Upload
truongtu
View
250
Download
3
Embed Size (px)
1
LAPORAN PENDAHULUAN
ACUTE CORONARY SYNDROME
A. Definisi Sindroma Koroner Akut (SKA) Merupakan spektrum manifestasi akut dan berat yang merupakan
keadaan kegawatdaruratan dari koroner akibat ketidakseimbangan antarakebutuhan oksigen miokardium dan aliran darah.
Acute coronary syndrome adalah istilah untuk tanda-tanda klinis dan
gejala iskemia miokard: angina stabil, non-ST-segmen elevasi miokard
infark, dan elevasi ST-segmen infark miokard.
Sindrom koroner akut (SKA) adalah merupakan satu dari tiga penyakit
pembuluh darah arteri koroner, yaitu : ST-Elevasi infark miokard (30 %),
Non ST-Elevation infark miokard (25 %), dan Angina Pectoris Tidak Stabil
(25 %).
B. Etiologi
1. Faktor penyebab
a. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
Faktor pembuluh darah :
a. Aterosklerosis.
b. Spasme
c. Arteritis
Faktor sirkulasi :
a. Hipotensi
b. Stenosis aorta
c. Insufisiensi
Faktor darah :
a. Anemia
b. Hipoksemia
c. Polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat :1. Aktifitas berlebihan2. Emosi3. Makan terlalu banyak
1
4. Hypertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
1. Kerusakan miocard
2. Hypertropi miocard
3. Hypertensi diastolik
2. Faktor predisposisi
Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
a. Usia > 40 tahun
b. Jenis kelamin : insiden pada pria, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause
c. Hereditas
d. Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
3. Faktor resiko yang dapat diubah :
a. Mayor :
Hiperlipidemia
Hipertensi
Merokok
Diabetes
Obesitas
Diet tinggi lemak jenuh, kalori
b. Minor:
Inaktifitas fisik
Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
Stress psikologis berlebihan.
C. Manifestasi Klinis
1
1. Nyeri :
Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan
terus-menerus tidak mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal
bawah dan abdomen bagian atas.
Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar
ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin.
Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang
hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor.
2. Pada ACS dapat ditemukan juga sesak napas, diaphoresis, mual, dan nyeri
epigastrik.
3. Perubahan tanda vital, seperti takikardi, takipnea, hipertensi, atau hipotensi,
dan penurunan saturasi oksigen (SAO 2) atau kelainan irama jantung
D. KomplikasiAda beberapa komplikasi yang dapat ditemukan, antara lain :1. Aritmia2. Kematian mendadak3. Syok kardiogenik4. Gagal Jantung ( Heart Failure)5. Emboli Paru6. Ruptur septum ventikuler7. Ruptur muskulus papilaris8. Aneurisma Ventrikel
E. PatofisiologiAterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri
besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan menggangu absorbsi
1
nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluhdarah dan menyumbat aliran darah karena timbunan menonjol ke lumenpembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotikdan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi sempit dan aliran darahterhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cebderungterjadi pembentukan bekuan darah, hal ini menjelaskan bagaimana terjadinyakoagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakanpenyakit aterosklerosis.
Mekanisme pembentukan lesi aterosklerosis adalah pembentukan thrombuspada permukaan plak, konsolidasi thrombus akibat efek fibrin, perdarahan kedalam plak, dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plakpecah, maka debris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arterikoroner dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah. Hal ini di dukung denganstruktur arteri koroner yang rentan terhadap ateroskerosis, dimana arteri koronertersebut berpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisiyang rentan untuk terbentuknya atheroma.
Dari klasifikasinya, maka ACS dapat dilihat dari dua aspek, yaitu Iskemik danInfark. Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifatsementara dan reversibel. Penurunan suplai oksigen akan meningkatkanmekanisme metabolisme anaerobik. Iskemia yang lama dapat menyebabkankematian otot atau nekrosis. Keadaan nekrosis yang berlanjut dapatmenyebabkan kematian otot jantung (infark miokard). Ventrikel kiri merupakanruang jantung yang paling rentan mengalami iskemia dan infark, hal inidisebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar untuk berkontraksi.Metabolisme anaerobik sangat tidak efektif selain energi yang dihasilkan tidakcukup besar juga meningkatkan pembentukan asam laktat yang dapatmenurunkan PH sel (asidosis). Iskemia secara khas ditandai perubahan EKG: Tinversi, dan depresi segmen ST. Gabungan efek hipoksia, menurunnya suplaienergi, serta asidosis dapat dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel kiri.Kekuatan kontraksi pada daerah yang terserang mengalami gangguan, serabutototnya memendek, serta daya kecepatannya menurun. Perubahan kontraksi inidapat menyebakan penurunan curah jantung. Iskemia dapat menyebabkan nyerisebagai akibat penimbunan asam laktat yang berlebihan. Angina pektorismerupakan nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium.
Angina pektoris dapat dibagi: angina pektoris stabil (stable angina), anginapektoris tidak stabil (unstable angina), angina variant (angina prinzmetal). AnginaPektoris Stabil: Nyeri dada yang tergolong angina stabil adalah nyeri yang timbulsaat melakukan aktifitas. Rasa nyeri tidak lebih dari 15 menit dan hilang denganistirahat. Angina Pektoris Tidak Stabil (UAP): Pada UAP nyeri dada timbul padasaat istirahat, nyeri berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi peningkatan rasanyeri. Angina Varian: Merupakan angina tidak stabil yang disebabkan oleh
1
spasme arteri koroner. Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 menit dapatmenyebabkan kerusakan sel yang ireversibel dan kematian otot (nekrosis).Bagian miokardium yang mengalami nekrosis atau infark akan berhentiberkontraksi secara permanen (yang sering disebut infark).
