Upload
ryan-reza-falupi
View
245
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Berisi tentang latar belakang, konsep stroke trombotik (definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi & WOC, penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang, konsep asuhan keperawatan), contoh kasus beserta pembahasan.
SEMINAR KASUS INDIVIDU
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN STROKE
TROMBOTIK+AF SLOW-MODERATE+POST HIPERTENSI
EMERGENCY DI RUANG RAWAT INAP LANTAI 3
RUMAH SAKIT X
SURABAYA
Disusun Oleh:
Ryan Reza Falupi, S.Kep.
NIM. 131313143172
PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN KOMPREHENSIF (PBLK)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang
diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke bagian otak (Smeltzer et. al 2010).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
(Corwin 2009). Stroke mengacu kepada setiap gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak (Price dan Wilson 2006). Jadi stroke
merupakan masalah medik yang sering dijumpai, gangguan neurologik ini
sering terjadi secara mendadak dan tidak jarang menyebabkan kematian.
Berdasarkan data WHO (2010) setiap tahunnya terdapat 15 juta orang
di seluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian
sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang
permanen. Penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi 2
penyebab utama kecacatan pada usia dewasa dan merupakan salah satu
penyebab terbanyak di dunia. Stroke menduduki urutan ketiga sebagai
penyebab utama kematian setelah penyakit jantung koroner dan kanker di
negara-negara berkembang. Negara berkembang juga menyumbang 85,5%
dari total kematian akibat stroke di seluruh dunia. Dua pertiga penderita stroke
terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Terdapat sekitar 13 juta
korban stroke baru setiap tahun, dimana sekitar 4,4 juta diantaranya meninggal
dalam 12 bulan (WHO, 2006). Data dari Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (2008) memperlihatkan bahwa stroke merupakan penyebab
kematian nomor satu pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Lebih lanjut
dari data tersebut, permasalahan yang muncul pada pelayanan stroke nasional
adalah: rendahnya akan kesadaran faktor risiko stroke, belum optimalnya
pelayanan stroke, ketaatan terhadap program terapi untuk pencegahan stroke
ulang yang rendah. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 mendata
kasus stroke di wilayah perkotaan di 33 provinsi dan 440 kabupaten
mengumpulkan sebanyak 258.366 sampel rumah tangga perkotaan dan
3
987.205 sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran berbagai variabel
kesehatan masyarakat, hasilnya adalah penyakit stroke merupakan pembunuh
utama di kalangan perkotaan dan pedesaan. Menurut hasil pengkajian
mahasiswa program pendidikan profesi ners fakultas keperawatan Universitas
Airlangga di RSUA periode November 2014 stroke termasuk ke dalam 10
kasus terbanyak, yaitu sebanyak 3,6%.
Tanda utama stroke atau cerebrovascular accident (CVA) adalah
munculnya secara mendadak satu atau lebih defisit neurologik fokal. Defisit
tersebut mungkin mengalami perbaikan dengan cepat, mengalami perburukan
progresif, atau menetap. Gejala umum berupa baal atau lemas mendadak di
wajah, lengan, atau tungkai, terutama di salah satu sisi tubuh; gangguan
penglihatan seperti penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau
kedua mata; bingung mendadak; tersandung selagi berjalan; pusing
bergoyang; hilangnya keseimbangan atau koordinasi; dan nyeri kepala
mendadak tanpa kausa yang jelas (Price dan Wilson, 2006).
Pasien yang terkena stroke memiliki risiko yang tinggi untuk
mengalami serangan stroke ulang. Serangan stroke dapat terjadi tiba tiba,
umumnya karena pasien tidak mengetahui gejala terjadinya serangan stroke
dan tidak melakukan upaya yang tepat untuk mengurangi stroke. Upaya untuk
mengurangi stroke dapat dilakukan dengan olah raga secara teratur, diet
teratur, perubahan pola hidup. Seorang pasien hipertensi dapat mengurangi
serangan stroke diperlukan pengetahuan yang cukup tentang cara pengelolaan
dan perawatan hipertensi yang benar.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan
Stroke dengan pendekatan proses keperawatan.
4
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan stroke.
2. Mengetahui pengkajian pada pasien stroke.
3. Mengetahi diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien stroke.
4. Mengetahui rencana keperawatan yang dilkakukan pada pasien stroke.
5. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien stroke.
5
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Pengertian
Menurut Smeltzer et. al (2010) stroke adalah kehilangan fungsi otak secara
mendadak yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke bagian otak.
Sedangkan menurut Corwin (2009) stroke adalah cedera otak yang berkaitan
dengan obstruksi aliran darah.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa stroke merupakan
gangguan suplai darah ke otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah.
2.1.2 Etiologi dan Klasifikasi
1. Stroke iskemik/infark
Stroke yang disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah, baik trombus maupun
embolus sehingga dapat menimbulkan stroke iskemik/infark (Morton 2011).
1) Stroke trombotik
Stroke yang terjadi akibat oklusi pembuluh darah akibat adanya
aterosklerosis dan penyempitan lumen arteri serebri dengan pembentukan
trombus (Stilwell 2011). Selain hal di atas dapat juga disebabkan oleh
kelainan darah (polisitemia), peradangan pada arteri (Morton 2011)
Menurut Gallow (1996) stroke trombotik terbagi menjadi:
(1) TIA (Transiet Iskemik Attack)
Gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit
sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
(2) Stroke involusi
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat
berjalan 24 jam atau beberapa hari.
6
(3) Stroke komplit
Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen.
Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan
TIA berulang.
2) Stroke embolik
Stroke embolik dapat dihubungkan dengan adanya hiperkoagulasi dab
penyumbatan oleh bekuan darah, lemak atau udara. Emboli dapat berasal
dari trombus yang awalnya berada di jantung dapat terlepas dan mengikuti
aliran darah dan menyumbat arteri serebri. Penyakit jantung sperti atrial
fibrilasi, mitral stenosis, serta pembedahan jantung atau vaskuler (Stilwell
2011)
2. Stroke hemoragik
Selain keadaan iskemik otak dapat pula terjadi perdarahan yang disebabkan
oleh ruptur vaskular serebral secara mendadak. Smeltzer dan Bare (2001)
membedakan penyebab stroke hemoragik menjadi
1) Perdarahan intraserebral, akibat hipertensi dan aterosklerosis dengan
ruptur pembuluh darah
2) Perdarahan subarachnoid, akibat trauma, aneurisma.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke (Goldston 2006):
1. Usia
2. Hipertensi
3. Paparan asap roko
4. Diabetes melitus
5. Atrial fibrilasi dan beberapa kondisi jantung
6. Dislipidemia
7. Diet yang buruk
8. Obesitas
9. Hiperkoagulopaty
10. Inflamasi dan infeksi
7
2.1.3 Manifestasi klinis
1. Defisit Motorik
1) Hemiparese, hemiplegia
2) Distria (kerusakan otot-otot bicara)
3) Disfagia (kerusakn otot-otot menelan)
2. Defisit Sensori
1) Defisit visual (umum karena jaras visual terpotong sebagian besar pada
hemisfer serebri)
(1) Hemianopsia homonimosa (kehilangan pandangan pada setengah bidang
pandang pada sisi yang sama)
(2) Diplopia (penglihatan ganda)
(3) Penurunan ketajaman penglihatan
2) Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap sensasi superfisial
(sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin)
3) Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap proprioresepsi
(pengetahuan tentang posisi bagian tubuh)
3. Defisit Perseptual (Gangguan dalam merasakan dengan tepat dan
menginterpretasi diri dan/atau lingkungan)
1) Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap
ekstremitas yang mengalami paralise; kelainan unilateral)
2) Disorientasi (waktu, tempat, orang)
3) Apraksia (kehilangan kemampuan untuk menggunakan obyek-obyek
dengan tepat)
4) Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui
indera)
5) Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruang, memperkirakan
ukurannya dan menilai jauhnya
6) Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat
7) Disorientasi kanan kiri.
8
4. Defisit Bahasa/Komunikasi
1) Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola
bicara yang dapat difahami)dapat berbicara dengan menggunakan respons
satu kata
2) Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan - mampu
untuk berbicara, tetapi menggunakan kata-kata dengan tidak tepat dan
tidak sadar tentang kesalahan ini)
3) Afasia global (kombinasi afasia ekspresif dan reseptif) tidak mampu
berkomunikasi pada setiap tingkat
4) Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)
5) Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam
tulisan)
5. Defisit Intelektual
1) Kehilangan memori
2) Rentang perhatian singkat
3) Peningkatan distraktibilitas (mudah buyar)
4) Penilaian buruk
5) Ketidakmampuan untuk mentransfer pembelajaran dari satu situasi ke
situasi yang lain
6) Ketidakmampuan untuk menghitung, memberi alasan atau berpikir secara
abstrak
6. Disfungsi Aktivitas Mental dan Psikologis
1) Labilitas emosional (menunjukkan reaksi dengan mudah atau tidak tepat)
2) Kehilangan kontrol diri dan hambatan sosial
3) Penurunan toleransi terhadap stres
4) Ketakutan, permusuhan, frustasi, marah
5) Kekacauan mental dan keputusasaan
6) Menarik diri, isolasi
7) Depresi
9
7. Gangguan Eliminasi (Kandung kemih dan usus)
1) Lesi unilateral karena stroke mengakibatkans sensasi dan kontrol partial
kandung kemin, sehingga klien sering mengalami berkemih, dorongan
dan inkontinensia urine.
