35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang menggunakan sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Sistem KBK merujuk kepada standar nasional yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan tetap memperhatikan misi pendidikan tinggi Muhammadiyah, kebutuhan lokal dan regional dengan pendekatan terintegrasi baik horizonal maupun vertikal, serta berorientasi pada masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat dalam konteks pelayanan kesehatan primer. Pembelajarannya lebih menitik beratkan mahasiswa untuk berperan aktif dan menjadi pusat pembelajaran. (Buku Pedoman Akademik 2013) Dalam dunia kedokteran, denyut nadi memiliki peranan penting sebagai indikator untuk menilai keadaan sistem kardiovaskular seseorang. Denyut nadi merupakan tanda penting dalam bidang medis untuk mengetahui dengan cepat kesehatan dan kebugaran seseorang secara umum. Denyut nadi adalah getaran atau denyut darah di dalam pembuluh darah arteri akibar kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi normal setiap 1 | Workload

Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

Citation preview

Page 1: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang menggunakan sistem

pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Sistem KBK merujuk

kepada standar nasional yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia

(KKI) dan tetap memperhatikan misi pendidikan tinggi Muhammadiyah,

kebutuhan lokal dan regional dengan pendekatan terintegrasi baik horizonal

maupun vertikal, serta berorientasi pada masalah kesehatan individu, keluarga

dan masyarakat dalam konteks pelayanan kesehatan primer. Pembelajarannya

lebih menitik beratkan mahasiswa untuk berperan aktif dan menjadi pusat

pembelajaran. (Buku Pedoman Akademik 2013)

Dalam dunia kedokteran, denyut nadi memiliki peranan penting sebagai

indikator untuk menilai keadaan sistem kardiovaskular seseorang. Denyut nadi

merupakan tanda penting dalam bidang medis untuk mengetahui dengan cepat

kesehatan dan kebugaran seseorang secara umum.

Denyut nadi adalah getaran atau denyut darah di dalam pembuluh darah

arteri akibar kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi normal setiap

individu berbeda-beda tergantung waktu saat mengukur denyut nadi tersebut

(saat istirahat atau setelah berolahraga dan sebagainya). Pada orang dewasa

yang sehat, saat sedang istirahat denyut nadi yang normal yaitu 60-100

denyut/menit .Denyut nadi yang rendah saat istirahat (masih batas normal)

pada umumnya memiliki fungsi jantung yang lebih efisien dan kesehatan pada

sistem kardiovaskularnya lebih baik.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi denyut nadi seseorang,

yaitu aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang , suhu udara disekitar,

posisi tubuh(berdiri atau berbaring), tingkat emosi, ukuran tubuh, serta obat

yang sedang dikonsumsi. Olahraga dan aktivitas fisikdapat meningkatkan

denyut nadi seseorang. Waktu yang tepat untuk mengecek denyut nadi adalah

ketika bangun pagi dan sebelum melakukan aktivitas apapun. Pada saat itu,

1 | Workload

Page 2: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

kita masih rileks dan tubuh pun masih terbebas dari zat-zat pengganggu

seperti nikotin dan kafein.

Atas dasar pengukuran workload seseorang yang bergantung pada

aktivitas atau kerja yang dilakukan, oleh karena itu pentingnya seorang

mahasiswa kedokteran mengetahui cara menghitung denyut nadi sehingga

dilakukan praktikum “Workload (Energy Expenditure, Heart Rate, Oxygen

Consumption)”.

2 | Workload

Page 3: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Fisiologi

Berdasarkan objek kajiannya dikenal fisiologi manusia, fisiologi tumbuhan,

dan fisiologi hewan, meskipun prinsip fisiologi bersifat universal, tidak

bergantung pada jenis organisme yang dipelajari. Sebagai contoh, apa yang

dipelajari pada fisiologi sel khamir dapat pula diterapkan sebagian atau seluruhya

pada sel manusia (Wignjosoebroto, 1993).

Berberdasarkan definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa fisiologi

adalah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari tentang fungsi normal dari

suatu organisme mulai dari tingkat sel, jaringan, organ, sistem organ hingga

organisme itu sendiri. Fungsi yang dipelajari adalah fungsi kerja yang meliputi

fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup (Wignjosoebroto, 1993).

2.2 Definisi Workload

Workload atau beban kerja merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh

seseorang untuk memenuhi “permintaan dari pekerjaan tersebut. Beban kerja yang

dimaksud adalah ukuran (porsi) dari kapasitas operator yang terbatas yang

dibutuhkan untuk melakukan kerja tertentu.

2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Workload

Menurut uma’mur (1984) bahwa kemampuan kerja seorang tenaga

kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari

tingkatan keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia

dan ukuran tubuh dari pekerjaan yang bersangkutan.

2.2.2 Macam-Macam Beban Kerja

Menurut Adiputra (1998), secara umum beban kerja dibedakan menjadi dua

kelompok besar yaitu:

3 | Workload

Page 4: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

1) External loadatau stressor adalah beban kerja yang berasal dari pekerjaan

yang sedangdilakukan, yang mempunyai ciri khusus yang berlaku untuk

semua orang. Yangtermasuk dalam external load ini adalahtask, organisasi

dan lingkungan;

2) Internal load atau functional load / strain adalah reaksi tubuh seseorang

terhadapsuatu externalload yang diberikan. Untuk mengetahui pengaruh

external load, dapat diukur melalui denyut nadi/jantung.

2.3 Definisi Denyut Nadi

Denyut nadi adalah getaran atau denyut darah di dalam pembuluh darah arteri

akibar kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi

yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh

darah arteri. Tempat meraba denyut nadi adalah: pergelangan tangan bagian

depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (Arteri radialis) , dileher sebelah

kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoidues (Arteri carolis), dada sebelah kiri

tepat diapex jantung (Arteri temparalis) dan di pelipis (Sudjaswadi, 2006).

2.3.1 Denyut nadi istirahat

Denyut nadi yang diukur dalam keadaan istirahat disebut

sebagaidenyut nadi istirahat.Untuk mengukur denyut nadi istirahat, subjek

harus dalaim keadaan diam dan tenang.Oleh karena itu sebaiknya subjek

duduk atau berdiri atau dalam posisi tidur, lalu diukur denyut

nadinya.Pengukuran dianggap valid kalau dilakukan tiga kali berturut-turut

dan didapatkan hasil yang konstan. Dalam pengukuran, kalau didapatkan

denyut nadi istirahat masih di atas 80 denyut per menit maka menurut

Astrand & Rodahl (1997) subjek harus diberikan kesempatan lebih lama

dalam keadaan tenang dan diupayakan supaya tenang. Bila hasilnya ternyata

di bawah 60 kali per menit, keadaan itu disebut sebagai bradikardia dan

kemungkinan subjeknya adalah atlet terlatih, atau dalam keadaan patologis.

2.3.2 Denyut nadi kerja

Denyut nadi kerja diukur saat subjek sedang melaksanakan kerja.

4 | Workload

Page 5: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

Menurut Adiputra (2002) besarnya denyut nadi kerja menggambarkan

tingginya metabolisme tubuh saat itu. Pengukuran denyut nadi kerja dapat

diukur selama bekerja bila tersedia peralatan laboratorium yang lengkap.

Apabila peralatan tidak memungkinkan, pengukuran denyut nadi dapat pula

diukur setiap lima menit sejak mulai sampai akhir kerja. Selain itu dapat pula

dilakukan setiap 30 menit atau setiap satu jam kerja tergantung dari jenis

pekerjaan yang dilakukan. Pengukuran dengan menggunakan metode sepuluh

denyut (ten pulses method) tepat pada saat akhir bekera dapat dan banyak

dipakai untuk menggambarkan denyut nadi kerja (Adiputra, 2002) . Menurut

Adiputra (2002) pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa denyut nadi

menjadi data penting dalam: penelitian ergonomi, faal kedokteran, dan

olahraga. Hanya dengan modal keterampilan palpasi hal itu dapat diandalkan,

yang ternyata hasilnya sangat sesuai dengan hasil pengukuran dengan

menggunakan alat yang lebih canggih, seperti pulse meter, atau dengan EKG.

(Grandjean, 1988; Adiputra, 2002).

2.3.3 Denyut nadi maksimal

Denyut nadi maksimal adalah maksimal denyut nadi yang dapat

dilakukan pada saat melakukan aktivitas maksimal.Untuk menentukan denyut

nadi maksimal digunakan rumus 220-umur. (Astrand and Rodall, 1997)

2.3.4 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja

Pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan suatu meode

untuk menilai Cardiovascular Strain. Salah satu peralatan yang digunakan

untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan menggunakan

rangsangan Electro Cardio Graph (ECG). Berhubung alat tersebut tidak

tersedia, maka dapat dicatat dengan manual memakai stopwatch dengan

metode 10 denyut (Kilbon, 1992).

Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai

berikut:

Denyut Nadi = 10 denyut

waktu pengh itungan x 60

5 | Workload

Page 6: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima

tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan

perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisik

maupun kimiawi (Kurniawan, 1995).

Grandjean (1993) juga menjelaskan bahwa konsumsi energi sendiri

tidak cukup untuk mengestimasi beban kerja fisik. Beban kerja fisik tidak

hanya ditentukan oleh jumlah kerja yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan

oleh jumlah otot yang terlibat dengan beban statis yang diterima serta tekanan

panas dari lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan denyut nadi.

Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat untuk

menghitung index beban kerja.

Astrand dan Rodall (1997); Rodall (1989), menyatakan bahwa denyut

nadi mempunyai hubungan linear yang tinggi dengan asupan oksigen pada

waktu kerja. Dan dalah satu cara yang sederhana untuk menghitung denyut

nadi adalah dengan merasakan denyutan para arteri radialis di pergelangan

tangan. Denyut nadi untuk mengestimasi index beban kerja fisik terdiri dari

beberapa jenis yang didefinisikan oleh GrandJean (1993):

a. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan

dimulai.

b. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja.

c. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut

nadi kerja. (Astrand and Rodahl,1986; Adiputra, 2002).

Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting dalam

peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja maksimum. Manuaba

dan van Wonteghen (1996), menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan

peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi

maksimum karena beban kardivaskular (cardio vascular load = % CVL) yang

dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

%CVL = 100×(denyut nadi kerja−denyut nadi istira hat)denyut nadimaksimum−denyut nadiistira hat

Denyut nadi maksimum = 220 – usia

Dari hasil perhitunan % CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan

klasifikasi sebagai berikut:

6 | Workload

Page 7: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

x ≤ 30% = tidak terjadi kelelahan

30 < x ≤ 60% = diperlukan perbaikan

60 < x ≤ 80% = kerja dalam waktu singkat

80 < x ≤ 100% = diperlukan tindakan segera

x > 100% = tidak diperolehkan beraktifitas

2.4. Menentukan Waktu Standar dengan Metode Fisiologi

Waktu standar biasanya ditentukan dengan time study, data standar atau

penentuan awal data waktu yang umum, sehingga operator kualitas rata-rata,

terlatih, dan berpengalaman dapat berproduksi pada level setelah 125 % saat

intensif diberikan. Diharapkan sesuai atau lebih cepat dari standar.

Ternyata sebagian operator dapat bekerja dalam perfomans 100 % dengan

jauh lebih mudah daripada pekerja lainnya. Sebagai hasilnya mungkin beberapa

orang yang memiliki performans 150 % - 160 % menggunakan energy

expenditure sama dengan orang yang performans nya 110% - 115%. Waktu

standar ditentukan untuk tugas, pekerjaan yang spesifik dan jelas definisinya.

Pengukuran Fisiologi dapat digunakan untuk membandingkan Cost

Energy pada suatu pekerjaan yang memenuhi waktu standar dengan pekerjaan

sama yang tidak standar, tetapi perbandingan harus dibuat untuk orang yang sama.

Dr. Luciren Broncha telah membuat table klasifikasi beban kerja dalam reaksi

Fisiologi, untuk menentukan berat ringannya pekerjaan.

Tabel 2.1 klasifikasi beban kerja (workload)

Work LoadOxygen

Consumption

Energy Expenditure

(cal/min)

Heart Rate During Work (Beats/min)

Light 0,5 – 1,0 2,5 – 5,0 600 – 100Moderate 1,0 – 1,5 5,0 – 7,5 100 – 125Heavy 1,5 – 2,0 7,5 – 10,0 125 – 150Very Heavy 2,0 – 2,5 10,0 – 12,5 150 – 175

7 | Workload

Page 8: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu :Sabtu, 14 Maret 2015

Tempat :Ruang Praktikum Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah palembang

3.2 Alat dan Bahan

1. Stopwatch

2. Metronome

3. Alat Tulis

3.3 Cara Kerja

Dalam mengukur denyut nadi beberapa hal yang harus diingat:

1. Gunakan jari paling sensitif agar denyutnya terasa jelas, yaitu jari

telunjuk dan jari tengah.

2. Lakukan pengukuran dengan mempalpasi arteri radialis dengan telapan

tangan yang mempalpasi berada di belakang pergelangan tangan,

usahakan jangan memberi beban pada pembuluh darah.

3. Posisikan lengan setinggi jantung.

4. Jangan menekan terlalu keras agar pembuluh darahnya tidak tertekan

sepenuhnya.

Beberapa metode pengukuran yang dilakukan:

Pengukuran denyut nadi istirahat

1. Rabalah arteri radialis yang terletak dipergelangan tangan

2. Jika telah menemukan letak arteri radialis, tahan dengan menggunakan 2

jari (jari telunjuk dan jari tengah) karena pada kedua jari itu lebih

sensitif.

3. Hitunglah berapa denyutan nadi selama 1 menit, 30 detik (hasilnya

dikali 2), 15 detik (hasilnya dikali 4), dan 10 detik (hasilnya dikali 6).

8 | Workload

Page 9: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

4. Setelah itu cari rata-rata denyut nadi istirahat dengan dijumlahkan

semua lalu dibagi 4.

Pengukuran denyut nadi kerja

1. Mulailah dengan berjalan ditempat dengan waktu selama 10 menit

dan dengan kecepatan yang konstan mengikuti tempo dari alat

metronome.

2. Rabalah arteri carotis yang terletak dibawah angulus mandibula

3. Setelah selesai berjalan ditempat, langsung hitung berapa jumlah

denyut nadi pada bagian arteri carotis selama 1 menit.

Menentukan denyut nadi maksimum

Denyut nadi maksimum didapatkan dengan mengurangi umur dari

220. Max= 220-umur (Astrand and Rodall, 1997).

Menentukan % CVL

Didapatkan dengan menggunakan rumus:

%CVL=100 x(denyut nadi kerja−denyut nadi istirahat )denyut nadimaksimum−denyut nadi istirahat

Dari penghitungan % CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan

klasifikasi sebagai berikut:

x ≤ 30 % = tidak terjadi kelelahan

30 < x ≤ 60 % = diperlukan perbaikan

60 < x ≤ 80 % = kerja dalam waktu singkat

80 < x ≤ 100 % = diperlukan tindakan segera

x> 100 % = tidak diperbolehkan beraktifitas

Menentukan energy expenditure (Tabel 3.1)

Work load

Oxygen

consumption

(liter/min)

Energy

expenditure (EE)

(cal/min)

Heart rate during

work

(beats/min)

Light

Moderate

Heavy

Very heavy

0,5 – 1,0

1,0 – 1,5

1,5 – 2,0

2,0 – 2,5

2,5 – 5,0

5,0 – 7,5

7,5 – 10,0

10,0 – 12,5

60 – 100

100 – 125

125 – 150

150 - 175

9 | Workload

Page 10: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

Berdasarkan tabel tersebut dapat ditentukan kategori work load seseorang

kemudian menghitung energy expenditure dengan rumus berikut:

batas min heart rate−denyut nadi kerjabatas min heart rate−batas max heart rate

= batas min EE−xbatasmin EE−batas max EE

Menentukan oxygen consumption

Dengan mengacu pada tabel 3.1 menentukan oxygen consumption dilakukan

menggunakan rumus:

batas min heart rate−denyut nadi kerjabatas min heart rate−batas max heart rate

= batas minOC−xbatasmin OC−batas max OC

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

10 | Workload

Page 11: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

4.1 HASIL PENGAMATAN

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Denyut Nadi

NO Nama Usia J.KD.N.

Istirahat

D.N. Mak

sD.N.Kerja %CVL

Energy Expenditur

e

O2

ConsumptionWork Load

1. Dwi P.S 18 P 70 202 93 61 4,56 0,9 L2. Soleha 20 P 88 200 105 14 5,5 1,1 M3. Annisa N.J 18 P 78 202 118 32,2 6,8 1,36 M4. Dale A 16 L 96 204 105 8,9 5,25 0,9 L5. Ismalia 19 P 83 201 88 4,23 4,25 0,85 L6. Suci P 18 P 64 202 95 22 4,3 0,8 L7. Tessa M 19 P 92 201 120 25 7 1,4 M8. Tiara Y 18 P 89 202 100 10 7,5 1,5 M9. Fawaz P 18 L 85 202 120 35 5,8 1,16 M10. Armiko B 19 L 83 201 82 1,06 3,8 0,7 L11. Arif R 18 L 87 202 90 2,6 4,35 0,87 L12. Maryani 19 P 68 201 102 25 5,2 0,9 L13. Rahma N.F 18 P 88 202 116 20 6,6 1,03 M14. Desi S.w 19 P 76 201 108 24 3,5 0,7 L15. Yolanda P. 18 P 92 202 156 58 10,6 2,2 H16. M. Aiman 19 L 94 201 150 52 10 2 H17. Suci L 18 P 60 202 90 21 4,4 0,8 L18. Ona P.K 19 L 90 201 102 10,8 5,2 1,04 M19. Dio P. 19 L 81 201 90 8 6,1 1,2 M20. Poppy M. 20 P 87 200 102 13 5,2 1,04 M21. Maya Z. 19 P 98 201 108 9,7 4,2 1,16 M22. Bella P.S 19 P 71 201 115 31 6,5 1,8 M23. Della K.C. 20 P 88 200 94 5,5 4,6 0,9 L24. Ayu A. 18 P 75 202 105 24 5,5 1 M25. Ikirima K. 19 P 81 201 93 10 4,56 0,9 L26. Nanda A.H. 17 P 97 203 122 14,15 7,2 1,44 M27. Ricky T. 19 L 94 201 156 58 10 2 H28. Viena A. 19 P 76 201 130 67,2 6,5 1,8 M29. Ena A.N. 18 P 104 202 120 15,8 7,2 1,44 M30. Taschiro Y. 18 P 83 202 112 24 6,2 1,24 M31. Tharisa K. 17 P 79 203 87 6,45 4,9 0,3 L32. Reynaldi A.R. 18 L 92 202 126 34 7,6 1,5 H33. Jhuvan Z.F 19 L 77 201 92 11,74 4,5 0,9 L34. Nurfrida A 17 P 70 203 85 55 4 0,8 L35. Dita M.I. 18 P 68 202 72 7 4 0,8 L36. Shelly M 19 P 102 201 130 28,7 4,8 0,14 L37. Elsa A 17 P 92 203 110 16 6 1,2 M38. Firdaus 17 L 96 203 109 11,2 5,8 1,16 M39. Mentari A 19 P 80 201 100 18 3,75 0,25 L

11 | Workload

Page 12: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

40. Puja A.M. 19 L 68 201 91 15,4 4,4 0,9 L41. Retno I.K 18 P 101 202 132 30 8,2 1,6 H42. Adhitya N.F 18 L 73 202 107 28,7 5,7 1,14 M43. Falaah I. 18 L 83 202 126 36 7,58 1,48 M44. Nabila T. 18 P 108 202 144 38 9,4 9,8 M45. Marta A.C. 18 L 81 202 107 22 5,7 1,14 M46. Septia P. 18 P 95 202 110 12 6 1,2 M47. Rizal P. 18 L 97 202 107 28 5,7 1,14 M48. Drif F.D.P 20 L 75 200 90 19 6,5 1,4 M49. Vivi R 17 P 110 203 126 16,7 3 0,7 L50. Ahmad N 20 L 84 200 105 23 5,5 1 M51. M.Fitrizal 18 L 82 202 99 47 6,7 1,9 H52. Ahmad A.S.B. 19 L 124 201 144 25,9 9,4 1,8 H53. Mareta A.M. 18 P 93 202 120 20,9 7 1,4 M54. Istiqomah M 16 P 81 204 133 42 8,3 1,6 H55. Rati P.S 18 P 95 202 90 5 4,4 0,8 L56. Okta P.P 18 P 75 202 85 8 4,06 0,8 L57. Nabila A.H 17 P 83 203 110 18 6,6 1,3 M58. Ragil P.J.U 19 L 94 201 120 50 7 1,4 M59. Yusuf A.R 18 L 95 202 99 11,9 4,9 0,9 L60. Ahmad R. 16 L 97 204 102 5 7 1,4 M61. Anindia E.S 18 P 90 202 112 17 6,2 1,2 M62. Dwi Puji L. 18 P 79 202 93 23 4,15 0,8 L63. Aisyah A. 17 P 75 203 120 37 5,2 1,4 M64. Willy P.W 18 L 85 202 127 37 6,5 1,4 H65. Puja I.G 19 P 63 201 80 12,3 2,6 0,5 L66. Gral W.S 18 P 108 202 144 38 9,4 1,8 H67. Putri P.N 19 P 63 201 85 15,9 2,7 0,5 L68. Anisia A.P 18 P 96 202 120 21,8 7,2 1,44 M69. Mia A 18 P 101 202 114 11 6,4 1,3 M70. Ghina F.D. 18 P 75 202 107 25 5,7 1,14 M71. Hurait H.H. 17 L 96 203 108 11,2 5,8 1,16 M72. Roseline N.P 18 P 84 202 103 13,2 5 1 L73. Indah U.P 18 P 78 202 108 17,2 4,2 0,8 L74. Shinta A.P. 17 P 80 203 83 22,4 2,64 0,78 L75. Ardhia A. 18 P 75 202 156 63,7 10,6 2,12 VH76. Meitria N.S. 17 P 82 203 115 15,7 6,5 1,3 M77. Ardiansyah 18 L 118 202 156 16,16 10,6 2,12 VH78. Hafiz R.K. 19 L 83 201 116 16 6,7 1,3 M79. M.Abdillah 18 L 62 202 84 13 3,8 0,8 L80. Rara K. 17 P 125 203 156 39,2 10,6 2,1 VH81. Ahmad I.H 18 L 130 202 146 46 9,6 1,9 H82. Vonny A. 19 P 94 201 120 24 7,2 1,44 M83. Mega R. 19 P 70 201 102 27 5,2 1,04 M84. Evin P.P 19 P 77 201 104 21 5,6 1,125 M85. Agung P. 18 L 85 202 107 19 5,7 1,14 M86. Altriara R.s. 18 P 103 202 162 60 10,8 2,16 VH87. Siti S.Y 18 P 84 202 103 14 5,2 1,04 M

12 | Workload

Page 13: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

88. Romzi K. 19 L 108 201 144 45 9,4 1,88 HKeterangan:

J.K = Jenis Kelamin L = Light

P = Perempuan M = Modarate

L = Laki-laki H = Heavy

D.N = Denyut Nadi VH = Very Heavy

CVL = Cardiovaskular Load

4.2 PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum yang dilakukan tentang “Workload (Energy

Expenditure, Heart Rate, Oxygen Consumption)”, dibahas tentang Cardio

Vascular Load, dimana kita dapat menentukan penilaian beban kerja

berdasarkan denyut nadi kerja dan dapat menentukan waktu standar dengan

metode fisiologi. Denyut nadi untuk mengestimasi index beban kerja fisik

terdiri dari beberapa jenis yang didefinisikan oleh GrandJean (1963) :

a. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan

dimulai

b. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja

c. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi

kerja.

Pada data pengamatan yang telah diperoleh, terlihat bahwa rentang hasil

pengukuran denyut nadi istirahat, yaitu antara 63-130 denyut/menit.

Seharusnya pada dasarnya rentang denyut nadi istirahat yang normal yaitu

60-100 denyut/menit. Dari data denyut nadi istirahat tersebut yang terendah

yaitu ada 2 orang dengan denyut nadi 63 denyut/menit yang masing-masing

naracoba berusia 19 tahun. Sedangkan denyut nadi istirahat yang tertinggi

yaitu 130 denyut/menit yang didapat dari naracoba yang berusia 18 tahun.

Tabel 4.2 Perbandingan denyut nadi istirahat berdasarkan jenis kelamin

13 | Workload

Page 14: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

Perempuan Laki-Laki

< 60 (Abnormal) - -

60 – 100 (Normal) 48 27

> 100 (Abnormal) 9 4

Dari tabel 4.2 diatas diperoleh bahwa perbandingan denyut nadi istirahat

berdasarkan jenis kelamin pada Mahasiswa FK UMP angkatan 2014

Keabnormalan denyut nadi istirahat untuk perempuan :

9/57 x 100% = 15,7 %

Normal : 100% − 15,7 % = 84,3 %

Keabnormalan denyut nadi istirahat untuk laki-laki :

4/31 x 100% = 12,9 %

Normal : 100%− 12,9% = 87,1 %

Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa kenormalan

denyut nadi istirahat lebih cenderung kepada jenis kelamin laki-laki dimana

persentasenya yaitu 87,1 %, sedangkan perempuan yaitu 84,3 %. Sehingga

faktor jenis kelamin mempengaruhi jumlah denyut nadi seseorang.

Untuk hasil akumulatif kenormalan mahasiswa FK UMP 2014 yaitu

sebagai berikut :

Abnormal : 9 + 4 = 13 13/88 x 100% = 14,7 %

Normal : 48 + 27 = 75 75/88 x 100% = 85,3 %

Jadi, tingkatan normal denyut nadi istirahat untuk mahasiswa FK

UMP 2014 yaitu 85,3 % .

Tabel.4.3 Perbandingan denyut nadi istirahat berdasarkan usia

< 18 Tahun ≥ 18 Tahun< 60 - -

60 – 100 13 62

> 100 2 11

Dari tabel 4.3 diatas diperoleh bahwa perbandingan denyut nadi istirahat

berdasarkan usia yaitu yang denyut nadi istirahatnya dibawah normal (dibawah

60-100) tidak ada maupun yang usia dibawah 18 tahun dan diatas 18 tahun.

Persentase denyut nadi istirahat dengan usia < 18 tahun

14 | Workload

Page 15: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

Normal: 13/15 x 100 = 86,67 %

Abnormal: 2/15 x 100 = 13,33 %

Persentase denyut nadi istirahat dengan usia ≥ 18 tahun

Normal: 62/73 x 100 = 84,93%

Abnormal: 11/73 x 100 = 15,06%

Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa kenormalan

denyut nadi istirahat lebih cenderung pada usia yang < 18 tahun dimana

persentasenya yaitu 86,67 %, sedangkan usia yang ≥ 18 tahun sebesar 84,3 %.

Sehingga faktor usia mempengaruhi jumlah denyut nadi seseorang.

Untuk hasil akumulatif kenormalan mahasiswa FK UMP 2014 yaitu

sebagai berikut :

Abnormal : 11 + 2 = 13 13/88 x 100% = 14,7 %

Normal : 13 + 62 = 75 75/88 x 100% = 85,3 %

Jadi, tingkatan normal denyut nadi istirahat untuk mahasiswa FK

UMP 2014 yaitu 85,3 % .

Tabel 4.4 Perbandingan % CVL berdasarkan jenis kelamin

Perempuan Laki-Laki

< 30 43 21

30 – 60 11 10

> 60 3 -

Dari tabel 4.4 diatas diperoleh bahwa perbandingan % CVL berdasarkan

jenis kelamin sebagai berikut:

Persentase % CVL perempuan

x ≤ 30 % 43/57 x 100 = 75,44% (tidak terjadi kelelahan)

30 < x ≤ 60 % 11/57 x 100 = 19,29% (diperlukan perbaikan)

60 < x ≤ 80 % 3/57 x 100 = 5,26% (kerja dalam waktu singkat)

Dari hasil persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa kebanyakan

perempuan setelah melakukan aktivitas atau kerja selama beberapa menit

tidak terjadi kelelahan. Akan tetapi, 3 dari total keseluruhan 57 perempuan

(5,67%) hanya dapat kerja dalam waktu singkat. Selain itu 19,29%

15 | Workload

Page 16: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

perempuan memerlukan perbaikan, sehingga tubuh perlu diistirahatkan untuk

menghindari kelelahan yang lebih parah. Diperlukan pembiasaan atas

aktivitas yang dilakukan, sehingga tubuh tidak dengan mudah mengalami

kelelahan (kelebihan beban).

Persentase % CVL laki-laki

x ≤ 30 % 21/31 x 100 = 67,74% (tidak terjadi kelelahan)

30 < x ≤ 60 % 10/31 x 100 = 32,26% (diperlukan perbaikan)

60 < x ≤ 80 % Tidak ada

Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa kebanyakan

laki-laki setelah melakukan aktivitas atau kerja selama beberapa menit tidak

terjadi kelelahan yaitu sebesar 67,74%. Akan tetapi, 32,36% laki-laki

memerlukan perbaikan, sehingga tubuh perlu diistirahatkan untuk

menghindari kelelahan yang lebih parah. Diperlukan pembiasaan atas

aktivitas yang dilakukan, sehingga tubuh tidak dengan mudah mengalami

kelelahan (kelebihan beban). Sedangkan yang laki-laki yang hanya dapat

kerja dalam waktu singkat tidak ada. Jenis kelamin merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan seseorang. Dari perhitungan

diatas, dapat dilihat bahwa persentase perempuan lebih banyak daripada laki-

laki pada tingkat tidak terjadi kelelahan. Akan tetapi, pada teorinya

perempuan itu seringkali cepat merasa kelelahan. Mungkin perbedaan

tersebut disebabkan oleh pada saat melakukan aktivitas beberapa menit

kelompok perempuan kurang serius.

Untuk hasil akumulatif kenormalan %CVL mahasiswa FK UMP 2014

yaitu sebagai berikut :

x ≤ 30 % 64/88 x 100 = 72,73% (tidak terjadi kelelahan)

30 < x ≤ 60 % 21/88 x 100 = 23,86% (diperlukan perbaikan)

60 < x ≤ 80 % 3/88 x 100 = 3,41% (kerja dalam waktu singkat)

Jadi, persentase CVL mahasiswa FK UMP 2014 didapat hasil bahwa

72,73% dari total mahasiswa (88 orang) saat melakukan aktivitas beberapa

menit tidak terjadi kelelahan.

Tabel 4.5 Perbandingan %CVL berdasarkan usia

16 | Workload

Page 17: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

< 18 Tahun ≥ 18 Tahun< 30 11 54

30 – 60 4 16

> 60 - 3

Dari tabel 4.5 diatas diperoleh bahwa perbandingan % CVL berdasarkan

usia sebagai berikut:

Persentase % CVL usia yang < 18 Tahun

x ≤ 30 % 11/15 x 100 = 73,33% (tidak terjadi kelelahan)

30 < x ≤ 60 % 4/15 x 100 = 26,67% (diperlukan perbaikan)

60 < x ≤ 80 % Tidak ada

Dari hasil persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa kebanyakan

yang berusia < 18 tahun setelah melakukan aktivitas atau kerja selama

beberapa menit tidak terjadi kelelahan. Akan tetapi, 26,67% dari total

memerlukan perbaikan, sehingga tubuh perlu diistirahatkan untuk

menghindari kelelahan yang lebih parah

Persentase % CVL usia yang ≥ 18 Tahun

x ≤ 30 % 54/73 x 100 = 73,97% (tidak terjadi kelelahan)

30 < x ≤ 60 % 16/73 x 100 = 21,92% (diperlukan perbaikan)

60 < x ≤ 80 % 3/73 x 100 = 4.11% (kerja dalam waktu singkat)

Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang berusia

≥ 18 Tahun %. Akan tetapi, 21,92% laki-laki memerlukan perbaikan,

sehingga tubuh perlu diistirahatkan untuk menghindari kelelahan yag lebih

parah. Diperlukan pembiasaan atas aktivitas yang dilakukan, sehingga tubuh

tidak dengan mudah mengalami kelelahan (kelebihan beban). Sedangkan

4,11% hanya dapat kerja dalam waktu singkat. Jadi, faktor usia jg

mempengaruhi %CVL seseorang. Diaman semakin bertambah usia seseorang

maka sering terjadi kelelahan saat melakukan aktivitas.

Untuk hasil akumulatif kenormalan %CVL mahasiswa FK UMP 2014

yaitu sebagai berikut :

x ≤ 30 % 65/88 x 100 = 73,86% (tidak terjadi kelelahan)

30 < x ≤ 60 % 20/88 x 100 = 22,73% (diperlukan perbaikan)

60 < x ≤ 80 % 3/88 x 100 = 3,41% (kerja dalam waktu singkat)

17 | Workload

Page 18: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

Jadi, persentase CVL mahasiswa FK UMP 2014 didapat hasil bahwa dari 88

orang sekitar 73,86% diantaraya tidak terjadi kelelahan setelah melakukan

aktivitas.

Tabel 4.6 Perbandingan Workload berdasarkan jenis kelamin

Kategori Perempuan Laki-laki

Light 22 7

Moderate 28 15

Heavy 4 8

Very Heavy 3 1

Dari tabel 4.6 diatas diperoleh bahwa perbandingan workload

berdasarkan jenis kelamin yaitu:

Persentase workload perempuan

Light : 22/57 x 100 = 38,60%

Moderate : 28/57 x 100 = 49,12%

Heavy : 4/57 x 100 = 7,02%

Very Heavy: 3/57 x 100 = 5,26%

Persentase workload laki-laki

Light : 7/31 x 100 = 22,58%

Moderate : 15/31 x 100 = 48,39%

Heavy : 8/31 x 100 = 25,81%

Very Heavy: 1/31 x 100 = 3,22%

Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa perempuan

lebih banyak dikategori light daripada laki-laki. Pada kategori moderate

perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu sebesar 49,12%. Dan pada

kategori heavy laki-laki lebih banyak dari perempuan. Dapat diartikan

kebanyakan laki-laki beban kerjanya berat daripada perempuan.

Untuk hasil akumulatif mahasiswa FK UMP 2014 yaitu sebagai

berikut :

Light : 29/88 x 100 = 32,95%

Moderate : 43/88 x 100 = 48,86%

Heavy : 12/88 x 100 = 13,64%

18 | Workload

Page 19: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

Very Heavy: 4/88 x 100 = 4,55%

Jadi, kategori workload mahasiswa FK UMP 2014 paling banyak berada pada

moderate. Apabila mahasiswa melakukan aktivitas selama beberapa menit,

mengalami beban kerja yang sedang. Hanya 4,55% yang melakukan aktivitas

selama beberapa menit beban kerjanya sangat berat (very heavy).

Tabel 4.7 Perbandingan Workload berdasarkan usia

Kategori < 18 Tahun ≥ 18 Tahun

Light 5 22

Moderate 8 35

Heavy 1 13

Very Heavy 1 3

Dari tabel 4.7 diatas diperoleh bahwa perbandingan workload

berdasarkan usia yaitu sebagai berikut:

Persentase kategori workload < 18 tahun

Light : 5/15 x 100 = 33,33%

Moderate : 8/15 x 100 = 53,33%

Heavy : 1/15 x 100 = 6,67%

Very Heavy : 1/15 x 100 = 6,67%

Persentase denyut nadi istirahat dengan usia ≥ 18 tahun

Light : 22/73 x 100 = 30,14%

Moderate : 35/73 x 100 = 47,94 %

Heavy : 13/73 x 100 = 17,81%

Very Heavy : 3/73 x 100 = 4,11%

Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan pada usia yang

lebih muda (<18 tahun) kategori beban kerjanya yaitu paling banyak pada

moderate. Dan yang berada pada kategori light, workloadnya lebih besar pada

usia yang lebih muda. Jadi faktor usia mempengaruhi workload seseorang,

semakin muda usia seseorang maka workloadnya semakin ringan.

Untuk hasil akumulatif kenormalan mahasiswa FK UMP 2014 yaitu

sebagai berikut :

Light : 27/88 x 100 = 30,68%

19 | Workload

Page 20: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

Moderate : 43/88 x 100 = 48,86 %

Heavy : 14/88 x 100 = 15,91%

Very Heavy : 4/88 x 100 = 4,55%

Jadi, dapat disimpulkan mahasiswa FK UMP 2014 apabila melakukan

aktivitas beberapa menit berada pada kategori moderate yaitu sebesar 48,86%.

Berdasarkan perhitungan perbandingan denyut nadi kerja pada kategori

yang ditentukan, kita dapat menentukan kategori workload seseorang. Sebagai

contoh naracoba 2 tergolong dalam kategori moderate, dengan denyut nadi kerja

masing- masing 102 denyut/menit, energy expenditure 5,5 cal/menit, serta oxygen

consumption sebesar 1,1 liter/menit, naracoba lainnya tergolong dalam light,

heacy dan very heavy. Naracoba yang tergolong light dan moderate merupakan

naracoba dengan kategori tidak terjadi kelelahan pada persentase cardiovascular

sehingga mampu melaksanakan kerja dan masih dapat diberi penambahan pada

kerjanya. Selain itu, tingkat penggunaan energy dan konsumsi oksigen yang

berbeda-beda pada mahasiswa FK UMP 2014. Tingkat energy dan oksigen

dipengaruhi oleh denyut nadi kerja. Denyut nadi kerja yang telah dibagi menjadi

beberapa tingkatan memiliki arti tingkat beban kerja terhadap tubuh. Semakin

tinggi denyut nadi kerja maka semakin tinggi penggunaan oksigen dan energy,

namun beban yang diberikan berarti semakin tinggi.

BAB V

KESIMPULAN

20 | Workload

Page 21: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

Setelah melakukan praktikum tentang “Workload (Energy Expenditure,

Heart Rate, Oxygen Consumption)”, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Jadi pengaruh yang ditimbulkan oleh pembebanan kerja terhadap tubuh

selama manusia melakukan aktivitas kerja yaitu kelelahan yang

menyebabkan denyut nadi seseorang meningkat.

2. Berdasarkan hasil pengamatan pada mahasiswa FK UMP 2014 dengan

jumlah naracoba 88 orang, dinyatakan normal karena berkisar antara 60

hingga 100 dan 13 naracoba memiliki denyut nadi istirahat di atas 100,

maka melalui perhitungan data tersebut didapatkan persentase

cardiovascular load yang menyatakan 72,73% dikatagori tidak terjadi

kelelahan, 23,86% dikatagori diperlukan perbaikan dan 3,41% dikatagori

kerja dalam waktu singkat dengan katagori workload light dan moderate

yang masuk didalam kategori tidak terjadi kelelahan pada persentase

cardiovascular. Berdasarkan tabel dapat disimpulkan semakin tinggi

target heart rate menyatakan semakin tinggi kemampuan kerja sehingga

mampu melaksanakan kerja dan masih dapat diberi penambahan pada

kerjanya.

3. Faktor-faktor yang menyebabkan adanya perbedaan jumlah denyut nadi

seseorang yaitu usia dan jenis kelamin.

4. Tekanan suhu lingkungan pada saat itu tidak terlalu tinggi sehingga tidak

memberikan beban kerja yang cukup besar. Solusi untuk mengatasi yang

mendapatkan hasil diperlukan adanya suatu  perbaikan, seperti dengan

dilakukan olahraga secara bertahap agar kerja jantung dapat lebih baik

Saran

1) Alat-alat maupun tempat pelaksanaan praktikum sebaiknya dilengkapi untuk

peningkatan kualitas praktikum fisiologis selanjutnya.

2) Pastikan praktikan dalam keadaan fit untuk melakukan praktikum.

3) Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya dilaksanakan lebih tertib dan tepat

waktu, dimulai dari mahasiswanya maupun dosen pembimbingnya.

21 | Workload

Page 22: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

4) Dosen pembimbing harus lebih memperhatikan mahasiswa saat melakukan

praktikum, agar mahasiswa tidak salah dalam melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

22 | Workload

Page 23: Laporan P3 Workload (energy expenditure and oxygen consumption)

Adiputra, N. 2002. Denyut Nadi dan Kegunaannya dalam

Ergonomi.JurnalErgonomiIndonesia 3: 22-26

Burnside, John W. 1995. Diagnosis Fisik Edisi 17. Jakarta:EGC

Oesman, Titin Isna. 2014. Evaluasi Kondisi Lingkungan Kerja Pada Bagian

Proses Pengecoran Di Industri Kerajinan Cor Alumunium “Ed”

Jogjakarta.(Online).INASEA, Volume 15, No.1 : 71-78.

http://journal.binus.ac.id/index.php/inasea/article/download/243/239

(Diakses pada tanggal 16 Maret 2015)

Staf Fisiologi Kedokteran. 2015. Buku Penuntun Praktikum Fisiologi.

Palembang :Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Wiryowidagdo, Sudjaswadi dan M. Sitanggang.2008. Tanaman Obat untuk

Penyakit Jantung, Darah Tinggi dan Kolesterol.Jakarta:Agromedia.

23 | Workload