F. Pemeriksaan diagnostik
1. EKG
STEMI : Perubahan pada pasien dengan Infark Miokard Akut, meliputi :
hiperakut T, elevasi segmen ST yang diikuti dengan terbentuknya Q
pathologis, terbentuknya bundle branch block/ yang dianggap baru.
Perubahan EKG berupa elevasi segment ST ≥ 1 mm pada 2 sadapan
yang berdekatan pada limb lead dan atau segment elevasi ≥ 2 mm pada 2
sadapan chest lead.
NSTEMI : Perubahan EKG berupa depresi segment ST ≥ 1 mm pada 2
sadapan yang berdekatan pada limb lead dan atau segment depresi ≥ 2
mm pada 2 sadapan chest lead.
Gambaran EKG
Pemeriksaan EKG memegang peranan penting dalam mendiagnosa
AKS.Pemeriksaan tyang sederhana,murah tapi mempunyai nilai klinis
yang tinggi.
Pada APTS/ Non Q infark,perubahan berupa adanya ST segmen
depresi atau T inversi. Hal ini harus dibedakan dengan tanda hipertropi
ventrikel kiri.
Gambaran EKG berupa ST Depresi
Pada akut infark dengan gelombang Q, didapat adanya ST segemen
Elevasi,yang pada jam awal masih berupa hiperakut T (gelombang T
tinggi ) yang kemudian berubah menjadi ST elevasi. Adanya new
1
RBBB/LBBB juga merupakan tanda perubahan ECG pada infark
gelombang Q.
Gambaran EKG berupa ST Elevasi
Pada penderita dengan nyeri dada sementara ECG-nya normal
menunjukkan besar kemungkinan nonkardiac pain. Sementara
progonosis dengan perubahan ECG hanya T inverted lebih baik dari ST
segmen depresi yang masuk dalam risiko tinggi.
2. Enzim Jantung, yaitu :
CKMB : dapat dideteksi 4-6 jam pasca infark, mencapai puncaknya pada
24 jam pertama, kembali normal setelah 2-3 hari.
Troponin T : spesifik untuk kerusakan otot jantung, dapat dideteksi 4-8
jam pasca infark
LDH : dapat dideteksi 24-48 jam pasca infark, mencapai puncaknya
setelah 3-6 hari, normal setelah mencapai 8-14 hari.
3. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
misalnya hipokalemi, hiperkalemi.
4. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi.
5. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada hari ke-2 dan ke-3 setelah IMA , menunjukkan inflamasi.
1
6. AGD
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
7. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai penyebab IMA.
8. Rontgen Dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisma ventrikuler.
9. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
10. Pemeriksaan pencitraan nuklir
Talium : mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokard
misal lokasi atau luasnya AMI.
Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
11. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding
regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).
12. Angiografi coroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase
AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
13. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel,
lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
14. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
G. Penatalaksanaan MedikTujuan terapi pada penderita AKS, yaitu men-stabilkan angina (pada APTS)
dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada infark. Masa-masa kritis pada
1
penderita infark adalah 2 jam pertama setelah serangan,dimana komplikasigangguan listrik jantung yang fatal VT-VF merupakan hal yang paling seringsebagai penyebab suddent death.
Penatalaksanaan dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1. Umum
Pasien dianjurkan istirahat total
Pasien puasa 4-6 jam, setelah pasien tidak ada keluhan nyeri dada dapat
diit cair
Segera pasang IV line
Oksigen
Nitral (cedocard) sublingual
Nitrogliserin oral atau infus (drip)
Aspirin 160 mg dikunyah
Pain killer (Morphine/Petidine)
Penderita dirawat di CVCU/ICCU, memerlukan monitor ketat
2. Khusus
B Bloker
Mengurangi konsumsi oksigen. Pilihan pada B Bloker non ISA.
KI pada AV blok,Asma Bronkial,Severe LHF. Pemberian B bloker dapat
menurunkan progresif AKS sekitar 13 %.
ACE Inhibitor
Hari pertama serangan, mampu menurunkan mortalitas fasca infark.
Lipid Lowering Terapi (atorvastatin )
Trombolitik Terapi
Pemberian Trombolitik terapi hanya pada Infrak dengan Gelombang Q (ST
elevasi),sedang pada infark non Q dan APTS tidak ada manfaat pemberian
trombolitk.
Heparin
UFH (unfraksional heparin), risiko perdarahan memerlukan monitor
APTTT,dosis bolus 5000 IU,diikuti dengan infus 1000 IU/jam (2-2,5 x nilai
APTT baseline). Low Molucle Weight Heparin (LMWH) lebih aman,risiko
perdarahan kecil dan tidak memerlukan pemantauan APTT. Dosis sesuai
dengan berat badan, 1 mg/kgBB.
1
Platelet Gliko Protein (GP) Iib/IIIa reseptor Bloker.
Digunakan untuk pencegahan pembekuan darah lebih lanjut,fibrinolisis
endogen dan mengurangi derajat stenosis.
Primary dan Rescue PTCA
Di senter-senter yang fasilitas cath-lab dan tenaga ahli yang lengkap
,jarang memberikan trombolitik biasanya penderita langsung didorong ke
kamar cateterisasi untuk dilakukan PTCA, dan pada mereka yang gagal
dalam pemberian trombolitk dilaukan rescue PTCA.
