Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    1/21

    LAPORAN PENDAHULUAN

    EFUSI PLEURAL

    A. DEFINISI

    Efusi pleural adalah Pengumpulan cairan dalam dalam ruang pleura (selaput yang

    menutupi permukaan paru-paru) yang terletak di antara permukaan visceral (selaput)dan parietal

    (dinding).(Brunner and Suddarth edisi 8 volume 1,2001)

    Efusi pleura adalah adalah Cairan yang terkumpuk dalam rongga pleura .(Sylvia A.Price

    , 2006)

    Efusi pleural adalah Terkumpulnya cairan abnormal dalam kavum pleura (Arief

    mansjoer 1999)Efusi pleural adalah Cairan yang tertumpuk dalam rongga pleura.

    (Dr. HendraLaksman, 2003)

    Kesimpulan :

    Efus pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura yang disebakan oleh banyak faktor

    seperti penyakit dan tekanan abnormal dalamparu-paru.

    B. ETIOLOGIBerdasarkan jenis cairan yang terbnetuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat, eksudat

    dan hemoragis.

    1) Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindroma

    nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena cava superior, tumor, sindroma

    meig.

    2) Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor, ifark paru,

    radiasi, penyakit kolagen.

    3) Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru, tuberkulosis.

    4) Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral.Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya akan

    tetapi effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit dibawah ini :Kegagalan jantung

    kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan

    tuberkolosis.

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    2/21

    C. MANIFESTASI KLINISBiasanya manifestasi klinisnya disebabkan oleh penyakit dasar (Peneumonia).

    a. Demam

    b. Mengigil

    c. Nyeri dada pleuritisd. Dispnea

    e. Batuk

    f. Sesak nafas

    g. Bunyi nafas minimal

    h. Egofoni akan terdengar diatas area efusi

    i. Deviasi Trakea menjauhi tempat sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural

    yang signifikan .

    D. ANATOMI FISIOLOGISa. Anatomi

    Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk kerucut.

    Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus atas, tengah dan

    bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan bawah (John

    Gibson, MD, 1995, 121).

    Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum

    mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-paru

    dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura (Syaifudin B.AC , 1992, 104).

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    3/21

    Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua

    lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan lapisan parietal

    menutupi permukaan dalam dari dinding dada. Kedua lapisan tersebut berlanjut pada

    radix paru. Rongga pleura adalah ruang diantara kedua lapisan tersebut.

    b. Fisiologi

    Sistem pernafasan atau disebut juga sistem respirasi yang berarti bernafas lagi

    mempunyai peran atau fungsi menyediakan oksigen (O2) serta mengeluarkan carbon

    dioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi penyediaan O2 serta pengeluaran CO2 merupakan

    fungsi yang vital bagi kehidupan.

    Proses respirasi berlangsung beberapa tahap antara lain :

    1) VentilasiAdalah proses pengeluaran udara ke dan dari dalam paru. Proses ini terdiri atas 2

    tahap :

    Inspirasi yaitu pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Inspirasi terjadi dengan

    adanya kontraksi otot diafragma dan interkostalis eksterna yang menyebabkan

    volume thorax membesar sehingga tekanan intra alveolar menurun dan udara masuk

    ke dalam paru.

    Ekspirasi yaitu pergerakan udara dari dalam ke luar paru yang terjadi bila otot-otot

    expirasi relaxasi sehingga volume thorax mengecil yang secara otomatis menekan

    intra pleura dan volume paru mengecil dan tekanan intra alveola menurun sehingga

    udara keluar dari paru.

    2) Pertukaran gas di dalam alveol dan darah.3) Transport gas

    Yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan

    darah(aliran darah).

    4) Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan.Metabolisme penggunaan O2 di

    dalam sel serta pembuatan CO2 yang juga disebut pernafasan seluler. (Alsagaff H, Abdul

    Moekty, 1995, 15).

