Upload
khosieghozie
View
2.664
Download
208
Embed Size (px)
1
ANALISIS UJI COBA SOAL BIOLOGI KELAS XII SEMESTER 2DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 MALANG
LAPORAN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan
Dosen Pembina Ibu Dra. Yuni Pantiwati, MM. M.Pd.
Disusun Oleh :
Muhammad Jakfar Sadiq 06330072Wadzarul Fakhisyi 06330071Khairul Umam AD. 06330077Abdul Hafid 06330055Habib Sazali 06330053Purnamasari Widyastuti 06330043Miftakhurrohmi 06330064Khoirin Maghfiroh 06330087Ismi Nurul Qamariyah 06330074Annauratus Sholiha 06330083Yeni Puspitasari 06330046Alda Eka Puspitasari 06330076Rini Handayani 06330085Yuliati 06330061Setiya Titin N. 06330089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIJURUSAN ILMU MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2009
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan merupakan
masalahnyang selalu terkandung dalam pekerjaan dan pendidikan keguruan, sehingga
oleh karena itu, sudah seharusnya menjadi salah satu bagian yang penting dalam
kelengkapan keahlian seorang guru. Bahkan tidak hanya sekedar menjadi salah satu
bagian saja, akan tetapi sebaliknya merupakan bagian yang integral, yang tidak
terpisahkan dari proses mengajar dan belajar. Tanpa titik tolah dasar pikiran yang serupa
ini, maka pengukuran, penialaian dan evaluasi pendidikan tidak akan menunaikan fungsi
sebagaimana mestinya.
Ada dua macam arah pandang, yang dapat merugikan effisiensi penunian fungsi
pengukuran, penialaian, dan evaluasi pendidikan, yaitu (1) pandangan yang menganggap
bahwa untuk melaksanakan pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan tidak
diperlukan persiapan-persiapan yang disengaja dan sistematika, sehingga siapa saja akan
bisa melakukannya; dan (2) pandangan yang mengatakan bahwa pengukuran, penilaian,
dan evaluasi pendidikan merupakan kegiatan yang lepas dari belajar mengajar atau
setidak-tidaknya, merupakan kegiatan pengiring yang dilakukan setelah kegiatan belajar
mengajar selesai. Kedua pandangan ini, tentu saja memperbesar kemungkuinan-
kemungkinan tidak dilaksanakannya pengukuran, penialaian, dan evaluasi pendidikan
sesuai dengan dasar-dasar pikiran yang seharusnya, bahkan secara sengaja atau tidak
kemungkinan terjadinya cara-cara pelaksanaan yang menyimpang dari prinsip-prinsip
pengukuran, penialaian, dan evaluasi pendidikan.
Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara penialai, pengukuran, dan evaluasi
pendidikan dengan proses belajar mengajar, maka dilakukanlah observasi dengan cara
memberikan uji coba soal biologi SMA Kelas XII Semester 2 di Madrasah Aliyah Negeri
3 Malang, pada tanggal 19 Desember 2008 dengan materi pelajaran Sistem Pencernaan
pada Manusia dan Hewan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka ada beberapa
permasalahan yang akan dipecahkan, yaitu :
1) bagaimanakah tingkat kesulitan butir-butir soal uji coba biologi yang diuji cobakan
pada siswa kelas XII semester 2 di MAN 3 Malang;
2) bagaimankah daya pembeda butir-butir soal uji coba biologi yang diuji cobakan pada
siswa kelas XII semester 2 di MAN 3 Malang;
3) bagaimankah tingkat validitas dan reabilitas butir-butir soal uji coba biologi yang
diuji cobakan pada siswa kelas XII semester 2 di MAN 3 Malang; dan
4) apakah masing-masing distraktor soal uji coba sudah berfungsi dengan baik?
3
1.3 Tujuan
Berdasarkan beberapa rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakannya uji
coba soal biologi di MAN 3 Malang, seperti di bawah ini.
1. untuk mengetahui tingkat kesulitan butir-butir soal uji coba biologi yang
diuji cobakan pada siswa kelas XII semester 2 di MAN 3 Malang;
2. untuk mengetahui daya pembeda butir-butir soal uji coba biologi yang diuji cobakan
pada siswa kelas XII semester 2 di MAN 3 Malang;
3. untuk mengetahui validitas dan reabilitas butir-butir soal uji coba biologi
yang diuji cobakan pada siswa kelas XII semester 2 di MAN 3 Malang; dan
4. untuk mengetahui fungsi dari masing-masing distraktor dari soal uji coba.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan uji coba soal ini, yaitu memberikan suatu
pengetahuan kepada guru akan hubungan antara penialia, pengukuran, dan evaluasi
pendidikan dengan proses dan hasil belajar mengajar yang dilakukannya dan sebagai
bahan intropeksi diri akan cara-cara atau prinsip-prinsip yang kurang dipenuhi untuk
mengetahui keberhasilan akan alat evaluasi yang selama ini digunakan dalam
mengevaluasi hasil belajar siswanya. Selain itu, manfaat bagi siswa adalah siswa tidak
lagi menjadi kambing hitam atas kekeliruan yang dilakukan guru dalam melaksanakan
penilaian, pengukuran , dan evaluasi pendidikan lebih-lebih dalam menetapkan hasil
belajar mengajar yang telah diikuti oleh siswa sesuai dengan ketetapan yang berlaku.
Dengan demikian, keadilan dapat terwujud dimana siswa nantin ya akan memperoleh
nilai sesuai dengan apa yang seharusnya menjadi haknya atau secara obyektif, bukan
secara subyektif.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penilaian
2.1.1 Penilaian
Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam
bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment. Interpretasi dan judgment merupakan
tema penilaian yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara criteria dan
kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian
nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar
siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris. Penilaian
proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dalam
penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam mencapai tujuan
pengajaran atau perubahan tingkah-laku siswa.
2.1.1.1 Fungsi Penilaian
a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini
maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan instruksional.
b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan
dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru dan
lain-lain.
c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. Dalam
laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam
berbagai bidang studi dalam bentuk nilai prestasi yang dicapainya.
2.1.1.2 Tujuan Penilaian
a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan
dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang
ditempuhnya.
b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, seberapa jauh
keefektifan dalam mengubah tingkah-laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang
diharapkannya. Dalam hal ini para siswa diharapkan menjadi manusia yang
berkualitas dalam aspek intelektual, social, emosional, moral, dan ketrampilan.
c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan
penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi
pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapainya
hendaknya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa semata-mata, tetapi
juga bisa disebabkan oleh program pengajaran atau strategi yang diberikan
kepadanya.
5
d. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-
pihak yang berkepentingan yakni pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa.
Pertanggungjawaban kepada masyarakat dan orang tua disampaikan melalui laporan
kemajuan belajar siswa (raport) pada setiap akhir program, semester, dan caturwulan.
2.1.2 Jenis dan Sistem Penilaian
2.1.2.1 Jenis Penilaian
Dilihat dari fungsinya jenis penilaian ada beberapa macam antara lain:
a. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar
mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri.
Penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar mengajar. Dengan penilaian
formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi
pelaksanaannya.
b. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu
akhir semester dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai
oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para siswa.
Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan kepada proses.
c. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-
kelemahan siswa serta factor penyebabnya. Penilaian dilaksanakan untuk keperluan
bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menemukan kasus-kasus
dan lain-lain.
d. Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya
ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.
e. Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui
keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan
belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program
itu. Penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru
dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa.
Dilihat dari alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi :
a. Tes
1. Lisan
Individual
Kelompok
2. Tulisan
Esai
Berstruktur
Bebas
Terbatas
Objektif
Benar-salah
Menjodohkan
Isian pendek
6
Pilihan ganda
3. Tindakan
Individual
Kelompok
b. Non-tes
1. Observasi
Langsung
Tak langsung
Partisipasi
2. Kuisioner / wawancara
Berstruktur
Tak berstruktur
3. Skala
Penilaian
Sikap
Minat
4. Sosiometri
5. Studi kasus
6. Ceklist
2.1.2.2 Sistem Penilaian
Sistem penilaian adalah cara yang digunakan dalam menentukan derajat
keberhasilan hasil penilaian sehingga kedudukan siswa dapat diketahui, apakah telah
menguasai tujuan instruksional ataukah belum. Sistem penilaian hasil belajar pada
umumnya dibedakan ke dalam dua cara atau dua system, yakni :
a. PAN (Penilaian Acuan Norma)
PAN adalah penilaian yang diajukan kepada rata-rata kelompoknya. Dengan
demikian dapat diketahui posisi kemampuan siswa di dalam kelompoknya. Untuk itu
norma atau kriteria yang digunakan dalam menentukan derajat prestasi seorang siswa,
dibandingkan dengan nilai rata-rata kelasnya. Sehingga dapat diperoleh tiga kategori
prestasi siswa, yakni : di atas rata-rata kelas, sekitar rata-rata kelas, dan di bawah rata-
rata kelas. Keuntungan system ini adalah dapat diketahui prestasi kelompok atau
kelas sehingga sekaligus dapat diketahui keberhasilan pengajaran bagi semua siswa.
Kelemahannya adalah kurang meningkatkan kualitas hasil belajar.
b. PAP (Penilaian Acuan Patokan)
2.2 Analisis Butir Soal
2.2.1 Analisis Butir Soal secara Kualitatif
7
2.2.1.1 Pengertian
Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan
kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Penelaahan ini biasanya
dilakukan sebelum soal digunakan/diujikan.
Aspek yang diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap
soal ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban atau
pedoman penskorannya. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal, penelaah perlu
mempersiapkan bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum yang
digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia.
