Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hematemesis Melena

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hematemesis Melena

    1/10

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hematemesis Melena

    2/10

    Misalnya : tukak, tumor, Infamasi pada lambung dan usus.

    ebagai salah satu gejala penyakit sistemik

    Misalnya : penyakit darah, infeksi.

    3) Kerusakan pembuluh darah di selaput lendir pada saluran pencernaan dan sirosis hepatis karena

    tekanan darah portal yang meningkat.

    4) Ketidakseimbangan faktor agresif dan faktor defensif pada mukosa.

    nis

    C)

    warna kehitaman

    berbau busuk

    (90/60 mmHg)

    ukosa pucat

    ogi terjadinya penyakit

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hematemesis Melena

    3/10

    PENJELASAN

    Penyebab terjadinya hematemesis melena salah satunya yaitu aspirin, OAINS, stres,

    kortikosteroid, rokok, asam lambung, infeksi H.Pylori dapat mengakibatkan erosi pada mukosa

    lambung sampai mencapai mukosa muskularis disertai dengan kerusakan kemampuan mukosa

    untuk mensekresi mukus sebagai pelindung. Hal ini akan menimbulkan peradangan pada sel

    yang akan menjadi granulasi dan akhirnya menjadi ulkus, dan dapat mengakibatkan hemoragi

    gastrointestinal.Penyebab hematemesis melena yang lainnya adalah alkohol dan hipertensi portal berat dan

    berkepanjangan yang dapat menimbulkan saluran kolateral bypass : melalui vena koronaria

    lambung ke dalam vena esofagus subepitelial dan submukosal dan akan menjadi varises pada

    vena esofagus. Vena-vena yang melebar dan berkeluk-keluk terutama terlatak di submukosa

    esofagus distal dan lambung proksimal, disertai penonjolan tidak teratur mukosa diatasnya ke

    http://4.bp.blogspot.com/--GPUEGBmqKk/U3kZNk_z0II/AAAAAAAAArA/1px609cP83Q/s1600/WOC+MELENA.jpghttp://4.bp.blogspot.com/--GPUEGBmqKk/U3kZNk_z0II/AAAAAAAAArA/1px609cP83Q/s1600/WOC+MELENA.jpg
  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hematemesis Melena

    4/10

    dalam lumen. Dapat mengalami ulserasi superficial yang menimbulkan radang, beku darah yang

    melekat dan kemungkinan ruptur, mengakibatkan hemoragi gastrointestinal.

    Gagal hepar sirosis kronik, kematian sel dalam hepar termasuk penyebab hematemesis

    melena yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk

    saluran kolateral pada dinding abdominal anterior. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena

    ini, maka vena tersebut menjadi mengembang oleh darah dan membesar. Pembuluh yang

    berdilatasi ini disebut varises dan dapat pecah, mengakibatkan hemoragi gastrointestinal.

    Hemoragi gastrointestinal dapat menimbulkan hematemesis melena. Hematemesis biasanya

    bersumber di atas ligamen Treitz (pada jungsi denojejunal). Dari hematemesis akan timbul

    muntah darah. Muntah dapat berwarna merah terang atau seperti kopi, tergantung dari jumlah

    kandungan lambung pada saat perdarahan dan lamanya darah telah berhubungan dengan sekresi

    lambung. Asam lambung mengubah hemoglobin merah terang menjadi hematin coklat dan

    menerangkan tentang warna seperti kopi drainase yang dikeluarkan. Cairan lambung yang

    berwarna merah marun atau merah terang diakibatkan dari perdarahan hebat dan sedikit kontak

    dengan asam lambung. Sedangkan melena terjadi apabila darah terakumulasi dalam lambung dan

    akhirnya memasuki traktus intestinal. Feses akan seperti ter. Feses ter dapat dikeluarkan bila

    sedikitnya 60 ml darah telah memasuki traktus intestinal.

    aan diagnostik/Penunjang

    Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan yaitu pemeriksaan darah rutin berupa hemoglobin,

    hematokrit, leukosit, trombosit, pemeriksaan hemostasis lengkap untuk mengetahui adanya

    kelainan hemostasis, pemeriksaan fungsi hati untuk menunjang adanya sirosis hati, pemeriksaan

    fungsi ginjal untuk menyingkirkan adanya penyakit gagal ginjal kronis, pemeriksaan adanya

    infeksi Helicobacter pylori.