    Permukaan rongga pleura berbatasan lembab sehingga mudah bergerak satu ke

    yang lainnya (John Gibson, MD, 1995, 123). Dalam keadaan normal seharusnya tidak

    ada rongga kosong diantara kedua pleura karena biasanya hanya terdapat sekitar 10-20 cc

    cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur

    (Soeparman, 1990, 785). Setiap saat jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi

    lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura, maka kelebihan tersebut akan dipompa

    keluar oleh pembuluh limfatik (yang membuka secara langsung) dari rongga pleura ke

    dalam mediastinum. Permukaan superior dari diafragma dan permukaan lateral dari

    pleura parietis disamping adanya keseimbangan antara produksi oleh pleura parietalis dan

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    4/21

    absorbsi oleh pleura viseralis . Oleh karena itu ruang pleura disebut sebagai ruang

    potensial. Karena ruang ini normalnya begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang

    fisik yang jelas. (Guyton dan Hall, Ege,1997, 607).

    E. PATOFISIOLOGIDalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura. Jumlah

    cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9

    cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun

    misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat

    ada proses keradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan

    jantung dan tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A,

    1995, 145).

    Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum

    pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1) penghambatan drainase limfatik darirongga pleura, (2) gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer

    menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam

    rongga pleura (3) sangat menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi juga

    memungkinkan transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab

    peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura, yang memecahkan membran

    kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara

    cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997, 623-624).

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    5/21

    PATHWAY

    ASUHAN KEPERAWATAN

    Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan

    kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang

    optimal (Canpernito, 2000,2).

    Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut yaitu

    proses keperawatan. Proses keperewatan dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan

    praktek keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada, dimana

    keempat komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu : pengkajian, perencanaan,

    implementasi dan evaluasi yang membentuk suatu mata rantai (Budianna Keliat, 1994,2).

    I. Pengkajian

    Pengumpulan Data

    Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    6/21

    a. Identitas PasieNPada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat

    rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan

    dan pekerjaan pasien.

    b. Keluhan UtamaKeluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan

    atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan

    keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang

    bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non

    produktif.

    c. Riwayat Penyakit SekarangPasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti

    batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan

    sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang

    telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.d. Riwayat Penyakit Dahulu

    Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni,

    gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui

    kemungkinan adanya faktor predisposisi.

    e. Riwayat Penyakit KeluargaPerlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang

    disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain

    sebagainya.

    f. Riwayat PsikososialMeliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya sertabagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.

    g. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan

    1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

    Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan

    persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap

    pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum

    alkohol dan penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.

    2) Pola nutrisi dan metabolisme

    Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran

    tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu

    ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi

    pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    7/21

    pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit.

    pasien dengan effusi pleura keadaan umumnya lemah.

    3) Pola eliminasi

    Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dandefekasi sebelumdan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien

    akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat

    pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus

    degestivus.

    4) Pola aktivitas dan latihan

    Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Px akan cepat

    mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan

    mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL

    nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.

    5) Pola tidur dan istirahat

    Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap

    pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan

    dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang

    yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.

    6) Pola hubungan dan peran

    Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran,misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya

    sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya. Disamping itu,

    peran pasien di masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi

    hubungan interpersonal pasien.

    7) Pola persepsi dan konsep diri

    Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba

    mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan

    beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam halini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.

    8) Pola sensori dan kognitif

    Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses

    berpikirnya.

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    8/21

    9) Pola reproduksi seksual

    Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu

    untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih

    lemah.

    10) Pola penanggulangan stress

    Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan

    mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau

    orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.

    11) Pola tata nilai dan kepercayaan

    Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan

    menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan.

    h. Pemeriksaan Fisik

    1) Status Kesehatan Umum

    Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum,

    ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap

    petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan

    pasien. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan pasien.

    2) Sistem Respirasi

    Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga

    mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan

    mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus

    kordis. RR cenderung meningkat dan Px biasanya dyspneu.

    Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc.

    Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada

    dada yang sakit.

    Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak

    mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkungdengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis

    Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.

    Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke

    atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin

    saja akan ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    9/21

    cairan. Ditambah lagi dengan tanda ie artinya bila penderita diminta mengucapkan

    kata-kata i maka akan terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida

    Bagus, Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79)

    3) Sistem Cardiovasculer

    Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS5 pada

    linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada

    tidaknya pembesaran jantung. Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan

    harus diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa

    adanya thrill yaitu getaran ictus cordis. Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana

    daerah jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran

    jantung atau ventrikel kiri. Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau

    gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta adakah

    murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.

    4) Sistem Pencernaan

    Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut

    menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada

    tidaknya benjolan-benjolan atau massa.

    Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya 5-35 kali

    permenit. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa

    (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba,

    juga apakah lien teraba. Perkusi abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cairan

    akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta, tumor).

    5) Sistem Neurologis

    Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan pemeriksaan

    GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau comma. refleks patologis, dan bagaimana

    dengan refleks fisiologisnya. Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti

    pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

    6) Sistem Muskuloskeletal

    Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial, palpasi pada kedua ekstremetasuntuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refil time.

    Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan

    antara kiri dan kanan.

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    10/21

    7) Sistem Integumen

    Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit, pada

    Px dengan effusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport

    O2. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam).

    Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasiseseorang.

    i. Pemeriksaan Penunjang

    Hasil pemeriksaan medis dan laboratorium

    1. Pemeriksaan Radiologi

    Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak bisa terlihat.

    Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukkan kostofrenikus. Pada effusi

    pleura sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis tampak tumpul,

    diafragma kelihatan meninggi. Untuk memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari

    sisi yang sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan

    pleura sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-787).

    2. Biopsi Pleura

    Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura dengan melalui biopsi jalur

    percutaneus. Biopsi ini digunakan untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman

    penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor pleura) (Soeparman, 1990, 788).

    j. Pemeriksaan Laboratorium

    Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara lain :

    a. Pemeriksaan Biokimia

    Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya dapat

    dilihat pada tabel berikut :

    Transudat Eksudat

    Kadar protein dalam effusi 9/dl < 3 > 3

    Kadar protein dalam effusi < 0,5 > 0,5

    Kadar protein dalam serum

    Kadar LDH dalam effusi (1-U) < 200 > 200

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    11/21

    Kadar LDH dalam effusi < 0,6 > 0,6

    Kadar LDH dalam serum

    Berat jenis cairan effusi < 1,016 > 1,016

    Rivalta Negatif Positif

    Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga cairan pleura :

    - Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi,

    arthritis reumatoid dan neoplasma

    - Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis

    adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).

    b. Analisa cairan pleura

    - Transudat : jernih, kekuningan

    - Eksudat : kuning, kuning-kehijauan

    - Hilothorax : putih seperti susu

    - Empiema : kental dan keruh

    - Empiema anaerob : berbau busuk

    - Mesotelioma : sangat kental dan berdarah

    c. Perhitungan sel dan sitologi

    Leukosit 25.000 (mm3):empiema

    Banyak Netrofil : pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB paru

    Banyak Limfosit : tuberculosis, limfoma, keganasan.

    Eosinofil meningkat : emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan jamur

    Eritrosit : mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3 cairan tampak

    kemorogis, sering dijumpai pada pankreatitis atau pneumoni. Bila erytrosit > 100000

    (mm3menunjukkan infark paru, trauma dada dan keganasan.

    Misotel banyak : Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa disingkirkan.

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    12/21

    Sitologi : Hanya 50 - 60 % kasus- kasus keganasan dapat ditemukan sel

    ganas. Sisanya kurang lebih terdeteksi karena akumulasi cairan pleura lewat mekanisme

    obstruksi, preamonitas atau atelektasis (Alsagaff Hood, 1995 : 147,148)

    d. Bakteriologis

    Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo cocclis, E-coli,

    klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman tahan

    asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 % (Soeparman, 1998: 788).

    Analisa Data :

    Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dikelompokkan dan dianalisa sehingga dapat

    ditemukan adanya masalah yang muncul pada penderita effusi pleura. Selanjutnya masalah

    tersebut dirumuskan dalam diagnosa keperawatan.

    II. Diagnosa Keperawatan

    Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa data sari hasil pengkajian,

    maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di kelompokkan menjadi diagnosa aktual, potensial

    dan kemungkinan. (Budianna Keliat, 1994,1)

    Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan effusi pleura antara

    lain :

    1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder

    terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura (Susan Martin Tucleer, dkk, 1998).

    2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sehubungan dengan

    peningkatan metabolisme tubuh, pencernaan nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap

    penekanan struktur abdomen (Barbara Engram, 1993).

    3. Cemas sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan (ketidakmampuan

    untuk bernafas).

    4. Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan sesak nafas

    serta perubahan suasana lingkungan Barbara Engram).

