Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI LOKA PEMERIKSAAN PENYAKIT IKAN DAN
LINGKUNGAN SERANG
JALAN RAYA CARITA, DESA UMBUL TANJUNG,
KECAMATAN CINANGKA, ANYER LOR, SERANG, BANTEN
PERIODE 3-21 FEBRUARI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
SHINTA AYU NURFARADILLA, S. Farm.
1306344236
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
ii Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI LOKA PEMERIKSAAN PENYAKIT IKAN DAN
LINGKUNGAN SERANG
JALAN RAYA CARITA, DESA UMBUL TANJUNG,
KECAMATAN CINANGKA, ANYER LOR, SERANG, BANTEN
PERIODE 3-21 FEBRUARI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
SHINTA AYU NURFARADILLA, S. Farm.
1306344236
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
iii Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
iv Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
v Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
vi Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan
Serang. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna
menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia. Pada penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan,
arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia atas dukungannya selama melaksanakan perkuliahan dan PKPA
berlangsung.
2. Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku ketua program profesi apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan arahan dan dukungan
selama melaksanakan perkuliahan dan PKPA berlangsung.
3. drh. Toha Tusihadi, selaku pembimbing PKPA dan Manajer Puncak Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang yang telah membimbing
dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung serta
memberikan kesempatan untuk melaksanakan PKPA.
4. Dr. Harmita, Apt., selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi yang telah
membantu dan memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA
berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini.
5. Seluruh staf Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang yang
telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA.
6. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
7. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa, serta dukungan
moral dan finansial kepada penulis.
8. Seluruh teman-teman mahasiswa Apoteker angkatan 78 yang telah berjuang
bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker Universitas
Indonesia.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
vii Universitas Indonesia
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada
kesalahan-kesalahan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
2014
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
ix Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
x Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Shinta Ayu Nurfaradilla, S. Farm
NPM : 1306344236
Program Studi : Profesi Apoteker
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang Jalan
raya Carita, Desa Umbul Tanjung, Kecamatan Cinangka,
Ayer Lor Serang, Banten Periode 3 – 21 Februari 2014
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang bertujuan untuk mengetahui lingkup pekerjaan Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang terutama yang berkaitan
dengan bidang ilmu seorang apoteker. Tugas khusus yang diberikan berjudul
Validasi Metode Analisis Iodometri dan Iodimetri dari Sediaan Tinktur Iodii,
Povidon Iodin, dan Tablet Vitamin C. Tugas khusus ini bertujuan untuk
memperoleh metode yang valid untuk analisis iodium dalam sediaan tinktur iodii
dan larutan povidon iodin secara iodometri, serta vitamin C dalam sediaan tablet
secara iodimetri.
Kata kunci : LP2IL Serang, Bagian farmasi, Validasi, Iodimetri, Iodometri
Tugas umum : xv + 35 halaman; 1 gambar; 1 tabel; 5 lampiran
Tugas khusus : v + 34 halaman; 3 gambar; 9 lampiran
Daftar Acuan Tugas Umum : 5 (2010-2013)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 16 (1989-2013)
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
xi Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Shinta Ayu Nurfaradilla, S. Farm
NPM : 1306344236
Program Study : Apothecary profession
Title : Report of Apothecary Profession Internship at Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang Carita
Highway, Umbul Tanjung Village, CInangka District,
Anyer Lor Serang, Banten on February 3rd
–21st 2014
Pharmacists Professional Practice in Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang aims to determine the scope of work Loka Pemeriksaan
Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang mainly related to the field of pharmacist.
Given the special assignment entitled Analytical Methods Validation of Tinktur
Iodii, Povidone Iodine, and Vitamin C tablet by Iodometri and Iodimetri. The
purpose of the special assignment is to obtain a valid method for analysis tincture
iodii and povidone iodine solution by iodometric, and vitamin C tablet dosage by
iodimetric.
Keywords : LP2IL Serang, pharmaceutical division, validation,
iodimetric, iodometric
General Assignment : xv + 35 pages; 1 picture; 1 table; 5 appendices
Specific Assignment : v + 34 pages, 2 picture, 9 appendices
Bibliography of General Assignment: 5 (2010-2013)
Bibliography of Specific Assignment: 16 (1989-2013)
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
xii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. ix
ABSTRAK ............................................................................................................... x
ABSTRACT ............................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................... . xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Tujuan ......................................................................................................... 2
2. TINJAUAN UMUM LOKA PEMERIKSAAN PENYAKIT IKAN DAN
LINGKUNGAN SERANG .............................................................................. 3
2.1. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia ........................ 3
2.2. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya .................................................... 5
2.3. Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan ............................................... 6
2.4. Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang ........................ 8
3. TINJAUAN KHUSUS LABORATORIUM FARMAKOLOGI LOKA
PEMERIKSAAN PENYAKIT IKAN DAN LINGUNGAN SERANG ..... 15
3.1. Obat Ikan................................................................................................... 15
3.2. Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang ................................................................................... 20
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 24
4.1. Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang ...................... 24
4.2. Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang .................................................................................. 25
5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 29
5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 29
5.2. Saran ......................................................................................................... 29
DAFTAR ACUAN .............................................................................................. 30
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Mekanisme Pengelolaan Sampel di Laboratorium Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan ................................. 23
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
xiv Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Jenis Sampel ................................................................................... 22
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
xv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan .. 31
Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya .......................................................................................... 32
Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Ikan dan
Lingkungan ..................................................................................... 33
Lampiran 4. Struktur Organisasi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan ...................................................................................... 34
Lampiran 5. Struktur Organisasi dan Personil Laboratorium Uji Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan ................................... 35
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang, merupakan
bagian dari Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berlokasi di
Serang, Banten. Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang
bertugas dalam pelaksanaan pemeriksaan hama, penyakit ikan, lingkungan, serta
penjaminan mutu obat-obat ikan yang akan digunakan dalam pengobatan penyakit
ikan (Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, 2010b).
Sediaan yang termasuk ke dalam obat ikan adalah sediaan farmasetikal
(hormon, antibiotika, antibakteria, kemoterapetika, antiparasit, antijamur,
anthelmintik, anestetika, antiseptik dan desinfektan, anti defisiensi vitamin,
mineral, dan asam amino), sediaan premiks (imbuhan pakan dan pelengkap
pakan), sediaan probiotik, dan sediaan biologik (vaksin dan diagnostik kit)
(Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2012 & Direktorat
Kesehatan Ikan dan Lingkungan, 2013). Pengujian mutu obat ikan yang dilakukan
berupa pengujian kandungan obat ikan yang dibandingkan kesesuaiannya
terhadap klaim etiket dan peraturan mengenai obat ikan yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Proses pengujian obat
ikan, terutama yang berupa sediaan farmasetikal dan premiks memerlukan
apoteker sebagai tenaga ahli karena dokter hewan dan sarjana perikanan tidak
pernah mendapatkan pendidikan mengenai analisa sediaan obat.
Selain dalam hal pengujian mutu obat ikan, pengujian kualitas air serta
residu antibiotika, logam berat, hormon, dan pestisida yang memerlukan
instrumen berupa spektrofotometer, ELISA, spektrometri serapan atom,
kromatografi cair kinerja tinggi tandem spektrometri massa, dan kromatografi gas
tandem spektrometri massa dalam analisisnya membutuhkan tenaga ahli dalam
bidang analisis, seperti apoteker dan sarjana kimia.
Sebagai sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam penjaminan
mutu obat dan analisis, apoteker memiliki peran dan fungsi dalam Loka
Pemeriksaan Penyakit Hewan dan Lingkungan Serang. Oleh karena itu, Fakultas
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
2
Universitas Indonesia
Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Loka Pemeriksaan Penyakit
Ikan dan Lingkungan dalam mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA). Kegiatan PKPA dilaksanakan pada tanggal 3 - 21 Februari 2014 dengan
tujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran profesi apoteker dalam
lingkup Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang, serta
memberikan pengalaman.
1.2 Tujuan
Pelaksanaan PKPA di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan
Serang bertujuan agar mahasiswa calon Apoteker:
a. Mengetahui lingkup pekerjaan Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang terutama yang berkaitan dengan bidang ilmu seorang
apoteker
b. Memberikan wawasan, pengalaman praktis, dan pemahaman bagi calon
apoteker tentang peranan profesi apoteker di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan
dan Lingkungan Serang khususnya di Laboratorium Farmakologi Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
LOKA PEMERIKSAAN PENYAKIT IKAN DAN LINGKUNGAN
SERANG
2.1 Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), merupakan unsur pelaksana
Pemerintah yang dipimpin oleh Menteri dan berada di bawah serta bertanggung
jawab kepada Presiden. KKP mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di
bidang kelautan dan perikanan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara (Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia, 2010a).
Dalam melaksanakan tugas, KKP menyelenggarakan fungsi sebagai
berikut (Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2010a):
a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kelautan dan
perikanan;
b. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
KKP;
c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan KKP;
d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan KKP di
daerah; dan pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
Kementerian Kelautan dan Perikanan terdiri atas:
a. Sekretariat Jenderal;
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan
tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
b. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap;
Ditjen Perikanan Tangkap mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perikanan tangkap.
c. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya;
Ditjen Perikanan Budidaya mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perikanan budidaya.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
4
Universitas Indonesia
d. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan;
Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.
e. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil;
Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil mempunyai tugas merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kelautan, pesisir,
dan pulau-pulau kecil.
f. Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan;
Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan.
g. Inspektorat Jenderal;
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan internal di
lingkungan KKP.
h. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan;
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan mempunyai
tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang kelautan dan
perikanan.
i. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan;
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan
mempunyai tugas melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan di bidang
kelautan dan perikanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
j. Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan;
Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan
mempunyai tugas melaksanakan perkarantinaan ikan serta pengendalian mutu dan
keamanan hasil perikanan.
k. Staf Ahli
Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaah, pertimbangan, dan saran
pemecahan masalah secara konseptual mengenai hal-hal tertentu menurut
keahliannya yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan. Staf Ahli terdiri atas
staf ahli bidang ekonomi, sosial, dan budaya; staf ahli bidang kebijakan publik;
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
5
Universitas Indonesia
staf ahli bidang kemasyarakatan dan hubungan antar lembaga; dan staf ahli bidang
ekologi dan sumber daya laut.
Bagan organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.2 Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (Menteri Perikanan dan
Kelautan, 2010a)
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dipimpin oleh seorang Direktur
Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Ditjen
Perikanan Budidaya mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan
dan standardisasi teknis di bidang perikanan budidaya. Dalam melaksanakan
tugasnya, Ditjen Perikanan Budidaya menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang perikanan budidaya;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang perikanan budidaya;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perikanan
budidaya;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perikanan budidaya; dan
e. pelaksanaan administrasi Ditjen Perikanan Budidaya.
Ditjen Perikanan Budidaya terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pelayanan
teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Ditjen
Perikanan Budidaya.
b. Direktorat Prasarana dan Sarana Budidaya
Direktorat Prasarana dan Sarana Budidaya mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang prasarana dan
sarana budidaya.
c. Direktorat Perbenihan
Direktorat Perbenihan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang perbenihan.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
6
Universitas Indonesia
d. Direktorat Produksi
Direktorat Produksi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang produksi perikanan budidaya.
e. Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan
Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan, norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang kesehatan ikan dan
lingkungan.
f. Direktorat Usaha Budidaya
Direktorat Usaha Budidaya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang usaha
budidaya.
g. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah
tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional
sesuai dengan bidang keahliannya. Masing-masing kelompok jabatan fungsional
dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh
Direktur Jenderal.
Bagan organisasi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dapat dilihat
pada Lampiran 2.
2.3 Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan (Menteri Perikanan dan
Kelautan, 2010a)
Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang kesehatan ikan
dan lingkungan. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Kesehatan Ikan dan
Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
7
Universitas Indonesia
a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan kesehatan ikan dan
lingkungan;
b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan kesehatan ikan dan
lingkungan;
c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan;
d. pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pengelolaan kesehatan ikan dan
lingkungan;
e. pelaksanaan evaluasi di bidang pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan;
dan
f. pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan terdiri atas:
a. Subdirektorat Hama dan Penyakit Ikan
Subdirektorat Hama dan Penyakit Ikan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang hama dan
penyakit ikan.
b. Subdirektorat Perlindungan Lingkungan Budidaya
Subdirektorat Perlindungan Lingkungan Budidaya mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, evaluasi
dan laporan di bidang perlindungan lingkungan budidaya.
c. Subdirektorat Standardisasi Kesehatan Ikan dan Lingkungan;
Subdirektorat Standardisasi Kesehatan Ikan dan Lingkungan mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis, dan evaluasi di bidang standardisasi kesehatan ikan dan lingkungan.
d. Subdirektorat Obat Ikan, Kimia, dan Bahan Biologi
Subdirektorat Obat Ikan, Kimia, dan Bahan Biologi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, evaluasi, dan
laporan di bidang obat ikan, kimia, dan bahan biologi.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
8
Universitas Indonesia
e. Subdirektorat Pengendalian Residu; dan
Subdirektorat Pengendalian Residu mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, evaluasi, dan laporan di
bidang pengendalian residu.
f. Subbagian Tata Usaha.
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, rumah tangga, perlengkapan, surat menyurat, dokumentasi dan
kearsipan direktorat. Subbagian Tata Usaha dalam melaksanakan tugasnya secara
administratif dibina oleh Kepala Subdirektorat Hama dan Penyakit Ikan.
Bagan organisasi Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan dapat dilihat
pada Lampiran 3.
