90
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI LOKA PEMERIKSAAN PENYAKIT IKAN DAN LINGKUNGAN SERANG JALAN RAYA CARITA, DESA UMBUL TANJUNG, KECAMATAN CINANGKA, ANYER LOR, SERANG, BANTEN PERIODE 3-21 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SHINTA AYU NURFARADILLA, S. Farm. 1306344236 ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014 Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI LOKA PEMERIKSAAN PENYAKIT IKAN DAN

LINGKUNGAN SERANG

JALAN RAYA CARITA, DESA UMBUL TANJUNG,

KECAMATAN CINANGKA, ANYER LOR, SERANG, BANTEN

PERIODE 3-21 FEBRUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

SHINTA AYU NURFARADILLA, S. Farm.

1306344236

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 2: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

ii Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI LOKA PEMERIKSAAN PENYAKIT IKAN DAN

LINGKUNGAN SERANG

JALAN RAYA CARITA, DESA UMBUL TANJUNG,

KECAMATAN CINANGKA, ANYER LOR, SERANG, BANTEN

PERIODE 3-21 FEBRUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

SHINTA AYU NURFARADILLA, S. Farm.

1306344236

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 3: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

iii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 4: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

iv Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 5: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

v Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 6: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

vi Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja

Profesi Apoteker (PKPA) di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan

Serang. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna

menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia. Pada penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan,

arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia atas dukungannya selama melaksanakan perkuliahan dan PKPA

berlangsung.

2. Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku ketua program profesi apoteker Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan arahan dan dukungan

selama melaksanakan perkuliahan dan PKPA berlangsung.

3. drh. Toha Tusihadi, selaku pembimbing PKPA dan Manajer Puncak Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang yang telah membimbing

dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung serta

memberikan kesempatan untuk melaksanakan PKPA.

4. Dr. Harmita, Apt., selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi yang telah

membantu dan memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA

berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini.

5. Seluruh staf Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang yang

telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA.

6. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

7. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa, serta dukungan

moral dan finansial kepada penulis.

8. Seluruh teman-teman mahasiswa Apoteker angkatan 78 yang telah berjuang

bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker Universitas

Indonesia.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 7: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

vii Universitas Indonesia

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada

kesalahan-kesalahan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan

pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam

laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Penulis

2014

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 8: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

ix Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 9: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

x Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Shinta Ayu Nurfaradilla, S. Farm

NPM : 1306344236

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang Jalan

raya Carita, Desa Umbul Tanjung, Kecamatan Cinangka,

Ayer Lor Serang, Banten Periode 3 – 21 Februari 2014

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang bertujuan untuk mengetahui lingkup pekerjaan Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang terutama yang berkaitan

dengan bidang ilmu seorang apoteker. Tugas khusus yang diberikan berjudul

Validasi Metode Analisis Iodometri dan Iodimetri dari Sediaan Tinktur Iodii,

Povidon Iodin, dan Tablet Vitamin C. Tugas khusus ini bertujuan untuk

memperoleh metode yang valid untuk analisis iodium dalam sediaan tinktur iodii

dan larutan povidon iodin secara iodometri, serta vitamin C dalam sediaan tablet

secara iodimetri.

Kata kunci : LP2IL Serang, Bagian farmasi, Validasi, Iodimetri, Iodometri

Tugas umum : xv + 35 halaman; 1 gambar; 1 tabel; 5 lampiran

Tugas khusus : v + 34 halaman; 3 gambar; 9 lampiran

Daftar Acuan Tugas Umum : 5 (2010-2013)

Daftar Acuan Tugas Khusus : 16 (1989-2013)

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 10: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

xi Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Shinta Ayu Nurfaradilla, S. Farm

NPM : 1306344236

Program Study : Apothecary profession

Title : Report of Apothecary Profession Internship at Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang Carita

Highway, Umbul Tanjung Village, CInangka District,

Anyer Lor Serang, Banten on February 3rd

–21st 2014

Pharmacists Professional Practice in Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang aims to determine the scope of work Loka Pemeriksaan

Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang mainly related to the field of pharmacist.

Given the special assignment entitled Analytical Methods Validation of Tinktur

Iodii, Povidone Iodine, and Vitamin C tablet by Iodometri and Iodimetri. The

purpose of the special assignment is to obtain a valid method for analysis tincture

iodii and povidone iodine solution by iodometric, and vitamin C tablet dosage by

iodimetric.

Keywords : LP2IL Serang, pharmaceutical division, validation,

iodimetric, iodometric

General Assignment : xv + 35 pages; 1 picture; 1 table; 5 appendices

Specific Assignment : v + 34 pages, 2 picture, 9 appendices

Bibliography of General Assignment: 5 (2010-2013)

Bibliography of Specific Assignment: 16 (1989-2013)

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 11: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

xii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. ix

ABSTRAK ............................................................................................................... x

ABSTRACT ............................................................................................................ xi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL............................................................................................... . xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv

1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2. Tujuan ......................................................................................................... 2

2. TINJAUAN UMUM LOKA PEMERIKSAAN PENYAKIT IKAN DAN

LINGKUNGAN SERANG .............................................................................. 3

2.1. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia ........................ 3

2.2. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya .................................................... 5

2.3. Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan ............................................... 6

2.4. Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang ........................ 8

3. TINJAUAN KHUSUS LABORATORIUM FARMAKOLOGI LOKA

PEMERIKSAAN PENYAKIT IKAN DAN LINGUNGAN SERANG ..... 15

3.1. Obat Ikan................................................................................................... 15

3.2. Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang ................................................................................... 20

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 24

4.1. Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang ...................... 24

4.2. Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang .................................................................................. 25

5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 29

5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 29

5.2. Saran ......................................................................................................... 29

DAFTAR ACUAN .............................................................................................. 30

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 12: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Mekanisme Pengelolaan Sampel di Laboratorium Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan ................................. 23

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 13: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

xiv Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jenis Sampel ................................................................................... 22

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 14: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

xv Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan .. 31

Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perikanan

Budidaya .......................................................................................... 32

Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Ikan dan

Lingkungan ..................................................................................... 33

Lampiran 4. Struktur Organisasi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan ...................................................................................... 34

Lampiran 5. Struktur Organisasi dan Personil Laboratorium Uji Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan ................................... 35

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 15: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang, merupakan

bagian dari Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Direktorat Jenderal

Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berlokasi di

Serang, Banten. Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang

bertugas dalam pelaksanaan pemeriksaan hama, penyakit ikan, lingkungan, serta

penjaminan mutu obat-obat ikan yang akan digunakan dalam pengobatan penyakit

ikan (Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, 2010b).

Sediaan yang termasuk ke dalam obat ikan adalah sediaan farmasetikal

(hormon, antibiotika, antibakteria, kemoterapetika, antiparasit, antijamur,

anthelmintik, anestetika, antiseptik dan desinfektan, anti defisiensi vitamin,

mineral, dan asam amino), sediaan premiks (imbuhan pakan dan pelengkap

pakan), sediaan probiotik, dan sediaan biologik (vaksin dan diagnostik kit)

(Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2012 & Direktorat

Kesehatan Ikan dan Lingkungan, 2013). Pengujian mutu obat ikan yang dilakukan

berupa pengujian kandungan obat ikan yang dibandingkan kesesuaiannya

terhadap klaim etiket dan peraturan mengenai obat ikan yang dikeluarkan oleh

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Proses pengujian obat

ikan, terutama yang berupa sediaan farmasetikal dan premiks memerlukan

apoteker sebagai tenaga ahli karena dokter hewan dan sarjana perikanan tidak

pernah mendapatkan pendidikan mengenai analisa sediaan obat.

Selain dalam hal pengujian mutu obat ikan, pengujian kualitas air serta

residu antibiotika, logam berat, hormon, dan pestisida yang memerlukan

instrumen berupa spektrofotometer, ELISA, spektrometri serapan atom,

kromatografi cair kinerja tinggi tandem spektrometri massa, dan kromatografi gas

tandem spektrometri massa dalam analisisnya membutuhkan tenaga ahli dalam

bidang analisis, seperti apoteker dan sarjana kimia.

Sebagai sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam penjaminan

mutu obat dan analisis, apoteker memiliki peran dan fungsi dalam Loka

Pemeriksaan Penyakit Hewan dan Lingkungan Serang. Oleh karena itu, Fakultas

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 16: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

2

Universitas Indonesia

Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Loka Pemeriksaan Penyakit

Ikan dan Lingkungan dalam mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker

(PKPA). Kegiatan PKPA dilaksanakan pada tanggal 3 - 21 Februari 2014 dengan

tujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran profesi apoteker dalam

lingkup Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang, serta

memberikan pengalaman.

1.2 Tujuan

Pelaksanaan PKPA di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan

Serang bertujuan agar mahasiswa calon Apoteker:

a. Mengetahui lingkup pekerjaan Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang terutama yang berkaitan dengan bidang ilmu seorang

apoteker

b. Memberikan wawasan, pengalaman praktis, dan pemahaman bagi calon

apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

dan Lingkungan Serang khususnya di Laboratorium Farmakologi Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 17: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

LOKA PEMERIKSAAN PENYAKIT IKAN DAN LINGKUNGAN

SERANG

2.1 Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), merupakan unsur pelaksana

Pemerintah yang dipimpin oleh Menteri dan berada di bawah serta bertanggung

jawab kepada Presiden. KKP mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di

bidang kelautan dan perikanan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden

dalam menyelenggarakan pemerintahan negara (Menteri Kelautan dan Perikanan

Republik Indonesia, 2010a).

Dalam melaksanakan tugas, KKP menyelenggarakan fungsi sebagai

berikut (Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2010a):

a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kelautan dan

perikanan;

b. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

KKP;

c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan KKP;

d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan KKP di

daerah; dan pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

Kementerian Kelautan dan Perikanan terdiri atas:

a. Sekretariat Jenderal;

Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan

tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit

organisasi di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

b. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap;

Ditjen Perikanan Tangkap mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan

kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perikanan tangkap.

c. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya;

Ditjen Perikanan Budidaya mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan

kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perikanan budidaya.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 18: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

4

Universitas Indonesia

d. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan;

Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan mempunyai tugas

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang

pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

e. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil;

Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil mempunyai tugas merumuskan

serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kelautan, pesisir,

dan pulau-pulau kecil.

f. Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan;

Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan mempunyai tugas

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang

pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan.

g. Inspektorat Jenderal;

Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan internal di

lingkungan KKP.

h. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan;

Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan mempunyai

tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang kelautan dan

perikanan.

i. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan;

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

mempunyai tugas melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan di bidang

kelautan dan perikanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

j. Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan;

Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan

mempunyai tugas melaksanakan perkarantinaan ikan serta pengendalian mutu dan

keamanan hasil perikanan.

k. Staf Ahli

Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaah, pertimbangan, dan saran

pemecahan masalah secara konseptual mengenai hal-hal tertentu menurut

keahliannya yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan. Staf Ahli terdiri atas

staf ahli bidang ekonomi, sosial, dan budaya; staf ahli bidang kebijakan publik;

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 19: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

5

Universitas Indonesia

staf ahli bidang kemasyarakatan dan hubungan antar lembaga; dan staf ahli bidang

ekologi dan sumber daya laut.

Bagan organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik

Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.2 Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (Menteri Perikanan dan

Kelautan, 2010a)

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dipimpin oleh seorang Direktur

Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Ditjen

Perikanan Budidaya mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan

dan standardisasi teknis di bidang perikanan budidaya. Dalam melaksanakan

tugasnya, Ditjen Perikanan Budidaya menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang perikanan budidaya;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang perikanan budidaya;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perikanan

budidaya;

d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perikanan budidaya; dan

e. pelaksanaan administrasi Ditjen Perikanan Budidaya.

Ditjen Perikanan Budidaya terdiri atas:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal

Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pelayanan

teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Ditjen

Perikanan Budidaya.

b. Direktorat Prasarana dan Sarana Budidaya

Direktorat Prasarana dan Sarana Budidaya mempunyai tugas melaksanakan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang prasarana dan

sarana budidaya.

c. Direktorat Perbenihan

Direktorat Perbenihan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang perbenihan.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 20: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

6

Universitas Indonesia

d. Direktorat Produksi

Direktorat Produksi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang produksi perikanan budidaya.

e. Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan

Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan kebijakan, norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang kesehatan ikan dan

lingkungan.

f. Direktorat Usaha Budidaya

Direktorat Usaha Budidaya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang usaha

budidaya.

g. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai

dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah

tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional

sesuai dengan bidang keahliannya. Masing-masing kelompok jabatan fungsional

dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh

Direktur Jenderal.

Bagan organisasi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dapat dilihat

pada Lampiran 2.

2.3 Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan (Menteri Perikanan dan

Kelautan, 2010a)

Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang kesehatan ikan

dan lingkungan. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Kesehatan Ikan dan

Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 21: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

7

Universitas Indonesia

a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan kesehatan ikan dan

lingkungan;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan kesehatan ikan dan

lingkungan;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan;

d. pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pengelolaan kesehatan ikan dan

lingkungan;

e. pelaksanaan evaluasi di bidang pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan;

dan

f. pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga direktorat.

Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan terdiri atas:

a. Subdirektorat Hama dan Penyakit Ikan

Subdirektorat Hama dan Penyakit Ikan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang hama dan

penyakit ikan.

b. Subdirektorat Perlindungan Lingkungan Budidaya

Subdirektorat Perlindungan Lingkungan Budidaya mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, evaluasi

dan laporan di bidang perlindungan lingkungan budidaya.

c. Subdirektorat Standardisasi Kesehatan Ikan dan Lingkungan;

Subdirektorat Standardisasi Kesehatan Ikan dan Lingkungan mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan

teknis, dan evaluasi di bidang standardisasi kesehatan ikan dan lingkungan.

d. Subdirektorat Obat Ikan, Kimia, dan Bahan Biologi

Subdirektorat Obat Ikan, Kimia, dan Bahan Biologi mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, evaluasi, dan

laporan di bidang obat ikan, kimia, dan bahan biologi.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 22: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

8

Universitas Indonesia

e. Subdirektorat Pengendalian Residu; dan

Subdirektorat Pengendalian Residu mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, evaluasi, dan laporan di

bidang pengendalian residu.

f. Subbagian Tata Usaha.