2.2.1.2 Teknik Analisis secara Kualitatif
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis butir soal secara
kualitatif, diantaranya adalah teknik moderator dan teknik panel.
Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu
orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara
bersama-sama dengan beberapa ahli seperti guru yang mengajarkan materi, ahli materi,
penyusun atau pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli bahasa, berlatar belakang
psikologi. Teknik ini sangat baik karena setiap butir soal dilihat secara bersama-sama
berdasarkan kaidah penulisannya. Di samping itu, para penelaah dipersilakan
mengomentari/ memperbaiki berdasarkan ilmu yang dimilikinya. Setiap
komentar/masukan dari peserta diskusi dicatat oleh notulis. Setiap butir soal dapat
dituntaskan secara bersama-sama, perbaikannya seperti apa. Namun, kelemahan teknik
ini adalah memerlukan waktu lama untuk rnendiskusikan setiap satu butir soal.
Teknik panel merupakan suatu teknik menelaah butir soal yang setiap butir
soalnya ditelaah berdasarkan kaidah penulisan butir soal, yaitu ditelaah dari segi materi,
konstruksi, bahasa atau budaya, kebenaran kunci jawaban atau pedoman penskorannya
yang dilakukan oleh beberapa penelaah. Caranya adalah beberapa penelaah diberikan :
butir-butir soal yang akan ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penilaian atau
penelaahannya. Pada tahap awal para penelaah diberikan pengarahan, kemudian tahap
berikutnya para penelaah berkerja sendiri-sendiri di tempat yang tidak sama. Para
penelaah dipersilakan memperbaiki langsung pada teks soal dan memberikan
komentarnya serta memberikan nilai pada setiap butir soalnya yang kriterianya adalah:
baik, diperbaiki, atau diganti.
Secara ideal penelaah butir soal di samping memiliki latar belakang materi yang
diujikan, beberapa penelaah yang diminta untuk menelaah butir soal memiliki
keterampilan, seperti guru yang mengajarkan materi itu, ahli materi, ahli pengembang
kurikulum, ahli penilaian, psikolog, ahli bahasa, ahli kebijakan pendidikan, atau lainnya.
2.2.1.3 Prosedur Analisis Secara Kualitatif
8
Dalam menganalisis butir soal secara kualitatif, penggunaan format penelaahan
soal akan sangat membantu dan mempermudah prosedur pelaksanaannya. Format
penelaahan soal digunakan sebagai dasar untuk menganalisis setiap butir soal. Format
penelaahan soal yang dimaksud adalah format penelaahan butir soal: uraian, pilihan
ganda, tes perbuatan dan instrumen non-tes.
Agar penelaah dapat dengan mudah menggunakan format penelaahan soal, maka
para penelaah perlu memperhatikan petunjuk pengisian formatnya. Petunjuknya adalah
seperti berikut ini.
1. Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format.
2. Berilah tanda cek (V) pada kolom "Ya" bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan
kriteria.
3. Berilah tanda cek (V) pada kolom "Tidak" bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan
kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan atau pada teks soal dan
perbaikannya.
2.2.2 Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif
2.2.2.1 Pengertian
Penelaahan soal secara kuantitatif maksudnya adalah penelaahan butir soal
didasarkan pada data empirik dari butir soal yang bersangkutan. Data empirik ini diperoleh
dari soal yang telah diujikan.
2.3.2.2 Analisis Butir Soal
Ada dua pendekatan dalam analisis secara kuantitatif, yaitu pendekatan secara
klasik dan modern.
1. Klasik
Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal melalui
informasi dari jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang
bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik.
Kelebihan analisis butir soal secara klasik adalah murah, dapat dilaksanakan
sehari-hari dengan cepat menggunakan komputer, murah, sederhana, familier dan
dapat menggunakan data dari beberapa peserta didik atau sampel kecil (Millman dan
Greene, 1993: 358).
Adapun proses analisisnya sudah banyak dilaksanakan para guru di sekolah
seperti beberapa contoh di bawah ini.
a. Langkah pertama yang dilakukan adalah menabulasi jawaban yang telah dibuat pada
setiap butir soal yang meliputi berapa peserta didik yang: (1) menjawab benar pada
setiap soal, (2) menjawab salah (option pengecoh), (3) tidak menjawab soal.
Berdasarkan tabulasi ini, dapat diketahui tingkat kesukaran setiap butir soal, daya
pembeda soal, alternatif jawaban yang dipilih peserta didik.
b. Misalnya analisis untuk 32 siswa, maka langkah (1) urutkan skor siswa dari yang
tertinggi sampai yang terendah. (2) Pilih 10 lembar jawaban pada kelompok atas dan
10 lembar jawaban pada kelompok bawah. (3) Ambil kelompok tengah (12 lembar
9
jawaban) dan tidak disertakan dalam analisis. (4) Untuk masing-masing soal, susun
jumlah siswa kelompok atas dan bawah pada setiap pilihan jawaban. (5) Hitung
tingkat kesukaran pada setiap butir soal. (6) Hitung daya pembeda soal. (7) Analisis
efektivitas pengecoh pada setiap soal (Linn dan Gronlund, 1995: 318-319).
Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasik adalah
setiap butir soal ditelaah dari segi: tingkat kesukaran butir, daya pembeda butir, dan
penyebaran pilihan jawaban (untuk soal bentuk obyektif) atau frekuensi jawaban pada
setiap pilihan jawaban.
a. Tingkat Kesukaran (TK)
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada
tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks
tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya
berkisar 0,00 - 1,00 (Aiken (1994: 66). Semakin besar indeks tingkat kesukaran
yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki
TK = 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar dan bila memiliki TK
= 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini
dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh
peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal
itu. Rumus ini dipergunakan untuk soal obyektif. Rumusnya adalah seperti berikut
ini (Nitko, 1996: 310).
Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes.
Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat
kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat
kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir soal
yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus
berikut ini.
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan tingkat
kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan seperti berikut
ini.
0,00 - 0,30 soal tergolong sukar
ditetapkanyangmaksimumSkor
MeanKesuliTingkat tan
10
0,31 - 0,70 soal tergolong sedang
0,71 - 1,00 soal tergolong mudah
Tingkat kesukaran butir soal dapat mempengaruhi bentuk distribusi total skor tes.
Untuk tes yang sangat sukar (TK= < 0,25) distribusinya berbentuk positif skewed,
sedangkan tes yang mudah dengan TK= >0,80) distribusinya berbentuk negatif skewed.
Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru dan
kegunaan bagi pengujian dan pengajaran (Nitko, 1996: 310-313). Kegunaannya bagi guru
adalah: (1) sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi
masukan kepada siswa tentang hasil belajar mereka, (2) memperoleh informasi tentang
penekanan kurikulum atau mencurigai terhadap butir soal yang bias. Adapun
kegunaannya bagi pengujian dan pengajaran adalah: (a) pengenalan konsep yang
diperlukan untuk diajarkan ulang, (b) tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan
pada kurikulum sekolah, (c) memberi masukan kepada siswa, (d) tanda-tanda
kemungkinan adanya butir soal yang bias, (e) merakit tes yang memiliki ketepatan data
soal.
Di samping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi tes, tingkat kesukaran butir
soal sangat penting karena tingkat kesukaran butir dapat: (1) mempengaruhi karakteristik
distribusi skor (mempengaruhi bentuk dan penyebaran skor tes atau jumlah soal dan
korelasi antarsoal), (2) berhubungan dengan reliabilitas. Menurut koefisien alfa clan KR-
20, semakin tinggi korelasi antarsoal, semakin tinggi reliabilitas (Nunnally, 1981: 270-
271).
Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk mempredikst alat ukur
itu sendiri (soal) dan kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan
guru. Misalnya satu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi terhadap
informasi ini adalah seperti berikut.
1) Pengecoh butir soal itu tidak berfungsi.
2) Sebagian besar siswa menjawab benar butir soal itu; artinya bahwa sebagian besar
siswa telah memahami materi yang ditanyakan.
Bila suatu butir soal termasuk kategori sukar, maka prediksi terhadap informasi
ini adalah seperti berikut.
1) Butir soal itu "mungkin" salah kunci jawaban.
2) Butir soal itu mempunyai 2 atau lebih jawaban yang benar.
3) Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas pembelajarannya, sehingga
kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa belum tercapai.
4) Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk soal yang
diberikan (misalnya meringkas cerita atau mengarang ditanyakan dalam bentuk pilihan
ganda).
5) Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang.
Namun, analisis secara klasik ini memang memiliki keterbatasan, yaitu bahwa
tingkat kesukaran sangat sulit untuk mengestimasi secara tepat karena estimasi tingkat
kesukaran dibiaskan oleh sampel (Haladyna, 1994: 145). Jika sampel berkemampuan
11
tinggi, maka soal akan sangat mudah (TK= >0,90). Jika sampel berkemampuan rendah,
maka soal akan sangat sulit (TK = < 0,40). Oleh karena itu memang merupakan
kelebihan analisis secara IRT, karena 1RT dapat mengestimasi tingkat kesukaran soal
tanpa menentukan siapa peserta tesnya (invariance). Dalam IRT, komposisi sampel dapat
mengestimasi parameter dan tingkat kesukaran soal tanpa bias.
b. Daya Pembeda (DP)
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara
kelompok siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan kelompok siswa yang
tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Manfaat daya pembeda butir soal
adalah seperti berikut ini.
1. Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan
indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik,
direvisi, atau ditolak.
2. Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi/membedakan
kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami materi
yang diajarkan guru. Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua
kemampuan siswa itu, maka butir soal itu dapat dicurigai "kemungkinannya" seperti
berikut ini.
a. Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.
b. Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar
c. Kompetensi yang diukur tidak jelas
d. Pengecoh tidak berfungsi
e. Materi yang ditanyakan terlalu sulit, schingga banyak siswa yang menebak
f. Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada yang
salah informasi dalam butir soalnya.
Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga dinyatakan dalam bentuk
proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang
bersangkutan membedakan warga belajar/siswa yang telah memahami materi dengan
warga belajar/peserta didik yang belum memahami materi. Indeks daya pembeda berkisar
antara -1,00 sampai dengan +1,00. Semakin tinggi daya pembeda suatu soal, maka
semakin kuat/baik soal itu. Jika daya pembeda negatif (<0) berarti lebih banyak
kelompok bawah (warga belajar/peserta didik yang tidak memahami materi) menjawab
benar soal dibanding dengan kelompok atas (warga belajar/peserta didik yang memahami
materi yang diajarkan guru).
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah dengan
menggunakan rumus berikut ini.
atau
DP = daya pembeda soal,
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas,
BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah,
12
N = jumlah siswa yang mengerjakan tes.
Di samping rumus di atas, untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan
ganda dapat dipergunukan rumus korelasi point biserial (r pbis) dan korelasi biserial (r
bis) (Miliman and (ireene, 1993: 359-360) dan (Glass and Stanley, 1970: 169-170) seperti
berikut.
dan
Xb, Yb adalah rata-rata skor warga belajar/siswa yang menjawab benar
Xs, Ys adalah rata-rata skor warga belajar siswa yang menjawab salah
SDt adalah simpangan baku skor total
nb dan n, adalah jumlah siswa yang menjawab benar dan jumlah siswa
yang menjawab salah, serta nb + n, = n.
p adalah proporsi jawaban benar terhadap semua jawaban siswa
q adalah I –p
U adalah ordinat kurva normal.
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan menggunakan
rumus berikut ini.
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat menggambarkan
tingkat kemampuan soal dalam membedakan antar peserta didik yang sudah memahami
materi yang diujikan dengan peserta didik yang belum/tidak memahami materi yang
diujikan. Adapun klasifikasinya adalah seperti berikut ini (Crocker dan Algina, 1986:
315).
0,40 - 1,00 soal diterima baik
0,30 - 0,39 soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20 - 0,29 soal diperbaiki
0,19 - 0,00 soal tidak dipakai/dibuang
rpbis merupakan korelasi product moment antara skor dikotomus dan pengukuran
kriterion, sedangkan rbis merupakan korelasi product moment antara variabel latent
distribusi normal berdasarkan dikotomi benar-salah dan pengukuran kriterion. Oleh
karena itu, untuk perhitungan pada data yang sama rpbis = 0, sedangkan r bis paling
sedikit 25% lebih besar daripada rpbis. Kedua korelasi ini masing-masing memiliki
kelehihan (Millman and Greene, 1993: 360) walaupun para guru/pengambil kebijakan
banyak yang suka menggunakan rpbis.
Kelebihan korelasi point biserial: (1) memberikan refleksi konstribusi soal secara
sesungguhnya terhadap fungsi tes. Maksudnya ini mengukur bagaimana baiknya soal
berkorelasi dengan criterion (tidak bagaimana baiknya beberapa/secara abstrak); (2)
sederhana dan langsung berhubungan dengan statistik tes, (3) tidak pernah mempunyai
13
value 1,00 karena hanya variabel-variabel dengan distribusi bentuk yang sama yang dapat
berkorelasi secara tepat, dan variabel kontinyu (kriterion) dan skor dikotonius tidak
mempunyai bentuk yang sama.
Adapun kelebihan korelasi biserial adalah: (1) cenderung lebih stabil dari sampel
ke sampel, (2) penilaian lebih akurat tentang bagaimana soal dapat diharapkan untuk
membedakan pada beberapa perbedaan point di skala abilitas, (3) value rbis yang
sederhana lebih langsung berhubungan dengan indikator diskriminasi ICC.
c. Penyebaran (distribusi) jawaban
Penyebaran pilihan jawaban dijadikan dasar dalam penelaahan soal. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang tersedia. Suatu pilihan
jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila pengecoh:
1) paling tidak dipilih oleh 5 % peserta tes/siswa,
2) lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang belum paham materi.
d. Reliabilitas Skor Tes
Tujuan utama menghitung reliabilitas skor tes adalah untuk mengetahui tingkat
ketepatan (precision) dan keajegan (consistency) skor tes. Indeks reliabilitas berkisar
antara 0 - 1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas suatu tes (mendekati 1), makin tinggi
pula keajegan/ketepatannya.
Tes yang memiliki konsistensi reliabilitas tinggi adalah akurat, reproducibel, dan
generalized terhadap kesempatan testing dan instrumen tes lainnya. Secara rinci faktor
yang mempengaruhi reliabilitas skor tes di antaranya:
1) Semakin banyak jumlah butir soal, semakin ajek suatu tes.
2) Semakin lama waktu tes, semakin ajek.
3) Semakin sempit range kesukaran butir soal, semakin besar keajegan.
4) Soal-soal yang saling berhubungan akan mengurangi keajegan.
5) Semakin objektif pemberian skor, semakin besar keajegan.
6) Ketidaktepatan pemberian skor.
7) Menjawab besar soal dengan cara menebak.
8) Semakin homogen materi semakin besar keajegan.
9) Pengalaman peserta ujlan.
10) Salah penafsiran terhadap butir soal.
11) Menjawab soal dengan buru-buru/cepat.
12) Kesiapan mental peserta ujian.
13) Adanya gangguan dalam pelaksanaan tes.
14) Jarak antara tes pertama dengan tes kedua.
15) Mencontek dalam mengerjakan tes.
16) Posisi individu dalam belajar.
17) Kondisi fisik peserta ujian.
Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk menentukan reliabilitas skor tes, yaitu :
1) Keajegan pengukuran ulang: kesesuaian antara hasil pengukuran pertama dan kedua
14
dari sesuatu alat ukur terhadap kelompok yang sama.
2) Keajegan pengukuran setara: kesesuaian hasil pengukuran dan 2 atau lebih alat ukur
berdasarkan kompetensi kisi-kisi yang lama.
3) Keajegan belah dua: kesesuaian antara hasil pengukuran belahan pertama dan belahan
kedua dari alat ukur yang sama.
Penggunaan rumus untuk mengetahui koefisien ketiga jenis reliabilitas di atas
dijelaskan secara rinci berikut ini.
e. Reliabilitas Instrumen Tes (soal bentuk pilihan ganda)
Untuk mengetahui koefisien reliabilitas tes soal bentuk pilihan ganda digunakan
rumus Kuder Richadson 20 (KR-20) seperti berikut ini.
Keterangan:
k : Jumlah butir soal
(SD)2 : Varian
2. Modern
Analisis butir soal secara modern yaitu penelaahan butir soal dengan
menggunakan Item Response Theory (IRT) atau teori jawaban butir soal. Teori ini
merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi matematika untuk menghubungkan
antara peluang menjawab benar suatu scal dengan kemampuan siswa. Nama lain IRT
adalah latent trait theory (LTT), atau characteristics curve theory (ICC).
Asal mula IRT adalah kombinasi suatu versi hukum phi-gamma dengan suatu
analisis faktor butir soal (item factor analisis) kemudian bernama Teori Trait Latent
(Latent Trait Theory), kemudian sekarang secara umum dikenal menjadi teori jawaban
butir soal (Item Response Theory) (McDonald, 1999: 8).
Dalam subbab ini akan disajikan kelebihan analisis secara IRT dan kalibrasi butir
soal dan pengukuran kemampuan orang.
1. Kelebihan Analisis IRT
Untuk mengetahui kelebihan analisis IRT, maka para guru perlu mengetahui
keterbatasan analisis secara klasik. Keterbatasan model pengukuran secara klasik bila
dibandingkan dengan teori jawaban butir soal adalah seperti berikut (Hambleton,
Swaminathan, dan Rogers, 1991: 2-5). (1) Tingkat kemampuan dalam teori klasik adalah
"true score". Jika tes sulit artinya tingkat kemampuan peserta didik mudah. Jika tes
mudah artinya tingkat kemampuan peserta didik tinggi. (2) Tingkat kesukaran soal
didefinisikan sebagai proporsi peserta didik dalam grup yang menjawab benar soal.
Mudah/sulitnya butir soal tergantung pada kemampuan peserta didik yang dites dan
kemampuan tes yang diberikan. (3) Daya pembeda, reliabilitas, dan validitas soal/tes
didefinisikan berdasarkan grup peserta didik. Adapun kelebihan IRT adalah bahwa: (1)
IRT tidak berdasarkan grup dependent, (2) skor siswa dideskripsikan bukan test
15
dependent, (3) model ini menekankan pada tingkat butir soal bukan tes, (4) IRT tidak
memerlukan paralel tes untuk menentukan relilabilitas tes, (5) IRT suatu model yang
memerlukan suatu pengukuran ketepatan untuk setiap skor tingkat kemampuan.
Kelemahan teori tes klasik di atas diperkuat Hambleton dan Swaminathan (1985:
1-3) yaitu: (1) tingkat kesukaran dan daya pembeda tergantung pada sampel; (2)
penggunaan metode dan teknik untuk desain dan analisis tes dengan memperbandingkan
kemampuan siswa pada pernbagian kelompok atas, tengah, bawah. Meningkatnya
validitas skor tes diperoleh dari tingkat kesukaran tes dihubungkan dengan tingkat
kemampuan setiap siswa; (3) konsep reliabilitas tes didefinisikan dari istilah tes paralel;
(4) tidak ada dasar teori untuk menentukan bagaimana siswa memperoleh tes yang sesuai
dengan kemampuan siswa; (5) Standar error of measurement (SEM) hanya berlaku untuk
seluruh peserta didik.