2.4 Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang
Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang didirikan pada
tanggal 11 Februari 2011 di Jalan Raya Carita, Desa Umbul Tanjung, Kecamatan
Cinangka, Anyer Lor, Serang, Banten. Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang merupakan unit pelaksana teknis di bidang pemeriksaan
hama, penyakit ikan, dan lingkungan yang berada di bawah Direktorat Kesehatan
Ikan dan Lingkungan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian
Kelautan dan Perikanan (Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia,
2010b). Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang memiliki enam
buah laboratorium, yaitu laboratorium biologi molekuler, laboratorium patologi
dan parasitologi, laboratorium mikrobiologi, laboratorium residu, laboratorium
farmakologi, dan laboratorium kualitas air.
2.4.1 Visi dan Misi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang
Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang memiliki visi
menjadi laboratorium penguji dan pengawasan penyakit ikan dan lingkungan yang
terpercaya dalam pengembangan perikanan budidaya. Adapun misi dari Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang ialah memberikan pelayanan
sebagai laboratorium acuan dalam melakukan pengujian, pengawasan,
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
9
Universitas Indonesia
pengendalian penyakit ikan dan lingkungan serta bekerjasama dalam
pengembangan metode dan inovasi dalam peningkatan produksi budidaya
kelautan dan perikanan (Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia,
2010b).
2.4.2 Tugas Pokok dan Fungsi
Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang mempunyai
tugas melaksanakan pemeriksaan hama, penyakit ikan dan lingkungannya
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Wilayah kerja Loka Pemeriksaan
Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang meliputi seluruh wilayah Negara Republik
Indonesia.
Dalam melaksanakan tugasnya, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang menyelenggarakan fungsi sebagai berikut (Menteri Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia, 2010b):
a. Penyusunan rencana, program dan anggaran, serta evaluasi dan penyusunan
laporan di bidang pemeriksaan hama, penyakit ikan dan lingkungannya.
b. Penyusunan dan penerapan metode di bidang pemeriksaan hama, penyakit
ikan, dan lingkungannya.
c. Pengujian dan analisis data di bidang pemeriksaan hama, penyakit ikan, dan
lingkungannya.
d. Pelaksanaan pelayanan teknis di bidang kesehatan ikan dan lingkungannya.
e. Pelaksanaan monitoring dan pengawasan (surveillance) mengenai penyebaran
penyakit ikan, zonasi, dan eradikasi hama dan penyakit ikan.
f. Pengolahan data, pengelolaan sistem informasi dan diseminasi informasi
mengenai hama, penyakit ikan, dan lingkungannya.
g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Loka Pemeriksaan Penyakit
Ikan dan Lingkungan Serang.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
10
Universitas Indonesia
3.4.3 Struktur Organisasi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan
Serang (Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2010b).
Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang dipimpin oleh
seorang Kepala Loka. Struktur organisasi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang terdiri dari:
a. Bidang tata usaha
b. Bidang metode pemeriksaan
c. Bidang pelayanan operasional
d. Kelompok jabatan fungsional
Bagan organisasi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan
Serang dapat dilihat pada Lampiran 4.
2.4.3.1 Bidang Tata Usaha
Bidang tata usaha mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana,
program dan anggaran, urusan tata usaha dan rumah tangga, serta evaluasi dan
penyusunan laporan.
2.4.3.2 Subseksi Metode Pemeriksaan
Subseksi metode pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan
dan penerapan metode, pengujian dan analisis data di bidang pemeriksaan hama,
penyakit ikan, dan lingkungannya, serta monitoring dan pengawasan
(surveillance).
2.4.3.3 Subseksi Pelayanan Operasional
Subseksi pelayanan operasional mempunyai tugas melakukan pelayanan
teknis di bidang kesehatan ikan dan lingkungannya, serta pengolahan data,
pengelolaan sistem informasi, dan diseminasi informasi mengenai hama, penyakit
ikan, dan lingkungannya.
2.2.4.4 Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
yang berkaitan dengan pemeriksaan hama, penyakit ikan, dan lingkungannya,
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
11
Universitas Indonesia
serta kegiatan lain yang sesuai dengan tugas masing-masing jabatan fungsional
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri
dari pengendali hama dan penyakit ikan, arsiparis, pranata komputer, statistisi,
pustakawan, dan jabatan fungsional lainnya yang diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Masing-masing kelompok Jabatan Fungsional
dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditetapkan oleh
Kepala Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang.
2.4.4 Kegiatan Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang
Kegiatan yang dilakukan oleh Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang pada tahun 2014 di antaranya :
1. Monitoring dan pengawasan
a. Monitoring dan pengawasan kesehatan ikan dan lingkungan
b. Monitoring dan pengawasan konsistensi mutu obat ikan
2. Diseminasi pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan
a. Diseminasi dan vaksinasi
b. Diseminasi penggunaan obat ikan
3. Pembinaan laboratorium
a. Pelatihan tenaga teknis posikandu
b. Pendampingan laboratorium daerah/posikandu binaan
4. Penambahan ruang lingkup akreditasi
a. Uji mutu obat ikan sediaan farmasetik
b. Uji mutu obat ikan sediaan premiks
5. Layanan jasa laboratorium
a. Pengujian penyakit ikan dan lingungan
b. Layanan uji mutu obat ikan
c. Pengujian residu, kontaminan, dan bahan berbahaya
d. Uji mutu obat ikan dalam rangka registrasi
6. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
a. Pelatihan lanjutan imunologi
b. Pelatihan imunohistokimia
c. Pelatihan lanjutan diagnosa histopatologi
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
12
Universitas Indonesia
d. Pelatihan lanjutan II uji mutu obat ikan sediaan farmasetik dan pemiks
e. Apresiasi ahli patologi ikan
f. Apresiasi ahli mikrobiologi ikan
2.4.5 Laboratorium pada Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan
Serang
Untuk melaksanakan tugasnya, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang memiliki enam buah laboratorium uji yang lima di antaranya
telah terakreditasi oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional), yaitu laboratorium
biologi molekuler, laboratorium patologi dan parasitologi, laboratorium
mikrobiologi, laboratorium residu, laboratorium farmakologi, dan laboratorium
kualitas air (Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan, 2013). Setiap
laboratorium dikepalai oleh seorang penyelia yang membawahi analis dan laboran
serta bertanggung jawab pada manager teknik. Struktur organisasi dan personil
laboratorium uji Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang dapat
dilihat pada Lampiran 5.
2.4.5.1 Laboratorium Biologi Molekuler
Laboratorium biologi molekuler Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang merupakan laboratorium yang bertugas untuk melakukan
pengujian dan pengembangan metode uji secara molekuler, terutama terkait
dengan DNA/RNA agen penyebab penyakit. Laboratorium Biologi Molekuler
Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang melayani pengujian
penyakit virus dan bakteri penyebab penyakit pada ikan dan udang. Ruang
lingkup pengujian penyakit viral yaitu : Viral Nerveus Necrosis Virus (VNN),
Indovirus, Channel Catfish Diseases Virus (CCDV) dan Koi Herpes Virus (KHV)
pada ikan, serta Infectious hypodemal And Heamopoietic Virus (IHHNV), White
Spot Syndrome Virus (WSSV), Taura Syndrome Virus (TSV), Infectious
Myonecrosis Virus (IMNV) pada udang dan beberapa penyakit bakterial.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
13
Universitas Indonesia
2.4.5.2 Laboratorium Patologi dan Parasitologi
Laboratorium patologi merupakan salah satu laboratorium uji pada Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang dengan tugas utama
melakukan layanan jasa pemeriksaan penyakit parasit dan histopatologi serta
melakukan monitoring dan pengawasan. Laboratorium patologi menerima layanan
jasa sebagai berikut:
a. Pemeriksaan patologi anatomi dan bedah bangkai.
b. Pemeriksaan direct microscopy.
c. Diagnosa histopatologi.
d. Pembuatan preparat histopatologi.
e. Identifikasi penyakit parasit.
2.4.5.3 Laboratorium Mikrobiologi
Laboratorium mikrobiologi pada Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang bertugas untuk melakukan monitoring dan pengawasan,
pelayanan diagnosa serta pengembangan metode uji pemeriksaan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri atau jamur. Selain itu laboratorium ini juga melakukan
kajian terhadap tindakan pencegahan dan pengendalian.
Layanan diagnosa di laboratorium mikrobiologi Loka Pemeriksaan
Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang meliputi pemeriksaan dan pengujian
sebagai berikut :
a. ALT (Angka Lempeng Total) bakteri
b. Identifikasi bakteri secara otomatis
c. Identifikasi bakteri secara konvensional
d. Total bakteri vibrio
e. Indentifikasi jamur
f. Uji mutu obat ikan dan sediaan biologik
2.4.5.4 Laboratorium Residu
Laboratorium residu Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan
Serang menyediakan layanan dibidang analisa dan monitoring residu obat, bahan
kimia dan kontaminan pada produk perikanan. Selain itu, laboratorium ini juga
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
14
Universitas Indonesia
melakukan pengembangan metode uji serta validasi uji residu dengan metode
skirining dan konfirmatori.
Tugas Pokok dari laboratorium residu di antaranya:
a. Melakukan pengembangan metode uji dan layanan pengujian kandungan
residu obat, bahan kimia, dan kontaminan pada pembudidayaan ikan sesuai
dengan parameter uji dalam NRCP (national residue control planning).
b. Monitoring residu obat, bahan kimia, dan kontaminan pada pembudidayaan
ikan.
c. Validasi metode analisa residu sesuai substansi yang di uji.
2.4.5.5 Laboratorium Farmakologi
Laboratorium farmakologi merupakan laboratorium termuda di Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang. Laboratorium ini bertugas
untuk melakukan pengujian dan pengawasan mutu obat ikan yang akan
didaftarkan sebelum dapat di pasarkan. Laboratorium ini memberikan pelayanan
dalam pemeriksaan uji umum obat ikan (uji fisik, kevakuman, kelembaban) dan
uji khusus obat ikan (antibakteri, desinfektan/antiseptik), vitamin, serta
pemeriksaan bahan aktif ekstrak obat herbal.
2.4.5.6 Laboratorium Kualitas Air
Laboratorium Kualitas Air Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang merupakan salah satu unit laboratorium yang menyediakan
layanan jasa pengujian, monitoring, diseminasi teknologi dan informasi, serta
melakukan kerja sama dalam bentuk magang, pelatihan, dan penelitian.
Laboratorium kualitas air melayani pengujian nitrat, bahan organik total (TOM),
nitrogen organik, karbon organik tanah, nitrogen total tanah, pH tanah,
kelembaban tanah, logam berat seperti Cu, Mn, Ni, Cd, Pb, dan Mg, derajat
kesamaan (pH), oksigen terlarut (DO), salinitas, temperatur, alkalinitas, ammonia,
fosfat, dan nitrit.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
15 Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
LABORATORIUM FARMAKOLOGI LOKA PEMERIKSAAN
PENYAKIT IKAN DAN LINGKUNGAN SERANG
3.1 Obat Ikan (Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia,
2012)
Obat ikan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati ikan,
membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi
sediaan biologik, farmasetik, premiks, probiotik, dan obat alami. Tujuan
penggunaan obat ikan paling sedikit meliputi:
a) mencegah, mengurangi, dan menghilangkan gejala penyakit ikan,
b) mendiagnosa dan mengobati penyakit ikan,
c) membantu menenangkan dan mematirasakan ikan,
d) meningkatkan reproduksi ikan,
e) mengatasi defisiensi vitamin dan mineral,
f) memperindah warna dan tubuh ikan,
g) mempertahankan dan meningkatkan kualitas air untuk perikanan budidaya,
dan
h) mempertahankan dan meningkatkan mutu hasil perikanan.
Obat ikan menurut jenis sediaannya digolongkan atas biologik, farmasetik,
premiks, probiotik, dan obat alami. Obat ikan dengan jenis sediaan biologik
dihasilkan melalui proses biologi pada hewan atau jaringan hewan untuk
menimbulkan kekebalan, mendiagnosa penyakit, atau mengobati penyakit dengan
proses imunologik, antara lain vaksin, sera (antisera), antigen dan bahan
diagnostika biologik. Obat ikan dengan jenis sediaan farmasetik dihasilkan dari
bahan anorganik maupun organik dan reaksi sintesa kimia yang dipakai
berdasarkan daya kerja farmakologi, antara lain hormon, antibiotika, antibakteria,
kemoterapetika, antiparasit, antijamur, anthelmintik, dan anestetika.
Obat ikan dengan jenis sediaan premiks merupakan obat ikan yang
dijadikan imbuhan pakan atau pelengkap pakan yang pemberiannya dicampurkan
dalam pakan ikan, terdiri dari imbuhan pakan (feed additive) dan pelengkap pakan
(feed supplement). Imbuhan pakan (feed additive) merupakan bahan tambahan
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
16
Universitas Indonesia
untuk pakan yang secara alami tidak mengandung zat gizi atau nutrisi (nutrient)
yang tujuan pemakaiannya antara lain memperindah warna ikan, pengaroma
pakan, dan pengawet pakan. Pelengkap pakan (feed supplement) merupakan suatu
zat yang secara alami sudah terkandung dalam pakan tetapi jumlahnya perlu
ditingkatkan dengan menambahkannya dalam pakan, antara lain asam amino,
vitamin, dan mineral.
Obat ikan dengan jenis sediaan probiotik dihasilkan dari mikroba non
patogenik yang secara alami ada dalam lingkungan di air dan dalam tubuh ikan
yang bekerja dengan proses bioremediasi, biokontrol saluran cerna, dan sebagai
penyaing bakteri patogen, antara lain bakteri Bacillus Subtillis, Lactobacillus,
Nitrosomonas, dan Nitrobacter. Obat ikan dengan jenis sediaan obat alami
merupakan bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan asal tumbuhan, bahan
asal hewan, bahan asal mineral, sediaan galenik, atau campuran dari bahan-bahan
tersebut tanpa penambahan zat kimia berdaya kerja obat dan khasiatnya hanya
berdasarkan data empiris serta belum ada data klinis lengkap, antara lain ekstrak
daun meniran dan ekstrak daun sambiloto.