    b) Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi

    Merupakan pemeriksaan penunjang yang paling penting karena dapat memastikan diagnosis

    pecahnya varises esofagus atau penyebab perdarahan lainnya dari esofagus, lambung dan

    duodenum.

    c) Kontras Barium (radiografi)

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hematemesis Melena

    5/10

    Bermanfaat untuk menentukan lesi penyebab perdarahan. Ini dilakukan atas dasar urgensinya

    dan keadaan kegawatan.

    d) Ongiografi

    Bermanfaat untuk pasien-pasien dengan perdarahan saluran cerna yang tersembunyi dari visual

    endoskopik.

    ndakan penanganan

    Penatalaksanaan perdarahan saluran cerna bagian atas dapat dibagi atas:

    1. Penatalaksanaan umum/suportif

    Penatalaksanaan ini memperbaiki keadaan umum dan tanda vital. Yang paling penting pada

    pasien perdarahan SCBA adalah memberikan resusitasi pada waktu pertama kali datang ke

    rumah sakit. Kita harus secepatnya memasang infus untuk pemberian cairan kristaloid (seperti

    NaCL 0.9% dan lainnya) ataupun koloid (plasma expander) sambil menunggu darah

    dengan/tanpa komponen darah lainnya bila diperlukan. Selang nasogastrik perlu dipasang untuk

    memonitor apakah perdarahan memang berasal dari SCBA dan apakah masih aktif berdarah atau

    tidak dengan melakukan bilasan lambung tiap 6 jam sampai jernih. Pasien harus diperiksa darah

    perifer (hemoglobin, hematokrit, leukosit dan trombosit) tiap 6 jam untuk memonitor aktifitas

    perdarahan. Sebaiknya bila dicurigai adanya kelainan pembekuan darah seperti Disseminated

    Intravascular Coagullation (DIC) dan lainnya, harus dilakukan pemeriksaan pembekuan darah

    seperti masa perdarahan, masa pembekuan, masa protrombin, APTT, masa trombin, Burr Cell, D

    dimmer dan lainnya. Bila terdapat kelainan pembekuan darah harus diobati sesuai kelainannya.

    Pada penderita dengan hipertensi portal dimana perdarahan disebabkan pecahnya varises

    esofagus dapat diberikan obat somatostatin atau oktreotide. Pada perdarahan non varises yang

    masif, dapat juga diberikan somatostatin atau oktroetide tetapi jangka pendek 1-2 hari saja. Pada

    prinsipnya, urutan penatalaksanaan perdarahan SCBA dapat mengikuti anjuran algoritme

    penatalaksanaan dari Konsensus Nasional Indonesia atau Palmer atau Triadapafilopoulos. Selain

    pengobatan pada pasien perdarahan perlu diperhatikan pemberian nutrisi yang optimal sesegera

    mungkin bila pasien sudah tidak perlu dipuasakan lagi , dan mengobati kelainan kejiwaan/psikis

    bila ada, dan memberikan edukasi mengenai penyakit pada pasien dan keluarga misal memberi

    tahu mengenai penyebab perdarahan dan bagaimana cara-cara pencegahaan agar tidak

    mengalami perdarahan lagi.

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hematemesis Melena

    6/10

    2. Penatalaksanaan khusus

    Penatalaksanaan khusus merupakan penatalaksanaan hemostatik perendoskopik atau terapi

    embolisasi arteri.Terapi hemostatik perendoskopik yang diberikan pada pecah varises esofagus

    yaitu tindakan skleroterapi varises perendoskopik (STE) dan ligasi varises perendoskopik (LVE).

    Pada perdarahan karena kelainan non varises, dilakukan suntikan adrenalin di sekitar tukak atau

    lesi dan dapat dilanjutkan dengan suntikan etoksi-sklerol atau obat fibrinogen-trombin atau

    dilakukan terapi koagulasi listrik atau koagulasi dengan heat probe atau terapi laser, atau

    koagulasi dengan bipolarprobe atau yang paling baik yaitu hemostatik dengan terapi metal clip.

    Bila pengobatan konservatif, hemostatik endoskopik gagal atau kelainan berasal dari usus halus

    dimana skop tak dapat masuk dapat dilakukan terapi embolisasi arteri yang memperdarahi daerah

    ulkus. Terapi ini dilakukan oleh dokter spesialis radiologi intervensional.

