45
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN SUB ARACHNOID BLEEDING (SAB) A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1.Pengertian Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan supalai darah ke bagian otak. (Brunner & Sudarth, 2000) Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif, cepat berupa defisit neurologis vokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian. Semata-mata disebabkan oleh peredaran darah otak non traumatik. (Mansjoer A. Dkk) Stroke merupakan manifestasi neurologis yang umum yang timbul secara mendadak sebagai akibat adanya gangguan suplai darah ke otak. (Depkes RI 1996) Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler. (Djoenaidi Widjaja, 1994) 2.Anatomi dan Fisiologi a. Otak

Laporan Pendahuluan Stroke Sab

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN SUB ARACHNOID BLEEDING (SAB)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian

Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang

diakibatkan oleh gangguan supalai darah ke bagian otak. (Brunner &

Sudarth, 2000)

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,

progresif, cepat berupa defisit neurologis vokal atau global yang

berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian.

Semata-mata disebabkan oleh peredaran darah otak non traumatik.

(Mansjoer A. Dkk)

Stroke merupakan manifestasi neurologis yang umum yang timbul

secara mendadak sebagai akibat adanya gangguan suplai darah ke otak.

(Depkes RI 1996)

Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan

disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara

spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya

pembuluh arteri, vena dan kapiler. (Djoenaidi Widjaja, 1994)

2. Anatomi dan Fisiologi

a. Otak

Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang

lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu

serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak),

dan diensefalon. (Satyanegara, 1998)

Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan

korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus

frontalis yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab

untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada

kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih

tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk

Page 2: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks

penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari

sensasi warna.

Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh

duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang

memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah

sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan

otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk

mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.

Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula

oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata

merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor,

pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah.

Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras

kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.

Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi

aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden

dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.

Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus,

epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan

pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum

dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan

menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau

tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan

pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan

dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer

yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi. (Sylvia A. Price, 1995)

b. Sirkulasi darah otak

Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 %

konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya.

Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan

arteri vertebralis. Di dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling

berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi.

(Satyanegara, 1998)

Page 3: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis

komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke

dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum,

menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi

suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen

basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian

(terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks

somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah

untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.

Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subklavia sisi

yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen

magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri

ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan

sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua

membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem

vertebrobasilaris ini jmemperdarahi medula oblongata, pons, serebelum,

otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan

cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus

oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular.

(Sylvia A. Price, 1995)

Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-

venula (yang tidak mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke sinus

duramatris. Dari sinus, melalui vena emisaria akan dialirkan ke vena-

vena ekstrakranial. (Satyanegara, 1998)

c Struktur pelindung otak

Otak manusia dari dalam keluar dilindungi oleh struktur sebagai

berikut :

1) Scalp (Skin, Connective tissue, Aponeurotic Galea, Loose connective

tissue and Pericranium)

2) Meninges yang terdiri dari :

Dura mater

Arachnoid mater

Pia mater

3) Cairan serebro spinalis (CSF)

Page 4: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

3. Etiologi

a. Trombosis

Bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher: Arteriosklerosis

serebral.

b. Embolisme serebral

Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh

yang lain: endokarditis, penyakit jantung reumatik, infeksi polmonal.

c. Iskemia

Penurunan aliran darah ke area otak: Kontriksi ateroma pada arteri.

d. Hemoragi Serebral

Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan

otak atau ruang sekitar otak

4. Faktor resiko pada stroke

1) Tidak dapat dirubah (Non Reversible)

Jenis kelamin

Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita.

Usia

Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.

Keturunan

Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke

2) Dapat dirubah (Reversible)

Hipertensi

Penyakit jantung

Kolesterol Tinggi

Obesitas

Diabetes Melitus

Polisitemia

Stress Emosional

3) Kebiasaan hidup

Merokok

Peminum Alkohol

obat-obatan terlarang

Aktivitas yang tidak sehat: Kurang olahraga, makanan berkolesterol.