Obat ikan berdasarkan klasifikasi bahaya yang ditimbulkan dalam
penggunaannya, digolongkan atas:
a. Obat keras, merupakan obat ikan yang apabila penggunaannya tidak sesuai
dengan ketentuan dapat menimbulkan bahaya bagi ikan, lingkungan dan
manusia yang mengkonsumsi ikan tersebut.
b. Obat bebas terbatas, merupakan obat keras untuk ikan yang diberlakukan
sebagai obat bebas untuk jenis ikan tertentu dengan ketentuan disediakan
dengan jumlah, aturan dosis, bentuk sediaan dan cara pemakaian tertentu serta
diberi tanda peringatan khusus.
c. Obat bebas, merupakan obat ikan yang dapat diperoleh dan dipakai secara
bebas tanpa resep dokter hewan dan rekomendasi dari ahli kesehatan ikan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi obat ikan ditetapkan dengan
Keputusan Menteri.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
17
Universitas Indonesia
3.1.1 Pendaftaran Obat Ikan
Obat ikan yang disediakan oleh produsen wajib memiliki Surat Nomor
Pendaftaran Obat Ikan. Kewajiban memiliki Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan
dikecualikan bagi obat ikan yang disediakan oleh instansi/lembaga
pemerintah/swasta atau obat alami yang diolah secara sederhana, tidak
mengandung obat keras, dan digunakan untuk kepentingan sendiri. Untuk
memperoleh Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan, produsen harus mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan:
a) laporan hasil pengujian mutu,
b) laporan hasil pengujian lapang, untuk obat ikan yang memerlukan pengujian
lapang, dan
c) data teknis obat ikan.
Pengujian mutu dilakukan oleh laboratorium dalam negeri yang
terakreditasi sesuai dengan ketentuan pengujian dalam buku Farmakope Obat
Hewan Indonesia, Farmakope Indonesia, farmakope lainnya, dan buku standar
analisis obat lainnya. Pengujian lapang dilakukan oleh instansi yang berkompeten
yang meliputi uji efikasi atau khasiat dan uji keamanan sesuai dengan indikasi
obat ikan dengan mengacu pada pedoman pengujian lapang.
Pengujian lapang dilakukan terhadap obat ikan yang mengandung zat aktif
yang belum pernah ada atau belum ada homolognya di Indonesia dan/atau obat
ikan yang indikasi dan penggunaannya belum dipublikasikan dan belum
dibuktikan dengan referensi ilmiah yang resmi. Instansi yang berkompeten
ditetapkan oleh Direktur Jenderal setelah memenuhi persyaratan teknis, yang
terdiri atas:
a) sarana dan prasarana,
b) sumber daya manusia, dan
c) metode pengujian.
Data teknis obat ikan dituangkan dalam formulir yang terdiri atas:
a) merek dagang dan komposisi obat ikan,
b) proses pembuatan sediaan obat ikan,
c) pemeriksaan obat ikan dan bahan baku yang digunakan,
d) pemeriksaan stabilitas,
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
18
Universitas Indonesia
e) daya farmakologi,
f) publikasi percobaan klinis di lapangan,
g) keterangan tentang wadah, bungkus, tutup, dan
h) keterangan tentang penandaan, berupa tulisan dan gambar yang dicantumkan
pada pembungkus wadah atau etiket dan brosur.
Formulir data teknis obat ikan untuk pemeriksaan stabilitas, tidak berlaku
bagi obat ikan:
a) jenis mineral yang berbentuk serbuk (powder) yang masa kadaluarsanya di
bawah 1 (satu) tahun,
b) desinfektan, dan
c) bahan alami.
Direktur Jenderal melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen dalam
waktu paling lama dua hari kerja sejak menerima permohonan. Berdasarkan hasil
pemeriksaan kelengkapan dokumen, Direktur Jenderal akan meneruskan dokumen
yang dinyatakan lengkap kepada Tim Penilai Obat Ikan untuk dilakukan evaluasi
teknis atau menerbitkan surat penolakan disertai dengan alasan penolakan, apabila
dokumen tidak lengkap.
Tim Penilai Obat Ikan melakukan evaluasi teknis dalam jangka waktu
paling lama tujuh hari kerja. Evaluasi teknis meliputi:
a) verifikasi dan analisis secara ilmiah atas data-data teknis yang tercantum di
dalam dokumen permohonan,
b) verifikasi hasil pengujian mutu dengan data teknis, dan
c) verifikasi hasil pengujian lapang dengan data teknis.
Hasil evaluasi teknis berupa rekomendasi dan disampaikan kepada
Direktur Jenderal. Direktur Jenderal dalam jangka waktu paling lama tiga hari
kerja sejak menerima rekomendasi harus menerbitkan Surat Nomor Pendaftaran
Obat Ikan, bagi obat ikan yang memenuhi persyaratan atau Surat Penolakan
Pendaftaran Obat Ikan, yang disertai dengan alasan penolakan terhadap obat ikan
yang tidak memenuhi persyaratan.
Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan memuat:
a) nomor pendaftaran obat ikan,
b) nama produsen/importir obat ikan,
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
19
Universitas Indonesia
c) alamat lengkap produsen/importir obat ikan,
d) alamat tempat produksi obat ikan,
e) nama produsen obat ikan di luar negeri,
f) nama pemberi lisensi,
g) nama dagang/merek obat ikan,
h) klasifikasi obat ikan,
i) bentuk obat ikan,
j) jenis sediaan obat ikan,
k) komposisi obat ikan,
l) ukuran kemasan, dan
m) masa berlaku Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan.
Terhadap permohonan yang ditolak, maka pemohon harus mengambil
kembali dokumen permohonan dalam jangka waktu paling lama 15 hari kerja.
Apabila dalam jangka waktu 15 hari kerja pemohon tidak mengambil dokumen
permohonan, maka dokumen permohonan menjadi milik Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan berlaku untuk jangka waktu lima
tahun terhitung sejak tanggal diterbitkan. Masa berlaku Surat Nomor Pendaftaran
Obat Ikan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama. Permohonan
perpanjangan Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan dapat dilakukan paling lambat
tiga bulan sebelum tanggal berakhirnya Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan.
Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan dapat dilakukan perubahan apabila
terjadi perubahan data administrasi, yang meliputi:
a) nama produsen/importir,
b) alamat produsen/importir,
c) alamat tempat produksi,
d) nama pemberi lisensi, dan
e) nama dagang/merek obat ikan.
Produsen yang telah memiliki Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan wajib
menjaga konsistensi mutu obat ikan sesuai dengan keterangan yang tercantum
dalam Surat Nomor Pendaftaran Obat Ikan.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
20
Universitas Indonesia
3.2 Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan
Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam layanan jasa
pengujian mutu obat ikan sediaan farmasetik dan premiks serta ekstraksi herbal
dan pengujian terhadap kandungan bahan aktif dalam suatu ekstrak herbal
(fitokimia).
3.2.1. Visi dan Misi Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan
dan Lingkungan Serang
Visi Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang yaitu menjadi laboratorium pengobatan penyakit ikan yang
terpercaya dalam pengembangan budidaya perikanan. Adapun misi Laboratorium
Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang yaitu
memberikan pelayanan prima sebagai laboratorium acuan dalam melakukan
pengobatan penyakit ikan serta kerjasama untuk pengembangan metode dan
inovasi dalam peningkatan produksi budidaya perikanan.
3.2.2. Sumber Daya Manusia (SDM) di Laboratorium Farmakologi Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang
Sumber daya manusia yang bertugas dan bertanggung jawab di
Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan
Serang terdiri dari satu orang penyelia dan satu orang analis.
3.2.3. Kegiatan dan Layanan Jasa Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan
Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang
Dalam menjalankan tugasnya, Laboratorium Farmakologi melakukan
kegiatan:
1. Monitoring Obat Ikan
Kegiatan monitoring obat ikan berupa pengujian mutu obat ikan baik yang
sudah maupun yang akan didaftarkan ke Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
dan pengujian kandungan ekstrak herbal terstandarisasi yang digunakan dalam
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
21
Universitas Indonesia
pengobatan penyakit ikan.
Obat-obat ikan yang diuji mutunya di Laboratorium ini di antaranya
meliputi:
a. Sediaan farmasetik
i. Antiseptik dan desinfektan (Iodin, Benzalkonium Klorida, Glutaraldehida,
Tembaga sulfat) .
ii. Antibiotika (Enrofloksasin, Eritromisin, Oksitetrasiklin, Tetrasiklin).
b. Sediaan Premiks
i. Vitamin tunggal (Vitamin A, C, D3, B1, B2, B3, B5, B6, B12, dan E).
ii. Multivitamin (Campuran vitamin A, D dan E serta Campuran vitamin B1,
B2, B3, B5, B6, B12, dan C).
iii. Mineral (Iodium, Kalium, Kalsium, Tembaga, Magnesium, Mangan,
Selenium, Seng).
Sementara pengujian kandungan bahan aktif herbal yang dapat dilakukan meliputi
pengujian flavonoid, alkaloid, saponin, dan tanin.
Metode yang digunakan dalam pengujian didasarkan pada Standar acuan
metode pengujian yang digunakan, di antaranya Farmakope Obat Hewan
Indonesia (FOHI), United State Pharmacopoeia, Farmakope Indonesia, British
Pharmacopoeia, Farmakope Herbal Indonesia, dan European Pharmacopoeia.
2. Kerekayasaan
Kerekayasaan dalam hal ini berupa pencarian obat-obat baru, umumnya
berasal dari herbal yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat dalam terapi
pengobatan penyakit ikan.
Selain pelayanan pengujian mutu obat ikan, dalam menjalankan tugasnya
laboratorium farmakologi dapat melakukan kerjasama dalam bentuk penelitian,
magang, pelatihan, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pengujian mutu
obat ikan.
3.2.4. Jenis sampel dan Mekanisme Pengelolaan Sampel Laboratorium
Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang
Jenis sampel yang diterima untuk diujikan di Laboratorium Farmakologi
Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang dapat dilihat pada Tabel
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
22
Universitas Indonesia
3.1. Sampel yang diterima kemudian akan di kelola oleh pihak Laboratorium
Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang dengan mekanisme
yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Tabel. 3.1. Jenis Sampel
Jenis Sampel Kondisi Sampel Jumlah Sampel
Obat Ikan Tersegel dan terdapat klaim indikasi
serta dosis.
4 per bets per jenis obat
ikan.
Herbal Daun Segar/sejenisnya yang sudah
dicuci bersih.
Minimal 5 kg.
Serbuk/Simplisia. Minimal 500 g.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
23
Universitas Indonesia
Gambar 3.1 Mekanisme Pengelolaan Sampel Laboratorium Loka Pemeriksaan
Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang.
Pelangan menyerahkan sampel.
Penata usaha lab (PUL)1. Menerima sampel
2. Mengisi FPPS dan buku induk
3. Memverifikasi permintaan pelangan
4. Menghilangkan identitas sampel
5. Memberi nomor/kode lab pada sampel.
Manajer teknik mengisi formulir STP
dan menandatanganinya.
Penyelia melakukan verifikasi
kesesuaian sampel dengan STP dan
menandatanganinya.
Analis1. Menerima STP
2. Melakukan pengujian
3. Mengisi lebar kerja analis
4. Mengisi laporan hasil uji sementara dan
menandatanganinya.
Penyelia melakukan verifikasi
lembar hasil uji sementara dan
menandatanganinya.
Penata usaha lab (pul) mengetik
lembar hasil uji dan melampirkan
lembar hasil uji sementara.
Manajer teknik memverifikasi lembar
hasil uji dan menandatanganinya.
Penata usaha lab (PUL)1. Menyerahkan LHU kepada pelangan
2. Mengarsipkan LHU dan LHUS.
Pelangan menerima lembar hasil uji.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
24 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang
Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang merupakan unit
pelaksana teknis yang berada di bawah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Sub Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan
dan Lingkungan Serang bertugas untuk mendukung program-program
Kementerian Kelautan dan Perikanan, khususnya di bidang Perikanan Budidaya.
Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang saat ini
mempunyai enam laboratorium, yaitu Laboratorium Biologi Molekuler,
Laboratorium Histopathologi, Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Residu,
Laboratorium Kualitas Air, dan Laboratorium Farmakologi. Untuk menjamin
hasil pengujian, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang telah
mengimplementasikan ISO-17025 sehingga hasil pengujian dapat
dipertanggungjawabkan secara teknis dan hukum. Selain itu, Loka Pemeriksaan
Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang mempunyai program peningkatan kualitas
sumber daya manusia melalui pelatihan eksternal dan internal dengan tenaga
pelatih yang kompeten di bidangnya. Laboratorium Loka Pemeriksaan Penyakit
Ikan dan Lingkungan Serang ini juga telah mengikuti program uji profisiensi
bersama-sama laboratorium uji se-Asia-Pasifik di bawah koordinasi ANQAP.
Diharapkan melalui berbagai usaha yang dilakukan, Loka Pemeriksaan Penyakit
Ikan dan Lingkungan Serang lebih mampu berperan baik di kancah nasional
maupun internasional.
Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang juga aktif
berusaha melakukan perekayasaan berupa penelitian dan pembuatan produk yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pada umumnya dan para pihak pembudidaya
ikan pada khususnya. Saat ini Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan
Serang telah mempu memproduksi test kit nitrit dan mengembangkan test kit
logam berat, tes diagnostik untuk identifikasi penyakit ikan akibat infeksi
bakteri/virus, serta obat herbal ikan. Selain pengujian terhadap sampel di
laboratorium, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang juga
melakukan pengawasan dan monitoring terhadap kesehatan ikan dan lingkungan
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
25
Universitas Indonesia
dengan laboratorium keliling dan turut berperan dalam layanan jasa
POSIKANDU (Pos Pelayanan Ikan Terpadu) yang akan tersedia di balai-balai
daerah setempat. Selain itu, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan
juga ikut berperan dalam perumusan Cara Pembuatan Obat Ikan yang Baik
(CPOIB) yang nantinya harus diterapkan bagi para produsen obat ikan jika ingin
produknya dapat didaftarkan.
