62
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi dan rongga mulut dapat menjadi fokus infeksi yang kemudian mempengaruhi kondisi sistemik seseorang. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah penjalaran atau penyebarannya ke organ lain. Hal ini menjadi sangat penting untuk dipelajari karena seorang dokter diharuskan menatalaksana pasien secara holistik, di mana di dalamnya termasuk eradikasi sumber infeksi, menghentikan penyebaran infeksi, dan mengatasi infeksi yang telah timbul. Oleh karena itu, proses penyebaran infeksi dari satu fokus ke organ lain perlu untuk dipelajari. Rongga mulut memiliki berbagai macam organisme yang berkembang. Oleh karena itu, kemungkinan rongga mulut menjadi fokus infeksi cukup besar apalagi bila terdapat ketidakseimbangan antara faktor host, agen, dan lingkungan. Pembengkakan yang terjadi rongga mulut yang dapat terlihat baik secara intraoral maupun ekstraoral merupakan salah satu tanda adanya infeksi, dan apabila diawali oleh rasa sakit gigi pada daerah yang mengalami pembengkakan maka dapat dicurigai terjadi infeksi odontogenik.

LAPORAN LENGKAP

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN LENGKAP

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gigi dan rongga mulut dapat menjadi fokus infeksi yang kemudian

mempengaruhi kondisi sistemik seseorang. Salah satu faktor yang

menyebabkan hal tersebut adalah penjalaran atau penyebarannya ke organ lain.

Hal ini menjadi sangat penting untuk dipelajari karena seorang dokter

diharuskan menatalaksana pasien secara holistik, di mana di dalamnya

termasuk eradikasi sumber infeksi, menghentikan penyebaran infeksi, dan

mengatasi infeksi yang telah timbul. Oleh karena itu, proses penyebaran infeksi

dari satu fokus ke organ lain perlu untuk dipelajari. Rongga mulut memiliki

berbagai macam organisme yang berkembang. Oleh karena itu, kemungkinan

rongga mulut menjadi fokus infeksi cukup besar apalagi bila terdapat

ketidakseimbangan antara faktor host, agen, dan lingkungan.

Pembengkakan yang terjadi rongga mulut yang dapat terlihat baik secara

intraoral maupun ekstraoral merupakan salah satu tanda adanya infeksi, dan

apabila diawali oleh rasa sakit gigi pada daerah yang mengalami

pembengkakan maka dapat dicurigai terjadi infeksi odontogenik.

Infeksi odontogenik adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang

merupakan flora normal dalam mulut, yaitu bakteri dalam plak, dalam sulcus

gingival, dan mukosa mulut. Etiologi tersering adalah bakteri kokus aerob

gram positif, kokus anaerob gram positif, dan batang anaerob gram negative.

Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan karies, gingivitis, dan

periodonititis. Jika bakteri mencapai jaringan yang lebih dalam melalui

nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan terjadi infeksi

odontogenik.

Apabila perkembangbiakan telah terjadi maka, pada jaringan akan

mengalami berbagai macam infeksi, mulai dari yang ringan sampai yang

sangat berat bahkan dapat berakibat fatal seperti: Abses, Selulitis juga

Phlegmon atau Ludwigs Angina.

Page 2: LAPORAN LENGKAP

B. Tujuan

Tujuan Instruksional Umum

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan

tentang gambaran klinis infeksi odontogenik pada regio oromaksilofasial dan

penyebarannya, serta tindakan bedah mulut minor yang dikombinasikan

dengan pengobatan simtomatis.

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menjelaskan gambaran klinis tentang infeksi oromaksilofasial

2. Menjelaskan penyebaran infeksi oromaksilofasial

3. Menjelaskan prinsip perawatan dengan tindakan bedah mulut minor

Page 3: LAPORAN LENGKAP

BAB II

PEMBAHASAN

Skenario

Seorang pasien wanita berusia 19 tahun, datang ke klinik gigi dengan keluhan

rasa sakit yang kompleks pada pipi sebelah kanan bawah belakang, disertai

pembengkakan, dan kemerahan, tidak bisa membuka mulut optimal. Pasien

merasa demam. Awalnya empat hari yang lalu pasien mengalami sakit gigi yang

luar biasa.

Kata / kalimat kunci

Wanita usia 19 tahun

Rasa sakit yang kompleks

Pipi sebelah kanan bawah belakang

Pembengkakan

Kemerahan

Tidak bisa membuka mulut optimal

Demam

4 hari yang lalu pasien mengalami sakit gigi yang luar biasa

Pertanyaan - pertanyaan penting

1. Apa yang dimaksud dengan infeksi odontogenik, macam – macam infeksi

odontogenik, serta bagaimana gambaran klinisnya?

2. Apa saja etiologi dari infeksi?

3. Bagamana mekanisme penyebaran infeksi?

4. Apa kasus ini ada hubungannya dengan pertumbuhan gigi M3, mengingat

di skenario dinyatakan bahwa rasa sakit kompleks pada pipi sebelah kanan

bawah belakang?

5. Bagaimana hubungan terjadinya trismus (tidak bisa membuka mulut

optimal) dengan pipi bengkak?

6. Mengapa pasien mengalami gejala demam?

7. Bagaimana penegakan diagnosa pada kasus?

Page 4: LAPORAN LENGKAP

8. Bagaimana perawatan yang tepat pada kasus?

9. Antibiotik apa saja yang dapat digunakan pada terapi infeksi?

10. Bagaimana evaluasi yang dilakukan stelah perawatan?

Page 5: LAPORAN LENGKAP

INFEKSI ODONTOGENIK

Definisi 1

Infeksi: masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme didalam tubuh yang

menyebabkan kerusakan pada sel-sel dan jaringan tubuh

Infeksi odontogenik: infeksi yang disebabkan oleh kerusakan gigi akibat dari

adanya kerusakan pada gigi.

Macam-macam : 1

A. Infeksi orofasial akut

- Abses odontogenik

Abses odontogenik akut menimbulkan gejala sakit yang kompleks,

pembengkakan, kemerahan supurasi, gangguan pengecapan dan bau

mulut. Keluhan utama adalah rasa sakit dengan nyeri tekan regional

yang ekstrem yang tidak mempan diobati dengan analgesik biasa

secara nyata mengganggu pada waktu makan, tidur, dan pada waktu

melakukan prosedur hiegene mulut.

- Infeksi jaringan Lunak

Banyak infeksi jaringan lunak odontogenik dan non-odontogenik pada

mulanya melibatkan periosteum dengan membentuk abses (abses

subperiostal) atau merupakan pengembangan dari periostitis. Regio

subperiosteal, karena sifat anatomisnya yang terbatas mudah terkena

penyebaran infeksi dari tulang atau infeksi yang terjadi sebagai

komplikasi sesudah mengalami kelukaan.

Selulitis

Pada kondisi akut , peradangan diffuse masuk ke jaringan ikat

longgar yang ditemukan dibawah kulit.

Pada mulanya, pembengkakan yang terjadi pada selulitis terbatas

pada daerah tertentu yaitu satua atau dua ruangan fasial yang tidak

jelas batasnya.

Page 6: LAPORAN LENGKAP

Gambaran klinis : karakteristik dari penyakit ini yaitu edema, sakit

kepala dan kemerahan pada kulit.

Pada tahap awal, selulitis terasa lunak atau kenyal saat palpasi,

tanpa kemunculan pus, sementara pada tahap lebih berat, dapat

terjadi supurasi. Pada tahap ini, pus berada pada sisi focus kecil

pada jaringan dalam.

Ludwig’s angina merupakan infeksi/selulitis bilateral yang parah,

yang mengenai region servikal, sublingual, submandibular,

disertai pergeseran posisi lidah dan kemungkinan tersumbatnya

saluran pernapasan.

Gambaran klinisnya yaitu menimbulkan kesulitan menelan yang

parah, berbicara dan bernapas, pengeluaran saliva. Keterlibatan

bilateral dari ruang mandibular dan submental menghasilkan rasa

sakit yang parah, tanpa fluktuasi yang nyata, karena pus berada

pada daerah yang dalam jaringan, saat keterlibatan bilateral dari

ruang sublingual menyebabkan rasa sakit edema pada dasar mulut

dan lidah. Pembengkakan pada sublingual menyebabkan lidah

terangkat, menempati semua rongga mulut dan tertekan ke

belakang sehingga menekan epiglottis dan menyebabkan obstruksi

jalan napas.

- Infeksi jaringan keras

Osteitis akut

Apabila tidak terjadi dry soket, osteitis akut pada struktur tulang

orofasial hampir tidak akan terjadi. Walaupun salah satu faktor

etiologi alveolitis adlah mikoroorganisme , keberadaannya

dimanifestasikan dengan adanya respon inflamatorik akut kadang-

kadang pernanahan serta kehancuran jaringa tulang.