Page 5: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

5. Klasifikasi stroke

a.Berdasarkan Klinik

1. Stroke Hemoragik (SH)

Stroke yang terjadi karena perdarahan Sub arachnoid, mungkin

disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu,

biasanya terjadi saat pasien melakukan aktivitas atau saat aktif. Namun

bisa juga terjadi saat istirahat, kesadaran pasien umumnya menurun.

2. Stroke Non Hemoragik (SNH)

Dapat berupa iskemia, emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi

setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari. Tidak

terjadi iskemi yang menyebabkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul

edema sekunder, kesadaran pasien umumnya baik.

Gambar 1. Stroke Non Haemoragik

b. Berdasarkan perjalanan penyakit

1. Trancient Iskemik Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas

Merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan

hilang dalam beberapa menit (durasi rata-rata 10 menit) sampai

beberapa jam (24 jam)

2. Stroke Involution atau Progresif

Adalah perjalanan penyakit stroke berlangsung perlahan meskipun akut.

Munculnya gejala makin bertambah buruk, proses progresif beberapa

jam sampai beberapa hari.

3. Stroke Complete

Page 6: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen,

maksimal sejak awal serangan dan sedikit memperlihatkan parbaikan

dapat didahului dengan TIA yang berulang.

6. Perbedaan Tanda dan Gejala Stroke Berdasarkan Proses Patologis

Gejala (anamnesa) Infark Perdarahan- Permulaan- Waktu- Nyeri Kepala- Kejang- Kesadaran Menurun

SubakutBangun pagiTidak adaTidak adaKadang-kadang (sedikit)

Sangat AkutLagi AktifAda+++++ hebat sampai koma

Gejala ObjektifKomaKaku kudukKernign signPapil edemaPerdarahan retina

+/-Tidak adaTidak adaTidak adaTidak ada

+++++++

Gambar 2. Gambaran perbedaan perdarahan Intraserebral dan Subarachnoid

Gejala PIS PSA

Timbulnya

Nyeri Kepala

Dalam 1 jam

Hebat

1-2 menit

Sangat hebat

Page 7: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

Kejang

Kesadaran

Tanda rangsangan

meningen

Hemiparese

Ganguan saraf otak

Umum

Menurun

+ (tidak ada)

++

+

Sering fokal

Menurun

Sementara

+++

+ (tak ada)

7. Patofisiologi

Ganguan Aliran Darah

Kerusakan penekanan/pergeseran Gangguan padaNeuro muskular Jaringan Otak N. Trigeminus

Glasofaringeus, vagus

Transmisi Peningkatan Kelemahan padaImpuls Terganggu TIK otit-otot untuk

Mengunyak dan menelan

Kelemahan otot Gg. Perpusi Intake nutrisi berkurangJaringan

Kontraktur Nyeri kepala

Mobilitas terganggu Merangsang SSO

Sistem Saraf SimpatisTerangsang memacu RAS

REM menurun

Pasien terjaga

Hepertensi Aneurisma PD Otak

Pecah PD

Penurunan Perpusi jaringan Otak

Gangguan Perpusi Jaringan Iskemia Pelebaran Kolateral Hemisper Kiri

Page 8: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

Anoxia Aktivitas Elektrolit Terganggu Area Broca’s Area Wernick’s

Metabolisme Anaerob Pompa Na & K gagal Motorik Bicara terganggu Apasia sensorik

Asam laktat Meningkat Na & air masuk ke Sel Apasia Motorik

Asidosis metabolik lokal

Ketidak seimbangan elektolit edema intra sel gangguan komunikasi verbal

Penekanan pada mid brain dan dienchephalon Peningkatan TIK

Ketidakstabilan sirkulasi & pernapasan depisit neurolgi mendadak

Resiko bersihan jalan napas tidak epektif

Resiko Aspirasi Hilang reflek menelan, Replek batuk(-)

Gangguan menelan Hilang / gangguan reflek motorik Penurunan kesadaran

Nutrisi kurang dari kebutuhan Gangguan mobilitas fisik

Self care defisit

8. Manifestasi Klinik

1) Tanda/Gejala awal Stroke Trombotik (TIA)