Selanjutnya Hambleton dan Swaminathan (1985: 13) menyatakan bahwa tujuan
utama IRT adalah memberikan kesamaan antara statistik soal dan estimasi kemampuan.
Ada tiga keuntungan IRT adalah: (1) asumsi banyak soal yang diukur pada trait yang
sama, perkiraan tingkat kemampuan peserta didik adalah independen; (2) asumsi pada
populasi tingkat kesukaran, daya pembeda merupakan independen sampel yang
menggambarkan untuk tujuan kalibrasi soal; (3) statistik yang digunakan untuk
menghitung tingkat kemampuan siswa diperkirakan dapat terlaksana, (Hableton dan
Swaminathan, 1985: 11). Jadi IRT merupakan hubungan antara probabilitas jawaban
suatu butir soal yang benar dan kemampuan siswa atau tingkatan/level prestasi siswa.
Namun kelemahan bekerja dengan model IRT adalah bekerja melalui suatu proses yang
sulit karena kelebihan IRT adalah: (1) tanpa varian pada parameter butir soal, (2) tanpa
varian pada parameter abilitas, (3) adanya ketepatan pada pengukuran lokal, (Bejar, 1983:
3-4).
Ada empat macam model 1RT (Hambleton, 1993: 154-157; Hambleton dan
Swaminathan, 1985: 34-50). (1) Model satu parameter (Model Rasch), yaitu untuk
menganalisis data yang hanya menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran coal.
(2) Model dua paremeter, yaitu untuk menganalisis data yang hanya menitikberatkan
pada parameter tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. (3) Model tiga parameter,
yaitu untuk menganalisis data yang menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran
soal, daya pembeda soal, dan menebak (guessing). (4) Model empat parameter, yaitu
untuk menganalisis data yang menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran soal,
daya beda soal, menebak, dan penyebab lain.
Hambleton dan Swaminathan (1985: 48) menjelaskan bahwa siswa yang memiliki
kemampuan tinggi tidak selalu menjawab soal dengan betel. Kadang-kadang mereka
sembrono (mengerjakan dengan serampangan), memiliki informasi yang berlebihan,
sehingga mereka menjawab salah pada suatu soal. Untuk mengatasi masalah ini
diperlukan model 4 parameter.
Dari keempat model itu tidak sama penekanannya dan sudah barang tentu tiap-
tiap model itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan itu dapat
16
diklasifkasikan sesuai dengan jumlah parameter yang ditentukan pada masing-masing
model dan tujuan menggunakan model yang bersangkutan.
Adapun contoh kurva ciri soal model satu parameter atau Rasch terlihat seperti
pada grafik di bawah ini.
2. Kalibrasi Butir Soal dan Pengukuran Kemampuan Orang.
Kalibrasi butir soal dan pengukuran kemampuan orang merupakan proses
estimasi parameter pada model respon butir. Model persamaan dasar Rasch adalah model
probabilistik yang mencakup hasil dari suatu interaksi butir soal-orang. Proses
mengestimasi kemampuan orang dinamakan pengukuran, sedangkan proses
mengestimasi parameter tingkat kesukaran butir soal dinamakan kalibrasi. Jadi kalibrasi
soal merupakan proses penyamaan skala soal yang didasarkan pada tingkat kesukaran
butir soal dan tingkat kemampuan siswa. Adapun ciri suatu skala adalah mempunyai titik
awal, biasanya 0, dan mempunyai satuan ukuran atau unit pengukuran.
Prosedur estimasi dapat dilakukan dengan tangan atau komputer. Ada beberapa
langkah yang dapat dilakukan dalam mengkalibrasi butir dan menguki.r kemampuan
orang dengan tangan (Wright and Linacre, 1992: 32-45) seperti berikut ini.
a. Menyusun jawaban peserta didik untuk setiap butir soal ke dalam tabel
Dalam menyusun jawaban peserta didik untuk setiap butir ke dalam tabel perlu
disediakan kolom: (1) siswa, (2) butir soal, (3) skor siswa, dan (4) skor butir soal. Data
berbentuk angka 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.
b. Mengedit Data
Berdasarkan model Rasch, butir soal yang dijawab siswa betul semua atau salah
semua dan siswa yang dapat menjawab dengan betul semua atau salah semua, soal atau
siswa yang bersangkutan tidak dianalisis atau dikeluarkan dari tabel. Pada langkah kedua
ini perlu disediakan tambahan kolom: (1) proporsi skor siswa dan (2) proporsi skor butir
soal. Proporsi skor peserta didik adalah skor siswa : jumlah butir soal; sedangkan
proporsi skor soal adalah skor soal : jumlah siswa.
1,00
0,50
-0,52-1 0 0,87 1
0,30
0,90
-3 -2 1,28
1 2 3
Kemampuan Siswa
Peluang menjawab benar
17
c. Menghitung Distribusi Skor Soal
Berdasarkan skor soal yang sudah diedit, maka skor soal diklasifikasikan menjadi
beberapa kelompok berdasarkan skor yang sama. Untuk memudahkan penghitungan
Distribusi skor butir soal, maka perlu disusun beberapa kolom di dalam tabel, seperti
kolom: (1) kelompok skor soal (i) yaitu kelompok skor yang didasarkan pada skor soal
yang sama, kolom ini berhubungan langsung dengan kolom 2 dan kolom 3; (2) nomor
butir soal, (3) skor soal (Si), (4) frekuensi soal (Fi) yaitu jumlah soal yang memiliki skor -
soal sama; (5) proporsi benar (Pi) yaitu Si : jumlah peserta tes; (6) proporsi salah (1-Pi),
(7) logit (log odds unit)-proporsi salah (Xi) yaitu Ln [(1 -Pi)/Pi], (8) hasil kali frekuensi
soal dengan logit proporsi salah (FiXi), (9) kuadrat logit proporsi salah (FiXi)2 , (10) hasil
kali frekuensi soal dengan kuadrat logit proporsi salah(FiXi2), (11) inisial kalibrasi butir
soal yaitu di° = Xi - nilal rata-rata skor soal, dan (12) hasil kali antara frekuensi soal
dengan kuadrat nilai rata-rata skor coal (FIX ?).
d. Menghitung Distribusi Skor Peserta Didik
Untuk memudahkan di dalam menghitung distribusi skor peserta didik perlu
disusun beberapa kolom yaitu kolom: (1) kemungkinan skor peserta didik (r) yang
disusun secara berurutan dimulai dan skor terendah sampai tertinggi; (2) skor peserta
didik, yaitu berupa toli skor peserta didik; (3) frekuensi peserta didik (nr) yang
memperoleh skor; (4) proporsi benar (Pi-) yaitu skor peserta didik dibagi jumlah soal, (5)
logit proporsi benar (Yr) yaitu Ln [Pr/(1-Pr)]; (6) perkalian antara frekuensi siswa dengan
logit proporsi benar (nrYr); (7) logic proporsi benar yang dikuadraktan (Yr kuadrat); (8)
hasil perkalian antara frekuensi peserta didik dengan logic proporsi benar yang
dikuadratkan (nrYr kuadrat); (9) inisial pengukuran kemampuan peserta didik (br Yr);
(10) perkalian antara frekuensi peserta didik dengan nilai rata-rata skor peserta didik
(nrYr kuadrat).
e. Menghitung faktor ekspansi kemampuan peserta didik (x) dan kesukaran butir
soal (Y).
Dalam menghitung faktor ekspansi diperlukan variasi distribusi kelompok skor
soal (U) dan variance distribusi kelompok skor siswa (V). Faktor ekspansi kemampuan
peserta didik terhadap keluasan tes adalah X = [ (I 4-U/2,89)/ (1-UV/8,35)]" 2 Faktor
ekspansi kemampuan peserta didik terhadap penyebaran sampel adalah X =_ [
(1+U/2,89)/ (1-UV/8,35)]12
f. Menghitung Tingkat Kesukaran dan Kesalahan Standar Butir Soal
Dalam menghitung tingkat kesukaran dan kesalahan standar soal perlu disusun
beberapa kolom di dalam tabel, yaitu kolom: (1) kelompok skor soal (1); (2) nomor soal;
(3) inisial kalibrasi soal (d); (4) faktor ekspansi kesukaran soal terhadap penyebaran
sampel (Y); (5) tingkat kesukaran soal atau Yd; = d;; (6) skor soal (S); (7) kesalahan
standar kalibrasi soal yang dikoreksi [SE(di)] atau SE = [ N/Si (N-Si)]ll2
g. Menghitung Tingkat Kemampuan dan Kesalahan Standar Siswa
18
Dalam menghitung tingkat kemampuan dan kesalahan standar siswa disusun
beberapa kolom, yaitu kolom: (1) kemungkinan skor siswa (r); (2) initial pengukuran
kemampuan siswa (br); (3) faktor ekspansi kemampuan siswa terhadap keluasan tes (X);
(4) tingkat kemampuan siswa (br) atau (Xbr); (5) kesalahan standar pengukuran
kemampuan siswa yang dikoreksi [SE (br)] yaitu X [ L/r (L-r)]112 ; (6) peserta tes.
h. Menghitung probabilitas atau peluang menjawab benar setiap butir soal [P(0)}.
