29
LAPORAN PENDAHULUAN HIDROCEPHALUS PADA ANAK DI RS ROEMANI SEMARANG Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Anak Disusun Oleh : Galuh Forestry Mentari 22020111130056 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROCEPHALUS PADA ANAK

DI RS ROEMANI SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

Galuh Forestry Mentari

22020111130056

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2014

Page 2: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

A. DEFINISI

Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang

subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).

Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya

cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi

sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal

(Ngastiyah, 2007).

Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif

pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral

selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili

arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan

intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor

(Mualim, 2010)

Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:

1. Waktu Pembentukan

a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak dalam

kandungan dan berlanjut setelah dilahirkan

b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayi dilahirkan

atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono,2006).

2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus

a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang

diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)

b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairan CSS

mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)

3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal

a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih biasa keluar

dari ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.

b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatan aliran CSS

yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yang menghubungkan

ventrikel – ventrikel otak (Anonim, 2003).

4. Proses Penyakit

a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yang mengenai

otak dan jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkus otak (meninges).

1 | P a g e

Page 3: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cedera

traumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atau

athrophy (Anonim, 2003).

B. ETIOLOGI

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat

antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang

subarackhnoid akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan

aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah:

1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim, atau infeksi

intrauterine meliputi :

a. Stenosis aquaductus sylvi

b. Spina bifida dan kranium bifida

c. Syndrom Dandy-Walker

d. Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah

2. Infeksi

Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis terlihat

penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain.

penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.

3. Neoplasma

Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran

CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV /

akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum,

penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.

4. Perdarahan

Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis

leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi

akibat organisasi dari darah itu sendiri.

C. FISIOLOGI CAIRAN CEREBRO SPINALIS

1. Pembentukan CSF

Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian

CSF di perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF

ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;

2 | P a g e

Page 4: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

a. Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar

b. Parenchym otak

c. Arachnoid

2. Sirkulasi CSF

Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat

pembentuknya ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui

sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius

menuju ventrikel IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello

pontine dan cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju

cisterna magna. Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan

ke cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan kedua

hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi

absorbsi melalui villi arachnoid.

D. PATOFISIOLOGI

Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi

sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu: produksi likuor yang berlebihan, peningkatan

resistensi aliran likuor, peningkatan tekanan sinus venosa.

Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial (TIK)

sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme

terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda – beda tiap saat selama

perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari : Kompresi sistem

serebrovaskuler, Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler,

Perubahan mekanis dari otak, Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis, Hilangnya

jaringan otak, Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.

Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran

likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang

disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam

upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang.

Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan

tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah

dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk

mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi.

Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak.

3 | P a g e

Page 5: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

E. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : pada masa neonates, dan pada

akhir masa kanak – kanak.

1. Hidrosefalus terjadi pada masa neonates

Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital

dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35 – 40 cm, dan

pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan.

Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak

dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih

terbuka bebas. Tulang – tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena – vena di sisi

samping kepala tampak melebar dan berkelok.

2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak – kanak

Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi

hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan

penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala

yang paling umum terjadi pada pasien – pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun

adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania

mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua

deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala

hipertensi intrakranial lainnya yaitu: Fontanel anterior yang sangat tegang, Sutura

kranium tampak atau teraba melebar, Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-

vena superfisial menonjol, Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).

Pertumbuhan kepala normal terjadi pada 3 bulan pertama. Lingkar kepala akan

bertambah kira – kira 2 cm setiap bulan. Pada 3 bulan berikutnya, penambahan akan

berlangsung lebih lambat.

Ukuran rata – rata lingkar kepala (Wim de jong) :

Lahir 35 cm

Umur 3 bulan 41 cm

Umur 6 bulan 44 cm

Umur 9 bulan 46 cm

Umur 12 bulan 47 cm

Umur 18 bulan 48,5 cm

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

4 | P a g e

Page 6: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

1. Pemeriksaan fisik:

a. Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk

melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal

b. Transiluminasi

2. Pemeriksaan darah:

a. Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus

3. Pemeriksaan cairan serebrospinal:

a. Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis

untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa

4. Pemeriksaan radiologi:

a. X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.

b. USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.

c. CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus

mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Pencegahan

Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic,

penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat.

Proses persalinan / kelahiran diusahakan dalam batas – batas fisiologik untuk

menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih

dipilih dari pada menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.

2. Terapi Medikamentosa

Hidrosefalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya

tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50

mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid

dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau

furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat

sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.

3. Pembedahan

Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi.

Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat

mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :

a. Ventrikulo Peritorial Shunt

5 | P a g e

Page 7: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

b. Ventrikulo Adrial Shunt

Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada

keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter

“shunt” obat-obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.

Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari

ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan

ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial.

Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi

radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk selamanya.

Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.

4. Terapi

Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :

a. Mengurangi produksi CSS

b. Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi

c. Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :

1. Penanganan sementara

Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi

hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya

meningkatkan resorbsinya.

2. Penanganan alternatif (selain shunting)

Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi

radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi.

saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III

adalah dengan teknik bedah endoskopik.

3. Operasi pemasangan “ pintas “ (shunting)

Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas

drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum.

baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang ada

hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal

yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit

terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt yang

6 | P a g e

Page 8: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi

ventrikel dan bahkan kematian.

H. PATHWAY

Pathway hidrocephalus

7 | P a g e

Produksi likuor berlebih

Peningkatan resistensi aliran likuor

Penekanan tekanan sinus venosa

Penumpukan cairan serebrospinalis (CSS) dalam ventrikel otak secara

aktif

Penatalaksanaan Produksi likuor berlebih

Peningkatan resistensi aliran likuor

Penekanan tekanan sinus venosa

Page 9: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

I. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kriteria

hasil

Intervensi Rasionalisasi

1 Diare

Batasan Karakteristik:

1. Nyeri abdomen

sedikitnya 3x

defekasi perhari

2. Kram

3. Bising usus

hiperaktif

4. Ada dorongan

Faktor yang

Berhubungan :

Psikologis

1. Ansietas

2. Tingkat stres tinggi

Situasional

1. Efek samping obat

2. Kontaminan

3. Penyalahgunaan

laksatif

4. Radiasi, toksin

5. Melakukan

perjalanan

Fisiologis

1. Proses infeksi dan

parasit

2. Inflamasi dan iritasi

3. Malabsorbsi

NOC

1. Bowel

elimination

2. Fluid balance

3. Hydration

4. Electrolyte and

acid base balance

Kriteria hasil:

1. Feses berbentuk,

BAB sehari

sampai tiga hari

sekali

2. Menjaga daerah

sekitar rektal dari

iritasi

3. Tidak mengalami

diare

4. Menjelakan

penyebab diare

dan rasional

tindakan

5. Mempertahankan

turgor kulit

NIC

Diarhea Management

1. Evaluasi efek

samping

pengobatan

terhadap

gastrointestinal

2. Ajarkan pasien

untuk

menggunakan obat

antidiare

3. Instruksikan

pasien/keluarga

untuk mencatat

warna, jumlah,

frekuensi dan

konsistensi dari

feses

4. Evaluasi intake

makanan yang

masuk

5. Identifikasi faktor

penyebab dari

diare

6. Monitor tanda dan

gejala diare

7. Observasi turgor

kulit secara rutin

8. Ukur

diare/keluaran

Diarhea Management

1. Mengetahui

apakah ada

dampak negatif

dari obat

terhadap

gastrointestinal.

2. Memandirikan

pasien.

3. Menghitung dan

mengetahui

warna, jumlah,

frekuensi dan

konsistensi dari

feses.

4. Mengetahui

jumlah makanan

yang masuk ke

dalam tubuh

klien.

5. Mengetahui

penyebab lebih

dini

6. Mengetahui

perubahan status

diare klien.

7. Mengetahui

status volume

dan cairan

dalam tubuh

8 | P a g e

Page 10: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

BAB

9. Hubungi dokter

jika ada kenaikan

bising usus

10. Instruksikan pasien

untuk makan

rendah serat, tinggi

protein dan tinggi

kalori jika

memungkinkan

11. Instruksikan untuk

menghindari

laksatif

12. Monitor persiapan

makanan yang

aman

klien

8. Menghitumg

output klien.

9. Mendapat

tindakan yang

tepat.

10. Memperbaiki

status nutrisi

klien.

11. Untuk

menghindari

konstipasi

12. Menghindari

kesalahan

makan

2. Ansietas

Batasan karakteristik

Perilaku

1. Gelisah

2. Insomnia

3. Kontak mata yang

buruk

4. Agitasi

5. Tampak waspada

6. Afektif

7. Gelisah, distsres

8. Kesedihan yang

mendalam

9. Ketakutan

10. Perasaan tidak

adekuat

11. Berfokus pada diri

sendiri

NOC

1. Anxiety self-

control

2. Anxiety level

3. Coping

Kriteria hasil:

1. Klien mampu

mengidentifikasi

dan

mengungkapkan

gejala cemas

2. Mengidentifikasi

,

mengungkapkan

dan

menunjukkan

teknik untuk

mengontrol

NIC

Anxiety Reduction

(penurunan kecemaan)

1. Gunakan

pendekatan yang

menenangkan

2. Jelaskan semua

prosedur dan apa

yang dirasakan

selama prosedur

3. Pahami perspektif

pasien terhadap

situasi stres

4. Temani pasien

5. Dorong keluarga

untuk menemani

anak

6. Identifikasi tingkat

Anxiety Reduction

1. Pendekatan

yang

menenangkan

membuat anak

nyaman

2. Untuk

mendapatkan

izin dari

keluarga

3. Mengetahui

batasan

masalah

individu dan

pengaruhnya

selama

diberikan

9 | P a g e

Page 11: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

12. Gugup senang

berlebihan

13. Rasa nyeri yang

meningkatkan rasa

ketidak berdayaan

14. Khawatir

Fisiologis

1. Wajah tegang,

tremor tangan

2. Peningkatan

keringat

3. Peningkatan

ketegangan

4. Gemetar

5. Suara bergetar

Simpatik

1. Anoreksia

2. Diare, mulut kering

3. Wajah merah

4. Jantung berdebar-

debar

5. Peningkatan

tekanan darah

6. Peningkatan denyut

nadi

7. Peningkatan reflek

8. Peningkatan

frekuensi

pernafasan

9. Pupil melebar

10. Kesulitan bernafas

Parasimpatik

1. Nyeri abdomen

2. Penurunan tekanan

cemas

3. Vital sign dalam

batas normal

4. Postur tubuh,

ekspresi wajah,

bahasa tubuh

dan tingkat

aktivitas

menunjukkan

berkurangnya

kecemasan

kecemasan

7. Dorong pasien

untuk

mengungkapkan

perasaan,

ketakutan, persepsi

8. Ajarkan teknik

relaksasi

intervensi

4. Untuk

memberikan

keamanan dan

mengurangi

takut

5. Keluarga

berperan

menenangkan

dan membuat

nyaman anak

6. Mengetahui

tingkat

kecemasan

untuk

memberikan

intervensi yang

tepat

7. Mengetahui

sumber

ketakutan atau

kecemasan

klien

8. Untuk

mengurangi

kecemasan

10 | P a g e

Page 12: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

darah

3. Penurunan denyut

nadi

4. Diare, mual,

vertigo

5. Letih, gangguan

tidur, kesemutan

pada ekstremitas

6. Sering berkemih

Kognitif

1. Kesulitan

berkonsentrasi

2. Penurunan

kemampuan untuk

belajar

3. Lupa, gangguan

perhatian

4. Khawatir, melamun

5. Cenderung

menyalahkan orang

lain

Faktor yang

berhubungan

1. Perubahan (status

ekonomi,

lingkungan, status

kesehatan, pola

interaksi, fungsi

peran, status peran)

2. Pemajanan toksin

3. Terkait keluarga

4. Herediter

5. Infeksi/kontaminan

interpersonal

11 | P a g e

Page 13: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

6. Penularan penyakit

interpersonal

7. Krisis maturasi,

krisi situasional

8. Stres, ancaman

kematian

9. Penyalahgunaan zat

10. Ancaman pada

(status ekonomi,

lingkungan, status

kesehatan, pola

interaksi, fungsi

peran, status peran,

konsep diri)

11. Kebutuhan yang

tidak dipenuhi

3. Kekurangan volume

cairan

Batasan karakteristik

1. Perubahan status

mental

2. Penurunan tekanan

darah

3. Penurunan tekanan

nadi

4. Penurunan turgor

kulit

5. Penurunan haluaran

urine

6. Membran mukosa

kering

7. Kulit kering

8. Peningkatan

hematokrit

NOC

1. Fluid Balance

2. Hydration

3. Nutritional

Status : Food and

Fluid Intake

Kriteria Hasil :

1. Mempertahankan

urine output

sesuai dengan

usia dan BB, BJ,

urine normal, HT

normal

2. Tekanan darah,

nadi, suhu tubuh

dalam batas

normal

NIC

Fluide management

1. Timbang

popok/pembalut

jika diperlukan

2. Pertahankan

catatan intake dan

output yang akurat

3. Monitor status

hidrasi

(kelembaban

membran mukosa,

nadi adekuat,

tekanan ortostatik),

jika diperlukan

4. Monitor vital sign

5. Kolaborasikan

Fluide management

1. Menghitung

output cairan

dari klien.

2. Untuk

mencegah dan

mengidentifikasi

secara dini

terjadinya

kelebihan

cairan.

3. Mengetahui

status cairan

klien.

4. Memantau tanda

–tanda vital

klien tiap jam.

5. Menambah

12 | P a g e

Page 14: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

9. Peningkatan suhu

tubuh

10. Peningkatan

frekuensi nadi

11. Peningkatan

konsentrasi urine

12. Penurunan berat

badan

13. Haus

14. Kelemahan

Faktor yang

berhubungan

1. Kehilangan cairan

aktif

2. Kegagalan

mekanisme regulasi

3. Tidak ada tanda-

tanda dehidrasi,

elastisitas turgor

kulit baik,

membran

mukosa lembab,

tidak ada rasa

haus yang

berlebihan

cairan IV

6. Monitor status

nutrisi

7. Dorong masukan

oral

8. Kolaborasi dengan

dokter.

Hypovolemia

Management

1. Monitor status

cairan termasuk

intake dan output

cairan

2. Monitor tingkat

HB dan hematokrit

3. Monitor respon

pasien terhadap

penambahan cairan

4. Monitor berat

badan

intake pada

klien.

6. Untuk

memberikan

intervensi yang

tepat.

7. Untuk

mencukupi

kebutuhan

nutrisi

8. Memberikan

intervensi dan

penatalaksanaan

medis yang

tepat bagi klien

Hypovolemia

Management

1. Mengetahui

balance cairan

2. Peningkatan

hematokrit

menunjukkan

adanya dehidrasi

3. Mengetahui

terjadinya

perubahan,

misalnya adanya

edema

4. Kenaikan berat

badan perlu

diperhatikan

apabila terdapat

edema

4. Ketidakseimbangan NOC NIC Nutrion mangement

13 | P a g e

Page 15: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

nutrisi : kurang dari

kebutuhan tubuh

Batasan karakteristik

1. Kram abdomen

2. Nyeri abdomen

3. Menghindari

makanan

4. Berat badan 20%

atau lebih di bawah

berat badan ideal

5. Kerapuhan kapiler

6. Diare

7. Kehilangan rambut

berlebihan

8. Bising usus

hiperaktif

9. Kurang makanan\

10. Kurang informasi

11. Penurunan berat

badan dengan

asupan makanan

adekuat

12. Membran mukosa

pucat

13. Ketidakmampuan

memakan makanan

14. Tonus otot

menurun

15. Mengeluh

gangguan sensasi

rasa

16. Cepat kenyang

setelah makan

17. Sariawan rongga

1. Nutritional

Status :

2. Nutritional

Status : food and

fluide intake

3. Nutritional

Status : nutrient

intake

4. Weight control

Kriteria hasil :

1. Adanya berat

badan sesuai

dengan tujuan

2. Berat badan ideal

sesuai dengan

tinggi badan

3. Mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

4. Tidak ada tanda-

tanda malnutrisi

5. Menunjukan

peningkatan

fungsi

pengecapan dari

menelan

6. Tidak terjadi

penurunan berat

badan yang

berarti

Nutrion mangement

1. Kaji adanya alergi

makanan

2. Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk

menentukan jumlah

kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan

pasien

3. Anjurukan pasien

untuk

meningkatkan

intake IV

4. Anjurkan pasien

untuk

meningkatkan

protein dan vitamin

C

5. Berikan substansi

gula

6. Monitor jumlah

nutrisi dan

kandungan kalori

7. Berikan informasi

tentang kebutuhan

nutrisi

Nutrition Monitoring

1. BB pasien dalam

batas normal

2. Monitor adanya

penurunan berat

badan

3. Monitor tipe dan

jumlah aktivitas

1. Mengetahui jenis

makanan yang

menimbulkan

alergi

2. Memberikan

asupan nutrisi yang

sesuai dengan

kebutuhan pasien

3. Memenuhi

kebutuhan cairan

pasien

4. Untuk

menggantikan

protein yang hilang

karena malabsorbsi

dinding usus

5. Menambah energi

tubuh yang hilang

akibat metabolisme

6. Mengetahui status

nutrisi pasien

7. Memberikan

informasi kepada

keluarga mengenai

nutrisi pasien

8. Mengetahui status

cairan klien.

9. Mengetahui status

nutrisi klien.

10. Mengetahui tingkat

nutrisi klien.

11. Tumbuh kembang

klien

14 | P a g e

Page 16: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

mulut

18. Kelemahan otot

pengunyah

19. Kelemahan otot

untuk menelan

Faktor yang

berhubungan

1. Faktor biologis

2. Faktor ekonomi

3. Ketidakmampuan

mengabsorbsi

nutrient

4. Ketidakmampuan

mencerna makanan

5. Ketidakmampuan

menelan makanan

yang biasa

dilakukan

4. Monitor interaksi

anak atau orang

tua selama makan

5. Monitor

lingkungan selama

makan

6. Jadwalkan

pengobatan dan

tindakan tidak

selama jam makan

7. Monitor kulit

kering dan

perubahan

pigmentasi

8. Monitor turgor

kulit

9. Monitor

kekeringan,

rambut kusam, dan

mudah patah

10. Monitor kadar

albumin, total

protein, HB, dan

kadar HT

11. Monitor

pertumbuhan dan

perkembangan

12. Monitor pucat,

kemerahan, dan

kekeringan

jaringan

mempengaruhi

status nutrisi.

12. Mengetahui status

kekurangan nutrisi.

15 | P a g e

Page 17: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

konjungtiva

5 Kerusakan integritas

kulit

Batasan karakteristik :

1. Kerusakan lapisan

kulit (dermis)

2. Gangguan

permukaan kulit

(epidermis)

3. Infasi struktur

tubuh

Foktor yang

berhubungan :

Eksternal

1. Zat kimia, radiasi

2. Usia yang ekstrim

3. Kelembaban

4. Hipertermia,

hipotermia

5. Faktor mekanik

(misal : gaya

gunting)

6. Medikasi

7. Lembab

8. Imobilitas

Internal

1. Perubahan status

cairan

2. Perubahan

pigmentasi

3. Perubahan turgor

Faktor Perkembangan

1. Kondisi

ketidakseimbangan

NOC

1. Tissue Integrity :

Skin and Mucous

Membranes

2. Hemodyalis

akses

Kriteria hasil :

1. Integritas kulit

yang baik bisa

dipertahankan

(sensasi,

elastisitas,

temperatur,

hidrasi,

pigmentasi)

2. Tidak ada luka

atau lesi pada

kulit

3. Perfusi jaringan

baik

4. Menunjukkan

pemahaman

dalam proses

perbaikan kulit

dan mencegah

terjadinya cidere

berulang

5. Mampu

melindungi kulit

dan

mempertahankan

kelembaban kulit

dan perawatan

NIC

Pressure Management

1. Anjurkan pasien

untuk

menggunakan

pakaian yang

longgar

2. Jaga kebersihan

kulit agar tetap

bersih dan kering

3. Mobilisasi pasien

( ubah posisi

pasien) setiap 2

jam sekali

4. Oleskan lotion atau

minyak/baby oil

pada daerah

tertekan

5. Monitor aktivitas

dan mobilisasi

pasien

6. Memandikan

pasien dengan

sabun dan air

hangat

Pressure Management

1. Mengurangi

gesekan antara

kulit dengan

pakaian.

2. Kulit yang kotor

menjadi tempat

berkumpulnya

bakteri.

3. Posisi yang sama

terus-menerus

dapat

menyebabkan

kerusakan kulit.

4. Pemberian lotion

akan

melembabkan

kulit.

5. Mobilisasi klien

dapat mengurangi

kerusakan

integeritas kulit.

6. Menjaga

kebersihan kulit

klien.

16 | P a g e

Page 18: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

nutrisi (misal

obesitas, emasiasi)

2. Penurunan

imunologis

3. Penurunan sirkulasi

4. Kondisi gangguan

metabolik

5. Gangguan sensasi

6. Tonjolan tulang

alami

Daftar Pustaka

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner dan

Suddarth. Jakarta : EGC

Behrman, Richard E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2. Edisi 15. Alih

Bahasa A. Samik Wahab. Jakarta : EGC.

17 | P a g e

Page 19: Laporan Pendahuluan Hidrocephalus Pada Anak

Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi Subekti.

Jakarta: EGC

Davey Patrick.2003.Medicine at a Glance.Erlangga:Jakarta

Kee, Joyce L.1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina

Hany. Jakarta: EGC

Nethina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh Setiawan, dkk.

Jakarta : EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperwatan Berdasarkan

Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Rubenstein David, dkk.2005. Lecture Notes: Kedokteran Klinis.Erlangga:Jakarta

Tucker, Susan Martin, dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan,

Diagnosis, dan Evaluasi. (ed. 5). Alih Bahasa Yasmin Asih,dkk. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). 2001. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing.

(Ed. 6). Missouri : Mosby.

18 | P a g e