Hemiparesis

Kehilangan bicara

Parestesia satu sisi tubuh

2) Tanda dan Gejala umum yang ditemukan pada perdarahan otak pada klien

hipertensi:

Nyeri kepala hebat (dibelakang leher)

Vertigo (pusing) / sinkope

Parestesia (sensasi abnormal)

Paralisis

Epistaksis

Perdarahan retina

3) Penemuan Secara Umum

Nyeri kepala

Muntah

Kejang

Perubahan mental

Demam

tertekan/putusnyahubungan pusat sadar RAS

pada batang otak pada Cortex serebri

Page 9: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

Perubahan ECG: Gelombang T, interval P-R memendek, interval Q-R

memanjang, kontraksi ventrikel premature, sinus bradikardia dan

ventrikel dan supra ventrikel, takhikardi.

4) Manifestasi klinik berhubungan dengan penyebab

a. Trombosis

Cenderung berkembang selama tidur atau dalam 1 jam bangun tidur

Iskemia secara berangsur-angsur oleh karena itu manifestasi klinik

berkembang lebih lambat

Kesadaran relatif terpelihara

Tensi naik atau hipertensi

b. Embolisme

Tidak dapat dilihat pola waktu, tidak berhubungan dengan aktivitas

Manifestasi klinis terjadi cepat dalam 10-30 detik dan sering kali

tanpa tanda, tidak nyeri kepala.

Kemungkinan dapat meningkat cepat

Kesadaran relatif terpelihara

Tensi normal

c. Hemoragik

Khas terjadi selama aktif, jam kerja

Sakit kepala berat (bila klien mampu melaporkan gejala)

Serangan cepat dari hemiplegia komplit, terjadi beberapa menit-1jam

bentuk umumnya fatal.

Biasanya menghasilkan kehilangan fungsi permanen secara perlahan,

rendahnya penyembuhan secara sempurna.

Cepat terjadi koma

Kekakuan nuchal (belakang leher)

9. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan radiologi

(1) CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk

ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993)

Page 10: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

(2) MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.

(Marilynn E. Doenges, 2000)

(3) Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti

aneurisma atau malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998)

(4) Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung,

apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu

tanda hipertensi kronis pada penderita stroke. (Jusuf Misbach, 1999)

b) Pemeriksaan laboratorium

(1) Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai

pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil

biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari

pertama. (Satyanegara, 1998)

(2) Pemeriksaan darah rutin

(3) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi

hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan

kemudian berangsur-angsur turun kembali. (Jusuf Misbach, 1999)

(4) Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu

sendiri. (Linardi Widjaja, 1993)

10. Komplikasi

1) Hemiparesis dan hemiplegia: Kelemahan dan paralisis satu sisi tubuh terjadi

karena kerusakan area mata pada kortek atau pada saluran serat piramidal.

2) Apraksia adalah suatu kondisi dimana klien dapat menggerakan bagian yang

terkena tetapi tidak dapat digunakan untuk pergerakan dengan tujuan

spesipik (berjalan, bicara, pembersihan)

3) Apasia adalah kerusakan dalam menggunakan dan interpretasi simbol

bahasa. Apasia mungkin meliputi beberapa atau semua aspek dari

penggunaan bahasa seperti berbicara, membaca, menulis, dan mengerti

pembicaraan. Katagori apasia adalah :

a. Apasia sensorik (reseptive aphasia)

- disebut juga wernicke aphasia

- dapat berbicara dengan artikulasi dan gramatikal yang benar tetapi

kurang mampu memahami isi/kata yang dibicarakan

Page 11: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

b. Apasia motorik (ekspresif aphasia)

- disebut juga bioca aphasia

- tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin mampu

bicara dalam respon kata tunggal.

c. Apasia Global (kombinasi baik apasia reseptive maupun ekpresif)

4) Disatria adalah kesulitan dalam bentuk kata.

