37
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR A. PENGERTIAN Suatu keadaan diskontinuitas jaringan structural pada tulang (Sylvia Anderson Price, 1985). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang-tulang rawan (Purnawan Junaidi, 1982). B. PENYEBAB FRAKTUR 1. Trauma langsung/direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat, dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa misalnya benturan pukulan yang mengakibat kan patah tulang. 2. Trauma yang tidak langsung/indirect trauma, contoh penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pergelangan tangan. 3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ada “underlying disease” dalam hal ini disebut fraktur patologis. C. INSIDENSI Fraktur femur mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi dibanding dengan patah tulang jenis berbeda umumnya fraktur terjadi pada 1/3 tengah. D. DISKRIPSI FRAKTUR 1. Berdasarkan Keadaan Luka a. Fraktur Tertutup “closed fraktur” bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. b. Fraktur Terbuka “open/compound fraktur” bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. 2. Berdasarkan Garis Patah

Laporan Pendahuluan Askep Femur

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUANFRAKTUR FEMUR

A.    PENGERTIANSuatu keadaan  diskontinuitas jaringan structural pada tulang (Sylvia Anderson Price, 1985).Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang-tulang rawan (Purnawan Junaidi, 1982).

B.     PENYEBAB FRAKTUR1.      Trauma langsung/direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat, dimana bagian tersebut mendapat

ruda paksa misalnya benturan pukulan yang mengakibat kan patah tulang.2.      Trauma yang tidak langsung/indirect trauma, contoh penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi

dapat terjadi fraktur pergelangan tangan.3.      Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ada “underlying

disease” dalam hal ini disebut fraktur patologis.

C.    INSIDENSIFraktur femur mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi dibanding dengan patah tulang jenis berbeda umumnya fraktur terjadi pada 1/3 tengah.

D.    DISKRIPSI FRAKTUR1.      Berdasarkan Keadaan Lukaa.       Fraktur Tertutup “closed fraktur” bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.b.      Fraktur Terbuka “open/compound fraktur” bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar

karena adanya perlukaan di kulit.2.      Berdasarkan Garis Pataha.       Fraktur Komplet, bila garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi yang lain jadi mengenai dari seluruh

korteks tulang.

b.      Fraktur Inkomplet, bila tidak mengenai korteks tulang pada sisi yang lain jadi masih ada korteks yang utuh seringkali pada anak-anak “Green Stick Frackture”.

3.      Berdasarkan Jumlah Garis Pataha.       Simple Fraktur dengan satu garis patahb.      Communitive Fraktur, bila ada garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan / bertemuc.       Segmental Fraktur, bila garis patah lebih dari satu dan tidak saling berhubungan dengan pengertian bahwa

fraktur terjadi pada tulang yang sama, eks fraktur yang terjadi pada 1/3 proksimal dan 1/3 distal.4.      Berdasarkan Arah Garis Pataha.       Fraktur melintangb.      Fraktur miringc.       Fraktur spirald.      Fraktur kompresie.       Fraktur V/Y/T sering pada permukaan sendi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam patah tulang:a.       Mengenai sisi kanan (dekstra) atau sisi kiri (sinistra) anggota gerak.b.      Lokalisasinya semua tulang dibagi menjadi 1/3 proksimal, 1/3 tengah, dan 1/3 distal kecuali klaukula dibagi

menjadi ¼ medial ½ tengah lateral.c.       Dislokasi fragmen tulang-          Undisplaced-          Fragmen distal bersudut terhadap proksimal-          Fragmen distal memutar-          Kedua fragmen saling mendekat dan sejajar-          Kedua fragmen saling menjauhi dan sumbu sejajar

E.     TANDA DAN GEJALA1.      Sakit (nyeri)2.      Inspeksia.       Bengkakb.      Deformitas3.      Palpasia.       Nyerib.      Nyeri sumbuc.       Krepitasi4.      Gerakana.       Aktif (tidak bisa – fungsio lasea)

F.     PENATALAKSANAANPrinsipnya ada 2 jenis yaitu konservatif dan operatif, kriteria untuk menentukan pengobatan dapat dilaksanakan secara konservatif (operatif) selamanya tidak absolut.