Osteomielitis akut

Yaitu komplikasi yang jarang terjadi dari suatu tindakan bedah,

fraktur mandibula, atau trauma yang lain, mengakibatkan

kehancuran sejumlah besar tulang yang berlangsung dengan cepat.

Page 7: LAPORAN LENGKAP

B. Infeksi Orofasial Kronis

Sifat kronis dari suatu infeksi ditentukan oleh virulensi kuman, pertahanan

tubuh hospes, bagian yang diserang terapi, dan durasi. Pathogen yang

virulensinya tinggi cenderung menimbulkan infeksi akut sedangkan yang

virulensinya rendah cenderung menimbulkan infeksi yang bersifat kronis.

Dengan pertahanan tubuh yang hospes yang efektif atau terapi yang benar,

suatu infeksi yang akut bisa dikurangi menjadi subakut atau kronis, dapat

bertahan seperti itu atau akhirnya sembuh. Durasi yang lama dan bersifat

kronis hampir sinonim dan mengandung makna bahwa keseimbangan

hospes/pathogen mengalami gangguan. Indicator klinis utama pada

jaringan lunak sehubungan denagn kekronisan adalah terbentuknya

jaringan granulasi dan terjadinya fistulasi yang bisa mendrainase daerah

yang mengalami infeksi kronis.

- Infeksi Jaringan Lunak

Infeksi kronis yang sering terjadi diakibatkan oleh beberapa faktor

yaitu lingkungan dan candida.

Lingkungan: Infeksi kronis pada region orofasial biasanya melibatkan

jaringan periodontal/mukosa. Jaringan pendukung gigi dan jaringan

pembatas rongga mulut terpapar lingkungan yang serupa misalnya

kehangatannya dan kelembabannya, merupakan tempat organism

pathogen, terpapar terus menerus terhadap trauma fisik ataupun kimia

(rokok, makanan yang pedas, dan lain-lain), keberadaan debris (plak).

Candida: Organisme yang sering mengakibatkan infeksi jaringan

lunak adalah golongan jamur dan yang paling sering adalah candida.

Apabila seorang sedang menjalani terapi antibiotic, steroid, obat-

obatan imunosupresif atau obat-obat khemoterapeutik, terapi radiasi,

atau menderita penyakit tertentu, candida yang ada akan

memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menjadi parasit.

Aktinomikosis

Page 8: LAPORAN LENGKAP

Aktinomikosis disebabkan oleh bacterium ramping berbentung

batang, gram positif dan anaerob, takni Actinomyces israelii yang

memiliki beberapa karakteristik seperti jamur sederhana, misalnya

kecendrungan membentuk koloni dan filament di dalam jaringan.

Herpes

Herpes labialis kambuhan merupakan manifestasi yang paling

sering timbul pada infeksi herpes simpleks

- Infeksi Jaringan Keras

Osteomielitis

Osteomilitis adalah keradangan difus yang mengenai periosteum,

tulang korikal, dan komponen-komponen tulang konselus.

Osteomilitis dikelompokkan menjadi akut atau kronis, supuratif

atau non-supuratif, sklerotik, dan berdasarkan etiologi spesifiknya

Osteomielitis kronis

Biasanya tidak disertai rasa sakit yang hebat, tetapi hanya perasaan

tidak nyaman saja. Pembengkakan yang terjadi ukurannya

bervariasi, dan biasanya berhubungan dengan fistula dan drainase

nanah.

Patogenesis osteoradionekrosis

Patogenesis osteoradionekrosis adalah bentuk osteomielitis

akut/kronis yang pada kebanyakan kasus sebenarnya bisa dicegah.

Terapi radiasi pada struktur orofasial akan mengubah suplai darah

ke region tersebut dan berkurangnya aliran saliva.

- Abses merupakan suatu tahap infeksi dalam jaringan dimana sel-sel

mengalami inflamasi disertai leukosit, kalau sudah terjadi fluktuasi dapat

dilakukan insisi.

- Cellulitis berasal dari bahasa latin Cellula yang berarti ruang kecil. Cellulitis

merupakan infeksi yang menyebar pada jaringan, dan ditandai dengan

inflamasi eksudat dan edema.

Page 9: LAPORAN LENGKAP

- Ludwig”s Angina (nama lain dari rasa tercekik dan susah bernapas) atau

Phlegmon merupakan Celulitis bilateral yang berkembang cepat pada ruang

sublingual dan submaksilla.

Macam-macam infeksi odontogenik : 2

1. Abses periodontal

Merupakan inflamasi purulen akut atau kronis yang berkembang dari

keberadaan poket periodontal.Secara klinis, karakteristiknya yaitu adanya

edema yang berlokasi dibagian pertengahan dari gigi,sakit, dan kemerahan

dari gingiva. Gejala-gejala ini tidak separah dengan abses dentoalveolar

akut.

Perawatan dari abses periodontal abses ini sederhana dan memerlukan

insisi,diteruskan kegingival sulcus dengan probe atau scalpel, dari poket

periodontal yang akan menjadi penghalang. Insisi dapat juga dilakukan

pada gingiva, lebih spesifik, titik yang paling menonjol dari

pembengkakan atau dimana fluktuasi terbesar berada.

2. Abses dentoalveolar akut

Merupakan inflamasi purulen akut yang mengenai jaringan

periapikal,dimunculkan oleh gigi nonvital,khususnya ketika mikroba

keluar dari saluran akar gigi yang terinfeksi kedalam jaringan

periapikal. Secara klinis, karakteristiknya diklasifikasikan dalam

gejala lokal dan sistemik.

Gejala lokal

Sakit. Keparahan dari rasa sakit bergantung pada tahap

perkembangan dari inflamasi. Pada tahap awal rasa sakit tumpul

dan berlanjut dan lebih buruk selama perkusi dari respon gigi atau

ketika berkontak dengan gigi antagonis. Jika sakit sangat parah dan

berdenyut, itu berarti akumulasi dari pus berada dalam tulang atau

dibawah periosteum. Pengurangan dari rasa sakit dimulai pada saat

pus perforasi dari periosteum dan keluar ke jaringan lunak.

Edema. Edema muncul diluar atau didalam mulut dan itu biasanya

berlokasi pada bukal dan lebih jarang pada palatal atau lingual. Pada

Page 10: LAPORAN LENGKAP

tahap awal pembengkakan lunak dari jaringan lunak pada sisi yang

terpengaruhi dapat diamati, disebabkan oleh reaksi refleks

pengaturan saraf pada jaringan,khususnya pada periosteum.

Pembengkakan ini muncul sebelum supurasi, terutama di area

dengan jaringan longgar, seperti pada regio sublingual, bibir atau

kelopak mata. Biasanya edema lunak dengan kemerahan pada kulit.

Selama tahap akhir, pembengkakan berfluktuasi, khususnya pada

mukosa dari kavitas oral. Tahap ini dianggap paling cocok untuk

drainase dan insisi dari abses.

Gejala lain. Ada kecenderungan pada elongasi dari gigi yang terlibat

dan sedikit kegoyangan,gigi terasa memiliki perbedaan bersar ketika

disentuh ,sementara kesulitan menelan juga dapat diamati.

Gejala sistemik

Gejala sistemik yang biasanya dapat diamati:demam,dengan suhu

39-400,dingin, malaise dengan sakit pada otot dan

persendian,anoreksia,susah tidur,mual dan muntah. Tes

laboratorium menunjukkan leukositosis atau jarang dengan

leukopenia, yang meningkatkan laju sedimentasi eritrisit,andraised

C-reactive protein (CRP) level.

Komplikasi

Jika inflamasi tidak dirawat dengan segera, beberapa komplikasi

yang mungkin timbul: trismus,lymphadenitis,limphnodes,osteomilitis,

bakterimia,dan septicemia.

3. Abses intraalveolar

Lokasi anatomic. Merupakan inflamasi purulent akut, yang berkembang

pada region apical dari gigi di tulang cancelous.

Etiologi. Biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginfeksi gigi pada

maksila dan mandibula.

Gambaran klinis. Karakteristik dari gejalanya berupa kondisi rasa sakit

berdenyut yang parah,gigi goyang dan ada rasa goyang dari gigi

penyebab.

4. Abses subperiosteal

Page 11: LAPORAN LENGKAP

Lokasi anatomic. Abses subperiosteal melibatkan akumulasi terbatas dari

pus yang semi-fluktuant. Lokasinya berada diantara tulang dan

periosteum, pada bukal,palatal atau region lingual,berhubungan dengan

gigi yang menyebabkan infeksi.