    5. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan keletihan (keadaan

    fisik yang lemah) (Susan Martin Tucleer, dkk, 1998).

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    13/21

    6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan sehubungan dengan kurang

    terpajang informasi (Barbara Engram, 1993)

    III. Perencanaan

    Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk mengurangi,menghilangkan dan mencegah masalah klien.(Budianna Keliat, 1994, 16)

    1) Diagnosa Keperawatan IKetidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder

    terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.

    Tujuan : Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal

    Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada

    pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar

    jelas.

    Rencana tindakan :

    a. Identifikasi faktor penyebab.

    Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat menentukan jenis effusi pleura

    sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.

    b. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang

    terjadi.

    Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita dapat

    mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.

    c. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat

    tidur ditinggikan 6090 derajat.

    Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa

    maksimal.

    d. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien).

    Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru.

    e. Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.

    Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru-paru.

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    14/21

    f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.

    Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-otot

    dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.

    g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta foto thorax.

    Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah terjadinya

    sianosis akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari berkurangnya

    cairan dan kembalinya daya kembang paru.

    2) Diagnosa Keperawatan IIGangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan

    peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas.

    Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

    Kriteria hasil : Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan hasil

    laboratorium dalam batas normal.

    Rencana tindakan :

    a. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.

    Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya, kebiasaannya,

    agama, ekonomi dan pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

    b. Auskultasi suara bising usus.

    Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya gangguan pada

    fungsi pencernaan.

    c. Lakukan oral hygiene setiap hari.

    Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.

    d. Sajikan makanan semenarik mungkin.

    Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan.

    e. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.

    Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak selingan

    memudahkan reflek.

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    15/21

    f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit TKTP

    Rasional : Diit TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan pembentukan

    antibody karena diet TKTP menyediakan kalori dan semua asam amino esensial.

    g. Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan laboratoriumalabumin dan pemberian vitamin dan suplemen nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal,

    putmocare) jika intake diet terus menurun lebih 30 % dari kebutuhan.

    Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat menambah asam lemak

    dalam tubuh.

    3) Diagnosa Keperawatan IIICemas atau ketakutan sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan

    (ketidakmampuan untuk bernafas).

    Tujuan : Pasien mampu memahami dan menerima keadaannya sehingga tidak terjadi

    kecemasan.

    Kriteria hasil : Pasien mampu bernafas secara normal, pasien mampu beradaptasi dengan

    keadaannya. Respon non verbal klien tampak lebih rileks dan santai, nafas teratur dengan

    frekuensi 16-24 kali permenit, nadi 80-90 kali permenit.

    Rencana tindakan :

    a. Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasien. Biasanya dengan semi fowler.

    Jelaskan mengenai penyakit dan diagnosanya.

    Rasional : pasien mampu menerima keadaan dan mengerti sehingga dapat diajak kerjasama

    dalam perawatan.

    a. Ajarkan teknik relaksasi

    Rasional : Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan

    b. Bantu dalam menggala sumber koping yang ada.

    Rasional : Pemanfaatan sumber koping yang ada secara konstruktif sangat bermanfaat dalam

    mengatasi stress.

    c. Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Rasional : Hubungan

    saling percaya membantu proses terapeutik

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    16/21

    d. Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas.

    Rasional : Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien dan

    membangun kepercayaan dalam mengurangi kecemasan.

    e. Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa cemasnya.

    Rasional : Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila sudah teridentifikasi dengan

    baik, perasaan yang mengganggu dapat diketahui.

    4) Diagnosa Keperawatan IVGangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan nyeri

    pleuritik.

    Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.

    Kriteria hasil : Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa

    mengalami gangguan, pasien dapat tertidur dengan mudah dalam waktu 30-40 menit dan

    pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam per hari.

    Rencana tindakan :

    a. Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien.

    Rasonal : Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan akan memperlancar peredaran

    O2 dan CO2.

    b. Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan kebiasaan pasien

    sebelum dirawat.

    Rasional : Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur akan mengganggu

    proses tidur.

    c. Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur.

    Rasional : Relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur.

    d. Observasi gejala kardinal dan keadaan umum pasien.

    Rasional : Observasi gejala kardinal guna mengetahui perubahan terhadap kondisi pasien.

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    17/21

    5) Diagnosa Keperawatan VKetidakmampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan keletihan (keadaan

    fisik yang lemah).