4.2 Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang
Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang sebelumnya bernama laboratorium fitofarmaka. Di
laboratorium tersebut, dilakukan ekstraksi herbal dan pengujian terhadap
kandungan bahan aktif dalam suatu ekstrak herbal (fitokimia) yang dapat
digunakan dalam pengobatan penyakit ikan. Pada tahun 2013, laboratorium
fitofarmaka diubah namanya menjadi Laboratorium Farmakologi Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang.
Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang berlokasi di lantai pertama bangunan utama Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang. Laboratorium Farmakologi
mempunyai tiga ruangan terpisah, di mana dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya, Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang dilengkapi dengan ruang uji dan peralatan-peralatan yang
memadai. Ruangan yang berada di Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan
Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang meliputi ruang preparasi sampel, ruang
instrumen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), dan ruang pengujian
titrimetri. Peralatan yang dimiliki Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan
Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang dalam mendukung pelaksanaan pengujian,
antara lain Thin Layer Chromatography (TLC), High Performance Liquid
Chromatography (HPLC), soxchlet dan extractor, buret, refluks, UV scanner,
digital evaporator, waterbath, sonikator, desikator, makro dan mikropipet, serta
peralatan gelas. Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang ke depannya juga akan meningkatkan pengadaan instrumen-
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
26
Universitas Indonesia
instrumen yang mendukung analisis pengujian seperti Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT) yang dilengkapi dengan autosampler.
Sumber daya manusia yang bertugas dan bertanggung jawab di
Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan
Serang terdiri dari satu orang penyelia dan satu orang analis. Tugas dan tanggung
jawab penyelia adalah sebagai penanggung jawab Laboratorium Farmakologi
Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang, melakukan penyusunan
dan penerapan metode, pengujian, dan analisis data di bidang pemeriksaan obat
ikan, serta menyusun program kerja, kegiatan, indikator, target, ketersediaan
bahan dan alat, serta anggaran Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan
Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang, sedangkan tugas dan tanggung jawab
analis adalah melakukan analisis dan pengujian obat ikan serta membantu dan
berkoordinasi dengan penyelia di dalam laboratorium. Analis dalam melakukan
tugas dan tanggung jawabnya, bertanggung jawab kepada penyelia.
Sumber daya manusia yang terdapat pada Laboratorium Farmakologi Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang tersebut aktif mengikuti
pelatihan-pelatihan validasi metode analisis serta mengikuti seminar-seminar
mengenai obat ikan dan Cara Pembuatan Obat Ikan yang Baik. Laboratorium
Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang juga
berencana meningkatkan jumlah personil yang memiliki latar belakang apoteker
(farmasi) mengingat latar belakang kedua personil yang telah ada sebelumnya
bukan berasal dari farmasi maupun bidang analisis. Hal tersebut juga berkaitan
dengan akan dijadikannya Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit
Ikan dan Lingkungan Serang sebagai laboratorium rujukan nasional dalam
pengujian mutu obat ikan baik untuk obat yang sudah maupun akan melakukan
registrasi. Pengujian mutu obat ikan sebelumnya dilakukan di Balai Besar
Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, sedangkan kini tugas tersebut
dilimpahkan ke Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang.
Program kerja, kegiatan, indikator, target, dan anggaran pada
Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan
Serang disusun dan diperbarui setiap lima tahun sekali berdasarkan Renstra KKP
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
27
Universitas Indonesia
yang merupakan pedoman bagi setiap unit kerja di lingkungan Kementerian
Kelautan dan Perikanan dalam penyusunan program pembangunan kelautan dan
perikanan.
Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang mempunyai program kerja, tugas dan tanggungjawab dalam
layanan jasa pengujian mutu obat ikan sediaan farmasetik dan premiks,
monitoring obat ikan, ekstraksi herbal dan pengujian terhadap kandungan bahan
aktif dalam suatu ekstrak herbal (fitokimia), serta kerekayasaan. Pada tahun 2014,
kegiatan monitoring obat ikan yang telah beredar di pasaran, menjadi program
kerja utama dari Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang. Monitoring tersebut berupa pengambilan sampel obat ikan di
toko obat ikan, depo obat ikan, serta importir. Monitoring ini pelaksanaannya
akan dimulai di wilayah Banten dan Lampung. Adapun tujuan dari monitoring
tersebut adalah untuk memantau beredarnya obat ikan ilegal serta obat ikan yang
mengandung bahan-bahan yang dilarang penggunaannya pada obat ikan.
Untuk pengujian mutu obat ikan pada Laboratorium Farmakologi Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang belum dilaksanakan. Hal ini
dikarenakan jumlah produsen obat ikan masih terbatas dan masa berlaku izin
pendaftaran obat ikan adalah selama lima tahun, sehingga belum memerlukan
pengujian. Akan tetapi Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit
Ikan dan Lingkungan Serang sedang mempersiapkan diri menjadi laboratorium
pengujian mutu obat ikan rujukan nasional, untuk itu Laboratorium Farmakologi
Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang aktif memvalidasi
metode-metode analisis yang akan digunakan dalam pengujian obat ikan yang
nantinya akan dicantumkan pada Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya.
Metode uji obat ikan yang digunakan adalah metode titrasi titrimetri,
spektrofotometri UV-Vis, Atomic Absorption Spectrometers (AAS), Thin Layer
Chromatography (TLC), dan High Performance Liquid Chromatography
(HPLC). Validasi metode uji yang digunakan dalam pengujian berdasarkan pada
standar acuan metode pengujian yang digunakan berdasarkan pada Farmakope
Obat Hewan Indonesia (FOHI), United State Pharmacopoeia, Farmakope
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
28
Universitas Indonesia
Indonesia, British Pharmacopoeia, Farmakope Obat Herbal Indonesia, dan
European Pharmacopoeia.
Sediaan farmasetik yang dapat diuji di Laboratorium Farmakologi Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang saat ini meliputi antiseptik
dan desinfektan (Iodin, Benzalkonium Klorida, Glutaraldehida, dan Tembaga
sulfat), antibiotika (Enrofloksasin, Eritromisin, Oksitetrasiklin, dan Tetrasiklin).
Sementara sediaan premiks-nya meliputi vitamin tunggal (vitamin A, C, D3, B1,
B2, B3, B5, B6, B12, dan E), multivitamin (campuran vitamin A, D dan E serta
campuran vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B12, dan C), dan mineral (Iodium, Kalium,
Kalsium, Tembaga, Magnesium, Mangan, Selenium, dan Seng). Untuk pengujian
kandungan bahan aktif herbal, di antaranya meliputi pengujian flavonoid,
alkaloid, saponin, dan tanin. Laboratorium Farmakologi juga melayani ekstraksi
herbal dalam rangka pengembangan obat herbal dalam perikanan budidaya
dengan metode soxhletasi dan maserasi.
Dalam hal kerekayasaan Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan
Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang berupaya pencarian obat-obat baru,
umumnya berasal dari herbal yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat dalam
terapi pengobatan penyakit ikan. Selain pelayanan pengujian mutu obat ikan,
dalam menjalankan tugasnya laboratorium farmakologi melakukan kerjasama
dalam bentuk penelitian, magang, pelatihan, dan kegiatan lain yang berhubungan
dengan pengujian mutu obat ikan.
Sebagai laboratorium termuda, Laboratorium Farmakologi Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan masih belum mendapatkan akreditasi
dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan berusaha mendapatkan akreditasi
pada tahun 2015 mendatang. Oleh karena itu, laboratorium ini masih perlu bekerja
keras untuk mendapatkan akreditasi. Akreditasi ini diperlukan karena hal tersebut
merupakan syarat laboratorium yang menjadi tempat pengujian mutu obat ikan.
Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No.04/PERMEN-KP/2012.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
29 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang melaksanakan
tugas serta fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yaitu sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No.28/PERMEN-KP/2010 tentang Organisasi dan tata kerja Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut,
Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang bertugas dalam
pemeriksaan hama, penyakit ikan dan lingkungan, serta pengujian mutu obat
ikan yang digunakan dalam pengobatan penyakit ikan.
5.1.2 Dalam menjalankan tugas pengujian mutu obat ikan serta analisis residu
antibiotik, hormon, pestisida, dan logam berat pada ikan dibutuhkan
apoteker sebagai tenaga ahli dalam bidang farmasetikal dan analisis.
5.2 Saran
5.2.1 Laboratorium Farmakologi sebagai laboratorium yang bergerak dalam
pengujian mutu obat ikan di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang harus meningkatkan kinerjanya salah satunya dengan
cara meningkatkan jumlah instrumen dan bahan-bahan yang dibutuhkan
untuk analisis serta terus mengembangkan metode-metode analisis yang
telah tervalidasi dan peningkatan sumber daya manusia yang terlatih dan
handal.
5.2.2 Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan Serang juga sebaiknya segera berusaha mendapatkan akreditasi
dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) agar laboratorium tersebut dapat
lebih dipercaya pengujiannya oleh masyarakat.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
30 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan. (2013). Obat ikan terdaftar. Jakarta.
Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan. (2013). Profil Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang: LP2IL dalam Bidikan
Lensa. Serang : Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan.
Menteri Kelautan dan Perikanan. (2010). Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan No. PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta: Kementerian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia.
Menteri Kelautan dan Perikanan. (2010). Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan No. PER.28/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Loka
Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Ligkungan. Jakarta: Kementerian Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia.
Menteri Kelautan dan Perikanan. (2012). Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan No. PER.04/MEN/2012 tentang Obat Ikan. Jakarta: Kementerian
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan
31
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
32
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan
33
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
34
Lampiran 4. Struktur Organisasi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan
KEPALA LOKA PEMERIKSAAN
PENYAKIT IKAN DAN LINGKUNGAN
KEPALA URUSAN TATA USAHA
KASUBSEKSI PELAYANAN OPERASIONAL KASUBSEKSI METODE PEMERIKSAAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
TERTENTU
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
Lampiran 4. Struktur Organisasi dan Personil Laboratorium Uji Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan
Manajer Pucak
Deputi Manajer
Puncak 2
Deputi Manajer
Puncak 3
Deputi Manajer
Puncak 1
Manajer Mutu Manajer Teknis
Petugas Pengendali
Sistem Mutu
Penata Usaha
Laboratorium
Supply Center
Penyelia Lab.
Patologi
Penyelia Lab.
Biologi dan
Molekuler
Penyelia Lab.
Mikrobiologi
Penyelia Lab.
Kualitas Air
Penyelia Lab.
Residu
Penyelia Lab.
Farmakologi
Analis Lab. Biologi
dan Molekuler
Laboran Lab.
Patologi
Analis Lab.
Mikrobiologi
Analis Lab.
Kualitas Air
Analis Lab.
Residu
Analis Lab.
Farmakologi
Laboran Lab.
Biologi dan
Molekuler
Laboran Lab.
Mikrobiologi
Analis Lab.
Kualitas Air
Analis Lab.
Patologi
35
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
VALIDASI METODE ANALISIS IODOMETRI DAN
IODIMETRI DARI SEDIAAN TINKTUR IODII, POVIDON
IODIN, DAN TABLET VITAMIN C
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
SHINTA AYU NURFARADILLA, S.Farm
1306344236
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
VALIDASI METODE ANALISIS IODOMETRI DAN
IODIMETRI DARI SEDIAAN TINKTUR IODII, POVIDON
IODIN, DAN TABLET VITAMIN C
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
SHINTA AYU NURFARADILLA, S.Farm
1306344236
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
iii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan .......................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3 2.1 Pengawasan Mutu ......................................................................... 3
2.2 Validasi Metode Analisis ............................................................... 4
2.3 Iodimetri dan Iodometri ................................................................ 7
2.4 Iodium .......................................................................................... 9
2.5 Povidon Iodin ............................................................................... 10
2.6 Vitamin C ..................................................................................... 11
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 13
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 13
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................. 13
3.3 Tahapan Penelitian ....................................................................... 14
BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................... 22
4.1 Validasi Metode Analisis Iodium dalam Sediaan Tinktur Iodii ....... 22
4.2 Validasi Metode Analisis Iodium dalam Sediaan Larutan Povidon
Iodin ............................................................................................. 24
4.3 Validasi Metode Analisis Vitamin C dalam Sediaan Tablet Vitamin
C .................................................................................................. 25
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 27
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 27
5.2 Saran ........................................................................................................ 27
DAFTAR ACUAN ....................................................................................... 28
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
iv Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Rumus Kimia Iodium ................................................................... 9
Gambar 2.2. Struktur Kimia Povidon Iodin ...................................................... 10
Gambar 2.3. Struktur Kimia Vitamin C ............................................................ 11
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
v Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Hasil Perhitungan Normalitas K2Cr2O7 .................................. 30
Lampiran 2. Data Hasil Pembakuan Na2S2O3 terhadap K2Cr2O7 ........................ 30
Lampiran 3. Data Hasil Perhitungan Akurasi dan Presisi Tinktur Iodii ............... 30
Lampiran 4. Data Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Sampel Tinktur Iodii 2% 31
Lampiran 5. Data Hasil Perhitungan Akurasi dan Presisi Povidon Iodin 10% ..... 32
Lampiran 6. Data Hasil Perhitungan Kadar Sampel Larutan Povidon Iodin 10% 32
Lampiran 7. Data Hasil Perhitungan Pembakuan Larutan I2 terhadap As2O3 ...... 33
Lampiran 8. Data Hasil Perhitungan Akurasi dan Presisi Vitamin C .................. 33
Lampiran 9. Data Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Sampel Tablet Vitamin
C .................................................................................................. 34
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat-obat yang akan digunakan dalam pengobatan ikan harus terdaftar dan
telah terjamin memenuhi persyaratan keamanan, efikasi, dan mutu. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah penggunaan obat-obat yang dilarang oleh pemerintah
yang dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan serta
membahayakan kesehatan manusia sebagai pengkonsumsinya (Kementerian
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2012).