Etiologi. Abses tipe ini sebagai akibat dari penyebaran abses intraalveolar,

ketika pus perforasi pada tulang dan menjadi tetap dibawah periosteum.

Gambaran kilinis. Karakteristiknya yaitu edema ringan, rasa sakit yang

parah disebabkan tegangan dari periosteum,dan sensitive selama palpasi.

5. Abses submukosa

Lokasi anatomi. Abses ini berlokasi tepatnya dibawah bukal atau labial

mukosa vestibula pada maksila atau mandibula,dan juga region palatal

atau lingual,, masing-masing ke gigi yang bertanggungjawab terhadap

infeksi.

Etiologi. Faktor yang bertanggungjawab pada abses intraalveolar juga

menyebabkan abses tipe ini. Gigi yang normalnya dianggap

bertanggungjawab terhadap perkembangan dari abses palatal adalah molar

dan insisivus lateral dari maksila.

Gambaran klinis. Pembengkakan pada mukosa dengan fluktuasi nyata

yang terlihat, sensivitas selama palpasi, dan penghilangan dari mukobukal

fold pada area infeksi. Sepanjang palatal abses menjadi kekhawatiran,

pembengkakan secara nyata dibatasi, masing- masing pada gigi yang

terlibat. Mukosa terlihat kemerah-merahan,sementara sensivitas dapat

diamati selama palpasi dan fluktuasi.

6. Abses subkutaneus

Lokasi anatomi. Abses ini lokasinya pada berbagai area muka dibawah

kulit, dengan karakteristik pembengkakan yang biasanya berfluktuasi.

Etiologi. Ini merupakan akibat dari penyebaran infeksi dari tempat utama

yang tidak segera dirawat.

Gambaran klinis. Edema dapat diamati, yang kebanyakan berupa batas

yang jelas, kulit terlihat kemerah-merahan dan ketika penekanan

dilakukan, lubang dapat dengan mudah terbentuk.

7. Abses pada dasar dari bibir atas

Page 12: LAPORAN LENGKAP

Lokasi anatomi. Abses ini berkembang pada jaringan ikat longgar pada

dasar dari bibir atas di region anterior dari maksila, dibawah celah pear-

shaped.

Etiologi. Ini biasanya disesbabkan oleh infeksi dari saluran akar pada gigi

anterior maksila.

Gambaran klinis. Karakteristik dari infeksi ini yaitu pembengkakan dan

protrusi dari bibir atas, yang diikuti oleh penyebaran difus dan

menghilangkan kedalaman dari mucobucal fold.

8. Abses fossa kanina

Lokasi anatomi. Fossa kanina, yang dimana abses tipe ini berkembang,

merupakan ruang kecil antara musculus levator labii superior dan

musculus levator anguli oris.

Etiologi. Infeksi dari saluran akar premolar dan khususnya pada kaninus

dari maksila yang dianggap bertanggungjawab terhadap perkembangan

dari abses pada fossa kanina.

Gambaran klinis. Karakteristiknya yaitu edema, berlokasi di region infra

orbital,dan menyebar kearah medial canthus dari mata, kelopak mata

bawah, dan sisi dari hidung hingga sudut dari mulut. Ini juga dapat

menghilangkan nasolabial fold dan agaknya pada mucobukal fold.

Edema pada region infraorbital menimbulkan sakit bila dipalpasi, dan

kemudian pada kulit menjadi tegang dan licin yang disebabkan supurasi,

disamping itu kulit menjadi kemerahan.

9. Abses bukal

Lokasi anatomi. Pada ruang dimana abses ini berkembang berada

diantara musculus buccinators dan masseter. Pada atas, berhubungan

dengan ruang pterygopalatina,dan bawahnya ruang pterygomandibular.

Penyebaran dari pus pada ruang bukal bergantung pada posisi apical dari

gigi yang bertanggung jawab yang berhubungan dengan musculus

buccinators.

Etiologi. Abses bukal ini mungkin disebabkan oleh saluran akar dari gigi

posterior mandibula dan maksila.

Page 13: LAPORAN LENGKAP

Gambaran klinis. Karakteristiknya yaitu pembengkakan dari pipi, yang

diperpanjang dari lengkung zygomatic hingga tepi inferior dari

mandibula, dan dari tepi anterior dari ramus ke sudut mulut. Kulit terlihat

tegang dan merah, dengan atau tanpa fluktuasi pada abses. Bila diabaikan,

mungkin bisa menyebabkan drainase spontan.

10. Abses infratemporal

Lokasi anatomi. Ruang dimana abses ini berkembang pada superior

extension dari ruang ptrygomandibular. Lateral, ruang ini dibatasi oleh

ramus mandibula dan musculus temporalis,sementara medial, ini dibatasi

oleh musculus pterygoideus medialis dan lateralis, dan ini berlanjut

dengan fossa temporal. Struktur anatomi yang penting, nervus

mandibular, nervus mylohyoid, nervus lingual, nervus bukal, nervus

chorda tmpani, dan arteri maksilaris, ditemukan pada ruang ini. Bagian

dari pterygoid venous plexus juga ditemukan didalam ruang ini.

Etiologi. Infeksi pada ruang infra temporal mungkin disebabkan oleh

nfeksi dari saluran akar pada gigi posterior dari maksila dan mandibula,

melalui ruang ptrygomandibular, dan mungkin juga akibat dari blok

nervus alveolar superior posterior dan alveolaris inferior.

Gambaran klinis. Trismus dan sakit selama membuka mulut dengan

penyimpangan latera terhadap sisi yang dipengaruhi, edema pada region

anterior dari telinga dengan perluasan keatas lengkung zygomaticus, dan

juga edema pada kelopak mata yang diamati.

11. Abses temporal

Lokasi anatomi. Ruang temporal berada pada superior kelanjutan dari

ruang infratemporal. Ruang ini dibagi kedalam ruang superficial dan

dalam. Pada ruang temporal superficial dibatasi lateral oleh fascia

temporal dan medial oleh musculus temporalis, sementara ruang temporal

dalam ditemukan diantara permukaan medial dari muskulus temporalis

dan tulang temporal.

Etiologi. Infeksi pada ruang temporal disebabkan oleh penyebaran infeksi

dari ruang infratemporal dengan yang terkait dengannya.

Page 14: LAPORAN LENGKAP

Gambaran klinis. Karakteristiknya yaitu rasa sakit, edema pada fascia

temporalis, trismus(pada musculuc temporalis dan medial pterygoid yang

terlibat), dan sakit selama palpasi pada edema.

12. Abses mental

Lokasi anatomi. Akumulasi dari pus pada ruang ini berlokasi pada region

anterior dari mandibula, dekat tulang, dan lebih spesifik, dibawah

musculus mentalis dengan penyebaran infeksi kearah symphisis menti.

Etiologi. Infeksi ini biasanya sebagai akibat dari infeksi gigi mandibular

anterior (insisivus).

Gambaran klinis. Rasa sakit pembengkakan pada area dagu dapat

diamati,sementara kemudian kulit menjadi licin dan merah.

13. Abses submental

Lokasi anatomi. Ruang submental dimana abses ini berkembang dibatasi

pada superior oleh musculus mylohyoid, lateral dan pada kedua sisi oleh

perut anterior dari musculus digastricus, inferior oleh lapisan superficial

dari deep cervical fascia yang berada diatas tulang hyoid, dan terkahir,

oleh musculus platysma dan lembaran penutup kulit. Ruang ini

mengandung vena jugularis anterior dan submentallymphanodes.

Etiologi. Infeksi pada ruang submental biasanya berasal dari gigi

mandibular anterior atau sebagai akibat penyebaran infeksi dari ruang

anatomi yang lain ( mental, sublingual, submandibular).

Gambaran klinis. Infeksi muncul dengan peningkatan durasi dan rasa sakit

edema submental, yang kemudian mungkin berfluktuasi atau mungkin

bisa menyebar melalui tulang hyoid.

14. Abses sublingual

Ada dua ruang sublingual diatas musculus mylohyoid, kekanan dan kekiri

dari garis tengah. Ruang ini dibagi oleh ketebalan fascia. Abses yang

terbentuk pada ruang ini diketahui sebagai abses sublingual.

Lokasi anatomi. Ruang sublingual pada bagian atas dibatasi oleh mukosa

pada dasar mulut,bagian bawah oleh musculus mylohyoid,bagian anterior

dan lateral oleh permukaan sebelah dalam badan mandibula, medial oleh

septum lingual,dan posterior oleh tulang hyoid.