Untuk menghitung peluang menjawab benar setiap butir pada model Rasch atau
model satu parameter digunakan rumus berikut ini.
e IX° - bi) 1
Pi (0) = atau Pi (0) =
1 + e D(O - bi) 1 + e D(E) - bi)
Estimasi data yang lebih teliti dan akurat hasilnya adalah menggunakan
komputer seperti menggunakan program Bigsteps. Dalam program Bigsteps, estimasi
data digunakan metode Appoximation Maximum Likelihood (PROX) dan Unconditional
Maximum Likelihood (UCON). Untuk menghasilkan hasil yang akurat, estimasi data
dengan komputer dapat melakukan iterasi maksimum untuk metode PROX, misal bisa
sampai 20 kali kemudian dilanjutkan dengan metode UCON sampai dengan 50 kali
tergantung banyaknya data. Perbedaan hasil kalibrasi pada setiap iterasi semakin lama
semakin kecil dan akan berhenti bila prosesnya sudah terpenuhi (converge) atau lebih
kecil dari 0,01.
Kriteria data sesuai dengan model Rasch adalah apabila hasil korelasi point
bhiserial tidak negatif dan outfitnya < 2 baik outfit butir soal maupun outfit orang. Hal
ini menunjukkan bahwa data adalah fit dengan model. Maksudnya bahwa data soal
sesuai dengan model Rasch atau valid yang memiliki mean= 0 dan SD=1. Metode
pengujian fit tergantung pada jumlah butir soal dalam tes: (a) tes sangat pendek (10 atau
beberapa butir), (b) tes pendek (11-20 butir), atau (c) tes panjang ( >20 butir).
Outfit orang maksudnya statistik orang menunjukkan bagaimana perilaku yang
tidak diharapkan pada butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran jauh dengan
kemampuan orang yang bersangkutan. Adapun Outfit butir maksudnya statistik butir
soal menunjukkan bagaimana perilaku yang tidak diharapkan dari orang yang
mempunyai kemampuan lebih dengan tingkat kesukaran butir yang bersangkutan.
Dalam pelaksanaannya, analisis secara IRT tidak serumit seperti penjelasan di
atas. Pelaksanaannya sangat mudah dipahami oleh para guru karena dalam analisis
digunakan program komputer, seperti program RASCAL, PASCAL, BIGSTEPS, atau
QUEST. Untuk mengenal lebih jauh program-program ini, bacalah pada bab berikut.
19
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Validitas dan Reabilitas Soal-soal Uji Coba Biologi di MAN 3
A. Validitas
Tabel 3. 1 Persiapan Perhitungan Validitas Soal Multiple Choice
NO. NAMA PESERTA
X Y X2 Y2 XY
1. Fani F 46 28 2116 784 1288
2. Febriati L.S 40 32 1600 1024 1280
3. Siti K.F 38 22 1444 484 836
4. Amalina 32 28 1024 784 896
5. Dita Yudith 32 32 1024 1024 1024
6. Qonita M.S 34 24 1156 576 816
7. Fahmiyah S.I 30 28 900 784 840
8. Farich Assafri 34 22 1156 484 748
9. Ayu Mufida 28 28 784 784 784
10. Betty R 26 26 676 676 676
11. Antari P. 28 24 784 576 672
12. Dyanta P.P 32 30 1024 900 960
13. Anggraini K. 28 24 784 576 672
14. Nur Laili A. 26 22 676 484 572
15. Arum D.G 28 32 784 1024 896
16. Anggita O.K 34 24 1156 576 816
17. Reti A.U 26 24 676 576 624
Jumlah 542 450 17764 12116 14400
Keterangan : Pembangian menjadi kolom X dan Y, dilakukan dengan cara membagi dua
bagian skor hasil uji coba soal biologi
rxy =
=
=
=
=
=
20
=
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa soal uji coba ini sudah valid, karena
hasil perhitungan validitasnya berada antara 0,600 – 0,800 dengan tingakt validitas sudah
tergolong tinggi.
B. Reabilitas
Mencari Reliabilitas
Mencari Jumlah Kuadarat Responden
∑Xt2 (∑Xt)2
JK(r) = - K ( KxN )
8270 (496)2
= - 30 30x34
8270 246016= -
30 1020
281180 - 246016=
1020
35164= = 34, 47 1020
Keterangan : JK(r) = Kuadrat responden
K = Jumlah soal multiple choice
N = Jumlah siswa
Mencari Jumlah Kuadrat Item
∑ B2 (∑ Xt)2
JK(i) = - N ( KxN )
45113 (496)2
= - 34 30 x 34
45113 246016= -
34 1020
1353390 - 246016= 1020
1107374= = 1085,66 1020
21
Mencari Jumlah Kuadrat Total
( ∑B ) (∑ Xt)2
JK(t) = ( ∑B ) + (∑S )
(998) (1042)= (998 + 1042)
1039916= = 509,76 2040
Mencari Jumlah Kuadrat Sisa
JK(s) = JK(t) - JK(r) - JK(i)
= 509,76 – 34,47 – 1085,66
= - 610,37
Mencari Varians Responden dan Varians Sisa dengan Tabel
Mencari d.b total = K x N – 1 = 30 x 34 – 1 = 1019
Mencari d.b responden = N – 1 = 34 – 1 = 33
Mencari d.b Item = K – 1 = 30 – 1 = 29
Mencari d.b sisa = d.b total – d.b responden – d.b item
= 1019 – 33 – 29
= 957
Tabel 3.2 Tabel Sumber Variansi
Sumber varians
Jumlah kuadrat
d.b varians
Responden 34,47 33 34,47 = 1,04 33
Item 1085,66 29 1085,66 = 37,44 29
Sisa -610,37 957 - 610,37 = -0, 64 957
Total 509,76 1019
Memasukkan ke dalam RUMUS
VS
R(11) = 1 - Vr
(- 0,64 )= 1 -
1,04
= 1 + 0,62
= 1,62
22
3.1.2 Proses Pengolahan Data
3.1.3 Hasil Analisis Butir-butir Soal Multiple Choice
3.1.3.1 Pengolahan Skor dengan PAN Skala-5
Tabel 3.3 Persiapan Mengkonversi Skor dengan Skala-5No. Nama Siswa Xi Xi
2
1. Fani A. 82 67242. Febriati L.S. 67,5 4556,253. Siti K.F. 67 44894. Amalina 64 40965. Dita Yudith 63 39696. Qonita M. S. 62,5 3906,257. Fahmiyah S. I. 62 38448. Faizatul M. 58 33649. Farich Assafri 55 302510. Ayu Mufida 55 302511. Betty R. 55 302512. Antari P. 55 302513. Dyanta P. P. 54,5 2970,2514. Anggraini K. 54,5 2970,2515. Nur Laili A. 54 291616. Arum D.G. 54 291617. Anggita O.K. 53 280918. Reti A.U. 52,5 2756,2519. Kety I.J. 52 270420. Fahmi Wira 51,5 2652,2521. Dirga M.T. 51 260122. Septiawan I.N.C 50 250023. Moch Sulton 50 250024. Febryan C.P 49 240125 Izul F.I. 48 230426. Siti A. 47 220927. Futuhatul H. 47 220928. M. Abdul L.Z. 46 211629. Panahasini W. 46 211630. Royyan A. 46 211631. Firdha V. 46 211632. M. Khalid A.A 41 168133. M. Endi R. 40 160034. Umar S. 35,5 1260,25
Jumlah 1814,5 99471,75
Rata-rata :
= 53,4
Derajat Deviasi :
23
= 8,9 (dibulatkan 9)
Batas nilaiABCD
E
Tabel 3.4 Membuat Batasan Nilai
Interval Skor Nilai67 ke atas A58 – 66 B49 – 57 C40 – 48 D39 ke bawah E
Tabel 3.5 Mengkonvirmasikan Skor menjadi Nilai
a. Jumlah siswa yang mendapat nilai A, B, C, D, dan E
Tabel 3.6 Jumlah Siswa
yang Mendapat
Nilai A, B, C, D, dan E
Nilai Jumlah Siswa
A 3B 5C 16D 9E 1
a. Kedudukan siswa yang mendapat nilai terendah yaitu dengan nilai E,
menduduki siswa yang
pengetahuannya sangat rendah sekali dan tidak memahami teori, konsep yang ada dalam materi dan siswa ini dinyatakan tidak lulus. Hal ini, dapat diketahui dengan mencoba membandingkan dengan
No. Skor Nilai1. 82 A2. 67,5 A3. 67 A4. 64 B5. 63 B6. 62,5 B7. 62 B8. 58 B9. 55 C10. 55 C11. 55 C12. 55 C13. 54,5 C14. 54,5 C15. 54 C16. 54 C17. 53 C18. 52,5 C19. 52 C20. 51,5 C21. 51 C22. 50 C23. 50 C24. 49 C25. 48 D26. 47 D27. 47 D28. 46 D29. 46 D30. 46 D31. 46 D32. 41 D33. 40 D34, 35,5 E
24
banyaknya siswa yang mendapat nilai C dan D yang menduduki nilai tertinggi ke-3 dan terendah urutan ke-2 dengan perbandingan 16 : 9 : 1
3.1.3.2 Derajat Kesukaran
MENGHITUNG INDEKS KESUKARAN
Soal no. 1
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 0,97 yang
mana indeks kesukaran antara 0,70 – 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.2
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,09 yang
mana indeks kesukaran antara 0,00 – 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no. 3
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,18 yang
mana indeks kesukaran antara 0,00 – 0,30 tergolong soal sukar.
25
Soal no. 4
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,26 yang
mana indeks kesukaran antara 0,00 – 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no. 5
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 0,74 yang
mana indeks kesukaran antara 0,70 – 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.6
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,24 yang
mana indeks kesukaran antara 0,00 – 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no.7
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 0,94 yang
mana indeks kesukaran antara 0,70 – 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.8
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,32 yang
mana indeks kesukaran antara 0,30 – 0,70 tergolong soal sedang.
