22
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana makanan berfungsi memberikan tenaga atau energi panas pada tubuh, membangun jaringan-jaringan tubuh yang baru, pengatur dan pelindung tubuh terhadap penyakit, serta sebagai sumber bahan pengganti sel-sel tua yang usang dimakan usia. Makanan yang menarik, nikmat dan tinggi gizinya, tidak akan berarti sama sekali jika tak aman untuk dikonsumsi. Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, maka perlu diadakan pengawasan terhadap hygiene dan sanitasi makanan dan minuman utamanya adalah usaha diperuntukkan untuk umum seperti restoran, rumah makan, ataupun pedagang kaki lima mengingat bahwa makanan dan minuman merupakan media yang potensial adlam penyebaran penyakit. Agar masyarakat terhindar dari makanan dan minuman yang dapat membahayakan kesehatan, maka pemerintah metapkan standar dan persyaratan agar makanan dan minuman layak dan aman konsumsi oleh masyarakat hal ini dinyatakan dalam Undang-undang No. 23 tahun 1992 1

LAPORAN PRAKTIKUM

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, dimana makanan berfungsi memberikan tenaga atau energi panas

pada tubuh, membangun jaringan-jaringan tubuh yang baru, pengatur dan

pelindung tubuh terhadap penyakit, serta sebagai sumber bahan pengganti sel-

sel tua yang usang dimakan usia. Makanan yang menarik, nikmat dan tinggi

gizinya, tidak akan berarti sama sekali jika tak aman untuk dikonsumsi.

Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat

kesehatan, maka perlu diadakan pengawasan terhadap hygiene dan sanitasi

makanan dan minuman utamanya adalah usaha diperuntukkan untuk umum

seperti restoran, rumah makan, ataupun pedagang kaki lima mengingat bahwa

makanan dan minuman merupakan media yang potensial adlam penyebaran

penyakit.

Agar masyarakat terhindar dari makanan dan minuman yang dapat

membahayakan kesehatan, maka pemerintah metapkan standar dan

persyaratan agar makanan dan minuman layak dan aman konsumsi oleh

masyarakat hal ini dinyatakan dalam Undang-undang No. 23 tahun 1992

tentang kesehatan pasal 21 ayat 1 yaitu : “Pengamatan makanan dan minuman

diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari maknanan dan minuman

yang tidak memenuhi standar atau persyaratan kesehatan”.

1.2 Tujuan Praktikum

1.2.1 Meneliti jumlah bakteri pada sampel swap permukaan tubuh (telapak

tangan) di kantin fakultas MIPA

1.2.2 Menganalisis kelayakan kantin MIPA dari hasil perhitungan bakteri

pada sampel

1

1.3 Manfaat

1.3.1 Untuk menambah pengetahuan mengenai isolasi dan inokulasi

miroorganisme terhadap ketahan dan keamanan pangan

1.3.2 Dapat mengetahui bagaimana cara perhitungan bakteri untuk menilai

kelayakan sebuah kantin MIPA

2

BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Dasar Teori

a) Teknik Isolasi

Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk

menumbuhkan mikroba diluar dari lingkungan alamiahnya. Pemisahan

mikroorganisme dari lingkungannya ini bertujuan untuk memperoleh

biakan bakteri yang sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya dan

disebut biakan murni (Ratna, 1990).

Teknik preparasi suspensi

Tekinik preparasi suspensi pada prinsipnya adalah melarutkan atau

melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah

penanganannya. Macam-macam preparsi bergantung kepada bentuk

sampel :

a. Swab (ulas), dilakukan menggunakan cotton bud steril pada sampel yang

memiliki permukaan luas dan pada umumnya sulit dipindahkan atau

sesuatu pada benda tersebut. Contohnya adalah meja, batu, batang kayu

dll. Caranya dengan mengusapkan cotton bud memutar sehingga seluruh

permukaan kapas dari cotton bud kontak dengan permukaan sampel. Swab

akan lebih baik jika cotton bud dicelupkan terlebih dahulu ke dalam

larutan atraktan semisal pepton water.