Page 15: LAPORAN LENGKAP

Ruang ini mengandung saluran submandibular (Wharton’s duct),glandula

sublingual,nervus lingual dan sublingual, cabang terminal dari arteri

lingual dan bagian dari glandula submandibular.

Etiologi. Gigi yang sebagian besar berperan terhadap infeksi ruang

sublingual yaitu gigi anterior mandibula,premolar dan molar pertama,

yang apeksnya ditemukan diatas perlekatan musculus mylohyoid. Juga,

infeksi dapat menyebar ke ruang ini dari ruang lain yang berdampingan

dengan yang berhubungan dengannya ( submandibular, submental, lateral

pharyngeal).

Gambaran klinis. Abses sublingual muncul dengan karakteristik

pembengkakan pada mukosa pada dasar mulut, menyebabkan

pengangkatan dari lidah kearah palatal dan lateral. Sulkus lingual

mandibula menghilang dan mukosa tampak berwarna kebiru-biruan.

Pasien berbicara dengan kesulitan, karena edema, dan pergerakan dari

lidah yang menimbulkan rasa sakit.

15. Abses submandibular

Lokasi anatomi. Ruang mandibular dibatasi pada bagian lateral oleh

garis inferior dari badan mandibula, medial oleh perut anterior

musculus digastricus, posterior oleh ligament stylohyoid dan perut

posterior dari musculus digastricus, superior oleh musculus

mylohyoid dan hyoglossus, dan inferior oleh lapisan superficial dari

deep servikal fascia. Ruang ini mengandung glandula saliva

submandibular dan submandibular lymphanodes.

Etiologi. Infeksi pada ruang ini berasal dari molar kedua dan ketiga

dari mandibula,jika apeksnya ditemukan dibawah perlekatan dari

musculus mylohyoid. Ini juga dapat sebagai akibat dari penyebaran

infeksi dari ruang sublingual atau submental.

Gambaran klinis. Infeksi ini menimbulkan pembengkakan sedang

pada area submandibular, yang tersebar, memunculkan edema yang

lebih besar yang lama dan kemerahan pada lapisan kulit, Juga, sudut

dari mandibula hilang, sementara sakit selama palpasi dan trismus

Page 16: LAPORAN LENGKAP

sedang disebabkan oleh keterlibatan dari musculus pterygoid yang

dapat diamati.

16. Abses submasseter

Lokasi anatomi. Ruang dimana abses ini berkembang potongan

bercelah dan lokasinya diantara musculus masseter dan permukaan

lateral dari ramus mandibula. Posterior dibatasi oleh glandula

parotis, dan anterior dibatasi oleh mukosa area retromolar.

Etiologi. Infeksi pada ruang ini berasal dari molar ketiga mandibula

(pericoronitis), dan jarang disebabkan oleh abses yang berpindah.

Gambaran klinis. Karakteristiknya yaitu edema yang terasa sakit

ketika dilakukan penekanan pada region musculus masseter, yang

memanjang dari tepi pada ramus mandibula hingga tepi anterior

dari musculus masseter. Juga trismus yang parah dan

ketidakmampuan untuk mengpalpasi sudut mandibula dapat

diamati. Intraoral, muncul edema pada area retromolar dan tepi

anterior dari ramus. Abses ini jarang berfluktuasi, sementara dapat

memunculkan gejala umum (generalized).

17. Abses Pterygomandibular

Lokasi anatomi. Ruang ini dibatasi lateral oleh permukaan medial

dari ramus mandibula, medial oleh musculus pterygoideus medialis,

superior oleh musculus pterygoideus lateralis, anterior oleh raphe

pterygomandibular, dan posterior oleh glandula parotis. Ruang

pterygomandibular mengandung mandibular neurovascular bundle,

nervus lingual, dan bagian dari bukal fat pad. Ini berhubungan

dengan pterygopalatal, infratemporal, submandibular, dan ruang

lateral pharyngeal.

Etiologi. Abses pada ruang ini utamanya disebabkan oleh infeksi dari

gigi molar ketiga mandibular atau sebagai akibat dari blok nervus

alveolaris inferior, jika penembusan dari jarum pada sisi yang

terinfeksi ( pericoronitis).

Gambaran klinis. Trismus yang parah dan edema ringan ekstraoral

dibawah sudut dari mandibula dapat diamati. Intraoral, edema pada

Page 17: LAPORAN LENGKAP

palatum lunak pada sisi yang terinfeksi dapat muncul, displacement

pada uvula dan dinding lateral pharyngeal, sementara terjadi

kesulitan dalam menelan.

18. Cellulitis (Phlegmon)

Lokasi anatomi. Pada kondisi akut, peradangan diffuse masuk ke jaringan

ikat longgar yang ditemukan dibawah kulit.

Etiologi. Ini dapat merupakan akibat dari infeksi gigi apa saja dan

biasanya juga disebabkan oleh infeksi campuran. Mikroorganisme yang

terlibat yaitu aerob dan anaerob streptococcus dan staphylococcus.

Gambaran klinis. Karakteristik dari penyakit ini yaitu edema, sakit kepala

dan kemerahan pada kulit. Edema, yang garis tepinya menyebar dan tidak

tegas, mungkin muncul diarea yang berbeda pada muka dan lokasinya

bergantung pada gigi penyebab infeksi. Sebagai contoh, jika gigi posterior

mandibula yang terlibat, edema muncul pada submandibular, dan pada

kasus yang berat, penyebaran kearah pipi atau sisi yang berlawanan,

memberikan kesan yang jelek/seram pada wajah. Ketika infeksi berasal

dari gigi anterior mandibula, edema melibatkan bibir atas, yang

menimbulkan karakteristik protrusi.

Pada tahap awal, selulitis terasa lunak atau kenyal saat palpasi, tanpa

kemunculan pus, sementara pada tahap lebih berat, dapat terjadi supurasi.

Pada tahap ini, pus berada pada sisi focus kecil pada jaringan dalam.

19. Ludwig’s Angina

Lokasi anatomi. Ludwig’s angina merupakan infeksi akut selular dan

karakteristiknya denagn keterlibatan bilateral dari ruang submandibular

dan sublingual, hingga keruang submental. Jika pada masa lalu kondisi ini

bersifat fatal, maka pada sekarang ini perawatan bedah dan terapi

antibiotic dapat mengeiminasi kefatalan.

Etiologi. Penyebab terbanyak dari penyakit ini yaitu infeksi periapikal

atau periodontal dari gigi mandibular, khususnya yang akarnya ditemukan

dibawah musculus mylohyoid.

Page 18: LAPORAN LENGKAP

Gambaran klinis. Penyakit ini menimbulkan kesulitan menelan yang

parah, berbicara dan bernapas, pengeluaran saliva, dan meningkatkan

temperature. Keterlibatan bilateral dari ruang mandibular dan submental

menghasilkan rasa sakit yang parah, tanpa fluktuasi yang nyata, karena

pus berada pada daerah yang dalam dari jaringan, saat keterlibatan

bilateral dari ruang sublingual menyebabkan rasa sakit edema pada dasar

mulut dan lidah. Bagian sepertiga tengah dari lidah terangkat kearah

palatum, sementara bagian anterior mengarah keluar dari mulut..

Pembengkakan pada sublingual menyebabkan lidah terangkat, menempati

semua rongga mulut dan tertekan ke belakang sehingga menekan epiglotis

dan menyebabkan obstruksi jalan napas. Gejala obstruksi pada pasien

dengan pembengkakan yang keras seperti papan (Board – Like) terlihat

jelas pada leher dalam, gejala lain yaitu trismus, odontalgia disfagi,

demam, disfoni.

ETIOLOGI TERJADINYA INFEKSI 3

Infeksi microbial,misalnya bakteri piogenik,virus

Reaksi hipersensivitas, terjadi bila perubahan kondisi respons imunologi

mengakibatkan tidak sesuainya atau berlebihnya reaksi imun yang akan

merusak jaringan.

Agen fisik, kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat

melalui trauma fisik, ultraviolet atau radiasi ion,terbakar atau dingin yang

berlebihan (frostbite).

Bahan kimia iritan dan korosif, bahan kimiawi yang menyebabkan korosif

(bahan oksidan,asam, basa) akan merusak jaringan, yang kemudian akan

meprovokasi terjadinya proses radang. Disamping itu, agen penyebab

infeksi dapat melepaskan bahan kimiawi spesifik yang mengiritasi dan

langsung mengakibatkan radang.

Nekrosis jaringan, aliran darah yang tidak mencukupi akan menyebabkan

berkurangnya pasokan oksigen dan makanan pada daerah yang

bersangkutan, yang akan mengakibatkan terjadinya kematian jaringan.