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,

keuangan, rumah tangga, perlengkapan, surat menyurat, dokumentasi dan

kearsipan direktorat. Subbagian Tata Usaha dalam melaksanakan tugasnya secara

administratif dibina oleh Kepala Subdirektorat Hama dan Penyakit Ikan.

Bagan organisasi Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan dapat dilihat

pada Lampiran 3.

2.4 Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang

Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang didirikan pada

tanggal 11 Februari 2011 di Jalan Raya Carita, Desa Umbul Tanjung, Kecamatan

Cinangka, Anyer Lor, Serang, Banten. Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang merupakan unit pelaksana teknis di bidang pemeriksaan

hama, penyakit ikan, dan lingkungan yang berada di bawah Direktorat Kesehatan

Ikan dan Lingkungan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian

Kelautan dan Perikanan (Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia,

2010b). Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang memiliki enam

buah laboratorium, yaitu laboratorium biologi molekuler, laboratorium patologi

dan parasitologi, laboratorium mikrobiologi, laboratorium residu, laboratorium

farmakologi, dan laboratorium kualitas air.

2.4.1 Visi dan Misi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang

Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang memiliki visi

menjadi laboratorium penguji dan pengawasan penyakit ikan dan lingkungan yang

terpercaya dalam pengembangan perikanan budidaya. Adapun misi dari Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang ialah memberikan pelayanan

sebagai laboratorium acuan dalam melakukan pengujian, pengawasan,

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 23: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

9

Universitas Indonesia

pengendalian penyakit ikan dan lingkungan serta bekerjasama dalam

pengembangan metode dan inovasi dalam peningkatan produksi budidaya

kelautan dan perikanan (Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia,

2010b).

2.4.2 Tugas Pokok dan Fungsi

Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang mempunyai

tugas melaksanakan pemeriksaan hama, penyakit ikan dan lingkungannya

berdasarkan peraturan perundang-undangan. Wilayah kerja Loka Pemeriksaan

Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang meliputi seluruh wilayah Negara Republik

Indonesia.

Dalam melaksanakan tugasnya, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang menyelenggarakan fungsi sebagai berikut (Menteri Kelautan

dan Perikanan Republik Indonesia, 2010b):

a. Penyusunan rencana, program dan anggaran, serta evaluasi dan penyusunan

laporan di bidang pemeriksaan hama, penyakit ikan dan lingkungannya.

b. Penyusunan dan penerapan metode di bidang pemeriksaan hama, penyakit

ikan, dan lingkungannya.

c. Pengujian dan analisis data di bidang pemeriksaan hama, penyakit ikan, dan

lingkungannya.

d. Pelaksanaan pelayanan teknis di bidang kesehatan ikan dan lingkungannya.

e. Pelaksanaan monitoring dan pengawasan (surveillance) mengenai penyebaran

penyakit ikan, zonasi, dan eradikasi hama dan penyakit ikan.

f. Pengolahan data, pengelolaan sistem informasi dan diseminasi informasi

mengenai hama, penyakit ikan, dan lingkungannya.

g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Loka Pemeriksaan Penyakit

Ikan dan Lingkungan Serang.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 24: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

10

Universitas Indonesia

3.4.3 Struktur Organisasi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan

Serang (Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2010b).

Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang dipimpin oleh

seorang Kepala Loka. Struktur organisasi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang terdiri dari:

a. Bidang tata usaha

b. Bidang metode pemeriksaan

c. Bidang pelayanan operasional

d. Kelompok jabatan fungsional

Bagan organisasi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan

Serang dapat dilihat pada Lampiran 4.

2.4.3.1 Bidang Tata Usaha

Bidang tata usaha mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana,

program dan anggaran, urusan tata usaha dan rumah tangga, serta evaluasi dan

penyusunan laporan.

2.4.3.2 Subseksi Metode Pemeriksaan

Subseksi metode pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan

dan penerapan metode, pengujian dan analisis data di bidang pemeriksaan hama,

penyakit ikan, dan lingkungannya, serta monitoring dan pengawasan

(surveillance).

2.4.3.3 Subseksi Pelayanan Operasional

Subseksi pelayanan operasional mempunyai tugas melakukan pelayanan

teknis di bidang kesehatan ikan dan lingkungannya, serta pengolahan data,

pengelolaan sistem informasi, dan diseminasi informasi mengenai hama, penyakit

ikan, dan lingkungannya.

2.2.4.4 Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

yang berkaitan dengan pemeriksaan hama, penyakit ikan, dan lingkungannya,

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 25: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

11

Universitas Indonesia

serta kegiatan lain yang sesuai dengan tugas masing-masing jabatan fungsional

berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri

dari pengendali hama dan penyakit ikan, arsiparis, pranata komputer, statistisi,

pustakawan, dan jabatan fungsional lainnya yang diatur berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Masing-masing kelompok Jabatan Fungsional

dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditetapkan oleh

Kepala Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang.

2.4.4 Kegiatan Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang

Kegiatan yang dilakukan oleh Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang pada tahun 2014 di antaranya :

1. Monitoring dan pengawasan

a. Monitoring dan pengawasan kesehatan ikan dan lingkungan

b. Monitoring dan pengawasan konsistensi mutu obat ikan

2. Diseminasi pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan

a. Diseminasi dan vaksinasi

b. Diseminasi penggunaan obat ikan

3. Pembinaan laboratorium

a. Pelatihan tenaga teknis posikandu

b. Pendampingan laboratorium daerah/posikandu binaan

4. Penambahan ruang lingkup akreditasi

a. Uji mutu obat ikan sediaan farmasetik

b. Uji mutu obat ikan sediaan premiks

5. Layanan jasa laboratorium

a. Pengujian penyakit ikan dan lingungan

b. Layanan uji mutu obat ikan

c. Pengujian residu, kontaminan, dan bahan berbahaya

d. Uji mutu obat ikan dalam rangka registrasi

6. Peningkatan kualitas sumber daya manusia

a. Pelatihan lanjutan imunologi

b. Pelatihan imunohistokimia

c. Pelatihan lanjutan diagnosa histopatologi

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 26: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

12

Universitas Indonesia

d. Pelatihan lanjutan II uji mutu obat ikan sediaan farmasetik dan pemiks

e. Apresiasi ahli patologi ikan

f. Apresiasi ahli mikrobiologi ikan

2.4.5 Laboratorium pada Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan

Serang

Untuk melaksanakan tugasnya, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang memiliki enam buah laboratorium uji yang lima di antaranya

telah terakreditasi oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional), yaitu laboratorium

biologi molekuler, laboratorium patologi dan parasitologi, laboratorium

mikrobiologi, laboratorium residu, laboratorium farmakologi, dan laboratorium

kualitas air (Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan, 2013). Setiap

laboratorium dikepalai oleh seorang penyelia yang membawahi analis dan laboran

serta bertanggung jawab pada manager teknik. Struktur organisasi dan personil

laboratorium uji Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang dapat

dilihat pada Lampiran 5.

2.4.5.1 Laboratorium Biologi Molekuler

Laboratorium biologi molekuler Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang merupakan laboratorium yang bertugas untuk melakukan

pengujian dan pengembangan metode uji secara molekuler, terutama terkait

dengan DNA/RNA agen penyebab penyakit. Laboratorium Biologi Molekuler

Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang melayani pengujian

penyakit virus dan bakteri penyebab penyakit pada ikan dan udang. Ruang

lingkup pengujian penyakit viral yaitu : Viral Nerveus Necrosis Virus (VNN),

Indovirus, Channel Catfish Diseases Virus (CCDV) dan Koi Herpes Virus (KHV)

pada ikan, serta Infectious hypodemal And Heamopoietic Virus (IHHNV), White

Spot Syndrome Virus (WSSV), Taura Syndrome Virus (TSV), Infectious

Myonecrosis Virus (IMNV) pada udang dan beberapa penyakit bakterial.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 27: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

13

Universitas Indonesia

2.4.5.2 Laboratorium Patologi dan Parasitologi

Laboratorium patologi merupakan salah satu laboratorium uji pada Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang dengan tugas utama

melakukan layanan jasa pemeriksaan penyakit parasit dan histopatologi serta

melakukan monitoring dan pengawasan. Laboratorium patologi menerima layanan

jasa sebagai berikut:

a. Pemeriksaan patologi anatomi dan bedah bangkai.

b. Pemeriksaan direct microscopy.

c. Diagnosa histopatologi.

d. Pembuatan preparat histopatologi.

e. Identifikasi penyakit parasit.

2.4.5.3 Laboratorium Mikrobiologi

Laboratorium mikrobiologi pada Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang bertugas untuk melakukan monitoring dan pengawasan,

pelayanan diagnosa serta pengembangan metode uji pemeriksaan penyakit yang

disebabkan oleh bakteri atau jamur. Selain itu laboratorium ini juga melakukan

kajian terhadap tindakan pencegahan dan pengendalian.

Layanan diagnosa di laboratorium mikrobiologi Loka Pemeriksaan

Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang meliputi pemeriksaan dan pengujian

sebagai berikut :

a. ALT (Angka Lempeng Total) bakteri

b. Identifikasi bakteri secara otomatis

c. Identifikasi bakteri secara konvensional

d. Total bakteri vibrio

e. Indentifikasi jamur

f. Uji mutu obat ikan dan sediaan biologik

2.4.5.4 Laboratorium Residu

Laboratorium residu Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan

Serang menyediakan layanan dibidang analisa dan monitoring residu obat, bahan

kimia dan kontaminan pada produk perikanan. Selain itu, laboratorium ini juga

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 28: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

14

Universitas Indonesia

melakukan pengembangan metode uji serta validasi uji residu dengan metode

skirining dan konfirmatori.

Tugas Pokok dari laboratorium residu di antaranya:

a. Melakukan pengembangan metode uji dan layanan pengujian kandungan

residu obat, bahan kimia, dan kontaminan pada pembudidayaan ikan sesuai

dengan parameter uji dalam NRCP (national residue control planning).

b. Monitoring residu obat, bahan kimia, dan kontaminan pada pembudidayaan

ikan.

c. Validasi metode analisa residu sesuai substansi yang di uji.

2.4.5.5 Laboratorium Farmakologi

Laboratorium farmakologi merupakan laboratorium termuda di Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang. Laboratorium ini bertugas

untuk melakukan pengujian dan pengawasan mutu obat ikan yang akan

didaftarkan sebelum dapat di pasarkan. Laboratorium ini memberikan pelayanan

dalam pemeriksaan uji umum obat ikan (uji fisik, kevakuman, kelembaban) dan

uji khusus obat ikan (antibakteri, desinfektan/antiseptik), vitamin, serta

pemeriksaan bahan aktif ekstrak obat herbal.

2.4.5.6 Laboratorium Kualitas Air

Laboratorium Kualitas Air Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang merupakan salah satu unit laboratorium yang menyediakan

layanan jasa pengujian, monitoring, diseminasi teknologi dan informasi, serta

melakukan kerja sama dalam bentuk magang, pelatihan, dan penelitian.

Laboratorium kualitas air melayani pengujian nitrat, bahan organik total (TOM),

nitrogen organik, karbon organik tanah, nitrogen total tanah, pH tanah,

kelembaban tanah, logam berat seperti Cu, Mn, Ni, Cd, Pb, dan Mg, derajat

kesamaan (pH), oksigen terlarut (DO), salinitas, temperatur, alkalinitas, ammonia,

fosfat, dan nitrit.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 29: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

15 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

LABORATORIUM FARMAKOLOGI LOKA PEMERIKSAAN

PENYAKIT IKAN DAN LINGKUNGAN SERANG

3.1 Obat Ikan (Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia,

2012)

Obat ikan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati ikan,

membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi

sediaan biologik, farmasetik, premiks, probiotik, dan obat alami. Tujuan

penggunaan obat ikan paling sedikit meliputi:

a) mencegah, mengurangi, dan menghilangkan gejala penyakit ikan,

b) mendiagnosa dan mengobati penyakit ikan,

c) membantu menenangkan dan mematirasakan ikan,

d) meningkatkan reproduksi ikan,

e) mengatasi defisiensi vitamin dan mineral,

f) memperindah warna dan tubuh ikan,

g) mempertahankan dan meningkatkan kualitas air untuk perikanan budidaya,

dan

h) mempertahankan dan meningkatkan mutu hasil perikanan.

Obat ikan menurut jenis sediaannya digolongkan atas biologik, farmasetik,

premiks, probiotik, dan obat alami. Obat ikan dengan jenis sediaan biologik

dihasilkan melalui proses biologi pada hewan atau jaringan hewan untuk

menimbulkan kekebalan, mendiagnosa penyakit, atau mengobati penyakit dengan

proses imunologik, antara lain vaksin, sera (antisera), antigen dan bahan

diagnostika biologik. Obat ikan dengan jenis sediaan farmasetik dihasilkan dari

bahan anorganik maupun organik dan reaksi sintesa kimia yang dipakai

berdasarkan daya kerja farmakologi, antara lain hormon, antibiotika, antibakteria,

kemoterapetika, antiparasit, antijamur, anthelmintik, dan anestetika.

Obat ikan dengan jenis sediaan premiks merupakan obat ikan yang

dijadikan imbuhan pakan atau pelengkap pakan yang pemberiannya dicampurkan

dalam pakan ikan, terdiri dari imbuhan pakan (feed additive) dan pelengkap pakan

(feed supplement). Imbuhan pakan (feed additive) merupakan bahan tambahan

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 30: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

16

Universitas Indonesia

untuk pakan yang secara alami tidak mengandung zat gizi atau nutrisi (nutrient)

yang tujuan pemakaiannya antara lain memperindah warna ikan, pengaroma

pakan, dan pengawet pakan. Pelengkap pakan (feed supplement) merupakan suatu

zat yang secara alami sudah terkandung dalam pakan tetapi jumlahnya perlu

ditingkatkan dengan menambahkannya dalam pakan, antara lain asam amino,

vitamin, dan mineral.