CABG
H. Penyakit Yang Termasuk Dalam SKA Yang termasuk kedalam Sindroma koroner akut adalah angina tak stabil,
miokard infark akut dengan elevasi segmen ST (STEMI), dan miokard infark akuttanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) (Bassand, 2007). 1. Angina Pektoris Tak Stabil
a. Definisi Angina Pektoris Tak Stabil Angina pektoris adalah nyeri dada intermitten yang disebabkan oleh
iskemia miokardium yang reversibel dan sementara. Diketahui terbagi atastiga varian utama angina pektoris: angina pektoris tipikal (stabil), anginapektoris prinzmetal (varian), dan angina pektoris tak stabil. Padapembahasan ini akan lebih difokuskan kepada angina pektoris tidak stabil(Kumar, 2007).
Angina pektoris tak stabil ditandai dengan nyeri angina yang frekuensinya meningkat. Serangan cenderung di picu oleh olahraga yang ringan,dan serangan menjadi lebih intens dan berlangsung lebih lama dari anginapektoris stabil.
Angina tak stabil merupakan tanda awal iskemia miokardium yanglebih serius dan mungkin ireversibel sehingga kadang-kadang disebutangina pra infark. Pada sebagian besar pasien, angina ini di picu olehperubahan akut pada plak di sertai trombosis parsial, embolisasi distaltrombus dan/ atau vasospasme. Perubahan morfologik pada jantungadalah arterosklerosis koroner dan lesi terkaitnya (Kumar, 2007).
b. Epidemiologi Angina Pektoris Tak Stabil Di Amerika serikat setiap tahun, 1 juta pasien di rawat di rumah sakitkarena angina pek toris tak stabil; dimana 6 sampai 8 persen kemudian
1
mendapat serangan infark jantung yang tidak fatal atau meninggal dalamsatu tahun setelah diagnosis di tegak kan (Trisnohadi, 2006).
c. Patogenesis Penyakit Ruptur plak
Ruptur plak arterosklerotik dianggap penyebab terpenting anginapektoris tak stabil, sehingga tiba-tiba terjadi oklusi subtotal atau totaldari pembuluh koroner yang sebelunya mempunyai penyempitan yangmininal. Dua pertiga dari pembuluh yang mengalami ruptur sebelumnyamempunyai penyempitan 50% atau kurang, dan pada 97% pasiendengan angina tak stabil mempunyai penyempitan kurang dari 70%.Plak arterosklerotik terdiri dari inti yang mengandung banyak lemak danpelindung jaringan fibrotic (fibrotic cap).Plak tidak stabil terdiri dari intiyang banyak mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag.Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan dengan intimayang normal atau pada bahu dari timbunan lemak. Kadang-kadangkeretakan timbul pada dinding plak yang paling lemah karena adanyaenzim protease yang di hasilkan makrofag dan secara enzimatikmelemahkan dinding plak (fibrous cap).
Terjadinya ruptur menyebabkan aktivasi, adhesi dan agregasiplatelet dan menyebabkan aktivasi terbentuknya trombus. Bila trombusmenutup pembuluh darah 100% akan terjadi infark dengan elevasisegmen ST, sedangkan bila trombus tidak menyumbat 100% dan hanyamenimbulkan stenosis yang berat akan terjadi angina tak stabil(Trisnohadi, 2006).
Trombosis dan agregasi trombosit Agregasi platelet dan pembentukan trombus merupakan salah satudasar terjadinya angina tak stabil. Terjadinya trombosis setelah plakterganggu di sebabkan karena interaksi yang terjadi antara lemak, selotot polos dan sel busa (foam cell) yang ada dalam plak berhubungandengan ekspresi faktor jaringan dalam plak tak stabil. Setelahberhubungan dengan darah, faktor jaringan berinteraksi dengan faktorVIIa untuk memulai kaskade reaksi enzimatik yang menghasilkanpembentukan trombin dan fibrin (Trisnohadi, 2006).
Vasospasme Terjadinya vasokonstriksi juga mempunyai peran penting pada anginatak stabil. Di perkirakan ada disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yangdiproduksi oleh platelet berperan dalam perubahan dalam tonus
1
pembuluh darah dan menyebabkan spasme. Spasme yang terlokalisirseperti pada angina prinzmetal juga menyebabkan angina tak stabil.Adanya spasme sering kali terjadi pada plak yang tak stabil danmempunyai peran dalam pembentukan trombus (Trisnohadi, 2006).
Erosi pada plak tanpa ruptur Terjadinya penyempitan juga dapat di sebabkan karena terjadinyaproliferasi dan migrasi dari otot polos sebagai reaksi terhadapkerusakan endotel; adanya perubahan bentuk dari lesi karenabertambahnya sel otot polos dapat menimbulkan penyempitanpembuluh dengan cepat dan keluhan iskemia (Trisnohadi, 2006).
d. Diagnosis Dan Pemeriksaan Penunjang Keluhan pasien umumnya berupa angina untuk pertama kali atau keluhanangina yang bertambah dari biasa. Nyeri dada pada angina biasa tapilebih berat dan lebih lama, mungkin timbul pada waktu istirahat, atautimbul karena aktivitas yang minimal. Nyeri dada dapat disertai keluhansesak nafas, mual sampai muntah, kadang-kadang disertai keringatdingin. Pada pemeriksaan fisik sering kali tidak ada yang khas.
e. Pemeriksaan penunjang Elektrokardiografi (EKG) Pemeriksan laboratorium Pemeriksaan troponin T atau I dan pemeriksaan CK-MB telah di terima
sebagai pertanda paling penting.
f. Penatalaksanaan Angina Pektoris Tak Stabil Tindakan umum
Pasien perlu perawatan di rumah sakit sebaiknya di unit intensifkoroner, pasien perlu di istirahatkan (bed rest), di beri penenang danoksigen; pemberian morfin atau petidin perlu pada pasien yang masihmerasakan nyeri dada walaupun sudah mendapat nitrogliserin(Trisnohadi, 2006).