Page 19: LAPORAN LENGKAP

Kematian jaringan sendiri merupakan stimulus yang kuat untuk terjadinya

infeksi. Pada tepi daerah infark sering memperlihatkan suatu respon akut.

PERTUMBUHAN M3 YANG TIDAK SEMPURNA SEBAGAI

SALAH SATU PENYEBAB TERJADINYA INFEKSI 4

Infeksi bakteri pada jaringan di sekitar gigi yang baru tumbuh sebagian.

Poket yang terbentuk di sekitar gigi yang erupsi sebagian memungkinkan

terjadinya infeksi pada gigi yang bersangkutan

Gigi molar tiga merupakan gigi yang sering kali terlibat

Trauma yang berasal dari gigi molar atas yang berkontak dengan

operkulum di atas molar ketiga rahang bawah merupakan faktor yang

memperparah lesi.

Akibatnya terjadi pembengkakan di bawah dan di atas sudut mandibula

dapat disertai pus yang keluar dari operkulum tersebut.

Pada insiden ini ditemukan kesulitan membuka mulut.

PENYEBARAN INFEKSI RONGGA MULUT 5

Penyebaran infeksi dari fokus primer ke tempat lain dapat berlangsung melalui

beberapa cara, yaitu transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen), transmisi

melalui aliran limfatik (limfogen), perluasan langsung infeksi dalam jaringan, dan

penyebaran dari traktus gastrointestinal dan pernapasan akibat tertelannya atau

teraspirasinya materi infektif.

1. Transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen)

Gingiva, gigi, tulang penyangga, dan stroma jaringan lunak di sekitarnya

merupakan area yang kaya dengan suplai darah. Hal ini meningkatkan

kemungkinan masuknya organisme dan toksin dari daerah yang terinfeksi ke

dalam sirkulasi darah. Di lain pihak, infeksi dan inflamasi juga akan semakin

meningkatkan aliran darah yang selanjutnya menyebabkan semakin banyaknya

organisme dan toksin masuk ke dalam pembuluh darah. Vena-vena yang berasal

dari rongga mulut dan sekitarnya mengalir ke pleksus vena pterigoid yang

Page 20: LAPORAN LENGKAP

menghubungkan sinus kavernosus dengan pleksus vena faringeal dan vena

maksilaris interna melalui vena emisaria. Karena perubahan tekanan dan edema

menyebabkan penyempitan pembuluh vena dan karena vena pada daerah ini tidak

berkatup, maka aliran darah di dalamnya dapat berlangsung dua arah,

memungkinkan penyebaran infeksi langsung dari fokus di dalam mulut ke kepala

atau faring sebelum tubuh mampu membentuk respon perlawanan terhadap

infeksi tersebut. Material septik (infektif) yang mengalir melalui vena jugularis

internal dan eksternal dan kemudian ke jantung dapat membuat sedikit kerusakan.

Namun, saat berada di dalam darah, organisme yang mampu bertahan dapat

menyerang organ manapun yang kurang resisten akibat faktor-faktor predisposisi

tertentu.

2. Transmisi melalui aliran limfatik (limfogen)

Seperti halnya suplai darah, gingiva dan jaringan lunak pada mulut kaya dengan

aliran limfatik, sehingga infeksi pada rongga mulut dapat dengan mudah menjalar

ke kelenjar limfe regional. Pada rahang bawah, terdapat anastomosis pembuluh

darah dari kedua sisi melalui pembuluh limfe bibir. Akan tetapi anastomosis

tersebut tidak ditemukan pada rahang bawah.

Kelenjar getah bening regional yang terkena adalah sebagai berikut:

Sumber infeksi KGB regional

Gingiva bawah Submaksila

Jaringan subkutan bibir bawah Submaksila, submental, servikal profunda

Jaringan submukosa bibir atas dan bawah Submaksila

Gingiva dan palatum atas Servikal profunda

Pipi bagian anterior Parotis

Pipi bagian posterior Submaksila, fasial

Banyaknya hubungan antara berbagai kelenjar getah bening memfasilitasi

penyebaran infeksi sepanjang rute ini dan infeksi dapat mengenai kepala atau

leher atau melalui duktus torasikus dan vena subklavia ke bagian tubuh lainnya.

Page 21: LAPORAN LENGKAP

1. Perluasan langsung infeksi dalam jaringan

Perluasan langsung infeksi dapat terjadi melalui penjalaran material septik atau

organisme ke dalam tulang atau sepanjang bidang fasial dan jaringan penyambung

di daerah yang paling rentan. Tipe terakhir tersebut merupakan selulitis sejati, di

mana pus terakumulasi di jaringan dan merusak jaringan ikat longgar, membentuk

ruang (spaces), menghasilkan tekanan, dan meluas terus hingga terhenti oleh

barier anatomik. Ruang tersebut bukanlah ruang anatomik, tetapi merupakan

ruang potensial yang normalnya teriis oleh jaringan ikat longgar. Ketika terjadi

infeksi, jaringan areolar hancur, membentuk ruang sejati, dan menyebabkan

infeksi berpenetrasi sepanjang bidang tersebut, karena fasia yang meliputi ruang

tersebut relatif padat.

Perluasan langsung infeksi terjadi melalui tiga cara, yaitu:

Perluasan di dalam tulang tanpa pointing

Area yang terkena terbatas hanya di dalam tulang, menyebabkan

osteomyelitis. Kondisi ini terjadi pada rahang atas atau yang lebih sering

pada rahang bawah. Di rahang atas, letak yang saling berdekatan antara

sinus maksila dan dasar hidung menyebabkan mudahnya ketelibatan

mereka dalam penyebaran infeksi melalui tulang.

Perluasan di dalam tulang dengan pointing

Ini merupakan tipe infeksi yang serupa dengan tipe di atas, tetapi

perluasan tidak terlokalisis melainkan melewati tulang menuju jaringan

lunak dan kemudian membentuk abses. Di rahang atas proses ini

membentuk abses bukal, palatal, atau infraorbital. Selanjutnya, abses

infraorbital dapat mengenai mata dan menyebabkan edema di mata. Di

rahag bawah, pointing dari infeksi menyebabkan abses bukal. Apabila

pointing terarah menuju lingual, dasar mulut dapat ikut terlibat atau pusa

terdorong ke posterior sehingga membentuk abses retromolar atau

peritonsilar.

Page 22: LAPORAN LENGKAP

Perluasan sepanjang bidang fasial

Menurut HJ Burman, fasia memegang peranan penting karena fungsinya

yang membungkus berbagai otot, kelenjar, pembuluh darah, dan saraf,

serta karena adanya ruang interfasial yang terisi oleh jaringan ikat longgar,

sehingga infeksi dapat menurun.

Di bawah ini adalah beberapa fasia dan area yang penting, sesuai dengan

klasifikasi dari Burman:

Lapisan superfisial dari fasia servikal profunda

Regio submandibula

Ruang (space) sublingual

Ruang submaksila

Ruang parafaringeal

Penting untuk diingat bahwa kepala, leher, dan mediastinum dihubungkan

oleh fasia, sehingga infeksi dari kepala dapat menyebar hingga ke dada.

Infeksi menyebar sepanjang bidang fasia karena mereka resisten dan

meliputi pus di area ini. Pada regio infraorbita, edema dapat sampai

mendekati mata. Tipe penyebaran ini paling sering melibatkan rahang

bawah karena lokasinya yang berdekatan dengan fasia.

1. Penyebaran dari traktus gastrointestinal dan pernapasan

Bakteri yang tertelan dan produk-produk septik yang tertelan dapat menimbulkan

tonsilitis, faringitis, dan berbagai kelainan pada lambung. Aspirasi produk septik

dapat menimbulkan laringitis, trakeitis, bronkitis, atau pneumonia. Absorbsi

limfogenik dari fokus infeksi dapat menyebabkan adenitis akut dan selulitis

dengan abses dan septikemia. Penyebaran hematogen terbukti sering

menimbulkan infeksi lokal di tempat yang jauh.

Infeksi oral dapat menimbulkan sensitisasi membran mukosa saluiran napas atas

dan menyebabkan berbagai gangguan, misalnya asma. Infeksi oral juga dapat

memperburuk kelainan sistemik yang sudah ada, misalnya tuberkulosis dan

Page 23: LAPORAN LENGKAP

diabetes melitus. Infeksi gigi dapat terjadi pada seseorang tanpa kerusakan yang

jelas walaupun pasien memiliki sistem imun yang normal. Pneumonia dapat

disebabkan oleh aspirasi material infeksi, terutama pada kelainan periodontal yang

lanjut. Tuberkel basil dapat memasuki tubuh melalui oral, yaitu pocket periodontal

dan flap gingiva yang terinfeksi yang meliputi molar ketiga. Infeksi oral, selain

dapat memperburuk TB paru yang sudah ada, juga dapat menghambat respon

tubuh dalam melawan efek kaheksia dari penyakit TB tersebut.