2) Jika lesi stroke ada pada batang otak, maka akan terjadi kerusakan lateral
yang mengakibatkan neuron motorik bagian atas kandung kemih dengan
kehilangan semua kontrol miksi
3) Kemungkinan untuk memulihkan fungsi normal kandung kemih sangat
baik
4) Kerusakan fungsi usus akibat dari penurunan tingkat kesadaran, dehidrasi
dan imobilitas
5) Konstipasi dann pengerasan feses
8. Gangguan Kesadaran
Selain itu, adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pasien
stroke, yakni antara lain :
1. Manifestasi awal Stroke Trombotik
1) Hemiparesis
2) Kehilangan bicara
3) Parestesia satu sisi tubuh
2. Manifestasi umum yang ditemukan pada perdarahan otak pada pasien
hipertensi:
1) Nyeri kepala hebat (dibelakang leher)
2) Vertigo (pusing) / sinkop
3) Parestesia (sensasi abnormal)
4) Paralisis
5) Epistaksis
6) Perdarahan retina
3. Penemuan Secara Umum
1) Nyeri kepala
2) Muntah
10
3) Kejang
4) Perubahan mental
5) Demam
6) Perubahan ECG : Gelombang T, interval P-R memendek, interval Q-R
memanjang, kontraksi ventrikel premature, sinus bradikardia dan ventrikel
dan supra ventrikel, takikardi.
Manifestasi klinik berhubungan dengan penyebabnya
1) Trombosis : Cenderung berkembang selama tidur atau dalam 1 jam bangun
tidur, Iskemia secara berangsur-angsur oleh karena itu manifestasi klinik
berkembang lebih lambat, Kesadaran relatif terpelihara, Tensi naik atau
hipertensi
2) Embolisme
(1) Tidak dapat dilihat pola waktu, tidak berhubungan dengan aktivitas.
(2) Manifestasi klinis terjadi cepat dalam 10 - 30 detik dan sering kali tanpa
tanda, tidak nyeri kepala.
(3) Kemungkinan dapat meningkat cepat
(4) Kesadaran relatif terpelihara
(5) Tensi normal
3) Hemoragik
(1) Khas terjadi selama aktif, jam kerja
(2) Sakit kepala berat (bila klien mampu melaporkan gejala)
(3) Serangan cepat dari hemiplegia komplit, terjadi beberapa menit-1jam
bentuk umumnya fatal.
(4) Biasanya menghasilkan kehilangan fungsi permanen secara perlahan,
rendahnya penyembuhan secara sempurna.
(5) Cepat terjadi koma
(6) Kekakuan nuchal (belakang leher)
2.1.4 Patofisiologi
1. Stroke trombotik
Saat darah yang mengalir ke bagian otak terhambat akibat trombus dan
embolus maka deprivasi oksigen jaringan serebrak mulai terjadi. Deprivasi selama
11
1 menit dapat menyebabkan gejala reversible seperti kehilangan kesadaran. TIA
(trancient ischemic attack) sering terjadi sebelum stroke trombotik benar-benar
terjadi. Devrivasi oksigen dalam periode yang lama dapat menyebabkan nekrosis
mikroskopis pada neuron. Trombus dalam perjalanannya untuk menimbulkan
stroke melalui terjadinya iskemia jaringan otak pada area yang disuplai oleh
vaskular yang bersangkutan, kemudian menyebabkan terjadinya edema dan
kongesti di sekitar area. Keadaan ini dapat berkembang dalam waktu 24 jam atau
beberapa hari (Morton 2011).
Stroke embolik berkembang setelah oklusi arteri oleh embolus yang
terbentuk dari luar otak. Aterosklerosis seringkali merupakan faktor yang berefek
pada otak, dimana plak aterosklerosis menyebabkan aliran darah melambat
(Corwin 2009)
2. Stroke hemoragik
Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan
perdarahan subarachnoid. Insidens perdarahan intrakranial kurang lebih 20
%adalah stroke hemoragik, dimana masing-masing 10% adalah perdarahan
subarachnoid dan perdarahan intraserebral. Perdarahan intraserebral biasanya
timbul karena pecahnya mikroaneurisma ( Berry aneurysm ) akibat hipertensi
maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, dan batang
otak. Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter 100 400
mikrometer mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh darah tersebut
berupa lipohialinosis, nekrosisfibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard.
Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan
rupturnya penetrating arteri yang kecil. Keluarnya darah dari pembuluh darah
kecil membuat efek penekanan pada arteriole dan pembuluh kapiler yang akhirnya
membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini mengakibatkan volume perdarahan
semakin besar. Elemen - elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade
iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di
dearah yang terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik
timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis.
Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar
permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid.
12
Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya aneurisma sakular
atau perdarahan dari arteriovenous malformation (AVM).
13
MK: ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
MK: Sindrom defisit perawatan diri
MK:
Hambatan
Mobilitas
Fisik
Aterosklerosis,
Hiperkoagulasi pada
polisitemia, Arteritis
Trombosis Cerebral Emboli Cerebral
Penyakit katub jantung,
endokarditis, IM,
disritmia
Hemoragik Cerebral
Aneurisma,
Malformasi
Arteriovena,
Ruptur arteriol
cerebri
Hipoksia
MK: Gangguan
menelan
WOC Stroke
Gangguan aliran darah ke otak Pecahnya pembuluh darah otak
Kerusakan neuromuskular Perdarahan Intra Kranial Penurunan kesadaran
Transmisi impuls terganggu Darah merembes ke dalam
parenkim otak
Kelemahan otot progresif Penekanan pada jaringan otak
Mobilitas terganggu
Peningkatan Tekanan Intra Kranial
Pasien bedrest
Penekanan lama pada daerah
ADL punggung dan bokong
Dibantu
Suplai nutrisi dan O ke daerah tertekan berkurang
Resiko Gangguan Integritas Kulit
14
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang stroke menurut Stilwell (2011):
1. Angiografi Serebral : Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarakan, obstruksi arteri, adanya titik oklusi/ ruptur.
2. CT Scan : Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemik, dan adanya
infark.
3. Fungsi Lumbal : Menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya ada
trombosis, emboli serebral dan TIA, sedangkan tekanan meningkat dan cairan
yang mengandung darah menujukan adanya hemoragi suaraknoid intrakranial.
Kadar protein meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya
proses imflamasi.
4. MRI : Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi
arteriovena (MAV)
5. EEG : Mengidentifikasi maslah didasarkan pada gelombang otak dan
mungkin adanya daerah lesi yang spesifik.
6. Sinar X tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari masa yang meluas; klasifikasi karptis interna
terdapat pada trombosis serebral.
7. Ultrasonografi Doppler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah
system arteri karotis), aliran darah / muncul plak (arteriosklerotik)
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Stroke trombotik
Tujuannya adalah untuk perbaikan aliran serebral, pencegahan trombosis
berulang, perlindungan saraf dan perawatan suportif. Tiga unsur yang paling
penting untuk area tersebut adalah oksigenasi, glukosa dan suplai darah (Morton
2011).
15
Dilakukan pula tindakan-tindakan yang menstabilkan tanda-tanda vital
dengan mempertahankan kepatenan jalan napas, yaitu dengan suction, dan
pemberian oksigenasi. Selain itu pengontrolan tekanan darah dan jantung sangat
penting untuk dilakukan.
Pemberian antikoagulan pada stroke iskemik perlu diberikan untuk
mencegah terjadinya trombosis dan emboli. Anti platelet perlu untuk mengurangi
perlengketan platelet dan diberikan dengan tujuan mencegah peristiwa trombotik.
2. Stroke hemoragik
Pada stroke hemoragik dapat dilakukan pengendalian hipertensi dan PTIK.
Metode lazim dalam mengontrol PTIK mungkin dilakukan seperti hiperventilasi,
retensi cairan, meninggikan kepala, menghindari fleksi kepala.
Pada stroke hemoragik dapat diberikan heparinoid dengan berat molekul
rendah yang bertujuan untuk menurunkan kecenderungan perdarahan. Heparinoid
harus diberikan dalam waktu 24 jam sejak gejala awal dan diberikan secara
intravena.
2.1.7 Komplikasi
1. Akibat mobilisasi yang terganggu menimbulkan keadaan yang rentan terhadap
infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi dan tromboflebitis
2. Akibat kondisi paralisis dapat menimbulkan nyeri pada daerah punggung,
dislokasi sendi, deformitas, dan terjatuh
3. Akibat adanya kerusakan pada otak menimbulkan epilepsy dan TIK
meningkat
4. Paralitis illeus
5. Atrial fibrilasi
6. Diabetus insipidus
16
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : Yang sering muncul adalah kelemahan anggota gerak
sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan
tingkat kesadaran.
2) Riwayat penyakit sekarang : Serangan stroke hemoragik seringkali
berlangsung sangat mendadak, pada saat pasien sedang melakukan
aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain
3) Riwayat penyakit dahulu : Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, kegemukan.
4) Riwayat penyakit keluarga : Biasanya ada riwayat keluarga yang
menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
5) Riwayat psikososial : Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal.
Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas emosi dan pikiran pasien dan keluarga.
17
3. Pemeriksaan fisik (B1-B6)
Keadaan umum : Umumnya mengalami penurunan kesadaran. Suara bicara
kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara,
dan tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi berariasi.
1) Breath (B1)
Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan. Pada
auskultasi ditemukan adanya bunyi napas tambahan, seperti : ronkhi pada
klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang
menurun dimana sering ditemukan pada pasien stroke yang mengalami
penurunan kesadaran koma.
Pada pasien dengan kesadaran compos mentis, pada saat inspeksi tidak
ditemukan adanya kelainan. Palpasi dan auskultasi tidak terdapat
kelainan/masalah.
2) Blood (B2)
Didapatkan renjatan (syok) hipovolemik yang sering terjadi. Tekanan darah
biasanya meningkat dan bisa terjadi adanya hipertensi massif dimana
ditemukannya Tekanan Darah > 200 mmHg.
