View
635
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kumpulan Contoh Laporan
Citation preview
Laporan Penelitian Ilmiah Sederhana “Pengaruh Pemberian Kadar Air Terhadap Pertumbuhan Cabai Hijau”Posted on April 12, 2013 by mam3t — Leave a comment ↓
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan sumber kehidupan, tidak hanya bagi manusia, makhluk hidup yang lain juga sangat
membutuhkan air. Air adalah faktor yang menentukan kehidupan tumbuhan. Tanpa adanya air,
tumbuhan tidak bisa melakukan berbagai macam proses kehidupan apapun. Kira-kira 70% atau
lebih daripada berat protoplasma sel hidup terdiri dari air. Air juga merupakan salah satu komponen
fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Ketersediaan air dalam tubuh tanaman diperoleh melalui proses fisiologis absorbsi.
Sedangkan hilangnya air dari permukaan bagian-bagian tanaman melalui proses fisiologi, evaporasi
dan transpirasi. Peranan air yang sangat penting menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau
tidak langsung kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi semua proses metaboliknya
sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tanaman.
Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) diantaranya teknis budidaya,
kekahatan hara dalam tanah, serangan hama dan penyakit dan kadar air sehingga perlu diketahui
kadar air yang bisa dioptimalkan dalam pertumbuhan cabai hijai. Maka dari itu, penelitian kali ini
memngambil judul “Pengaruh Pemberian Kadar Air Terhadap Pertumbuhan Cabai Hijau”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah perlakuan pemberian kadar air yang berbeda-beda memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan cabai hijau?
2. Kadar air manakah yang baik dalam pertumbuhan cabai hijau?
C. Tujuan Penelitian
Adapaun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh kadar air terhadap pertumbuhan Cabai hijau.
2. Untuk mengetahui kadar air yang baik dalam pertumbuhan Cabai hijau.
D. Komponen Variabel Penelitian
1. Variabel kontrol: cabai hijau tanpa perlakuan
2. Variabel terikat: panjang batang, panjang daun, dan jumlah daun
3. Variabel bebas: kadar air (1 gelas aqua, setengah gelas aqua dan satu perempat gelas
aqua)
E. Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Ada pengaruh pemberian kadar air yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan cabai hijau.
2. Terdapat kadar air yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan cabai hijau.
BAB III
DASAR TEORI
A. Pengertian Pertumbuhan
Yang paling umum, pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena organisme multisel, tumbuh
dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel,
banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur.
Teorinya, semua ciri pertumbuhan yang disebutkan tadi bisa diukur, tapi ada dua macam
pengukuran yang lazim digunakan untuk mengukur pertambahan pertambahan volume dan massa.
Pertambahan volume (ukuran) ditentukan dengan cara mengukur perbesaran ke satu atau dua
arah, seperti panjang (misalnya, tinggi batang), diameter (misalnya, diameter batang), atau luas
(misalnya, luas daun).
Pertumbuhan pada tanaman merupakan proses bertambahnya ukuran dari kecil hingga sampai
dewasa yang sifatnya kuantitatif, artinya dapat kita ukur yang dapat dinyatakan dengan suatu
bilangan, misalnya tanaman pare umur 1 minggu tingginya 5 cm. Selain tumbuh, tanaman juga
mengalami perkembangan yang ditandai dengan tanaman menjadi dewasa yaitu dapat
menghasilkan biji kembali. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan adalah suatu
proses pertumbuhan ukuran dan volume serta jumlah sel secara irreversibel, yaitu tidak dapat
kembali ke bentuk semula (Budiyanto, 2011).
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang
mempengaruhi pertumbuhan antara lain umur, keadaan tanaman, faktor hereditas, dan zat pengatur
tumbuh. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan adalah cahaya, temperature,
kelembaban, nutrisi atau garam-garam mineral, oksigen. Proses pertumbuhan akan menghasilkan
produk tanaman yaitu bagian tanaman yang dapat dipanen dalam perluasan tanah pada satuan
waktu tertentu (Budiyanto, 2011).