II.2 Lokasi Fokus Oral

Kondisi mulut yang patologis yang sering menjadi sumber infeksi adalah:

Pulpa terdegenasi yang masih vital, infeksi periapikal dengan gigi yang

sudah tanpa pulpa, dan gigi nonvital

Kista

Infeksi residual setelah ekstraksi

Gigi impaksi atau gigi yang tererupsi sedemikian dan terjadilah

periocoronitits

Gingivitis, stomatitis, dan gingivitis nekrotikans ulsertafif

Pocket periodontal, terutama ketika supurasi

Furred dan fissured tongue

Tonsil lingua terinfeksi

PENYEBAB TERJADINYA TRISMUS PADA KASUS PIPI

BENGKAK 1

Ruang mandibula posterior meliputi submaseterik dan pterigomandibular.

Keduanya berhubungan dengan ramus. Ruang submaseterik terletak di sebelah

lateral ramus sedangkan ruang pterigomandibular terletak di sebelah medial ramus

dan dibatasi oleh m. Pterygoideus medialis. Regio molar bawah merupakan

sumber utama infeksi untuk kedua ruang posterior tersebut. Apabila regio ini

mengalami infeksi akut, maka sering diikuti trismus. Thrismus merupakan

dampak dari pembengkakan pada ramus mandibula yang mengenai otot masseter.

Page 24: LAPORAN LENGKAP

DEMAM SEBAGAI MANIFESTASI SISTEMIK TERJADINYA INFEKSI 1

Manifestasi sistemik yang utama dari infeksi adalah demam, temperature mulut

diatas 37,5 F (dianggap febril). Keadaan tersebut disebabkan endoktoksin bakteri,

ekstrak leukosit, hipermetabolisme, defisiensi cairan atau kombinasi dari hal-hal

tersebut.

PENEGAKAN DIAGNOSA 4

RIWAYAT PENYAKIT

Riwayat penyakit terdiri dari 3 tahapan :

1. Tahap perkenalan yang singkat

Sapa pasien

Hilangkan kecanggungan

Catat data pasien termasuk nama, jenis kelamin, tanggal lahir atu

umur (penyakit yang berhubungan dengan usia, sebagian besar

penderita kanker mulut berusia 40 tahun ke atas), alamt, nomor

telepon, pekerjaan (pendidikan, status sosial ekonomi)

Pada iagnose diketahui : jenis kelamin perempuan, usia 19 tahun

2. Mendengarkan keluhan pasien

Keluhan ini merupakan sebab mengapa pasien datang ke dokter gigi

Keluhan pasien pada scenario : rasa sakit yang kompleks serta pembengkakan

pada pipi sebelah kanan bawah belakang, dan tidak iag membuka mulut

secara optimal.

3. Tanya jawab terstruktur

Riwayat keluhan utama

Terdiri atas berbagai pertanyaan sebagai berikut

Page 25: LAPORAN LENGKAP

Kapan pertama kali keluhan tersebut dirasakan?

Sudah berapa lama pasien mengalami pembengkakan?

Apakah ada rasa sakit? (rasa sakit menunjukkan adanya infeksi

misalnya abses atau selulitis, trauma atau infeksi sekunder karena

tumor ganas dan kista. Lesi lain biasanya tidak menimbulkan rasa

sakit)

Pernahkah ada cairan yang keluar dari lesi? (pada infeksi akan keluar

caran secara spontan, intraoral atau ke daerah wajah)

Apakah ada rasa raba yang hilang (tanpa rasa) di bibir bawah atau

wajah? (dapat menunjukkan adanya lesi yang berkembang dengan

cepat atau pembuluh saraf yang langsung terlibat)

Pada iagnose diketahui awalnya 4 hari yang lalu pasien mengalami rasa

sakit gigi yang luar biasa. Setelah itu, terjadi pembengkakan pada sisi

sebelah kanan bawah belakang dan pasien mengeluhkan ada rasa sakit

yang kompleks

Riwayat medis

Dapat memberikan tanda penting untuk diagnosis

Riwayat medis yang tidak lengkap dapat menimbulkan risiko bagi

kesehatan pasien, dokter gigi, juga staf pendukung lainnya.

Riwayat gigi terdahulu

Seberapa sering anda menyikat gigi dan berapa lama?

Seberapa sering anda mengunjungi dokter gigi sebelumnya?

Kapan terakhir mengunjungi dokter gigi anda dan apa yang dilakukan

oleh dokter gigi tersebut?

Pernahkah anda bermasalah dengan perawatan sebelumnya?

Dari riwayat gigi terdahulu dapat diketahui bahwa kemungkinan infeksi

dapat disebabkan oleh perawatan endodontic sebelumnya (apabila gigi

yang mengalami sakit pernah dirawat endodontic dan ternyata terjadi

Page 26: LAPORAN LENGKAP

kegagalan perawatan namuntidak cepat ditnggulangi sehingga terbentuk

abses).

Perawatan gigi sebelumnya juga dapat berhubungan dengan anastesi.

Riwayat keluarga

Bila dicurigai akan adanya diagnosis yang melibatkan kondisi herediter,

tambahakan catatan rinci tentang kesehatan, usia, dan riwayat medis dari

orang tua, kakek – nenek, saudara kandung, dan anak – anak.

Riwayat sosial

Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang gaya hidup

pasien yang memungkinkan berpengaruh besar pada kesehatan umum dan

kesehatan gigi pasien.

PEMERIKSAAN KLINIS

Pemeriksaan klinis terdiri atas 3 tahapan utama :

1. Pengamatan penampilan dan kesehatan umum pasien

2. Pemeriksaan ekstraoral

Kepala, wajah, leher

Mata

Bibir

Nodus limfatik

Kelenjar saliva

Sendi temporo mandibula

Otot – otot pengunyahan

3. Pemeriksaan intraoral

Lapisan mukosa

Lidah

Dasar mulut

Page 27: LAPORAN LENGKAP

Palatum durum dan palatum molle

Kelenjar saliva

Aliran saliva

Periodontium

Gigi geligi

Tahap – tahap pemeriksaan pada kasus pembengkakan :

Dengan hati – hati lakukan palpasi pada pembengkakan untuk

mencari asal lesi, misalnya tulang, kulit, kelenjar limfatik.

Catat ukuran, bentuk, dan warna lesi,

Perhatikan apakah ada nyeri tekan, kemerahan atau rasa panas

(menunjukkan adanya inflamasi atau infeksi)

Periksa konsistensi

Lunak : contohnya lipoma, udema

Kenyal : contohnya epulis fibrosa, selulitis

Sangat keras : contohnya kanker metastasis

Periksa fluktuasi. Menunjukkan adanya cairan dalam lesi,

misalnya abses dan kista pada jaringan lunak.

Tentukan apakah pembengkakan itu melekat pada kulit di

atasnya dengan cara menggeser kulit di atas lesi. Bila ada

perlekatan kemungkinan lesi tersebut adalah abses atau

keganasan.

RADIOGRAFI

Pemeriksaan ini membantu menegakkan iagnose, yakni pada gambaran radiografi

dapat terlihat abses, kista ataupun tumor. Selain itu, apabila abses berkembang

semakin parah atau sampai pada tahap selulitis, maka akan terjadi kerusakan pada

tulang alveolar. Pada gambaran radiografi dapat terlihat sejauh mana kerusakan

tulang terjadi.

Page 28: LAPORAN LENGKAP

Apabila inflamasi disebabkan oleh impaksi M3, maka pada ro foto dapat pula

diketahui posisi M3 yang sangat berperan dalam penentuan perawatan

selanjutnya.

PEMERIKSAAN TAMBAHAN (KULTUR)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan jenis mikroorganisme atau bakteri

yang menyebabkan infeksi, bakteri gram positif aerob atau gram ocalio anaerob.

Sehingga juga memudahkan dalam antibiotic yang akan digunakan.

Hasil diagnosis

Dari kata kunci yang didapatkan pada skenario, kemungkinan terjadi

infeksi odontogenik (gigi yang sakit merupakan vocal infeksi), dimana terjadi

inflamasi dan terbentuk abses.

Adapun pembengkakan (abses) yang mungkin terjadi dengan gejala trismus,

demam, dan terjadi pada region bawah belakang di antaranya :

Abses dentoalveolar akut

Abses submandibular

Abses submasseter

Abses pterigomandibular

PENANGANAN YANG TEPAT PADA KASUS 2

Prinsip Perawatan Infeksi.