Sebagai pedoman dapat dikemukakan sebagai berikut:         Cara Konservatif1.      Anak-anak dan remaja, dimana masih ada pertumbuhan tulang panjang2.      Adanya infeksi/diperkirakan dapat terjadi infeksi3.      Jenis fraktur tidak cocok untuk pemasangan fiksasi internal4.      Ada kontraindikasi untuk dilakukan operasi

         Cara Operatif dilakukan apabila:1.      Bila reposisi mengalami kegagalan

2.      Pada orang tua dan lemah (imobilisasi) – akibat yang lebih buruk3.      Fraktur multiple pada ekstremitas bawah4.      Fraktur patologik5.      Penderita yang memerlukan immobilisasi cepat

         Pengobatan konservatif dapat dilakukan dengan:-          Pemasangan gips-          Pemasangan traksi (skin traksi dan skeletal traksi)

Beban maksimal untuk skin traksi adalah 5 kg.

         Pengobatan Operatif:-          Reposisi-          Fiksasi

Atau lazim disebut juga tindakan  “ORIF” (Open Reductional Internal Fixation)

PROSES KEPERAWATAN PADA KLIENFRAKTUR FEMUR

Femur merupakan tulang yang terpanjang pada badan, dimana fraktur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal tulang memerlukan gaya yang besar untuk mematahkan batang femur pada orang dewasa, kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor atau mengalami jatuh dari ketinggian. Biasanya, klien ini mengalami trauma multiple yang menyertainya. Secara klinis fraktur femur terdiri dari patah tulang paha terbuka dan patah tulang paha  tertutup yang asuhan keperawatannya berbeda.

Sering klien mengalami syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan darah banyak ke dalam jaringan maupun syok neurogenik disebabkan rasa nyeri yang sangat hebat yang dialami klien.

Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

KlasifikasiAda 2 tipe dari fraktur femur, yaitu:

1.      Fraktur Intrakapsuler Femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan melalui kepala femur (Capital Fraktur)

a.       Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar / yang lebih kecil / pada daerah intertrokhanter.

b.      Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.

2.      Fraktur Ekstrakapsulera.       Hanya dibawah kepala femurb.      Melalui leher dari femur

A.  PENGKAJIANManifestasi klinis fraktur femur hampir sama pada klinis fraktur umum tulang panjang seperti nyeri,

hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas atas karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur, krepitus, pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur, tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam / hari setelah cedera.

B.  ANAMNESA1.      Identitas klien

2.      Keluhan utamaPada umumnya keluhan utama fraktur femur adalah rasa nyeri yang hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:

 Provoking Incident

 Quality of Paint

 Region

  Severity (Scale) of Pain

  Time

:

:

:

:

:

Faktor presipitasi nyeri adalah trauma pada bagian paha.Rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat menusuk-nusuk.Rasa sakit bisa reda dengan immobilisasi atau dengan istirahat, rasa sakit tidak menjalar atau menyebar, dan rasa sakit terjadi di bagian paha yang mengalami patah tulang.Rasa nyeri yang dirasakan klien secara subjektif antara skala 2-4 pada rentang skala pengukuran0-4Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari / siang hari.

C.  RIWAYAT PENYAKIT1. Riwayat Penyakit SekarangKronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang paha, pertolongan apa yang telah didapatkan,

apakah sudah berobat ke dukun? Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain.

2. Riwayat Penyakit DahuluPenyakit-penyakit tertentu seperti Kanker Tulang dan penyakit Paget’s yang menyebabkan fraktur patologis

yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit Diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadinya Osteomyelitis akut maupun kronik dan juga Diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.

3. Riwayat Penyakit KeluargaPenyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit patah tulang paha adalah faktor predisposisi

terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.

4. Riwayat Psikososial SpiritualMerupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan

masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga / masyarakat.Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image).