B. Cabai Hijau
Cabai merupakan tanaman sayuran buah semusim yang diperlukan oleh seluruh lapisan
masyarakat sebagi bumbu atau penyedap makanan. Tanaman cabai memiliki banyak nama populer
diberbagai negara. Namun secara umum tanaman cabai disebut sebagai pepper atau chili. Nama
pepper lebih umum digunakan untuk menyebut berbagai jenis cabai besar, cabai manis, atau
paprika. Sedangkan chili, biasanya digunakan untuk menyebut cabai pedas, misalnya cabai rawit. Di
Indonesia sendiri, penamaan cabai juga bermacam-macam tergantung daerahnya. Cabai sering
disebut dengan berbagai nama lain, misalnya, lombok, mengkreng, rawit, cengis, cengek, Sebie dan
sebutan lainnya (Anonimous, 2013).
1. Sejarah Penyebaran
Ditinjau dari segi sejarahnya. Tanaman cabai berasal dari dunia baru (Meksiko, Amerika Tengah
dan Pegunungan Andes di Amerika Selatan), kemudian menyebar ke Eropa pada abad ke-15. Kini
tanaman cabai sudah mulai menyebar ke berbagai Negara tropik, terutama di Asia, Afrika Tropika,
Amerika Selatan dan Karibia. Di Indonesia, tanaman cabai tersebar luas diberbagai daerah seperti:
Purworejo, Kebumen, Tegal, Pekalongan, Pati, Padang, Bengkulu dan lain sebaginya (Sunaryono,
2003).
Klasifikasi tanaman cabai
Secara umum klasifikasi tanaman cabai adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
Cabai masuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah
ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A
dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan
memberikan kehangatan dan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai
dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus
membelinya di pasar. Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan
sarang serta tidak tergenang air (Purwanto, 2007).
2. Morfologi tanaman cabai besar
Cabai hijau termasuk tanaman semusim (setahun) yang berbentuk perdu, tingginya bisa mencapai
11/2 m atau lebih. Daun, Daunnya bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang
berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang lanset. Warna permukaan daun bagian atas biasanya
hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada bagian
bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang
halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3 – 11 cm, dengan lebar
antara 1 – 5 cm (Sunaryono, 2003).
Batang, batang pada tanaman cabai hijau tidak berkayu. Bentuknya bulat sampai agak persegi
dengan posisi yang cenderung agak tegak. Warna batang kehijaun sampai keunguan dengan ruas
berwarna hiaju atau ungu. Pada batang-batang yang telah tua (batang paling bawah), akan muncul
warna coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu yang diperoleh dari pengerasan jaringan
parenkim. Biasanya batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak
percabangan (Sunaryono, 2003).
Akar, akar tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit. Akar tunggangnya dalam dengan
susunan akar sampingnya (serabut) yang baik. Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang
merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme (Purwanto, 2007).
Bunga, Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempurna. Artinya dalam satu tanaman terdapat
bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam waktu yang
sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Bunga
berbentuk bintang, biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol
dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat 2 – 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman
cabai warnanya putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 – 20 mm. Tiap bunga
memiliki 5 daun buah dan 5 – 6 daun mahkota (Purwanto, 2007).
Buah, Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan memiliki
banyak variasi. Menurut Sanders et. al. (1998), buah cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu
serrano, cubanelle, cayenne, pimento, anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho,
banana, dan blocky bell. Namun menurut Peet (2001), hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai, di
mana tipe elongate bell dan blocky bell dianggap sama (Purwanto, 2007).\
3. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Hijau
Beberapa syarat tumbuh tanaman cabai hijau diantaranya adalah keadaan iklim, suhu dan keadaan
tanah, uraian ketiganya adalah sebagai berikut:
a. Keadaan Iklim
Tanama cabai lebih senang tumbuh di daerah yang tipe iklimnya lembab sampai agak lembab,
daerah yang memiliki tipe iklim ABACD, BABC, CABC, DABC (Menrut Schmidt dan Ferguson).
Tanaman cabai tidak senang terhadap curah hujan lebat, tetapi pada stadia tertentu perlu banyak
air. Di daerah yang iklimnya sangat basah tanaman mudah terserang penyakit daun seperti bercak
hitam (Antraknosa). Oleh karena itu tanaman cabai sangat baik ditanam pada awal musim kemarau.