Untuk menangani infeksi dentoalveolar akut, maupun abses fasial, berikut ini

beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan:

Dilakukan pemeriksaan riwayat kesehatan pasien secara detail

Drainase pus, disaat pus terdapat pada jaringan. Ini dicapai: (1) melalui

saluran akar (2) dengan insisi intraoral (3) dengan insisi ekstraoral (4)

sepanjang alveolus pada pencabutan. Tanpa evakuasi pus, misalnya

dengan pemberian antibiotic saja, infeksi tidak dapat dihilangkan.

Page 29: LAPORAN LENGKAP

Melakukan pengeburan pada gigi yang menjadi sumber infeksi selama

inflamasi tahap inisial, untuk mengeluarkan eksudat melalui saluran akar,

bersamaan dengan terapi panas. Pada cara ini, dihindari penyebaran

inflamasi dan rasa sakit pada pasien. Drainase juga bisa dilakukan dengan

trepanasi pada tulang bagian bukal disaat saluran akar tidak dapat

dijangkau.

Antisepsis terhadap daerah yang akan dilakukan insisi dengan larutan

antiseptik.

Dilakukan anastesi pada daerah yang akan dilakukan insisi dan drainase

abses, dengan teknik blok dan juga anestesi infiltrasi peripheral di sekitar

area yang terinflamasi, untuk menghindari resiko terhadap mikroba yang

mungkin menyebar ke jaringan yang lebih dalam.

Perencanaan insisi, agar:

Cedera terhadap pembuluh nadi dan pembuluh darah besar serta

nervus bisa dihindari.

Drainase yang cukup. Insisi dilakukan superficial, pada titik

terendah dari akumulasi purulen, untuk menghindari rasa sakit

pada pasien dan sebagai jalan keluar pus (sesuai dengan gaya

gravitasi)

Insisi sebaiknya tidak dilakukan pada daerah yang kelihatan,

dengan alas an estetik; jika mungkin, insisi dilakukan secara

intraoral.

Insisi dan drainase abses seharusnya dilakukan pada waktu yang

tepat. Yakni, pada saat pus telah terakumulasi pada jaringan lunak

dan berfluktuasi selama palpasi, yaitu pada saat dilakukan

penekanan dengan ibu jari dan jari tengah, terdapat pergerakan

seperti gelombang, oleh cairan didalam abses. Jika insisi dilakukan

secara premature, biasanya terdapat sedikit perdarahan, rasa sakit

tidak hilang dan edema tidak reda.

Lokalisasi pus yang tepat pada jaringan lunak (jika tidak terdapat

fluktuasi) dan insisi drainase harus dilakukan setelah interpretasi dari

beberapa data; misalnya, pastikan bagian yang paling lunak di

Page 30: LAPORAN LENGKAP

pembengkakan selama palpasi, kemerahan pada kulit atau mukosa dan

titik rasa yang paling sakit pada saat dilakukan penekanan. Area ini

diindikasikan sebagai daerah insisi superficial dengan menggunakan

scalpel. Jika tidak terdapat indikasi dari akumulasi pus, bisa dilakukan

kumur-kumur dengan air hangat chamomile untuk meningkatkan

perkembangan abses dan untuk memastikan bahwa abses telah matang.

Hindari aplikasi kompres panas secara ekstraoral, karena ini dapat

memberikan peningkatan resiko pada pengeluaran pus melalui kulit

(drainase spontan).

Drainase abses pertama-tama dilakukan dengan hemostat yang digunakan

pada kavitas dengan ujung yang tertutup, kemudian dimasukkan ke dalam

kavitas secara perlahan-lahan dan ujungnya dibuka. Pada saat yang sama,

jaringan lunak pada region tersebut dipijat secara perlahan, untuk

memudahkan keluarnya pus.

Penempatan rubber drain didalam kavitas dan dilengkapi dengan

penjahitan serta sedikit bagian dari ujugn rubber drain pada bagian yang

telah di insisi, bertujuan agar insisi tetap terbuka untuk drainase lanjutan

dari akumulasi yang baru

Pencabutan pada gigi yang menyebabkan infeksi secepat mungkin, untuk

memastikan dengan segera drainase dari material inflamasi dan eliminasi

dari bagian yang terinfeksi. Ekstraksi dihindari jika gigi dapat

dipertahankan, atau jika ada peningkatan resiko terhadap komplikasi yang

serius pada kasus dimana pencabutan gigi sangat susah.

Pemberian antibiotic, disaat pembengkakan menyebar, dan khususnya jika

pasien merasa demam, dan infeksi menyebar ke daerah fasial, tanpa

memperhatikan apakah terdapat adanya pus atau tidak. Terapi antibiotic

biasanya empiris, sebab pada kenyataannya butuh waktu untuk meperoleh

hasil dari kultur sampel. Karena, mikroorganisme yang sering terdapat

pada infeksi odontogenik yaitu streptococci (aerob dan anaerob), penicillin

tetap menjadi antibiotik yang dipilih untuk perawatan.

Page 31: LAPORAN LENGKAP

Penanganan abses dentoalveolar akut

insisi abses intraoral dan penempatan hemostat untuk memfasilitasi drainase pus

Penempatan karet drain pada kavitas dan stabilisasi dengan jahitan pada satu sisi

insisi.

Penanganan abses Submandibular

insisi kulit untuk drainase abses submandibular.

Page 32: LAPORAN LENGKAP

Insersi hemostat dan eksplorasi rongga abses untuk drainase pus.

Stabilisasi drain karet Foto klinis post-operatif

Penanganan abses submasseter

Perawatan untuk abses ini pada dasarnya intraoral, dengan insisi yang dimulai

pada prosessus coronoideus dan berjalan sepanjang tepi anterior dari ramus kearah

mucobuccal fold, kurang lebih sejauh molar kedua. Insisi juga mungkin dapat

dilakukan pada ekstraoral pada kulit, dibawah sudut dari mandibula. Pada kasus

kedua, hemostat diinsersikan, yang mana dilanjutkan sejauh pusat dari supurasi

dan hingga dapat berkontak dengan tulang. Karena abses jauh dari akumulasi

purulent, sering ini sulit untuk dialirkan, menyebabkan frekuensi untuk sakit lagi.

Page 33: LAPORAN LENGKAP

Abses submasseter. A. Ilustrasi gambar penyebaran abses ke dalam ruang

submasseter. B. Foto klinis pembengkakan ekstraoral pada sisi kiri.

Penanganan abses pterygomandibular

Insisi untuk drainase dilakukan pada mukosa pada oral kavitas dan, lebih spesifik

sepanjang mesial puncak temporal. Insisi seharusnya panjang 1,5 cm dan dalam

3-4mm. Hemostat lengkung lalu diinsersikan , yang mana diarahkan ke posterior

dan lateral hingga berkontak dengan permukaan medial dari ramus. Abses

didrainase, sehingga pus dapat dikeluarkan melalui shaft instrument.

Ilustrasi gambar yang menunjukkan penyebaran abses dentoalveolar ke dalam

ruang fascial yang saling berhubungan, di sepanjang crest temporal mesial.

Panjang insisi 1,5 cm dan kedalamannya mencapai 3-4 cm. Diinsersikan curved

hemostat, yang diarahkan ke posterior dan lateral sampai berkontak dengan sisi

medial ramus. Dilakukan drainase abses, sehingga pus dapat keluar melalui shaft

instrumen.

Page 34: LAPORAN LENGKAP

Insisi untuk drainase abses pterigomandibular

TERAPI ANTIBIOTIK 1

Terapi antibiotic yang dilakukan secara luas mengakibatkan meningkatnya jumlah

pasien yang alergi dan resistensi beberapa organism terhadap obat. Dua hal

tersebut harus dipertimbangkan apabila akan melakukan terapi dengan antibiotik.

Selain itu sebaiknya didapatkan riwayat lengkap sebelumnya, karena respons

negative yang terjadi pada pengobatan sebelumnya bukan merupakan jaminan

bahwa pengobatan selanjutnya aman, yakni tidak terjadi laergi silang pada

kelompok obat tertentu yang akan diberikan. Pemberian antibiotic terutama secara

oral bisa mereduksi flora gastrointestinal yang terlibat dalam sintesis vitamin K.

Apabila seseorang mempunyai kelainan pembekuan darah yang disebabkan

karena penyakit hepar, atau terapi warfarin (Coumadin), maka terapi antibiotic

dapat menyebabkan tertundanya proses pembekuan darah atau terjadi perdarahan

spontan. Belumnya bukan merupakan jaminan bahwa pengobatan selanjutnya.