Terapi medikamentosa Obat anti iskemia Nitrat, penyekat beta, antagonis kalsium. Obat anti agregasi trombosit Aspirin, tiklodipin, klopidogrel, inhibitor glikoprotein IIb/ IIIa Obat anti trombin Unfractionnated Heparin , low molecular weight heparin
1
Direct trombin inhibitors
Tindakan revaskularisasi pembuluh darah Tindakan revaskularisasi perlu dipertimbangkan pada pasien denganiskemia berat, dan refrakter dengan terapi medikamentosa. Padapasien dengan penyempitan di left main atau penyempitan pada 3pembuluh darah, bila di sertai faal ventrikel kiri yang kurang, tindakanoperasi bypass (CABG) dapat memperbaiki harapan, kualitas hidup danmengurangi resiko kembalinya ke rumah sakit. Pada tindakan bedahdarurat mortalitas dan morbiditas lebih buruk daripada bedah elektif.Pada pasien dengan faal jantung yang masih baik dengan penyempitanpada satu atau dua pembuluh darah atau bila ada kontra indikasipembedahan, PCI merupakan pilihan utama. Pada angina tak stabilperlunya dilakukan tindakan invasif dini atau konservatif tergantung daristratifikasi risiko pasien; pada resiko tinggi, seperti angina terus-menerus, adanya depresi segmen ST, kadar troponin meningkat, faalventrikel yang buruk, adanya gangguan irama jantung seperti takikardiventrikel, perlu tindakan invasif dini (Trisnohadi, 2006).
2. Infark Miokard Dengan Elevasi ST (STEMI)a. Definisi
Infark miokardium menunjukan terbentuknya suatu daerah nekrosismiokardium akibat iskemia total. MI akut yang dikenal sebagai “seranganjantung”, merupakan penyebab tunggal tersering kematian diindustri danmerupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju(Kumar, 2007).
b. Epidemiologi STEMI Infark miokard akut merupakan salah satu diagnosis rawat inap terseringdi negara maju. Laju mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalah 30%dengan lebih dari separuh kematian terjadi sebelum pasien mencapairumah sakit. Angka kejadian NSTEMI lebih sering di bandingkan denganSTEMI (Bassand, 2007).
c. Patofisiologi STEMI STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secaramendadak setelah oklusi trombus pada plak arterosklerosik yang sudahada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secaralambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyakkolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadisecara cepat pada lokasi injury vaskular, dimana injury ini di cetuskan olehfaktor-faktor seperti merokok,hipertensi dan akumulasi lipid. Padasebagian besar kasus, infark terjadi jika plak arterosklerosis mengalami
1
fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicutrombogenesis, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yangmengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histologis menunjukkanplak koroner cenderung mengalami ruptur jika mempunyai fibrous capyang tipis dan inti kaya lipid (lipid rich core). Pada STEMI gambaranpatologis klasik terdiri dari fibrin rich red trombus, yang dipercaya menjadidasar sehingga STEMI memberikan respon terhadap terapi trombolitik.Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP,efinefrin, serotonin) memicu aktivasi trombosit, yang selanjutnya akanmemproduksi dan melepaskan tromboxan A2 (vasokontriktor lokal yangpoten). Selain aktivasi trombosit memicu perubahan konformasi reseptorglikoprotein IIb/IIIa. Setelah mengalami konversi fungsinya, reseptormempunyai afinitas tinggi terhadap sekuen asam amino pada proteinadhesi yang larut (integrin) seperti faktor von Willebrand (vWF) danfibrinogen, dimana keduanya adalah molekul multivalen yang dapatmengikat 2 platelet yang berbeda secara simultan, menghasilkan ikatansilang platelets dan agregasi. Kaskade koagulasi di aktivasi oleh pajanantissue factor pada sel endotel yang rusak. Faktor VII dan X di aktivasi,mengakibatkan konversi protrombin menjadi trombin, yang kemudianmengkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibatkemudian akan mengalami oklusi oleh trombus yang terdiri agregattrombosit dan fibrin. Pada kondisi yang jarang, STEMI dapat jugadisebabkan oleh emboli koroner, abnormalitas kongenital, spasme koronerdan berbagai penyakit inflamasi sistemik (Alwi, 2006).
d. Diagnosis Dan Pemeriksaan Pada anamnesis perlu ditanyakan dengan lengkap bagaimana kriterianyeri dada yang di alami pasien, sifat nyeri dada pada pasien STEMImerupakan nyeri dada tipikal (angina). Faktor resiko sepertihipertensi,diabetes melitus, dislipidemia, merokok, serta riwayat penyakitjantung koroner di keluarga (Alwi, 2006). Pada hampir setengah kasus,terdapat faktor pencetus sebelum terjadi STEMI, seperti aktivitas fisikberat, stress, emosi, atau penyakit medis lain yang menyertai. WalaupunSTEMI bisa terjadi sepanjang hari atau malam, tetapi variasi sirkadian dilaporkan dapat terjadi pada pagi hari dalam beberapa jam setelah banguntidur. Pada pemeriksaan fisik di dapati pasien gelisah dan tidak bisaistirahat. Seringkali ektremitas pucat di sertai keringat dingin. Kombinasinyeri dada substernal > 30 menit dan banyak keringat di curigai kuatadanya STEMI. Tanda fisis lain pada disfungsi ventrikular adalah S4 danS3 gallop, penurunan intensitas jantung pertama dan split paradoksikalbunyi jantung kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik atau late sistolik
1
apikal yang bersifat sementara (Alwi, 2006). Selain itu diagnosis STEMIditegakan melalui gambaran EKG adanya elevasi ST kurang lebih 2mm,minimal pada dua sadapan prekordial yang berdampingan atau kuranglebih 1mm pada 2 sadapan ektremitas. Pemeriksaan enzim jantung,terutama troponin T yang meningkat, memperkuat diagnosis (Alwi, 2006).