    3. Usaha menghilangkan faktor agresif

    Usaha yang diperlukan untuk menghilangkan faktor agresif pada perdarahan SCBA karena

    kelainan non varises antara lain :

    a. Memperbaiki/menghindari faktor predisposisi atau risiko seperti gizi, stres, lingkungan,

    sosioekonomi.

    b. Menghindari/menghentikan paparan bahan atau zat yang agresif seperti asam, cuka, OAINS,

    rokok, kortikosteroid dan lainnya.

    c. Memberikan obat yang dapat mengurangi asam lambung seperti antasida, antimuskarinik,

    penghambat reseptor H2 (H2RA), penghambat pompa proton (PPI). PPI diberikan per injeksi

    bolus intra vena 2-3 kali 40 mg/hari atau bolus intra vena 80 mg dilanjutkan kontinu infus drip 8

    mg/jam selama 12 jam kemudian intra vena 4 mg/jam sampai 5 hari atau sampai perdarahan

    berhenti lalu diganti oral 1-2 bulan. Alasan mengapa PPI diindikasikan pada perdarahan non

    varises, karena PPI dapat menaikkan pH diatas 6 sehingga menyebabkan bekuan darah yang

    terbentuk tetap stabil, tidak lisis.

    d. Memberikan obat eradikasi kuman Helicobacter pylori dapat berupa terapi tripel dan terapi

    kuadrupel selama 1- 2 minggu :

    Terapi tripel : 1. PPI + amoksisilin + klaritromisin

    2. PPI + metronidazol + klaritromisin

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hematemesis Melena

    7/10

    3. PPI + metronidazol + tetrasiklin

    Terapi kuadrupel, bila tripel gagal :

    1. Bismuth + PPI + amoksisilin + klaritromisin

    2. Bismuth + PPI + metronidazol + klaritromisin

    3. Bismuth + PPI + tetrasiklin + metronidazole (untuk daerah resistensi tinggi klaritromisin).

    4. Usaha meningkatkan faktor defensif

    Usaha ini dilakukan dengan memberikan obat-obat yang meningkatkan faktor defensif selama 4

    8 minggu antara lain :

    a. Sukralfat 3 kali 500-1000 mg per hari

    b. Cetraxate 4 kali 200 mg per hari

    c. Bismuth subsitrat 2 kali 2 tablet per hari

    d. Prostaglandin eksogen 2-3 kali 1 tablet per hari

    e. Tephrenone 3 kali 50 mg per hari

    f. Rebamipide 3 kali 100 mg per hari

    5. Penatalaksanaan bedah/operatif

    Penatalaksanaan bedah/operatif merupakan penatalaksanaan yang cukup penting bila

    penatalaksanaan konservatif dan khusus gagal atau memang sudah ada komplikasi yang

    merupakan indikasi pembedahan. Biasanya pembedahan dilakukan bila pasien masuk dalam :

    a. Keadaan gawat I sampai II

    b. Komplikasi stenosis pilorus-duodenum, perforasi, tukak duodenum refrakter

    Yang dimaksud dengan gawat I adalah bila perdarahan SCBA dalam 8 jam pertama

    membutuhkan darah untuk transfusi sebanyak 2 liter, sedangkan gawat II adalah bila dalam 24

    jam pertama setelah gawat I pasien masih membutuhkan darah untuk transfusi sebanyak 2 liter.

    B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

    an

    Data subyektif :

    untah

    berwarna hitam encer

    s dan sering bertanya-tanya tentang penyakitnya.

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hematemesis Melena

    8/10

    Data obyektif :

    taman

    dan turgor kulit jelek

    r, frekwensi BAB 1-2 x/hari

    n cemas

    Keperawatan

    1) Ansietas berhubungan dengan sakit kritis, ketakutan akan kematian ataupun kerusakan bentuk

    tubuh, perubahan peran dalam lingkup sosial, atau ketidakmampuan yang permanen.

    2) PK Anemia

    3) Risiko aspirasi berhubungan dengan reflek muntah.

    4) Risiko infeksi berhubungan dengan nutrisi parenteral.

    5) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah akut, penggantian cepat volume

    dengan cairan kristaloid.

