40
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMOBILISASI DI RUANG MAWAR RSU BANGLI OLEH: A A ARI NOVIA SULISTIAWATI 1102105008

Laporan Pendahuluan Mobilisasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan Mobilisasi (Nursing)

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMOBILISASI

DI RUANG MAWAR RSU BANGLI

OLEH:

A A ARI NOVIA SULISTIAWATI

1102105008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2012

Page 2: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

1. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk

bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (A. Aziz Alimul H.

2009).

NANDA Internasional mendefinisikan gangguan mobilisasi fisik sebagai

keterbatasan pada kemandirian, gerakan fisik pada tubuh, atau satu atau lebih

ekstremitas (Ackley dan Ladwign, 2006 dalam Fundamental Keperawatan

Potter dan Perry Edisi 7 Buku 3). Gangguan tingkat mobilisasi fisik klien

sering disebabkan oleh restriksi gerakan dalam bentuk tirah baring, restriksi

fisik karena peralatan eksternal (misalnya gips atau traksi rangka), restriksi

gerakan volunter, atau gangguan fungsi motorik dan rangka.

Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak

dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan

(aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat

disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya (A. Aziz Alimul H. 2009).

Gangguan mobilisasi adalah suatu keadaan keterbatasan kemampuan

pergerakan fisik secara mandiri yang dialami oleh seseorang. Penyebab

imobilitas fisik bermacam-macam dan dapat dikategorikan berhubungan

dengan lingkungan internal dan eksternal.

B. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM KEBUTUHAN

AKTIVITAS

1. Tulang

Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi

mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot,

fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khusunya kalsium dan

fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat

sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-

organ dalam.

Page 3: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan

pelvis, tulang kuboid seperti tulang vertebra dan tulang tarsalia, dan

tulang panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya

berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah. Bagian

ujung tulang panjang dilapisi oleh kartilago dan secara anatomis terdiri

dari epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada

kedua ujung tulang yang terpisah dan lebih elastis padas masa anak-anak

serta akan menyatu pada masa dewasa (A. Aziz Alimul H. 2009).

2. Otot dan Tendon

Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh

bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi

tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu

jaringan ikat yang melekat dengan sangat kuat pada tempat insersinya

tulang. Terputusnya tendon akan mengakibatkan kontraksi otot tidak

dapat menggerakkan organ di tempat insersi tendon yang bersangkutan,

sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi

kembali (A. Aziz Alimul H. 2009).

3. Ligamen

Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.

Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu

jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan (A. Aziz Alimul H.

2009).

4. Sistem Saraf

Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otot dan medulla spinalis) dan

sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf

memiliki bagian somatis dan otonom. Bagian somatis memiliki fungsi

sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat

seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan

secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan

Page 4: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

terganggunya daerah yang diinsersi, dan kerusakan pada saraf radial akan

mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial tangan

(A. Aziz Alimul H. 2009).

5. Sendi

Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat

segmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan

antarsegmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat

beberapa jenis sendi, misalnya sendi sinovial yang merupakan sendi

kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang

sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan sinovial. Selain itu

terdapat juga sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan sendi lainnya (A. Aziz

Alimul H. 2009).

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI MOBILISASI:

1. Gaya hidup

Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilisasi

seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan

sehari-hari (A. Aziz Alimul H. 2009).

2. Proses penyakit/Cedera

Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilisasi karena dapat

memengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang

menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam

ekstremitas bagian bawah. Demikian pula orang yang baru menjalani

operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih

lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena mederita

penyakit tertentu (A. Aziz Alimul H. 2009).

3. Kebudayaan

Kemampuan melakukan mobilisasi dapat juga dipengaruhi kebudayaan.

Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh

memiliki kemampuan mobilisasi yang kuat, sebaliknya ada orang yang

Page 5: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

mengalami gangguan mobilisasi (sakit) karena adat dan budaya tertentu

dilarang untuk beraktivitas (A. Aziz Alimul H. 2009).

4. Tingkat energi

Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat

melakukan mobilisasi dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.