3) Brain (B3)
Stroke menyebabkan terjadinya berbagai deficit neurologis bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).
Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Pemeriksaan tingkat
kesadaran sangat penting pada pasien stroke untuk mendeteksi disfungsi
18
persarafan. Pemeriksaan fungsi serebri juga harus dilalukan meliputi status
mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus frontal, hemisfer.
Pemeriksaan saraf cranial meliputi saraf I sampai dengan saraf XII.
Pemeriksaan system motorik, pemeriksaan reflex, pemeriksaan gerakan
involunter dan pemeriksaan system sensorik.
4) Bladder (B4)
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan mengguanakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan
postural. Kadang-kadang kontrol sfingter urinarius eksternal hilang atau
berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan
teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.
5) Bowel (B5)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah dihubungkan dengan
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltic usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
6) Bone (B6)
Sering didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi apada
sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh
adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika kekurangan O2 kulit akan tampak
19
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit jelek. Kaji juga tanda
dekubitus terutama daerah menonjol. Adaya kesukaran dalam beraktivitas
karena kelemahan, kehilangan sensorik, atau paralisis/hemiplegia.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya
penumpukan sputum (karena kelemahan, hilangnya refleks batuk)
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan adanya
perdarahan, edema atau oklusi pembuluh darah serebral
3. Gangguan menelan berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kerusakan
neuromuskuler, kelemahan, hemiparese
5. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular, kerusakan sentral bicara
6. Sindrim defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, gangguan
neuromuscular, kekuatan otot menurun, penurunan koordinasi otot, depresi,
nyeri, kerusakan persepsi
7. Risiko cedera berhubungan dengan gerakan yang tidak terkontrol selama
penurunan kesadaran
.
20
2.2.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan kriteria
hasil
Intervensi
Keperawatan
1 Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
b.d. penumpukan
sputum (karena
kelemahan,
hilangnya refleks
batuk)
Pasien mampu
mempertahankan jalan
nafas yang paten.
Kriteria hasil :
a. Bunyi nafas vesikuler
b. RR normal c. Tidak ada tanda-
tanda sianosis dan
pucat
d. Tidak ada sputum
1 Berikan posisi semi fowler sesuai dengan kebutuhan (tidak bertentangan
dgn masalah keperawatan lain)
2 Lakukan penghisapan lendIr dan pasang OPA jika kesadaran menurun
3 Auskultasi bunyi nafas 4 Ukur tanda-tanda vital 5 Bila sudah memungkinkan lakukan
fisioterapi dada dan latihan nafas
dalam
6 Kolaborasi: Pemberian oksigen Laboratorium : Analisa gas darah,
darah lengkap dll
Pemberian obat sesuai kebutuhan 2 Ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral b.d. adanya
perdarahan, edema
atau oklusi
pembuluh darah
serebral
Perfusi serebral
membaik
Kriteria hasil :
1) Tingkat kesadaran membaik (GCS
meningkat)
2) fungsi kognitif, memori dan
motorik membaik
3) TIK normal 4) Tanda-tanda vital
stabil
5) Tidak ada tanda perburukan
neurologis
1) Pertahankan posisi tirah baring pada posisi anatomis atau posisi kepala
tempat tidur 15-30 derajat
2) Hindari valsava maneuver seperti batuk, mengejan dsb
3) Pertahankan ligkungan yang nyaman 4) Hindari fleksi leher untuk mengurangi
resiko jugular
5) Pantau adanya tanda-tanda penurunan perfusi serebral :GCS, memori, bahasa
respon pupil dll
6) Observasi tanda-tanda vital (tiap jam sesuai kondisi pasien)
7) Pantau intake-output cairan, balance tiap 24 jam
8) Kolaborasi: (1) Beri oksigen sesuai indikasi (2) Laboratorium: AGD, gula darah dll (3) Penberian terapi sesuai pesanan (4) CT scan kepala untuk diagnosa dan
monitoring
3 Gangguan menelan
berhubungan
dengan kerusakan
neruromuskuler
1) Monitor tingkat kesadaran 2) Monitor status paru-paru 3) Monitor jalan nafas 4) Posisikan 900 /semaksimal mungkin 5) Berikan makan dalam jumlah sedikit 6) Cek ngt sebelum memberikan
makanan
7) Hindari memberikan makan bila masih
21
banyak
8) Siapkan peralatan suksion k/p 9) Tawarkan makanan atau cairan yang
dapat dibentuk menjadi bolus sebelum
ditelan
10) Potong makanan kecil-kecil 11) Gerus obat sebelum diberikan 12) Atur posisi kepala 30-450 setelah
makan
13) Kolaborasi dengan tim dalam merencanakan rehabilitasi klien
14) Monitor tanda dan gejala aspirasi 15) Ajarkan klien dan keluarga cara
memberikan makanan
16) Monitor BB 17) Berikan perawatan mulut 18) Monitor hidrasi tubuh 19) Bantu untuk mempertahankan intake
kalori dan cairan
20) Cek mulut adakah sisa makanan 21) Berikan makanan yang lunak.
4 Hambatan mobilitas
fisik b.d. kerusakan
neuromuskuler,
kelemahan,
hemiparese
Pasien
mendemonstrasikan
mobilisasi aktif
Kriteria hasil :
1) Tidak ada kontraktur atau foot
drop
2) Kontraksi otot membaik
3) Mobilisasi bertahap
1) Pantau tingkat kemampuan mobilisasi klien
2) Pantau kekuatan otot 3) Rubah posisi tiap 2 jan 4) Pasang trochanter roll pada daerah
yang lemah
5) Lakukan ROM pasif atau aktif sesuai kemampuan dan jika TTV stabil
6) Libatkan keluarga dalam memobilisasi klien
7) Kolaborasi: fisioterapi
5 Hambatan
komunikasi verbal
b.d. kerusakan
neuromuscular,
kerusakan sentral
bicara
Komunikasi dapat
berjalan dengan baik
Kriteria hasil :
1) Klien dapat mengekspresikan
perasaan
2) Memahami maksud dan pembicaraan
orang lain
3) Pembicaraan pasien dapat dipahami
1) Evaluasi sifat dan beratnya afasia pasien, jika berat hindari memberi
isyarat non verbal
2) Lakukan komunikasi dengan wajar, bahasa jelas, sederhana dan bila perlu
diulang
3) dengarkan dengan tekun jika pasien mulai berbicara
4) Berdiri di dalam lapang pandang pasien pada saat bicara
5) Latih otot bicara secara optimal 6) Libatkan keluarga dalam melatih
komunikasi verbal pada pasien
7) Kolaborasi dengan ahli terapi wicara
6 Sindrom defisti
perawatan diri b.d.
Kemampuan merawat
diri meningkat
1) Pantau tingkat kemampuan klien dalam merawat diri
22
kelemahan,
gangguan
neuromuscular,
kekuatan otot
menurun,
penurunan
koordinasi otot,
depresi, nyeri,
kerusakan persepsi
Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan
perubahan pola hidup
untuk memenuhi
kebutuhan hidup
sehari-hari
- Melakukan perawatan
diri sesuai kemampuan
- Mengidentifikasi dan
memanfaatkan sumber
bantuan
2) Berikan bantuan terhadap kebutuhan yang benar-benar diperlukan saja
3) Buat lingkungan yang memungkinkan klien untuk melakukan ADL mandiri
4) Libatkan keluarga dalam membantu klien
5) Motivasi klien untuk melakukan ADL sesuai kemampuan
6) Sediakan alat Bantu diri bila mungkin 7) Kolaborasi: pasang DC jika perlu,
konsultasi dengan ahli okupasi atau
fisioterapi
7 Risiko cedera b.d.
gerakan yang tidak
terkontrol selama
penurunan
kesadaran
Klien terhindar dari
cedera selama
perawatan
Kriteria hasil :
a. Klien tidak terjatuh b. Tidak ada trauma
dan komplikasi lain
1) Pantau tingkat kesadaran dan kegelisahan klien
2) Beri pengaman pada daerah yang sehat, beri bantalan lunak
3) Hindari restrain kecuali terpaksa 4) Pertahankan bedrest selama fase akut 5) Beri pengaman di samping tempat
tidur
6) Libatkan keluarga dalam perawatan 7) Kolaborasi: pemberian obat sesuai
indikasi (diazepam, dilantin dll)
23
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN STROKE TROMBOTIK+AF SLOW-MODERATE+POST
HIPERTENSI EMERGENCY
3.1 Pengkajian
Tgl/jam MRS UGD : 23-12-2014/ 12.30 WIB
Pasien pindah ke IRNA Lantai 3 jam :15.20 WIB
Tgl/jam Pengkajian : 23-12-2014/ 15.30
No. Reg : xxxxxxx
IDENTITAS
1. Nama pasien : Tn. S
2. Umur : 75 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMA
7. Pekerjaan : PNS
8. Alamat : xxxx
9. Sumber biaya : BPJS
10. Diagnosa kerja : Stroke Trombotik + AF Slow Moderate + Post Hipertensi
Emergency
KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri kepala
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Riwayat penyakit sekarang :
Keluarga pasien mengatakan pada tanggal 22 Desember 2014 jam 12.00 WIB
pasien tiba-tiba mengeluh sakit kepala dan lemas, pasien kemudian tidur.