Dalam rangka penjaminan mutu obat ikan, perlu dilakukan pengawasan
mutu terhadap obat ikan yang beredar di pasaran. Pengawasan mutu tersebut
berupa pengujian kandungan obat ikan yang dibandingkan kesesuaiannya
terhadap klaim etiket dan peraturan mengenai obat ikan yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Proses pengujian obat
ikan harus dilakukan dengan menggunakan prosedur resmi di mana prosedur
tersebut harus dilakukan validasi terlebih dahulu sebelum digunakan.
Sediaan yang termasuk ke dalam obat ikan adalah sediaan farmasetikal
(hormon, antibiotika, antibakteria, kemoterapetika, antiparasit, antijamur,
anthelmintik, anestetika, antiseptik dan desinfektan, anti defisiensi vitamin,
mineral, dan asam amino), sediaan premiks (imbuhan pakan dan pelengkap
pakan), sediaan probiotik, dan sediaan biologik (vaksin dan diagnostik kit)
(Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2012 & Direktorat
Kesehatan Ikan dan Lingkungan, 2013). Tinktur iodii, povidon iodin, dan vitamin
C merupakan sediaan yang sering digunakan dalam pengobatan ikan, di mana
tinktur iodii dan povidon iodin digunakan sebagai antiseptik, sedangkan vitamin C
digunakan untuk meningkatkan imunitas ikan (Direktorat Kesehatan Ikan dan
Lingkungan, 2013).
Adapun metode yang dapat digunakan untuk menganalisis vitamin C
adalah secara spektrofotometri (Shrivas, Agrawal, & Patel, 2005), kromatografi
penukar ion (Lloyd, 2011), dan titrasi iodimetri (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1995), sedangkan untuk menganalisis kandungan iodium dalam
povidon iodin dan tinktur iodii dapat menggunakan metode titrasi iodometri
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
2
Universitas Indonesia
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Titrasi secara iodometri dan
iodimetri merupakan metode yang sederhana, tetapi dapat memberikan hasil yang
cukup teliti. Oleh sebab itu, pada tugas ini dilakukan validasi metode analisis
iodium dalam tinktur iodii dan povidon iodin secara iodometri, serta vitamin C
dalam sediaan tablet secara iodimetri.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah untuk memperoleh metode yang
valid untuk analisis iodium dalam tinktur iodii dan larutan povidon iodin secara
iodometri, serta vitamin C dalam sediaan tablet secara iodimetri.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian penting dari kegiatan industri dan
kegiatan pemerintah dalam pengawasan/pengendalian sediaan farmasetikal,
kosmetika, dan pangan. Tujuan dari pengawasan mutu adalah untuk
memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu
yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Sistem pengawasan mutu hendaklah
dirancang dengan tepat untuk menjamin bahwa tiap obat mengandung bahan
yang benar dengan mutu dan jumlah yang telah ditetapkan dan dibuat pada
kondisi yang tepat dan mengikuti prosedur standard sehingga obat tersebut
senantiasa memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan untuk identitas, kadar,
kemurnian, mutu, dan keamanannya (Badan Pengawas Obat dan Makanan,
2009; Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Salah satu bagian integral dari suatu sistem mutu adalah pengawasan
mutu, meliputi pengambilan sampel, penanganan sampel, spesifikasi, pengujian,
pelaporan, dan dokumentasi. Dalam pelaksanaan pengujian mutu, sebaiknya
digunakan metode yang sesuai. Metode yang biasa digunakan adalah metode
standard, namun metode non-standard dapat digunakan apabila metode standard
tidak tersedia.
Bagian pengawasan mutu hendaklah melakukan validasi terhadap prosedur
penetapan kadar, kalibrasi instrumen, dan juga memberi bantuan yang
diperlukan atau mengambil bagian dalam pelaksanaan validasi berkala oleh
bagian lain terutama bagian produksi untuk menjamin bahwa setiap produk
yang dihasilkan selalu memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan (Badan
Pengawas Obat dan Makanan, 2012).
Persyaratan umum laboratorium pengujian mutu diantaranya:
1. Fasilitas dan instrumen analitik yang memadai (terkalibrasi dan terjaga
kebersihannya).
2. Personil yang terlatih (qualified and trained personal).
3. Metode/prosedur pengujian yang sudah divalidasi atau diverifikasi tersedia di
laboratorium.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
4
Universitas Indonesia
4. Sistem dokumentasi dan rekaman yang baik.
5. Tersedianya mutu baku atau spesifikasi yang digunakan.
6. Tersedia bahan acuan baku (BPFI, CRM, SRM, USP RS).
2.2 Validasi Metode Analisis
Validasi dimaksudkan untuk menjamin segala proses, sistem, prosedur,
metode yang dilakukan memberikan hasil yang sesuai dengan spesifikasinya
secara konsisten (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Validasi metode
analisis dilakukan berdasarkan percobaan laboratorium terhadap parameter-
parameter analisis tertentu sehingga karakteristik kinerjanya telah memenuhi
syarat untuk diterapkan dalam analisis senyawa yang bersangkutan (Satiadarma,
2004). Parameter-parameter yang dinilai pada metode validasi meliputi
kespesifikan, akurasi, presisi, linearitas, rentang, batas deteksi, dan batas
kuantitasi (International Conference on Harmonisation, 2005).
2.2.1 Kespesifikan
Kespesifikan dari suatu metode analisis adalah kemampuan untuk
mengukur kadar analit secara khusus dengan akurat, di samping komponen lain
yang terdapat dalam matriks sampel (Satiadarma, 2004). International Conference
on Harmonisation (2005) membagi spesifitas ke dalam dua kategori, yaitu uji
identifikasi dan uji kemurnian. Untuk tujuan identifikasi, spesifitas ditunjukkan
dengan kemampuan suatu metode analisis untuk membedakan senyawa-senyawa
yang mempunyai struktur molekul yang hampir sama. Untuk tujuan uji kemurnian
dan tujuan pengukuran kadar, spesifitas ditunjukkan dengan daya pisah dua
senyawa yang berdekatan.
2.2.2 Akurasi
Akurasi adalah kedekatan nilai hasil uji yang diperoleh dengan prosedur
tersebut dari harga yang sebenarnya, seringkali dinyatakan dalam persen
perolehan kembali analit pada penentuan kadar sampel yang mengandung analit
dalam jumlah yang diketahui. Akurasi merupakan ukuran ketepatan prosedur
analisis (Satiadarma, 2004). Untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
5
Universitas Indonesia
dilakukan dengan cara mengurangi galat sistemik seperti menggunakan peralatan
yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan
suhu, dan pelaksanaan yang cermat, taat asas, dan sesuai prosedur (Harmita,
2006).
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan akurasi,
yaitu dengan membandingkan secara langsung dengan standard, dengan metode
simulasi (spike-placebo recovery), dan dengan metode penambahan baku.
Pengukuran akurasi dengan cara membandingkan secara langsung dengan
standard hanya dapat dilakukan jika sampel tidak berada di dalam matriks yang
kompleks (Snyder, Kirkland & Glanjch, 1997).
Sementara untuk sampel yang berada pada matriks yang kompleks, dapat
dilakukan pengukuran akurasi dengan dua cara lainnya. Pada metode simulasi,
sejumlah konstituen aktif yang murni ditambahkan pada blangko formulasi
(sampel yang mengandung seluruh zat yang ada dalam komposisi kecuali zat
aktif), campuran kemudian ditentukan kadarnya, dan hasilnya dibandingkan
dengan hasil yang sebenarnya. Pada metode penambahan baku, sejumlah
konstituen zat aktif murni yang diketahui jumlahnya ditambahkan pada sampel
yang telah diketahui kadarnya, kemudian sampel tersebut ditentukan kadarnya
kembali. Perbedaan antara kedua hasil penentuan kadar tersebut kemudian
dibandingkan dengan hasil yang sebenarnya (Ravichandran, Shalini, Sundram, &
Rajak, 2010).
Untuk mendokumentasikan akurasi, International Conference on
Harmonisation (2005) merekomendasikan pengumpulan data dari 9 kali
penetapan kadar dengan 3 konsentrasi yang berbeda (misal 3 konsentrasi dengan 3
kali replikasi). Data harus dilaporkan sebagai persentase perolehan kembali
dimana suatu metode dinyatakan akurat jika nilai persen uji perolehan kembali
berada pada rentang yang direkomendasikan.
2.2.3 Presisi
Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian di antara
masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali pada
sejumlah cuplikan yang diambil dari suatu sampel secara homogen (Satiadarma,
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
6
Universitas Indonesia
2004). Presisi terdiri dari tiga tingkatan, yaitu keterulangan, presisi antara, dan
ketertiruan. Keterulangan menggambarkan keseksamaan pada kondisi operasi
yang sama pada jangka waktu yang singkat. Keterulangan juga disebut sebagai
presisi intra hari. Presisi antara menggambarkan keseksamaan dalam laboratorium
yang sama dengan hari yang berbeda, analis yang berbeda, alat-alat yang berbeda,
dan lain-lain. Sementara ketertiruan menggambarkan keseksamaan antar
laboratorium dan biasanya diterapkan pada studi kolaboratif untuk
menstandardisasi metodologi (International Conference on Harmonisation, 2005).
Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan
baku relatif (koefisien variasi). Penentuan presisi sebaiknya dilakukan pada
minimal 9 penentuan pada tiga konsentrasi berbeda atau minimal 6 kali penetapan
pada konsentrasi 100% (International Conference on Harmonisation, 2005).
Suatu metode dikatakan presisi jika nilai simpangan baku relatifnya berada pada
rentang tertentu. Rentang toleransi simpangan baku relatif bervariasi tergantung
dari konsentrasinya.
2.2.4 Linearitas dan Rentang
Linearitas adalah kemampuan suatu metode analisis yang memberikan
respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematika yang
baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang
konsentrasi tertentu. Kelinearan dinyatakan sebagai varian disekitar garis regresi
yang dihitung berdasarkan hubungan matematik yang mapan dari hasil uji sampel
yang mengandung analit dari konsentrasi yang bervariasi (Satiadarma, 2004).
Sementara rentang adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang
sudah ditunjukan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan
linearitas yang dapat diterima.
International Conference on Harmonisation (2005) merekomendasikan
minimal digunakan 5 konsentrasi zat uji untuk penentuan linearitas. Sebagai
parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi (r) pada analisis
regresi linier y = a + bx. Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r
= +1 atau -1 bergantung pada arah garis. Sedangkan nilai a menunjukkan
kepekaan analisis terutama instrumen yang digunakan. Adapun syarat kelinearan
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
7
Universitas Indonesia
suatu metode analisis adalah memiliki nilai koefisien korelasi (r) di atas 0,999
(Harmita, 2006).
2.2.5 Batas Deteksi (LOD), Batas Kuantisasi (LOQ), dan Batas Kuantitasi Lebih
Rendah (LLOQ)
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan
blangko, sedangkan batas kuantisasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam
sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2006).
Batas deteksi dinyatakan dalam konsentrasi analit (persen, begian per milyar)
dalam sampel. Hasil penentuan batas deteksi dapat bervariasi tergantung pada
prosedurnya.
2.3 Iodimetri dan Iodometri
Iodium merupakan oksidator yang relatif lemah, dan mengalami reduksi
menjadi bentuk anion iodida. Meskipun demikian iodium masih mampu
mengoksidasi reduktor - reduktor lemah, yaitu yang memiliki potensial oksidasi
lebih rendah. Dengan demikian iodium bereaksi sempurna dengan reduktor kuat
seperti SnCl2, H2SO3, H2S, Na2S2O3 dan lain-lain. Sementara dengan reduktor
lemah misalnya senyawa-senyawa arsen dan antimoni trivalen dan besi (II)
sianida dapat berlangsung sempurna bila larutan netral atau sedikit asam. Dalam
keadaan demikian, oksidasi potensial dari reduktor tersebut menjadi minimal,
sedang kekuatan mereduksinya menjadi maksimal (Harmita, 2006).
I2 + 2e 2I- E
o = + 0,535 volt
Penggunaan metode titrasi dengan iodida-iodium sering dibagi menjadi
dua bagian yaitu (Harmita, 2006):
1. Titrasi yang dilakukan untuk zat-zat dengan potensial oksidasi yang lebih
rendah dari sistem iodium-iodida. Dalam hal ini digunakan larutan baku
iodium. Metode ini dinamakan metode titrasi langsung atau Iodimetri.
2. Titrasi yang dilakukan untuk zat-zat dengan potensial oksidasi yang lebih
besar dari sistem iodium-iodida. Zat ini akan mengoksidasi iodida dan
membebaskan iodium. Iodium yang bebas dititrasi dengan larutan baku
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
8
Universitas Indonesia
natrium tiosulfat. Metode ini dinamakan metode titrasi tidak langsung atau
Iodometri.
Titik akhir titrasi dapat diamati dengan beberapa cara, di antaranya
(Jeffery, Bassett, Mendham, & Denney, 1989):
1. Tanpa indikator.
Larutan iodium dalam ion iodida berwarna kuning coklat sampai kuning
pucat. Dengan demikian, pada larutan yang tidak berwarna, iodium dapat
berfungsi sebagai indikator sendiri (autoindikator).