- klien mengerti bahasa tetapi kesulitan mengucapkan kata dan

menyambungkannya

- disebabkan karena fungsi saraf kranial yang menghasilkan kelemahan

dan paralisis dari otot bibir, lidah dan laring atau kehilangan sensasi.

5) Disfagia adalah kesulitan dalam menelan

Sering mempunyai kesulitan mengunyah dan menelan makanan (disfagia)

karena rendah kontrol otot.

6) Perubahan penglihatan:

- Homonimus hemianopisa (kehilangan setengah lapang

penglihatan pada sisi yang sama)

- Diplopia (penglihatan ganda)

- Penurunan ketajaman penglihatan

- Agnosia (ketidakmampuan mengidentifikasi lingkungan melalui

indera). Melalui visual, pendengaran atau taktil.

7) Perubahan berfikir abstrak

Ketidakmampuan membedakan kanan dan kiri, ketidak mampuan

mengenali nomor (angka) seperti penggunaan telepon atau mengatakan

waktu.

8) Emosi labil

Frustasi, mara, depresi, ketakutan, permusuhan, keputusasaan, kehilangan

kontrol diri dan hambatan sosial.

9) Inkotinensia

Tidak semua jenis stroke menghasilkan inkotinensia bowel dan bladder

neurogenik bowel dan blader, kadang-kadang terjadi setelah stroke.

11. Penatalaksanaan Stroke

Penderita yang baru saja mengalami stroke sebaiknya segera dibawa ke

rumah sakit agar dapat diberikan penanganan yang optimal. Semakin cepat

pertolongan diberikan, semakin baik hasil yang dicapai. Menurut Misbach

Page 12: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

(dalam Suryati, 2010), prognosis penderita sangat tergantung terutama kepada

kecepatan pertolongan saat therapeutic window yang relatif sangat pendek (±3

jam), oleh karena itu pertolongan terpadu dan rasional secara cepat, tepat dan

cermat akan menurunkan mortalitas dan morbiditas sehingga akan meningkatkan

kualitas hidup penderita.

Adapun tujuan terapi pada fase akut, adalah :

a. Mencegah agar stroke tidak berlanjut atau berulang.

b. Melakukan upaya agar cacat dapat diatasi

c. Mencegah terjadinya komplikasi

d. Mencari dan mengorbati penyakit lain yang dapat mempengaruhi perjalanan

stroke.

e. Membantu pemulihan penderita, misalnya melalui obat-obatan, terapi fisik

dan psikis.

f. Mencegah terjadinya kematian

Penatalaksanaan stroke terdiri atas :

a. Penatalaksanaan stroke iskemik, dibedakan pada fase akut dan fase pasca

akut

1) Pada fase akut, sasaran pengobatan adalah untuk menyelamatkan

neuron yang menderita jangan sampai mati dan agar proses patologik

lainnya yang menyertai tidak mengganggu fungsi otak. Tindakan dan

obat yang diberikan harus menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup.

Memantau jalan nafas, fungsi pernafasan dan sirkulasi serta

penggunaan obat untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme otak

yang menderita.

2) Pada fase pasca akut, sasaran pengobatan dititik beratkan pada tindakan

rehabilitasi penderita dengan fisioterapi. Terapi wicara dan psikoterapi

serta pencegahan terulangnya stroke dengan jalan mengobati dan

menghindari faktor risiko stroke.

b. Penatalaksanaan stroke hemoragik

Penderita biasanya berada dalam keadaan koma, maka pengobatan

dibagi dalam pengobatan umum dan pengobatan spesifik.

Page 13: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

1) Pengobatan umum, dengan memperhatikan jalan nafas dan pernafasan,

menjaga tekanan darah, mencegah terjadinya edema otak,

memperhatikan balans cairan serta memperhatikan fungsi ginjal dan

pencernaan.