Obat ikan dengan jenis sediaan probiotik dihasilkan dari mikroba non

patogenik yang secara alami ada dalam lingkungan di air dan dalam tubuh ikan

yang bekerja dengan proses bioremediasi, biokontrol saluran cerna, dan sebagai

penyaing bakteri patogen, antara lain bakteri Bacillus Subtillis, Lactobacillus,

Nitrosomonas, dan Nitrobacter. Obat ikan dengan jenis sediaan obat alami

merupakan bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan asal tumbuhan, bahan

asal hewan, bahan asal mineral, sediaan galenik, atau campuran dari bahan-bahan

tersebut tanpa penambahan zat kimia berdaya kerja obat dan khasiatnya hanya

berdasarkan data empiris serta belum ada data klinis lengkap, antara lain ekstrak

daun meniran dan ekstrak daun sambiloto.

Obat ikan berdasarkan klasifikasi bahaya yang ditimbulkan dalam

penggunaannya, digolongkan atas:

a. Obat keras, merupakan obat ikan yang apabila penggunaannya tidak sesuai

dengan ketentuan dapat menimbulkan bahaya bagi ikan, lingkungan dan

manusia yang mengkonsumsi ikan tersebut.

b. Obat bebas terbatas, merupakan obat keras untuk ikan yang diberlakukan

sebagai obat bebas untuk jenis ikan tertentu dengan ketentuan disediakan

dengan jumlah, aturan dosis, bentuk sediaan dan cara pemakaian tertentu serta

diberi tanda peringatan khusus.

c. Obat bebas, merupakan obat ikan yang dapat diperoleh dan dipakai secara

bebas tanpa resep dokter hewan dan rekomendasi dari ahli kesehatan ikan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi obat ikan ditetapkan dengan

Keputusan Menteri.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 31: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

17

Universitas Indonesia

3.1.1 Pendaftaran Obat Ikan

Obat ikan yang disediakan oleh produsen wajib memiliki Surat Nomor

Pendaftaran Obat Ikan. Kewajiban memiliki Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan

dikecualikan bagi obat ikan yang disediakan oleh instansi/lembaga

pemerintah/swasta atau obat alami yang diolah secara sederhana, tidak

mengandung obat keras, dan digunakan untuk kepentingan sendiri. Untuk

memperoleh Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan, produsen harus mengajukan

permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan:

a) laporan hasil pengujian mutu,

b) laporan hasil pengujian lapang, untuk obat ikan yang memerlukan pengujian

lapang, dan

c) data teknis obat ikan.

Pengujian mutu dilakukan oleh laboratorium dalam negeri yang

terakreditasi sesuai dengan ketentuan pengujian dalam buku Farmakope Obat

Hewan Indonesia, Farmakope Indonesia, farmakope lainnya, dan buku standar

analisis obat lainnya. Pengujian lapang dilakukan oleh instansi yang berkompeten

yang meliputi uji efikasi atau khasiat dan uji keamanan sesuai dengan indikasi

obat ikan dengan mengacu pada pedoman pengujian lapang.

Pengujian lapang dilakukan terhadap obat ikan yang mengandung zat aktif

yang belum pernah ada atau belum ada homolognya di Indonesia dan/atau obat

ikan yang indikasi dan penggunaannya belum dipublikasikan dan belum

dibuktikan dengan referensi ilmiah yang resmi. Instansi yang berkompeten

ditetapkan oleh Direktur Jenderal setelah memenuhi persyaratan teknis, yang

terdiri atas:

a) sarana dan prasarana,

b) sumber daya manusia, dan

c) metode pengujian.

Data teknis obat ikan dituangkan dalam formulir yang terdiri atas:

a) merek dagang dan komposisi obat ikan,

b) proses pembuatan sediaan obat ikan,

c) pemeriksaan obat ikan dan bahan baku yang digunakan,

d) pemeriksaan stabilitas,

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 32: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

18

Universitas Indonesia

e) daya farmakologi,

f) publikasi percobaan klinis di lapangan,

g) keterangan tentang wadah, bungkus, tutup, dan

h) keterangan tentang penandaan, berupa tulisan dan gambar yang dicantumkan

pada pembungkus wadah atau etiket dan brosur.

Formulir data teknis obat ikan untuk pemeriksaan stabilitas, tidak berlaku

bagi obat ikan:

a) jenis mineral yang berbentuk serbuk (powder) yang masa kadaluarsanya di

bawah 1 (satu) tahun,

b) desinfektan, dan

c) bahan alami.

Direktur Jenderal melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen dalam

waktu paling lama dua hari kerja sejak menerima permohonan. Berdasarkan hasil

pemeriksaan kelengkapan dokumen, Direktur Jenderal akan meneruskan dokumen

yang dinyatakan lengkap kepada Tim Penilai Obat Ikan untuk dilakukan evaluasi

teknis atau menerbitkan surat penolakan disertai dengan alasan penolakan, apabila

dokumen tidak lengkap.

Tim Penilai Obat Ikan melakukan evaluasi teknis dalam jangka waktu

paling lama tujuh hari kerja. Evaluasi teknis meliputi:

a) verifikasi dan analisis secara ilmiah atas data-data teknis yang tercantum di

dalam dokumen permohonan,

b) verifikasi hasil pengujian mutu dengan data teknis, dan

c) verifikasi hasil pengujian lapang dengan data teknis.

Hasil evaluasi teknis berupa rekomendasi dan disampaikan kepada

Direktur Jenderal. Direktur Jenderal dalam jangka waktu paling lama tiga hari

kerja sejak menerima rekomendasi harus menerbitkan Surat Nomor Pendaftaran

Obat Ikan, bagi obat ikan yang memenuhi persyaratan atau Surat Penolakan

Pendaftaran Obat Ikan, yang disertai dengan alasan penolakan terhadap obat ikan

yang tidak memenuhi persyaratan.

Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan memuat:

a) nomor pendaftaran obat ikan,

b) nama produsen/importir obat ikan,

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 33: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

19

Universitas Indonesia

c) alamat lengkap produsen/importir obat ikan,

d) alamat tempat produksi obat ikan,

e) nama produsen obat ikan di luar negeri,

f) nama pemberi lisensi,

g) nama dagang/merek obat ikan,

h) klasifikasi obat ikan,

i) bentuk obat ikan,

j) jenis sediaan obat ikan,

k) komposisi obat ikan,

l) ukuran kemasan, dan

m) masa berlaku Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan.

Terhadap permohonan yang ditolak, maka pemohon harus mengambil

kembali dokumen permohonan dalam jangka waktu paling lama 15 hari kerja.

Apabila dalam jangka waktu 15 hari kerja pemohon tidak mengambil dokumen

permohonan, maka dokumen permohonan menjadi milik Direktorat Jenderal

Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan berlaku untuk jangka waktu lima

tahun terhitung sejak tanggal diterbitkan. Masa berlaku Surat Nomor Pendaftaran

Obat Ikan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama. Permohonan

perpanjangan Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan dapat dilakukan paling lambat

tiga bulan sebelum tanggal berakhirnya Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan.

Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan dapat dilakukan perubahan apabila

terjadi perubahan data administrasi, yang meliputi:

a) nama produsen/importir,

b) alamat produsen/importir,

c) alamat tempat produksi,

d) nama pemberi lisensi, dan

e) nama dagang/merek obat ikan.

Produsen yang telah memiliki Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan wajib

menjaga konsistensi mutu obat ikan sesuai dengan keterangan yang tercantum

dalam Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 34: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

20

Universitas Indonesia

3.2 Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan

Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam layanan jasa

pengujian mutu obat ikan sediaan farmasetik dan premiks serta ekstraksi herbal

dan pengujian terhadap kandungan bahan aktif dalam suatu ekstrak herbal

(fitokimia).

3.2.1. Visi dan Misi Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

dan Lingkungan Serang

Visi Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang yaitu menjadi laboratorium pengobatan penyakit ikan yang

terpercaya dalam pengembangan budidaya perikanan. Adapun misi Laboratorium

Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang yaitu

memberikan pelayanan prima sebagai laboratorium acuan dalam melakukan

pengobatan penyakit ikan serta kerjasama untuk pengembangan metode dan

inovasi dalam peningkatan produksi budidaya perikanan.

3.2.2. Sumber Daya Manusia (SDM) di Laboratorium Farmakologi Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang

Sumber daya manusia yang bertugas dan bertanggung jawab di

Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan

Serang terdiri dari satu orang penyelia dan satu orang analis.

3.2.3. Kegiatan dan Layanan Jasa Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan

Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang

Dalam menjalankan tugasnya, Laboratorium Farmakologi melakukan

kegiatan:

1. Monitoring Obat Ikan

Kegiatan monitoring obat ikan berupa pengujian mutu obat ikan baik yang

sudah maupun yang akan didaftarkan ke Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

dan pengujian kandungan ekstrak herbal terstandarisasi yang digunakan dalam

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 35: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

21

Universitas Indonesia

pengobatan penyakit ikan.

Obat-obat ikan yang diuji mutunya di Laboratorium ini di antaranya

meliputi:

a. Sediaan farmasetik

i. Antiseptik dan desinfektan (Iodin, Benzalkonium Klorida, Glutaraldehida,

Tembaga sulfat) .

ii. Antibiotika (Enrofloksasin, Eritromisin, Oksitetrasiklin, Tetrasiklin).

b. Sediaan Premiks

i. Vitamin tunggal (Vitamin A, C, D3, B1, B2, B3, B5, B6, B12, dan E).

ii. Multivitamin (Campuran vitamin A, D dan E serta Campuran vitamin B1,

B2, B3, B5, B6, B12, dan C).

iii. Mineral (Iodium, Kalium, Kalsium, Tembaga, Magnesium, Mangan,

Selenium, Seng).

Sementara pengujian kandungan bahan aktif herbal yang dapat dilakukan meliputi

pengujian flavonoid, alkaloid, saponin, dan tanin.

Metode yang digunakan dalam pengujian didasarkan pada Standar acuan

metode pengujian yang digunakan, di antaranya Farmakope Obat Hewan

Indonesia (FOHI), United State Pharmacopoeia, Farmakope Indonesia, British

Pharmacopoeia, Farmakope Herbal Indonesia, dan European Pharmacopoeia.

2. Kerekayasaan

Kerekayasaan dalam hal ini berupa pencarian obat-obat baru, umumnya

berasal dari herbal yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat dalam terapi

pengobatan penyakit ikan.

Selain pelayanan pengujian mutu obat ikan, dalam menjalankan tugasnya

laboratorium farmakologi dapat melakukan kerjasama dalam bentuk penelitian,

magang, pelatihan, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pengujian mutu

obat ikan.

3.2.4. Jenis sampel dan Mekanisme Pengelolaan Sampel Laboratorium

Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang

Jenis sampel yang diterima untuk diujikan di Laboratorium Farmakologi

Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang dapat dilihat pada Tabel

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 36: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

22

Universitas Indonesia

3.1. Sampel yang diterima kemudian akan di kelola oleh pihak Laboratorium

Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang dengan mekanisme

yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Tabel. 3.1. Jenis Sampel

Jenis Sampel Kondisi Sampel Jumlah Sampel

Obat Ikan Tersegel dan terdapat klaim indikasi

serta dosis.

4 per bets per jenis obat

ikan.

Herbal Daun Segar/sejenisnya yang sudah

dicuci bersih.

Minimal 5 kg.

Serbuk/Simplisia. Minimal 500 g.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 37: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

23

Universitas Indonesia

Gambar 3.1 Mekanisme Pengelolaan Sampel Laboratorium Loka Pemeriksaan

Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang.

Pelangan menyerahkan sampel.

Penata usaha lab (PUL)1. Menerima sampel

2. Mengisi FPPS dan buku induk

3. Memverifikasi permintaan pelangan

4. Menghilangkan identitas sampel

5. Memberi nomor/kode lab pada sampel.

Manajer teknik mengisi formulir STP

dan menandatanganinya.

Penyelia melakukan verifikasi

kesesuaian sampel dengan STP dan

menandatanganinya.

Analis1. Menerima STP

2. Melakukan pengujian

3. Mengisi lebar kerja analis

4. Mengisi laporan hasil uji sementara dan

menandatanganinya.

Penyelia melakukan verifikasi

lembar hasil uji sementara dan

menandatanganinya.

Penata usaha lab (pul) mengetik

lembar hasil uji dan melampirkan

lembar hasil uji sementara.

Manajer teknik memverifikasi lembar

hasil uji dan menandatanganinya.

Penata usaha lab (PUL)1. Menyerahkan LHU kepada pelangan

2. Mengarsipkan LHU dan LHUS.

Pelangan menerima lembar hasil uji.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 38: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

24 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang

Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang merupakan unit

pelaksana teknis yang berada di bawah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Sub Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

dan Lingkungan Serang bertugas untuk mendukung program-program

Kementerian Kelautan dan Perikanan, khususnya di bidang Perikanan Budidaya.

Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang saat ini

mempunyai enam laboratorium, yaitu Laboratorium Biologi Molekuler,

Laboratorium Histopathologi, Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Residu,

Laboratorium Kualitas Air, dan Laboratorium Farmakologi. Untuk menjamin

hasil pengujian, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang telah

mengimplementasikan ISO-17025 sehingga hasil pengujian dapat

dipertanggungjawabkan secara teknis dan hukum. Selain itu, Loka Pemeriksaan

Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang mempunyai program peningkatan kualitas

sumber daya manusia melalui pelatihan eksternal dan internal dengan tenaga

pelatih yang kompeten di bidangnya. Laboratorium Loka Pemeriksaan Penyakit

Ikan dan Lingkungan Serang ini juga telah mengikuti program uji profisiensi

bersama-sama laboratorium uji se-Asia-Pasifik di bawah koordinasi ANQAP.

Diharapkan melalui berbagai usaha yang dilakukan, Loka Pemeriksaan Penyakit

Ikan dan Lingkungan Serang lebih mampu berperan baik di kancah nasional

maupun internasional.

Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang juga aktif

berusaha melakukan perekayasaan berupa penelitian dan pembuatan produk yang

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pada umumnya dan para pihak pembudidaya

ikan pada khususnya. Saat ini Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan

Serang telah mempu memproduksi test kit nitrit dan mengembangkan test kit

logam berat, tes diagnostik untuk identifikasi penyakit ikan akibat infeksi

bakteri/virus, serta obat herbal ikan. Selain pengujian terhadap sampel di

laboratorium, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang juga

melakukan pengawasan dan monitoring terhadap kesehatan ikan dan lingkungan

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 39: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

25

Universitas Indonesia

dengan laboratorium keliling dan turut berperan dalam layanan jasa

POSIKANDU (Pos Pelayanan Ikan Terpadu) yang akan tersedia di balai-balai

daerah setempat. Selain itu, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan

juga ikut berperan dalam perumusan Cara Pembuatan Obat Ikan yang Baik

(CPOIB) yang nantinya harus diterapkan bagi para produsen obat ikan jika ingin

produknya dapat didaftarkan.

4.2 Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang

Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang sebelumnya bernama laboratorium fitofarmaka. Di

laboratorium tersebut, dilakukan ekstraksi herbal dan pengujian terhadap

kandungan bahan aktif dalam suatu ekstrak herbal (fitokimia) yang dapat

digunakan dalam pengobatan penyakit ikan. Pada tahun 2013, laboratorium

fitofarmaka diubah namanya menjadi Laboratorium Farmakologi Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang.

Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang berlokasi di lantai pertama bangunan utama Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang. Laboratorium Farmakologi

mempunyai tiga ruangan terpisah, di mana dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya, Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang dilengkapi dengan ruang uji dan peralatan-peralatan yang

memadai. Ruangan yang berada di Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan

Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang meliputi ruang preparasi sampel, ruang

instrumen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), dan ruang pengujian

titrimetri. Peralatan yang dimiliki Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan

Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang dalam mendukung pelaksanaan pengujian,

antara lain Thin Layer Chromatography (TLC), High Performance Liquid

Chromatography (HPLC), soxchlet dan extractor, buret, refluks, UV scanner,

digital evaporator, waterbath, sonikator, desikator, makro dan mikropipet, serta

peralatan gelas. Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang ke depannya juga akan meningkatkan pengadaan instrumen-

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 40: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

26

Universitas Indonesia

instrumen yang mendukung analisis pengujian seperti Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi (KCKT) yang dilengkapi dengan autosampler.

Sumber daya manusia yang bertugas dan bertanggung jawab di

Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan

Serang terdiri dari satu orang penyelia dan satu orang analis. Tugas dan tanggung

jawab penyelia adalah sebagai penanggung jawab Laboratorium Farmakologi

Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang, melakukan penyusunan

dan penerapan metode, pengujian, dan analisis data di bidang pemeriksaan obat

ikan, serta menyusun program kerja, kegiatan, indikator, target, ketersediaan

bahan dan alat, serta anggaran Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan

Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang, sedangkan tugas dan tanggung jawab

analis adalah melakukan analisis dan pengujian obat ikan serta membantu dan

berkoordinasi dengan penyelia di dalam laboratorium. Analis dalam melakukan

tugas dan tanggung jawabnya, bertanggung jawab kepada penyelia.

Sumber daya manusia yang terdapat pada Laboratorium Farmakologi Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang tersebut aktif mengikuti

pelatihan-pelatihan validasi metode analisis serta mengikuti seminar-seminar

mengenai obat ikan dan Cara Pembuatan Obat Ikan yang Baik. Laboratorium

Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang juga

berencana meningkatkan jumlah personil yang memiliki latar belakang apoteker

(farmasi) mengingat latar belakang kedua personil yang telah ada sebelumnya

bukan berasal dari farmasi maupun bidang analisis. Hal tersebut juga berkaitan

dengan akan dijadikannya Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit

Ikan dan Lingkungan Serang sebagai laboratorium rujukan nasional dalam

pengujian mutu obat ikan baik untuk obat yang sudah maupun akan melakukan

registrasi. Pengujian mutu obat ikan sebelumnya dilakukan di Balai Besar

Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, sedangkan kini tugas tersebut

dilimpahkan ke Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang.

Program kerja, kegiatan, indikator, target, dan anggaran pada

Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan

Serang disusun dan diperbarui setiap lima tahun sekali berdasarkan Renstra KKP

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 41: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

27

Universitas Indonesia

yang merupakan pedoman bagi setiap unit kerja di lingkungan Kementerian

Kelautan dan Perikanan dalam penyusunan program pembangunan kelautan dan

perikanan.

Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang mempunyai program kerja, tugas dan tanggungjawab dalam

layanan jasa pengujian mutu obat ikan sediaan farmasetik dan premiks,

monitoring obat ikan, ekstraksi herbal dan pengujian terhadap kandungan bahan

aktif dalam suatu ekstrak herbal (fitokimia), serta kerekayasaan. Pada tahun 2014,

kegiatan monitoring obat ikan yang telah beredar di pasaran, menjadi program

kerja utama dari Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang. Monitoring tersebut berupa pengambilan sampel obat ikan di

toko obat ikan, depo obat ikan, serta importir. Monitoring ini pelaksanaannya

akan dimulai di wilayah Banten dan Lampung. Adapun tujuan dari monitoring

tersebut adalah untuk memantau beredarnya obat ikan ilegal serta obat ikan yang

mengandung bahan-bahan yang dilarang penggunaannya pada obat ikan.

Untuk pengujian mutu obat ikan pada Laboratorium Farmakologi Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang belum dilaksanakan. Hal ini

dikarenakan jumlah produsen obat ikan masih terbatas dan masa berlaku izin

pendaftaran obat ikan adalah selama lima tahun, sehingga belum memerlukan

pengujian. Akan tetapi Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit

Ikan dan Lingkungan Serang sedang mempersiapkan diri menjadi laboratorium

pengujian mutu obat ikan rujukan nasional, untuk itu Laboratorium Farmakologi

Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang aktif memvalidasi

metode-metode analisis yang akan digunakan dalam pengujian obat ikan yang

nantinya akan dicantumkan pada Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perikanan

Budidaya.

Metode uji obat ikan yang digunakan adalah metode titrasi titrimetri,

spektrofotometri UV-Vis, Atomic Absorption Spectrometers (AAS), Thin Layer

Chromatography (TLC), dan High Performance Liquid Chromatography

(HPLC). Validasi metode uji yang digunakan dalam pengujian berdasarkan pada

standar acuan metode pengujian yang digunakan berdasarkan pada Farmakope

Obat Hewan Indonesia (FOHI), United State Pharmacopoeia, Farmakope

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 42: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

28

Universitas Indonesia

Indonesia, British Pharmacopoeia, Farmakope Obat Herbal Indonesia, dan

European Pharmacopoeia.

Sediaan farmasetik yang dapat diuji di Laboratorium Farmakologi Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang saat ini meliputi antiseptik

dan desinfektan (Iodin, Benzalkonium Klorida, Glutaraldehida, dan Tembaga

sulfat), antibiotika (Enrofloksasin, Eritromisin, Oksitetrasiklin, dan Tetrasiklin).

Sementara sediaan premiks-nya meliputi vitamin tunggal (vitamin A, C, D3, B1,

B2, B3, B5, B6, B12, dan E), multivitamin (campuran vitamin A, D dan E serta

campuran vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B12, dan C), dan mineral (Iodium, Kalium,

Kalsium, Tembaga, Magnesium, Mangan, Selenium, dan Seng). Untuk pengujian

kandungan bahan aktif herbal, di antaranya meliputi pengujian flavonoid,

alkaloid, saponin, dan tanin. Laboratorium Farmakologi juga melayani ekstraksi

herbal dalam rangka pengembangan obat herbal dalam perikanan budidaya

dengan metode soxhletasi dan maserasi.

Dalam hal kerekayasaan Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan

Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang berupaya pencarian obat-obat baru,

umumnya berasal dari herbal yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat dalam

terapi pengobatan penyakit ikan. Selain pelayanan pengujian mutu obat ikan,

dalam menjalankan tugasnya laboratorium farmakologi melakukan kerjasama

dalam bentuk penelitian, magang, pelatihan, dan kegiatan lain yang berhubungan

dengan pengujian mutu obat ikan.

Sebagai laboratorium termuda, Laboratorium Farmakologi Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan masih belum mendapatkan akreditasi

dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan berusaha mendapatkan akreditasi

pada tahun 2015 mendatang. Oleh karena itu, laboratorium ini masih perlu bekerja

keras untuk mendapatkan akreditasi. Akreditasi ini diperlukan karena hal tersebut

merupakan syarat laboratorium yang menjadi tempat pengujian mutu obat ikan.

Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

No.04/PERMEN-KP/2012.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 43: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

29 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang melaksanakan

tugas serta fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, yaitu sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

No.28/PERMEN-KP/2010 tentang Organisasi dan tata kerja Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut,

Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang bertugas dalam

pemeriksaan hama, penyakit ikan dan lingkungan, serta pengujian mutu obat

ikan yang digunakan dalam pengobatan penyakit ikan.

5.1.2 Dalam menjalankan tugas pengujian mutu obat ikan serta analisis residu

antibiotik, hormon, pestisida, dan logam berat pada ikan dibutuhkan

apoteker sebagai tenaga ahli dalam bidang farmasetikal dan analisis.

5.2 Saran

5.2.1 Laboratorium Farmakologi sebagai laboratorium yang bergerak dalam

pengujian mutu obat ikan di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang harus meningkatkan kinerjanya salah satunya dengan

cara meningkatkan jumlah instrumen dan bahan-bahan yang dibutuhkan

untuk analisis serta terus mengembangkan metode-metode analisis yang

telah tervalidasi dan peningkatan sumber daya manusia yang terlatih dan

handal.

5.2.2 Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan Serang juga sebaiknya segera berusaha mendapatkan akreditasi

dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) agar laboratorium tersebut dapat

lebih dipercaya pengujiannya oleh masyarakat.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 44: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

30 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan. (2013). Obat ikan terdaftar. Jakarta.

Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan. (2013). Profil Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang: LP2IL dalam Bidikan

Lensa. Serang : Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan.

Menteri Kelautan dan Perikanan. (2010). Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan No. PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta: Kementerian Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia.

Menteri Kelautan dan Perikanan. (2010). Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan No. PER.28/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Loka

Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Ligkungan. Jakarta: Kementerian Kelautan

dan Perikanan Republik Indonesia.

Menteri Kelautan dan Perikanan. (2012). Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan No. PER.04/MEN/2012 tentang Obat Ikan. Jakarta: Kementerian

Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 45: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

LAMPIRAN

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 46: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan

31

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 47: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

32

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 48: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan

33

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 49: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

34

Lampiran 4. Struktur Organisasi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan

KEPALA LOKA PEMERIKSAAN

PENYAKIT IKAN DAN LINGKUNGAN

KEPALA URUSAN TATA USAHA

KASUBSEKSI PELAYANAN OPERASIONAL KASUBSEKSI METODE PEMERIKSAAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

TERTENTU

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 50: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

Lampiran 4. Struktur Organisasi dan Personil Laboratorium Uji Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan

Manajer Pucak

Deputi Manajer

Puncak 2

Deputi Manajer

Puncak 3

Deputi Manajer

Puncak 1

Manajer Mutu Manajer Teknis

Petugas Pengendali

Sistem Mutu

Penata Usaha

Laboratorium

Supply Center

Penyelia Lab.

Patologi

Penyelia Lab.

Biologi dan

Molekuler

Penyelia Lab.

Mikrobiologi

Penyelia Lab.

Kualitas Air

Penyelia Lab.

Residu

Penyelia Lab.

Farmakologi

Analis Lab. Biologi

dan Molekuler

Laboran Lab.

Patologi

Analis Lab.

Mikrobiologi

Analis Lab.

Kualitas Air

Analis Lab.

Residu

Analis Lab.

Farmakologi

Laboran Lab.

Biologi dan

Molekuler

Laboran Lab.

Mikrobiologi

Analis Lab.

Kualitas Air

Analis Lab.

Patologi

35

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 51: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

UNIVERSITAS INDONESIA

VALIDASI METODE ANALISIS IODOMETRI DAN

IODIMETRI DARI SEDIAAN TINKTUR IODII, POVIDON

IODIN, DAN TABLET VITAMIN C

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

SHINTA AYU NURFARADILLA, S.Farm

1306344236

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 52: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

VALIDASI METODE ANALISIS IODOMETRI DAN

IODIMETRI DARI SEDIAAN TINKTUR IODII, POVIDON

IODIN, DAN TABLET VITAMIN C

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

SHINTA AYU NURFARADILLA, S.Farm

1306344236

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 53: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

iii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Tujuan .......................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3 2.1 Pengawasan Mutu ......................................................................... 3

2.2 Validasi Metode Analisis ............................................................... 4

2.3 Iodimetri dan Iodometri ................................................................ 7

2.4 Iodium .......................................................................................... 9

2.5 Povidon Iodin ............................................................................... 10

2.6 Vitamin C ..................................................................................... 11

BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 13

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 13

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................. 13

3.3 Tahapan Penelitian ....................................................................... 14

BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................... 22

4.1 Validasi Metode Analisis Iodium dalam Sediaan Tinktur Iodii ....... 22

4.2 Validasi Metode Analisis Iodium dalam Sediaan Larutan Povidon

Iodin ............................................................................................. 24

4.3 Validasi Metode Analisis Vitamin C dalam Sediaan Tablet Vitamin

C .................................................................................................. 25

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 27

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 27

5.2 Saran ........................................................................................................ 27

DAFTAR ACUAN ....................................................................................... 28

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 54: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

iv Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rumus Kimia Iodium ................................................................... 9

Gambar 2.2. Struktur Kimia Povidon Iodin ...................................................... 10

Gambar 2.3. Struktur Kimia Vitamin C ............................................................ 11

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 55: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

v Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Hasil Perhitungan Normalitas K2Cr2O7 .................................. 30

Lampiran 2. Data Hasil Pembakuan Na2S2O3 terhadap K2Cr2O7 ........................ 30

Lampiran 3. Data Hasil Perhitungan Akurasi dan Presisi Tinktur Iodii ............... 30

Lampiran 4. Data Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Sampel Tinktur Iodii 2% 31

Lampiran 5. Data Hasil Perhitungan Akurasi dan Presisi Povidon Iodin 10% ..... 32

Lampiran 6. Data Hasil Perhitungan Kadar Sampel Larutan Povidon Iodin 10% 32

Lampiran 7. Data Hasil Perhitungan Pembakuan Larutan I2 terhadap As2O3 ...... 33

Lampiran 8. Data Hasil Perhitungan Akurasi dan Presisi Vitamin C .................. 33

Lampiran 9. Data Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Sampel Tablet Vitamin

C .................................................................................................. 34

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 56: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat-obat yang akan digunakan dalam pengobatan ikan harus terdaftar dan

telah terjamin memenuhi persyaratan keamanan, efikasi, dan mutu. Hal tersebut

dilakukan untuk mencegah penggunaan obat-obat yang dilarang oleh pemerintah

yang dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan serta

membahayakan kesehatan manusia sebagai pengkonsumsinya (Kementerian

Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2012).