D.  PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum:

         Kesadaran penderita: apatis, spoor, koma, gelisah, compos mentis, tergantung pada keadaan klien.         Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.         Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan lokal baik fungsi maupun bentuk.

(Breathing)      Pada klien dengan fraktur femur pemeriksaan pada sistem pernapasan inspeksi pernapasan tidak ada

kelainan. Palpasi thorax didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi nafas tambahan.

(Blood)

      Inspeksi : tidak tampak iktus jantung. Palpasi : nadi meningkat, iktus tidak teraba. Auskultasi : suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.

(Brain)      Tingkat kesadaran, biasanya compos mentis      Muka : wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tidak ada lesi,

simetris, tidak ada edema.      Mata : tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (apabila klien dengan patah tulang tertutup,

karena tidak  terjadi perdarahan). Pada klien dengan fraktur terbuka dengan banyaknya perdarahan yang keluar biasanya konjungtiva didapatkan anemis.

            Sistem sensorik, pada klien faktur femur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedangkan pada indera yang lain tidak timbul gangguan, begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur.

(Bladder)      Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine termasuk berat jenis urine, biasanya klien

fraktur femur tidak ada kelainan pada sistem urine.(Bowel)

      Abdomen.      Inspeksi     : bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.      Palpasi       : turgor baik, tidak ada depands muskuler, hepar tidak teraba.      Perkusi      : suara tymphani.      Auskultasi : peristaltic usus normal  20 kali / menit.      Inguinal-Genetalia-Anus : tidak ada hernia, tidak ada pembesaran lympe, tak ada kesulitan BAB

(Bone) Adanya fraktur pada femur akan mengganggu secara lokal baik fungsi motorik, sensorik dan peredaran darah.

 Look : Sistem Integumen : terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, edema, nyeri tekan. Didapatkan adanya pembengkakan hal-hal yang tidak biasa (abnormal),

deformitas, perhatikan adanya kompartemen sindrom pada lengan bagian distal fraktur femur. Apabila terjadi open fraktur di dapatkan adanya tanda-tanda trauma jaringan lunak sampai pada kerusakan integritas kulit. Pada fraktur oblik, spiral atau bergeser yang mengakibatkan pemendekan batang femur. Adanya tanda-tanda cidera dan kemungkinan keterlibatan bekas neurovaskuler (saraf dan pembuluh darah). Paha seperti bengkak/edema. Perawat perlu mengkaji apakah dengan adanya pembengkakan pada tungkai atas yang mengganggu sirkulasi peredaran darah ke bagian bawahnya. Terjebaknya otot, lemak, saraf dan pembuluh darah dalam sindroma kompartemen pada fraktur femur adalah perfusi yang tidak baik pada bagian distal pada jari-jari kaki, tungkai bawah pada sisi fraktur bengkak, adanya keluhan nyeri pada tungkai, timbulnya bula yang banyaknya menyelimuti bagian bawah dari fraktur femur.

 Feel : Adanya nyeri tekan (tenderness) dan krepitasi pada daerah paha.

 Move : Terdapat keluhan nyeri pada pergerakan

      Pola Tidur dan Istirahat:      Semula klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu dan

kebutuhan tidur klien.

E.  DIAGNOSA KEPERAWATAN

Masalah keperawatan yang sering muncul pada fraktur humerus baik yang fraktur terbuka dan fraktur tertutup, meliputi:

1. Nyeri2. Kerusakan mobilitas fisik3. Defisit perawatan diri4. Resiko tinggi trauma5. Resiko tinggi infeksi6. Kerusakan integritas kulit7. Kecemasan

F.   INTERVENSI KEPERAWATAN1. Nyeri berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, kompresi, saraf, cedera neuromuskuler, trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.

 Tujuan : Nyeri berkurang, hilang atau beradaptasi Kriteria Hasil : Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat

diadaptasi. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkat kan atau menurunkan nyeri. Klien tidak gelisah. Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.

 Intervensi :a.       Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4

  Rasional : Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.

b.      Atur posisi immobilisasi pada paha Rasional : Immobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan

fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada paha.

c.       Ajarkan relaksasi:Teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkat relaksasi masase.