Soal no.9
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,44 yang
mana indeks kesukaran antara 0,30 – 0,70 tergolong soal sukar.
Soal no.10
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 0,79 yang
mana indeks kesukaran antara 0,70 – 1,00 tergolong soal mudah.
26
Soal no.11
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,41 yang
mana indeks kesukaran antara 0,30 – 0,70 tergolong soal sedang.
Soal no.12
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 0,76 yang
mana indeks kesukaran antara 0,70 – 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.13
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,65 yang
mana indeks kesukaran antara 0,30 – 0,70 tergolong soal sedang.
Soal no.14
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,65 yang
mana indeks kesukaran antara 0,30 – 0,70 tergolong soal sedang.
Soal no.15
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 1 yang mana
indeks kesukaran antara 0,70 – 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.16
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya o,91 yang
mana indeks kesukaran antara 0,70 – 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.17
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,29 yang
mana indeks kesukaran antara 0,30 – 0,70 tergolong soal sedang.
27
Soal no.18
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sulit karena tidak ada siswa yang dapat
menjawab dengan benar soal ini dank arena indeks kesukarannya 0, dimana indeks
kesukaran antara 0,00 – 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no.19
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 0,74 yang
mana indeks kesukaran antara 0,70 – 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.20
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,18 yang
mana indeks kesukaran antara 0,00 – 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no. 21
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 0,79 yang
mana indeks kesukaran antara 0,70 – 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.22
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,41 yang
mana indeks kesukaran antara 0,30 – 0,70 tergolong sedang.
Soal no.23
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,44 yang
mana indeks kesukaran antara 0,00 – 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no.24
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,44 yang
mana indeks kesukaran antara 0,30 – 0,70 tergolong soal sedang.
Soal no.25
28
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,18 yang
mana indeks kesukaran antara 0,00 – 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no. 26
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,15 yang
mana indeks kesukaran antara 0,00 – 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no. 27
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang mudah karena indeks kesukarannya 0,79 yang
mana indeks kesukaran antara 0,70 – 1,00 tergolong soal mudah.
Soal no.28
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sukar karena indeks kesukarannya 0,15 yang
mana indeks kesukaran antara 0,00 – 0,30 tergolong soal sukar.
Soal no.29
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,53 yang
mana indeks kesukaran antara 0,30 – 0,70 tergolong soal sedang.
Soal no.30
ρ =
Jadi, soal ini termasuk soal yang sedang karena indeks kesukarannya 0,47 yang
mana indeks kesukaran antara 0,30 – 0,70 tergolong soal sedang.
3.1.3.3 Daya Pembeda
Penghitungan Daya Pembeda
Soal No.1
Kelas atas yang menjawab betul = 9
Kelas bawah yang menjawab betul = 9
JA = 9 5% dari peserta test : :
BA = 9100
5 X 18 = 0,9 dibulatkan 1
29
PA = A
A
J
B =
9
9 = 1
JB = 9
BB = 9
PB = B
B
J
B =
9
9 = 1
Maka D = PA – PB = 1 – 1 = 0
Butir soal ini jelek, karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah
Soal No.2
Kelas atas yang menjawab betul = 1
Kelas bawah yang menjawab betul = 0
JA = 9
BA = 1
PA = A
A
J
B =
9
1 = 1,11
JB = 9
BB = 0
PB = B
B
J
B =
9
0 = 0
Maka D = PA – PB = 1,11 – 0 = 1,11
Butir soal ini cukup baik karena jawaban benar dari kelompok atas hanya 1
sedangkan jawaban benar dari kelompok bawah adalah 0
Soal No.3
Kelas atas yang menjawab betul = 3
Kelas bawah yang menjawab betul = 1
JA = 9
BA = 3
PA = A
A
J
B =
9
3 = 3,33
JB = 9
BB = 1
PB = B
B
J
B =
9
1 = 1,11
Maka D = PA – PB = 3,33 – 1,11 = 2,22
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 3 : 1
Soal No.4
Kelas atas yang menjawab betul = 3
30
Kelas bawah yang menjawab betul = 1
JA = 9
BA = 3
PA = A
A
J
B =
9
3 = 3,33
JB = 9
BB = 1
PB = B
B
J
B =
9
1 = 1,11
Maka D = PA – PB = 3,33 – 1,11 = 2,22
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 3 : 1
Soal No.5
Kelas atas yang menjawab betul = 9
Kelas bawah yang menjawab betul = 8
JA = 9
BA = 9
PA = A
A
J
B =
9
9 = 1
JB = 9
BB = 8
PB = B
B
J
B =
9
8 = 0,89
Maka D = PA – PB = 1 – 0,89 = 0,11
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok lebih banyak dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 9 : 8
Soal No.6
Kelas atas yang menjawab betul = 1
Kelas bawah yang menjawab betul = 1
JA = 9
BA = 1
PA = A
A
J
B =
9
1 = 1,11
JB = 9
BB = 1
PB = B
B
J
B =
9
1 = 1,11
Maka D = PA – PB = 1,11 – 1,11 = 0
Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah.
31
Soal No.7
Kelas atas yang menjawab betul = 9
Kelas bawah yang menjawab betul = 8
JA = 9
BA = 9
PA = A
A
J
B =
9
9 = 1
JB = 9
BB = 8
PB = B
B
J
B =
9
8 = 0,89
Maka D = PA – PB = 1 – 0,89 = 0,11
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok lebih banyak dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 9 : 8
Soal No.8
Kelas atas yang menjawab betul = 5
Kelas bawah yang menjawab betul = 1
JA = 9
BA = 5
PA = A
A
J
B =
9
5 = 0,56
JB = 9
BB = 1
PB = B
B
J
B =
9
1 = 0,11
Maka D = PA – PB = 0,56 – 0,11 = 0,45
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 5 : 1
Soal No.9
Kelas atas yang menjawab betul = 5
Kelas bawah yang menjawab betul = 5
JA = 9
BA = 5
PA = A
A
J
B =
9
5 = 0,56
JB = 9
BB = 5
PB = B
B
J
B =
9
5 = 0,56
32
Maka D = PA – PB = 0,56 – 0,56 = 0
Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah.
Soal No.10
Kelas atas yang menjawab betul = 9
Kelas bawah yang menjawab betul = 7
JA = 9
BA = 9
PA = A
A
J
B =
9
9 = 1
JB = 9
BB = 7
PB = B
B
J
B =
9
7 = 0,78
Maka D = PA – PB = 1 – 0,78 = 0,22
Butir soal ini baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 9 : 7
Soal No.11
Kelas atas yang menjawab betul = 1
Kelas bawah yang menjawab betul = 2
JA = 9
BA = 1
PA = A
A
J
B =
9
1 = 0,11
JB = 9
BB = 2
PB = B
B
J
B =
9
2 = 0,22
Maka D = PA – PB = 0,11 – 0,22 = -0,11
Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas lebih sedikit dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 1:2
Soal No.12
Kelas atas yang menjawab betul = 8
Kelas bawah yang menjawab betul = 6
JA = 9
BA = 8
PA = A
A
J
B =
9
8 = 0,89
JB = 9
33
BB = 6
PB = B
B
J
B =
9
6 = 0,67
Maka D = PA – PB = 0,89 – 0,67 = 0,22
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok lebih banyak dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 8 : 6
Soal No.13
Kelas atas yang menjawab betul = 9
Kelas bawah yang menjawab betul = 6
JA = 9
BA = 9
PA = A
A
J
B =
9
9 = 1
JB = 9
BB = 6
PB = B
B
J
B = = 0,67
Maka D = PA – PB = 1 – 0,67 = 0,33
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok lebih banyak dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 9: 6
Soal No.14
Kelas atas yang menjawab betul = 6
Kelas bawah yang menjawab betul = 5
JA = 9
BA = 6
PA = = = 0,67
JB = 9
BB = 5
PB = = = 0,56
Maka D = PA – PB = 0,67 – 0,56 = 0,11
Butir soal ini baik karena jawaban benar dari kelompok lebih banyak dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 6 : 5
Soal No.15
Kelas atas yang menjawab betul = 9
Kelas bawah yang menjawab betul = 9
JA = 9
BA = 9
34
PA = = = 1
JB = 9
BB = 9
PB = = = 1
Maka D = PA – PB = 1 – 1 = 0
Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah.
Soal No.16
Kelas atas yang menjawab betul = 8
Kelas bawah yang menjawab betul = 8
JA = 9
BA = 8
PA = = = 0,89
JB = 9
BB = 8
PB = = = 0,89
Maka D = PA – PB = 0,89 – 0,89 = 0
Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah.
Soal No.17
Kelas atas yang menjawab betul = 4
Kelas bawah yang menjawab betul = 3
JA = 9
BA = 4
PA = = = 0,44
JB = 9
BB = 3
PB = = = 0,33
Maka D = PA – PB = 0,44 – 0,33 = 0,11
Butir soal ini baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 4: 3
Soal No.18
35
Kelas atas yang menjawab betul = 0
Kelas bawah yang menjawab betul = 0
JA = 9
BA = 0
PA = = = 0
JB = 9
BB = 0
PB = = = 0
Maka D = PA – PB = 0 – 0 = 0
Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah.
Soal No.19
Kelas atas yang menjawab betul = 7
Kelas bawah yang menjawab betul = 5
JA = 9
BA = 7
PA = = = 0,78
JB = 9
BB = 5
PB = = = 0,56
Maka D = PA – PB = 0,78 – 0,56 = 0,22
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 7: 5
Soal No.20
Kelas atas yang menjawab betul = 0
Kelas bawah yang menjawab betul = 0
JA = 9
BA = 0
PA = = = 0
JB = 9
BB = 0
PB = = = 0
Maka D = PA – PB = 0 – 0 = 0
36
Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah.