2) Pengobatan spesifik, dengan pengobatan kausal yaitu pengobatan

terhadap perdarahan di otak dengan tujuan hemostasis, misalnya dengan

menggunakan asam traneksamat. Untuk stroke hemoragik dengan

perdarahan subaraknoidal, setelah lewat masa akut, dianjurkan

angiografi untuk mencari lesi sumber perdarahan, bila ditemukan maka

bisa dilakukan operasi bedah saraf.

12. Pencegahan

Pada pencegahan primer stroke harus diperhatikan 5 faktor :

a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

c. Fencegahan medik

d. Pencegahan operatif

e. Strategi kesehatan masyarakat.

7 anjuran yang harus dilaksanakan untuk mengurangi risiko stroke :

a. Periksa TD, kalau perlu pengobatan

b. Berhenti merokok

c. Olah raga teratur

d. Jangan minum alkohol

e. Diet yang sehat dan kontrol berat badan

f. Kontrol kolesterol

g. Periksa apakah ada atrium fibrilasi jantung

B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

1. Pada individu

1) Gangguan perfusi jaringan otak

Page 14: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

Akibat adanya sumbatan pembuluh darah otak, perdarahan otak,

vasospasme serebral, edema otak.

2) Gangguan mobilitas fisik

Terjadi karena adanya kelemahan, kelumpuhan dan menurunnya persepsi

/ kognitif

3) Gangguan komunikasi verbal

Akibat menurunnya/ terhambatnya sirkulasi serebral, kerusakan

neuromuskuler, kelemahan otot wajah

4) Gangguan nutrisi

Akibat adanya kesulitan menelan, kehilangan sensasi (rasa kecap) pada

lidah, nafsu makan yang menurun

5) Gangguan eliminasi uri dan alvi

Dapat terjadi akibat klien tidak sadar, dehidrasi, imobilisasi dan

hilangnya kontrol miksi

6) Ketidakmampuan perawatan diri

Akibat adanya kelemahan pada salah satu sisi tubuh, kehilangan

koordinasi / kontrol otot, menurunnya persepsi kognitif.

7) Gangguan psikologis

Dapat berupa emosi labil, mudah marah, kehilangan kontrol diri,

ketakutan, perasaan tidak berdaya dan putus asa.

8) Gangguan penglihatan

Dapat terjadi karena penurunan ketajaman penglihatan dan gangguan

lapang pandang.

2. Pada keluarga

1) Terjadi kecemasan

2) Masalah biaya

3) Gangguan dalam pekerjaan

C. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Page 15: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,

nomor register, diagnose medis.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara

pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)

2) Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,

pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri

kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping

gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.

(Siti Rochani, 2000)

3) Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,

riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-

obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.

(Donna D. Ignativicius, 1995)

4) Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun

diabetes militus. (Hendro Susilo, 2000)

5) Riwayat psikososial

Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk

pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan

keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi

dan pikiran klien dan keluarga.

6) Pola-pola fungsi kesehatan

a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan

obat kontrasepsi oral.

b) Pola nutrisi dan metabolisme

Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual

muntah pada fase akut.

Page 16: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

c) Pola eliminasi

Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya

terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.

d) Pola aktivitas dan latihan

Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan

sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah.

e) Pola tidur dan istirahat

Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang

otot/nyeri otot

f) Pola hubungan dan peran

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami

kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.

g) Pola persepsi dan konsep diri

Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak

kooperatif.

h) Pola sensori dan kognitif

Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan

pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas

yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori

dan proses berpikir.

i) Pola reproduksi seksual

Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa

pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis

histamin.

j) Pola penanggulangan stress

Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah

karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.

k) Pola tata nilai dan kepercayaan

Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang

tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

c. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran

Page 17: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,

kadang tidak bisa bicara

Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi

bervariasi

2. Pemeriksaan integumen

Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika

kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu

perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah

yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3

minggu

Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

Rambut : umumnya tidak ada kelainan

3. Pemeriksaan kepala dan leher

Kepala : bentuk normocephalik

Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi

Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)

4. Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,

wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur

akibat penurunan refleks batuk dan menelan.

5. Pemeriksaan abdomen

Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan

kadang terdapat kembung.

6. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

7. Pemeriksaan ekstremitas

Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

8. Pemeriksaan neurologi

(1)Pemeriksaan nervus cranialis

Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII

central.

(2)Pemeriksaan motorik

Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi

tubuh.

Page 18: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

(3)Pemeriksaan sensorik

Dapat terjadi hemihipestesi.

(4)Pemeriksaan refleks

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan

menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul

kembali didahuli dengan refleks patologis.(Jusuf Misbach, 1999)

2. Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan

intracerebral. (Marilynn E. Doenges, 2000)

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia

(Donna D. Ignativicius, 1995)

3) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan sensori,

penurunan penglihatan ( Donna D. Ignativicius, 1995)

4) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi

darah otak (Donna D. Ignativicius, 1995)

5) Gangguan eliminasi alvi(konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi,

intake cairan yang tidak adekuat (Donna D. Ignativicius, 1995)

6) Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot

mengunyah dan menelan ( Barbara Engram, 1998)

7) Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan

hemiparese/hemiplegi (Donna D. Ignativicius, 1995)

8) Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama

(Barbara Engram, 1998)

9) Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

penurunan refleks batuk dan menelan.(Lynda Juall Carpenito, 1998)

10) Gangguan eliminasi uri (inkontinensia uri) yang berhubungan dengan lesi

pada upper motor neuron (Lynda Juall Carpenito, 1998)

3. Intervensi Keperawatan

a. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan

intra cerebral

1) Tujuan :

Page 19: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perfusi

jaringan otak dapat tercapai secara optimal

2) Kriteria hasil :

- Klien tidak gelisah

- Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.

- GCS 456

- Pupil isokor, reflek cahaya (+)

- Tanda-tanda vital normal (nadi : 60-100 kali permenit, suhu:

36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit)

3) Rencana tindakan

a) Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-

sebab peningkatan TIK dan akibatnya

b) Anjurkan kepada klien untuk bed rest total

c) Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan

intrakranial tiap dua jam

d) Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung

(beri bantal tipis)

e) Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan

berlebihan

f) Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung

g) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat

neuroprotektor

4) Rasional

a) Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan

b) Untuk mencegah perdarahan ulang

c) Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara

dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat

d) Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainage

vena dan memperbaiki sirkulasi serebral

e) Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra

kranial dan potensial terjadi perdarahan ulang

f) Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan

kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenagngan mingkin

diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam

Page 20: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

kasus stroke hemoragik / perdarahan lainnya

g) Memperbaiki sel yang masih viabel

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia

1) Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam klien

mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan

kemampuannya

2) Kriteria hasil

- Tidak terjadi kontraktur sendi

- Bertabahnya kekuatan otot

- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

3) Rencana tindakan

a) Ubah posisi klien tiap 2 jam

b) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada

ekstrimitas yang tidak sakit

c) Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit

d) Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi

fungsionalnya

e) Tinggikan kepala dan tangan

f) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

4) Rasional

a) Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat

sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan

b) Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot

serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan

c) Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila

tidak dilatih untuk digerakkan

d) Mencegah kontraktur dan memfasilitasi kegunaanya jika

berfungsi kembali

e) Menaikan aliran balik vena dan membantu mencegah

terbentuknya edema

f) Program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan

kebutuhan yang berarti / menjaga kekurangan tersebut dalam

keseimbangan, koordinasi dan kekuatan.

Page 21: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

c. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan sensori

penurunan penglihatan

1) Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam persepsi

sensorik meningkat secara optimal.