 Rasional : Akan melancarkan peredaran, darah sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.

d.      Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut Rasional : Mengalihkan perhatian nyerinya dengan hal-hal

menyenang  kan.e.       Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian analgetik untuk menguji keefektifannya. Serta setiap 1-2 jam setelah

tindakan perawat selama 1-2 hari. Rasional : Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data

yang objektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat

f.       Kolaborasi dengan dokter1)      Pemberian analgetik

 Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.

2)      Pemasangan traksi kulit atau traksi tulang Rasional : Traksi yang efektif akan memberikan dampak pada

penurunan pergeseran fragmen tulang dan memberikan posisi yang baik untuk penyatuan tulang

3)      Operasi untuk pemasangan fiksasi interna Rasional : Fiksasi interna dapat membantu immobilisasi fraktur

femur sehingga pergerakan fragmen berkurang

2.      Resiko tinggi trauma berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik Tujuan : Resiko trauma tidak terjadi

 Kriteria Hasil : Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan trauma Intervensi :

a.       Pertahankan immobilisasi pada lengan atas Rasional :  Meminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan akibat

fragmen tulang dengan jaringan lunak di sekitarnyab.      Bila terpasang bebat, sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut untuk mempertahankan posisi yang netral.

Rasional : Mencegah perubahan posisi dengan tetap mempertahankan kenyamanan dan keamanan

c.       Monitor traksi :1)      Keadaan kontratraksi

 Rasional : Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif. Umumnya berat badan klien dan pengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan kontratraksi

2)      Kesinambungan traksi Rasional : Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan

immobilisasi fraktur efektif.3)      Tali traksi tulang

 Rasional : Traksi skelet tidak boleh terputus karena akan memudah kan trauma pada tulang akibat adanya pergeseran tiba-tiba fragmen tulang.

4)      Pemberat traksi Rasional : Pemberat tidak boleh diambil kecuali bila traksi

dimaksud kan intermitten. Setiap faktor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah garis resultanta tarikan harus dihilangkan. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai.

5)      Posisi anatomis paha klien Rasional : Tubuh klien harus dalam keadaan sejajar dengan

pusat tempat tidur ketika traksi dipasang6)      Tali tidak boleh macet

 Rasional : Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur.

d.      Kolaborasi pemberian antibiotika Rasional : Antibiotic bersifat baketrisida/baktiostatik untuk

membunuh/ menghambat perkembangan kumane.       Evaluasi tanda/gejala perluasan cedera jaringan (peradangan dengan lokal/sistemik, seperti peningkatan nyeri edema).

 Rasional : Menilai perkembangan masalah klien

3.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurun nya kekuatan pada otot paha. Tujuan : Perawatan diri klien dapat teratasi Kriteria Hasil : Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk

kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai denga tingkat kemampuan, mengidenti-fikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.

 Intervensi :a.       Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.

 Rasional : Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual.

b.      Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu klien perlu Rasional : Klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini

dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.c.       Rencanakan tindakan untuk penurunan pergerakan pada sisi paha yang sakit seperti tempatkan makanan dan peralatan dekat dengan klien.

 Rasional : Klien akan lebih mudah mengambil peralatan yang diperlu-kan karena lebih dekat dengan lengan yang sehat.

d.      Identifikasi kebiasaan BAB, anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas. Rasional : Meningkatkan latihan dan menolong mencegah konstipasi

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia Price. 1985. Pathofisiologi Konsep Klinisk Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. FKUI.

Muttaqin, Arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskletal. Edisi 1.