Soal No.21
Kelas atas yang menjawab betul = 9
Kelas bawah yang menjawab betul = 6
JA = 9
BA = 9
PA = = = 1
JB = 9
BB = 6
PB = = = 0,67
Maka D = PA – PB = 1 – 0,67 = 0,33
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok lebih banyak dibanding
dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 9: 6
Soal No.22
Kelas atas yang menjawab betul = 5
Kelas bawah yang menjawab betul = 4
JA = 9
BA = 5
PA = = = 0,56
JB = 9
BB = 4
PB = = = 0,44
Maka D = PA – PB = 0,56 – 0,44 = 0,12
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 5:4
Soal No.23
Kelas atas yang menjawab betul = 4
Kelas bawah yang menjawab betul = 0
JA = 9
BA = 4
PA = = = 0,44
JB = 9
BB = 0
37
PB = = = 0
Maka D = PA – PB = 0,44 – 0 = 0,44
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 4:0
Soal No.24
Kelas atas yang menjawab betul = 6
Kelas bawah yang menjawab betul = 6
JA = 9
BA = 6
PA = = = 0,67
JB = 9
BB = 6
PB = = = 0,67
Maka D = PA – PB = 0,67 – 0,67 = 0
Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah.
Soal No.25
Kelas atas yang menjawab betul = 2
Kelas bawah yang menjawab betul = 0
JA = 9
BA = 2
PA = = = 0,22
JB = 9
BB = 0
PB = = = 0
Maka D = PA – PB = 0,22 – 0 = 0,22
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 2:0
Soal No.26
Kelas atas yang menjawab betul = 3
Kelas bawah yang menjawab betul = 1
38
JA = 9
BA = 3
PA = = = 0,33
JB = 9
BB = 1
PB = = = 0,11
Maka D = PA – PB = 0,33 – 0,11 = 0,22
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 3 : 1
Soal No.27
Kelas atas yang menjawab betul = 8
Kelas bawah yang menjawab betul = 5
JA = 9
BA = 8
PA = = = 0,89
JB = 9
BB = 5
PB = = = 0,56
Maka D = PA – PB = 0,89 – 0,56 = 0,33
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 8 : 5
Soal No.28
Kelas atas yang menjawab betul = 3
Kelas bawah yang menjawab betul = 0
JA = 9
BA = 3
PA = = = 0,33
JB = 9
BB = 0
PB = = = 0
Maka D = PA – PB = 0,33 – 0 = 0,33
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 3 : 0
39
Soal No.29
Kelas atas yang menjawab betul = 5
Kelas bawah yang menjawab betul = 4
JA = 9
BA = 5
PA = = = 0,56
JB = 9
BB = 4
PB = = = 0,44
Maka D = PA – PB = 0,56 – 0,44 = 0,12
Butir soal ini sudah baik karena jawaban benar dari kelompok atas lebih banyak
dibanding dengan jawaban benar dari kelompok bawah yaitu 5:4
Soal No.30
Kelas atas yang menjawab betul = 4
Kelas bawah yang menjawab betul = 4
JA = 9
BA = 5
PA = = = 0,44
JB = 9
BB = 4
PB = = = 0,44
Maka D = PA – PB = 0,44 – 0,44 = 0
Butir soal ini jelek karena jawaban benar dari kelompok atas sama dengan jawaban
benar dari kelompok bawah.
40
3.1.3.4 Kriteria Distraktor
Distraktor :
Soal No. 1
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b* c d e
1 Atas 0 9 0 0 0 9
Bawah 0 9 0 0 0 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
= = 1
= =
Jadi, semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik, karena siswa yang memilih
masing-masing distraktor kurang dari 5% pengikut tes.
Soal No. 2
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b c d* e
2 Atas 1 1 1 1 5 9
Bawah 0 2 2 1 4 9
5% dari peserta test : 5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,11
2. = = = 0,11
3. Distraktor : Semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih
oleh lebih dari 5% pengikut tes.
Soal No. 3
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a* b c d e
3 Atas 3 0 0 0 6 9
Bawah 1 1 3 0 4 9
5% dari peserta test : 5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,22
2. = = = 0,11
3. Distraktor : Semua distraktornya sudah dapat berfungsi dengan baik karena sudah
dipilih oleh 5% pengikut tes, kecuali distraktor d.
41
Soal No. 4
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b c d* e
4 Atas 0 0 1 2 6 9
Bawah 0 0 4 1 4 9
1. = = 0,17
2. = = = 0,11
3. Distraktor : distraktor c dan e sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh
lebih dari 5% pengikut tes, sedangkan distraktor a dan b tidak berfungsi dengan baik,
karena tidak dipilih oleh peserta tes.
Soal No. 5
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b* c d e
5 Atas 0 9 0 0 0 9
Bawah 1 8 0 0 0 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,94
2. = = - = - 0,06
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik, karena tidak
dipilih pengikut tes, dan hasil D adalah negative (-).
Soal No. 6
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a* b c d e
6 Atas 1 0 8 0 0 9
Bawah 1 0 7 0 1 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,11
2. = = = 0,06
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak
dipilih oleh pengikut tes, kecuali distraktor c sudah berfungsi dengan baik karena
sudah dipilih oleh 5% dari peserta tes.
42
Soal No. 7
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b C* d e
7 Atas 0 0 9 0 0 9
Bawah 0 0 8 0 1 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,94
2. = = - = - 0,06
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak
dipilih oleh pengikut tes.
Soal No. 8
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b* c d e
8 Atas 2 5 0 1 1 9
Bawah 1 1 5 1 1 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,33
2. = = = 0,06
3. Distraktor : Semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karena dipilih oleh
lebih besar dari atau sama 5% dari pengikut tes.
Soal No. 9
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b c* d e
9 Atas 2 0 2 5 0 9
Bawah 1 0 5 2 1 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,39
2. = = = 0,06
3. Distraktor : distraktor sudah berfungsi dengan baik karena dipilih oleh lebih dari 5%
pengikut tes, kecuali distrakor b belum berfungsi dengan baik karena tidak dipilih
oleh pengikut tes
43
Soal No.10
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b c d e*
10 Atas 0 0 0 0 9 9
Bawah 0 0 2 0 7 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,89
2. = = = - 0,11
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak
dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes.
Soal No. 11
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a* b c d e
11 Atas 1 4 4 0 0 9
Bawah 2 3 4 0 0 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,17
2. = = = 0,06
3. Distraktor : distraktor b, c sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh
lebih dari 5% pengikut tes, dan distraktor
Soal No. 12
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a* b c d e
12 Atas 8 0 1 0 0 9
Bawah 6 2 1 0 0 9
1. = = 0,78
2. = = 0
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik, karena tidak
dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor c.
Soal No. 13
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b* c d e
13 Atas 0 9 0 0 0 9
Bawah 1 6 1 0 1 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
44
1. = = 0,83
2. = = - = - 0,06
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik, karena tidak
dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes.
Soal No. 14
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b c* d e
14 Atas 0 0 6 3 0 9
Bawah 2 0 5 2 0 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,61
2. = = = 0,06
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak
dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor d
Soal No. 15
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b* c d e
15 Atas 0 9 0 0 0 9
Bawah 0 9 0 0 0 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 1
2. = = 0
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik, karena tidak
dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes.
Soal No. 16
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b c d* e
16 Atas 0 0 1 8 0 9
Bawah 0 0 1 8 0 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,89
2. = = 0
45
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak
dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor c.
Soal No. 17
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b* c d e
17 Atas 1 4 0 0 4 9
Bawah 5 3 1 0 0 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,39
2. = = - = - 0,22
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak
dapat dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor a
Soal No. 18
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b c* d e
18 Atas 0 3 0 0 6 9
Bawah 0 1 0 1 7 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0
2. = = = 0,11
3. Distraktor : distraktor b dan e sudah dapat berfungsi dengan baik karena sudah dipilih
oleh lebih dari 5% pengikut tes, sedangkan distraktor a dan d tidak dapat berfungsi
dengan baik, karena dipilih oleh kurang dari 5% peserta
Soal No. 19
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b c* d e
19 Atas 1 0 7 1 0 9
Bawah 1 2 5 1 0 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,67
2. = = 0
3. Distraktor : distraktornya a dan d sudah berfungsi dengan baik karena dipilih oleh
sama dengan 5% dari pengikut tes. Sedangkan distraktor b dan e tidak dapat
berfungsi dengan baik, karena dipilih oleh kurang dari 5% pengikut tes
46
Soal No. 20
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b c d e*
20 Atas 5 0 1 3 0 9
Bawah 2 0 1 6 0 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0
2. = = = 0,17
3. Distraktor : Semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih
oleh lebih dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor b, karena tidak ada yang dipilih.
Soal No. 21
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b* c d e
21 Atas 0 9 0 0 0 9
Bawah 2 6 1 0 0 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,83
2. = = - = - 0,11
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapat berfungsi dengan baik karena dipilih
oleh kurang dari 5% pengikut tes.
Soal No. 22
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b c* d e
22 Atas 0 2 5 1 1 9
Bawah 1 1 4 2 1 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,5
2. = = 0
3. Distraktor : Semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih
oleh lebih dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor a, karena dipilih oleh kurang dari
5% pengikut tes
Soal No. 23
No. Soal Kelompok Pilihan Jawaban Jumlah
47
Pemilih a b c d e*
23 Atas 1 1 3 0 4 9
Bawah 1 0 7 1 0 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,22
2. = = = 0,22
3. Distraktor : hanya distraktor a yang sudah berfungsi dengan baik, karena sudah
dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes. Sedangkan distraktor yang lain belum
berfungsi dengan baik, karena dipilih oleh kurang dari peserta tes.