Dalam rangka penjaminan mutu obat ikan, perlu dilakukan pengawasan

mutu terhadap obat ikan yang beredar di pasaran. Pengawasan mutu tersebut

berupa pengujian kandungan obat ikan yang dibandingkan kesesuaiannya

terhadap klaim etiket dan peraturan mengenai obat ikan yang dikeluarkan oleh

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Proses pengujian obat

ikan harus dilakukan dengan menggunakan prosedur resmi di mana prosedur

tersebut harus dilakukan validasi terlebih dahulu sebelum digunakan.

Sediaan yang termasuk ke dalam obat ikan adalah sediaan farmasetikal

(hormon, antibiotika, antibakteria, kemoterapetika, antiparasit, antijamur,

anthelmintik, anestetika, antiseptik dan desinfektan, anti defisiensi vitamin,

mineral, dan asam amino), sediaan premiks (imbuhan pakan dan pelengkap

pakan), sediaan probiotik, dan sediaan biologik (vaksin dan diagnostik kit)

(Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2012 & Direktorat

Kesehatan Ikan dan Lingkungan, 2013). Tinktur iodii, povidon iodin, dan vitamin

C merupakan sediaan yang sering digunakan dalam pengobatan ikan, di mana

tinktur iodii dan povidon iodin digunakan sebagai antiseptik, sedangkan vitamin C

digunakan untuk meningkatkan imunitas ikan (Direktorat Kesehatan Ikan dan

Lingkungan, 2013).

Adapun metode yang dapat digunakan untuk menganalisis vitamin C

adalah secara spektrofotometri (Shrivas, Agrawal, & Patel, 2005), kromatografi

penukar ion (Lloyd, 2011), dan titrasi iodimetri (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 1995), sedangkan untuk menganalisis kandungan iodium dalam

povidon iodin dan tinktur iodii dapat menggunakan metode titrasi iodometri

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 57: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

2

Universitas Indonesia

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Titrasi secara iodometri dan

iodimetri merupakan metode yang sederhana, tetapi dapat memberikan hasil yang

cukup teliti. Oleh sebab itu, pada tugas ini dilakukan validasi metode analisis

iodium dalam tinktur iodii dan povidon iodin secara iodometri, serta vitamin C

dalam sediaan tablet secara iodimetri.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah untuk memperoleh metode yang

valid untuk analisis iodium dalam tinktur iodii dan larutan povidon iodin secara

iodometri, serta vitamin C dalam sediaan tablet secara iodimetri.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 58: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian penting dari kegiatan industri dan

kegiatan pemerintah dalam pengawasan/pengendalian sediaan farmasetikal,

kosmetika, dan pangan. Tujuan dari pengawasan mutu adalah untuk

memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu

yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Sistem pengawasan mutu hendaklah

dirancang dengan tepat untuk menjamin bahwa tiap obat mengandung bahan

yang benar dengan mutu dan jumlah yang telah ditetapkan dan dibuat pada

kondisi yang tepat dan mengikuti prosedur standard sehingga obat tersebut

senantiasa memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan untuk identitas, kadar,

kemurnian, mutu, dan keamanannya (Badan Pengawas Obat dan Makanan,

2009; Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Salah satu bagian integral dari suatu sistem mutu adalah pengawasan

mutu, meliputi pengambilan sampel, penanganan sampel, spesifikasi, pengujian,

pelaporan, dan dokumentasi. Dalam pelaksanaan pengujian mutu, sebaiknya

digunakan metode yang sesuai. Metode yang biasa digunakan adalah metode

standard, namun metode non-standard dapat digunakan apabila metode standard

tidak tersedia.

Bagian pengawasan mutu hendaklah melakukan validasi terhadap prosedur

penetapan kadar, kalibrasi instrumen, dan juga memberi bantuan yang

diperlukan atau mengambil bagian dalam pelaksanaan validasi berkala oleh

bagian lain terutama bagian produksi untuk menjamin bahwa setiap produk

yang dihasilkan selalu memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Persyaratan umum laboratorium pengujian mutu diantaranya:

1. Fasilitas dan instrumen analitik yang memadai (terkalibrasi dan terjaga

kebersihannya).

2. Personil yang terlatih (qualified and trained personal).

3. Metode/prosedur pengujian yang sudah divalidasi atau diverifikasi tersedia di

laboratorium.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 59: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

4

Universitas Indonesia

4. Sistem dokumentasi dan rekaman yang baik.

5. Tersedianya mutu baku atau spesifikasi yang digunakan.

6. Tersedia bahan acuan baku (BPFI, CRM, SRM, USP RS).

2.2 Validasi Metode Analisis

Validasi dimaksudkan untuk menjamin segala proses, sistem, prosedur,

metode yang dilakukan memberikan hasil yang sesuai dengan spesifikasinya

secara konsisten (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Validasi metode

analisis dilakukan berdasarkan percobaan laboratorium terhadap parameter-

parameter analisis tertentu sehingga karakteristik kinerjanya telah memenuhi

syarat untuk diterapkan dalam analisis senyawa yang bersangkutan (Satiadarma,

2004). Parameter-parameter yang dinilai pada metode validasi meliputi

kespesifikan, akurasi, presisi, linearitas, rentang, batas deteksi, dan batas

kuantitasi (International Conference on Harmonisation, 2005).

2.2.1 Kespesifikan

Kespesifikan dari suatu metode analisis adalah kemampuan untuk

mengukur kadar analit secara khusus dengan akurat, di samping komponen lain

yang terdapat dalam matriks sampel (Satiadarma, 2004). International Conference

on Harmonisation (2005) membagi spesifitas ke dalam dua kategori, yaitu uji

identifikasi dan uji kemurnian. Untuk tujuan identifikasi, spesifitas ditunjukkan

dengan kemampuan suatu metode analisis untuk membedakan senyawa-senyawa

yang mempunyai struktur molekul yang hampir sama. Untuk tujuan uji kemurnian

dan tujuan pengukuran kadar, spesifitas ditunjukkan dengan daya pisah dua

senyawa yang berdekatan.

2.2.2 Akurasi

Akurasi adalah kedekatan nilai hasil uji yang diperoleh dengan prosedur

tersebut dari harga yang sebenarnya, seringkali dinyatakan dalam persen

perolehan kembali analit pada penentuan kadar sampel yang mengandung analit

dalam jumlah yang diketahui. Akurasi merupakan ukuran ketepatan prosedur

analisis (Satiadarma, 2004). Untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 60: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

5

Universitas Indonesia

dilakukan dengan cara mengurangi galat sistemik seperti menggunakan peralatan

yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan

suhu, dan pelaksanaan yang cermat, taat asas, dan sesuai prosedur (Harmita,

2006).

Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan akurasi,

yaitu dengan membandingkan secara langsung dengan standard, dengan metode

simulasi (spike-placebo recovery), dan dengan metode penambahan baku.

Pengukuran akurasi dengan cara membandingkan secara langsung dengan

standard hanya dapat dilakukan jika sampel tidak berada di dalam matriks yang

kompleks (Snyder, Kirkland & Glanjch, 1997).

Sementara untuk sampel yang berada pada matriks yang kompleks, dapat

dilakukan pengukuran akurasi dengan dua cara lainnya. Pada metode simulasi,

sejumlah konstituen aktif yang murni ditambahkan pada blangko formulasi

(sampel yang mengandung seluruh zat yang ada dalam komposisi kecuali zat

aktif), campuran kemudian ditentukan kadarnya, dan hasilnya dibandingkan

dengan hasil yang sebenarnya. Pada metode penambahan baku, sejumlah

konstituen zat aktif murni yang diketahui jumlahnya ditambahkan pada sampel

yang telah diketahui kadarnya, kemudian sampel tersebut ditentukan kadarnya

kembali. Perbedaan antara kedua hasil penentuan kadar tersebut kemudian

dibandingkan dengan hasil yang sebenarnya (Ravichandran, Shalini, Sundram, &

Rajak, 2010).

Untuk mendokumentasikan akurasi, International Conference on

Harmonisation (2005) merekomendasikan pengumpulan data dari 9 kali

penetapan kadar dengan 3 konsentrasi yang berbeda (misal 3 konsentrasi dengan 3

kali replikasi). Data harus dilaporkan sebagai persentase perolehan kembali

dimana suatu metode dinyatakan akurat jika nilai persen uji perolehan kembali

berada pada rentang yang direkomendasikan.

2.2.3 Presisi

Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian di antara

masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali pada

sejumlah cuplikan yang diambil dari suatu sampel secara homogen (Satiadarma,

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 61: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

6

Universitas Indonesia

2004). Presisi terdiri dari tiga tingkatan, yaitu keterulangan, presisi antara, dan

ketertiruan. Keterulangan menggambarkan keseksamaan pada kondisi operasi

yang sama pada jangka waktu yang singkat. Keterulangan juga disebut sebagai

presisi intra hari. Presisi antara menggambarkan keseksamaan dalam laboratorium

yang sama dengan hari yang berbeda, analis yang berbeda, alat-alat yang berbeda,

dan lain-lain. Sementara ketertiruan menggambarkan keseksamaan antar

laboratorium dan biasanya diterapkan pada studi kolaboratif untuk

menstandardisasi metodologi (International Conference on Harmonisation, 2005).

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan

baku relatif (koefisien variasi). Penentuan presisi sebaiknya dilakukan pada

minimal 9 penentuan pada tiga konsentrasi berbeda atau minimal 6 kali penetapan

pada konsentrasi 100% (International Conference on Harmonisation, 2005).

Suatu metode dikatakan presisi jika nilai simpangan baku relatifnya berada pada

rentang tertentu. Rentang toleransi simpangan baku relatif bervariasi tergantung

dari konsentrasinya.

2.2.4 Linearitas dan Rentang

Linearitas adalah kemampuan suatu metode analisis yang memberikan

respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematika yang

baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang

konsentrasi tertentu. Kelinearan dinyatakan sebagai varian disekitar garis regresi

yang dihitung berdasarkan hubungan matematik yang mapan dari hasil uji sampel

yang mengandung analit dari konsentrasi yang bervariasi (Satiadarma, 2004).

Sementara rentang adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang

sudah ditunjukan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan

linearitas yang dapat diterima.

International Conference on Harmonisation (2005) merekomendasikan

minimal digunakan 5 konsentrasi zat uji untuk penentuan linearitas. Sebagai

parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi (r) pada analisis

regresi linier y = a + bx. Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r

= +1 atau -1 bergantung pada arah garis. Sedangkan nilai a menunjukkan

kepekaan analisis terutama instrumen yang digunakan. Adapun syarat kelinearan

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 62: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

7

Universitas Indonesia

suatu metode analisis adalah memiliki nilai koefisien korelasi (r) di atas 0,999

(Harmita, 2006).

2.2.5 Batas Deteksi (LOD), Batas Kuantisasi (LOQ), dan Batas Kuantitasi Lebih

Rendah (LLOQ)

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan

blangko, sedangkan batas kuantisasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam

sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2006).

Batas deteksi dinyatakan dalam konsentrasi analit (persen, begian per milyar)

dalam sampel. Hasil penentuan batas deteksi dapat bervariasi tergantung pada

prosedurnya.

2.3 Iodimetri dan Iodometri

Iodium merupakan oksidator yang relatif lemah, dan mengalami reduksi

menjadi bentuk anion iodida. Meskipun demikian iodium masih mampu

mengoksidasi reduktor - reduktor lemah, yaitu yang memiliki potensial oksidasi

lebih rendah. Dengan demikian iodium bereaksi sempurna dengan reduktor kuat

seperti SnCl2, H2SO3, H2S, Na2S2O3 dan lain-lain. Sementara dengan reduktor

lemah misalnya senyawa-senyawa arsen dan antimoni trivalen dan besi (II)

sianida dapat berlangsung sempurna bila larutan netral atau sedikit asam. Dalam

keadaan demikian, oksidasi potensial dari reduktor tersebut menjadi minimal,

sedang kekuatan mereduksinya menjadi maksimal (Harmita, 2006).

I2 + 2e 2I- E

o = + 0,535 volt

Penggunaan metode titrasi dengan iodida-iodium sering dibagi menjadi

dua bagian yaitu (Harmita, 2006):

1. Titrasi yang dilakukan untuk zat-zat dengan potensial oksidasi yang lebih

rendah dari sistem iodium-iodida. Dalam hal ini digunakan larutan baku

iodium. Metode ini dinamakan metode titrasi langsung atau Iodimetri.

2. Titrasi yang dilakukan untuk zat-zat dengan potensial oksidasi yang lebih

besar dari sistem iodium-iodida. Zat ini akan mengoksidasi iodida dan

membebaskan iodium. Iodium yang bebas dititrasi dengan larutan baku

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 63: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

8

Universitas Indonesia

natrium tiosulfat. Metode ini dinamakan metode titrasi tidak langsung atau

Iodometri.

Titik akhir titrasi dapat diamati dengan beberapa cara, di antaranya

(Jeffery, Bassett, Mendham, & Denney, 1989):

1. Tanpa indikator.

Larutan iodium dalam ion iodida berwarna kuning coklat sampai kuning

pucat. Dengan demikian, pada larutan yang tidak berwarna, iodium dapat

berfungsi sebagai indikator sendiri (autoindikator).

2. Dengan indikator

a) Larutan kanji

Kanji dapat bereaksi dengan iodium membentuk kompleks berwarna biru

pada konsentrasi yang rendah. Kepekaan warnanya dipengaruhi oleh kenaikan

suhu, adanya pelarut lain, adanya ion iodida dalam konsentrasi tertentu, dan

kondisi pH. Kanji memiliki kelebihan, yaitu harganya murah, tetapi kanji juga

memiliki beberapa kekurangan yaitu tidak larut dalam air dingin, dapat

mengabsorbsi iodium dengan kuat sehingga sebaiknya ditambahkan menjelang

titik akhir titrasi, titik akhirnya kadang-kadang menyimpang pada larutan encer,

dan suspensinya dalam air tidak stabil. Larutan kanji harus selalu dibuat baru

setiap akan digunakan.

b) Natrium amilum glikolat

Prinsip pembentukkan kompleks sama dengan indikator amilum. Indikator

ini mempunyai kelebihan berupa tidak higroskopis, larut dalam air panas dan

stabil, serta tidak mengabsorbsi iodium sehingga dapat ditambahkan kapan saja.

Namun natrium amilum glikolat harganya lebih mahal.

3. Dengan pelarut organik

Pelarut organik yang dapat digunakan sebagai indikator adalah kloroform

dan CCl4. Kelarutan iodium pada pelarut organik lebih besar dari pada dalam air.

Perubahan warna yang dapat diamati berbeda-beda tergantung zatnya, kadang-

kadang dari tidak berwarna sampai menjadi ungu dan sebaliknya.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada proses titrasi yang

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 64: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

9

Universitas Indonesia

melibatkan iodium di antaranya (Jeffery, Bassett, Mendham, & Denney, 1989):

1. pH tidak boleh terlalu basa, sebaiknya netral atau sedikit asam, karena pada

pH tinggi iodium akan bereaksi dengan basa dan membentuk ion hipoiodida

yang tidak stabil dan segera membentuk ion iodida dan ion iodat sehingga

reaksi menjadi tidak kuantitatif.

2. Larutan asam dari iodida dapat dioksidasi oleh oksigen dari udara. Oksidasi

ini bertambah besar pada pH yang rendah. Dalam larutan netral, oksidasi ion

iodida oleh oksigen dari udara dapat diabaikan.

3. Sebagian dari iodium dapat menguap sehingga titrasi tidak boleh dilakukan

pada suhu tinggi dan larutan iodium harus dimasukkan dalam bejana yang

bertutup.

4. Titrasi harus dilakukan dengan cepat, untuk menghindari penguapan iodium.

5. Bila digunakan amilum sebagai indikator, maka perlu diperhatikan cara titrasi

sebelum dan sesudah penambahan indikator tersebut. Setelah dilakukan

penambahan amilum, sebaiknya titrasi dilaksanakan dengan lambat. Selain

itu, perlu diperhatikan juga waktu penambahannya. Pada titrasi iodimetri,

amilum harus ditambahan sesaat sebelum titik akhir titrasi tercapai. Hal ini

disebabkan karena amilum akan berikatan kuat sekali dengan iodium,

sehingga bila ditambahkan jauh sebelum titik akhir akan menyebabkan

jumlah iodium yang dititrasi berkurang dari jumlah yang seharusnya dan titik

akhir titrasi tercapai sebelum titik akhir sebenarnya.

2.4 Iodium (Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2009)

Gambar 2.1. Rumus Kimia Iodium

Persyaratan : Iodium mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari

100,5% dari I.

Pemerian : Kristal violet keabuan dan mengkilat

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam alkohol, sukar larut

dalam gliserol, sangat mudah larut dalam larutan iodida pekat.

Iodium menguap secara pelan- pelan pada suhu ruang.

I2

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 65: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

10

Universitas Indonesia

2.4.1 Tinktur Iodii (Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2009)

Definisi : mengandung iodium tidak kurang dari 1,8% dan tidak lebih dari

2,2% serta mengandung natrium iodida tidak kurang dari 2,1% dan

tidak lebih dari 2,6%.

Penetapan Kadar:

Pipet 10 mL ke dalam labu 500 mL bersumbat kaca, tambahkan 10 mL air dan

titrasi dengan kalium arsenit 0,1 N LV dengan menambahkan 3 mL kanji LP

sebagai indikator pada saat mendekati titik akhir.

Kesetaraan : 1 mL kalium arsenit 0,1 N setara dengan 12,69 mg I.

2.5 Povidon Iodin (Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2009)

N

CHCH2

O

n

xI.

Gambar 2.2. Struktur Kimia Povidon Iodin

Definisi : Povidon iodin adalah campuran antara povidon dengan iodium.

Persyaratan : Mengandung tidak kurang dari 9,0% dan tidak lebih dari 12,0%

iodium, dihitung dengan standard terhadap zat kering.

Pemerian : Serbuk amorf coklat kekuningan atau coklat kemerahan

Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95%).

2.5.1 Povidon Iodium Larutan (Departemen Pertanian Republik Indonesia,

2009)

Definisi : Larutan povidon iodin adalah larutan mengandung air dari

povidon iodin atau interaksi antara iodium dan povidon dalam

pembawa yang sesuai.

Persyaratan : Mengandung iodium tidak kurang dari 0,85% b/v dan tidak lebih

dari 1,20% b/v.

Pemerian : Cairan coklat tua

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 66: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

11

Universitas Indonesia

Keasaman : pH 3,0-6,0

Penetapan Kadar :

Ukur seksama sejumlah volume setara dengan lebih kurang 50 mg iodium,

masukkan dalam gelas piala 100 mL, tambahkan air hingga volume total tidak

kurang dari 30 mL. Segera titrasi dengan natrium tiosulfat 0,02 N LV. Tentukan

titik akhir secara potensiometrik menggunakan sistem elektroda platina-kalomel.

Lakukan penetapan blangko.

Kesetaraan : 1 mL natrium tiosulfat 0,02 N setara dengan 2,538 mg I.

2.6 Vitamin C (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995)

O

HO

OH

H

HC OH

CH2OH

O

Gambar 2.3. Struktur Kimia Vitamin C

Persyaratan : Asam askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak

lebih dari 100,5% C6H6O6

Pemerian : Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya

lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil

di udara, dalam larutan cepat teroksidasi.

Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; tidak larut

dalam kloroform, dalam eter, dan dalam benzena.

2.6.1 Tablet Vitamin C

Persyaratan : Mengandung asam askorbat C6H6O6 tidak kurang dari 90,0% dan

tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 67: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

12

Universitas Indonesia

Penetapan kadar :

1. Titrasi Iodimetri (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995)

Timbang seksama sampel yang setara dengan lebih kurang 400 mg asam

askorbat, larutkan dalam campuran 100 mL air dan 25 mL asam sulfat 2 N,

tambahkan 3 mL kanji LP. Titrasi segera dengan iodium 0,1 N LV.

Kesetaran : 1 mL iodium 0,1 N setara dengan 8,806 mg C6H6O6.

2. Spektrofotometri UV-Vis (Shrivas, Agrawal, & Patel, 2005)

Larutan uji yang mengandung vitamin C dibuat dengan cara melarutkan

sampel dalam aquades hingga terbentuk larutan jernih kemudian ditambahkan 2

mL larutan tembaga, 2 mL dapar, dan 1 mL larutan neukoproin. Larutan

kemudian diekstraksi dengan 10 mL kloroform selama 2 menit dan diukur dengan

menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 460 nm.

3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Lloyd, 2011).

Vitamin C dianalisis dengan menggunakan metode kromatografi cair kinerja

tinggi penukar ion dengan fase terbalik. Kolom yang digunakan adalah PLRP-S

100Å 5 µm, 250 x 4,6 mm; fase gerak 0,2 M NaHPO4 pH 2,14; laju alir 0,5

ml/menit; dan detektor UV 244 nm.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 68: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

13 Universitas Indonesia

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama 1 minggu, yaitu pada tanggal 3 Februari - 7

Februari 2014 di Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

dan Lingkungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Serang.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Buret 25 mL; beaker glass 30 mL, 50 mL, 250 mL dan 500 mL; pipet

volume 2 mL dan 5 mL; pipettor; pipet volume; pipet mikro 1 mL dan 5 mL;

botol semprot; Erlenmeyer 100 mL dan 250 mL; Erlenmeyer bertutup kaca 250

mL; labu ukur 1000 mL dan 100 mL.

3.2.2 Bahan

3.2.2.1 Bahan

Sampel tinktur iodii, sampel larutan povidon iodin, tablet Vitamin C,

Na2S2O3 0,1 N dan 0,02 N, I2 0,1 N, KI, NaCl, indikator metil merah, amilum,

NaOH 1 N, HCl 10%, H2SO4 10%, aquades.

3.2.2.2 Baku Pembanding

Iodium (Merck), povidon iodin, K2Cr2O7 (Merck), Asam askorbat (BPFI),

As2O3 (BPFI).

3.2.2.3 Larutan Baku dan Indikator

1. Larutan Baku Na2S2O3 (BM 248,18) 0,1 N

a) Ditimbang dengan seksama lebih kurang 25 gram Na2S2O3.5H2O,

kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL.

b) Ke dalam labu tersebut ditambahkan 200 mg Na2CO3.

c) Zat-zat tersebut setelah itu dilarutkan dalam 100 mL air dan dicampur

hingga larut.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 69: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

14

Universitas Indonesia

d) Ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga batas, lalu dikocok hingga

homogen.

2. Larutan Baku K2Cr2O7 (BM 294) 0,1 N

a) Ditimbang dengan seksama 4,9 gram K2Cr2O7, kemudian dimasukkan ke

dalam labu ukur 1000 mL.

b) Zat tersebut setelah itu dilarutkan dalam 100 mL air dan dicampur hingga

larut.

c) Ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga batas dan dikocok hingga

homogen.

d) Dilakukan perhitungan normalitas dari K2Cr2O7.

3. Larutan Baku I2 0,1 N

a) Ditimbang dengan seksama kurang lebih 36 gram KI, kemudian dilarutkan

dalam 100 mL air di beaker glass.

b) Ke dalam larutan tersebut ditambahkan 14 gram Iodium, lalu dilarutkan

dengan bantuan stirrer.

c) Larutan kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL dan

ditambahkan 3 tetes HCl pekat.

d) Air ditambahkan hingga batas dan dikocok hingga homogen.

4. Larutan Kanji LP

a) Ditimbang dengan seksama 500 mg amilum/pati.

b) Kemudian dibuat suspensi dengan 100 mL air, dan dipanaskan hingga

jernih.

*larutan harus dibuat baru setiap akan digunakan

3.3 Tahapan Penelitian

3.3.1 Validasi Metode Analisis Iodium dalam Sediaan Tinktur Iodii

3.3.1.1 Pembakuan Larutan Baku Na2S2O3 0,1 N

a) Dipipet 20 mL larutan K2Cr2O7 0,1 N, kemudian dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer bertutup kaca.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 70: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

15

Universitas Indonesia

b) Ke dalam Erlenmeyer ditambahkan 0,3 gram KI, dan 6 mL HCl pekat,

kemudian Erlenmeyer segera ditutup.

c) Setelah itu, dilakukan titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga terjadi

perubahan warna dari coklat menjadi kuning pucat.

d) Saat larutan berwarna kuning pucat, dilakukan penambahan 1 mL larutan

kanji. Titrasi dilanjutkan hingga tidak berwarna.

e) Volume Na2S2O3 yang digunakan dicatat.

f) Dihitung normalitas larutan Na2S2O3.

3.3.1.2 Pembuatan Larutan Induk Iodium 2%

a) Ditimbang 20 gram Iodium dan 24 gram KI,

b) Kemudian ditambahkan 500 mL etanol dan dicukupkan dengan air hingga

1000 mL.

3.3.1.3 Akurasi dan Presisi

1. Penetapan kadar iodium 100% (terhadap larutan induk)

a) Larutan induk iodium dipipet sebanyak 4 mL, kemudian ditambahkan 20

mL air.

b) Setelah itu, dilakukan titrasi menggunakan Na2S2O3 0,1 N dengan 1 mL

larutan kanji sebagai indikator.

2. Penetapan kadar iodium 110% (terhadap larutan induk)

a) Larutan induk iodium dipipet sebanyak 4,4 mL, kemudian ditambahkan 20

mL air.

b) Setelah itu, dilakukan titrasi menggunakan Na2S2O3 0,1 N dengan1 mL

larutan kanji sebagai indikator.

3. Penetapan kadar iodium 120% (terhadap larutan induk)

a) Larutan induk iodium dipipet sebanyak 4,8 mL, kemudian ditambahkan 20

mL air.

b) Setelah itu, dilakukan titrasi menggunakan Na2S2O3 0,1 N dengan1 mL

larutan kanji sebagai indikator.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 71: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

16

Universitas Indonesia

4. Penetapan kadar iodium 90% (terhadap larutan induk)

a) Larutan induk iodium dipipet sebanyak 3,6 mL, kemudian ditambahkan 20

mL air.

b) Setelah itu, dilakukan titrasi menggunakan Na2S2O3 0,1 N dengan 1 mL

larutan kanji sebagai indikator.

5. Penetapan kadar iodium 80% (terhadap larutan induk)

a) Larutan induk iodium dipipet sebanyak 3,2 mL, kemudian ditambahkan 20

mL air.

b) Setelah itu, dilakukan titrasi menggunakan Na2S2O3 0,1 N dengan 1 mL

larutan kanji sebagai indikator.

6. Percobaan masing-masing dilakukan tiga kali.

7. Dilakukan perhitungan presisi untuk setiap konsentrasi dan akurasi terhadap

seluruh konsentrasi.

3.3.1.4 Penetapan Kadar Sampel Tinktur Iodii 2%

a) Larutan induk iodium dipipet sebanyak 4 mL, kemudian ditambahkan 20

mL air.

b) Setelah itu, dilakukan titrasi menggunakan Na2S2O3 0,1 N dengan 1 mL

larutan kanji sebagai indikator.

c) Percobaan masing-masing dilakukan tiga kali dan dihitung kadarnya.

3.3.1.5 Interpretasi Hasil:

a) Sediaan mengandung iodium antara 1,8% b/v sampai 2,2% b/v.

b) Kriteria keberterimaan : % Rekoveri 95 - 105%, % KV ≤ ± 5%.

3.3.2 Validasi Metode Analisis Iodium dalam Sediaan Larutan Povidon Iodin

3.3.2.1 Pembakuan Larutan Baku Na2S2O3 0,1 N

a) Dipipet 20 mL larutan K2Cr2O7 0,1 N, kemudian dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer bertutup kaca.

b) Ke dalam Erlenmeyer ditambahkan 0,3 gram KI, dan 6 mL HCl pekat,

kemudian Erlenmeyer segera ditutup.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 72: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

17

Universitas Indonesia

c) Setelah itu, dilakukan titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga terjadi

perubahan warna dari coklat menjadi kuning pucat.

d) Saat larutan berwarna kuning pucat, dilakukan penambahan 1 mL larutan

kanji. Titrasi dilanjutkan hingga tidak berwarna.

e) Volume Na2S2O3 yang digunakan dicatat.

f) Dihitung normalitas larutan Na2S2O3.

3.3.2.2 Akurasi dan Presisi

1. Penetapan kadar povidon iodin 100%

a) Ditimbang seksama lebih kurang 500 mg zat, kemudian dimasukkan ke

dalam Erlenmeyer bertutup kaca dan ditambahkan 200 mL air.

b) Erlenmeyer ditutup dan diaduk dengan pengaduk mekanik pada suhu

kamar selama tidak lebih dari 1 jam untuk melarutkan.

c) Setelah itu, larutan tersebut dipipet 5 mL, dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer bertutup kaca, dan ditambahkan 20 mL air.

d) Larutan kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N LV hingga kuning

pucat, dan ditambahkan 1 mL kanji LP hingga warna biru hilang.

2. Penetapan kadar povidon iodin 110%

a) Ditimbang seksama lebih kurang 550 mg zat, kemudian dimasukkan ke

dalam Erlenmeyer bertutup kaca dan ditambahkan 200 mL air.

b) Erlenmeyer ditutup dan diaduk dengan pengaduk mekanik pada suhu

kamar selama tidak lebih dari 1 jam untuk melarutkan.

c) Setelah itu, larutan tersebut dipipet sebanyak 5 mL, dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer bertutup kaca, dan ditambahkan 20 mL air.

d) Larutan kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N LV hingga kuning

pucat, dan ditambahkan 1 mL kanji LP hingga warna biru hilang.

3. Penetapan kadar povidon iodin 120%

a) Ditimbang seksama lebih kurang 600 mg zat, kemudian dimasukkan ke

dalam Erlenmeyer bertutup kaca dan ditambahkan 200 mL air.

b) Erlenmeyer ditutup dan diaduk dengan pengaduk mekanik pada suhu

kamar selama tidak lebih dari 1 jam untuk melarutkan.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 73: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

18

Universitas Indonesia

c) Setelah itu, larutan tersebut dipipet sebanyak 5 mL, dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer bertutup kaca, dan ditambahkan 20 mL air.

d) Larutan kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N LV hingga kuning

pucat, dan ditambahkan 1 mL kanji LP hingga warna biru hilang.

4. Penetapan kadar povidon iodin 90%

a) Ditimbang seksama lebih kurang 450 mg zat, kemudian dimasukkan ke

dalam Erlenmeyer bertutup kaca dan ditambahkan 20 mL air.

b) Erlenmeyer ditutup dan diaduk dengan pengaduk mekanik pada suhu

kamar selama tidak lebih dari 1 jam untuk melarutkan.

c) Setelah itu, larutan tersebut dipipet sebanyak 5 mL, dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer bertutup kaca, dan ditambahkan 20 mL air.

d) Larutan kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N LV hingga kuning

pucat, dan ditambahkan 1 mL kanji LP hingga warna biru hilang.

5. Penetapan kadar povidon iodin 80%

a) Ditimbang seksama lebih kurang 400 mg zat, kemudian dimasukkan ke

dalam Erlenmeyer bertutup kaca dan ditambahkan 20 mL air.

b) Erlenmeyer ditutup dan diaduk dengan pengaduk mekanik pada suhu

kamar selama tidak lebih dari 1 jam untuk melarutkan.

c) Setelah itu, larutan tersebut dipipet sebanyak 5 mL, dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer bertutup kaca, dan ditambahkan 20 mL air.

d) Larutan kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N LV hingga kuning

pucat, dan ditambahkan 1 mL kanji LP hingga warna biru hilang.

6. Percobaan dilakukan masing-masing tiga kali, kemudian dihitung akurasi dan

presisinya.

3.3.2.3 Penetapan Kadar Sampel

a) Dipipet 2 mL sampel menggunakan pipet volume, kemudian dimasukkan

ke dalam Erlenmeyer bertutup kaca.

b) Ke dalam Erlenmeyer ditambahkan 20 mL air.

c) Setelah itu. dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N LV hingga kuning pucat, dan

ditambahkan 1 mL kanji LP hingga warna biru hilang.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 74: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

19

Universitas Indonesia

d) Percobaan dilakukan masing-masing tiga kali, kemudian dihitung

kadarnya.

3.3.2.4 Interpretasi Hasil:

a) Sediaan mengandung iodium antara 0,85% b/v sampai 1,2% b/v

b) Kriteria keberterimaan : % Rekoveri: 90 - 110%, % KV: ≤ ± 5%

3.3.3 Validasi Metode Analisis Vitamin C dalam Sediaan Tablet Vitamin C

3.3.3.1 Pembakuan Larutan I2 0,1 N terhadap As2O3 (BM 198)

a) Ditimbang dengan seksama kurang lebih 100 mg As2O3, kemudian

dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

b) Zat dilarutkan dengan penambahan 30 mL NaOH 1 N.

c) Ke dalam larutan ditambahkan 3 tetes indikator metil merah.

d) Larutan kemudian dinetralkan dengan HCl 10% hingga larutan berwarna

jingga.

e) Setelah itu, ditambahkan 2 gram NaHCO3 dan 1 mL indikator kanji LP

f) Larutan dititrasi dengan larutan I2 hingga terjadi perubahan warna dari

kuning pucat menjadi berwarna biru

g) Volume yang diperlukan dicatat dan dihitung normalitas I2 terhadap

As2O3.

3.3.3.2 Akurasi dan Presisi

1. Penetapan kadar vitamin C 100%

a) Ditimbang dengan seksama lebih kurang standard vitamin C 100 mg,

kemudian ditambahkan 900 mg NaCl.

b) Ke dalam campuran, ditambahkan 80 mL aquabidest, 10 mL asam sulfat

10% (v/v) dan 1 mL larutan kanji sebagai indikator.

c) Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N hingga terbentuk warna biru.

2. Penetapan kadar vitamin C 110%

a) Ditimbang dengan seksama lebih kurang standard vitamin C 110 mg,

kemudian ditambahkan 890 mg NaCl.

b) Ke dalam campuran, ditambahkan 80 mL aquabidest, 10 mL asam sulfat

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 75: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

20

Universitas Indonesia

10% (v/v), dan 1 mL larutan kanji sebagai indikator.

c) Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N hingga terbentuk warna biru.

3. Penetapan kadar vitamin C 120%

a) Ditimbang dengan seksama lebih kurang standard vitamin C 120 mg,

kemudian ditambahkan 880 mg NaCl.

b) Ke dalam campuran, ditambahkan 80 mL aquabidest, 10 mL asam sulfat

10% (v/v), dan 1 mL larutan kanji sebagai indikator.

c) Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N hingga terbentuk warna biru.

4. Penetapan kadar vitamin C 90%

a) Ditimbang dengan seksama lebih kurang standard vitamin C 90 mg,

kemudian ditambahkan 910 mg NaCl.

b) Ke dalam campuran, ditambahkan 80 mL aquabidest, 10 mL asam sulfat

10% (v/v), dan 1 mL larutan kanji sebagai indikator.

c) Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N hingga terbentuk warna biru.

5. Penetapan kadar vitamin C 80%

a) Ditimbang dengan seksama lebih kurang standard vitamin C 80 mg,

kemudian ditambahkan 920 mg NaCl.

b) Ke dalam campuran ditambahkan 80 mL aquabidest, 10 mL asam sulfat

10% (v/v), dan 1 mL larutan kanji sebagai indikator.

c) Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N hingga terbentuk warna biru.

6. Percobaan dilakukan masing-masing tiga kali, kemudian dihitung akurasi dan

presisi.

3.3.3.3 Penetapan Kadar Sampel

a) Ditimbang dengan seksama lebih kurang sampel yang setara dengan 100 mg

vitamin C.

b) Ke dalam sampel, ditambahkan 80 mL aquabidest, 10 mL asam sulfat 10%

(v/v), dan 1 mL larutan kanji sebagai indikator.

c) Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N hingga terbentuk warna biru.

Setiap ml 0,1N iodium (I2) setara 8,81 mg C6H8O6 (asam askorbat).

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 76: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

21

Universitas Indonesia

3.3.3.4 Interpretasi Hasil

a) Sediaan mengandung tidak kurang dari 80% klaim komposisi yang tertera

pada etiket.

b) Kriteria keberterimaan : % Rekoveri: 95 - 105%, % KV: ≤ ± 5%.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 77: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

22 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini, penulis mendapatkan

tugas dari Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL) Serang

bagian laboratorium farmakologi untuk melakukan validasi metode analisis

terhadap iodium dalam t inktur iodii dan larutan povidon iodin, serta

vitamin C dalam tablet. Produk ini merupakan produk yang sering digunakan

dalam pengobatan penyakit ikan, di mana tinktur iodii dan larutan povidon iodin

digunakan sebagai antiseptik sedangkan vitamin C digunakan sebagai peningkat

imunitas.

Metode yang akan divalidasi adalah berupa titrasi secara iodometri dan

iodimetri. Metode ini dipilih karena sederhana. Selain itu, sampel yang akan

dianalisis merupakan zat tunggal dan kadarnya cukup besar dalam sediaan

sehingga metode titrasi sudah cukup dapat menganalisis zat aktif dalam sampel

dengan teliti.

Untuk mengetahui titik akhir dari titrasi, digunakan larutan kanji LP

sebagai indikator. Larutan kanji yang berasal dari amilum tersebut akan berikatan

dengan iodium sehingga membentuk kompleks yang berwarna biru ungu.

4.1 Validasi Metode Analisis Iodium dalam Sediaan Tinktur Iodii

Metode yang divalidasi untuk menganalisis iodium dalam sediaan tinktur

iodii adalah metode titasi iodometri, di mana pada titrasi ini akan dihasilkan

iodium, dan iodium yang berlebih akan dititrasi oleh natrium tiosulfat. Pada

proses ini, amilum ditambahkan pada saat mendekati titik akhir titrasi, yakni

ketika larutan berwarna kuning pucat. Hal ini bertujuan untuk mencegah

terjadinya pengikatan yang terlalu kuat iodium oleh amilum dalam bentuk

kompleks sehingga iodium tidak dapat bereaksi dengan natrium tiosulfat dan

titrasi pun menjadi tidak akurat.

4.1.1 Pembakuan Larutan Na2S2O3 0,1 N dengan Menggunakan K2Cr2O7 0,1 N

Larutan Na2S2O3 merupakan larutan baku sekunder sehingga harus

distandardisasi terlebih dahulu dengan baku primer sebelum digunakan untuk

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 78: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

23

Universitas Indonesia

analisis. Baku primer yang digunakan adalah larutan K2Cr2O7. Dari hasil

pembakuan, didapatkan normalitas Na2S2O3 adalah sebesar 0,1046 N. Data

pembuatan larutan baku primer K2Cr2O7 dan pembakuan Na2S2O3 dapat di lihat

pada Lampiran 1 dan 2.

4.1.2 Akurasi dan Presisi

Pada proses validasi metode analisis yang berupa titrasi, parameter yang

diuji adalah akurasi dan presisi. Akurasi menunjukkan kedekatan hasil pengujian

dengan nilai yang sebenarnya, sedangkan presisi menunjukkan ketepatan hasil

pengujian dari beberapa kali pengujian. Akurasi ditunjukkan dengan nilai

%Rekoveri, sedangkan presisi ditunjukkan dengan nilai % KV (koefisien variasi).

Proses pengujian akurasi dan presisi pada metode ini dilakukan

menggunakan lima titik konsentrasi pada rentang 80% - 120%. Sebelum

dilakukan pengujian, dibuat terlebih dahulu larutan induk iodium 2% yang

kondisinya dibuat mirip seperti sampel. Hal tersebut dilakukan agar kondisi

analisis pada saat menggunakan standard maupun sampel tidak jauh berbeda

sehingga variabel yang dapat mempengaruhi hasil analisis dikurangi.

Dari larutan induk, dilakukan pemipetan yang mewakili konsentrasi

iodium yang akan diuji akurasi dan presisinya. Kemudian masing-masing

konsentrasi dibuat triplo, dititrasi, dan dihitung % Rekoveri dan % KV-nya untuk

melihat akurasi dan presisi metode. Hasil analisis menunjukkan bahwa metode

iodometri yang digunakan memiliki % Rekoveri sebesar 101,69% - 103,72% dan

% KV sebesar 0,43% - 2,35%. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan

bahwa metode tersebut memenuhi parameter akurasi dan presisi karena memiliki

% Rekoveri dalam rentang 95% - 105% dan % KV ≤ ± 5%. Data pengujian

akurasi dan presisi dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.1.3 Penetapan Kadar Iodium Dalam Sampel Tinktur Iodii 2%

Proses penetapan kadar iodium dalam sampel tinktur iodii 2% tidak

berbeda dengan saat proses percobaan akurasi dan presisi. Dari tiga kali

percobaan penetapan kadar, diketahui bahwa sampel yang diuji mengandung

iodium sebesar 2,10% sehingga memenuhi persyaratan Farmakope Obat Hewan

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 79: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

24

Universitas Indonesia

Indonesia, yaitu sediaan mengandung iodium tidak kurang dari 1,80% dan tidak

lebih dari 2,20%. Data perhitungan penetapan kadar iodium dalam sampel dapat

dilihat pada Lampiran 4.