BAB 3

Asuhan Keperawatan

Kasus semu

Sdr. E berusia 17 tahun dibawa ke RSUA tanggal 1 April 2013 pada jam 14.23 WIB oleh keluarganya. Pasien mengatakan pada tanggal 17

Agustus 2012 yang lalu pernah jatuh dari sepeda motor, kemudian pasien dibawa ke dukun pijat oleh keluarganya. Setelah dibawa ke dukun

pijat pasien tidak kunjung sembuh tetapi tambah parah dan kaki membengkak. Pasien telah menjalani operasi pada tanggal 2 April 2013. Pada

tanggal 11 April 2013 pasien mengatakan nyeri, skala nyeri 7, ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, ekspresi wajah tegang, bingung saat

ditanya perawatan luka post operasi. Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD: 110/70 mmHg, N:88 x/menit, S:36OC. Luka

operasi pasien sepanjang 20 cm, jumlah jahitan 20, luka tampak basah tidak ada PUS, leukosit 8000H/mm3. Pasien mengatakan dalam

beraktifitas tidak bisa mandiri dan membutuhkan bantuan orang lain, personal hygiene kurang, aktifitas pasien di bantu keluarga.

Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian

Pengkajian meliputi :

a.       Identitas Pasien

: Sdr. E

: 17 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

: Belum menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA

Tanggal MRS : 1 April 2013

Diagnosa Medis : Mal union fraktur femur sinistra post op ke -8

b.      Keluhan Utama : Pasien mengatakan kaki sebelah kirinya yang patah nyeri saat di gerakkan.

c.       Riwayat Perawatan Sekarang : Pasien mengatakan pada tanggal 17 Agustus 2012, pasien pernah jatuh dari sepeda motor, kemudian pasien

dibawa ke dukun pijat oleh keluarganya. Setelah dibawa ke dukun pijat kaki pasien tidak kunjung sembuh tetapi tambah parah, kaki

membengkak, maka pada tanggal 1 April 2013 baru pasien dibawa ke RSUA pada jam 14.23 WIB oleh keluarganya. Kemudian dilakukan

operasi pada tanggal 2 April 2013. Pada tanggal 11 April 2013 pasien mengatakan nyeri, skala nyeri 7, ekspresi wajah tampak meringis

kesakitan,ekspresi wajah tegang,bingung saat di tanya perawatan luka post operasi, TD: 110/70 mmHg, N:88 x/menit, S:36OC. Luka operasi

sepanjang 20 cm, jumlah jahitan 20, luka tampak basah tidak ada PUS, leukosit 8000H/mm3, pasien dalam mengatakan dalam beraktifitas tidak

bisa mandiri dan membutuhkan bantuan orang lain dan alat. Dalam berjalan pasien masih menggunakan tongkat, personal hygiene kurang,

aktifitas pasien di bantu keluarga.

d.      Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien sebelumnya tidak pernah mempunyai riwayat penyakit patah tulang seperti ini dan pasien juga belum pernah

dirawat di Rumah Sakit, tidak mempunyai riwayat penyakit menular dan keturunan seperti DM, Hipertensi, TBC, hepatitis, dll.

e.       Riwayat Keperawatan Keluarga : Pasien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit seperti pasien dan keluarga pasien

tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menular seperti TBC dan hepatitis, penyakit keturunan seperti hipertensi dan DM.

f.       Pola Kebiasaan

1.      Pola Persepsi dan Manajemen

Keluarga pasien sangat mementingkan kesehatannya sehingga apabila sakit segera memeriksakan diri ke Puskesmas/dokter bahkan ke dukun

terdekat.

a.       Sebelum dirawat : Pasien menggosok gigi sehari (2x setelah mandi dan 1x sebelum tidur). Mandi 2x dengan sabun dan ganti baju 2x.

b.      Saat dirawat : klien jarang mandi, mandi hanya jika ada keluarga yang membantu

2. Pola Nutrisi

a.       Sebelum dirawat :

A = BB : 63 kg

B = Albumin 3,5 dl

C = Rambut bersih, tidak rontok, tidak mudah dicabut

D = Pasien makan 3x sehari dengan porsi 1n piring habis (lauk, nasi, sayur) dan minum air putih + 8 gelas/hari.

b.      Saat dirawat :

A = BB : 60 kg

B = Hb : 14,4 gr/dl

C = Rambut agak kotor, tidak rontok, tidak mudah dicabut

D =

- Nutrisi TKTP

- Pasien makan 3x sehari dengan porsi ½ piring habis (lauk, nasi, sayur) dan minum air putih + 8 gelas/hari.