    6) PK Koma Hepatikum.

    i/Rencana tindakan Keperawatan

    Pada tahap penyusunan rencana tindakan, hal yang dilakukan adalah : menentukan prioritas

    diagnosa keperawatan, menentukan tujuan, menentukan kriteria evaluasi dan menentukan

    rencana tindakan.

    keperawatan

    Adapun prioritas diagnosa keperawatan yang dapat disusun adalah :

    1) Ansietas berhubungan dengan sakit kritis, ketakutan akan kematian ataupun kerusakan bentuk

    tubuh, perubahan peran dalam lingkup sosial, atau ketidakmampuan yang permanen.

    2) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah akut, penggantian cepat volume

    dengan cairan kristaloid.

    3) PK Koma Hepatikum.

    4) PK Anemia

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hematemesis Melena

    9/10

    5) Risiko infeksi berhubungan dengan nutrisi parenteral.

    6) Risiko aspirasi berhubungan dengan reflek muntah.

    watan

    1. Dx : Ansietas

    Berikan lingkungan yang mendorong diskusi terbuka untuk persoalan-persoalan emosional.

    Berikan waktu pada pasien untuk mengekspresikan diri. Dengarkan dengan aktif.

    Berikan penjelasan yang sederhana untuk peristiwa-peristiwa dan stimuli lingkungan.

    Berikan dorongan komunikasi terbuka antara perawat dan keluarga mengenai masalah-masalah

    emosional.

    Validasikan pengetahuan dasar pasien dan keluarga tentang penyakit kritis.

    Libatkan sistem pendukung religius sesuai kebutuhan.

    2. Dx : Defisit volume cairan

    Pantau tanda-tanda vital setiap jam atau prn.

    Pantau nilai-nilai hemodinamik

    Ukur haluaran urine setiap 1 jam.

    Berikan cairan pengganti dan produk darah sesuai instruksi.

    Tirah baring total, baringkan pasien pada posisi terlentang dengan kaki ditinggikan untuk

    meningkatkan preload jika pasien mengalami hipotensif.

    Periksa feses darah untuk 72 jam setelah masa akut.

    3. Dx : PK Koma Hepatikum

    Kaji keparahan perdarahan.

    Gantikan cairan dan produk darah dalam jumlah yang mencukupi untuk mengatasi koma

    hepatikum.

    4. Dx : PK Anemia

    Pantau adanya tanda-tanda anemia seperti konjungtiva pucat, lemas, pusing, cappilary refil, akral

    dingin.

    Kolaborasi pemberian obat anemia.

  • 8/10/2019 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hematemesis Melena

    10/10

    Kolaborasi dengan ahli gizi tentang perencanaan menu untuk mengatasi anemia.

    5. Dx : Risiko infeksi

    Ukur suhu tubuh tiap 4 jam.

    Gunakan teknik aseptik saat mengganti balutan dan selang.

    Lepaskan dan lakukan pemeriksaan kultur bila terjadi tanda-tanda dan gejala infeksi.

    6. Dx : Risiko aspirasi

    Atur posisi pasien dengan kepala lebih tinggi atau posisi berbaring miring untuk menghindari

    aspirasi sewaktu muntah jika tidak ada kontra indikasi karena cedera.

    Bersihkan sekresi dari mulut dengan tisu.

    Periksa bahwa selang makan tidak berubah letaknya sejak pemasangan.

    Aspirasi isi residu sebelum pemberian makan melalui selang.

    Tinggikan bagian kepala tempat tidur 30-45 menit selama periode makan dan 1 jam setelahnya

    untuk mencegah refluks karena adanya gaya gravitasi.

    Berikan makan jika isi residu kurang dari 150 ml (Intermiten) atau berikan makan jika residu tidak

    lebih dari 150 ml pada 10 % sampai 20 % dari frekuensi setiap jam (kontinue).

    Pasien akan mengekspresikan ansietasnya pada narasumber yang tepat.

    ecara hemodinamik.

    n tanda-tanda koma hepatikum.

    Pasien tidak mengalami anemia (Konjungtiva merah muda, akral hangat).

    Pasien tidak akan mengalami infeksi nosokomial.

    Pasien tidak mengalami aspirasi dan mengungkapkan tindakan untuk mencegah aspirasi.