2) Kriteria hasil :

- Adanya perubahan kemampuan yang nyata

- Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang

3) Rencana tindakan

a) Tentukan kondisi patologis klien

b) Kaji gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi

c) Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan

seksama

d) Observasi respon perilaku klien, seperti menangis, bahagia,

bermusuhan, halusinasi setiap saat

e) Berbicaralah dengan klien secara tenang dan gunakan kalimat-

kalimat pendek

4) Rasional

a) Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan,

sebagai penetapan rencana tindakan

b) Untuk mempelajari kendala yang berhubungan dengan

disorientasi klien

c) Agar klien tidak kebingungan dan lebih konsentrasi

d) Untuk mengetahui keadaan emosi klien

e) Untuk memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah

dapat dimengerti.

d. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan

sirkulasi darah otak

1) Tujuan

Page 22: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam proses

komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal

2) Kriteria hasil

- Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat

dipenuhi

- Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal

maupun isarat

3) Rencana tindakan

a) Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa

isarat

b) Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi

c) Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan

yang jawabannya “ya” atau “tidak”

d) Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan

klien

e) Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi

f) Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara

4) Rasional

a) Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan

klien

b) Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain

c) Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat

komunikasi

d) Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang

efektif

e) Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan

komunikasi

f) Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan

benar

e. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi

1) Tujuan

Page 23: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam kebutuhan

perawatan diri klien terpenuhi

2) Kriteria hasil

- Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan

kemampuan klien

- Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk

memberikan bantuan sesuai kebutuhan

3) Rencana tindakan

a) Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam

melakukan perawatan diri

b) Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas

dan beri bantuan dengan sikap sungguh

c) Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan

klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan

d) Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang

dilakukannya atau keberhasilannya

e) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi

4) Rasional

a) Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan

kebutuhan secara individual

b) Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-

menerus

c) Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat

tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat

dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk

melakukan sebanyak mungkin untuk diri-sendiri untuk

emepertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan

d) Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta

mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu

e) Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan

rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong

khusus

f. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan

Page 24: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

1) Tujuan

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam tidak

terjadi gangguan nutrisi

2) Kriteria hasil

- Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan

- Hb dan albumin dalam batas normal

3) Rencana tindakan

a) Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan

reflek batuk

b) Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan

sesudah makan

c) Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara

manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah gagu jika

dibutuhkan

d) Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu

e) Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang

f) Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair,

makan lunak ketika klien dapat menelan air

g) Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan

h) Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam program

latihan/kegiatan

i) Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui

iv atau makanan melalui selang

4) Rasional

a) Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien

b) Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi

c) Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan

kontrol muskuler

d) Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat

mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan

e) Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya

distraksi/gangguan dari luar

f) Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya

didalam mulut, menurunkan terjadinya aspirasi

Page 25: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

g) Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan merunkan resiko

terjadinya tersedak

h) Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang

meningkatkan nafsu makan

i) Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga

makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala

sesuatu melalui mulut

g. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi,

intake cairan yang tidak adekuat

1) Tujuan

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam klien tidak

mengalami konstipasi

2) Kriteria hasil

- Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa

menggunakan obat

- Konsistensifses lunak

- Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )

- Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )

3) Rencana tindakan

a) Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab

konstipasi

b) Auskultasi bising usus

c) Anjurkan pada klien untuk makan maknanan yang mengandung

serat

d) Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada

kontraindikasi

e) Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien

f) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses

(laxatif, suppositoria, enema)

4) Rasional

a) Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab obstipasi

b) Bising usu menandakan sifat aktivitas peristaltik

c) Diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik

dan eliminasi reguler

Page 26: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

d) Masukan cairan adekuat membantu mempertahankan

konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi

reguler

e) Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki

tonus oto abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltik

f) Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang

melunakkan massa feses dan membantu eliminasi

h. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama

1) Tujuan

Setelah dilakukan tindakan perawatan luka selama 3x24 jam klien

mampu mempertahankan keutuhan kulit

2) Kriteria hasil

- Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka

- Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka

- Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka

3) Rencana tindakan

a) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan

mobilisasi jika mungkin

b) Rubah posisi tiap 2 jam

c) Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-

daerah yang menonjol

d) Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru

mengalami tekanan pada waktu berubah posisi

e) Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area

sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap

merubah posisi

f) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma,

panas terhadap kulit

4) Rasional

a) Meningkatkan aliran darah kesemua daerah

b) Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah

c) Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol

d) Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler

e) Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan

Page 27: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

f) Mempertahankan keutuhan kulit

i. Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang

berhubungan dengan menurunnya refleks batuk dan menelan,

imobilisasi

1) Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam jalan nafas

tetap efektif.