3.      Pola Eliminasi

Sebelum dirawat : Pasien BAB 1-2x sehari dengan konsistensi lembek warna kuning, bau khas, BAK 4-5x sehari, warna kuning jernih bau khas.

Saat dirawat : Pasien BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek warna kuning, bau khas, BAK 4-5x sehari, warna kuning jernih

bau khas. Terakhir BAB tanggal 10 April 2008 hari Kamis.

4.      Pola Istirahat Tidur

Sebelum dirawat : Pasien tidur 7-8 jam sehari kadang-kadang tirud siang ½ - 1 jam sehari.

Saat dirawat : Pasien tidur selama 5-6 jam karena nyeri pada kaki sebelah kiri dan tidak pernah tidur siang.

5.      Pola Aktivitas dan Latihan

Sebelum dirawat :

Aktivitas 0 1 2 3 4

Makan

Minum

Berpakaian

Toileting

Ambulasi

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Saat dirawat :

Aktivitas 0 1 2 3 4

Makan

Minum

Berpakaian

Toileting

Ambulasi

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Keterangan :

0 : Mandiri 3 : Bantuan orang lain + alat

1 : Alat Bantu 4 : Bantu dengan bantuan

2 : Bantuan orang lain

Pasien mengatakan bila berubah posisi/beraktivitas kakinya terasa nyeri dan sakit.

6.      Pola Persepsi dan Kognitif

Sebelum dirawat : Penglihatan baik

Saat dirawat :Antara telinga kanan dan kiri terdengar suara yang sama

Pembau : Normal, dapat membedakan antara bau busuk dan harum

Perasa : Normal, dapat membedakan rasa manis, asam, asin, pahit

Peraba : Normal, dapat membedakan pemukaan kasar dan halus

Kognitif : Pasien dan keluarga beranggapan bahwa kesehatannya akan membaik setelah mendapatkan perawatan dari RS. Pasien mengatakan kurang

tahu cara perawatan luka operasi dirumah.

7.      Pola Persepsi dan Konsep Diri

Gambaran Diri : Pasien menerima keadaan dirinya yang mengalami patah tulang pada kakinya.

Ideal diri : Pasien menginginkan pasien bisa jalan dengan normal lagi.

Peran diri : Pasien seorang wiraswasta, setelah pasien sakit dan mengalami patah tulang seperti ini pasien tidak bisa melakukan

aktivitas.

Identitas diri : Pasien dapat menyebutkan dirinya.

Harga Diri : Pasien merasa senang mendapat perawatan yang baik dari perawat.

8.      Pola Reproduksi Sexual

Pasien seorang laki-laki yang belum menikah.

9.      Pola koping-toleransi terhadap stress

Jika pasien mempunyai masalah, maka pasien selalu membicarakan dan merundingkan dengan keluarga.

10.  Pola Peran Hubungan

Hubungan antara pasien dan keluarga dengan petugas pelayanan kesehatan baik begitu pula hubungan dengan tetangganya.

11.  Pola kepercayaan dan Keyakinan

Pasien beragama Islam, pasien selama dirawat tidak pernah menjalankan ibadah sholat 5 waktu dan hanya berdoa agar penyakitnya cepat

sembuh.

g.      Pemeriksaan Fisik

1.      Keadaan Umum : Baik

2.      Tingkat Kesadaran : Composmentis

3.      Vital Sign :

TD : 110/70 mmHg

RR : 20x /menit

N : 88x /menit

S : 369 C

4.      Kepala: Mesochepal

Rambut : Kurang bersih, hitam tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut

Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak mengalami gangguan penglihatan

Hidung : Simetris, tidak ada polip

Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran

Muka : Ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, ekspresi wajah tampak tegang, ekspresi wajah tampak bingung