Pasien kemudian dibangunkan oleh keluarganya jam 16.00 WIB tetapi pasien
24
tidak dapat dibangunkan. Keluarga pasien kemudian kembali mencoba untuk
membangunkan pasien jam 18.00 dan pasien terbangun. Saat ke kamar mandi
pasien terjatuh. Keesokan harinya jam 04.00 WIB pasien bangun dan tidak bisa
bicara dan menelan, kedua kaki pasien tidak bisa digerakkan. Pasien kemudian
dibawa ke RS X jam 12.00 dengan keluhan sakit kepala dan lemas, GCS:
E4V5M6. TD 163/74 mmHg, nadi: 59 x/menit, RR: 24x/menit, SpO2: 99%. Di
UGD pasien diposisikan head up 300, pasien mendapatkan terapi O2 nasal 3
lpm, infus PZ 14 tpm, nicardipin 0,5 mg/KgBB/jam (BB=70 kg). Kemudian
pasien dipindahkan ke IRNA lantai 3 dan tiba pada pukul 15.30 WIB, dengan
keluhan pusing dan lemas, GCS: E4V5M6. Pasien terpasang O2 nasal 3 lpm,
infus PZ 14 tpm cabang nicardipin 0,5 mg/KgBB/jam via syringe pump.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernal dirawat : ya tidak kapan : 6 bulan yang lalu
Diagnosa : GEA
2. Riwayat penyakit kronik dan menular: ya tidak jenis : -
3. Riwayat alergi
Obat : ya tidak jenis : -
Makanan : ya tidak jenis : -
Lain-lain : ya tidak jenis
4. Riwayat operasi : ya tidak
5. Lain-lain :
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
jantung, hipertensi, dan DM
PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan :
Alkohol ya tidak
Keterangan ...............................................................................
Masalah
Keperawatan :
Tidak ada masalah
keperawatan
25
Merokok ya tidak
Keterangan: Sejak berumur 20 tahun dan tidak pernah merokok lagi sejak 1 tahun
yang lalu
Obat ya tidak
Keterangan ...............................................................................
Olahraga ya tidak
Keterangan ...............................................................................
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
S : 36,6oC N : 80x/menit TD : 170/80 mmHg RR: 20 x/menit
Kesadaran Komposmentis Apatis Somnolen Sopor Koma
2. Sistem Pernafasan
1) RR : 20 x/menit
2) Keluhan : Sesak
Nyeri waktu nafas Orthopnea
Batuk : Produktif Tidak produktif.
3) Penggunaan otot bantu nafas :
Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
4) PCH ya tidak
5) Irama nafas Teratur Tidak teratur
6) Friction rub : Tidak ada
7) Pola nafas Dispneu Kusmaul Cheyne Stokes Biot
8) Suara nafas Vesikuler Bronkovesikuler Tracheal
Bronchial Ronchi Wheezing
Crackles
9) Alat bantu nafas Ya Tidak
Jenis : kanul nasal Flow : 3 lpm
10) Penggunaan WSD : Tidak ada penggunaan WSD
11) Tracheostomy : ya tidak
12) Lain-lain :
Tidak ada.
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
keperawatan
26
3. Sistem kardiovaskuler
1) TD : 170/80 mmHg Nadi : 80x/menit
2) Keluhan nyeri dada Ya Tidak
3) Irama jantung Reguler Irreguler
4) Suara jantung Normal (S1/S2 tunggal) Murmur
Gallop Lain-lain
5) Ictus Cordis : Tidak ada
6) CRT :
27
5. Sistem Perkemihan
a. Kebersihan genetalia Bersih Kotor tidak
b. Sekret Ada Tidak dilakukan
c. Ulkus Nokturi Ada Tidak pengkajian
d. Kebersihan meatus uretra Bersih Kotor
e. Keluhan kencing Ada Tidak
f. Kemampuan berkemih
Spontan alat bantu, sebutkan : ..
g. Produksi urine : pasien belum kencing sejak MRS
h. Kandung Kemih : Membesar Ya Tidak
Nyeri tekan Ya Tidak
i. Intake cairan Oral : pasien belum pernah minum hari ini cc/ hari
j. Lain-lain
Pasien mendapatkan infus PZ 1000/24 jam, saat ini menetes flash I sejak
jam 12.30.
6. Sistem Pencernaan
a. TB : 168 cm BB : 70 kg, BB sebelum sakit : 70 kg
b. IMT : 24,82 Interpretasi: normal
c. Mulut Bersih Kotor Berbau
d. Membran mukosa Lembab Kering Stomatitis
e. Tenggorokan Sakit menelan kesulitan menelan
Pembesaran tonsil Nyeri tekan
Tidak ada masalah
f. Abdomen Tegang Kembung Ascites normal
Nyeri tekan Ya Tidak
Luka operasi Ada Tidak
Drain Ada Tidak
g. Peristaltik : 15x/ menit
h. BAB : 1 x/ hari Terakhir tanggal 22 Desember 2014
Konsistensi Keras Lunak Cair Lendir/ darah
i. Diet Padat Lunak Cair
Masalah Keperawatan :
Resiko aspirasi
28
j. Diet khusus :
Tidak ada
k. Nafsu makan Baik Menurun
l. Porsi makan Habis Tidak Keterangan :
Lain-lain :
Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien menurun, biasanya pasien
makan 3x/hari porsi 1 piring dihabiskan, akan tetapi hari ini pasien belum makan
dan minum sedikitpun. Saat ditanya apakah nafsu makan pasien menurun karena
kesulitan menelan pasien menganggukkan kepala.
7. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
OD OS
Visus
Palpebra
Conjungtiva
Kornea
BMD
Pupil
Iris
Lensa
TIO
b. Keluhan nyeri : ya tidak
c. Luka operasi Ada Tidak
Tidak terkaji
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah
keperawatan
Pasien belum makan hari
ini
29
8. Sistem Pendengaran
1) Pengkajian segmen anterior dan posterior
OD OS
Auricula
MAE
Membran tymphani
Rhinne
Weber
Swabach
2) Tes audiometri
Pasien tidak dilakukan tes audiometri
3) Keluhan nyeri : ya tidak
4) Luka operasi Ada Tidak
5) Alat bantu dengar: Pasien tidak menggunakan alat bantu dengar
6) Lain-lain:
Keluarga pasien mengatakan fungsi pendengaran pasien menurun.
9. Sistem Muskuloskeletal
1) Pergerakan sendi Bebas Terbatas
2) Kekuatan otot
3) Kelainan ekstremitas Ya Tidak
4) Kelainan tulang belakang Ya Tidak
Frankel : .
5) Fraktur Ya Tidak
Jenis : .
6) Traksi Ya Tidak
7) Penggunaan Spalk/ gips Ya Tidak
8) Keluhan Nyeri Ya Tidak
Tidak terkaji
Masalah
Keperawatan:
Tidak ada masalah
keperawatan
4
3
4
3
Masalah
Keperawatan:
Resiko jatuh
30
9) Sirkulasi perifer : baik
10) Kompartemen sindrom Ya Tidak
11) Kulit Ikterik Sianosis Kemerahan Hiperpigmentasi
normal
12) Turgor Baik Kurang Jelek
13) Luka operasi Ada Tidak
Drain Ada Tidak
14) ROM :
15) POD :
16) Cardinal Sign :
10. Sistem integumen
1) Penilaian resiko dekubitus
Aspek yang
dinilai
Kriteria penilaian Nilai
1 2 3 4
Persepsi
sensori
Terbatas
sepenuhnya
Sangat
terbatas
Keterbatasan
ringan
Tidak ada
gangguan 3
Kelembaban
Terus menerus
basah
Sangat
lembab
Kadang kadang
basah
Jarang
basah 4
Aktivitas Bedfast chairfast Kadang
kadang jalan
Lebih
sering
jalan
1
Mobilisasi Immobile
sepenuhnya
Sangat
terbatas
Keterbatasan
ringan
Tidak ada
keterbatas
an
1
Nutrisi Sangat
buruk
Kemungki
nan tidak
adekuat
adekuat Sangat
baik 4
Gesekan dan
pergeseran bermasalah
Potensial
bermasalah
Tidak
menimbulka
n masalah
3
Note : pasien dengan total nilai < 16 maka dapat
dikatakan bahwa pasien beresiko mengalami dekubitus
(15 or 16 = low risk, 13 or 14 = moderate risk, 12 or less
= high risk)
Total
nilai 16
Skor 16 interpretasi: resiko rendah dekibitus
2) Warna : coklat
3) Pitting edema : Tidak ada pitting edeme
4) Eskoriasis Ya Tidak
Tidak terkaji
31
5) Psoriasis Ya Tidak
6) Pruritus Ya Tidak
7) Urtikaria Ya Tidak
8) Lain-lain -
11. Sistem Endokrin
1) Pembesaran kelenjar tiroid Ya Tidak
2) Pembesaran kelenjar getah bening Ya Tidak
3) Hipoglikemi Ya Tidak
4) Hiperglikemi Ya Tidak
5) kondisi kaki DM
Luka Gangren : Ya Tidak
Infeksi Ya Tidak
Riwayat luka sebelumnya Ya Tidak
Riwayat amputasi sebelumnya Ya Tidak
6) Lain-lain: tidak ada
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1) Persepsi klien terhadap penyakitnya
Tidak dapat terkaji
2) Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Diam Gelisah Tegang Marah/ menangis
3) Reaksi saat interaksi
Kooperatif Tidak kooperatif Curiga
4) Gangguan konsep diri
Tidak terkaji
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN
1) Kebersihan diri
Mulut tampak kotor, terdapat bercak-bercak putih, bibir pecah-pecah.
2) Kemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan
Mandi
Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
keperawatan
Masalah
Keperawatan:
Tidak ada masalah
keperawatan
Tidak terkaji
32
Ganti pakaian
Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
Keramas
Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
Sikat gigi
Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
Memotong kuku
Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
Berhias
Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
Makan
Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
.