b. Rinse (bilas) ditujukan untuk melarutkan sel-sel mikroba yang menempel pada

permukaan substrat yang luas tapi relatif berukuran kecil, misalnya daun

bunga dll. Rinse merupakan prosedur kerja dengan mencelupkan sampel

ke dalam akuades dengan perbandingan 1 : 9 (w/v). Contohnya sampel

daun diambil dan ditimbang 5 g kemudian dibilas dengan akuades 45 ml

yang terdapat dalam beaker glass.

c. Maseration (pengancuran), sampel yang berbentuk padat dapat ditumbuk

dengan mortar dan pestle sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di

dalam dapat terlepas kemudian dilarutkan ke dalam air. Contoh sampelnya

3

antar alain bakso, biji, buah dll. Perbandingan antar berat sampel dengan

pengenceran pertama adalah 1 : 9 (w/v) (Pelczar, 1998).

Berikut ini merupakan beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan isolasi mikroba, yaitu:

Sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi. Tempat hidup atau hasil mikroba tersebut. Medium pertumbuhan yang sesuai. Cara menginokulasi mikroba. Cara menginkubasi mikroba. Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur

murni dan sesuai dengan yang dimaksud.

Cara memelihara agar mikroba yang telah diisolasi tetap merupakan kultur murni.

b) Media tumbuh

Media yang digunakan dalam penanaman mikroorganisme dengan sampel dari

bagian luar tubuh yaitu telapak tangan adalah media PCA dan EMBA.

Media EMB Agar (Eosin Methylene Blue Agar)

EMB Agar adalah media yang digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya bakteri coliform di dalam suatu sample. Media Eosin Methylene

Blue Agar ini mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan

berfungsi untuk membedakan mikroba yang memfermentasikan laktosa

seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang

memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap

dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh

koloninya tidak berwarna (Dwijosaputro, 1980).

Fungsi dari eosin dan metilen blue membantu mempertajam

perbedaan warna. Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap

awal, kuman lain bisa juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan

Salmonella sp. Hal ini dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun

media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut

adalah E.coli.

4

Komposisi dari EMB Agar antara lain gelatin (10 gram), laktosa (5

gram), sukrosa (5 gram), dipotasium fosfat (2 gram), eosin y (0,4 gram),

methylene blue (65 gram), agar (13,5 gram) (Anonim, 2012).

Agar EMB merupakan media padat yang dapat digunakan untuk

menentukan jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam

tabung. EMB Agar yang menggunakan eosin dan metilin blue sebagai

indikator memberikan perbedaan yang nyata antara koloni yang dapat

memfermentasikan laktosa dan yang tidak. Medium tersebut mengandung

sukrosa karena kemampuan bakteri coliform yang lebih cepat

memfermentasikan sukrosa daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah

bakteri coli umumnya digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan

nama MPN (most probable number) atau tabel JPT (jumlah perkiraan

terdekat), tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah

bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh air (Afrianto, 2004).

c) Pengenceran

Teknik pengenceran bertingkat bertujuan untuk memperkecil atau

mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besar atau

banyaknya pengenceran tergantung pada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel.

Digunakan perbandingan 1:9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan

selanjutnya, sehingga pengenceran selanjutnya mengandung 1/10 sel

mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya.

Pengenceran dilakukan agar setelah inkubasi, koloni yang terbentuk pada

cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung, dimana jumlah terbaik adalah

antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml, per gr, atau per cm permukaan.

Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak

jumlah pengenceran yang dilakukan semakin sedikit mikroba dalam tabung.

Teknik pengenceran bertingkat ini dilakukan dengan cara mengambil 1 ml dari

larutan suspense kemudian memindahkan ke dalam tabung reaksi kedua, lalu

ambil 1 ml lagi dari tabung reaksi kedua kemudian pindahkan ke dalam tabung

reaksi ketiga, begitu seterusnya sampai tabung reaksi kelima. Sehingga didapat

5

volume akhir sebesar 9 ml pada tabung reaksi perta, kedua, ketiga, dan keempat.

Sedangkan tabung reaksi kelima berisi 10 ml. 1 ml dari masing-masing tabung

dimasukan kedalam cawan petri yang kemudian dituangkan media agar

secukupnya untuk perkembangan mikroorganisme. Pertumbuhan bakteri pada

medium agar umumnya berbentuk koloni berupa lendir dan mengkilap.

d) Penanaman

Penanaman atau plating adalah proses pemindahan bakteri dari medium

lama ke medium baru. Pada penanaman bakteri dibutuhkan kondisi steril atau

aseptis untuk menghindari kontaminasi masuknya mikroba yang tidak diinginkan.

