14
LAPORAN NEKROPSI BIAWAK Minggu, 22 Juni 2014 Oleh REZA RUSANDY PUTRA , S.KH 130130100111007

Laporan Nekropsi Iguana

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Nekropsi Iguana

Citation preview

Page 1: Laporan Nekropsi Iguana

LAPORAN NEKROPSI BIAWAK

Minggu, 22 Juni 2014

Oleh

REZA RUSANDY PUTRA , S.KH

130130100111007

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2014

Page 2: Laporan Nekropsi Iguana

LAPORAN NEKROPSI

Hari/Tanggal : Minggu / 22 Juni 2014

Dosen PJ : drh. Dyah Ayu Oktaviane A. P., M.Biotech

Anamnese: Iguana mati pada pagi hari sekitar pukul 9.00 WIB. Awalnya iguana

mengalami luka pada mata kiri namun sepertinya terjadi infeksi dan menyebabkan

nekrosis pada kelopak mata sehingga iguana sulit membuka mata. Hal ini menular

pada mata kanan dan mengalami hal yang sama. Iguana menjadi susah makan dan

harus disuapin untuk makannya. Iguana juga tidak lincah dan tidak ada gerakan

defensif ketika dihandling. Pagi sebelum mati iguana masih sempat disuapin dan

dijemur. Namun tiba-tiba mati mendadak pukul 9.00 WIB.

Signalement

Jenis Hewan : Iguana

Ras : Iguana Hijau

Jenis Kelamin : Jantan

Umur : ± 3 tahun

Tanggal Kematian : 22 Juni 2014

Tanggal Nekropsi : 22 Juni 2014

Lama sakit : Tidak diketahui

Tanda Kematian : Tidak diketahui

Alamat : Batu

Tabel 1 Pemeriksaan Patologi Anatomi Iguana

Organ Epikrise Diagnosa PA

Keadaan Umum Luar  

Kulit Terdapat nekrosis disekitar

kelopak mata yang membuat

mata sulit membuka

Nekrosis

Mata Terdapat nekrosis pada

kelopak mata

Nekosis

Page 3: Laporan Nekropsi Iguana

Sub Kutis  

Perlemakan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Otot Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Kelenjar ludah Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Traktus

Respiratorius  

Sinus Hidung Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Laring Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Trakhea Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Bronkhus Terdapat perubahan warna

menjadi merah kehitaman

Hemorragi

Paru- paru Warna tidak homogen,

merah kehitaman, ditemukan

granulom pada paru-paru

Focing nekrotic

Rongga thorax Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Traktus Digestivus  

Rongga abdomen Peritonium keruh

Rongga mulut Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Faring Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Esofagus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Lambung Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Usus Terjadi penipisan dinding

usus

Penipisan mukosa

usus, peradangan

Hati Terjadi perubahan warna

menjadi kehitaman pekat

Nekrosis atau

hemorragi

TraktusSirkulatorius  

Jantung Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Sistem

Limforetikular

 

Limpa Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Traktus Urogenital  

Ginjal Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Oviduct Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Page 4: Laporan Nekropsi Iguana

Folikel Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Sistem Lokomosi  

Otot Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Tulang Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

SumsumTulang Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Persendian Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

METODOLOGI

Pengamatan iguana, dilakukan pengamatan dengan menggunakan metode

mikroteknik, yaitu dengan cara membuat preparat histologis. Preparat histologis

yang dibuat adalah hati, paru-paru dan usus.

Adapun prosedur dalam pembuatan preparat histologis

adalah:

· Iguana dibedah nekropsi

· Diawetkan dengan formalin 4 % selama 24 jam.

· Fiksasi, memindahkan hati ke dalam larutan FAA selama 24 jam.

· Dehidrasi, dilakukan secara bertingkat dengan alkohol 70%, 80%, 90%, 95 %,

serta alkohol masing-masing 1 jam.

· Clearing, dilakukan selama 1 jam yaitu dimasukkan ke dalam larutan

alkoholxilol, lalu memasukkannya ke dalam xilol murni I, II, III masing-masing

selama 20 menit.

· Infiltrasi, menggunakan paraffin. Hati dimasukkan kedalam xylol : parafin (1:1)

cair selama 20 menit, kemudian memasukkan parafin cair I, II, III masing-masing

selama 20 menit di dalam oven dengan suhu 60°C.

· Embedding, tahapan menanam jaringan atau sampel yang digunakan. Paraffin

cair dituangkan ke dalam cetakan sampai penuh kemudian membenamkan

Page 5: Laporan Nekropsi Iguana

potongan organ ke dalam paraffin tersebut. Jaringan diletakkan pada posisi dasar

tengah dengan posisi melintang.

· Sectioning, sampel dipotong menggunakan microtome dengan ketebalan 6-10

mikron.

· Affixing, perekatan dengan menggunakan albumin dan gliserin dengan

perbandingan 1:1, disimpan dalam kotak sediaan selama 1 hari.

· Deparafinisasi, untuk menghilangkan parafin, sediaan dimasukkan ke dalam

xylol selama 10 menit.

· Staining atau pewarnaan, proses pewarnaan dengan menggunakan hematoxylin

dan eosin dengan langkah sebagai berikut :

a. Sediaan histologis dihisap xylolnya dengan menggunakan kertas saring.

Kemudian berturut-turut dimasukkan ke alkohol 96%, 90%, 80%, 70%, 60%,

50%, 40 % dan 30 % masingmasing

selama 5 menit lalu ke aquades selama 5 menit. Dicuci dengan air mengalir

kurang lebih 2

menit

b. Dimasukkan ke dalam haemotoxylin selama 4 menit

c. Dicuci dengan air mengalir selama 10 menit.

d. Dimasukkan ke dalam aquades dan alkohol 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 96%

masing-masing beberapa celupan.

e. Dimasukkan ke dalam eosin selama 1,5 menit.

f. Dimasukkan ke dalam alkohol 70 %, 80%, 90%, 95%.

g. Preparat dikering-anginkan dan dimasukkan ke xylol selama 15 menit

h. Sediaan histologi ditetesi dengan canada balsam lalu ditutup dengan cover

glass.

Page 6: Laporan Nekropsi Iguana

· Mounting (Penutupan) dan Labelling (Pemberian Label) yaitu Penutupan

preparat dengan menggunakan kaca penutup dan memberi identitas pada preparat.

Page 7: Laporan Nekropsi Iguana

PEMBAHASAN

Berdasarkan keadaan umum, ditemukan perubahan patologi anatomi kulit

iguana bagian kepala mengalami jamuran dan ditemukan nekrosis pada kelopak

mata. Selain hal itu ditemukan pula tanda-tanda bahwa iguana mengalami stress

yang ditandai warna kulit yang menguning. Pada proses nekropsi ditemukan 3

organ yang diduga mengalami kelainan, yaitu : paru-paru, hati, dan usus (Gambar

1). Pada organ paru-paru secara makroskopis terlihat nodul-nodul dan perubahan

warna. Pada pemeriksaan histopatologi terlihat bentukan granuloma, hemorragi

berat, giant cell dan terdapat jaringan ikat (Gambar 2).

Gambar 1. Perubahan patologi pada organ paru-paru, hati dan usus

Page 8: Laporan Nekropsi Iguana

Gambar 2. Pada histopatologi organ paru-paru terdapat bentukan granuloma, hemorragi berat, giant cell dan jaringan ikat

Paru-paru sebagai organ vital memiliki fungsi sebagai tempat pertukaran CO2 dengan O2. Karena keadaan fisiologis paru berubah maka dapat mempengaruhi kerja paru-paru. Paru-paru menjadi tidak bisa mencukupi kebutuhan O2 dalam darah. Kondisi ini dimungkinkan iguana mengalami hipoksia dan pneumonia. Hipoksia adalah keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan oksigen dalam sel yang dapat mempengaruhi metabolism sel tubuh. Penyebab hipoksia dapat karena:

1. oksigenasi paru yang tidak memadai karena keadaan ekstrinsik, bisa karena kekurangan oksigen dalam atmosfer atau karena hipoventilasi (gangguan syaraf otot),

2. penyakit paru, hipoventilasi karena peningkatan tahanan saluran napas atau compliance paru menurun. Rasio ventilasi –perfusi tidak sama (termasuk peningkatan ruang rugi fisiologik dan shunt fisiologik). Berkurangnya membran difusi respirasi,

3. shunt vena ke arteri (shunt dari “kanan ke kiri’ pada jaringan),4. transpor dan pelepasan oksigen yang tidak memedai (inadekuat). Hal ini

terjadi pada anemia, penurunan sirekulasi umum, penurunan sirkulasi lokal (perifer, serebral, pembuluh darah jantung), edema jaringan,

5. pemakaian oksigen yang tidak memedai pada jaringan, misal pada keracunan enzim sel, kekurangan enzim sel karena defisiensi vitamin B.

kondisi patologi anatomi dari paru-paru iguana yaitu terdapat perubahan warna, nodul-nodul dan bentukan jaringan ikat. Dimungkinkan hipoksia yang terjadi pada

Page 9: Laporan Nekropsi Iguana

iguana terjadi karena paru-paru tidak dapat melakukan pertukaran gas dengan maksimal akibat dari perubahan fisiologis paru-paru.

Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana alveoli paru-paru yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen mengalami peradangan dan terisi oleh cairan. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dan lebih jarang mikroorganisme lainnya, obat-obatan tertentu, dan kondisi lain seperti penyakit autoimun. Penyebab pneumonia biasanya akibat infeksi bakteri dan virus namun pada kondisi yang sangat jarang dapat disebabkan oleh infeksi jamur dan parasit. Dimungkinkan pnneumonia yang terjadi pada iguana terjadi karena infeksi sehingga alveoli tidak dapat melakukan pertukaran gas dengan maksimal.

Kelainan lainnya terjadi pada organ hati. Pada keadaan ini hepar menjadi kehitaman dan terlihat mengalami hemorragi. Secara normal hati tertutupi kapsul fibroelastik berupa kapsul glisson. Kapsul glisson berisi pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf. Hati terbagi menjadi lobus kanan dan lobus kiri. Tiap lobus tersusun atas unit-unit kecil yang disebut lobulus. Lobulus terdiri sel-sel hati, disebut hepatosit yang menyatu dalam lempeng. Hepatosit dan jaringan hati mudah mengalami regenerasi. Hati menerima darah dari 2 sumber, yaitu arteri hepatika (banyak mengandung oksigen) yang mengalirkan darah ±500 ml/mnt dan vena porta (kurang kandungan oksigen tapi kaya zat gizi, dan mungkin berisi zat toksik dan bakteri) yang menerima darah dari lambung, usus, pankreas dan limpa; mengalirkan darah ±1000 ml/mnt. Kedua sumber tersebut mengalir ke kapiler hati yang disebut sinusoid lalu diteruskan ke vena sentralis ditiap lobulus. Dan dari semua lobulus ke vena hepatika berlanjut ke vena kava inferior. Pada kondisi normal hepar berfungsi untuk

1. Sel Hati (hepatosit) terdiri 60% massa hati, bertanggung jawab untuk konjugasi bilirubin dan ekskresi kedalam saluran empedu

2. Hati merupakan tempat aktivitas metabolik bagi karbohidrat, protein, dan lipid

3. Hati mendetoksikasi banyak produk metabolik, obat, toksin sebelum diekskresikan ke dalam urin. Proses detoksikasi melibatkan perubahan kimia, dan atau konjugasi terutama dengan asam glukuronat, glisin, taurin atau sulfat.

4. Hati menyimpan berbagai senyawa, termasuk besi, vitamin A, dan vitamin

B₁₂.5. Sel-sel Kupffer mengambil bagian dalam semua aktivitas sistem retikulo

endothelial (RES).

Pada pemeriksaan histopatologi organ hepar terlihat bentukan sel radang, nekrosis dan pelebaran jarak antar sel. Hal ini memungkinkan kalau iguana terkena hepatitis. Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia atau obat ataupun agen penyebab infeksi. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut "hepatitis akut", hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut "hepatitis kronis". Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa,

Page 10: Laporan Nekropsi Iguana

demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Kemungkinan hepatitis pada iguana terjadi karena suplay makanan dan gizi pada iguana kurang yang kemudian menyebabkan hati menjadi rawan terkena infeksi.

Gambar 3. Pada histopatologi organ hati terlihar adanya sel radang, nekrosis dan pelebaran jarak antar sel

Kelainan terakhir ditemukan pada organ usus. Usus sebagai salah satu organ dari sistem pencernaan memiliki fungsi sebagai tempat menyerap sari-sari makanan. Secara makroskopis ditemukan usus yang mengalami hemorragi ringan, muncul bintik merah dan dinding mukosa usus yang menipis. Dari hasil pemeriksaan histopatologi ditemukan peradangan pada filli, epitel kelenjar usus rusak dan nekrosis.kondisi ini membuat usus tidak bekerja optimal dan penyerapan sari makan tidak berjalan lancar. Pada kondisi yang parah dapat menyebabkan diare berkepanjangan.

Page 11: Laporan Nekropsi Iguana

Gambar 4. Pada histopatologi organ usus terlihat peradangan pada filli, epitel kelenjar usus rusak, nekrosis

KESIMPULAN

Berdasarkan keadaan makros dan mikros, di duga iguana mati karena efek makan yang tidak tearatur sehingga mempengaruhi kerja usus dan hati. Ditambah dengan stress berat yang dialami iguana. Pada kondisi ini system imun iguana menurun sehingga rentan terhadap infeksi visus dan bakteri. Kejadian pada paru-paru merupakan akibat infeksi bakteri atau virus.