PENGKAJIAN SPIRITUAL
1) Kebiasaan beribadah
Sebelum sakit Sering Kadang-kadang Tidak pernah
Selama sakit Sering Kadang-kadang Tidak pernah
2) Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah
Pasien dituntun untuk berdoa oleh keluarganya.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil CT Scan Kepala tanggal 23 Desember 2014
Tampak area hypodense berbatas relatif kurang tegas di frontal lobe kanan
yang tidak tampak menyebabkan retraksi cornu anterior ventrikel lateralis
kanan di dekatnya, lokasi pada cabang a. Cerebri media-cerebri anterior.
Mengarah pada subacute watershed infarction pada cabang a. Cerebri media-
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
keperawatan
Masalah Keperawatan:
Syndrome defisit
perawatan diri
33
cerebri anterior kanan. Tidak tampak hyperdense lesion yang jelas di brain
parenchym.
Temuan hyperdensity pada vermis di CT scan kepala sebelumnya tanggal 3
Februari 2014, tampak berkurang densitasnya pada CT Scan saat ini, namun
masih tampak dilatasi sistem ventrikel (lateralis kanan kiri, ventrikel 3 dan 4)
dengan bagian yang menyempit di level yang lebih inferior dari V4. Pons Baik.
Orbita dan kedua N optikus baik. Cerebellum tidak menunjukkan tanda
perdarahan. Sinus paranalisis: tampak fluid density dengan airfluid di level
sinus maksillaris kanan. Cullulae mastoid baik. Calvaria baik.
34
Pemeriksaan Kimia Klinik tanggal 23 Desember 2014
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Kimia Klinik
Fungsi hati
SGOT 12,5 u/L
SGPT 11,5 u/L
0-50
0-50
Fungsi ginjal BUN 11,2 mg/dl
Kreatinin 1,2 mg/dl
8-18
0,62-1,1
Elektrolit Na 145 mmol/L
K 3,5 mmol/L
Cl 107 mm/L
136-145
3,5-5,1
97-111
Pemeriksaan BGA
Jenis
Pemeriksaan
Tanggal
23-12-2014 24-12-2014 25-12-2014
BGA
pH
PCO2
PO2
HCO3
SaO2
TCO2
AaDO2
7,44
37 mmHg
184 mmol/L
24,9 mmol/L
96 %
26,1 mmol/L
238,4 mmHq
7,35
45,7 mmHg
201,2 mmol/L
25,4 mmol/L
99,3 %
26,9 mmol/L
7,37
47 mmHg
143 mmol/L
26,7 mmol/L
95 %
28,1 mmol/L
519,4 mmHq
Interpretasi Normal
Asidosis
respiratorik
tidak
terkompensasi
Asidosis
respiratorik
terkompensasi
Pemeriksaan hematologi tanggal 23 Desember 2014
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HGB
RBC
HCT
WBC
PLT
14 g/dL
4,65 10^6/uL
40%
9,55 10^3/uL
272 10^3/uL
13,2-17,3
4,4-5,9
40-52
3,8-10,6
150-440
Pemeriksaan EKG tanggal 24 Desember 2014
Irama irreguler, tidak ditemukan gelombang P, bentuk garis QRS (T)
abnormal, konsisten dengan infark anteroseptal
35
TERAPI
Tanggal 23/12/2014 di UGD RSUA
- Infus PZ 14 tpm (1000 cc/24 jam) flash I - Nicardipin 0,5 mg/KgBB/jam - O2 nasal 3 lpm - Alinamin F 25 mg - ASA 100 mg - Citicolin 500 mg IV
Surabaya, 23 Desember 2014
Perawat
Ryan Reza Falupi, S.Kep
36
PENILAIAN RESIKO JATUH PASIEN DEWASA SKALA MORSE FALL SCALE
No Resiko Skor
Skor Hari Perawatan Ke 1
Tgl
23/12
/2014
2
Tgl
24/12
/2014
3
Tgl
24/12
/2014
4
Tgl
.......
..
5
Tgl
.........
6
Tgl
.........
7
Tgl
.........
8
Tgl
.........
9
Tgl
.........
10
Tgl
.........
1 Mempunyai riwayat jatuh baru dalam 3
bulan terakhir
Tidak
Ya
0
20
20 20 20
2 Diagnoses sekunder >1 Tidak
Ya
0
25
25 25 25
3 Ambulasi berjalan Bedrest/dibantu
perawat
Menyangga/tongkat walker/treepot/kursi
roda
Mencengkram furniture
0
15
30
0 0 0
4 Terpasanag IV line pemberian anti
koagulan
(heparin)/obat lain
yang mempunyai efek
samping jatuh
Tidak
Ya
0
20
20 20 20
5 Cara berjalan/berpindah
Normal/bedrest/immobilisasi
Kelelahan dan lemah
Keterbatasan/terganggu
0
10
20
20 20 20
6 Status mental Normal/ sesuai
kemampuan diri
Penurunan kesadaran
0
15 0 15 15
TOTAL SKOR 85 90 90
Nama dan Paraf Petugas
yang Melakukan Penilaian
Reza Reza Reza
Hasil: Resiko tinggi jatuh
Keterangan:
Format resiko:
1. Skor >51 resiko tinggi, lakukan intervensi jatuh resiko tinggi 2. Skor 25-50 resiko rendah, lakukan intervensi jatuh standar
Skor 0-14 tidak beresiko, perawatan yang baik
37
3.2 Analisa Data dan Prioritas Diagnosa keperawatan
3.2.1 Analisa data
No Tanggal/jam Data Etiologi Masalah
1 23 Desember
2014/19.00
DS:
- Keluarga pasien mengatakan 1 tahun
yang lalu pasien pernah
tiba-tiba pingsan saat
sedang bekerja di sawah,
dan sejak saat itu pasien
sering tiba-tiba pingsan
dan mengeluh sakit
kepala. Pasien pernah
kontrol ke poli saraf
RSUD X dan hasil
pemeriksaan
menunjukan ada
sumbatan di pembuluh
darah otak.
- Keluarga pasien mengatakan pasien sejak
tadi pagi selalu
mengantuk saat
dibangunkan beberapa
saat tertidur kembali
DO:
- Saat ditanya apakah pasien merasa sakit
kepala, pasien
menganggukan kepala
- kekuatan otot ekstremitas atas kanan
dan kiri 4, kekuatan otot
ekstremitas bawah kanan
dan kiri 3
- TD 170/80 mmHg, N: 80x/menit, RR:
20x/menit
- Hasil CT Scan tanggal 23 Desember 2013
pasien menderita stroke
trombotik
Oklusi pembuluh
darah di otak
Stroke trombotik
Suplai O2 ke otak
menurun
Otak mengalami
hipoksia
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral
2 23 Desember
2014
DS:
Keluarga pasien mengatakan
sejak tadi pagi pasien belum
mandi
Oklusi pembuluh
darah di otak
Stroke trombotik
Sindrom defisit
perawatan diri
38
DO:
- Pergerakan sendi terbatas
- kekuatan otot ekstremitas atas kanan
dan kiri 4, kekuatan otot
ekstremitas bawah kanan
dan kiri 3
Suplai O2 ke otak
menurun
Metabolisme
anaerob di otak
Produksi ATP
berkurang
Energi berkurang
Lemah
Penurunan
kekuatan otot
Hambatan
mobilitas
3 23 Desember
2014
DS:
Keluarga pasien mengatakan
pada tanggal 22/12/2014
pasien jatuh di kamar mandi
DO:
- Skor penilaian resiko pasien jatuh dewasa
dengan morse fall scale
adalah 85 (resiko jatuh
tinggi)
- Pergerakan sendi terbatas
- Kekuatan otot ekstremitas atas kanan
dan kiri 4, kekuatan otot
ekstremitas bawah kanan
dan kiri 3
- Usia pasien 75 tahun - Pasien mengeluh nyeri
kepala
- Kemampuan mendengar pasien sudah berkurang
- Pasien menderita penyakit vaskular stroke
trombotik
- Pasien mendapat terapi antihipertensi
(nicardipine 0,5
mcg/kgBB sejak masuk
Suplai O2 ke otak
menurun
Metabolisme
anaerob di otak
Produksi ATP
berkurang
Energi berkurang
Lemah
Penurunan
kekuatan otot
Resiko jatuh
39
di UGD)
4 23 Desember
2014
DS:
- Keluarga pasien mengatakan sejak tadi
pagi pasien belum
makan, pasien kesulitan
menelan
- Keluarga pasien mengatakan nafsu
makan pasien menurun,
biasanya pasien makan
3x/hari porsi 1 piring
dihabiskan, akan tetapi
hari ini pasien belum
makan dan minum
sedikitpun.
DO:
- Kemampuan menelan menurun
- Saat ditanya apakah nafsu makan pasien
menurun karena
kesulitan menelan pasien
mejawab ya.