Agar antara media dan inokulum bercampur merata maka dilakukan metode pour

plate dengan cara menggoyang cawan petri. Hasil campuran antara inokulum dan

media di dalam cawan petri ditunggu sampai memadat terlebih dahulu kemudian

selanjutnya dibungkus dengan menggunakan kertas serta jangan lupa diberi label

atau identitas pengenceran terhadap larutan. Cawan petri yang telah dibungkus

dimasukkan ke dalam inkubator selama kurang lebih 24 jam dalam keadaan

terbalik. Cawan petri diinkubasi dalam keadaan terbalik untuk menghindari

kontaminasi dari air yang mengembun di atas cawan petri yang mungkin menetes

jika cawan petri diletakan pada posisi normal. Setelah kurang lebih 24 jam,

dilakukan pengamatan dan penghitungan terhadap jumlah mikroorganisme yang

tumbuh pada media dalam cawan petri.

e) Penggoresan

Berikut ini adalah beberapa macam teknik penggoresan:

Goresan sinambung

6

Goresan T

Goresan kuadran (streak kuadran

2.2 Alat dan Bahan

Alat : Bahan :Tabung reaksi Incubator PCA media miring dan tegak Korek apiAutoclave Bunsen EMBA media miring dan

tegakAlkohol

Cawan petri Hot plate NaCl fisiologis 0,9% Kapas Beaker glass KertasBuram Kultur bakteriJarum ose Suspensi sampel

7

2.3 Skema Kerja

Isolasi Mikroorganisme

8

Diambil dari bagian luar tubuh Diambil dari sumber air

Oles bagian tubuh dengan cotton yang sudah dicelup Na Fis

Media tegak dipanaskan sampai cair

Diambil dari sumber air

Memasukan ke tabung Na Fis

Melakukannya maksimal 3x

Mengambil 1ml suspensi, memasukan dalam cawan petri steril

Menuang media cair ke cawan petri berisi suspensi

Menggoyang cawan perlahan agar rata, membiarkan hingga padat

Cawan petri dibungkus kertas, inkubasi 1-2x24 jam (cawan terbalik)

Mengamati pertumbuhan bakteri

Inokulasi Biakan Murni

9

Menyiapkan media agar miring

Memegang tabung : Memegang tabung biakan MO & tabung

yangbelum ada biakan pada tangan kiri Memegang jarum inokulasi pada tangan kanan

Membuka kapas : Membuka kedua tabung dengan melepaskan

kapas Memanaskan mulut tabung berisi media baru

dipegang dengan posisi agak condong

Memanaskan jarum inokulasi : Memanaskan jarum hingga pijar Mendinginkannya dalam alcohol 70%, kemudian

melewatkan diatas api

Mengambil biakan MO : Memindahkan biakan dengan mengambil

sedikit dari permukaan tabung Segeran menyentuhkannya pada permukaan

tabung media baru Menarik keluar jarum inokulasi secara perlahan

Memanaskan kembali & menutup tabung biakan : Memanaskan mulut tabung seperti pada saat

membukanya Menutup kembali dengan kapas Membakar jarum inokulasi sampai pijar

Memasukan tabung reaksi dalam rak

Inkubasi 1-2x24 jam, mengamati perubahannya

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. HASIL PENGAMATAN

Penuangan suspensi kedalam tabung yang berlabel

10-1 - 10-5

Tabung Reaksi di vortex

Pemasukan suspensi dari tabung 10-3, 10-4, 10-5 ke cawan petri

10

Pencampuran PCA ke dalam suspensi yang sudah berada di cawan, dilakukan

secara aseptis

Penggoresan EMBA pada suspensi 10-5 dengan cara aseptis

11

Hasil di diamkan, lalu di inkubasi selama 1-2 x 24jam dalam suhu 37oC

Hasil setelah diinkubasi, dan dari 6 cawan yang berisi suspensi, hanya ada 2

cawan pada PCA dan 1 pada media EMBA. 4 diantaranya TBUD

12

3.2. Pembahasan

Dari praktikum yang telah dilakukan mahasiswa telah mengetahui

bagaimana cara mengisolasi dan menginokulasi mikroorganisme yang

ada disekitar kita. Proses inokulasi dan isolasi mikroorganisme yaitu

dengan teknik isolasi, teknik preparasi suspensi, media tumbuh yang

menggunakan EMBA, pengeceran, penanaman dan penggoresan. Teknik

preparasi suspensi sendiri dibagi menjadi 3, yaitu swab (ulas), rinse

(bilas), maseration (penghancuran). Pada teknik pengenceran digunakan

perbandingan 1:5 untuk tahap pertama dan selanjutnya. Pada tabung

reaksi diberi tanda dari 10-1 hingga 10-5 dan dilakukan secara bertahap.

Pada proses penanaman ini dilakukan secara aseptis agar tidak

terkontaminasi dengan bakteri lainnya. Selanjutnmya bakteri yang sudah

dilakukan penanaman di inkubasi selama 2 x 24 jam dalam suhu 37oC.

Hasil yang didapat dari 6 cawan pada penanaman ini adalah 2 dari

cawan pada PCA bisa terhitung dan 4 diantaranya ternyata TBUD, satu

pada media EMBA juga bisa terhitung.

Hasil dari cawan 1 yaitu 1,2 x 10-4 dan hasil pada cawan ke 2 yaitu

93 x 10-5 yang kami bulatkan menjadi 9,3 x 10-6.

13

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Proses inokulasi dan isolasi mikroorganisme yaitu dengan :

1. Teknik isolasi,

2. Teknik preparasi suspensi,

3. Media tumbuh yang menggunakan emba,

4. Pengeceran,

5. Penanaman, dan

6. Penggoresan.

Sedangkan,teknik preparasi suspensi sendiri dibagi menjadi 3, yaitu swab

(ulas), rinse (bilas), dan maseration (penghancuran).

4.2 Saran

Penulis menyarankan untuk :

1) Semua perlakuan dilakukan dengan teknik aseptis agar tidak

terkontaminasi dengan bakteri lainnya.

2) Melakukan metode hitung cawan dengan prosedur standard plate

count .

3) Selalu berhati-hati dalam melakukan setiap tindakan.

14

DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2013 . http://wikipediabahasaindonesia/.htm .diakses pada tanggal 31 Maret 2013, 22.00, Semarang.

Anonim. 2012. Media Agar : EMB Agar. http://www.mediaagar.com/blog/emb-

agar/. [diakses 3 April 2013]

Afrianto, L., 2004, Menghitung Mikroba Pada Bahan Makanan, Cakrawala

(Suplemen pikiran rakyat untuk iptek), Farmasi FMIPA ITB : Bandung.

Baker Fj, Silverton RE 1986, Microscopy and Microbiology. Saunder Collage Publishing, London.

Cappucino J.G dan Natalie. S 1983. Microbilogy A Laboratory Manual. Addison-Wesley Publishing Company, New York.

Copernicus. 2012. Alat – alat Laboratorium. http://alatalatlaboratorium.com/Blog/vortex-mixer-hwashin.[diakses 1 April 2013]

Dwidjoseputro, 1980, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan : Jakarta.

Fardiaz, S 1992. Mikrobilogi Pangan. Jakarta: Gramedia Pustaka

Gobel, Risco B et all 2008. Mikrobilogi Umum Dalam Praktek. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Hadioetomo, R. S., 1993, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia :

Jakarta.

Krettiwan, Harry 2010. Isolasi Bakteri. Diakses tanggal 4 April 2013 <http://www.docstoc.com/docs/27558449/isolasi-bakteri>

Pelczar, Jr et all 1986, Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Unversitas Indonesia (UI Press), Jakarta.

Pelczar. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press. Jakarta

Pramono, Eko. 2011. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Lampung :

Universitas Lampung.Ratna, Sri, 1990, Mikrobiologi Dasar dalam

Praktek, Jakarta : Gramedia.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih kepada Benih. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

15

Seran, Emel. 2010. Alat dalam Laboratorium beserta Fungsinya. http://wanibesak.wordpress.com/2010/10/10/beberapa-alat-dalam-laboratorium. [diakses 1 April 2013]

Singleton dan Sainsbury, 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rd Edition. John Wiley and Sons Inc. Sussex, England.

Wirjosoemarto. 2004. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium. Jakarta : Rineka Cipta.

16