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP

5.      Paru-paru:

I : Ictus simetris ka/ki

P : Vocal fremitus ka/ki sama

P : Sonor ka/ki

A : Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi

6.      Jantung :

I : Ictus cordis tidak tampak

P : Ictus cordis teraba pada iga 4 dan 5

P : Pekak

A : Teratur, tidak ada murmur (53)

7.      Perut :

I : Perut datar

A : Bunyi peristaltik 14 x/menit

P : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah abdomen

P : Tympani

8.      Genetalia : Tidak terpasang DC, bersih

9.      Anus : Tidak ada hemoroid

10.  Ekstremitas :

Atas : Tidak ada oedema, terpasang infus RL 120 tetes/menit pada tangan

kiri, tidak ada lesi, CRT 2 detik.

Bawah : Tidak ada oedema, akral tidak dingin, CRT 2 detik, terdapat

luka post operasi, panjang luka operasi 20 cm, terdapat 20 jahitan,

keadaan lukanya basah, tidak ada PUS, kesemutan

Kulit :

Turgor : Baik

Warna : Kuning

h.    Data Penunjang

1.      Pemeriksaan laboratorium dilakukan tanggal 2 April 2013

KIBC : 8.000 H/mm3 (3.500-10.000)

HGM : 14,4 g/dl (11,0-16,5)

PLT : 228.000 H/mm3 (150.000-390.000)

Pemeriksaan post op tanggal 3 April 2013

Hb : 11,3 g/dl

2.      Therapy tanggal 11 April 2013

Cipro 2 x 500 mg diberikan secara oral

Asam mefenamat 2 x 50 mg secara oral

Hasil Rongent

1.      Hasil rongent sebelum operasi : mal union fraktur femur sinistra

3.2 ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

keperawatan

1. DS :

DO :

Pasien mengatakan nyeri

P : Nyeri saat melakukan

aktivitas

Q : Nyeri seperti dipukul-pukul

R : Kaki sebelah kiri

S : Skala 7

T : Saat gerak sewaktu-waktu

- Ekspresi wajah tampak

meringis jika melakukan

aktivitas.

- Ekspresi wajah tampak

Fraktur femur

tertutup

 

Malunion, non-

union, dan

delayed union

  terapi

bedah

 

Nyeri

tegang

TD : 110/70 mmHg

N : 88 x/menit

kerusakan

jaringan pasca

operasi

 

nyeri

2. DS :

DO :

Pasien mengatakan bekas

luka operasi sudah agak

kering

1.   Luka operasi sepanjang 20

cm

2.   Luka tampak agak kering

tidak ada PUS dan darah.

S : 360C

N : 88 x/menit

3.   Leukosit : 8.000 H/mm3

Luka post

operasi

Port de entry

  Resiko

infeksi

Resti infeksi

3. DS : Pasien mengatakan dalam

beraktivitas pasien tidak bisa

mandiri dan membutuhkan

bantuan orang lain dan alat

Fraktur femur

Terputusnya

hubungan tulang

 

Ketidakmampuan

melakukan

pergerakan kaki

 

Immobilisasi

Hambatan mobilitas

fisik

4. DS:

DO:

Klien jarang mandi, mandi

jika hanya dibantu keluarga.

Klien tampak lusuh. Rambut

berantakan, baju tidak ganti

fraktur femur

Kelemahan

fisik ekstrimitas

bawah

Defisit perawatan

diri

Defisit perawatan

diri

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d kompresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang

2. Resiko infeksi b.d port de entry luka pasca bedah, pemasangan alat fiksasi invasive

3. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang

3.4 intervensi

Nyeri b.d kompresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang

Tujuan : dalam waktu 2x24 jam nyeri berkurang atau teradaptasi

1.         Kriteria Hasil : Pasien menyatakan nyeri berkurang2.         Skala nyeri 0-1 (0-5)3.         Dapat mengidentifikasikan aktifitas yang dapat menurunkan nyeri4.         Pasien tidak gelisah

Intervensi RasionalKaji nyeri dengan skala 0-4 Nyeri merupakan respons subyektif yang

dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cedera

Lakukan manajemen nyeri keperawatan1. atur posisi immobilisasi pada paha

Immobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada paha.

2. manajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan istirahatkan klien

Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi o2 ruangan

3. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam ketika nyeri muncul.

Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder akibat iskemia

4. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin

dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri agar tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan presepsi nyeri

5. Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pa. da saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri.

6. Berikan kesempatan waktu istirahat jika terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman, misalnya waktu tidur, bagian belakangnya dipasang bantal kecil

Istirahat akan merelaksasikan semua jaringan sehingga meningkatkan kenyamanan

Kolaborasi pemberian analgetik

Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang

pemasngan traksi tulang Traksi yang efektif akan memberikan dampak pada penurunan pergeseran fragmen tulang dan memberikan posisi yang baik untuk penyatuan tulang

Operasi untuk pemasangan fiksasi interna Fiksasi interna dapat membantu imobilisasi fraktur femur sehingga pergerakan fragmen berkurang.

Resiko infeksi b.d port de entry luka pasca bedah, pemasangan alat fiksasi invasive

Tujuan: dalam waktu 12x24 jam terjadi perbaikan pada intregitas jaringan lunak dan tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil:

1.      pada hari ke-12 tidak ada tanda-tanda infeksi dan peradangan pada area luka pembedahan.

2.      Leukosit dalam batas normal

3.      Ttv dalam batas normal

Intervensi RasionalKaji faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya infeksi yang masuk ke port de entree

Faktor port de entree fraktur femur adalahluka terbuka dari fraktur, luka pasca-bedah, sisi luka dari traksi tualng, setiap sisi besi pada fiksasi eksterna. Faktor-faktor ini ini harus dipantau oleh perawat dan dilakukan perawatan luka steril

Lakukan perawatan luka secara steril Teknik perawatan luka secara steril dapat mengurangi kontaminasi kuman

Pantau/ batasi kunjungan Mengurangi resiko kontak infeksi dari orang lain

Tingkatkan asupan nutrisi tinggi kalori dan protein

Meningkatkan imunitas tubuh secara umum dan membantu menurunkan resiko infeksi

Bantu perawatan diri dan keterbatasan aktivitas sesuai toleransi. Bantu program latihan

Menunjukkan kemampuan secara umum dan kekuatan otot dan meransang pengembalian sistem imun

Kolaborasi:Beri antibiotik sesuai indikasi

Satu atau beberapa agens diberikan yang bergantung pada sifat patogen dan infeksi yang terjadi.

Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang

Tujuan : dalam 2 x 24 jam pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal meski degan bantuan.

Kriteria hasil :

1.      penampilan yang seimbang.

2.      melakukan pergerakkan dan perpindahan.

3.      mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :

0 = mandiri penuh

1 = memerlukan alat Bantu.

2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.

3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.

4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi RasionalKaji mobilitas yang ada dan observasi peningkatan kerusakan . kaji secara teraur fungsi motorik

Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas

Atur posisi imobilisasi pada paha Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada paha

Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit

Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan

Bantu klien melakukan latihan rom, perawatan diri sesuai toleransi

Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat dicapai dengan latihan fisik dari tim ahli fisioterapi

Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan fisik ekstremitas bawahTujuan: dalam waktu 2x24 jam, klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diriKriteria hasil: klien mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan, mengidentifikasi personel yang dapat membantuIntervensi RasionalKaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam melakukan ADL

Membantu dalam mengantipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual

Hindari apa yang tidak bisa dilakukan klien dan bantu jika perlu

Klien dalam keadaan cemas dan bergantung, hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan meningkatkan harga diri klien

Dekatkan alat dan sarana yang dibutuhkan klien

Memudahkan klien dan meningkatkan kemandirian klien

Pertahankan dukungan pola pikir, izinkan klien melakukan tugas , beri umpan balik positif untuk usahanya

Meningkatkan harga diri klien, memandirikan klien, dan menganjurkan klien terus mencoba

Identifikasi kebiasaan defekasi , anjurkan minum dan tingkatkan aktifitas

Meningkatkan latihan dan menolong mencegah konstipasi