Oklusi pembuluh
darah di otak
Stroke trombotik
Suplai O2 ke otak
menurun
Gangguan pada
brainsterm
Kemampuan
menelan menurun
Resiko aspirasi
40
3.2.2 Prioritas diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d oklusi pembuluh darah
2. Resiko aspirasi b.d kesulitan menelan
3. Resiko jatuh b.d penurunan kekuatan otot
4. Syndrome defisit perawatan diri b.d hambatan mobilitas fisik
41
3.2.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
1 Ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral
berhubungan
dengan oklusi
pembuluh darah
NOC:
Status Neurologis,Perfusi
jaringan serebral
Tujuan : Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 3x24 jam, perfusi
jaringan serebral membaik
dengan kriteria hasil:
1. Keadaan umum pasien baik
2. Pasien tidak mengalami penurunan
kesadaran
3. Kooperatif saat diberikan tindakan
keperawatan
4. Tekanan darah sistole 100-130 mmHg,
tekanan darah diastole
60-105 mHg / MAP
70-105
5. Pasien tidak kejang 6. Pasien tidak sakit
kepala
7. Pupil isokor 8. SaO2 95-100%
NIC:
Pemantauan status neurologis,
Peningkatan perfusi serebral
1. Pertahankan posisi tirah baring pada posisi kepala tempat tidur 30 derajat
2. Monitor TD, N, Suhu, RR, SaO2 tiap 3 jam menit
3. Pantau adanya tanda-tanda penurunan perfusi serebral
o Penurunan kesadaran o Gelisah o MAP o Nyeri kepala o Penurunan kesadaran o Perbedaan ukuran pupil o Bradikardi o Kejang
4. Monitor reaksi pupil 5. Pertahankan pemberian O2 3 lpm 6. Kolaborasi dalam pemberian obat
antikoagulan
7. Kolaborasi pemberian manitol jika terjadi udem serebri
2 Resiko aspirasi
berhubungan
dengan kesulitan
menelan
NOC:
Status pernapasan:
ventilasi
Pencegahan aspirasi,
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam
pasien tidak mengalami
aspirasi.
Kriteria hasil:
- Pasien mampu menelan tanpa terjadi
aspirasi
- Jalan napas paten dan suara napas bersih/
vesikuler
NIC: Pencegahan aspirasi
1. Puasakan pasien 2. Monitor tingkat kesadaran 3. Monitor suara dan patensi jalan napas 4. Lakukan pemasangan NGT bila
kemampuan menelan tidak membaik
5. Hindari memberikan makan bila masih banyak
6. Gerus obat sebelum diberikan 7. Atur posisi kepala 30-450 setelah makan 8. Berikan perawatan mulut
42
3 Resiko jatuh
berhubungan
dengan
penurunan
kekuatan otot.
NOC:
Perilaku pencegahan
jatuh, pengetahuan:
pencegahan jatuh,
kejadian jatuh
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam resiko jatuh tidak
menjadi aktual.
Kriteria hasil:
- Pasien tidak jatuh - Roda tempat tidur
tetap terkunci
- Pengaman tempat tidur terpasang
- Label penanda resiko jatuh terpasang
- Lingkungan tetap terang
- Keluarga pasien mengetahui teknik
mencegah pasien jatuh
di rumah:
Jaga agar lantai tetap kering, jika
basah segera
keringkan
Sediakan keset di depan pintu kamar
mandi
Selama pasien sakit, bantu pasien
jika ingin
berpindah
NIC:
Manajemen lingkungan: keamanan,
identifikasi faktor resiko.
1. Pertahankan roda tempat tidur tetap terkunci
2. Pasang pengaman tempat tidur 3. Beri label warna kuning di gelang
identitas pasien
4. Beri penanda resiko pasien jatuh di tempat tidur pasien
5. Bantu pasien saat ambulasi 6. Instruksikan pasien mencari bantuan jika
ingin ambulasi di tempat tidur
7. Pertahankan lingkungan tetap terang, 8. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
teknik untuk mencegah pasien jatuh di
rumah:
- Jaga agar lantai tetap kering, jika basah segera keringkan
- Sediakan keset di depan pintu kamar mandi
- Selama pasien sakit, bantu pasien jika ingin berpindah
4 Sindrom defisit
perawatan diri
berhubungan
dengan
hambatan
mobilitas
NOC:
Self Care assistance :
ADLs
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan setiap 3x24
jam kebutuhan ADL
pasien terpenuhi.
Kriteria hasil:
- Pasien terbebas dari bau badan
- Pasien menyatakan kenyamanan
NIC:
Self Care assistance : ADLs
1. Bantu ADL sampai mampu mandiri. 2. Latih klien untuk mandiri jika
memungkinkan.
3. Anjurkan, latih dan libatkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan
klien sehari-hari
4. Berikan reinforcement positif atas usaha yang telah dilakukan klien.
5. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
6. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
43
- ADL pasien terpenuhi bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
44
3.4 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa
Keperawatan Selasa, 23/12/2014 Rabu, 24/12/2014 Kamis, 25/12/2014
1. Ketidakefektifan perfusi
jaringan
serebral b.d
oklusi
pembuluh darah
DS:
- Keluarga pasien mengatakan 1 tahun yang lalu pasien pernah tiba-tiba
pingsan saat sedang bekerja di sawah,
dan sejak saat itu pasien sering tiba-
tiba pingsan dan mengeluh sakit
kepala. Pasien pernah kontrol ke poli
saraf RSUD X dan hasil pemeriksaan
menunjukan ada sumbatan di
pembuluh darah otak.
- Keluarga pasien mengatakan pasien sejak tadi pagi selalu mengantuk saat
dibangunkan beberapa saat tertidur
kembali
DO:
- Saat ditanya apakah pasien merasa sakit kepala, pasien menganggukan
kepala
- kekuatan otot ekstremitas atas kanan dan kiri 4, kekuatan otot ekstremitas
bawah kanan dan kiri 3
- TD 170/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit
- Hasil CT Scan tanggal 23 Desember 2014 pasien menderita stroke
trombotik
Data Subjektif :
- Keluarga pasien mengatakan pasien lebih banyak tidur, pasien tidak
gelisah
Data Objektif :
- Tingkat kesadaran: somnolen - Keadaan umum lemah, GCS
E3V3M4
- TD: 125/63 mmHg, N: 64 x/menit, S: 36,6
0C RR: 19 x/menit, SaO2
97% (O2 masker 8 lpm), MAP:
83,67 mmHg
- Pasien tidak kejang
Data Subjektif :
-
Data Objektif :
- Tingkat kesadaran: somnolen - Keadaan umum lemah, GCS
E3V1M6
- TD: 168/75 mmHg, N: 75 x/menit, S: 37,5
0C RR: 24
x/menit, MAP: 106 mmHg,
SaO2 99% (O2 masker 8 lpm)
- Pasien tidak kejang
Implementasi :
15.30 Mempertahankan posisi head up
300
15.30 Mempertahankan pemberian O2
nasal 3 lpm
16.00 Memberikan bisoprolol 1,25 mg
Implementasi :
08.10 Memberikan injeksi Ranitidine
50 mg IV, Antrain 500 mg IV,
citicoline 500 mg IV, drip
Alinamin F 25 mg dalam 100 cc
PZ IV,
Implementasi :
08.00 Memberikan injeksi
Ranitidine 50 mg IV,
Alinamin F 25 mg IV,
Antrain 500 mg IV,
citicoline 500 mg IV,
45
P.O
19.00 Mengobservasi keadaan umum
pasien, tingkat kesadaran, GCS,
TTV dan SpO2. Hasil: keadaan
umum lemah, tingkat kesadaran:
apatis, TD 100//55 mmHg, N:
44x/menit, RR: 29x/menit SpO2
94%, pasien tampak gelisah.
Pasien tidak terpasang O2. Pasien
tidak kooperatif.
19.00 Memberikan kembali O2 nasal 3
lpm
19.03 Memasang bedside monitor
19.05 Mengganti O2 nasal 3 lpm dengan
O2 NRM 12
19.05 Meminta keluarga terdekat pasien
untuk memberikan dukungan
psikologis kepada pasien
19.15 Mengobservasi keadaan umum
pasien, tingkat kesadaran, TTV dan
SpO2. Hasil: keadaan umum pasien
lemah, tingkat kesadaran apatis,
TD 105//55 mmHg, N: 50x/menit,
RR: 27 x/menit, SpO2 97%, pasien
masih gelisah. Pasien tidak
kooperatif.
19.30 Mengobservasi keadaan umum
pasien, tingkat kesadaran, TTV dan
SpO2. Hasil: keadaan umum
lemah, tingkat kesadaran apatis,
TD 105//55 mmHg, N: 59x/menit,
RR: 27 x/menit, SpO2 97%, pasien
masih gelisah.
19.45 Mengobservasi keadaan umum,
tingkat kesadaran pasien, GCS,
08.10 Mempertahankan head up 300cc
08.18 Memberikan Amlodipin 5 mg,
ASA 100 mg via sonde (obat
sudah digerus)
09.00 Mengobservasi keadaan umum
pasien, tingkat kesadaran, GCS,
TTV dan SpO2. Hasil: keadaan
umum lemah, tingkat kesadaran
somnolen, GCS E3V3M4 TD
160/67 mmHg, MAP: 98 mmHg
N: 55x/menit, RR: 18x/menit
SpO2 99% (O2 masker 8 lpm)
09.00 Memberikan drip manitol 100 cc
dalam 20 menit (prog. 6x100 cc)
13.00 Mengobservasi keadaan umum
pasien, tingkat kesadaran, GCS,
TTV dan SpO2. Hasil: keadaan
umum lemah, tingkat kesadaran
somnolen, GCS E3V3M4 TD
100/53 mmHg, MAP: 68,67
mmHg, N: 50x/menit, RR:
11x/menit SpO2 99% (O2 masker
8 lpm)
13.00 Memberikan drip manitol 100 cc
dalam 20 menit (prog. 6x100 cc)
Manitol via pump 100 cc
dalam 20 menit (tappering
down 5x100 cc)
08.00 Mempertahankan head up
300
08.10 Memberikan Amlodipin 5
mg, ASA 100 mg via sonde
(obat sudah digerus)
09.00 Mengobservasi keadaan
umum pasien, tingkat
kesadaran, GCS, TTV dan
SpO2. Hasil: keadaan umum
lemah, tingkat kesadaran
somnolen, GCS E3V1M3 TD
157/68 mmHg, MAP: 97,66
mmHg N: 60x/menit, RR:
18x/menit SpO2 99% (O2
masker 8 lpm)
12.00 Mengobservasi keadaan
umum, tingkat kesadaran
pasien, GCS, TTV dan SpO2.