Pada musim hujan tanaman juga mudah mengalami tekanan (stress), sehingga bunganya sedikit,
dan banyak bunga yang tidak mampu menjadi buah. Kalaupun bisa berbuah, buahnya akan mudah
sekali gugur karena tekanan air hujan yang lebat (Sunaryono, 2003). Curah hujan yang baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai berkisar antara 600 – 1200 mm/tahun dengan
jumlah bulan basah 3-9 bulan. Walaupun demikian apabila pada waktu berbunga tanaman cabai
kekuranga air, maka banyak bunganya yang akan gugur tidak mampu menjadi buah. Pada
umumnya tanaman cabai lebih senang ditanaman di daerah yang terbuka (Hadiyanto,2005).
b. Suhu Udara
Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai berkisar antara 210C –
280C. Suhu harian yang terlalu terik, yakni di atas 320C menyebabkan tepung sari tanaman cabai
tidak berfungsi untuk melakukan pembuahan. Selain itu juga suhu harian yang terik dapat
menyebabkan bunga dan buahnya terbakar. Suhu tanahpun juga berpengaruh terhadap
penyerapan unsur hara terutama N dan P. Apabila pada waktu berbunga suhu turun di bawah 150C,
maka pembuahan dan pembijiannya terganggu. Pada suhu ini, unsur mikro yang penting untuk
pertumbuhan buah sukar diserap oleh tanaman cabai sehingga terjadi buah tanpa biji atau
parteokarpi. Suhu udara yang rendah, menyebabkan banyak cendawan penyakit daun menyerang
tanaman cabai, teutama apabila disertai dengan kelembaban tinggi (Sunaryono, 2003).
c. Tanah
Tanah yang subur dan banyak mengandung humus (bahan organik), gembur dan memiliki drainase
baik sanagt cocok untuk budidaya tanaman cabai hijau. Tanaman cabai sebenarnya dapat tumbuh
disegala macam tipe tanah, dan ketinggian tempat. Tanaman cabai hijau akan tumbuh baik pada
ketinggian 0 – 1300 m dpl. Bahkan pada ketinggian 1500 m dpl pun tanaman cabai hijau masih
mampu tumbuh dan berbuah baik. Tanah yang air tanahnya dangkal dan prositasnya rendah
menyebabkan tanaman cabai mudah terserang hama dan penyakit akar, penyakit layu dan
keguguran pada daun dan buahnya. pH tanah yang baik untuk tanaman cabai berkisar antara 51/2 –
61/2. Namun begitu tanaman cabai sangat toleran terhadap tanah masam yang pH-nya kurang dari
5 hanya saja buahnya kurang lebat dan pertumbuhannya kerdil (Hadiyanto,2005).
4. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Cabai hijau
a. Fase vegetatif
Fase muda vegetatif adalah fase yang dimulai sejak perkecambah biji, tumbuh menjadi bibit dan
dicirikan oleh pembentukan daun-daun yang pertama dan berlangsung terus sampai masa
berbunga dan atau berbuah yang pertama (Anonim, 2008). Pada tanaman cabai hijau fase ini
dimulai dari perkecambahan benih sampai tanaman membentuk primordia bunga.
b. Fase generatif
Fase generatif adalah fase yang ditandai dengan lebih pendeknya pertumbuhan ranting dan ruas,
lebih pendeknya jarak antar daun pada pucuk tanaman, dan pertumbuhan pucuk terhenti. Pada fase
ini terjadi pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, buah, biji dan dan pembentukan struktur
penyimpanan makanan.
C. Peranan Air Bagi Tanaman
Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan
yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry
basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%, sedangkan kadar
air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100%. Noggle dan Frizt (dalam Effendi, 2010)
menjelaskan fungsi air bagi tanaman yaitu sebagai berikut.
1. Sebagai senyawa utama pembentuk protoplasma.
2. Sebagai senyawa pelarut bagi masuknya mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan
sebagai pelarut mineral nutrisi yang akan diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain.
3. Sebagai media terjadinya reaksi-reaksi metabolik sebagai rektan pada sejumlah reaksi
metabolisme seperti siklus asam trikarboksilat.
4. Sebagai penghasil hidrogen pada proses fotosíntesis.
5. Menjaga turgiditas sel dan berperan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran sel.
6. Mengatur mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata,
membuka dan menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu.
7. Berperan dalam perpanjangan sel.
8. Sebagai bahan metabolisme dan produk akhir respirasi.
9. Digunakan dalam proses respirasi.
Kehilangan air pada jaringan tanaman akan menurunkan turgor sel, meningkatkan konsentrasi
makro molekul serta senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah, mempengaruhi membran sel
dan potensi aktivitas kimia air dalam tanaman. Peran air yang sangat penting tersebut menimbulkan
konsekuensi bahwa langsung atau tidak langsung kekurangan air pada tanaman akan
mempengaruhi semua proses metaboliknya sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tanaman
(Effendi, 2010).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Polybag 9 buah
2. Biji cabai hijau.
3. Gelas ukur.
4. Air.
5. Tanah.
6. Penggaris.
7. Pulpen.
8. Buku catatan.
B. Cara Kerja
1. Tiap polybag diisi dengan tanah, banyaknya media tiap polybag sama, dan setiap polybag
diberi label.
2. Tanam biji pare yang sudah dikeringkan dimasukan kedalam polybag yang masing-
masing polybag diisi 4-5 biji cabai hijau.
3. Siram tanaman cabai hijau setiap hari dengan menggunakan gelas aqua sesuai dengan
perlakuan yang diberikan, setiap perlakuan yang diberikan adalah kadar air yang terdiri dari 1
gelas aqua pada polybag A, setengah gelas air aqua pada polybag B, dan seperempat air aqua
pada polybag C.
4. Kemudian amati pertumbuhana cabai hijau tersebut
5. Setelah cabai hijau tumbuh ukur panjang batang, panjang daun, dan jumlah daun dengan
menggunakan penggaris, dan catat pengukurannya setiap 4 hari sekali.
C. Jadwal Kegiatan
Kegiatan penelitian ini dilakukan selama 2 minggu, yaitu dimulai pada tanggal 17 Maret 2013
sampai dengan 1 April 2013. Pengamatan dilakukan setiap 4 hari sekali untuk mengetahui
pertumbuhan cabai hijau. Tabel pengamatan pertumbuhan cabai hijau adalah sebagai berikut.
Tabel Pengamatan 1 Polybag A (kadar 1 gelas aqua)
No. Hari/Tanggal
Indikator Pengukuran
Panjang Batang Panjang Daun Jumlah Daun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Rata-rata pertambahan (cm)
b) Tabel Pengamatan 2 Polybag B (kadar air setengah gelas aqua)
No. Hari/Tanggal
Indikator Pengukuran
Panjang Batang Panjang Daun Jumlah Daun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Rata-rata pertambahan (cm
c) Tabel Pengamatan 3 Polybag C (kadar air seperempat aqua gelas)
No. Hari/Tanggal
Indikator Pengukuran
Panjang Batang Panjang Daun Jumlah Daun
1 -
2 -
3 -
4
5
6
7
8
9 \
10
11
Rata-rata pertambahan (cm
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka adapun hasil pengamatan dari
setiappolybag dengan kadar air yang bereda-beda adalah sebagai berikut.
Tabel Pengamatan 1 Polybag A (kadar 1 gelas aqua)
No. Hari/Tanggal
Indikator Pengukuran
Panjang Batang Panjang Daun Jumlah Daun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Rata-rata pertambahan (cm)
b) Tabel Pengamatan 2 Polybag B (kadar air setengah gelas aqua)
No. Hari/Tanggal
Indikator Pengukuran
Panjang Batang Panjang Daun Jumlah Daun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Rata-rata pertambahan (cm
c) Tabel Pengamatan 3 Polybag C (kadar air seperempat aqua gelas)
No. Hari/Tanggal
Indikator Pengukuran
Panjang Batang Panjang Daun Jumlah Daun
1 -
2 -
3 -
4
5
6
7
8
9 \
10
11
Rata-rata pertambahan (cm
B. Pembahasan
(Ghaib)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
(Ghaib)
B. Saran
cumpah.wordpress.com/2013/04/12/laporan-penelitian-ilmiah-sederhana-pengaruh-pemberian-kadar-air-terhadap-pertumbuhan-cabai-hijau/
PENGARUH TARAF PEMBERIAN GARAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNGPENGARUH TARAF PEMBERIAN GARAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG
Dasar Teori
Tanah merupakan sistem hidup yang dapat mengolah pupuk anorganik yang diberikan
menjadi bentuk tersedia atau tidak tersedia bagi tanaman. Kunci proses tersebut adalah bahan
organik tanah yang berperan sebagai penyangga biologi, sehingga tanah dapat menyediakan hara
dalam jumlah berimbang. Tanah yang miskin bahan organik akan berkurang kemampuannya untuk
menyangga pupuk, sehingga efisiensi pupuk berkurang karena sebagian besar pupuk hilang dari
lingkungan perakaran.