2. Dengan indikator
a) Larutan kanji
Kanji dapat bereaksi dengan iodium membentuk kompleks berwarna biru
pada konsentrasi yang rendah. Kepekaan warnanya dipengaruhi oleh kenaikan
suhu, adanya pelarut lain, adanya ion iodida dalam konsentrasi tertentu, dan
kondisi pH. Kanji memiliki kelebihan, yaitu harganya murah, tetapi kanji juga
memiliki beberapa kekurangan yaitu tidak larut dalam air dingin, dapat
mengabsorbsi iodium dengan kuat sehingga sebaiknya ditambahkan menjelang
titik akhir titrasi, titik akhirnya kadang-kadang menyimpang pada larutan encer,
dan suspensinya dalam air tidak stabil. Larutan kanji harus selalu dibuat baru
setiap akan digunakan.
b) Natrium amilum glikolat
Prinsip pembentukkan kompleks sama dengan indikator amilum. Indikator
ini mempunyai kelebihan berupa tidak higroskopis, larut dalam air panas dan
stabil, serta tidak mengabsorbsi iodium sehingga dapat ditambahkan kapan saja.
Namun natrium amilum glikolat harganya lebih mahal.
3. Dengan pelarut organik
Pelarut organik yang dapat digunakan sebagai indikator adalah kloroform
dan CCl4. Kelarutan iodium pada pelarut organik lebih besar dari pada dalam air.
Perubahan warna yang dapat diamati berbeda-beda tergantung zatnya, kadang-
kadang dari tidak berwarna sampai menjadi ungu dan sebaliknya.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada proses titrasi yang
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
9
Universitas Indonesia
melibatkan iodium di antaranya (Jeffery, Bassett, Mendham, & Denney, 1989):
1. pH tidak boleh terlalu basa, sebaiknya netral atau sedikit asam, karena pada
pH tinggi iodium akan bereaksi dengan basa dan membentuk ion hipoiodida
yang tidak stabil dan segera membentuk ion iodida dan ion iodat sehingga
reaksi menjadi tidak kuantitatif.
2. Larutan asam dari iodida dapat dioksidasi oleh oksigen dari udara. Oksidasi
ini bertambah besar pada pH yang rendah. Dalam larutan netral, oksidasi ion
iodida oleh oksigen dari udara dapat diabaikan.
3. Sebagian dari iodium dapat menguap sehingga titrasi tidak boleh dilakukan
pada suhu tinggi dan larutan iodium harus dimasukkan dalam bejana yang
bertutup.
4. Titrasi harus dilakukan dengan cepat, untuk menghindari penguapan iodium.
5. Bila digunakan amilum sebagai indikator, maka perlu diperhatikan cara titrasi
sebelum dan sesudah penambahan indikator tersebut. Setelah dilakukan
penambahan amilum, sebaiknya titrasi dilaksanakan dengan lambat. Selain
itu, perlu diperhatikan juga waktu penambahannya. Pada titrasi iodimetri,
amilum harus ditambahan sesaat sebelum titik akhir titrasi tercapai. Hal ini
disebabkan karena amilum akan berikatan kuat sekali dengan iodium,
sehingga bila ditambahkan jauh sebelum titik akhir akan menyebabkan
jumlah iodium yang dititrasi berkurang dari jumlah yang seharusnya dan titik
akhir titrasi tercapai sebelum titik akhir sebenarnya.
2.4 Iodium (Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2009)
Gambar 2.1. Rumus Kimia Iodium
Persyaratan : Iodium mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari
100,5% dari I.
Pemerian : Kristal violet keabuan dan mengkilat
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam alkohol, sukar larut
dalam gliserol, sangat mudah larut dalam larutan iodida pekat.
Iodium menguap secara pelan- pelan pada suhu ruang.
I2
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
10
Universitas Indonesia
2.4.1 Tinktur Iodii (Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2009)
Definisi : mengandung iodium tidak kurang dari 1,8% dan tidak lebih dari
2,2% serta mengandung natrium iodida tidak kurang dari 2,1% dan
tidak lebih dari 2,6%.
Penetapan Kadar:
Pipet 10 mL ke dalam labu 500 mL bersumbat kaca, tambahkan 10 mL air dan
titrasi dengan kalium arsenit 0,1 N LV dengan menambahkan 3 mL kanji LP
sebagai indikator pada saat mendekati titik akhir.
Kesetaraan : 1 mL kalium arsenit 0,1 N setara dengan 12,69 mg I.
2.5 Povidon Iodin (Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2009)
N
CHCH2
O
n
xI.
Gambar 2.2. Struktur Kimia Povidon Iodin
Definisi : Povidon iodin adalah campuran antara povidon dengan iodium.
Persyaratan : Mengandung tidak kurang dari 9,0% dan tidak lebih dari 12,0%
iodium, dihitung dengan standard terhadap zat kering.
Pemerian : Serbuk amorf coklat kekuningan atau coklat kemerahan
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95%).
2.5.1 Povidon Iodium Larutan (Departemen Pertanian Republik Indonesia,
2009)
Definisi : Larutan povidon iodin adalah larutan mengandung air dari
povidon iodin atau interaksi antara iodium dan povidon dalam
pembawa yang sesuai.
Persyaratan : Mengandung iodium tidak kurang dari 0,85% b/v dan tidak lebih
dari 1,20% b/v.
Pemerian : Cairan coklat tua
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
11
Universitas Indonesia
Keasaman : pH 3,0-6,0
Penetapan Kadar :
Ukur seksama sejumlah volume setara dengan lebih kurang 50 mg iodium,
masukkan dalam gelas piala 100 mL, tambahkan air hingga volume total tidak
kurang dari 30 mL. Segera titrasi dengan natrium tiosulfat 0,02 N LV. Tentukan
titik akhir secara potensiometrik menggunakan sistem elektroda platina-kalomel.
Lakukan penetapan blangko.
Kesetaraan : 1 mL natrium tiosulfat 0,02 N setara dengan 2,538 mg I.
2.6 Vitamin C (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995)
O
HO
OH
H
HC OH
CH2OH
O
Gambar 2.3. Struktur Kimia Vitamin C
Persyaratan : Asam askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak
lebih dari 100,5% C6H6O6
Pemerian : Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya
lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil
di udara, dalam larutan cepat teroksidasi.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dan dalam benzena.
2.6.1 Tablet Vitamin C
Persyaratan : Mengandung asam askorbat C6H6O6 tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
12
Universitas Indonesia
Penetapan kadar :
1. Titrasi Iodimetri (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995)
Timbang seksama sampel yang setara dengan lebih kurang 400 mg asam
askorbat, larutkan dalam campuran 100 mL air dan 25 mL asam sulfat 2 N,
tambahkan 3 mL kanji LP. Titrasi segera dengan iodium 0,1 N LV.
Kesetaran : 1 mL iodium 0,1 N setara dengan 8,806 mg C6H6O6.
2. Spektrofotometri UV-Vis (Shrivas, Agrawal, & Patel, 2005)
Larutan uji yang mengandung vitamin C dibuat dengan cara melarutkan
sampel dalam aquades hingga terbentuk larutan jernih kemudian ditambahkan 2
mL larutan tembaga, 2 mL dapar, dan 1 mL larutan neukoproin. Larutan
kemudian diekstraksi dengan 10 mL kloroform selama 2 menit dan diukur dengan
menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 460 nm.
3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Lloyd, 2011).
Vitamin C dianalisis dengan menggunakan metode kromatografi cair kinerja
tinggi penukar ion dengan fase terbalik. Kolom yang digunakan adalah PLRP-S
100Å 5 µm, 250 x 4,6 mm; fase gerak 0,2 M NaHPO4 pH 2,14; laju alir 0,5
ml/menit; dan detektor UV 244 nm.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
13 Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan selama 1 minggu, yaitu pada tanggal 3 Februari - 7
Februari 2014 di Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan
dan Lingkungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Serang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Buret 25 mL; beaker glass 30 mL, 50 mL, 250 mL dan 500 mL; pipet
volume 2 mL dan 5 mL; pipettor; pipet volume; pipet mikro 1 mL dan 5 mL;
botol semprot; Erlenmeyer 100 mL dan 250 mL; Erlenmeyer bertutup kaca 250
mL; labu ukur 1000 mL dan 100 mL.
3.2.2 Bahan
3.2.2.1 Bahan
Sampel tinktur iodii, sampel larutan povidon iodin, tablet Vitamin C,
Na2S2O3 0,1 N dan 0,02 N, I2 0,1 N, KI, NaCl, indikator metil merah, amilum,
NaOH 1 N, HCl 10%, H2SO4 10%, aquades.
3.2.2.2 Baku Pembanding
Iodium (Merck), povidon iodin, K2Cr2O7 (Merck), Asam askorbat (BPFI),
As2O3 (BPFI).
3.2.2.3 Larutan Baku dan Indikator
1. Larutan Baku Na2S2O3 (BM 248,18) 0,1 N
a) Ditimbang dengan seksama lebih kurang 25 gram Na2S2O3.5H2O,
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL.
b) Ke dalam labu tersebut ditambahkan 200 mg Na2CO3.
c) Zat-zat tersebut setelah itu dilarutkan dalam 100 mL air dan dicampur
hingga larut.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
14
Universitas Indonesia
d) Ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga batas, lalu dikocok hingga
homogen.
2. Larutan Baku K2Cr2O7 (BM 294) 0,1 N
a) Ditimbang dengan seksama 4,9 gram K2Cr2O7, kemudian dimasukkan ke
dalam labu ukur 1000 mL.
b) Zat tersebut setelah itu dilarutkan dalam 100 mL air dan dicampur hingga
larut.
c) Ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga batas dan dikocok hingga
homogen.
d) Dilakukan perhitungan normalitas dari K2Cr2O7.
3. Larutan Baku I2 0,1 N
a) Ditimbang dengan seksama kurang lebih 36 gram KI, kemudian dilarutkan
dalam 100 mL air di beaker glass.
b) Ke dalam larutan tersebut ditambahkan 14 gram Iodium, lalu dilarutkan
dengan bantuan stirrer.
c) Larutan kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL dan
ditambahkan 3 tetes HCl pekat.
d) Air ditambahkan hingga batas dan dikocok hingga homogen.
4. Larutan Kanji LP
a) Ditimbang dengan seksama 500 mg amilum/pati.
b) Kemudian dibuat suspensi dengan 100 mL air, dan dipanaskan hingga
jernih.
*larutan harus dibuat baru setiap akan digunakan
3.3 Tahapan Penelitian
3.3.1 Validasi Metode Analisis Iodium dalam Sediaan Tinktur Iodii
3.3.1.1 Pembakuan Larutan Baku Na2S2O3 0,1 N
a) Dipipet 20 mL larutan K2Cr2O7 0,1 N, kemudian dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer bertutup kaca.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
15
Universitas Indonesia
b) Ke dalam Erlenmeyer ditambahkan 0,3 gram KI, dan 6 mL HCl pekat,
kemudian Erlenmeyer segera ditutup.
c) Setelah itu, dilakukan titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga terjadi
perubahan warna dari coklat menjadi kuning pucat.
d) Saat larutan berwarna kuning pucat, dilakukan penambahan 1 mL larutan
kanji. Titrasi dilanjutkan hingga tidak berwarna.
e) Volume Na2S2O3 yang digunakan dicatat.
f) Dihitung normalitas larutan Na2S2O3.
3.3.1.2 Pembuatan Larutan Induk Iodium 2%
a) Ditimbang 20 gram Iodium dan 24 gram KI,
b) Kemudian ditambahkan 500 mL etanol dan dicukupkan dengan air hingga
1000 mL.
3.3.1.3 Akurasi dan Presisi
1. Penetapan kadar iodium 100% (terhadap larutan induk)
a) Larutan induk iodium dipipet sebanyak 4 mL, kemudian ditambahkan 20
mL air.
b) Setelah itu, dilakukan titrasi menggunakan Na2S2O3 0,1 N dengan 1 mL
larutan kanji sebagai indikator.
2. Penetapan kadar iodium 110% (terhadap larutan induk)
a) Larutan induk iodium dipipet sebanyak 4,4 mL, kemudian ditambahkan 20
mL air.
b) Setelah itu, dilakukan titrasi menggunakan Na2S2O3 0,1 N dengan1 mL
larutan kanji sebagai indikator.
3. Penetapan kadar iodium 120% (terhadap larutan induk)
a) Larutan induk iodium dipipet sebanyak 4,8 mL, kemudian ditambahkan 20
mL air.
b) Setelah itu, dilakukan titrasi menggunakan Na2S2O3 0,1 N dengan1 mL
larutan kanji sebagai indikator.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
16
Universitas Indonesia
4. Penetapan kadar iodium 90% (terhadap larutan induk)
a) Larutan induk iodium dipipet sebanyak 3,6 mL, kemudian ditambahkan 20
mL air.
b) Setelah itu, dilakukan titrasi menggunakan Na2S2O3 0,1 N dengan 1 mL
larutan kanji sebagai indikator.
5. Penetapan kadar iodium 80% (terhadap larutan induk)
a) Larutan induk iodium dipipet sebanyak 3,2 mL, kemudian ditambahkan 20
mL air.
b) Setelah itu, dilakukan titrasi menggunakan Na2S2O3 0,1 N dengan 1 mL
larutan kanji sebagai indikator.
6. Percobaan masing-masing dilakukan tiga kali.
7. Dilakukan perhitungan presisi untuk setiap konsentrasi dan akurasi terhadap
seluruh konsentrasi.
3.3.1.4 Penetapan Kadar Sampel Tinktur Iodii 2%
a) Larutan induk iodium dipipet sebanyak 4 mL, kemudian ditambahkan 20
mL air.
b) Setelah itu, dilakukan titrasi menggunakan Na2S2O3 0,1 N dengan 1 mL
larutan kanji sebagai indikator.
c) Percobaan masing-masing dilakukan tiga kali dan dihitung kadarnya.
3.3.1.5 Interpretasi Hasil:
a) Sediaan mengandung iodium antara 1,8% b/v sampai 2,2% b/v.
b) Kriteria keberterimaan : % Rekoveri 95 - 105%, % KV ≤ ± 5%.
