Cahaya diterima oleh fotoreseptor pada retina dan dirubah menjadi aktivitas listrik diteruskan ke kortek. Serabut-serabut saraf optikus terbagi di optik chiasma (persilangan saraf mata kanan dan kiri), bagian medial dari masing-masing saraf bersilangan pada sisi yang berlawanan dan impuls diteruskan ke korteks visual.

Tekanan dalam bola mata (intra occular pressure/IOP). Tekanan dalam bola mata dipertahankan oleh keseimbangan antara produksi dan pengaliran dari humor aqueous. Pengaliran dapat dihambat oleh bendungan pada jaringan trabekula (yang menyaring humor aquoeus ketika masuk kesaluran schellem) atau dfengan meningkatnya tekanan pada vena-vena sekitar sclera yang bermuara kesaluran schellem. Sedikit humor aqueous dapat maengalir keruang otot-otot ciliary kemudian ke ruang suprakoroid. Pemasukan kesaluran schellem dapat dihambat oleh iris. Sistem pertahanan katup (Valsava manuefer) dapat meningkatkan tekanan vena. Meningkatkan tekanan vena sekitar sklera memungkinkan berkurangnya humor aquoeus yang mengalir sehingga dapat meningkatkan IOP. Kadang-kadang meningkatnya IOP dapat terjadi karena stress emosional(Sheerwood, 2001)

Bentuk kelainan dan Penyakit pada Mata

1. Kelainan RefraksiYang dimaksud dengan kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak terbentuk pada retina (makula lutea atau bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan kabur. Pada mata normal, kornea dan lensa akan membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang betuk-betuk sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik kuning, akan tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning atau malahan tidak terletak pada satu titik yang tajam. (Vaughan,1996)

a) Myopia

Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibias membentuk bayangan di depan retina. Miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat untuk panjangnya bola mata akibat :

- Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial

- Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia kurvatura/refraktif

- indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus. Kondisi ini disebut miopia indeks

- Miopi karena perubahan posisi lensa. Posisi lensa lebih ke anterior, misalnya pasca operasi glaucoma

Gejala utamanya adalah kabur melihat jauh, sakit kepala (jarang), cenderung memicingkan mata bila melihat jauh (untuk mendapatkan efek pinhole), dan selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda pada mata.

Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi :

1. miopia ringan : -0,25 D s/d -3,00 D

2. myopia sedang : -3,25 D s/d -6,00 D

3. myopia berat : -6,25 D atau lebih

b) Hipermetropi

Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi ) akan dibias membentuk bayangan di belakang retina.

patofisiologi

- Hipermetropia aksial karena sumbu aksial mata lebih pendek dari normal

- Hipermetropia kurvatura karena kurvatura kornea atau lensa lebih lemah dari normal

- Hipermetropia indeks karena indeks bias mata lebih rendah dari normal

Gejala klinis

1. Penglihatan jauh kabur, terutama pada hipermetropia 3 D atau lebih, hipermetropia pada orang tua dimana amplitude akomodasi menurun

2. Penglihatan dekat kabur lebih awal, terutama bila lelah, bahan cetakan kurang terang atau penerangan kurang

3. Sakit kepala terutama daerah frontal dan makin kuat pada penggunaan mata yang lama dan membaca dekat

4. Penglihatan tidak enak (asthenopia akomodatif=eye strain) terutama bila melihat pada jarak yang tetap dan diperlukan penglihatan jelas dalam waktu yang lama, misalnya menonton TV, dll

5. Mata sensitif terhadap sinar

6. Spasme akomodasi yang dapat menimbulkan pseudomiopia

7. Perasaan mata juling karena akomodasi yang berlebihan akan diikuti oleh konvergensi yang berlebihan pula

Pembagian1. Berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi :2. Hipermetropia ringan : -0,25 s/d -3,003. Hipermetropia sedang : -3,25 s/d -6,004. Hipermetropia berat : -6,25 atau lebih

c) Astigmatisma

Suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu titik.