Bahan organik tanah seperti yang didefinisikan oleh Stevensen dan Merez (1982), adalah
semua senyawa dalam tanah termasuk jaringan tanaman dan hewan, produk – produk
dekomposisinya seperti sisa – sisa organik dan biomassa tanah (biomassa mikroba). Jenkinson dan
Raynor (1977), menggambarkan lima fraksi dari bahan organik dan senyawa – senyawa setengah
umur mereka dalam tanah, yaitu :
1. Sisa – sisa bahan segar dari tanaman dan hewan : 0,17 tahun.
2. Lignin dari penambahan bahan organik sebelumnya : 2,3 tahun.
3. Material yang terserap oleh koloid tanah : 50 tahun.
4. Humus tua : 2,0 tahun.
5. Biomassa tanah (sel – sel mikroorganisme dengan hasil metaboliknya) : 1,7 tahun.
Menurut Hardjowigeno (1997), bahan organik dapat memeperbaiki sifat – sifat tanah. Bahan – bahan organik pada umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat – sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan terhadap sifat – sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
1. Sebagai granulator, yaitu untuk memperbaiki struktur tanah.
2. Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain – lain.
3. Sumber energi bagi mikroorganisme.
4. Menambah tanah untuk menahan air.
5. Mengurangi fiksasi P oleh oksida – oksida besi dan Al melalui senyawa kompleks.
6. Sebagai chelating agent, yaitu menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur – unsur hara
(kapasitas tukar kation menjadi tinggi).
Sifat fisik tanah mempunyai peranan yang sangat penting karena produksi tanaman tidak tergantung pada unsur hara tetapi ditentukan juga oleh ketersediaan air dan udara di dalam tanah. Hubungan air dan udara tanah berpengaruh terhadap perkembangan akar, proses biologi dan kimia.
Proses tersebut akan berlangsung baik apabila pada kondisi optimum. Salah satu usaha perbaikan sifat fisik tanah adalah pemberian bahan organik.
Mengingat pentingnya peranan bahan organik terhadap kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah, maka pengelolaan kesuburan tanah harus dilakukan secara terpadu dimana pupuk anorganik dengan takaran berdasarkan uji tanah dikombinasikan dengan pemupukkan bahan organik. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan hara terpadu dapat meningkat produksi secara berkelanjutan.
Tanaman kangkung diduga berasal dari daerah tropis, terutama di kawasan Afrika dan Asia. Sebagian besar kangkung tumbuh di Asia terutama di sebelah selatan dan timur, termasuk Malaysia, Burma, Indonesia, Cina Selatan, Australia dan beberapa kota di Afrika.
Kedudukan tanaman kangkung dalam tata nama (sistematika) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomea
Spesies : Ipomea reptans poir (kangkung darat).
Menurut Rukmana (1994), kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh
lebih dari satu tahun. Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku – buku, banyak
mengandung air (herbaceous) dan berlubang – lubang. Batang tanaman kangkung tumbuh
merambat atau menjalar dan percabangannya banyak. Tanaman kangkung memiliki sistem
perakaran tunggang dan cabang akarnya menyebar ke semua arah. Tangkai dan melekat pada
buku – buku batang dan diketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi
percabangan baru. Bentuk daun pada umumnya seperti jantung hati, ujung daunnya runcing
ataupun tumpul, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua dan permukaan daun bagian
bawah berwarna hijau muda.
..............................
Pengaruh Kadar Garam Terhadap Penyerapan Air dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Beraneka ragam unsur dapat ditemukan dalam tumbuhan, tetapi tidak berarti bahwa seluruh unsur-unsur tersebut dibutuhkan tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya. Beberapa unsur yang ditemukan di dalam tubuh tumbuhan malah dapat mengganggu metabolisme atau meracuni tumbuhan.
Di samping karbondioksida dan air, tumbuhan masih memerlukan zat-zat lain yang disebut dengan hara mineral. Hara mineral ini ada yang esensial ada yang non-esensial. Natrium bukanlah suatu makrohara, juga tidak bisa dipastikan sebagai unsur esensial. Namun, dalam konsentrasi yang rendah atau sedikit dapat dikatakan sebagai unsur esensial bagi tumbuhan, yaitu untuk menggantikan sebagian kalium yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum.