3.3.2 Validasi Metode Analisis Iodium dalam Sediaan Larutan Povidon Iodin
3.3.2.1 Pembakuan Larutan Baku Na2S2O3 0,1 N
a) Dipipet 20 mL larutan K2Cr2O7 0,1 N, kemudian dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer bertutup kaca.
b) Ke dalam Erlenmeyer ditambahkan 0,3 gram KI, dan 6 mL HCl pekat,
kemudian Erlenmeyer segera ditutup.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
17
Universitas Indonesia
c) Setelah itu, dilakukan titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga terjadi
perubahan warna dari coklat menjadi kuning pucat.
d) Saat larutan berwarna kuning pucat, dilakukan penambahan 1 mL larutan
kanji. Titrasi dilanjutkan hingga tidak berwarna.
e) Volume Na2S2O3 yang digunakan dicatat.
f) Dihitung normalitas larutan Na2S2O3.
3.3.2.2 Akurasi dan Presisi
1. Penetapan kadar povidon iodin 100%
a) Ditimbang seksama lebih kurang 500 mg zat, kemudian dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer bertutup kaca dan ditambahkan 200 mL air.
b) Erlenmeyer ditutup dan diaduk dengan pengaduk mekanik pada suhu
kamar selama tidak lebih dari 1 jam untuk melarutkan.
c) Setelah itu, larutan tersebut dipipet 5 mL, dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer bertutup kaca, dan ditambahkan 20 mL air.
d) Larutan kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N LV hingga kuning
pucat, dan ditambahkan 1 mL kanji LP hingga warna biru hilang.
2. Penetapan kadar povidon iodin 110%
a) Ditimbang seksama lebih kurang 550 mg zat, kemudian dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer bertutup kaca dan ditambahkan 200 mL air.
b) Erlenmeyer ditutup dan diaduk dengan pengaduk mekanik pada suhu
kamar selama tidak lebih dari 1 jam untuk melarutkan.
c) Setelah itu, larutan tersebut dipipet sebanyak 5 mL, dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer bertutup kaca, dan ditambahkan 20 mL air.
d) Larutan kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N LV hingga kuning
pucat, dan ditambahkan 1 mL kanji LP hingga warna biru hilang.
3. Penetapan kadar povidon iodin 120%
a) Ditimbang seksama lebih kurang 600 mg zat, kemudian dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer bertutup kaca dan ditambahkan 200 mL air.
b) Erlenmeyer ditutup dan diaduk dengan pengaduk mekanik pada suhu
kamar selama tidak lebih dari 1 jam untuk melarutkan.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
18
Universitas Indonesia
c) Setelah itu, larutan tersebut dipipet sebanyak 5 mL, dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer bertutup kaca, dan ditambahkan 20 mL air.
d) Larutan kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N LV hingga kuning
pucat, dan ditambahkan 1 mL kanji LP hingga warna biru hilang.
4. Penetapan kadar povidon iodin 90%
a) Ditimbang seksama lebih kurang 450 mg zat, kemudian dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer bertutup kaca dan ditambahkan 20 mL air.
b) Erlenmeyer ditutup dan diaduk dengan pengaduk mekanik pada suhu
kamar selama tidak lebih dari 1 jam untuk melarutkan.
c) Setelah itu, larutan tersebut dipipet sebanyak 5 mL, dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer bertutup kaca, dan ditambahkan 20 mL air.
d) Larutan kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N LV hingga kuning
pucat, dan ditambahkan 1 mL kanji LP hingga warna biru hilang.
5. Penetapan kadar povidon iodin 80%
a) Ditimbang seksama lebih kurang 400 mg zat, kemudian dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer bertutup kaca dan ditambahkan 20 mL air.
b) Erlenmeyer ditutup dan diaduk dengan pengaduk mekanik pada suhu
kamar selama tidak lebih dari 1 jam untuk melarutkan.
c) Setelah itu, larutan tersebut dipipet sebanyak 5 mL, dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer bertutup kaca, dan ditambahkan 20 mL air.
d) Larutan kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N LV hingga kuning
pucat, dan ditambahkan 1 mL kanji LP hingga warna biru hilang.
6. Percobaan dilakukan masing-masing tiga kali, kemudian dihitung akurasi dan
presisinya.
3.3.2.3 Penetapan Kadar Sampel
a) Dipipet 2 mL sampel menggunakan pipet volume, kemudian dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer bertutup kaca.
b) Ke dalam Erlenmeyer ditambahkan 20 mL air.
c) Setelah itu. dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N LV hingga kuning pucat, dan
ditambahkan 1 mL kanji LP hingga warna biru hilang.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
19
Universitas Indonesia
d) Percobaan dilakukan masing-masing tiga kali, kemudian dihitung
kadarnya.
3.3.2.4 Interpretasi Hasil:
a) Sediaan mengandung iodium antara 0,85% b/v sampai 1,2% b/v
b) Kriteria keberterimaan : % Rekoveri: 90 - 110%, % KV: ≤ ± 5%
3.3.3 Validasi Metode Analisis Vitamin C dalam Sediaan Tablet Vitamin C
3.3.3.1 Pembakuan Larutan I2 0,1 N terhadap As2O3 (BM 198)
a) Ditimbang dengan seksama kurang lebih 100 mg As2O3, kemudian
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
b) Zat dilarutkan dengan penambahan 30 mL NaOH 1 N.
c) Ke dalam larutan ditambahkan 3 tetes indikator metil merah.
d) Larutan kemudian dinetralkan dengan HCl 10% hingga larutan berwarna
jingga.
e) Setelah itu, ditambahkan 2 gram NaHCO3 dan 1 mL indikator kanji LP
f) Larutan dititrasi dengan larutan I2 hingga terjadi perubahan warna dari
kuning pucat menjadi berwarna biru
g) Volume yang diperlukan dicatat dan dihitung normalitas I2 terhadap
As2O3.
3.3.3.2 Akurasi dan Presisi
1. Penetapan kadar vitamin C 100%
a) Ditimbang dengan seksama lebih kurang standard vitamin C 100 mg,
kemudian ditambahkan 900 mg NaCl.
b) Ke dalam campuran, ditambahkan 80 mL aquabidest, 10 mL asam sulfat
10% (v/v) dan 1 mL larutan kanji sebagai indikator.
c) Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N hingga terbentuk warna biru.
2. Penetapan kadar vitamin C 110%
a) Ditimbang dengan seksama lebih kurang standard vitamin C 110 mg,
kemudian ditambahkan 890 mg NaCl.
b) Ke dalam campuran, ditambahkan 80 mL aquabidest, 10 mL asam sulfat
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
20
Universitas Indonesia
10% (v/v), dan 1 mL larutan kanji sebagai indikator.
c) Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N hingga terbentuk warna biru.
3. Penetapan kadar vitamin C 120%
a) Ditimbang dengan seksama lebih kurang standard vitamin C 120 mg,
kemudian ditambahkan 880 mg NaCl.
b) Ke dalam campuran, ditambahkan 80 mL aquabidest, 10 mL asam sulfat
10% (v/v), dan 1 mL larutan kanji sebagai indikator.
c) Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N hingga terbentuk warna biru.
4. Penetapan kadar vitamin C 90%
a) Ditimbang dengan seksama lebih kurang standard vitamin C 90 mg,
kemudian ditambahkan 910 mg NaCl.
b) Ke dalam campuran, ditambahkan 80 mL aquabidest, 10 mL asam sulfat
10% (v/v), dan 1 mL larutan kanji sebagai indikator.
c) Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N hingga terbentuk warna biru.
5. Penetapan kadar vitamin C 80%
a) Ditimbang dengan seksama lebih kurang standard vitamin C 80 mg,
kemudian ditambahkan 920 mg NaCl.
b) Ke dalam campuran ditambahkan 80 mL aquabidest, 10 mL asam sulfat
10% (v/v), dan 1 mL larutan kanji sebagai indikator.
c) Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N hingga terbentuk warna biru.
6. Percobaan dilakukan masing-masing tiga kali, kemudian dihitung akurasi dan
presisi.
3.3.3.3 Penetapan Kadar Sampel
a) Ditimbang dengan seksama lebih kurang sampel yang setara dengan 100 mg
vitamin C.
b) Ke dalam sampel, ditambahkan 80 mL aquabidest, 10 mL asam sulfat 10%
(v/v), dan 1 mL larutan kanji sebagai indikator.
c) Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N hingga terbentuk warna biru.
Setiap ml 0,1N iodium (I2) setara 8,81 mg C6H8O6 (asam askorbat).
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
21
Universitas Indonesia
3.3.3.4 Interpretasi Hasil
a) Sediaan mengandung tidak kurang dari 80% klaim komposisi yang tertera
pada etiket.
b) Kriteria keberterimaan : % Rekoveri: 95 - 105%, % KV: ≤ ± 5%.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
22 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini, penulis mendapatkan
tugas dari Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL) Serang
bagian laboratorium farmakologi untuk melakukan validasi metode analisis
terhadap iodium dalam t inktur iodii dan larutan povidon iodin, serta
vitamin C dalam tablet. Produk ini merupakan produk yang sering digunakan
dalam pengobatan penyakit ikan, di mana tinktur iodii dan larutan povidon iodin
digunakan sebagai antiseptik sedangkan vitamin C digunakan sebagai peningkat
imunitas.
Metode yang akan divalidasi adalah berupa titrasi secara iodometri dan
iodimetri. Metode ini dipilih karena sederhana. Selain itu, sampel yang akan
dianalisis merupakan zat tunggal dan kadarnya cukup besar dalam sediaan
sehingga metode titrasi sudah cukup dapat menganalisis zat aktif dalam sampel
dengan teliti.
Untuk mengetahui titik akhir dari titrasi, digunakan larutan kanji LP
sebagai indikator. Larutan kanji yang berasal dari amilum tersebut akan berikatan
dengan iodium sehingga membentuk kompleks yang berwarna biru ungu.
4.1 Validasi Metode Analisis Iodium dalam Sediaan Tinktur Iodii
Metode yang divalidasi untuk menganalisis iodium dalam sediaan tinktur
iodii adalah metode titasi iodometri, di mana pada titrasi ini akan dihasilkan
iodium, dan iodium yang berlebih akan dititrasi oleh natrium tiosulfat. Pada
proses ini, amilum ditambahkan pada saat mendekati titik akhir titrasi, yakni
ketika larutan berwarna kuning pucat. Hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya pengikatan yang terlalu kuat iodium oleh amilum dalam bentuk
kompleks sehingga iodium tidak dapat bereaksi dengan natrium tiosulfat dan
titrasi pun menjadi tidak akurat.
4.1.1 Pembakuan Larutan Na2S2O3 0,1 N dengan Menggunakan K2Cr2O7 0,1 N
Larutan Na2S2O3 merupakan larutan baku sekunder sehingga harus
distandardisasi terlebih dahulu dengan baku primer sebelum digunakan untuk
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
23
Universitas Indonesia
analisis. Baku primer yang digunakan adalah larutan K2Cr2O7. Dari hasil
pembakuan, didapatkan normalitas Na2S2O3 adalah sebesar 0,1046 N. Data
pembuatan larutan baku primer K2Cr2O7 dan pembakuan Na2S2O3 dapat di lihat
pada Lampiran 1 dan 2.
4.1.2 Akurasi dan Presisi
Pada proses validasi metode analisis yang berupa titrasi, parameter yang
diuji adalah akurasi dan presisi. Akurasi menunjukkan kedekatan hasil pengujian
dengan nilai yang sebenarnya, sedangkan presisi menunjukkan ketepatan hasil
pengujian dari beberapa kali pengujian. Akurasi ditunjukkan dengan nilai
%Rekoveri, sedangkan presisi ditunjukkan dengan nilai % KV (koefisien variasi).
Proses pengujian akurasi dan presisi pada metode ini dilakukan
menggunakan lima titik konsentrasi pada rentang 80% - 120%. Sebelum
dilakukan pengujian, dibuat terlebih dahulu larutan induk iodium 2% yang
kondisinya dibuat mirip seperti sampel. Hal tersebut dilakukan agar kondisi
analisis pada saat menggunakan standard maupun sampel tidak jauh berbeda
sehingga variabel yang dapat mempengaruhi hasil analisis dikurangi.
Dari larutan induk, dilakukan pemipetan yang mewakili konsentrasi
iodium yang akan diuji akurasi dan presisinya. Kemudian masing-masing
konsentrasi dibuat triplo, dititrasi, dan dihitung % Rekoveri dan % KV-nya untuk
melihat akurasi dan presisi metode. Hasil analisis menunjukkan bahwa metode
iodometri yang digunakan memiliki % Rekoveri sebesar 101,69% - 103,72% dan
% KV sebesar 0,43% - 2,35%. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan
bahwa metode tersebut memenuhi parameter akurasi dan presisi karena memiliki
% Rekoveri dalam rentang 95% - 105% dan % KV ≤ ± 5%. Data pengujian
akurasi dan presisi dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.1.3 Penetapan Kadar Iodium Dalam Sampel Tinktur Iodii 2%
Proses penetapan kadar iodium dalam sampel tinktur iodii 2% tidak
berbeda dengan saat proses percobaan akurasi dan presisi. Dari tiga kali
percobaan penetapan kadar, diketahui bahwa sampel yang diuji mengandung
iodium sebesar 2,10% sehingga memenuhi persyaratan Farmakope Obat Hewan
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
24
Universitas Indonesia
Indonesia, yaitu sediaan mengandung iodium tidak kurang dari 1,80% dan tidak
lebih dari 2,20%. Data perhitungan penetapan kadar iodium dalam sampel dapat
dilihat pada Lampiran 4.
4.2 Validasi Metode Analisis Iodium dalam Sediaan Larutan Povidon
Iodin
Sediaan povidon iodin kini lebih sering beredar sebagai antiseptik di
masyarakat dibandingkan sediaan tinktur iodii. Hal ini disebabkan karena
kestabilannya yang lebih tinggi karena iodium telah diikat dalam kompleks
povidon sehingga risiko hilangnya iodium berkurang. Metode yang divalidasi
untuk menganalisis iodium dalam sediaan povidon iodin sama seperti saat dalam
sediaan tintur iodii, yaitu titrasi iodometri.