e. Penatalaksanaan STEMI Tatalaksana di rumah sakit
ICCU; Aktivitas, Pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama. Diet,karena resiko muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard,pasien harus puasa atau hanya minum cair dengan mulut dalam 4-12jam pertama. Diet mencakup lemak < 30% kalori total dan kandungankolesterol <300mg/hari. Menu harus diperkaya serat, kalium,magnesium, dan rendah natrium. Bowels, istirahat di tempat tidur.Penggunaan narkotik sering menyebabkan efek konstipasi sehingga dianjurkan penggunaan pencahar ringan secara rutin. Sedasi, pasienmemerlukan sedasi selama perawatan, untuk mempertahankan periodeinaktivasi dengan penenang (Alwi, 2006).
Terapi farmakologis Fibrinolitik Antitrombotik Inhibitor ACE Beta-Blocker
3. Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST (NSTEMI) a. Epidemiologi NSTEMI
Gejala yang paling sering di keluhkan adalah nyeri dada, yang menjadisalah satu gejala yang paling sering di dapatkan pada pasien yang datangke IGD , di perkirakan 5,3 juta kunjungan / tahun. Kira-kira 1/3 darinya disebabkan oleh unstable angina / NSTEMI, dan merupakan penyebabtersering kunjungan ke rumah sakit pada penyakit jantung. Angkakunjungan untuk pasien unstable angina / NSTEMI semakin meningkatsementara angka STEMI menurun (Sjaharuddin, 2006).
b. Patofisiologi
1
NSTEMI dapat di sebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan ataupeningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksikoroner. NSTEMI terjadi karena trombosis akut atau proses vasokonstriksikoroner. Trombosis akut pada arteri koroner di awali dengan adanya rupturplak yang tak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipidyang besar, densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dankonsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung rupturmempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak takjenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat di jumpai sel makrofag danlimfosit T yang menunjukan adanya proses inflamasi. Sel-sel ini akanmengeluarkan sitokin proinflamasi seperti TNF α, dan IL-6. selanjutnya IL-6kan merangsang pengeluaran hsCRP di hati (Sjaharuddin, 2006).
c. Diagnosis Dan Pemeriksaan NSTEMI Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadang kala di epigastriumdengan ciri seperti di peras, perasaan seperti di ikat, perasaan terbakar,nyeri tumpul,rasa penuh, berat atau tertekan, menjadi persentasi gejalayang sering di temukan pada penderita NSTEMI. Gejala tidak khas sepertidispnea, mual, diaforesis, sinkop atau nyeri di lengan, epigastrium, bahuatas atau leher juga terjadi dalam kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun. Gambaran EKG, secara spesifik berupadeviasi segmen ST merupakan hal penting yang menentukan resiko padapasien. Troponin T atau Troponin I merupakan pertanda nekrosis miokardyang lebih di sukai, karena lebih spesifik daripada enzim jantung tradisionalseperti CK dan CK-MB. Pada pasien dengan infark miokard akut,peningkatan awal troponin pada daerah perifer setelah 3-4 jamdan dapatmenetap sampai 2 minggu (Sjaharuddin, 2006).
d. Penatalaksanaan NSTEMI Pasien NSTEMI harus istirahat ditempat tidur dengan pemantauan EKGuntuk deviasi segmen ST dan irama jantung. Empat komponen utamaterapi harus dipertimbangkan pada setiap pasien NSTEMI yaitu: Terapi antiiskemia Terapi anti platelet/antikoagulan Terapi invasif (kateterisasi dini/ revaskularisasi) Perawatan sebelum meninggalkan RS dan sesudah perawatan RS.
1
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Aktifitas
Gejala : Kelemahan,
Kelelahan
Tidak dapat tidur.
Pola hidup menetap
Jadwal olahraga tidak teratur
Tanda :
1
Takikardi
Dispnea pada istirahat atau aktifitas.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat IMA sebelumnya
Penyakit arteri koroner
Masalah tekanan darah
Diabetes mellitus.
Tanda : TD : dapat normal atau naik/turun, perubahan postural dicatat dari
tidur sampai duduk/berdiri Nadi : Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia)
mungkin terjadi. Bunyi jantung : Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain
ventrikel. Murmur : bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar
Friksi ; dicurigai Perikarditis
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
Edema : Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema
umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel. Warna : Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa
atau bibir
3) Integritas ego
Gejala : Menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati
Perasaan ajal sudah dekat
Marah pada penyakit atau perawatan
Khawatir tentang keuangan, kerja dan keluarga.
Tanda Menolak
Menyangkal
Cemas
Kurang kontak mata
1
Gelisah
Marah
Perilaku menyerang
Fokus pada diri sendiri
Koma nyeri.
4) Eliminasi
Tanda : Normal
Bunyi usus menurun.
5) Makanan atau cairan
Gejala : Mual
Kehilangan nafsu makan
Bersendawa
Nyeri ulu hati atau rasa terbakar
Tanda : Penurunan turgor kulit
Kulit kering/berkeringat.
Muntah.
Perubahan berat badan.
6) Higiene
Gejala atau tanda : Kesulitan melakukan tugas perawatan
7) Neurosensori
Gejala : Pusing
Berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat)
Tanda : Perubahan mental
Kelemahan
8) Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan
dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin
(meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
1
Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat
menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher. Kualitas : “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.
Intensitas : Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman
nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi,
diabetes mellitus , hipertensi, lansia
9) Pernafasan:
Gejala : Dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat
Dispnea nokturnal
Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan
Nafas sesak / kuat
Pucat, sianosis
Bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10)Interaksi sosial
Gejala : Kesulitan koping dengan stressor yang ada.
Tanda : Kesulitan istirahat dengan tenang.
11) Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, stroke, hipertensi, penyakit
vaskuler perifer , penggunaan tembakau. Pertimbangan rencana pemulangan :menunjukan rata- rata lama
dirawat 7 hari (2-4hari di ICCU), perawatan dirumah.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu :
1. Nyeri akut b/d iskemia jaringan miokard
2. Penurunan curah jantung b/d peningkatan beban kerja ventikuler.
3. Gangguan pertukaran gas b/d penurunan suplai darah paru
1
4. Kelebihan volume cairan b/d peningkatan natrium/ retensi air
5. Gangguan pola tidur b/d nyeri dada
6. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard
dan kebutuhan
7. Perubahan perfusi perifer b/d penurunan aliran darah ke jaringan
8. Defisit perawatan diri b/d kelemahan sekunder akibat iskemia miokard
9. Anxietas b/d perubahan status kesehatan
10. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan b/d kurang
informasi tentang penyakit jantung dan status kesehatan
11. Resiko tinggi injuri b/d penurunan kesadaran
C. Intervensi Sesuai NIC-NOC
DiagnosaKeperawatan/ Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1
Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan
DS:- Laporan secara
verbal DO:- Posisi untuk
menahan nyeri - Tingkah laku berhati-
hati- Gangguan tidur
(mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemuiorang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku
NOC : Pain Level, pain control, comfort levelSetelah dilakukantinfakan keperawatanselama …. Pasien tidakmengalami nyeri, dengankriteria hasil: Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebabnyeri, mampumenggunakan tehniknonfarmakologi untukmengurangi nyeri,mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeriberkurang denganmenggunakanmanajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri(skala, intensitas,frekuensi dan tandanyeri)
Menyatakan rasanyaman setelah nyeriberkurang
Tanda vital dalamrentang normal
Tidak mengalamigangguan tidur
NIC : Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitasdan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dariketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untukmencari dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapatmempengaruhi nyeri seperti suhuruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi,kompres hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk menguranginyeri: ……...
Tingkatkan istirahat Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akanberkurang dan antisipasiketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudahpemberian analgesik pertama kali
1
ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
DiagnosaKeperawatan/ Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume, pre load dan afterload, kontraktilitas jantung.
DO/DS:- Aritmia, takikardia,
bradikardia- Palpitasi, oedem- Kelelahan- Peningkatan/penuru
nan JVP- Distensi vena
jugularis- Kulit dingin dan
lembab- Penurunan denyut
nadi perifer- Oliguria, kaplari refill
lambat- Nafas pendek/ sesak
nafas- Perubahan warna
kulit- Batuk, bunyi jantung
NOC : Cardiac Pump
effectiveness Circulation Status Vital Sign Status Tissue perfusion:
periferSetelah dilakukan asuhanselama………penurunankardiak output klienteratasi dengan kriteriahasil: Tanda Vital dalam
rentang normal (Tekanan darah, Nadi,respirasi)
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidakada asites
Tidak ada penurunan kesadaran
AGD dalam batas normal
NIC :Evaluasi adanya nyeri dada Catat adanya disritmia jantungCatat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac putputMonitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantungMonitor balance cairanMonitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmiaAtur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahanMonitor toleransi aktivitas pasienMonitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneuAnjurkan untuk menurunkan stress Monitor TD, nadi, suhu, dan RR Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas Monitor jumlah, bunyi dan irama
jantung
1
S3/S4- Kecemasan
Tidak ada distensi vena leher
Warna kulit normal
Monitor frekuensi dan iramapernapasan
Monitor pola pernapasan abnormal Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahanvital sign
Jelaskan pada pasien tujuan daripemberian oksigen
Sediakan informasi untuk mengurangistress
Kelola pemberian obat anti aritmia,inotropik, nitrogliserin dan vasodilatoruntuk mempertahankan kontraktilitasjantung
Kelola pemberian antikoagulan untukmencegah trombus perifer
Minimalkan stress lingkungan
DiagnosaKeperawatan/ Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Pertukarangas Berhubungan dengan :è ketidakseimbangan perfusi ventilasiè perubahan membran kapiler-alveolarDS:è sakit kepala ketika bangunè Dyspnoeè Gangguan penglihatanDO:è Penurunan CO2è Takikardi
NOC: Respiratory Status :
Gas exchange Keseimbangan asam
Basa, Elektrolit Respiratory Status :
ventilation Vital Sign StatusSetelah dilakukantindakan keperawatanselama …. Gangguanpertukaran pasien teratasidengan kriteria hasi:
Mendemonstrasikanpeningkatan ventilasidan oksigenasi yang
NIC : Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan Berikan bronkodilator ;
-………………….-………………….
Barikan pelembab udara Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
1
è Hiperkapniaè Keletihanè Iritabilitasè Hypoxiaè kebingunganè sianosisè warna kulit abnormal
(pucat, kehitaman)è Hipoksemiaè hiperkarbiaè AGD abnormalè pH arteri abnormalèfrekuensi dan
kedalaman nafas abnormal
adekuat Memelihara kebersihan
paru paru dan bebasdari tanda tandadistress pernafasan
Mendemonstrasikanbatuk efektif dan suaranafas yang bersih,tidak ada sianosis dandyspneu (mampumengeluarkan sputum,mampu bernafasdengan mudah, tidakada pursed lips)
Tanda tanda vitaldalam rentang normal
AGD dalam batasnormal
Status neurologisdalam batas normal
Monitor respirasi dan status O2 Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otottambahan, retraksi otot supraclaviculardan intercostal
Monitor suara nafas, seperti dengkur Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,cheyne stokes, biot
Auskultasi suara nafas, catat areapenurunan / tidak adanya ventilasi dansuara tambahan
Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststusmental
Observasi sianosis khususnyamembran mukosa
Jelaskan pada pasien dan keluargatentang persiapan tindakan dan tujuanpenggunaan alat tambahan (O2,Suction, Inhalasi)
Auskultasi bunyi jantung, jumlah, iramadan denyut jantung
DiagnosaKeperawatan/ Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kelebihan Volume CairanBerhubungan dengan : - Mekanisme
pengaturan melemah
- Asupan cairan berlebihan
DO/DS : - Berat badan
meningkat padawaktu yang singkat
- Asupan berlebihan dibanding output
NOC : Electrolit and acid
base balance Fluid balance Hydration
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Kelebihan volume cairan teratasi dengan kriteria: Terbebas dari edema,
efusi, anaskara Bunyi nafas bersih,
tidak ada dyspneu/ortopneu
Terbebas dari distensi
NIC :
Pertahankan catatan intake danoutput yang akurat
Pasang urin kateter jika diperlukan Monitor hasil lab yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,osmolalitas urin )
Monitor vital sign Monitor indikasi retensi / kelebihan
cairan (cracles, CVP , edema,distensi vena leher, asites)
Kaji lokasi dan luas edema Monitor masukan makanan / cairan Monitor status nutrisi Berikan diuretik sesuai interuksi
1
- Distensi vena jugularis
- Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau crakles), , pleural effusion
- Oliguria, azotemia
- Perubahan status mental, kegelisahan, kecemasan
vena jugularis, Memelihara tekanan
vena sentral, tekanankapiler paru, outputjantung dan vital signDBN
Terbebas darikelelahan,kecemasan ataubingung
Kolaborasi pemberian obat:....................................
Monitor berat badan Monitor elektrolit Monitor tanda dan gejala dari odema
Diagnosa Keperawatan/Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan KriteriaHasil
Intervensi
Gangguan pola tidur berhubungan dengan:- Psikologis : usia tua,
kecemasan, agen biokimia, suhu tubuh, pola aktivitas, depresi, kelelahan, takut, kesendirian.
- Lingkungan : kelembaban, kurangnya privacy/kontrol tidur, pencahayaan, medikasi(depresan, stimulan),kebisingan.
Fisiologis : Demam, mual,posisi, urgensi urin. DS:- Bangun lebih
awal/lebih lambat
NOC: Anxiety Control Comfort Level Pain Level Rest : Extent and
Pattern Sleep : Extent ang
PatternSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. gangguan pola tidur pasien teratasi dengan kriteriahasil: Jumlah jam tidur
dalam batas normal Pola tidur,kualitas
dalam batas normal Perasaan fresh
sesudah
NIC :
Sleep Enhancement- Determinasi efek-efek medikasi
terhadap pola tidur- Jelaskan pentingnya tidur yang
adekuat- Fasilitasi untuk mempertahankan
aktivitas sebelum tidur (membaca)- Ciptakan lingkungan yang
nyaman- Kolaburasi pemberian obat tidur
1
- Secara verbal menyatakan tidak fresh sesudah tidur
DO :- Penurunan
kemempuan fungsi- Penurunan
proporsi tidur REM- Penurunan
proporsi pada tahap 3dan 4 tidur.
- Peningkatan proporsi pada tahap 1tidur
- Jumlah tidur kurang dari normal sesuai usia
tidur/istirahat Mampu
mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur
DiagnosaKeperawatan/ Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan : Tirah Baring atau
imobilisasi Kelemahan
menyeluruh Ketidakseimbanga
n antara suplei oksigen dengan kebutuhan
Gaya hidup yang dipertahankan.DS: Melaporkan
secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
DO :
NOC : Self Care : ADLs Toleransi aktivitas Konservasi eneergiSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi danRR
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
Keseimbangan aktivitas dan istirahat
NIC :
Observasi adanya pembatasan kliendalam melakukan aktivitas
Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
1
Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadapaktifitas
Perubahan ECG : aritmia, iskemia
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
DiagnosaKeperawatan/ Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1
Defisit perawatan diriBerhubungan dengan : penurunan atau kurangnya motivasi, hambatan lingkungan, kerusakan muskuloskeletal, kerusakan neuromuskular, nyeri, kerusakan persepsi/ kognitif, kecemasan, kelemahan dan kelelahan.
DO :ketidakmampuan untukmandi, ketidakmampuan untukberpakaian, ketidakmampuan untukmakan, ketidakmampuan untuktoileting
NOC : Self care : Activity of
Daily Living (ADLs)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Defisit perawatan diri teratas dengan kriteria hasil: Klien terbebas dari
bau badan Menyatakan
kenyamanan terhadapkemampuan untuk melakukan ADLs
Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
NIC :Self Care assistane : ADLs Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri. Monitor kebutuhan klien untuk alat-
alat bantu untuk kebersihan diri,berpakaian, berhias, toileting danmakan.
Sediakan bantuan sampai klienmampu secara utuh untukmelakukan self-care.
Dorong klien untuk melakukanaktivitas sehari-hari yang normalsesuai kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secaramandiri, tapi beri bantuan ketikaklien tidak mampu melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untukmendorong kemandirian, untukmemberikan bantuan hanya jikapasien tidak mampu untukmelakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- harisesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jikamendorong pelaksanaan aktivitassehari-hari.
DiagnosaKeperawatan/ Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kecemasan berhubungan dengan
Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan
NOC :- Kontrol kecemasan- Koping Setelah dilakukan asuhanselama ……………klienkecemasan teratasi dgnkriteria hasil: Klien mampu
mengidentifikasi danmengungkapkan
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Gunakan pendekatan yangmenenangkan
Nyatakan dengan jelas harapanterhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apayang dirasakan selama prosedur
1
dan hospitalisasi
DO/DS:
- Insomnia- Kontak mata kurang- Kurang istirahat- Berfokus pada diri
sendiri- Iritabilitas- Takut- Nyeri perut- Penurunan TD dan
denyut nadi- Diare, mual,
kelelahan- Gangguan tidur- Gemetar- Anoreksia, mulut
kering- Peningkatan TD,
denyut nadi, RR- Kesulitan bernafas- Bingung- Bloking dalam
pembicaraan- Sulit berkonsentrasi
gejala cemas Mengidentifikasi,
mengungkapkan danmenunjukkan tehnikuntuk mengontolcemas
Vital sign dalam batasnormal
Postur tubuh,ekspresi wajah,bahasa tubuh dantingkat aktivitasmenunjukkanberkurangnyakecemasan
Temani pasien untuk memberikankeamanan dan mengurangi takut
Berikan informasi faktual mengenaidiagnosis, tindakan prognosis
Libatkan keluarga untukmendampingi klien
Instruksikan pada pasien untukmenggunakan tehnik relaksasi
Dengarkan dengan penuh perhatian Identifikasi tingkat kecemasan Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,ketakutan, persepsi
Kelola pemberian obat anticemas:........
DiagnosaKeperawatan/ Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1
Kurang PengetahuanBerhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
DS: Menyatakan secara verbal adanya masalahDO: ketidakakuratan
mengikuti instruksi,perilaku tidak sesuai
NOC: Kowlwdge : disease
process Kowledge : health
BehaviorSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil: Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakanprosedur yang dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/timkesehatan lainnya
NIC :
Kaji tingkat pengetahuan pasien dankeluarga
Jelaskan patofisiologi dari penyakitdan bagaimana hal ini berhubungandengan anatomi dan fisiologi, dengancara yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yangbiasa muncul pada penyakit, dengancara yang tepat
Gambarkan proses penyakit, dengancara yang tepat
Identifikasi kemungkinan penyebab,dengan cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasiententang kondisi, dengan cara yangtepat
Sediakan bagi keluarga informasitentang kemajuan pasien dengancara yang tepat
Diskusikan pilihan terapi ataupenanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasiatau mendapatkan second opiniondengan cara yang tepat ataudiindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber ataudukungan, dengan cara yang tepat
DiagnosaKeperawatan/ Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Injury
Faktor-faktor risiko : Eksternal - Fisik (contoh :
rancangan struktur dan arahan masyarakat,
NOC : Risk KontrolImmune statusSafety BehaviorSetelah dilakukantindakan keperawatanselama…. Klien tidakmengalami injury dengan
NIC : Environment Management(Manajemen lingkungan) Sediakan lingkungan yang aman untuk
pasien Identifikasi kebutuhan keamanan
pasien, sesuai dengan kondisi fisik danfungsi kognitif pasien dan riwayatpenyakit terdahulu pasien
1
bangunan dan atau perlengkapan; modetranspor atau cara perpindahan; Manusia atau penyedia pelayanan)
- Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat, mikroorganisme)
- Kimia (obat-obatan:agen farmasi,alkohol, kafein, nikotin, bahan pengawet, kosmetik; nutrien: vitamin, jenismakanan; racun; polutan)
Internal- Psikolgik (orientasi
afektif) - Mal nutrisi - Bentuk darah
abnormal, contoh : leukositosis/leukopenia
- Perubahan faktor pembekuan,
- Trombositopeni- Sickle cell- Thalassemia, - Penurunan Hb, - Imun-autoimum tidak
berfungsi. - Biokimia, fungsi
regulasi (contoh : tidak berfungsinya sensoris)
- Disfugsi gabungan - Disfungsi efektor - Hipoksia jaringan - Perkembangan usia
(fisiologik, psikososial)
- Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak
kriterian hasil:Klien terbebas dari
cederaKlien mampu
menjelaskancara/metodeuntukmencegahinjury/cedera
Klien mampumenjelaskan factorrisiko darilingkungan/perilakupersonal
Mampumemodifikasigaya hidupuntukmencegah injury
Menggunakan fasilitaskesehatan yang ada
Mampu mengenaliperubahan statuskesehatan
Menghindarkan lingkungan yangberbahaya (misalnya memindahkanperabotan)
Memasang side rail tempat tidur Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih Menempatkan saklar lampu ditempat
yang mudah dijangkau pasien. Membatasi pengunjung Memberikan penerangan yang cukup Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien. Mengontrol lingkungan dari kebisingan Memindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanyaperubahan status kesehatan danpenyebab penyakit.
1
utuh, berhubungan dengan mobilitas)
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M.E., 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ke-3. Jakarta : EGC
Fakultas Kedokteran UI, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, editor Arif M. Dkk edisi
ke-3 jilid 1, Jakarta, Media Aesculapius
Heni Rokaeni, SMIP, CCRN. et. al. 2001. Keperawatan Kardiovaskular. Harapan
Kita. Jakarta
Nanda, 2011. Diagnosa Keperawatan, alih bahasa Budi Santosa, Jakarta ; EGC
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ,
edisi ke-3. jilid 1 Jakarta : FKUI
Price,S.A, 2005, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, alih bahasa,
Brahm U. Pendit ; editor Huriawati Hartanto Edisi 6 Volume 1, Jakarta ;EGC
Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, alih bahasa Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi ke- 8 Volume 2,
Jakarta : EGC
Wilkinson, J, 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan intervensi NIC dan
kriteria hasil NOC, alih bahasa Widyawati, editor Eny M. Edisi ke-7 Jakarta ; EGC
Udijanti, 2010, Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta ; Salemba Medika