Untuk melihat pengaruh kadar garam terhadap penyerapan air dan pertumbuhan tanaman, maka dilakukanlah pengamatan pada kacang hijau yang diamati selama 7 hari.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk melihat pengaruh salinitas NaCl terhadap penyerapan air dan pertumbuhan tanaman kacang hijau
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 KAJIAN TEORI
Tumbuhan memerlukan cahaya matahari sebagai sumber energi untuk melakukan fotosintesis. Namun, untuk mensintesis bahan organik, tumbuhan juga memerlukan bahan mentah dalam bentuk bahan-bahan anorganik seperti karbondioksida, air dan berbagai mineral yang ada sebagai ion anorganik dalam tanah. (Campbell, dkk. 2002)
Di samping karbondioksida dan air, tumbuhan masih memerlukan zat-zat lain. Misalnya, untuk pembentukan protein dan asam nukleat tumbuhan memerlukan nitrogen dan fosfor. Magnesium diperlukan utnuk pembentukan molekul chlorophyl. Sejumlah unsur lainnya diperluksan oleh setiap tumbuhan. Semua unsur ini diperoleh tumbuhan dari air tanah dalam bentuk kimia larutan senyawa. Oleh karena mineral terus menerus dipakai untuk aktivitas sintesis dalam metabolisme suatu tumbuhan, maka mineral dalam rambut akar konsentrasinya lebih rendah daripada konsentrasi mineral dalam air di sekelilingnya. Oleh sebab itu biasanya mineral masuk ke dalam rambut akar secara difusi. (Soemarwoto, dkk. 1981)
Ada dua kriteria utama untuk menentukan esensial atau tidaknya suatu unsur dalam tumbuhan. Pertama, suatu unsur disebut esensial jika tumbuhan tidak mampu menyempurnakan daur hidupnya tanpa unsur tersebut. Kedua, suatu unsur adalah esensial jika unsur tersebut menjadi bagian dari molekul atau kandungan tumbuhan yang esensial bagi tumbuhan itu. (Salisbury, 1995)
Suatu unsur kimia tertentu dianggap sebagai suatu nutrien esensial jika nutrien tersebut diperlukan agar suatu tumbuhan dapat tumbuh dari suatu biji dan menyelesaikan siklus kehidupannya. Unsur yang diperlukan oelh tumbuhan dalam jumlah yang relatif besar disebut makronutrien. Terdapat sembilan makronutrien, yang meliputi enam unsur penyususn utama senyawa organik : karbon, oksigen, hidrogen, sulfur dan fosfor. Tiga makronutrien lainnya adalah kalium, kalsium dan magnesium. Unsur-unsur yang diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit disebut mikronutrien. Kedelapan mikronutrien tersebut adalah besi, klorida, tembaga, mangan, seng, molibdenum, boron, dan nikel.(Campbell, dkk. 2002)
Disamping unsur esensial ini beberapa spesies membutuhkan unsur lain, selama bertahun- tahun terbukti bahan natrium dibutuhkan paling tidak menguntungkan spesies padang pasir seperti Atriplek vesicaria. Pada tahun 1945 Harmer dan Benne menyusun spesies tumbuhan kedalam beberapa kelompok berdasarkan tanggapannya terhadap natrium yang diberikan bersama kalium, dalam jumlah cukup atau tidak cukup. Jelas dari hasilya bahwa kalium dalam jumlah tertentu dibutuhkan oleh semua spesies, dan tidak dapat digantikan oleh natrium, tapi tidak terbukti bahwa natrium adalah unsur esensial. Peran utamanya adalah menggantikan sebagian kalium yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum. (Salisbury, 1995)
Natrium bukanlah termasuk mikrohara dan bukan juga termasuk unsur esensial, tetapi apabila natrium itu berada dalam jumlah yang sedikit maka dapat dikatakan sebagai unsur esensial bagi
tumbuhan. Diketahui bahwa bagian yang paling aktif dalam penyerapan garam bukan bagian rambut akar pada tanaman tersebut melainkan darah perpanjangan sel tepatnya dibagian ujung akar. Dimana agar garam – garam mineral dapat diagkut dengan mudah ke sistem pucuk maka ion diserap oleh akar dari larutan tanah yang mana itu harus melintasi kotek dan xylem dahulu. (Loveless, 1987)
Terdapat sejumlah unsur lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, walaupun tidak dapat dikategorikan ke dalam unsur esensial. Unsur ini diketahui berfungsi secara parsial sebagai suatu unsur esensial dalam tanaman dan disebut unsur benefesial. Marscher mengusulkan unsur-unsur yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: Na, Si, Co, Ni, Se (selenium), dan Al (aluminium). Sementara itu, Basiouny mengusulkan Vanadium (V). (Firdaus, dkk. 2006)
2.1 HIPOTESIS
Adanya pengaruh kadar garam terhadap penyerapan air dan pertumbuhan tanaman kacang hijau.