Seseorang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan

dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari (A. Aziz Alimul H.

2009).

5. Usia dan Status Perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan mobilisasi pada tingkat usia yang

berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat

gerak sejalan dengan perkembangan manusia. Usia berpengaruh terhadap

kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi. Pada individu

lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun

sejalan dengan penuaan (A. Aziz Alimul H. 2009).

D. JENIS-JENIS MOBILISASI

1. Mobilisasi penuh

Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan

menjalankan peran sehari-hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi

saraf motoris volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area

tubuh seseorang (A. Aziz Alimul H. 2009).

2. Mobilisasi sebagian

Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

dengan batasan yang jelas sehingga tidak mampu bergerak secara bebas

karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area

tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang

dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilisasi

sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motoris dan

sensoris (A. Aziz Alimul H. 2009).

Page 6: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

Mobilisasi sebagian temporer, merupakan kemampuan individu

untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut

dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem

muskuloskeletal, seperti adanya dislokasi sendi dan tulang.

Mobilisasi sebagian permanen, merupakan kemampuan individu

untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya tetap. Hal tersebut

disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel. Contohnya

terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang

belakang, dan untuk kasus poliomielitis terjadi karena terganggunya

sistem saraf  sensorik dan motorik.

E. JENIS-JENIS IMOBILISASI

- Imobilitas fisik: kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik

yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.

- Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami

keterbatasan daya piker, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan

otak akibat suatu penyakit.

- Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan

secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam

menyesuaikan diri. Sebagai contoh, keadaan stress berat dapat

disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami

kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling

dicintai.

- Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam

melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat

memengaruhi perannya dalam kehidupan social (A. Aziz Alimul H.

2009).

F. PERUBAHAN SISTEM TUBUH AKIBAT IMOBILISASI

Dampak dari imobilisasi dalam tubuh dapat mempengaruhi sistem tubuh,

seperti perubahan pada metabolism tubuh, ketidakseimbangan cairan dan

Page 7: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi

gastrointestinal, perubahan sistem pernapasan, perubahan kardiovaskular,

perubahan system musculoskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi

(buang air besar dan buang air kecil), dan perubahan perilaku.

1. Perubahan Metabolisme

Secara umum imobilisasi dapat mengganggu metabolisme secara

normal, mengingat imobilisasi dapat menyebabkan turunnya kecepatan

metabolisme di dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada

menurunnya basal metabolism rate (BMR) yang menyebabkan

berkurangnya energi untuk perbaikan sel-sel tubuh, sehingga dapat

memengaruhi gangguan oksigenasi sel (Fundamental Keperawatan

Potter dan Perry Edisi 7 Buku 3)

2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit

Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak

dari imobilisasi akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan

konsentrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu

kebutuhan cairan tubuh. Di samping itu, berkurangnya perpindahan

cairan dari intravascular ke interstisial dapat menyebabkan edema

sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Fundamental

Keperawatan Potter dan Perry Edisi 7 Buku 3)

3. Gangguan Fungsi Gastriointestinal

Imobilisasi dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal

ini disebabkan karena imobilisasi dapat menurunkan hasil makanan

yang dicerna, sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat

menyebabkan keluhan, seperti perut kembung, mual, dan nyeri

lambung yang dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi

(Fundamental Keperawatan Potter dan Perry Edisi 7 Buku 3).

4. Perubahan Sistem Pernapasan

Page 8: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

Akibat imobilisasi, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru

menurun, dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses

metabolisme terganggu (Fundamental Keperawatan Potter dan Perry

Edisi 7 Buku 3).

5. Perubahan Kardiovaskular

Sistem kardiovaskular juga dipengaruhi oleh imobilisasi. Ada tiga

perubahan utama yaitu hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja

jantung, dan pembentukan thrombus. Hipotensi ortostatik adalah

penurunan tekanan darah sistolik 25 mmHg dan diastolik 10mmHg

ketika klien bangun dari posisi berbaring atau duduk ke posisi berdiri.