Hasil: keadaan umum lemah,
somnolen, GCS E3V1M3 TD
159/67 mmHg, MAP:97,67
mmHg, N: 60x/menit, RR:
17x/menit SpO2 99% (O2
masker 8 lpm)
15.00 Memberikan drip manitol
100 cc dalam 20 menit via
pump
46
TTV dan SpO2. Hasil: keadaan
umum pasien lemah, tingkat
kesadaran apatis, TD 106//55
mmHg, N: 63x/menit, RR: 27
x/menit, SpO2 97%, pasien masih
gelisah.
19.45 Memberikan injeksi Ranitidine 50
mg IV, Alinamin F 25 mg IV,
menurunkan dosis nicardipine
menjadi 1,5 mcg/KgBB dengan
kecepatan 21 cc/jam via pump
(advise dr. Rina)
20.00 Mengobservasi keadaan umum
pasien, tingkat kesadaran, TTV dan
SpO2. Hasil: keadaan umum pasien
lemah, tingkat kesadaran apatis,
TD 106//55 mmHg, N: 63x/menit,
SpO2 99%, pasien tampak lebih
tenang. Pasien kooperatif.
20.15 Mengobservasi keadaan umum
pasien, reaksi pupil, tingkat
kesadaran apatis, TTV dan SpO2.
Hasil: TD 106//55 mmHg, N:
66x/menit, SpO2 99%, pasien
tampak tenang. Pasien kooperatif.
20.20 Menurunkan dosis nicardipine
menjadi 1 mcg/kgBB/jam (advise
dr. Rina via telp.)
Evaluasi :
S: -
O:
- Keadaan umum pasien lemah, - Tingkat kesadaran apatis - TD 106//55 mmHg, N: 66x/menit,
SpO2 99%, RR: 25x/menit, MAP:
Evaluasi:
S: -
O:
- Keadaan umum pasien lemah, - Tingkat kesadaran somnolen - TD 100//53 mmHg, S: 37 0C N:
50x/menit, RR: 11 x/menit SaO2
Evaluasi:
S: -
O:
- Keadaan umum pasien lemah,
- Tingkat kesadaran somnolen
47
72 mmHg
- Pasien tampak masih gelisah - Pupil anisokor, diameter tidak
terkaji
- GCS E4V3M6 - Pasien kooperatif - Pasien tidak kejang
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi 1-7,
99%, MAP:63,67 mmHg
- GCS E3V3M4 - Pasien kooperatif - Pasien tidak kejang
A: Masalah keperawatan teratasi
sebagian
P: Pertahankan intervensi 1-7,
- GCS E3V1M5 - TD 160/65 mmHg, MAP:
96,67 mmHg S: 36,5 0C N:
60x/menit, RR: 17 x/menit
SaO2 99%
- Pasien kooperatif - Pasien tidak kejang
A: Masalah keperawatan teratasi
sebagian
P: Pertahankan intervensi 1-7,
Resiko aspirasi
berhubungan
dengan kesulitan
menelan
DS:
- Keluarga pasien mengatakan sejak tadi pagi pasien belum makan, pasien
kesulitan menelan
- Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien menurun, biasanya
pasien makan 3x/hari porsi 1 piring
dihabiskan, akan tetapi hari ini pasien
belum makan dan minum sedikitpun.
DO:
- Kemampuan menelan menurun - Saat ditanya apakah nafsu makan
pasien menurun karena kesulitan
menelan pasien mejawab ya.
DS:
- Keluarga pasien mengatkan pasien hanya makan melalui selang
DO:
- Pasien masih mengalami kesulitan menelan
- Suara napas vesikuler, jalan napas paten
- Tingkat kesadaran: somnolen - Pasien terpasang NGT di hidung
kanan no. 14 hari ke-2
DS: -
DO:
- Pasien masih mengalami kesulitan menelan
- Suara napas vesikuler, jalan napas paten
- Tingkat kesadaran: somnolen - Pasien terpasang NGT di
hidung kanan no. 14 hari ke-3
Implementasi:
19.00 Mengobservasi tingkat kesadaran.
Hasil tingkat kesadaran: apatis.
19.00 Mengobservasi patensi jalan napas
dan suara napas. Hasil: suara napas
vesikuler, jalan napas paten.
19.01 Mengobservasi kemampuan
menelan. Hasil: pasien masih
mengalami gangguan menelan.
Implementasi:
08.15 Mengobservasi tingkat kesadaran.
Hasil:somnolen
08.14 Mengobservasi patensi jalan
napas dan suara napas. Hasil:
suara napas vesikuler, jalan napas
paten.
08.15 Mengobservasi kemampuan
menelan. Hasil: pasien masih
mengalami kesulitan menelan.
08.15 Memberikan sonde entramix 100
Implementasi:
08.00 Mengobservasi tingkat
kesadaran. Hasil:somnolen
08.00 Mengobservasi patensi jalan
napas dan suara napas. Hasil:
suara napas vesikuler, jalan
napas paten.
08.05 Memberikan sonde entramix
200 cc (retensi 0 cc). Pasien
tidak aspirasi.
11.30 Mengobservasi patensi jalan
48
cc (retensi 0 cc). Pasien tidak
aspirasi.
12.00 Mengobservasi patensi jalan
napas dan suara napas. Hasil:
suara napas vesikuler, jalan napas
paten.
12.00 Mengobservasi kemampuan
menelan. Hasil: pasien masih
mengalami kesulitan menelan.
12.02 Memberikan sonde entramix 100
cc (retensi 0 cc). Pasien tidak
aspirasi.
13.00 Mengobservasi patensi jalan
napas dan suara napas. Hasil:
suara napas vesikuler, jalan napas
paten.
napas dan suara napas. Hasil:
suara napas vesikuler, jalan
napas paten.
12.02 Memberikan sonde entramix
100 cc (retensi 0 cc). Pasien
tidak aspirasi.
Evaluasi:
S: -
O:
- Pasien belum mampu menelan - Jalan napas paten dan suara napas
bersih/ vesikuler
A: Masalah tidak menjadi aktual
P: Pertahankan intervensi 2-3, lanjutkan
intervensi 4-7
Evaluasi:
S: -
O:
- Pasien terpasang NGT, pasien tidak mengalami aspirasi
- Pasien belum mampu menelan - Jalan napas paten dan suara napas
bersih/ vesikuler
A: Masalah tidak menjadi aktual
P: Pertahankan intervensi 2,3,5,6,7,
Evaluasi:
S: -
O:
- Pasien terpasang NGT, pasien tidak mengalami aspirasi
- Pasien belum mampu menelan - Jalan napas paten dan suara
napas bersih/ vesikuler
A: Masalah tidak menjadi aktual
P: Pertahankan intervensi
2,3,5,6,7,
Resiko jatuh
berhubungan
dengan penurunan
kekuatan otot
DS:
Keluarga pasien mengatakan pada
tanggal 22/12/2014 pasien jatuh di kamar
mandi
DO:
S: -
O:
- Pasien tidak pernah jatuh - Roda tempat tidur tetap terkunci - Pengaman tempat tidur terpasang
S: -
O:
- Pasien tidak pernah jatuh - Roda tempat tidur tetap terkunci - Pengaman tempat tidur
49
- Skor penilaian resiko pasien jatuh dewasa dengan morse fall scale
adalah 85 (resiko jatuh tinggi)
- Pergerakan sendi terbatas - Kekuatan otot ekstremitas atas kanan
dan kiri 4, kekuatan otot ekstremitas
bawah kanan dan kiri 3
- Usia pasien 75 tahun - Pasien mengeluh nyeri kepala - Kemampuan mendengar pasien sudah
berkurang
- Pasien menderita penyakit vaskular stroke trombotik
- Pasien mendapat terapi antihipertensi (nicardipine 0,5 mcg/kgBB sejak
masuk di UGD)
- Label penanda resiko jatuh tidak terpasang
- Lingkungan tetap terang
terpasang
- Label penanda resiko jatuh tidak terpasang
- Lingkungan tetap terang
Implementasi:
15.35 Mempertahankan roda tempat tidur
tetap terkunci
15.35 Memasang pengaman tempat tidur
16.00 Membantu pasien mendapatkan
posisi yang nyaman.
16.03 Menganjurkan pasien mencari
bantuan jika ingin ambulasi di
tempat tidur
16.05 Mengajarkan keluarga mengenai
teknik untuk mencegah pasien
jatuh di rumah:
o Jaga agar lantai tetap kering, jika basah segera keringkan
o Sediakan keset di depan pintu kamar mandi
o Selama pasien sakit, bantu pasien jika ingin berpindah
Implementasi:
10.35 Mempertahankan roda tempat
tidur tetap terkunci
10.35 Mempertahankan pengaman
tempat tidur tetap terpasang
Implementasi:
12.35 Mempertahankan roda
tempat tidur tetap terkunci
12.35 Mempertahankan pengaman
tempat tidur tetap terpasang
50
Evaluasi:
S: -
O:
- Pasien tidak pernah jatuh - Roda tempat tidur tetap terkunci - Pengaman tempat tidur terpasang - Label penanda resiko jatuh tidak
terpasang
- Lingkungan tetap terang - Keluarga pasien mampu
menyebutkan teknik mencegah pasien
jatuh di rumah:
Jaga agar lantai tetap kering, jika basah segera keringkan
Sediakan keset di depan pintu kamar mandi
Selama pasien sakit, bantu pasien jika ingin berpindah
A: Masalah tidak menjadi aktual
P: pertahankan intervensi 1, 2, 5,
lanjutkan intervensi 3, 4
Evaluasi:
S: -
O:
- Pasien tidak pernah jatuh - Roda tempat tidur tetap terkunci - Pengaman tempat tidur terpasang - Label penanda resiko jatuh tidak
terpasang
- Lingkungan tetap terang
A: Masalah tidak menjadi aktual
P: pertahankan intervensi 1, 2, 5,
lanjutkan intervensi 3, 4
Evaluasi:
S:
Keluarga pasien mengatakan pasien
tidak pernah jatuh, hanya berbaring
di tempat tidur.