    Tujuan : Pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal mungkin.

    Kriteria hasil : Terpenuhinya aktivitas secara optimal, pasien kelihatan segar dan

    bersemangat, personel hygiene pasien cukup.

    Rencana tindakan :

    a. Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas serta

    adanya perubahan tanda-tanda vital.

    Raasional : Mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.

    a. Bantu Px memenuhi kebutuhannya.

    Rasional : Memacu pasien untuk berlatih secara aktif dan mandiri.

    b. Awasi Px saat melakukan aktivitas.

    Rasional : Memberi pendidikan pada Px dan keluarga dalam perawatan selanjutnya.

    c. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.

    Rasional : Kelemahan suatu tanda Px belum mampu beraktivitas secara penuh.

    d. Jelaskan pada pasien tentang perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.

    Rasional : Istirahat perlu untuk menurunkan kebutuhan metabolisme.

    e. Motivasi dan awasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap.

    Rasional : Aktivitas yang teratur dan bertahap akan membantu mengembalikan pasien pada

    kondisi normal.

    6) Diagnosa Keperawatan VIKurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan sehubungan dengan kurangnya

    informasi.

    Tujuan : Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan pengobatan.

    Kriteria hasil :

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    18/21

    a. Px dan keluarga menyatakan pemahaman penyebab masalah.

    b. PX dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi

    medik.

    c. Px dan keluarga mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan polahidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah.

    Rencana tindakan :

    a. Kaji patologi masalah individu.

    Rasional : Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan

    dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pentingnya intervensi terapeutik.

    b. Identifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi jangka panjang.

    Rasional : Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat, penyakit paru infeksi dan keganasan

    dapat meningkatkan insiden kambuh.

    c. Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat (contoh, nyeri

    dada tiba-tiba, dispena, distress pernafasan).

    Rasional : Berulangnya effusi pleura memerlukan intervensi medik untuk mencegah,

    menurunkan potensial komplikasi.

    d. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik, istirahat, latihan).

    Rasional : Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat

    mencegah kekambuhan.

    IV. Pelaksanaan

    Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada

    beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :

    Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan

    interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang

    tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon

    pasien.

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    19/21

    Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi yang

    telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien

    (Budianna Keliat, 1994,4).

    V. Evaluasi

    Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah

    kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggotatim kesehatan lainnya.

    Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan

    tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk,

    1989).

    Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien :

    a. Mampu mempertahankan fungsi paru secara normal.

    b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

    c. Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.

    d. Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri sehari-hari untuk mengembalikan aktivitas

    seperti biasanya.

    e. Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan pernafasan seperti sesak nafas,

    nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke dokter atau perawat yang merawatnya.

    f. Mampu menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.

    g. Menunjukkan pengetahuan tentang tindakan pencegahan yang berhubungan dengan

    penatalaksanaan kesehatan, meliputi kebiasaan yang tidak menguntungkan bagi kesehatan seperti

    merokok, minum minuman beralkohol dan pasien juga menunjukkan pengetahuan tentang

    kondisi penyakitnya.

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    20/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Al sagaff H dan Mukti. A, DasarDasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press,

    Surabaya ; 1995

    Arif , Mansjoer .2001.KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Edisi 3.Jakarta ; EGC

    Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek KlinikEdisi 6, PenerbitBuku Kedokteran EGC,;1995

    Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatanEdisi 2, Penerbit

    Buku Kedokteran EGC ; 1995

    Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I, Penerbit Buku

    Kedokteran EGC ; 1999

    Ganong F. William, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17, Jakarta EGC ; 1998

    Gibson, John, MD, Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, Jakarta EGC ; 1995

  • 7/27/2019 Laporan Pendahuluan Efusi Pleura Jadi

    21/21

    Keliat, Budi Anna. Proses Keperawatan, Arcan Jakarta ; 1991

    Laboratorium Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR, DasarDasar Diagnostik Fisik Paru, Surabaya;

    1994

    Lismidar,proses keperawatan H,dkk, Proses keperawatan, AUP, 1990

    Marrilyn. E. Doengus, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan

    Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 Jakarta EGC ; 1999

    Price A, Slivia ,dkk .2006.PATOFISIOLOGI.Edisi 6.Jakatra ; EGC

    Suddarth and Brunner.2001.KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Edisi 8.Jakarta ; EGC