Patofisiologi :

1. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur

2. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa

3. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty

4. Trauma pada kornea

5. Tumor

Gejala klinis

1. Pengelihatan kabur atau terjadi distorsi

2. Pengelihatan mendua atau berbayang baying

3. Nyeri kepala

4. Nyeri pada mata

Berdasarkan posisi garis focus dalam retina Astigmatisme dibagi menjadi

1. Astigmatisme Reguler

Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain.

Astigmatisme With the Rule

Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang horizontal.

Astigmatisme Against the Rule

Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang vertical

2. Astigmatisme Irreguler

Dimana titik bias didapatkan tidak teratur

Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina Astigmatisme dibagi :

1. Astigmatisme Miopia Simpleks

2. Astigmatisme Miopia Kompositus

3. Astigmatisme Hiperopia Simpleks

4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus

5. Astigmatisme Mixtus

(Ilyas , 2004)

2. Buta Warna

Buta warna adalah kelainan yang disebabkan oleh ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spectrum warna tertentu akibat faktor genetis atau sel-sel kerucut di dalam retina mata mengalami pelemahan atau kerusakan permanen.Buta warna bisa disebabkan karena faktor genetis maupun faktor lain seperti karena Shaken Baby Syndrome, cedera atau trauma pada otak dan retina, maupun pengaruh sinar UV. Oleh karena itu, seseorang yang menderita defisiensi warna tersebut, otaknya tidak mampu menerima jenis warna secara normal.Di dalam retina mata itu terdapat tiga tipe reseptor warna, yaitu merah, biru, dan hijau. Anomali warna terjadi sebagai hasil akibat kekurangan satu atau lebih dari reseptor warna tersebut.(wartamedika, 2007) Pemeriksaan Visus dan Tes Buta Warna

A. Pemeriksaan Visus

Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol yang bervariasi. Ini adalah pengukuran fungsi visual yang tersering digunakan dalam klinik. Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki densitas tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik. Ketajaman dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi. Ketajaman dan penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsur.

Visus dapat diukur dengan rumus V=d/D

Keterangan V : Visus atau ketajaman

d : jarak optotype snellen dengan objek

D : skala sejauh mana mata normal masih bisa terbaca.

B. Tes Buta Warna

Buta warna merupakan penyakit yang disebabkan oleh ketidakmampuan sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu. Buta warna dapat ditemukan diantaranya dengan uji ishihara. Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal/pseudo-isochromaticism. (wartamedika, 2007)

BAB III

METODOLOGIA. Pemeriksaan Visus dan Koreksi anomali RefraksiMenanyakan terlebih dahulu kepada naracoba tentang ketajaman penglihatannya (sebelum diperiksa)

Menyuruh naracoba untuk duduk dikursi yang berjarak 6 meter dari optotik snellenMenyuruh naracoba untuk menutup mata kiri, kemudian naracoba membaca menggunakan mata kanan dengan panduan petunjuk yang dipegang oleh penguji.Mencatat jarak deretan huruf yang masih dapat dibaca tanpa kesalahan

Mengulangi percobaan tersebut untuk mata kiri dengan mata kanan ditutup

Mencatat hasilnya pada lembar kerja. Hasil yang diperoleh menunjukkan ketajaman penglihatan (visus) sebelum dikoreksi

Jika visus naracoba menunjukkan nilai 6/6, kemungkinan mata naracoba emetrop, untuk menentukan emetrop atau tidaknya, didepan naracoba dipasang lensa sferis positif sebesar 0,5 D. lalu menguji mata kiri dan kanan secara bergantian

Jika hasil visus naracoba lebih kecil dari 6/6, ada kemungkinan mata naracoba menderita hipermetrop. Untuk mengubah visus jadi 6/6 didepan mata naracoba diletakkan lensa sferis positif. Mula-mula diletakkan lensa sferis positif yang kuat, berturut-turut hingga yang lemah sampai diperoleh visus 6/6.