4.2.1 Pembakuan Larutan Na2S2O3 dengan Menggunakan K2Cr2O7 0,1 N
Larutan Na2S2O3 yang digunakan adalah yang berkonsentrasi 0,02 N.
Proses pembakuannya sama dengan saat membakukan larutan Na2S2O3 0,1 N
pada saat validasi metode analisis iodium dalam sediaan tinktur iodii. Pada proses
pembakuan didapatkan nilai normalitas Na2S2O3 sebesar 0,0209 N. Data hasil
perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.2.2 Akurasi dan Presisi
Proses pengujian akurasi dan presisi pada metode ini juga dilakukan
menggunakan lima titik konsentrasi pada rentang 80% - 120%. Untuk setiap
konsentrasi pengujian ditimbang povidon iodin berbeda-beda sesuai dengan
konsentrasi akhir larutan yang akan dibuat. Dari setiap larutan, dilakukan
pemipetan sebanyak 5 mL untuk kemudian dilanjutkan dengan titrasi. Masing-
masing konsentrasi dibuat triplo, dan dihitung % Rekoveri dan % KV-nya untuk
melihat akurasi dan presisi metode. Hasil analisis menujukkan bahwa metode
iodometri yang digunakan memiliki % Rekoveri 97,89% - 104,86% dan % KV
sebesar 1,02% - 2,73%. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa metode
tersebut memenuhi parameter akurasi dan presisi karena memiliki % Rekoveri
dalam rentang 90% - 110% dan % KV ≤ ± 5%. Data pengujian akurasi dan presisi
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
25
Universitas Indonesia
dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.2.3 Penetapan Kadar Iodium dalam Sampel Larutan Povidon Iodin 10%.
Proses penetapan kadar iodium dalam sampel larutan povidon iodin 10%
tidak berbeda dengan saat proses percobaan akurasi dan presisi. Dari tiga kali
percobaan penetapan kadar, diketahui bahwa sampel yang diuji memiliki kadar
rata-rata sebesar 0,99% sehingga memenuhi persyaratan Farmakope Obat Hewan
Indonesia, yaitu sediaan mengandung iodium tidak kurang dari 0,85% dan tidak
lebih dari 1,2%. Data perhitungan penetapan kadar iodium dalam sampel dapat
dilihat pada Lampiran 6.
4.3 Validasi Metode Analisis Vitamin C dalam Sediaan Tablet Vitamin C
Vitamin C merupakan vitamin yang sering diberikan pada ikan untuk
meningkatkan imunitas. Vitamin ini bersifat mudah teroksidasi sehingga untuk
menganalisisnya dapat menggunakan titrasi secara iodimetri. Pada titrasi ini,
vitamin C akan dititrasi secara langsung dengan larutan baku Iodium dan amilum
sebagai indikator dapat ditambahkan sejak awal sebelum titrasi sehingga akan
menyebabkan timbulnya warna biru ungu pada titik akhir titrasi akibat adanya
sedikit kelebihan iodium.
4.3.1 Pembakuan Larutan I2 0,1 N dengan Menggunakan As2O3
Larutan Iodium bersifat tidak stabil sehingga hanya dapat bertindak
sebagai baku sekunder dan sebelum digunakan untuk analisis harus dibakukan
dulu dengan baku primer. Baku primer yang digunakan di sini adalah As2O3.
As2O3 bersifat tidak mudah larut air sehingga untuk melarutkannya
ditambahkan basa terlebih dahulu. Namun titrasi iodimetri berjalan lebih baik jika
dilakukan dalam suasana netral atau sedikit asam. Oleh karena itu dilakukan
penetralan dengan menggunakan HCl dengan metil merah sebagai indikatornya.
Agar pH tepat pada kisaran netral, maka ditambahkan natrium bikarbonat sebelum
dilakukan titrasi. Dari hasil pembakuan, didapatkan normalitas larutan I2 sebesar
0,1070 N. Data hasil pembakuan larutan I2 dapat dilihat pada Lampiran 7.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
26
Universitas Indonesia
4.3.2 Akurasi dan Presisi
Proses pengujian akurasi dan presisi pada metode ini dilakukan
menggunakan lima titik konsentrasi pada rentang 80% - 120%. Metode akurasi
yang digunakan adalah dengan cara simulasi. Pada metode tersebut, ditambahkan
pengisi seperti yang terdapat pada tablet. Namun karena adanya keterbatasan
bahan yang tersedia di Laboratorium Farmakologi, maka NaCl digunakan sebagai
pengisi.
Setelah dilakukan penimbangan vitamin C dengan pengisinya dalam
berbagai konsentrasi yang menghasilkan konsentrasi akhir 80% - 120%, vitamin
C siap dititrasi. Titrasi dilakukan secara triplo dan kemudian dihitung % Rekoveri
dan % KV-nya untuk melihat akurasi dan presisi metode. Dari hasil analisis
didapatkan % Rekoveri dan % KV berturut-turut sebesar 98,97% - 104,27% dan
0,66% - 4,41%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode tersebut memenuhi
parameter akurasi dan presisi karena memiliki % Rekoveri dalam rentang 95% -
105% dan % KV ≤ ± 5%. Data pengujian akurasi dan presisi dapat dilihat pada
Lampiran 8.
4.3.3 Penetapan Kadar Vitamin C dalam Sampel Tablet Vitamin C
Pada proses penetapan kadar vitamin C, titrasi dilakukan pada tablet yang
telah diserbukkan dan ditimbang setara dengan 100 mg vitamin C. Langkah-
langkah analisisnya sama dengan saat penentuan akurasi dan presisi. Dari tiga kali
percobaan penetapan kadar, diketahui bahwa sampel yang diuji memiliki kadar
rata-rata sebesar 97,65% sehingga memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia,
yaitu sediaan mengandung asam askorbat tidak kurang dari 90% dan tidak lebih
dari 110%. Data perhitungan penetapan kadar vitamin C dalam sampel dapat
dilihat pada Lampiran 9.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
27 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa penetapan kadar iodium
yang terkandung dalam tinktur iodii dan larutan povidon iodin dapat dilakukan
secara iodometri, sementara penetapan kadar vitamin C yang terdapat pada tablet
dapat dilakukan secara iodimetri. Hasil validasi menunjukkan bahwa metode
analisis yang digunakan sudah memenuhi kriteria akurasi dan presisi.
5.2 Saran
Laboratorium Farmakologi Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan
Lingkungan perlu meningkatkan kertersediaan bahan yang diperlukan dalam
analisis.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
28 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
BPOM. (2012). Pedoman cara pembuatan obat yang baik. Jakarta: Badan
POM
BPOM. (2009). Petunjuk operasional penerapan cara pembuatan obat yang baik.
Jakarta: Badan POM
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi
IV. Jakarta.
Departemen Pertanian Republik Indonesia. (2009). Farmakope Obat Hewan
Indonesia Edisi II Jilid 4. Jakarta.
Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan. (2013). Obat ikan terdaftar. Jakarta.
Gandjar, I. G., & Rohman, A. (2007). Kimia farmasi analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Harmita. (2006). Buku ajar analisis fisikokimia. Depok: Departemen Farmasi
FMIPA Universitas Indonesia.
Harmita. (2006). Analisis bahan baku dan sediaan farmasi. Depok: Departemen
Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
International Conference on Harmonisation. (2005). ICH Harmonised Tripartite
Guidline. Validation of Analytical Procedures: Text and Methodology
Q2(R1). ICH Expert Working Group.
Jeffery, GH., Bassett, J., Mendham, J., & Denney, RC. (1989). Vogel’s Textbook
of Quantitative Chemical Analysis Fifth Edition. New York : John Wiley
& Sons.
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. (2012). Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Per.04/MEN/2012 tentang Obat Ikan. Jakarta.
Lloyd, L. (2011). Quantitative Analysis of Vitamin C by Ion Suppression
Chromatography. Food Chem., 28, 257-268.
Ravichandran, V., Shalini, S., Sundram, K. M., & Rajak, H. (2010). Validation of
analytical methods – strategies & importance. Int. J. Pharm. Pharm. Sci, 2,
18–22.
Satiadarma, Kosasih. (2004). Asas pengembangan prosedur analisis. Jakarta:
Airlangga University Press.
Shrivas, K., Agrawal, K., & Patel, DK. (2005). A Spectrophotometric
Determination of Ascorbic Acid. Journal of the Chinese Society, 52, 503-
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
29
Universitas Indonesia
506.
Snyder, L.R., Kirkland, J.J., & Glajch, J.L. (1997). Practical HPLC method
development (Ed. ke-2). New York: John Wiley & Sons.
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
30
Lampiran 1. Data Hasil Perhitungan Normalitas K2Cr2O7
Lampiran 2. Data Hasil Pembakuan Na2S2O3 terhadap K2Cr2O7
Vol K2Cr2O7 = 25 mL
No Vol Na2S2O3 (mL) N Na2S2O3
1 0,00 - 23,90 0,1046
2 0,00 - 23,90 0,1046
Normalitas Rata-rata = 0,1046 N
N yang digunakan untuk povidon iodin dilakukan pengenceran :
Lampiran 3. Data Hasil Perhitungan Akurasi dan Presisi Tinktur Iodii
BE I2 =
Massa I2 yang ditimbang : 2,0138 gr
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
31
No Konsentrasi
(%)
Vol
Na2S2O3
(mL)
% Rekoveri % Rekoveri
Rata-rata KV (%)
1 80
0,00-5,00 101,69
103,72 2,03 0,00-5,10 103,72
0,00-5,20 105,76
2 90
0,00-5,70 104,45
103,22 1,06 0,00-5,60 102,61
0,00-5,60 102,61
3 100
0,00-6,20 102,25
102,80 0,95 0,00-6,30 103,90
0,00-6,20 102,25
4 110
0,00-6,85 102,70
102,95 0,43 0,00-6,90 103,45
0,00-6,85 102,70
5 120
0,00-7,60 103,04
101,69 2,35 0,00-7,60 103,04
0,00-7,30 98,98
Lampiran 4. Data Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Sampel Tinktur Iodii 2%
Volume pemipetan = 4,2 mL
Kadar menurut klaim = 2,0138% (karena sediaannya dibuat sendiri)
No Vol Na2S2O3 (mL) Kadar (%) Kadar terhadap klaim (%)
1 0,00 - 6,90 2,08 103,45
2 0,00 - 7,00 2,11 104,95
3 0,00 - 7,00 2,11 104,95
Kadar sampel rata-rata =
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
32
Lampiran 5. Data Hasil Perhitungan Akurasi dan Presisi Povidon Iodin 10%
BE I2 =
Kandungan Iodin = 10% x massa povidon iodin yang ditimbang
No Konsentrasi
(%)
Massa yang
ditimbang (mg) Vol I2 (mL) % Rekoveri
% Rekoveri
rata-rata
KV
(%)
1 80
400 0,00-3,70 98,30
100,96 2,66 400 0,00-3,80 100,96
400 0,00-3,90 103,62
2 90
450 0,00-4,20 99,19
100,77 2,73 450 0,00-4,20 99,19
450 0,00-4,40 103,92
3 100
500 0,00-5,00 106,28
104,86 1,23 500 0,00-4,90 104,15
500 0,00-4,90 104,15
4 110
550 0,00-5,10 98,54
97,89 1,12 550 0,00-5,10 98,54
550 0,00-5,00 96,61
5 120
600 0,00-5,70 100,96
99,78 1,02 600 0,00-5,60 99,19
600 0,00-5,60 99,19
Lampiran 6. Data Hasil Perhitungan Kadar Sampel Larutan Povidon Iodin 10%
No Vol Na2S2O3
(mL) Kadar (%)
Kadar terhadap klaim
(%)
1 0,00-8,00 1,06172 106,17
2 0,00-7,00 0,929005 92,90
3 0,00-7,50 0,9953625 99,54
Kadar sampel rata-rata =
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
33
Lampiran 7. Data Hasil Perhitungan Pembakuan Larutan I2 terhadap As2O3
No Massa As2O3 (mg) Vol I2 (mL) Normalitas
1 100,6 0,00 – 19,00 0,1070
2 102,5 0,00 – 19,10 0,1084
Normalitas rata-rata :
Lampiran 8. Data Hasil Perhitungan Akurasi dan Presisi Vitamin C
BE Vit.C =
No Konsentrasi
(%)
Massa yang
ditimbang (mg) Vol I2 (mL) % Rekoveri
% Rekoveri
Rata-rata
KV
(%)
1 80
81,3 0,00-9,00 105,00
104,27 0,86 81,7 0,00-9,00 104,48
81,7 0,00-8,90 103,32
2 90
89,9 0,00-9,70 102,34
101,45 0,82 89,9 0,00-9,60 101,28
90,4 0,00-9,60 100,72
3 100
99,2 0,00-10,85 103,74
98,97 4,41 103,8 0,00-10,40 95,03
103,4 0,00-10,70 98,15
4 110
111,5 0,00-11,70 99,52
99,84 0,66 114,5 0,00-12,00 99,40
112,2 0,00-11,90 100,59
5 120
121,8 0,00-12,70 98,89
100,07 1,93 120,7 0,00-12,60 99,01
119,6 0,00-12,90 102,30
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014
34
Lampiran 9. Data Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Sampel Tablet Vitamin C
Berat tablet : 2025,4 mg
Klaim label : Setiap tablet mengandung 500 mg Vitamin C
No Massa yang ditimbang
(mg) Vol I2 (mL) Kadar (%)
1 416,7 10,5 96,81
2 405,6 10,5 99,46
3 405,4 10,2 96,67
Kadar rata – rata =
Laporan praktek..., Shinta Ayu Nurfaradilla, FF UI, 2014