O:
- Pasien tidak pernah jatuh - Roda tempat tidur tetap terkunci - Pengaman tempat tidur
terpasang
- Label penanda resiko jatuh tidak terpasang
- Lingkungan tetap terang
A: Masalah tidak menjadi aktual
P: pertahankan intervensi 1, 2, 5,
lanjutkan intervensi 3, 4
51
BAB 4
PEMBAHASAN
Tn. S dirawat di IRNA lantai 3 sejak tanggal 23 Desember 2014 dengan
diangnosa stroke trombotik+ post hipertensy emergency+AF slow moderate.
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 23 Desember 2014, maslah keperawatan yang
ditemukan adalah:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oklusi pembuluh
darah
2. Resiko aspirasi berhubungan dengan kesulitan menelan
3. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
4. Sindrom defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas
Masalah keperawatan prioritas berupa ketidakefektifan perfusi jaringan serebral,
ditunjukkan dengan keluhan pasien nyeri kepala, keluarga pasien mengatakan pada
tanggal 22 Desember 2014 jam 12.00 WIB pasien tiba-tiba mengeluh sakit kepala dan
lemas, pasien kemudian tidur. Pasien kemudian dibangunkan oleh keluarganya jam
16.00 WIB tetapi pasien tidak dapat dibangunkan. Keluarga pasien kemudian kembali
mencoba untuk membangunkan pasien jam 18.00 dan pasien terbangun. Saat ke kamar
mandi pasien terjatuh. Keesokan harinya jam 04.00 WIB pasien bangun dan tidak bisa
bicara dan menelan, kedua kaki pasien tidak bisa digerakkan. Pasien kemudian dibawa
ke RSUA jam 12.00 dengan keluhan sakit kepala dan lemas, GCS: E4V5M6. TD 163/74
mmHg, nadi: 59 x/menit, RR: 24x/menit, SpO2: 99%.
Intervensi yang telah diberikan pada Tn. S untuk mengatasi masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adalah di UGD pasien diposisikan head up
300, pasien mendapatkan terapi O2 nasal 3 lpm, infus PZ 14 tpm, nicardipin 0,5
mg/KgBB/jam (BB=70 kg). Kemudian pasien dipindahkan ke IRNA lantai 3 dan tiba
pada pukul 15.30 WIB, dengan keluhan pusing dan lemas, GCS: E4V5M6. Pasien
terpasang O2 nasal 3 lpm, infus PZ 14 tpm cabang nicardipin 0,5 mg/KgBB/jam via
syringe pump. Terapi dilanjutkan di IRNA Lantai 3, dilakukan observasi tingkat
kesadaran , GCS, TTV, SaO2. Pada tanggal 23 Desember 2014 jam 19.00 kondisi
52
pasien memburuk, hasil pemeriksaan ditemukan TD 100/55 mmHg, N: 44x/menit, RR:
29x/menit SpO2 94%, pasien tampak gelisah dan pasien tidak kooperatif. Intervensi
yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengganti
pemberian O2 dengan O2 NRM (non rebreathing mask) 10 lpm, memberikan injeksi
Alinamin F 25 mg IV, menurunkan dosis nicardipine menjadi 1,5 mcg/KgBB dengan
kecepatan 21 cc/jam via pump (advise dr. Rina), pada jam 20.15 WIB, kondisi pasien
membaik dengan TD 106//55 mmHg, N: 66x/menit, SpO2 99%, pasien tampak tenang.
pasien kooperatif.
Menurut Morton (2011) target terapi pasien stroke adalah adalah perbaikan
aliran serebral, pencegahan trombosis berulang, perlindungan saraf dan perawatan
suportif. Dilakukan pula tindakan-tindakan yang menstabilkan tanda-tanda vital dengan
mempertahankan kepatenan jalan napas, yaitu dengan pemberian oksigenasi. Selain itu
pengontrolan tekanan darah dan jantung sangat penting untuk dilakukan. Pemberian
antikoagulan pada stroke iskemik perlu diberikan untuk mencegah terjadinya trombosis
dan emboli.
Kondisi Tn. S sampai hari ke-3 tidak membaik, tingkat kesadaran Tn. S tetap
somnolen, dan GCS mengalami penurunan E3V1M5 sehingga pasien perlu dirawat di
ICU. Karena keluarga masih menunggu keputusan anggota keluarga yang lain akhirnya
pasien baru dirujuk keesokan harinya pada tanggal 26 Desember 2014 ke RSUD X.
Masalah keperawatan berikutnya adalah resiko aspirasi. Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak bisa menelan sejak 23 Desember 2014 pagi. Dari hasil
pemeriksaan ditemukan kemampuan menelan menurun, kemudian saat ditanya apakah
nafsu makan pasien menurun karena kesulitan menelan pasien mejawab ya. Menurut
Smeltzer et. al (2010), pada pasien stroke berkurangnya aliran darah ke otak dapat
menyebabkan terjadinya hipoksia otak sehingga terjadi disfungsi otak. Disfungsi otak
ini diikuti dengan gangguan pada otot-otot menelan. Pada kasus Tn. S, tidak diangkat
diagnosa keperawatan gangguan menelan, karena hal tersebut hanya bisa diatasi apabila
perfusi jaringan otak dan fungsi otak membaik sepenuhnya, hal yang lebih berbahaya
untuk saat ini adalah resiko terjadinya aspirasi akibat gangguan menelan. Intervensi
yang telah dilakukan untuk mencegah terjadinya aspirasi pada Tn. S adalah dengan
mempuasakan pasien pada hari I hingga kemampuan menelan pasien membaik. Akan
53
tetapi, kondisi Tn. S memburuk dengan tingkat kesadaran somnolen, sehingga
dilakukan pemasangan NGT sebagai jalan untuk memasukkan nutrisi dan obat oral.
Sampai hari ke-3 Tn.S tidak pernah mengalami aspirasi, sehingga masalah keperawatan
tidak menjadi aktual.
Masalah keperawatan selanjutnya adalah resiko jatuh. pada tanggal 23 Desember
2014 didapatkan data keluarga pasien mengatakan pada tanggal 22/12/2014 pasien jatuh
di kamar mandi, skor penilaian resiko pasien jatuh dewasa dengan morse fall scale
adalah 85 (resiko jatuh tinggi), pergerakan sendi pasien terbatas, kekuatan otot
ekstremitas atas kanan dan kiri 4, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan dan kiri 3,
usia pasien 75 tahun, pasien mengeluh nyeri kepala, kemampuan mendengar pasien
sudah berkurang, pasien mendapat terapi antihipertensi (nicardipine 0,5 mcg/kgBB
sejak masuk di UGD). Menurut Corwin (2009), pada pasien stroke terjadi sumbatan
pada aliran darah otak, sumbatan ini menyebabkan kurangnnya aliran darah ke otak,
sehingga otak kekurangan O2. Otak untuk beraktifitas juga membutuhkan O2.
Kurangnya O2 menyebabkan otak melakukan metabolisme anaerob yang menyebabkan
penurunan produksi ATP sehingga pasien merasa lemas. Selain itu juga disfungsi otak
juga dapat menyebabkan gangguan pada neuromuskular.
Pada Tn. S untuk mengatasi resiko jatuh telah dilakukan tindakan keperawatan
berupa mempertahankan roda tempat tidur tetap terkunci, memasang pengamanan dan
HE keluarga tentang teknik pencegahan resiko jatuh di rumah. Hinnga hari 3 pasien
tidak pernah jatuh sehingga masalah tidak menjadi aktual dan intervensi dihentikan.
BAB 5
KESIMPULAN
Stroke adalah gangguan aliran darah ke otak akibat oklusi pembuluh darah yang
ditandai dengan penurunan kesadaran, kelemahan otot. Penurunan kesadaran
diakibatkan oleh penurunan suplai O2 ke otak sehingga menimbulkan berbagai masalah
termasung hilangnya kekuatan otot.Pada kasus Tn. S, pasien stroke trombotik sebagai
akibat dari hipertensi dan atrial fibrilasi dan riwayat merokok. Masalah yang muncul
pada kasus Tn. S diantaranya ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, resiko aspirasi,
resiko jatuh, dan sindrom defisit perawatan diri. Masalah yang menjadi prioritas adalah
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, resiko aspirasi, resiko jatuh dari ketiga
masalah tersebut masalah ketidakefektifan penurunan perfusi serebral teratasi sebagian
yaitu MAP: 96,67 mmHg S: 36,5 0C N: 60x/menit, RR: 17 x/menit SaO2 99%, pasien
kooperatif pasien tidak kejang, sehingga intervensi dilanjutkan. Sedangkan masalah
resiko aspirasi dan resiko jatuh tidak menjadi aktual sehingga intervensi dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ 2009, Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3, EGC, Jakarta
Hudak, CM dan Gallo, BM 1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI,
Volume 2, EGC, Jakarta
NANDA 2012, Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014, EGC,
Jakarta
Smeltzer, SC, Bare, BG, Hinkle, JL & Cheever, KH 2010, Text Book of Medical
Surgical Nursing, 12th edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia
Smeltzer, SC dan Bare, BG 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2,
EGC, Jakarta
Stilwell, S 2011, Pedoman Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta