laporan lengkap blok 21

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skenario d

Citation preview

LAPORAN TUTORIALSKENARIO D BLOK 21

Kelompok 3Tutor : dr. Anita Masidin, SpKO

Agus Salim04101401015Tri Hasnita04101401019Fitri Zelia Lizanty04101401039Arief Aqshal Hadi04101401044Siti Nabila Maharani04101401087Flavia Angelina Satopoh04101401088Yola Febriyanti 04101401092Rizka Aprillia Syahputri04101401105Vina Novin Phenomie04101401111Herdinta Yudaristy04101401115Ayu Agustriani04101401118Ista Fatimah K.R.04101401024FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esta atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Laporan Tutorial Skenario D Blok 21 sebagai tugas kompetensi kelompok. Laporan tutorial ini bertujuan untuk memenuhi tugas Blok 21 yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan materi dan perbaikan di masa yang akan datang.Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Palembang, 14 November 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

Bab I Pendahuluan1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1.2 Maksud dan Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Bab II Pembahasan 2.1 Skenario Kasus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.2 PaparanI. Klarifikasi Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . II. Identifikasi Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . III. Analisis Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV. Jawaban Analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V. Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . VI. Kerangka Konsep . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . VII. Keterbatasan Ilmu dan Learning Issues . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Bab III Sintesis3.1 Dokter Layanan Primer ............................................................................3.2 UKDI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ......3.3 Internship ..................................................................................................3.4 Sistem Rujukan ..........................................................................................3.5 Rumah Sakit Tipe C....................................................................................33

4

5788171819

1924252630

Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Kedokteran Keluarga adalah Blok 21 pada Semester 7 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan kasus yang diberikan mengenai Dudi yang telah lulus UKDI dan sedang mengikuti Internship di Rumah Sakit Tipe C Kabupaten Baubau, Indonesia wilayah Timur. Dudi panik karena pada malam hari mendapat kasus ibu hamil dengan perdarahan pervaginam dan janin tunggal mati letak lintang, lalu merujuk ke Rumah Sakit Tipe B. Dudi berpikir seharusnya kejadian ini tidak terjadi apabila seorang dokter umum menguasai kompetensi Dokter Layanan Primer pada SKDI dan UU no.20 tahun 2013.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum ini, yaitu :1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario ini.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Skenario Kasus

Dokter Layanan Primer

Setelah dinyatakan lulus UKDI, Dudi mengikuti Internship di Indonesia wilayah Timur, di Kabupaten Baubau. Dudi tinggal di samping Rumah Sakit Tipe C dimana dia ditugaskan. Walaupun sarana yang dimiliki Rumah Sakit ini lengkap namun Rumah Sakit ini hanya terdapat 3 orang dokter umum, 1 spesialis penyakit dalam dan 1 spesialis bedah. Kabupaten Baubau memiliki 4 Puskesmas, 3 klinik mandiri Dokter Keluarga dan Posyandu di setiap kecamatan.Minggu lalu Dudi sangat panik karena malam hari tiba-tiba dibangunkan oleh perawat jaga karena seorang ibu muda dengan keluhan perdarahan pervaginam sudah menunggu di UGD Rumah Sakit. Setelah diperiksa ternyata Ibu Rahmi hamil pertama, 42 minggu dengan perdarahan pervaginam. Pada pemeriksaan ibu lemah, TD 80/40 dengan nadi 120x kecil. Pemeriksaan obstetri janin tunggal mati letak lintang. Hasil alloanamnesis Ibu Rahmi 9 jam yang lalu telah ditolong dukun. Dudi berinisiatif ingin merujuk Ibu Rahmi ke Rumah Sakit Tipe B yang berjarak sekitar 12 jam dari Kabupaten Baubau.Setelah merujuk Ibu Rahmi, Dudi berpikir kejadian ini seharusnya tidak terjadi bila ibu-ibu hamil di kabupaten tersebut melakukan pemeriksaan kehamilan sejak awal dengan teratur dan benar. Kecuali itu Dudi juga berpikir seharusnya dokter umum yang bekerja di Fasilitas Layanan Primer menguasai kompetensi Dokter Layanan Primer seperti yang tercantum dalam SKDI dan UU no. 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran yang merupakan Dokter Masa Depan-5 star doctor di Kabupaten Baubau ini.

2.2 Paparan I. Klarifikasi Istilah1. UKDIUji kompetensi yang harus ditempuh oleh dokter yang baru lulus FK atau program studi pendidikan dokter atau masa berlaku registrasinya sebagai salah satu syarat untuk mengurus registrasi di Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).

2.InternshipSuatu program magang bagi dokter yang baru menyelesaikan masa pendidikan profesi, dengan tujuan untuk menerapkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan, secara terintegrasi, komprehensif, mandiri, serta menggunakan pendekatan kedokteran keluarga dalam rangka pemahiran dan penyelarasan antara hasil pendidikan dengan praktik di lapangan.

3.Rumah Sakit Tipe CRumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran subspesialisterbatas.Terdapat empat macam pelayanan spesialis disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak, serta pelayanankebidanan dan kandungan.

4.PuskesmasSuatu unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyenggarakan pelayanan dasar di wilayah administratifnya.

5.Posyandusalah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.

6.Klinik Mandiri DOGASuatu klinik yang didirikan secara khusus sebagai sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga.

7.Rumah Sakit Tipe BRumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas. Direncanakan rumah sakit tipe B didirikan di setiap ibukota propinsi (provincial hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk tipe A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit tipe B.

8.Fasilitas Layanan PrimerFasilitas yang terdapat di layanan primer, baik itu yang berupa sarana dan prasarana maupun dalam bentuk pelayanan dan jasa..

9.Dokter Layanan PrimerDokter berpraktik umum yang merupakan garda pelayanan terdepan dalam menghadapi masyarakat yang sedang mengalami masalah kesehatan, diselenggarakan secara komprehensif, menyeluruh, berkelanjutan, dan koordinatif dengan spesialis.

10.SKDIStandar minimal yang harus dimiliki pada saat menyelesaikan pendidikan kedokteran.

11.5-star doctorProfil ideal yang memiliki kemampuan untuk melakukan serangkaian pelayanan kesehatan untuk memenuhi kualitas,kebutuhan,efektifitas biaya,dan persamaan dalam dunia kesehatan.WHO menerapkan batasan bahwa dokter masa depan wajib memenuhi lima kualitas seorang dokter yakni care provider,decision maker,communicator ,community leader,manager

12.Kompetensi dokter layanan primerKompetensi adalah pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan atau profesi tertentu, dan yang di maksud disini adalah kompetensi yang terkandung di dokumen Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) tahun 2006 tentang dokter layanan primer.

13.Pemeriksaan kehamilanSuatu pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas terhadap ibu hamil beserta janinnya secara berkala untuk mengawasi kondisi kesehatan ibu serta pertumbuhan dan perkembangan janin guna persiapan persalinannya, masa nifas, pemberian Air Susu Ibu (ASI), dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan.

14.UGDSalah satu bagian di rumah sakityang menyediakan penanganan awal bagipasienyang menderitasakitdancedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya.

15.Dokter umumTenaga medisyang diperkenankan untuk melakukan praktik medis tanpa harus spesifik memiliki spesialisasi tertentu, hal ini memungkinkannya untuk memeriksa masalah-masalah kesehatan pasien secara umum untuk segala usia.

16.Dokter spesialisDokter yang mengkhususkan diri dalam suatu bidang ilmu kedokteran tertentu.

17.Merujuk Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kasus suatu penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang memiliki kompetensi untuk menangani penyakit.

II. Identifikasi Masalah1. Dudi sangat panik karena mendapat kasus ibu hamil dengan perdarahan pervaginam dan janin tunggal mati letak lintang.2. Dudi berpikir bahwa kejadian ini seharusnya tidak terjadi bila ibu-ibu hamil di kabupaten tersebut melakukan pemeriksaan kehamilan sejak awal dengan teratur dan benar.3. Sebagai dokter baru lulus, bertugas sebagai dokter internship di Rumah Sakit Tipe C di Kabupaten Baubau, Dudi belum memahami fungsi dan perannya.4. Dudi belum memahami konsep tugas dokter layanan primer, dokter umum, dan dokter internship.5. Dudi belum memahami kompetensi dokter layanan primer sesuai dengan SKDI dan UU no 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran.

III. Analisis Masalah1. Mengapa dokter Dudi panik dalam menghadapi kasus ibu Rahmi? 2. Bagaimana tindakan awal yang seharusnya dilakukan dokter Dudi sesuai dengan kompetensinya? 3. Apa yang dimaksud dengan fasilitas layanan primer? 4. Apa yang dimaksud dengan peran dan fungsi dokter layanan primer? 5. Apa kompetensi dokter layanan primer? 6. Bagaimana kompetensi dan fungsi dokter umum? 7. Bagaimana peran dokter umum di fasilitas layanan primer dengan faktor perilaku dan faktor diluar perilaku terhadap kasus ini? 8. Bagaimana kompetensi dan fungsi dokter keluarga? 9. Bagaimana kompetensi dan fungsi dokter spesialis? 10. Apa tujuan dan mafaat UKDI? 11. Apa tujuan dan manfaat intership? 12. Bagaimana pendidikan kedokteran yang berkenaan dengan Dokter Layanan Primer berdasarkan UU no 20 tahun 2013?13. Bagaimana sistem rujukan pada kasus ini? 14. Bagaimana solusi yang tepat terhadap kasus ini? 15. Bagaimana konsep 5-stars doctor? 16. Apa yang dimaksud dengan dokter pelayanan kesehatan dan dokter masa depan?

IV. Jawaban Analisis

1. Mengapa dokter Dudi panik dalam menghadapi kasus ibu Rahmi? Karena Dudi belum memahami fungsi dan perannya sebagai dokter internship. Seorang dokter tidak boleh terlihat panik di depan pasien karena hal itu dapat membuat pasien cenderung merasa panik juga akan kondisinya. Dudi juga merasa panik karena di Rumah Sakit Tipe C tempat ia bekerja tidak ada dokter spesialis kandungan yang bisa ia rujuk dengan segera. Padahal, Rumah Sakit Tipe C seharusnya memiliki dokter spesialis kandungan. 2. Bagaimana tindakan awal yang seharusnya dilakukan dokter Dudi sesuai dengan kompetensinya? Pada SKDI 2012, kompetensi seorang dokter umum pada keadaan perdarahan antepartum maupun janin letak lintang adalah kompetensi 2, yaitu mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya Pada kasus ini Ibu Rahmi mengalami perdarahan pervaginam dengan kondisi janin mati letak lintang ini berarti Ibu Rahmi mengalami perdarahan antepartum yang dapat menyebabkan syok hipovolemik. Tindakan awal yang dapat dilakukan dr.Dudi adalah memberikan resusitasi cairan, dapat berupa cairan kristaloid 2-3 L selama 20-30 menit dan segera merujuk ke RS tipe B atau RS yang ada dokter spesialis obgyn untuk penanganan lebih lanjut. 3. Apa yang dimaksud dengan fasilitas layanan primer? Pelayanan kesehatan tingkat pertama (Primary Health Care)Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (Basic Health Services) atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, klinik dokter keluarga dan balkesmas. Fasilitas layanan primer yang di maksud disini adalah fasilitas layanan primer pada rumah sakit tipe C. Untuk fasilitas layanan primer pada rumah sakit, di bentuk suatu unit khusus yang dikenal dengan nama bagian dokter keluarga (department of family medicine). Semua pasien baru yang berkunjung ke rumah sakit, di wajibkan melalui bagian khusus ini. Apabila pasien tersebut ternyata membutuhkan pelayanan spesialistis baru kemudian dirujuk ke bagian lain yang ada di rumah sakit. 4. Apa yang dimaksud dengan peran dan fungsi dokter layanan primer? Peran dan Fungsi Dokter Layanan Primer Menyelenggarakan pelayanan strata pertama Dokter Layanan Primer diharapkan bisa berperan sebagai gate keeper yang akan menangani 80% kasusnya sendiri hingga tuntas, sedangkan 20% kasus aan diserahan ke pelayanan kesehatan jenjang berikutnya. Dokter Layanan Primer diharapkan dapat menjadi dokter yang berperan holistik, bukan hanya dokter yang berorientasi curative, namun juga berorientasi pada kedokteran keluarga, kedokteran okupasi, kedokteran komunitas, kemampuan manajerial, kepemimpinan. Selain itu, Dokter Layanan Primer diharapkan dapat menjadi ahli dalam prediktor based on research time, epidemiologi, memiliki keahlian khusus sesuai dengan penyakit yang mewabah/dominan di daerah kerjanya. 5. Apa kompetensi dokter layanan primer?

6. Bagaimana kompetensi dan fungsi dokter umum? Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis,dan pengelolaan masalah kesehatan. Oleh karena itu area kompetensi disusun dengan urutan sebagai berikut:1. Profesionalitas yang Luhur2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri3. Komunikasi Efektif4. Pengelolaan Informasi5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran6. Keterampilan Klinis7. Pengelolaan Masalah Kesehatan

Sumber: SKDI 20127. Bagaimana peran dokter umum di fasilitas layanan primer dengan faktor perilaku dan faktor diluar perilaku terhadap kasus ini? Peran dokter umum Peran dokter umum di fasilitas layanan primer adalah melakukan pemeriksaan awal. Sesuai dengan kompetensinya, dokter umum akan memutuskan apakah pasien diobati di layanan primer ataukah dirujuk. Serta aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan promotif maupun preventif agar terciptanya masyarakat yang sehat dan mandiri. Peran dokter umum pada kasus ini: Mengedukasi ibu agar melakukan pemeriksaan kehamilan sejak awal secara teratur dan tepat. Beri pengertian apa saja keuntungan bila melakukan pemeriksaan kehamilan sejak awal dan keburukan apabila tidak dilakukan. Mengedukasi bila pergi ke dukun adalah tindakan yang salah. Lengkapi sarana prasarana Edukasi keluarga juga agar ibu melakukan pemeriksaan rutinFaktor Perilaku dan Non-PerilakuPerilaku menurut teori dari Lawrence Green (1980) yang membedakan masalah kesehatan menjadi 2 determinan yaitu faktor perilaku dan non perilaku. Untuk faktor perilaku sendiri bertujuan untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku pada setiap individu. Green membagi faktor perilaku menjadi 3 faktor utama yaitu faktor predisposisi, pemungkin dan penguat. Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya. Faktor pemungkin merupakan yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Faktor penguat yaitu adalah faktor-faktor yang mendorong dan memperkuat terjadinya perilaku. faktor yang diperoleh dari orang terdekat dan adanya dukungan sosial yang diberikan ke individu tersebut seperti keluarga, teman, guru maupun petugas kesehatan yang dapat memperkuat perilaku. Dengan adanya dukungan yang diberikan dari orang-orang terdekat diharapkan dapat mendorong terjadinya perubahan perilaku.8. Bagaimana kompetensi dan fungsi dokter keluarga? Fungsi DOGAa. Dokter kontak pertamab. Mesinergikan layanan kesehatan masyarakat dengan layanan kesehatan strata 1c. Memperikan pelayanan personal yang berbasis keluarga dan berorientasi masyarakat.Kompetensi DOGA 1. Kompetensi Dasara. Keterampilan Komunikasi Efektifb. Keterampilan Klinis Dasarc. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedis, ilmu klinis, ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktik kedokteran keluargad. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinasi, dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primere. Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasif. Mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayatg. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik2. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utamaa. Bedahb. Penyakit dalamc. Kebidanan dan Penyakit Kandungand. Kesehatan Anake. THTf. Matag. Kulit dan Kelaminh. Psikiatrii. Sarafj. Kedokteran Komunitas3. Keterampilan Klinis Layanan Primer Lanjuta. Keterampilan melakukan health screeningb. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjutc. Membaca hasil EKGd. Membaca hasil USGe. BTLS, BCLS, dan BPLS4. Keterampilan Pendukunga. Risetb. Mengajar kedokteran keluarga5. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkapa. Semua cabang ilmu kedokteran lainnyab. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif6. Ilmu dan Keterampilan Manajemen Klinisa. Manajemen klinik dokter keluarga9. Bagaimana kompetensi dan fungsi dokter spesialis? Dalam sistem kesehatan nasional, dokter spesialis menempati ranah pelayanan sekunder, dimana menerima rujukan kasus-kasus yangt tidak dapat ditangani oleh layanan primer.10. Apa tujuan dan mafaat UKDI? Tujuan UKDI : Mengukur ketercapaian kompetensi standar profesi dokter yang akan berpraktik dokter umum di Indonesia.Manfaat UKDI : (1) Melindungi masyarakat dari praktik dokter yang tidak kompeten(2) Melindungi dokter dari tuntutan hukum(3) Pengakuan kompetensi dokter oleh negara lain UKDI merupakan suatu syarat untuk mendapatkan:(1) Sertifikasi Kompetensi Dokter Indonesia (KDI)(2) Surat Tanda Registrasi (STR)(3) Surrat Ijin Praktek Dokter Umum(4) Syarat tanda registrasi untuk Internship11. Apa tujuan dan manfaat intership? Internsip adalah pelatihan keprofesian berbasis kemandirian pada pelayanan primer guna memahirkan kompetensi, meningkatkan kinerja, dan menerapkan standar profesi pada pratik kedokteran setelah selesai pendidikan dokter dan uji kompetensi. Tujuan internsip meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. (1) Tujuan umum internsip adalah memberikan kesempatan kepada dokter yang baru lulus pendidikan kedokteran untuk memahirkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan ke dalam pelayanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga.(2) Tujuan khusus internship: a. Mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh selama pendidikan dan menerapkan dalam pelayanan primer; b. Mengembangkan keterampilan teknis, klinis, pribadi dan profesi yang menjadi dasar praktik kedokteran; c. Memikul tanggung jawab pelayanan pasien sesuai kewenangan yang diberikan; d. Meningkatkan kemampuan dalam pembuatan keputusan profesional medis dalam pelayanan pasien dengan memanfaatkan layanan diagnostik dan konsultasi; e. Bekerja dalam batas kewenangan hukum dan etika; f. Berperan aktif dalam tim pelayanan kesehatan multi disiplin; g. Menggali harapan dan jenjang karir lanjutan; dan h. Memperoleh pengalaman dan mengembangkan strategi dalam menghadapi tuntutan profesi terkait dengan fungsinya sebagai praktisi medis. Sumber: Peraturan KKI No.1/2010 Pasal 312. Bagaimana pendidikan kedokteran yang berkenaan dengan Dokter Layanan Primer berdasarkan UU no 20 tahun 2013? Pendidikan kedokteran terdiri atas pendidikan akademik dan pendidikan profesi (pasa 7 ayat 2). Program dokter layanan primer termasuk dalam pendidikan profesi (7 ayat 5). Program Dokter Layanan Primer (DLP) merupakan kelanjutan dari program profesi dokter dan program internsip yang setara dengan program dokter spesialis. Program dokter layanan primer hanya dapat diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran (FK) yang memiliki akreditasi kategori tertinggi untuk program studi kedokteran. FK ini juga dapat bekerja sama dengan FK yang akreditasinya setingkat lebih rendah dalam menjalankan program dokter layanan primer (8 ayat 1,2,3).Penyelenggaraan program DLP dilaksanakan di Rumah Sakit Pendidikan dan/atau di Wahana Pendidikan Kedokteran. Mahasiswa program ini, dalam tahap mandiri pendidikan juga dapat ditempatkan di rumah sakit selain Rumah Sakit Pendidikan setelah dilakukan visitasi, dimana FK bertanggung jawab melakukan supervisi dan pembinaan bagi mereka (19 ayat 1,2,3). Program DLP termasuk dalam Standar Nasional Pendidikan Kedokteran dalam hal pendidikan profesi. Di dalam standar ini dikatakan, program DLP harus terus dinilai dan ditingkatkan secara berencana dan berkala dan dibahas pula mengenai pola pemberian insentif untuk mahasiswa program DLP atas kinerjanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan (24 ayat 7, poin a dan f). Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi seorang dokter yang ingin mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa program DLP, yaitu harus memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan mempunyai pengalaman klinis di fasilitas pelayanan kesehatan terutama di daerah terpencil, terdepan/terluar, tertinggal, perbatasan, atau kepualauan (28 ayat 1,2). Sumber: UU No.20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran13. Bagaimana sistem rujukan pada kasus ini? Rumah Sakit Tipe C termasuk dalam pelayanan kesehatan tingkat kedua yang dapat merujuk ke Rumah Sakit Tipe B atau A yang merupakan pelayanan kesehatan tingkat ketiga. Pada kasus ini, dokter Dudi harus merujuk ibu Rahmi ke dokter spesialis kandungan, karena di rumah sakit ini tidak ada dokter spesialis kandungan maka dokter Dudi harus merujuk ibu Rahmi ke rumah sakit yang memiliki dokter kandungan dan ruang operasi terdekat. 14. Bagaimana solusi yang tepat terhadap kasus ini? Dalam hal penaganan ibu Rahmi:Dokter layanan primer diharapkan meningkatkan kinerjanya sebagai dokter yang tidak hanya bergerak dalam hal kuratif tetapi juga preventif dan promotif seperti meningkatkan kesadaran dan pengetahuan ibu-ibu hamil akan pentingnya ANC, sehingga kasus yang seperti dihadapi ibu Rahmi dapat terdeteksi dari awal.Pihak Rumah sakit tipe C di tempat dokter Dudi bekerja harus mempekerjakan minimal seorang dokter kandungan sehingga apabila terjadi hal yang serupa dapat segera ditindaklanjuti lebih lanjut. Setiap dokter umum yang bertugas di fasilitas layanan primer wajib meningkatkan kemampuan,peran,dan fungsi dokter umum yang menguasai kompetensi dokter layanan primer yang bekerja di fasilitas layanan primer guna meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dapat ditempuh misalnya dengan cara mengikuti pelatihan,aktif memberikan penyuluhan (promotif dan preventif) terhadap berbagai macam penyakit,serta melakukan pemeriksaan awal dengan cepat dan tepat dan Sesuai dengan kompetensinya, dokter umum akan memutuskan apakah pasien diobati di layanan primer ataukah dirujuk serta Rumah sakit harus menyesuaikan pelayanan dan sarana prasarana dengan aturan yang sudah di tetapkan oleh pemerintah yakni PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010 TENTANG KLASIFIKASI RUMAH SAKIT.15. Bagaimana konsep 5-stars doctor? Fitria. Care Provider, dalam memberikan pelayanan medis, seorang dokter hendaknya: Memperlakukan pasien secara holistik Memandang Individu sebagai bagian integral dari keluarga dan komunitas. Memberikan pelayanan yang bermutu, menyeluruh, berkelanjutan dan manusiawi. Dilandasi hubungan jangka panjang dan saling percaya.b. Decision Maker, seorang dokter diharapkan memiliki: Kemampuan memilih teknologi Penerapan teknologi penunjang secara etik. Cost Effectivenessc. Communicator, seorang dokter, dimanapun ia berada dan bertugas, hendaknya: Mampu mempromosikan gaya hidup sehat. Mampu memberikan penjelasan dan edukasi yang efektif. Mampu memberdayakan individu dan kelompok untuk dapat tetap sehat.d. Community Leader, dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seorang dokter hendaknya: Dapat menempatkan dirinya sehingga mendapatkan kepercayaan masyarakat. Mampu menemukan kebutuhan kesehatan bersama individu serta masyarakat. Mampu melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan masyarakat.e. Manager, dalam hal manajerial, seorang dokter hendaknya: Mampu bekerja sama secara harmonis dengan individu dan organisasi di luar dan di dalam lingkup pelayanan kesehatan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitas. Mampu memanfaatkan data-data kesehatan secara tepat.16. Apa yang dimaksud dengan dokter masa depan? Dokter masa depan adalah dokter yang menjalankan praktek dengan menerapkan konsep five-stars doctor. Jadi dokter tidak hanya bertugas untuk mengobati pasien, tapi juga berperan sebagai upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

V. HipotesisDerajat kesehatan ibu hamil di sebuah kabupaten sangat dipengaruhi oleh kemampuan, peran, dan fungsi dokter umum yang menguasai kompetensi dokter layanan primer yang bekerja di fasilitas layanan primer.

VI. Learning IssuesA. Dokter Layanan PrimerB. UKDIC. InternshipD. Sistem Rujukan E. Rumah Sakit Tipe C

BAB IIISINTESIS

3.1 Dokter Layanan Primer Penjelasan mengenai dokter layanan primer tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) 2012 dalam hal kompetensi seorang dokter dan UU no.20 tahun 2013 dalam hal pendidikan kedokteran.

SKDIStandar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) merupakan standar minimal kompetensi lulusan dan bukan merupakan standar kewenangan dokter layanan primer. SKDI pertama kali disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2006 dan telah digunakan sebagai acuan untuk pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). SKDI juga menjadi acuan dalam pengembangan uji kompetensi dokter yang bersifat nasional.Kompetensi dokter berdasarkan SKDIKompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan. Komponen Kompetensi

Penjelasan UU no.20 Tahun 2013 terkait Dokter Layanan PrimerUU No 20 tahun 2013 memperkenalkan istilah Dokter Layanan Primer sebagai strata baru pendidikan kedokteran di Indonesia. Sebagai tambahan, hanya dokter layanan primer, dokter spesialis, dan dokter subspesialis yang bisa masuk dan berada di dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional. Kelak, hanya dokter layanan primer dan dokter praktik umum yang telah mengikuti program yang dapat menjadi dokter-dokter penyedia pelayanan kesehatan primer. Semua dokter-dokter fresh graduated harus mengikuti pendidikan dokter layanan primer bila ingin menjadi bagian dari sistem sebagai penyedia pelayanan kesehatan primer. Bila tidak, seorang dokter praktik umum tanpa kompetensi dokter layanan primer hanya bisa berpraktik swasta di tengah-tengah sistem JKN yang membuat masyarakat tak perlu membayar tiap kali berobat. Dokter Praktik Umum dan Dokter Layanan Primer. Selama ini, kita acapkali dibingungkan dengan dua istilah berikut, dokter umum dan dokter layanan primer. Penggunaan istilah-istilah tersebut sering tumpah tindih dan overlapping. Pada UU No 20 Tahun 2013, istilah Dokter Layanan Primer tak dideskripsikan secara rinci dan hanya disebutkan untuk diatur kembali melalui peraturan pemerintah. Penggunaan istilah ini penting, mengingat selama ini istilah dokter layanan primer seringkali diidentifikasi sebagai dokter-dokter lulusan fakultas kedokteran/program studi pendidikan dokter. Sementara di pasal 8 ayat 3 UU No 20 tahun 2013, dokter layanan primer adalah jenjang baru pendidikan yang dilaksanakan setelah program profesi dokter dan program internship, serta setara dengan jenjang pendidikan profesi spesialis. Menurut dr. Sugito Wonodirekso, M.S., DPU, PKK, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), perbedaan dua istilah sebenarnya dapat dilakukan melalui identifikasi terhadap tingkat pendidikan masing masing. Lulusan fakultas kedokteran/program studi pendidikan dokter dapat dianggap sebagai dokter layanan primer dasar (basic primary care doctor) karena kewenangannya hanya sebatas pelayanan primer. Mereka sebenarnya dapat juga dianggap sebagai dokter praktik umum atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai General Practitioner. Istilah ini digunakan karena cakupan batasan pelayanan yang diberikan tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, sistem organ, dan jenis penyakit pasien. Istilah dokter praktik umum, dan bukan dokter umum, disepakati untuk digunakan sebagai terjemahan dari istilah General Practitioner. Terkait UU No 20 tahun 2013, perlu ditekankan bahwa sebenarnya dokter-dokter fresh graduated adalah dokter layanan primer dasar (basic primary care doctor), yang memerlukan suatu proses pendidikan lanjutan untuk menjadi dokter layanan primer paripurna (advanced primary care doctor). Di berbagai kesempatan yang dihadirkan, pengurus besar PDKI menyampaikan suatu gambaran proses pendidikan dokter layanan primer paripurna yang berlangsung selama 2 tahun dan 1 tahun masa internship. Gambaran yang disampaikan PDKI bersesuaian dengan pasal 8 ayat 3 UU No 20 Tahun 2013 bahwa program dokter layanan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kelanjutan dari program profesi Dokter dan program internsip yang setara dengan program dokter spesialis.. Gambaran yang disampaikan PDKI ini disebut sebagai pendidikan generalis, bukan-namun-setara spesialis, bagi dokter-dokter yang berminat untuk melanjukan studi di pendidikan dokter layanan primer. Gelar yang rencananya akan diberikan bagi dokter yang telah lulus program pendidikan dokter layanan primer adalah SpFM (Spesialis Famili Medisin). dr. Sugito menjelaskan, dalam suatu bahan kuliah, kompetensi yang membedakan dokter praktik umum, dokter keluarga dan dokter layanan primer (Spesialis Famili Medisin) digambarkan melalu tabel sebagai berikut.

Telah dijelaskan bahwa Dokter Layanan Primer merupakan layanan tingkat primer pada pelayanan di era SKN yang dimulai 1 Januari 2014, yang disetarakan dengan dokter spesialis dan sub-spesialis. Berikut poin-poin pentingnya yang dapat tercatat. 1. Dokter Layanan Primer diharapkan dapat menjadi dokter yang berperan holistik, bukan hanya dokter yang berorientasi curative, namun juga berorientasi pada kedokteran keluarga, kedokteran okupasi, kedokteran komunitas, kemampuan manajerial, kepemimpinan. Selain itu, Dokter Layanan Primer diharapkan dapat menjadi ahli dalam prediktor based on research time, epidemiologi, memiliki keahlian khusus sesuai dengan penyakit yang mewabah/dominan di daerah kerjanya. 2. Dokter umum yang telah lulus ujian kompetensi (sejak Agustus 2013 disebut exit exam), bahkan yang telah mengikuti Interenship dianggap belum memenuhi kompetensi yang diharapkan pada sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 3. Dokter Layanan Primer diharapkan bisa berperan sebagai gate keeper yang akan menangani 80% kasusnya sendiri hingga tuntas, sedangkan 20% kasus akan diserahkan ke pelayanan kesehatan jenjang berikutnya. Hal ini harus dilakukan mengingat akan terjadi pemborosan biaya apabila setiap kasus yang ditangani harus dirujuk. 4. Dokter Praktek Umum, fresh graduated Fakultas Kedokteran, dianggap sebagai stem cell yang bisa menjadi apa saja, Peneliti, Klinisi, Dokter Layanan Primer bahkan berkarir di bidang politik. 5. Dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Kedokteran, Dokter Layanan Primer dimasukan dalam tingkat 8 dimana tingkat 9 merupakan standar tertinggi. Kualifikasi Sumber Daya Tingkat 8 yang dimaksud mendeskripsikan bahwa Dokter Layanan Primer dihasilkan melalui Program Pendidikan Dokter Spesialis. Pada Diskusi Publik UU No 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran di FKUI, Program Pendidikan Dokter Layanan Primer disebut sebagai Generalis, bukan spesialis. Pendidikan Generalis, setara dengan pendidikan spesialis. Penyebutan generalis karena ranah kompetensi Dokter Layanan Primer tidak tercakup pada sistem organ atau keahlian tertentu saja. 6. Saat bekerja, dibutuhkan pengetahuan bahwa DLP bekerja dalam sistem yang memiliki clinical pathway. Strata pendidikan baru, salah satunya, diperlukan untuk mendidik dokter layanan primer yang mengetahui cara kerja sistem Jaminan Kesehatan Nasional. Proses pendidikan Generalis, Dokter Layanan Primer, akan dibiayai oleh negara. Selain itu, berdasar pasal 31 Ayat 1 Huruf B UU No 20 Tahun 2013 bahwa setiap mahasiswa program pendidikan dokter layanan primer, spesialis, dan subspesialis berhak menerima insentif di Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan. 7. Penyelenggaraan Pendidikan Dokter Layanan Primer hanya dapat dilakukan di fakultas kedokteran yang berakreditasi A yang bisa menyelenggarakan. Hal ini sesuai dengan pasal 8 ayat 1 UU No 20 tahun 2013 bahwa Program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis,dan dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (5) huruf b hanya dapat diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki akreditasi kategori tertinggi untuk program studi kedokteran dan program studi kedokteran gigi.Sesuai dengan pasal 8 ayat 3 UU No 20 tahun 2013, dijelaskan bahwa pendidikan dokter layanan primer merupakan jenjang pendidikan lanjutan setara spesialis yang dapat diikuti oleh dokter lulusan program studi pendidikan dokter. Program pendidikan dokter layanan primer tidak diwajibkan, namun diharuskan untuk dokter-dokter baru lulusan program studi pendidikan dokter yang menginginkan untuk dibiayai sistem sebagai dokter layanan primer pada Jaminan Kesehatan Nasional. Diisukan bahwa seluruh biaya pendidikan dokter layanan primer akan dibiayai oleh negara. Sesuai dengan pasal 31 ayat 1 poin b bahwa peserta program pendidikan dokter layanan primer, dokter spesialis, dan dokter subspesialis akan mendapatkan insentif dari rumah sakit pendidikan dan wahana pendidikan..Dirut PT. Askes, dr. Fahmi Idris menyatakan bahwa besarnya biaya kapitasi yang dibayarkan kepada dokter layanan primer jika nanti JKN sudah berjalan adalah sebesar 30% dari jumlah iuran yang akan dibayar oleh peserta. Dalam hal ini, besarnya iuran yang akan dibayarkan oleh peserta masih harus diperjuangkan karena secara langsung akan mempengaruhi besarnya kapitasi per kepala. Untuk kepesertaan diisukan bahwa 1 dokter layanan primer akan melayani kurang lebih 2500 orang, maksimal 3000 orang.Sumber: ISMKI

3.2 UKDISebagaimana diamanatkan oleh UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, setiap dokter harus melampirkan sertifikat kompetensi sebagai salah satu syarat untuk mengurus registrasi di Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Kewajiban itu juga harus dipenuhi oleh dokter yang baru lulus dari FK/ PSPD. Sertifikat kompetensi dokter umum diperoleh melalui uji kompetensi yang diatur oleh Kolegium Dokter Indonesia (KDI).Uji kompetensi dapat dilakukan melalui berbagai cara diantaranya ujian tulis, portofolio, OSCE. Untuk sertifikasi dokter lulusan baru FK/ PSPD maka Komite Bersama menyepakati bentuk uji kompetensi melalui ujian tulis.TUJUANTujuan UKDI adalah untuk memberikan informasi berkenaan kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dari para lulusan dokter umum secara komprehensif kepada pemegang kewenangan dalam pemberian sertifikat kompetensi sebagai bagian dari persyaratan registrasi, untuk kemudian seorang dokter dapat mengurus pengajuan surai ijin praktik (SIP).STANDAR KELULUSANMengingat uji kompetensi ini sangat menentukan karier seorang dokter dan akan dijadikan acuan kompetensi secara nasional, maka proses penentuan standar kelulusan harus dilakukan dengan melibatkan komponen yang mewakili pemegang kebijakan seperti pendidik dari fakultas kedokteran, dokter yang melakukan praktik, organisasi profesi, depkes atau unsur pemerintah dan masyarakat. Metode yang dipakai adalah PAP atau criterion reference dengan menggunakan panel expert judge. Sseorang dapat mendaftarkan dirinya untuk menjadi panel expert judge, namun kemudian dipilih oleh badan pelaksana dengan criteria merupakan ahli di bidang kedokteran dan menguasai teknik standard setting dengan memperhatikan keterwakilan stakeholder. Untuk memberikan keseimbangan antara standar kompetensi yang bersifat mutlak dan pertimbangan proporsi kelulusan uji kompetensi maka metode yang akan digunakan adalah Hofstee Method.MATERI UJIANSesuai dengan tujuan dari uji kompetensi, maka materi yang diujikan sebagaimana tertuang dalam KIPDI 3 dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lain sehingga dapat menjamin sifat komprehensifnya. Ujian akan menitikberatkan pada prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar dan klinik yang sangat penting di dalam praktik klinik di masyarakat maupun di dalam pendidikan kedokteran tahap pascasarjana, dengan mengutamakan penguasaan prinsip-prinsip dasar mekanisme timbulnya penyakit, clinical reasoning, serta critical thinking dalam kerangka pemecahan masalah / problem solving. Keseluruhan soal yang dikembangkan harus bersifat terintegrasi dan menguji secara utuh kompetensi yang dibutuhkan seorang dokter.TIPE SOAL UJIANJenis atau tipe soal ujian adalah berupa soal pilihan berganda dengan lima pilihan jawaban soal. Soal terdiri dari stem soal yang berbentuk scenario (vignette), pertanyaan, dan lima pilihan jawaban dengan satu jawaban benar. Jumlah soal-soal seluruhnya adalah 200 soal.

3.3 InternshipInternship adalah pelatihan keprofesian berbasis kemandirian pada pelayanan primer guna memahirkan kompetensi, meningkatkan kinerja, dan menerapkan standar profesi pada pratik kedokteran setelah selesai pendidikan dokter dan uji kompetensi. Tujuan internsip meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. (1) Tujuan umum internship adalah memberikan kesempatan kepada dokter yang baru lulus pendidikan kedokteran untuk memahirkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan ke dalam pelayanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga.

(2) Tujuan khusus internship: a. Mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh selama pendidikan dan menerapkan dalam pelayanan primer; b. Mengembangkan keterampilan teknis, klinis, pribadi dan profesi yang menjadi dasar praktik kedokteran; c. Memikul tanggung jawab pelayanan pasien sesuai kewenangan yang diberikan; d. Meningkatkan kemampuan dalam pembuatan keputusan profesional medis dalam pelayanan pasien dengan memanfaatkan layanan diagnostik dan konsultasi; e. Bekerja dalam batas kewenangan hukum dan etika; f. Berperan aktif dalam tim pelayanan kesehatan multi disiplin; g. Menggali harapan dan jenjang karir lanjutan; dan h. Memperoleh pengalaman dan mengembangkan strategi dalam menghadapi tuntutan profesi terkait dengan fungsinya sebagai praktisi medis. Sumber: Peraturan KKI No.1/2010 Pasal 3

3.4 Sistem RujukanKesehatan atau sehat-sakit adalah suatu yang kontinum dimulai dari sehat wal afiat sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang berada dalam bentangan tersebut. Demikian pula sakit ini juga mempunyai beberapa tingkat atau gradasi. Secara umum dapat dibagi dalam 3 tingkat, yakni sakit ringan (mild), sakit sedang (moderate) dan sakit parah (severe).Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk pelayanan kesehatan yang berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak memerlukan pelayanan canggih. Namun sebaliknya untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya dengan pelayanan yang sederhana melainkan memerlukan pelayanan yang sangat spesifik.Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni :a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (Primary Health Care)Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (Basic Health Services) atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan balkesmas.b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (Secondary Health Services)Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D, dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (Tertiary Health Services)Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia : rumah sakit tipe A dan B.Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pelayanan tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada didalam suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya, demikian seterusnya. Penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain ini disebut rujukan.Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai. Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Tujuan sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu.1. Rujukan MedisMerupakan bentuk pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah kedokteran. Tujuannya adalah untuk mengatasi problem kesehatan, khususnya kedokteran serta memulihkan status kesehatan pasien.Jenis-jenis rujukan medis : Rujukan PasienMerupakan penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut. Rujukan Ilmu PengetahuanMerupakan pengiriman dokter atau tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. Rujukan bahan pemeriksaan laboratoriumMerupakan bahan pengiriman bahan-bahan laboratorium dari strata pelayan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu, atau sebaliknya untuk tindak lanjut.2. Rujukan KesehatanMerupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk kesehatan masyarakat. Dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang ada di masyarakat.Rujukan pada pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa karakteristik khusus. Karakteristik yang dimaksud adalah: a. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pada rujukan pelayanan dokter keluarga tidak bersifat total, tetapi hanya untuk masalah penyakit yang sedang ditanggulangi saja. Sedangkan masalah penyakit lainnya atau kesehatan pasien secara keseluruhan, tetap berada di tangan dokter keluarga.b. Dalam melakukan rujukan pasien dalam pelayanan dokter keluarga, pertimbangan tidak hanya atas dasar keadaan penyakit pasien saja, tetapi keadaan sosial ekonomi keluarga secara keseluruhan.c. Tujuan rujukan pada pelayanan dokter keluarga tidak terbatas hanya pada penyembuhan penyakit dan ataupun pemulihan status kesehatan saja, tetapi juga peningkatan derajat kesehatan dan ataupun pencegahan penyakit. Jenis-jenis rujukan kesehatan adalah : Rujukan Tenaga Merupakan pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat atau sebaliknya, untuk pendidikan dan latihan. Rujukan SaranaPengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata pelayanan kesehatan yg lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat, atau sebaliknya untuk tindak lanjut. Rujukan OperasionalPelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah kesehatan masyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan eksternal. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik dan rujukan Kesehatan. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).Tata cara rujukan Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka, seperti dokter ahli tertentu. Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan yang dilakukan oleh dokter keluarga. Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat pengobatan atau yang lainnya. Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya, harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih sesuai. Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan

3.5 Rumah Sakit Tipe C

Pasal 14(1) Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.(2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.(4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai denganstandar.(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, KesehatanAnak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.(6) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan.(7) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.(8) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatandan asuhan kebidanan.(9) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi,Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik(10) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.

Pasal 15(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter umum dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 2 (dua)orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.(4) Pada setiap Pelayanan Spesialis Penunjang Medik masing-masing minimal 1 (satu)orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.(5) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasitenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.(6) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.Sumber: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010 TENTANG KLASIFIKASI RUMAH SAKIT

DAFTAR PUSTAKA

Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. (http://www.pkfi.net/file/download/2.%20SKDI%20%20%20Perkonsil.pdf, Diakses 11 November 2013).Presiden Republik Indonesia. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 Tentang Pendidikan Kedokteran. (http://www.kemendagri.go.id/media/documents/2013/09/20/u/u/uu_no.20-2013.pdf, Diakses 11 November 2013).Vicha, A., Sriwulan R.P., dan Eddy Y. 2013. Program Pendidikan Dokter Layanan Primer dan Implikasinya pada Dinamika Pendidikan Kedokteran di Indonesia. (http://www.slideshare.net/vichakoo/kajian-dokter-layanan-primer-oleh-ismki, Diakses 12 November 2013).

32