Apabila penambahan lensa sferis positif memperkecil visus, maka kemungkinan penderita mempunyai mata miop, untuk mengubah nilai visus maka diletakkan lensa sferis negative.Penambahan dimulai dengan lensa sferis negative lemah, berturut-turut semakin kuat sampai visus 6/6.

Apabila kedua mata telah dikoreksi dengan lensa sferis positif dan negative tetapi visus tidak mencapai 6/6, kemungkinan naracoba menderita astigmatisma. Untuk memperbaikinya dipasang lensa silindris didepan lensa sferis yang menhasilkan visus terbesar. Lakukan hingga diperoleh visus 6/6B. Tes Buta Warna

Menyiapkan dua orang sebagai naracoba dan pembandingMelakukan tes buta warna dengan menggunakan Ishihara test yang terdiri dari 14 gambar warna

Meletakkan alat tersebut dengan jarak 75 cm dari naracoba/pembanding. Alat harus diangkat sehingga membentuk sudut tegak lurus dengan garis penglihatan.

Melakukan pengujian dengan menunjuk gambar ni 1 sampai 14, waktu melihat gambar tidak lebih dari 3 detik

Mencatat jawaban naracoba/pembanding dengan jawaban yang ada pada ishihara test

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilPemeriksaan Visus

NaracobaMataKoreksiHasil

ODOSODOSODOS

Errasworo6 / 126 / 15Sil : 2Min : 0,5

Sil : 26 / 66 / 6

Anita6 / 126 / 15Sil : 0,5Min : 0,5

Sil : 0,56 / 66 / 6

Raymond6 / 56 / 5----

Oktaf6 / 606 / 20Min : 5Min : 56 / 66 / 6

NB : Naracoba Errasworo menggunakan soflens minus 7

Pemeriksaan Buta Warna

Gambar No.Hasil

NormalErrasworoAnitaRaymondOktaf

11212121212

288888

355555

42929292929

57474817474

677777

74545454545

822222

9X8888

101616161616

11Dapat menunjukYaYaYaYa

123535353535

139696969696

14Dapat menunjukYa YaYaYa

B. Pembahasan

Pemeriksaan Visus, Refraksi dan Koreksi Refraksi Pemeriksaan visus dilakukan dengan terlebih dahulu menanyakan hasil pemeriksaan terakhir visus naracoba terlebih dahulu. Setelah itu diperiksa dengan optotik snellen, kemudian dilanjutkan dengan koreksi lensa jika didapat kelainan refraksi.

Pemeriksaan pada naracoba Er sebelum dikoreksi menunjukkan hasil OD 6/12 dan OS 6/15, dapat diartikan bahwa pada mata sebelah kanan , mata normal dapat membaca pada jarak 12 meter, namun naracoba hanya mampu membaca huruf dalam jarak 6 meter. Pada mata sebelah kiri, mata normal dapat membaca huruf dalam jarak 15 meter, tetapi naracoba hanya mampu membaca pada jarak 6 meter. Hal ini menunjukkan kemungkinan naracoba menderita myopia. Tetapi pada saat pemeriksaan, naracoba menggunakan lensa kontak (-7). Pemakaian lensa kontak sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Pada pemeriksaan terakhir , naracoba mengatakan bahwa mata kiri (-1/2) & silinder (2), mata kanan silinder (2).

Pemeriksaan naracoba An hasil visus sebelum dikoreksi OS 6/15, OD 6/12, kemungkinan naracoba menderita myopia. Setelah dikoreksi OS (-1/2) silinder (1/2), OD silinder(1/2).

Pemeriksaan naracoba Ok hasil visus sebelum dikoreksi OD 6/60, OS 6/20. Kemungkinan naracoba menderita myopia. Setelah dikoreksi OD (-5), OS (-5).