Pada klien imobilisasi, terjadi penurunan sirkulasi volume cairan,

pengumpulan darah pada ekstremitas bawah, dan penurunan respon

otonom. (McCance and Huether, 1994 dalam Fundamental

Keperawatan Perry dan Potter Ed. 4, Vol.2).

6. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Perubahan yang terjadi dalam sistem muskuloskeletal sebagai dampak

dari imobilisasi adalah sebagai berikut: (Fundamental Keperawatan

Potter dan Perry Edisi 7 Buku 3)

a. Gangguan Muskular. Menurunnya massa otot sebagai dampak

imobilitas dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara

langsung. Menurunnya fungsi kapasitas otot ditandai dengan

menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya massa otot dapat

menyebabkan atropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang

yang telah dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih

kecil selain menunjukkan tanda lemah atau lesu.

b. Gangguan Skeletal. Adanya imobilitas juga dapat menyebabkan

gangguan skeletal, misalnya akan mudah terjadinya kontraktur

sendi dan osteoporosis. Kontraktur merupakan kondisi yang

abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan

atropi dan memendeknya otot.

Page 9: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

7. Perubahan Sistem Integumen

Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas

kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilisasi dan

terjadinya iskemia serta nekrosis jaringan superficial dengan adanya

luka decubitus sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi

yang menurun ke jaringan (Fundamental Keperawatan Potter dan Perry

Edisi 7 Buku 3)

8. Perubahan Eliminasi

Eliminasi urine klien berubah oleh adanya imobilisasi. Pada posisi

tegak lurus, urine mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk ke

dalam ureter dan kandung kemih akibat gaya gravitasi. Jika klien

dalam posisi rekumben atau datar, ginjal dan ureter membentuk garis

datar seperti pesawat. Ginjal yang membentuk urine harus masuk ke

dalam kandung kemih melawan gaya gravitasi. Akibat kontraksi

peristaltik ureter yang tidak cukup kuat melawan gaya gravitasi, pelvis

ginjal menjadi terisi sebelum urine masuk ke dalam ureter

(Fundamental Keperawatan Potter dan Perry Edisi 7 Buku 3)

9. Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku sebagai akibat imobilisasi, antara lain timbulnya

rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi,

perubahan siklus tidur, dan menurunnya koping mekanisme.

Terjadinya perubahan perilaku tersebut merupakan dampak imobilisasi

karena selama proses imobilisasi seseorang akan mengalami perubahan

peran, konsep diri, kecemasan, dan lain-lain (Fundamental

Keperawatan Potter dan Perry Edisi 7 Buku 3)

G. GANGGUAN MOBILISASI PADA PASIEN STROKE

Kerusakan pada beberapa sistem saraf pusat meregulasi gerakan volunter

yang menyebabkan gangguan kesejajaran tubuh, keseimbangan, dan

Page 10: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

mobilisasi. Iskemia akibat stroke dapat merusak serebelum atau strip

motoric pada korteks serebral. Kerusakan pada serebelum menyebabkan

masalah pada keseimbangan dan gangguan motorik yang dihubungkan

langsung dengan jumlah kerusakan strip motorik. Misalnya seseorang

dengan hemoragi serebral sisi kanan disertai nekrosis telah merusak strip

motorik kanan yang menyebabkan hemiplegia sisi kiri (Fundamental

Keperawatan Potter dan Perry Edisi 7 Buku 3).

Page 11: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

H. PATHWAY

STROKE

Meningkatnya tekanan intrakranial

Adanya proses desak ruang

Penekanan neuron motorik

Kehilangan kontrol volunteer terhadap gerakan motorik

Ketidakmampuan bergerak bebas

HemiperaseHemiplagia

Penyumbatan pembuluh darah

Pecahnya pembuluh darah otak

Kelemahan/keterbatasan gerak

Risiko Syndrom Disuse

Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar aktivitas/latihan secara mandiri

Hambatan Kemampuan

Berpindah

Hambatan Mobilitas di

Tempat Tidur

Hambatan Mobilitas Fisik

Hambatan Mobilitas

Berkursi Roda

Hambatan Berjalan

Page 12: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan imobilitas

adalah sebagai berikut:

1. Identitas

Pasien

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Status perkawinan :

Agama :

Suku :

Alamat :

Tanggal masuk :

Tanggal pengkajian :

Sumber Informasi :

Diagnosa masuk :

Penanggung

Nama :

Hubungan dengan pasien :

Riwayat keluarga

Genogram (kalau perlu)

Keterangan genogram

2. Riwayat Keperawatan Sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang

menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilisasi dan

imobilisasi, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat

mobilisasi dan imobilisasi, daerah terganggunya mobilitas dan

imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas.

3. Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah Diderita

Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan mobilisasi, misalnya adanya riwayat penyakit sistem

Page 13: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

neurologis (kecelakaan cerebrovascular, trauma kepala, peningkatan

tekanan intracranial, miastenia gravis, guillain barre, cedera medulla

spinalis, dan lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskular (infark

miokard, gagal jantung kongestif), riwayat penyakit musculoskeletal

(osteoporosis, fraktur, artritis), riwayat penyakit sistem pernapasan

(penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat

pemakaian obat, seperti sedative, hipnotik, depresan sistem saraf pusat,

laksania, dan lain-lain.

4. Kemampuan Fungsi Motorik

Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki

kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan,

atau spastis.

5. Kemampuan Mobilisasi

Pengkajian kemampuan mobilisasi dengan tujuan untuk menilai

kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan

berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah

sebagai berikut:

Tingkat

Aktivitas/Mobilisasi

Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara

penuh.

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.

Tingkat 2Memerlukan bantuan atau pengawasan

orang lain.

Tingkat 3Memerlukan bantuan, pengawasan

orang lain, dan peralatan.

Tingkat 4

Sangat tergantung dan tidak dapat

melakukan atau berpartisipasi dalam

perawatan.

Page 14: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

6. Kemampuan Rentang Gerak

Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan pada

daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki.

Tipe Gerakan

Derajat

Rentang

Normal

Leher, Spina, Servikal

Fleksi : menggerakkkan dagu menempel ke dada 45

Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak 45

Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejauh

mungkin

10

Fleksi Lateral : memiringkan kepala sejauh mungkin

ke arah setiap bahu

40-45

Rotasi : memutar kepala sejauh mungkin dalam

gerakan sirkuler

180

Bahu

Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping

tubuh ke depan ke posisi di atas kepala

180

Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi semula 180

Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping di atas

kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala

180

Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan

menyilang tubuh sejauh mungkin

320

Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu

dengan menggerakan lengan sampai ibu jari

menghadap ke dalam dan ke belakang

90

Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan lengan

sampai ibu jari ke atas dan samping kepala

90

Lengan Bawah

Supinasi : memutar lengan bawah dan tangan sehingga

telapak tangan menghadap ke atas

70-90

Pronasi : memutar lengan bawah sehingga telapak 70-90

Page 15: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

tangan menghadap ke bawah

Pergelangan Tangan

Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi dalam

lengan bawah

80-90

Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari,

tangan, dan lengan bawah berada dalam arah yang

sama

80-90

Abduksi (fleksi radial) : menekuk pergelangan tangan

miring (medial) ke ibu jari

Sampai 30

Adduksi (fleksi luar) : menekuk pergelangan tangan

miring (lateral) ke arah lima jari

30-50

Jari-jari Tangan

Fleksi : membuat pergelangan 90

Ekstensi : meluruskan jari tangan 90

Hiperekstensi : menggerakkan jari-jari tangan ke

belakang sejauh mungkin

30-60

Ibu Jari

Fleksi : menggerakkan ibu jari menyilang permukaan

telapak tangan

90

Ekstensi : menggerakkan ibu jari lurus menjauh dari

tangan

90

Pinggul

Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan atas 90-120

Ekstensi : menggerakkan kembali kesamping tungkai

yang lain

90-120

Lutut

Fleksi : menggerakkan tumit ke arah belakang paha 120-130

Ekstensi : mengembalikan tungkai ke lantai 120-130

Mata Kaki

Dorsifleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari

kaki menekuk ke atas

20-30

Plantarfleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari 45-50

Page 16: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

kaki menekuk kebawah

7. Perubahan Intoleransi Aktivitas

Pengkajian intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan perubahan

pada sistem pernapasan, antara lain : suara napas,analisa gas darah,

gerakan dinding thorak, adanya mucus, batuk yang produktif diikuti

panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas

terhadap perubahan sistem kardiovaskular, seperti nadi dan tekanan

darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus, serta perubahan

tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.

8. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara

bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan:

SkalaPersentase

Kekuatan NormalKarakteristik

0 0 Paralisis sempurna.

1 10Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat

di palpasi atau dilihat

2 25Gerakan otot penuh melawan gravitasi

dengan topangan

3 50Gerakan yang normal melawan

gravitasi

4 75Gerakan penuh yang normal melawan

gravitasi dan melawan tahanan minimal

5 100

Kekuatan normal, gerakan penuh yang

normal melawan gravitasi dan tahanan

penuh

Page 17: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

9. Perubahan Psikologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya

gangguan mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku,

peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.

10. Kaji Batasan Karakteristik

Kerusakan Mobilitas Fisik

- Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktivitas rutin

- Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar

- Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus

- Tidak ada koordinasi gerak atau gerakan tak ritmis

- Keterbatasan ROM

- Sulit terbalik

- Perubahan gaya berjalan

- Penurunan waktu reaksi

- Gerakan menjadi napas pendek

- Usaha yang kuat untuk perubahan gerak

- Gerak lambat

- Gerakan menyebabkan tremor

11. Kaji Faktor yang Berhubungan

Kerusakan mobilitas fisik

- Pengobatan

- Terapi pembatasan gerak

- Kurang pengetahuan mengenai manfaat pergerakan fisik

- IMT di atas 75% sesuai dengan usia

- Kerusakan sensori persepsi

- Nyeri, tidak nyaman

- Kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular

- Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina

- Depresi mood atau cemas

- Kerusakan kognitif

- Penurunan kekuatan otot, control dan atau massa

Page 18: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

- Keengganan untuk memulai gerak

- Gaya hidup menetap, tidak fit

- Malnutrisi umum atau spesifik

- Kehilangan integritas struktur tulang

- Keterlambatan perkembangan

- Kekakuan sendi atau kontraktur

- Keterbatasan daya tahan kardiovaskular

- Berhubungan dengan metabolisme selular

- Keterbatasan lingkungan fisik atau social

- Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang

tepat disesuaikan dengan umur

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko Sindrom Disuse

Faktor Risiko:

- Perubahan tingkat kesadaran

- Imobilitas Mekanis

- Paralisis

- Program Imobilisasi

- Nyeri Hebat

2. Hambatan Mobilitas di Tempat Tidur

Batasan Karakteristik:

- Hambatan kemampuan mengubah dari posisi duduk lama ke telentang

- Hambatan kemampuan mengubah dari posisi telungkup ke telentang

- Hambatan kemampuan mengubah dari posisi telentang ke duduk

- Hambatan kemampuan mengubah posisi dari telentang ke telungkup

- Hambatan kemampuan mengubah posisi dari telentang ke duduk

- Hambatan kemampuan mengubah posisi sendiri di tempat tidur

- Hambatan kemampuan untuk miring kanan-kiri

Faktor yang berhubungan:

- Gangguan Kognitif

Page 19: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

- Fisik tidak bugar

- Kurang pengetahuan

- Keterbatasan lingkungan (misalnya: ukuran tempat tidur, tipe tempat

tidur, peralatan terapi, restrain)

- Kekuatan otot tidak memadai

- Gangguan musculoskeletal

- Gangguan neuromuscular

- Obesitas

- Nyeri

- Obat sedasi

3. Hambatan Mobilitas Fisik

Batasan Karakteristik:

- Penurunan waktu reaksi

- Kesulitan membolak-balik

- Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (misalnya:

meningkatkan perhatian pada aktivitas orang lain, mengendalikan

perilaku, focus pada ketunadayaan/aktivitas sebelum sakit)

- Dyspnea setelah beraktivitas

- Perubahan cara berjalan

- Gerakan bergetar

- Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motoric halus

- Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motoric kasar

- Keterbatasan rentang pergerakan sendi

- Tremor akibat pergerakan

- Ketidakstabilan postur

- Pergerakan lambat

- Pergerakan tidak terkoordinasi

Faktor yang berhubungan:

- Intoleran Aktivitas

- Perubahan metabolism seluler

- Ansietas

Page 20: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

- Indeks masa tubuh di atas persentil ke-75 sesuai usia

- Gangguan kognitif

- Kontraktur

- Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia

- Fisik tidak bugar

- Penurunan ketahanan tubuh

- Penurunan kendali otot

- Penurunan massa otot

- Penurunan kekuatan otot

- Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik

- Keadaan mood depresif

- Keterlambatan perkembangan

- Ketidaknyamanan

- Disuse

- Kaku Sendi

- Kurang dukungan lingkungan (missal: fisik atau social)

- Keterbatasan ketahanan kardiovaskular

- Kerusakan integritas struktur tulang

4. Hambatan Mobilitas Berkursi Roda

Batasan Karakteristik:

- Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual di jalan

menurun

- Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di jalan

menanjak

- Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual di tepi jalan

- Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual di permukaan

rata

- Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual di permukaan

tidak rata

- Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di jalan

menurun

Page 21: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

- Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di jalan

menanjak

- Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di tepi jalan

- Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis pada

permukaan rata

- Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di

permukaan tidak rata

Faktor yang Berhubungan:

- Gangguan kognitif

- Fisik tidak bugar

- Defisiensi pengetahuan

- Alam perasaan depresi

- Keterbatasan lingkungan (missal: tangga, tanjakan, permukaan tidak rata,

rintangan yang membahayakan, jarak, tidak ada alat bantu atau individu

lain yang membantu, tipe kursi roda)

- Gangguan pengelihatan

- Kekuatan otot tidak memadai

- Keterbatasan ketahanan tubuh

- Gangguan musculoskeletal (missal: kontraktur)

- Gangguan neuromuscular

- Obesitas

- Nyeri

5. Hambatan Kemampuan Berpindah

Batasan Karakteristik

- Ketidakmampuan berpindah di antara tingkat ketinggian yang sama

- Ketidakmampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi

- Ketidakmampuan berpindah dari tempat tidur ke berdiri

- Ketidakmampuan berpindah dari mobil ke kursi

- Ketidakmampuan berpindah dari kursi ke tempat tidur

- Ketidakmampuan berpindah dari kursi ke mobil

- Ketidakmampuan berpindah dari kursi ke lantai

Page 22: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

- Ketidakmampuan berpindah dari lantai ke kursi

- Ketidakmampuan berpindah dari lantai ke berdiri

- Ketidakmampuan berpindah dari berdiri ke tempat tidur

- Ketidakmampuan berpindah dari berdiri ke kursi

- Ketidakmampuan berpindah dari berdiri ke lantai

- Ketidakmampuan naik dan/ turun dari bath tub

- Ketidakmampuan naik dan/ turun kursi buang air

- Ketidakmampuan naik dan/ turun toilet

Faktor yang berhubungan:

- Gangguan kognitif

- Kondisi fisik tidak bugar

- Kendala lingkungan (missal: tinggi tempat tidur, ruang tidak adekuat,

tipe kursi roda, peralatan terapi, restrain)

- Gangguan keseimbangan

- Gangguan penglihatan

- Kekuatan otot tidak memadai

- Kurang pengetahuan

- Gangguan musculoskeletal (missal: kontraktur)

- Gangguan neuromuscular

- Obesitas

- Nyeri

6. Hambatan Berjalan

Batasan Karakteristik:

- Hambatan kemampuan menaiki tangga

- Hambatan menyusuri tepi jalan

- Hambatan kemampuan berjalan di jalan menurun

- Hambatan kemapuan berjalan di jalan menanjak

- Hambatan kemampuan berjalan di permukaan tidak rata

- Hambatan kemampuan berjalan dengan jarak tertentu

Faktor yang berhubungan:

- Gangguan kognitif

Page 23: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

- Kondisi fisik tidak bugar

- Kendala lingkungan (missal: tangga, tanjakan, permukaan tidak rata,

rintangan yang membahayakan, jarak, kurang alat bantu atau individu

lain yang akan membantu dan restrain)

- Gangguan keseimbangan

- Gangguan penglihatan

- Kekuatan otot tidak memadai

- Kurang pengetahuan

- Gangguan musculoskeletal (missal: kontraktur)

- Gangguan neuromuscular

- Obesitas

- Nyeri

Page 24: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

D. PELAKSANAAN (TINDAKAN) KEPERAWATAN

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan posisi tubuh

sesuai kebutuhan pasien serta melakukan latihan ROM pasif dan aktif (Yulia

Suparmi, dkk, 2010)

(2) Pengaturan Posisi Tubuh Sesuai Kebutuhan Pasien

Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas dapat

disesuaikan dengan tingkat gangguan, seperti posisi fowler, sim,

trendelenburg, dorsal recumbent, lithotomi, dan genu pectoral.

a. Posisi fowler

Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian

kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk

mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

Cara:

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Dudukkan pasien

- Berikan sandaran/bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur,

untuk posisi semifowler (30-45o) dan untuk fowler 90o

- Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk

b. Posisi Sim

Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini

dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus

(supositoria).

Cara:

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan

posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan

ditekuk diarahkan ke dada

- Tangan kiri diatas kepala atau di belakang punggung dan tangan kanan

diatas tempat tidur

Page 25: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

- Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan

kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada

- Tangan kanan diatas kepala atau di belakang punggung dan tangan kiri

diatas tempat tidur

c. Posisi Trendelenburg

Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih

rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan

peredaran darah ke otak.

Cara:

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakkan bantal di antara

kepala dan ujung tempat tidur pasien, dan berikan bantal di bawah

lipatan lutut

- Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat

tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien

d. Posisi Dorsal Recumbent

Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik

atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat

dan memeriksa genitalia serta pada proses persalinan.

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka

- Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur,

dan renggangkan kedua kaki

- Pasang selimut

e. Posisi Litotomi

Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki

dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa

genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

Cara:

Page 26: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua

pahanya dan tarik ke arah perut

- Tungkai bawah membentuk sudut 90o terhadap paha

- Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi

lithotomi

- Pasang selimut

f. Posisi Genu Pectoral

Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada

menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk

memeriksa daerah rectum dan sigmoid.

Cara:

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk

dan dada menempel pada kasur tempat tidur

- Pasang selimut pada pasien

(2) Latihan ROM Pasif dan Aktif

Pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, disabilitas, atau

trauma memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilitas.

Latihan berikut dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kekuatan

otot serta memelihara mobilitas persendian (A. Aziz Alimul H. 2009).

a. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan

Cara:

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk

dengan lengan

- Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain

memegang pergelangan tangan pasien

- Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin

- Catat perubahan yang terjadi

Page 27: Laporan Pendahuluan  Mobilisasi

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H., A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia-Aplikasi

Konsep dan Proses Keperawatan. Buku 1. Jakarta: Salemba Medika

Dochterman, Joanne Mccloskey. 2004. Nursing Intervention Classification.

America: Mosby

Heater Herdman, T.2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan 2012-

2014.Jakarta: EGC

Perry, Potter. 2010. Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7.Jakarta: Salemba

Medika

Suparmi, Yulia, dkk. 2010. Panduan Praktik Keperawatan. Yogyakarta: PT

Citra Aji Pramana

Swanson, Elizabeth. 2008. Nursing Outcome Classification. America: Mosby