BAB III
METODE
3.1 ALAT DAN BAHAN
Alat
Tabung reaksi 6 buah
Kapas
Rak tabung reaksi
Kertas label
Bahan
Tanaman kacang hijau yang masih muda
Larutan NaCl 0,00 M, 0,01 M, 0,05 M, 0,10 M, 0,20 M
3.2 CARA KERJA
1. Disiapkan larutan NaCl dengan konsentrasi : 0,00 M, 0,01 M, 0,05 M, 0,10 M, dan 0,20 M masing-masing 100cc
2. Masing-masing larutan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan diberi label dengan kertas label
3. Dimasukkan tanaman kacang hijau kedalam tabung reaksi
4. Mulut tabung reaksi ditutup dengan potongan kapas (diusahakan agar batang tanamandapat berdiri tegak)
5. Pengamatan dilakukan selama 7 hari dan dicatat semua perubahan yang terjadi pada tanaman
6. Dihari terakhir pengamatan, dicatat dan diukur volume larutan yang ada pada masing-masing tabung reaksi.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN
IndikatorKadar NaCl
0,00 M 0,01 M 0,05 M 0,10 M 0,20 M
Tinggi Batang
H1: 9 cm H1: 9 cm H1: 9 cm H1: 9,7 cm H1: 11,1 M
H7: 11,5 cm H7: 11 cm H7: 13 cm H7: 12,5 cm H7: 12,2 M
Panjang Daun
H1: 3,9 cm H1: 4 cm H1: 3,6 cm H1: 3,5 cm H1: 4,3 cm
H7: 4,2 cm H7: 4,4 cm H7: 3,7 cm H7: 4 cm H7: 4 cm
Lebar Daun
H1: 1,5 cm H1: 1 cm H1: 1,5 cm H1: 1,3 cm H1: 2,1 cm
H7: 2,2 cm H7: 1,5 cm H7: 1,6 cm H7: 1,1 cm H7: 1,4
Jumlah Akar
- - - - -
Bentuk Batang
H1: batang tegak
H1: batang tegak
H1: batang tegak
H1: batang tegak
H1: batang tegak
H7: batang tegak
H1: batang layu
H1: batang layu
H1: batang layu
H1: batang layu dan kering
Warna Daun
H1: hijau H1: hijau H1: hijau H1: hijau H1: hijau
H7: hijau H7: hijau kekuningan
H7: kekuningan
H7: kekuningan
H7: kuning kecoklatan
Konsentrasi (NaCl) Volume air yang berkurang
0,00 M 3 cm
0,01 M 2 cm
0,05 M 1,8 cm
0,10 M 5,5 cm
0,20 M 1,7 cm
Pengamatan Kualitatif Pengaruh Garam terhadap Penyerapan Air dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau
NaCl H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
0,00 M
Batang tegak
Batang tegak
Batang tegak
- Batang tegak
Batang tegak
Batang tegak
Warna daun hijau
Daun hijau dan diameter bertambah
Daun segar - Daun hijau Daun segar Daun segar
Belum tumbuh akar
Belum tumbuh akar
Akar belum tumbuh
- Akar tidak tumbuh
Akar tidak tumbuh
Tidak tumbuh akar
0,01 M
Batang tegak
Batang tegak
Batang layu - Batang layu Batang layu
Tidak tumbuh akar,
Tumbuhan mati
Warna daun hijau
Warna daun hijau
Daun layu menguning
- Daun layu menguning
Daun layu menguning
Belum tumbuh akar
Leher akar membiru
Tidak tumbuh akar
- Tidak tumbuh akar
Tidak tumbuh akar
0,05 M
Batang tegak
Batang tegak
Tumbuhan layu, daun menguning
-
Tumbuhan mati
Tumbuhan mati
Tumbuhan mati
Warna daun hijau
Warna daun hijau
-
Belum tumbuh akar
Belum tumbuh akar
-
0,10 M
Batang tegak
Daun menguning
Tumbuhan layu
- Tumbuhan mati
Tumbuhan mati
Tumbuhan mati
Warna daun hijau
-
Belum tumbuh
Akar tidak Akar tidak -
akar tumbuh tumbuh
0,20 M
Batang tegak
Batang tegak
Tumbuhan layu
-
Tumbuhan layu, daun layu dan kering
Tumbuhan mati
Tumbuhan mati
Warna daun hijau
Warna daun hijau
-
Belum tumbuh akar
Belum tumbuh akar
Akar tidak tumbuh
-
4.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanaman kacang hijau selama 7 hari, dapat diketahui bahwa adanya pengaruh kadar garam terhadap penyerapan air dan pertumbuhan kacang hijau. Hal ini dapat dibuktikan dengan perubahan tinggi batang, panjang daun, lebar daun, bentuk batang, dan warna daun kacang hijau yang di rendam dengan larutan NaCl dengan masing-masing konsentrasi 0,00 M, 0,01 M, 0,05 M, 0,10 M, dan 0,20 M. Selain itu, juga terjadinya pengurangan volume pada larutan NaCl.