Koreksi mata miopia dengan memakai lensa minus/negatif ukuran teringan yang sesuai untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata. Biasanya pengobatan dengan kaca mata dan lensa kontak. Pemakaian kaca mata dapat terjadi pengecilan ukuran benda yang dilihat, yaitu setiap -1D akan memberikan kesan pengecilan benda 2%. Pada keadaan tertentu, miopia dapat diatasi dengan pembedahan pada kornea antara lain keratotomi radial, keratektomi fotorefraktif, Laser Asissted In situ Interlamelar Keratomilieusis (Lasik).

Pemeriksaan pada naracoba Ra hasil visus sebelum dikoreksi OD 6/5, OS 6/5, dapat diartikan mata kiri & kanan dapat membaca huruf dalam jarak 6 meter, dimana mata normal mampu membaca dalam jarak 5 meter. Kemungkinan naracoba menderita hipermetropia. Pasien dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya berakomodasi. Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung atau konveks untuk mematahkan sinar lebih kuat kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah diberikan koreksi lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal. Tes Buta Warna

Percobaan yang telah dilakukan pada ke-empat naracoba menunjukkan hasil yang hampir sama, tetapi ada beberapa nomor pada ishihara test yang salah pembacaan, hal ini kemungkinan karena kesalahan pada saat melakukan pemeriksaan yaitu pada saat melakukan pemeriksaan posisi ishihara book tidak diletakkan pada sudut yang tegak lurus dengan garis penglihatan.

Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosm X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Penyakit buta warna pun klasifikasinya bermacam-macam. Secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu monokromasi, dikromasi, dan trikromasi. Penyebabnya bisa karena delesi, hibridisasi, ataupun penyisipan asam amino pada gen pigmen warna dalam sel kerucut mata.

Untuk penanganan buta warna, sampai saat ini, belum ditemukan cara untuk menyembuhkan buta warna turunan. Walaupun demikian, tersedia beberapa cara untuk membantu penderitanya. Cara tersebut antara lain adalah :

Menggunakan kacamata lensa warna. Tujuannya, agar penderita dapat membedakan warna dengan lebih mudah. Cara ini terbuktif efektif pada beberapa penderita.

Menggunakan kacamata dengan lensa yang dapat mengurangi cahaya silau. Biasanya penderita buta warna dapat membedakan warna lebih jelas jika cahaya tidak terlalu terang atau menyilaukan.

Jika tidak dapat melihat warna sama sekali (buta warna total), penderita dianjurkan menggunakan kacamata lensa gelap dan mempunyai pelindung cahaya pada sisinya. Suasana lebih gelap diperlukan karena sel rod, yaitu sel yang hanya bisa membedakan warna hitam, putih, dan abu-abu, bekerja dengan lebih baik pada kondisi cahaya yang suram.BAB V

KESIMPULAN Visus adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan, sebuah bentuk yang khusus di mana tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas dari interpretasi di otak. Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat.

Buta warna adalah kelainan yang disebabkan oleh ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spectrum warna tertentu akibat faktor genetis atau sel-sel kerucut di dalam retina mata mengalami pelemahan atau kerusakan permanen. Kelainan genetik penderita buta warna terkait kromosom X bisa terjadi karena hibridisasi, delesi maupun penyisipan asam amino yang tidak sesuai pada ekson.DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Sidarta, Prof. Dr, Sp M. 2004. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Mason H.1999. Anatomy and Physiology of the Eye, in Mason, H. & McCall, S.Visual Impairment: Access to Education for Children and Young People. London : David Fulton Publishers

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Vaughan, Daniel G, Ashbury, Taylor, Riordan-Eva, Paul. 1996. Oftalmologi Umum Edisi 14. Jakarta : Widya Medika

Wartamedika. 2007. Tes Buta Warna Ishihara. http://www.wartamedika.com