Soal No. 24
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b c d* e
24 Atas 2 0 1 6 0 9
Bawah 1 0 1 6 1 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,67
2. = = = 0,06
3. Distraktor : distraktor a dan c sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh
lebih dari 5% pengikut tes. Sedangkan distraktor b dan e tidak berfungsi dengan baik,
karena tidak dipilih oleh kurang dari 5% peserta tes.
Soal No. 25
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b c* d e
25 Atas 0 0 2 7 0 9
Bawah 0 3 0 3 3 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,11
2. = = = 0,22
3. Distraktor : hanya distraktor d saja yang berfungsi dengan baik karena sudah dipilih
oleh lebih dari 5% pengikut tes. Sedangkan distraktor a, b, dan e belum dapat
berfungsi dengan baik, karena dipilih oleh kurang dari 5% peserta tes
Soal No. 26
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b c d* e
48
26 Atas 3 2 3 1 0 9
Bawah 1 4 1 1 2 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,11
2. = = = 0,11
3. Distraktor : Semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih
oleh lebih dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor yang e.
Soal No. 27
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a* b c d e
27 Atas 8 0 1 0 0 9
Bawah 5 0 3 1 0 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,72
2. = = - = - 0,11
3. Distraktor : hanya distraktor c saja yang sudah berfungsi dengan baik karena sudah
dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes. Sedangkan b, d, dan e tidak dapat berfungsi
dengan baik karena dipilih oleh kurang dari 5% peserta tes.
Soal No. 28
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a b c d e*
28 Atas 1 1 0 4 3 9
Bawah 0 7 2 0 0 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,17
2. = = = 0,22
3. Distraktor : Semua distraktornya tidak dapart berfungsi dengan baik karena dipilih
oleh kurang dari 5% pengikut tes.
Soal No. 29
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a* b c d e
29 Atas 5 0 1 0 3 9
Bawah 4 0 0 1 4 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
49
1. = = 0,5
2. = = - = - 0,06
3. Distraktor : Semua distraktornya belum berfungsi dengan baik karena dipilih oleh
kurang dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor yang e, sudah dapat berfungsi dengan
baik karena sudah dipilih oleh 5% peserta tes
Soal No. 30
No. Soal Kelompok
Pemilih
Pilihan Jawaban Jumlah
a* b c d e
30 Atas 4 0 0 5 0 9
Bawah 4 0 0 5 0 9
5% dari peserta test : 5% x 18 = 0,9 dibulatkan = 1
1. = = 0,44
2. = = 0
3. Distraktor : Semua distraktornya belum berfungsi dengan baik karena dipilih oleh
kurang dari 5% pengikut tes, kecuali distraktor yang d.
3.2 Pembahasan
Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan
guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan proses
pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk
membuat keputusan tentang setiap penilaian (Nitko, 1996: 308). Tujuan penelaahan
adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu
sebelum soal digunakan. Di samping itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu
meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk
mengetahui informasi diagnostik pada siswa apakah sudah atau belum memahami materi
yang telah diajarkan (Aiken, 1994: 63). Soal yang bermutu adalah soal yang dapat
memberikan informasi setepat-tepatnya sesuai dengan tujuannya di antaranya dapat
menentukan peserta didik mana yang sudah atau belum menguasai materi yang diajarkan
guru.
Dalam melaksanakan analisis butir soal, para penulis soal dapat menganalisis
secara kualitatif, dalam kaitan dengan isi dan bentuknya, dan kuantitatif dalam kaitan
dengan ciri-ciri statistiknya (Anastasi dan Urbina, 1997: 172) atau prosedur peningkatan
secara judgment dan prosedur peningkatan secara empirik (Popham, 1995: 195). Analisis
kualitatif mencakup pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan analisis
kuantitatif mencakup pengukuran kesulitan butir soal dan diskriminasi soal yang
termasuk validitas soal dan reliabilitasnya.
Jadi, ada dua cara yang dapat digunakan dalam penelaahan butir soal yaitu
penelaahan soal secara kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik ini masing-masing
50
memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu teknik terbaik adalah menggunakan
keduanya (penggabungan).
Manfaat Soal yang Telah Ditelaah
Tujuan utama analisis butir soal dalam sebuah tes yang dibuat guru adalah untuk
mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam tes atau dalam pembelajaran (Anastasi
dan Urbina, 1997:184). Berdasarkan tujuan ini, maka kegiatan analisis butir soal
memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah: (1) dapat membantu para pengguna tes
dalam evaluasi atas tes yang digunakan, (2) sangat relevan bagi penyusunan tes informal
dan lokal seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa di kelas, (3) mendukung penulisan
butir soal yang efektif, (4) secara materi dapat memperbaiki tes di kelas, (5)
meningkatkan validitas soal dan reliabilitas (Anastasi and Urbina, 1997:172). Di samping
itu, manfaat lainnya adalah: (1) menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan
yang diharapkan, (2) memberi masukan kepada siswa tentang kemampuan dan sebagai
dasar untuk bahan diskusi di kelas, (3) memberi masukan kepada guru tentang kesulitan
siswa, (4) memberi masukan pada aspek tertentu untuk pengembangan kurikulum, (5)
merevisi materi yang dinilai atau diukur, (6) meningkatkan keterampilan penulisan soal
(Nitko, 1996: 308-309).
Linn dan Gronlund (1995: 315) juga menambahkan tentang pelaksanaan kegiatan
analisis butir soal yang biasanya didesain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
ini :(1) apakah fungsi soal sudah tepat?; (2) apakah soal ini memiliki tingkat kesukaran
yang tepat?; (3) apakah soal bebas dari hal-hal yang tidak relevan?; dan (4) apakah
pilihan jawabannya efektif? Lebih lanjut Linn dan Gronlund (1995: 3 16-318)
menyatakan, bahwa kegunaan analisis butir soal bukan hanya terbatas untuk
peningkatkan butir soal, tetapi ada beberapa hal, yaitu bahwa data analisis butir soal
bermanfaat sebagai dasar : (a) diskusi kelas efisien tentang hasil tes; (b) untuk kerja
remedial; (c) untuk peningkatan secara umum pembelajaran di kelas; dan (d) untuk
peningkatan keterampilan pada konstruksi tes.
Berbagai uraian di atas menunjukkan bahwa analisis butir soal adalah : (1) untuk
menentukan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi penggunaannya; (2) untuk
meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu tingkat kesukaran, daya
pembeda, dan pengecoh soal, serta meningkatkan pembelajaran melalui ambiguitas soal
dan keterampilan tertentu yang menyebabkan peserta didik sulit. Di samping itu, butir
soal yang telah dianalisis dapat memberikan informasi kepada peserta didik dan guru
seperti contoh berikut ini.
Tabel 3.7 Pembahasan Hasil Analisis Soal Uji Coba Biologi
No.
Soal
Kualitas Awal
Sebelum Analisis
Kualitas Setelah
Analisis
Keterangan
1. C1 Mudah Mudah Dibuang
2. C1 sedang Sukar Diterima dengan baik
3. C4 sulit Sukar Diterima dengan baik
51
4. C4 sedang Sukar Diterima dengan baik
5. C2 sulit Mudah Dibuang
6. C1 sulit Sukar Dibuang
7. C4 mudah Mudah Dibuang
8. C2 sulit Sedang Diterima dengan baik
9. C4 sedang Sukar Dibuang
10. C2 sedang Mudah Dibuang
11. C1 sedang Sedang Dibuang
12. C4 sedang Mudah Dibuang
13. C2 sedang Sedang Dibuang
14. C2 mudah Sedang Dibuang
15. C2 mudah Mudah Dibuang
16. C1 sedang Mudah Dibuang
17. C2 sulit Sedang Dibuang
18. C2 sulit Sukar Dibuang
19. C4 sulit Mudah Diperbaiki
20. C2 sedang Sukar Diperbaiki
21. C1 sedang Mudah Diperbaiki
22. C5 mudah Sedang Diperbaiki
23. C2 sulit Sukar Diperbaiki
24. C5 sulit Sedang Diperbaiki
25. C1 sulit Sukar Diperbaiki
26. C2 sedang Sukar Diperbaiki
27. C2 sulit Mudah Diterima diperbaiki
28. C6 sukar Sukar Diterima diperbaiki
29. C2 mudah Sedang Dibuang
30. C1 mudah Sedang Dibuang
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan studi pustaka di atas, dapat ditarik kesimpulan,
bahwa validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, derajat beda, serta fungsi distraktor
tergolong sangat kurang (jelek).
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan khususnya kepada anggota kelompok
SMA, untuk banyak berlatih agar dapat membuat dan melakukan penskoran dan
52
penilaian atas soal-soal dengan baik, karena tanpa banyak berlatih semua yang kita
harapkan tidak akan pernah tercapai dengan baik, karena usaha kita yang akan
menentukan baik buruknya hasil yang dapat dicapai nantinya, meskipun faktor
keberuntungan juga memberikan input kepada setiap individu, tapi yang paling penting
adalah kemajuan dan kemaksimalan kita yang dikenal dengan proses dari suatu usaha
untuk mencapai hasil yang maksimal.
53
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 1894. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta : Bina Aksara
2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Nurkancana, Wayan dan Sumarta, P. P. N. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya :
Usaha Nasional
Sudijono, Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Radja Grafindo
Persada