Pada percobaan ini volume air yang hilang pada tiap – tiap konsentrasi tidak seimbang, dimana pada konsentrasi 0,10 M lebih banyak air yang hilang dari pada konsentrasi 0,20 M, sedangkan seharusnya semakin tinggi konsentrasi suatu larutan NaCl maka volume air akan semakin berkurang juga sehingga tekanan osmotiknya akan besar, potensial osmotik rendah dan potensial airnya juga akan rendah.
Berkurangnya volume larutan NaCl ini disebabkan oleh potensial air dalam sel rendah sehingga air dapat masuk kedalam sel, dan dimanfaatkan oleh tumbuhan sebagai bahan dalam fotosintesis, melarutkan zat-zat yang dibutuhkan tumbuhan serta untuk mempertahankan turgiditas sel tumbuhan. Karena banyak aktivitas tumbuhan yang ditentukan oleh air dan bahan yang larut dalam air.
Jika dilihat dari pertumbuhan tanaman kacang hijau, dapat diketahui bahwa terjadinya pertambahan tinggi batang, panjang daun, dan lebar daun kacang hijau, namun pada konsentrasi 0,10 M dan 0,20 M diameter lebar daun menjadi berkurang (mengkerut). Begitu juga dengan bentuk batang, dan warna daunnya. Semakin tinggi konsentrasi NaCl, maka semakin layu batang tanaman kacang hijau dan warna daunnya semakin kekuningan. Hal ini disebabkan karena potensial air sel tanaman kacang hijau lebih tinggi dari pada potensial air larutan, akibatnya air dari sel berosmosis ke luar, sehingga tanaman menjadi kering dan proses fisiologisnya terganggu dan akhirnya tanaman mati.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Selain karbondioksida dan air, tumbuhan masih memerlukan zat-zat lain berupa hara mineral.
Suatu unsur disebut esensial jika tumbuhan itu tidak mampu menyempurnakan daur hidupnya tanpa unsur tersebut dan jika unsur tersebut menjadi bagian dari molekul atau kandungan tumbuhan yang esensial bagi tumbuhan itu.
Apabila natrium berada dalam jumlah yang sedikit maka dapat dikatakan sebagai unsur esensial bagi tumbuhan.
Adanya pengaruh kadar garam terhadap penyerapan air dan pertumbuhan kacang hijau.
Semakin tinggi konsentrasi NaCl, maka semakin layu batang tanaman kacang hijau dan warna daunnya semakin kekuningan.
Berkurangnya volume larutan NaCl disebabkan oleh potensial air dalam sel rendah sehingga air dapat masuk kedalam sel.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, NA., Reece, JB., Mitchell, LG., 2002. Biologi jilid II edisi ke lima. Erlanga. Jakarta
Firdaus L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru.
Loveless, R.A. 1987. Prinsip-prinsip biologi tumbuhan untuk daerah tropik,Gramedia Jakarta
Salisbury, FB., Ross, CW., 1995 . Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Penerbit ITB. Bandung
Soemarwoto, I., Gandjar, I., Guharja, E., Nasution, AH., Soemartono, SS., Soemadikarta, LK., 1981. Biologi Umum II. Gramedia. Jakarta
dhevhy4ever.blogspot.com/2012/04/pengaruh-kadar-garam-terhadap.html