4.2 Validasi Metode Analisis Iodium dalam Sediaan Larutan Povidon

Iodin

Sediaan povidon iodin kini lebih sering beredar sebagai antiseptik di

masyarakat dibandingkan sediaan tinktur iodii. Hal ini disebabkan karena

kestabilannya yang lebih tinggi karena iodium telah diikat dalam kompleks

povidon sehingga risiko hilangnya iodium berkurang. Metode yang divalidasi

untuk menganalisis iodium dalam sediaan povidon iodin sama seperti saat dalam

sediaan tintur iodii, yaitu titrasi iodometri.

4.2.1 Pembakuan Larutan Na2S2O3 dengan Menggunakan K2Cr2O7 0,1 N

Larutan Na2S2O3 yang digunakan adalah yang berkonsentrasi 0,02 N.

Proses pembakuannya sama dengan saat membakukan larutan Na2S2O3 0,1 N

pada saat validasi metode analisis iodium dalam sediaan tinktur iodii. Pada proses

pembakuan didapatkan nilai normalitas Na2S2O3 sebesar 0,0209 N. Data hasil

perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.2.2 Akurasi dan Presisi

Proses pengujian akurasi dan presisi pada metode ini juga dilakukan

menggunakan lima titik konsentrasi pada rentang 80% - 120%. Untuk setiap

konsentrasi pengujian ditimbang povidon iodin berbeda-beda sesuai dengan

konsentrasi akhir larutan yang akan dibuat. Dari setiap larutan, dilakukan

pemipetan sebanyak 5 mL untuk kemudian dilanjutkan dengan titrasi. Masing-

masing konsentrasi dibuat triplo, dan dihitung % Rekoveri dan % KV-nya untuk

melihat akurasi dan presisi metode. Hasil analisis menujukkan bahwa metode

iodometri yang digunakan memiliki % Rekoveri 97,89% - 104,86% dan % KV

sebesar 1,02% - 2,73%. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa metode

tersebut memenuhi parameter akurasi dan presisi karena memiliki % Rekoveri

dalam rentang 90% - 110% dan % KV ≤ ± 5%. Data pengujian akurasi dan presisi

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 80: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

25

Universitas Indonesia

dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.2.3 Penetapan Kadar Iodium dalam Sampel Larutan Povidon Iodin 10%.

Proses penetapan kadar iodium dalam sampel larutan povidon iodin 10%

tidak berbeda dengan saat proses percobaan akurasi dan presisi. Dari tiga kali

percobaan penetapan kadar, diketahui bahwa sampel yang diuji memiliki kadar

rata-rata sebesar 0,99% sehingga memenuhi persyaratan Farmakope Obat Hewan

Indonesia, yaitu sediaan mengandung iodium tidak kurang dari 0,85% dan tidak

lebih dari 1,2%. Data perhitungan penetapan kadar iodium dalam sampel dapat

dilihat pada Lampiran 6.

4.3 Validasi Metode Analisis Vitamin C dalam Sediaan Tablet Vitamin C

Vitamin C merupakan vitamin yang sering diberikan pada ikan untuk

meningkatkan imunitas. Vitamin ini bersifat mudah teroksidasi sehingga untuk

menganalisisnya dapat menggunakan titrasi secara iodimetri. Pada titrasi ini,

vitamin C akan dititrasi secara langsung dengan larutan baku Iodium dan amilum

sebagai indikator dapat ditambahkan sejak awal sebelum titrasi sehingga akan

menyebabkan timbulnya warna biru ungu pada titik akhir titrasi akibat adanya

sedikit kelebihan iodium.

4.3.1 Pembakuan Larutan I2 0,1 N dengan Menggunakan As2O3

Larutan Iodium bersifat tidak stabil sehingga hanya dapat bertindak

sebagai baku sekunder dan sebelum digunakan untuk analisis harus dibakukan

dulu dengan baku primer. Baku primer yang digunakan di sini adalah As2O3.

As2O3 bersifat tidak mudah larut air sehingga untuk melarutkannya

ditambahkan basa terlebih dahulu. Namun titrasi iodimetri berjalan lebih baik jika

dilakukan dalam suasana netral atau sedikit asam. Oleh karena itu dilakukan

penetralan dengan menggunakan HCl dengan metil merah sebagai indikatornya.

Agar pH tepat pada kisaran netral, maka ditambahkan natrium bikarbonat sebelum

dilakukan titrasi. Dari hasil pembakuan, didapatkan normalitas larutan I2 sebesar

0,1070 N. Data hasil pembakuan larutan I2 dapat dilihat pada Lampiran 7.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 81: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

26

Universitas Indonesia

4.3.2 Akurasi dan Presisi

Proses pengujian akurasi dan presisi pada metode ini dilakukan

menggunakan lima titik konsentrasi pada rentang 80% - 120%. Metode akurasi

yang digunakan adalah dengan cara simulasi. Pada metode tersebut, ditambahkan

pengisi seperti yang terdapat pada tablet. Namun karena adanya keterbatasan

bahan yang tersedia di Laboratorium Farmakologi, maka NaCl digunakan sebagai

pengisi.

Setelah dilakukan penimbangan vitamin C dengan pengisinya dalam

berbagai konsentrasi yang menghasilkan konsentrasi akhir 80% - 120%, vitamin

C siap dititrasi. Titrasi dilakukan secara triplo dan kemudian dihitung % Rekoveri

dan % KV-nya untuk melihat akurasi dan presisi metode. Dari hasil analisis

didapatkan % Rekoveri dan % KV berturut-turut sebesar 98,97% - 104,27% dan

0,66% - 4,41%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode tersebut memenuhi

parameter akurasi dan presisi karena memiliki % Rekoveri dalam rentang 95% -

105% dan % KV ≤ ± 5%. Data pengujian akurasi dan presisi dapat dilihat pada

Lampiran 8.

4.3.3 Penetapan Kadar Vitamin C dalam Sampel Tablet Vitamin C

Pada proses penetapan kadar vitamin C, titrasi dilakukan pada tablet yang

telah diserbukkan dan ditimbang setara dengan 100 mg vitamin C. Langkah-

langkah analisisnya sama dengan saat penentuan akurasi dan presisi. Dari tiga kali

percobaan penetapan kadar, diketahui bahwa sampel yang diuji memiliki kadar

rata-rata sebesar 97,65% sehingga memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia,

yaitu sediaan mengandung asam askorbat tidak kurang dari 90% dan tidak lebih

dari 110%. Data perhitungan penetapan kadar vitamin C dalam sampel dapat

dilihat pada Lampiran 9.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 82: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

27 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa penetapan kadar iodium

yang terkandung dalam tinktur iodii dan larutan povidon iodin dapat dilakukan

secara iodometri, sementara penetapan kadar vitamin C yang terdapat pada tablet

dapat dilakukan secara iodimetri. Hasil validasi menunjukkan bahwa metode

analisis yang digunakan sudah memenuhi kriteria akurasi dan presisi.

5.2 Saran

Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan

Lingkungan perlu meningkatkan kertersediaan bahan yang diperlukan dalam

analisis.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 83: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

28 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

BPOM. (2012). Pedoman cara pembuatan obat yang baik. Jakarta: Badan

POM

BPOM. (2009). Petunjuk operasional penerapan cara pembuatan obat yang baik.

Jakarta: Badan POM

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi

IV. Jakarta.

Departemen Pertanian Republik Indonesia. (2009). Farmakope Obat Hewan

Indonesia Edisi II Jilid 4. Jakarta.

Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan. (2013). Obat ikan terdaftar. Jakarta.

Gandjar, I. G., & Rohman, A. (2007). Kimia farmasi analisis. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Harmita. (2006). Buku ajar analisis fisikokimia. Depok: Departemen Farmasi

FMIPA Universitas Indonesia.

Harmita. (2006). Analisis bahan baku dan sediaan farmasi. Depok: Departemen

Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.

International Conference on Harmonisation. (2005). ICH Harmonised Tripartite

Guidline. Validation of Analytical Procedures: Text and Methodology

Q2(R1). ICH Expert Working Group.

Jeffery, GH., Bassett, J., Mendham, J., & Denney, RC. (1989). Vogel’s Textbook

of Quantitative Chemical Analysis Fifth Edition. New York : John Wiley

& Sons.

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. (2012). Peraturan

Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

Per.04/MEN/2012 tentang Obat Ikan. Jakarta.

Lloyd, L. (2011). Quantitative Analysis of Vitamin C by Ion Suppression

Chromatography. Food Chem., 28, 257-268.

Ravichandran, V., Shalini, S., Sundram, K. M., & Rajak, H. (2010). Validation of

analytical methods – strategies & importance. Int. J. Pharm. Pharm. Sci, 2,

18–22.

Satiadarma, Kosasih. (2004). Asas pengembangan prosedur analisis. Jakarta:

Airlangga University Press.

Shrivas, K., Agrawal, K., & Patel, DK. (2005). A Spectrophotometric

Determination of Ascorbic Acid. Journal of the Chinese Society, 52, 503-

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 84: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

29

Universitas Indonesia

506.

Snyder, L.R., Kirkland, J.J., & Glajch, J.L. (1997). Practical HPLC method

development (Ed. ke-2). New York: John Wiley & Sons.

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 85: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

LAMPIRAN

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 86: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

30

Lampiran 1. Data Hasil Perhitungan Normalitas K2Cr2O7

Lampiran 2. Data Hasil Pembakuan Na2S2O3 terhadap K2Cr2O7

Vol K2Cr2O7 = 25 mL

No Vol Na2S2O3 (mL) N Na2S2O3

1 0,00 - 23,90 0,1046

2 0,00 - 23,90 0,1046

Normalitas Rata-rata = 0,1046 N

N yang digunakan untuk povidon iodin dilakukan pengenceran :

Lampiran 3. Data Hasil Perhitungan Akurasi dan Presisi Tinktur Iodii

BE I2 =

Massa I2 yang ditimbang : 2,0138 gr

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 87: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

31

No Konsentrasi

(%)

Vol

Na2S2O3

(mL)

% Rekoveri % Rekoveri

Rata-rata KV (%)

1 80

0,00-5,00 101,69

103,72 2,03 0,00-5,10 103,72

0,00-5,20 105,76

2 90

0,00-5,70 104,45

103,22 1,06 0,00-5,60 102,61

0,00-5,60 102,61

3 100

0,00-6,20 102,25

102,80 0,95 0,00-6,30 103,90

0,00-6,20 102,25

4 110

0,00-6,85 102,70

102,95 0,43 0,00-6,90 103,45

0,00-6,85 102,70

5 120

0,00-7,60 103,04

101,69 2,35 0,00-7,60 103,04

0,00-7,30 98,98

Lampiran 4. Data Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Sampel Tinktur Iodii 2%

Volume pemipetan = 4,2 mL

Kadar menurut klaim = 2,0138% (karena sediaannya dibuat sendiri)

No Vol Na2S2O3 (mL) Kadar (%) Kadar terhadap klaim (%)

1 0,00 - 6,90 2,08 103,45

2 0,00 - 7,00 2,11 104,95

3 0,00 - 7,00 2,11 104,95

Kadar sampel rata-rata =

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 88: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

32

Lampiran 5. Data Hasil Perhitungan Akurasi dan Presisi Povidon Iodin 10%

BE I2 =

Kandungan Iodin = 10% x massa povidon iodin yang ditimbang

No Konsentrasi

(%)

Massa yang

ditimbang (mg) Vol I2 (mL) % Rekoveri

% Rekoveri

rata-rata

KV

(%)

1 80

400 0,00-3,70 98,30

100,96 2,66 400 0,00-3,80 100,96

400 0,00-3,90 103,62

2 90

450 0,00-4,20 99,19

100,77 2,73 450 0,00-4,20 99,19

450 0,00-4,40 103,92

3 100

500 0,00-5,00 106,28

104,86 1,23 500 0,00-4,90 104,15

500 0,00-4,90 104,15

4 110

550 0,00-5,10 98,54

97,89 1,12 550 0,00-5,10 98,54

550 0,00-5,00 96,61

5 120

600 0,00-5,70 100,96

99,78 1,02 600 0,00-5,60 99,19

600 0,00-5,60 99,19

Lampiran 6. Data Hasil Perhitungan Kadar Sampel Larutan Povidon Iodin 10%

No Vol Na2S2O3

(mL) Kadar (%)

Kadar terhadap klaim

(%)

1 0,00-8,00 1,06172 106,17

2 0,00-7,00 0,929005 92,90

3 0,00-7,50 0,9953625 99,54

Kadar sampel rata-rata =

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 89: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

33

Lampiran 7. Data Hasil Perhitungan Pembakuan Larutan I2 terhadap As2O3

No Massa As2O3 (mg) Vol I2 (mL) Normalitas

1 100,6 0,00 – 19,00 0,1070

2 102,5 0,00 – 19,10 0,1084

Normalitas rata-rata :

Lampiran 8. Data Hasil Perhitungan Akurasi dan Presisi Vitamin C

BE Vit.C =

No Konsentrasi

(%)

Massa yang

ditimbang (mg) Vol I2 (mL) % Rekoveri

% Rekoveri

Rata-rata

KV

(%)

1 80

81,3 0,00-9,00 105,00

104,27 0,86 81,7 0,00-9,00 104,48

81,7 0,00-8,90 103,32

2 90

89,9 0,00-9,70 102,34

101,45 0,82 89,9 0,00-9,60 101,28

90,4 0,00-9,60 100,72

3 100

99,2 0,00-10,85 103,74

98,97 4,41 103,8 0,00-10,40 95,03

103,4 0,00-10,70 98,15

4 110

111,5 0,00-11,70 99,52

99,84 0,66 114,5 0,00-12,00 99,40

112,2 0,00-11,90 100,59

5 120

121,8 0,00-12,70 98,89

100,07 1,93 120,7 0,00-12,60 99,01

119,6 0,00-12,90 102,30

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014

Page 90: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-4/20390639-Pr-Shinta...apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan

34

Lampiran 9. Data Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Sampel Tablet Vitamin C

Berat tablet : 2025,4 mg

Klaim label : Setiap tablet mengandung 500 mg Vitamin C

No Massa yang ditimbang

(mg) Vol I2 (mL) Kadar (%)

1 416,7 10,5 96,81

2 405,6 10,5 99,46

3 405,4 10,2 96,67

Kadar rata – rata =

Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014