2) Kriteria hasil :

- Klien tidak sesak nafas

- Tidak terdapat ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan

- Tidak retraksi otot bantu pernafasan

- Pernafasan teratur, RR 16-20 x per menit

3) Rencana tindakan :

a) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang sebab

dan akibat ketidakefektifan jalan nafas

b) Rubah posisi tiap 2 jam sekali

c) Berikan intake yang adekuat (2000 cc per hari)

d) Observasi pola dan frekuensi nafas

e) Auskultasi suara nafas

f) Lakukan fisioterapi nafas sesuai dengan keadaan umum klien

4) Rasional :

a) Klien dan keluarga mau berpartisipasi dalam mencegah

terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas

b) Perubahan posisi dapat melepaskan sekret darim saluran

pernafasan

c) Air yang cukup dapat mengencerkan sekret

d) Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan jalan nafas

e) Untuk mengetahui adanya kelainan suara nafas

f) Agar dapat melepaskan sekret dan mengembangkan paru-paru

j. Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan

kehilangan tonus kandung kemih, kehilangan kontrol sfingter, hilangnya

Page 28: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

isarat berkemih.

1) Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam klien

mampu mengontrol eliminasi urinya

2) Kriteria hasil :

- Klien akan melaporkan penurunan atau hilangnya inkontinensia

- Tidak ada distensi bladder

3) Rencana tindakan :

a) Identifikasi pola berkemih dan kembangkan jadwal berkemih

sering

b) Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari

c) Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks berkemih

(rangsangan kutaneus dengan penepukan suprapubik, manuver

regangan anal)

d) Bila masih terjadi inkontinensia, kurangi waktu antara

berkemih pada jadwal yang telah direncanakan

e) Berikan penjelasan tentang pentingnya hidrasi optimal

(sedikitnya 2000 cc per hari bila tidak ada kontraindikasi)

4) Rasional :

a) Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan dari

distensi kandung kemih yang berlebih

b) Pembatasan cairan pada malam hari dapat membantu

mencegah enuresis

c) Untuk melatih dan membantu pengosongan kandung kemih

d) Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk

menampung volume urine sehingga memerlukanuntuk lebih

sering berkemih

e) Hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah infeksi saluran

perkemihan dan batu ginjal.

DAFTAR PUSTAKA

Page 29: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

1. Ali, Wendra, 1999, Petunjuk Praktis Rehabilitasi Penderita Stroke, Bagian Neurologi FKUI /RSCM,UCB Pharma Indonesia, Jakarta.

2. Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.

3. Depkes RI, 1996, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Diknakes, Jakarta.

4. Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

5. Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta.

6. Harsono, 1996, Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

7. Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

8. Hudak C.M.,Gallo B.M.,1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, Volume II, EGC, Jakarta.

9. Ignatavicius D.D., Bayne M.V., 1991, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, An HBJ International Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.

10. Ignatavicius D.D., Workman M.L., Mishler M.A., 1995, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, 2nd edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.

11. Islam, Mohammad Saiful, 1998, Stroke : Diagnosis Dan Penatalaksanaannya, Lab/SMF Ilmu Penyakit Saraf, FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.

12. Juwono, T., 1996, Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek, EGC, Jakarta.

13. Lismidar, 1990, Proses Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.

14. Mardjono M., Sidharta P., 1981, Neurologi Klinis Dasar, PT Dian Rakyat, Jakarta.

15. Price S.A., Wilson L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4, Buku II, EGC, Jakarta.

16. Rochani, Siti, 2000, Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah Saraf Indonesia, Surabaya.

Page 30: Laporan Pendahuluan Stroke Sab

17. Satyanegara, 1998, Ilmu Bedah Saraf, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

18. Susilo, Hendro, 2000, Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu Pendekatan Baru Millenium III, Bangkalan.

19. Widjaja, Linardi, 1993, Patofisiologi dan Penatalaksanaan Stroke, Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf, FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.