Penggunaan antibiotik

Apabila memungkinkan, sebaiknya pemilihan obat didasarkan pada hasil

smear/pewarnaan gram, kultur dan tes sensitivitas. Antibiotic yang dipilih

diresepkan dengan dosis yang adekuat dan jangka waktu yang memadai. Dosis

subklinis tidak efektif dan bisa mengakibatkan terjadinya resistensi pada bakteri

pathogen tertentu. Kombinasi antibiotic tertentu misalnya satu atau dua macam

obat yang biasanya digunakan di Rumah Sakit untuk infeksi-infeksi yang serius.

Terapi antibiotic kombinasi yang biasanya dilakukan adalah suatu antibiotic

Page 35: LAPORAN LENGKAP

spectrum luas dengan obat yang termasuk dalam kelompok aminoglikosid. Untuk

merawat infeksi dengan baik biasanya dilakukan dengan mengkombinasikan

perawatan bedah, supportif, dan antibiotik.

Penicillin

Penicillin adalah antibiotic yang paling sering digunakan. Baik yang alami

maupun semisintetis mempunyai aktivitas bakteriosidal spectrum luas, dan

bekerja dengan kalan mengganggu pembentukan dan keutuhan dinding sel

bakteri. Penicillin adalah obat utama untuk mengobati sebagian besar penyakit

infeksi orofasial dan untuk profilaksis pada pasien risiko tinggi terhadap infeksi,

apabila tidak ada riwayat alergi.

Erythromycin

Erythromycin adalah antibiotic yang penting karena bisa digunakan untuk orang

yang alergi terhadap penicillin. Erythromycin efektif terhadap bakteri gram positif

yang peka terhadapnya. Obat ini biasanya tidak efektif untuk bakteri gram

negative. Erythromycin menghambat sintesis protein pada bakteri, bisa bersifat

bakteriostatis terhadap bakteri tertentu dan bakteriosid terhadap bakteri yang lain.

Cephalosporin

Cephalosporin secara structural dan farmakologis mirip dengan penicillin, yang

bisa menjelaskan reaksi alergnik-silang antara kedua kelompok tersebut

(kemungkinannya 5-10%, tetapi bisa lebih rendah apabila diberikan secara oral).

Cephalexin, cephaloglycin, cefadroxil, cephradine bisa digunakan secara oral dan

bisa diabsorbsi dengan baik di dalam saluran gastrointestinal. Cephalosporin

bersifat bakterisid terhadap sebagian besar jenis Streptococcus dan

Staphylococcus tetapi tidak efektif terhadap sebagian coccus gram negatif dan

batang yang sering terlibat dalam infeksi orofasial. Cephalosporin jangan

digunakan sebagai antibiotic utama tetapi sebaiknya digunakan sebagai cadangan

untuk kasus-kasus dimana tes sensitivitas menunjukkan bahwa obat tersebut

adalah yang paling efektif.

Lincosamide

Clindamycin yang merupakan suatu derivate dari lincomycin, bisa diabsorpsi

dengan cepat apabila diberikan secara oral, dan mencapai konsentrasi maksimum

Page 36: LAPORAN LENGKAP

dalam darah selama ½-1 jam. Secara umum kegunaannya sangat dibatasi yakni

pada orang yang menderita kelainan ginjal. Clindamycin bersifat bakterisid, yatu

dengan cara menghambat sintesis protein. Walaupun clindamycin efektif terhadap

sebagian bakteri gram positif, indikasinya terutama untuk perawatan infeksi yang

disebabkan oleh coccus gram positif anaerob dan batang gram negative.

Clindamycin dicadangkan untuk infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri

anaerob yang rentan terhadap obat ini, dan pada kasus dimana respon terhadap

penicillin kurang baik. Indikasi lainnya dalah pada pasien yang mengalami infeksi

yang parah dan alergi terhadap penicillin.

Metronidazole

Metronidazole adalah anti protozoa mulut (Trichomonas, Entamoeba) dan anti-

bakteri. Cara kerja bakteriosidnya dengan jalan mengganggu sintesis DNA. Obat

ini bisa diabsorpsi dengan baik apabila diberikan secara oral, dan terserap dengan

baik pada kebanyakan cairan dan jaringan tubuh termasuk saliva dan cairan

serebrospinal. Metronidazole efektif untuk bakteri anaerob. Apabila digunakan

pada kasus campuran (anaerob dan aerob), maka perlu ditambahkan antibiotic

yang sesuai untuk infeksi aerob. Pada kondisi penyakit hepar yang parah,

dosisnya dikurangi. Efek samping yang paling sering terjadi adalah mual, disertai

dengan sakit kepala, anoreksia dan kadang-kadang muntah.

Tetracyclin

Tetracycline merupakan obat yang bersifat bakteriostatis yang bekerja dengan

jalan menghambat sintesis protein. Tetracycline tidak dianjurkan sebagai obat

utama untuk infeksi orofasial yang serius. Obat ini sebaiknya digunakan apabila

tes sensitivitas menunjukkan perlunya pemberian obat tersebut, atau obat lain

tidak ada, atau pasien alergi terhadap obat utama. Untuk membantu absorpsinya,

sebaiknya obat ini diminum 1-2 jam sebelum atau sesudah makan. Tetracycline

yang digunakan selama odontogenesis, yaitu pertengahan kedua masa kehamilan

sampai anak berumur 8 tahun, bisa mengakbatkan perubahan warna pada gigi

(kuning, abu-abu, coklat).

Obat-obatan topical biasanya sering diberikan dalam b entuk kombinasi dengan

yang lain supaya spektrumnya lebih luas misalnya Bacitracin, Neomycin,

Gramicidine, Polymyxin B atau kombinasi lainnya.

Page 37: LAPORAN LENGKAP

EVALUASI SETELAH PERAWATAN (1,6)

Setelah dilakukan pembedahan dilakukan, maka dokter gigi akan memberikan

obat-obat paska operasi agar penyembuhan luka akibat pembedahan mudah

sembuh , namun tugas dokter gigi tidak hanya sampai dengan pemberian obat-

obatan, tetapi juga harus mengevaluasi hasil perawatan, apakah obat yang telah

diberikan telah sesuai atau apakah ada komplikasi-komplikasi yang terjadi setelah

pembedahan. Ada pun yang mungkin terjadi setelah pembedahan, yaitu:

1. alergi terhadap pemberian obat antibiotik

pemberian antibiotik penicillin sering menimbulkan reaksi alergi terhadap

pasienn, dan ketika evaluasi perawatan da pasien mengalami alergi

terhadap antibiotik yang diberikan yaitu penicillin maka dapat diganti

dangan antibiotik erythromycin.

Erythromycin

Indikasi : digunakan untuk mengobati bakteri seperti abses gigi akut,

terutama mereka yang alergi terhadap penicillin.

Sediaan: 250 mg dan 500 mg tablet , 250 mg kapsul, oral suspensi 125

mg/5 ml,250mg/5ml dan 500mg/5m/ serta 1 g bubuk untuk rekontruksi

intervena

Dosis: 200-500 mg empat kali sehari. Anak-anal dibawah umur 8 tahun 50

% dari dosis dewasa

Kontra indikasi : untuk pasien yang mengalami penyakit hati.

Efek : reaksi hipersensitivitas, nyeri dada, gangguan pendengaran (1)

2. Trismus

Trismus: jika setelah pembedahan dan masih trismus maka dapat

dilakakuna heat therapy dilakukan pengompresan kurang lebih 20 menit

setiap jam sampe gejala mereda. Dan bias juga dilakukan pemijitan di

daerah temporo mandibular join

3. Hematome

Page 38: LAPORAN LENGKAP

Hematome: jika hematome terbentuk beberapa jam setelah pembedahan

bias dilakukan cold packs eksraoral dan pemberian antibiotik untuk

mencegah infeksi dan analgesik untuk menghilangkan rasa sakit

4. Ecchymosis

Ecchymosis: tdk ada pengobatan khusus akan hilang beberapa hari

5. Edema

Edema adalah komplikasi sekunder dari trauma jaringan lunak.

Pembengkakan normal selama 28-72 stlh pembedahan tapi akan merdah

setelah 3-4 hr pasca operasi. Ditandai dengan kulit halus dan pucat dan

tegang. Jika pembedahan dilakukan di rahang atas maka edema bias

sampai di bawa kelopak mata. Perawatan pertama bs dilakukan

pengopresan dengan cold packs ektraoral, selama 4-6 kemudian bila tidak

hilang maka kmgkinan biasa terjadi fibrosis dan simphisis pemberian

atnibiotik dan fibrinolitic (trenaxam

Page 39: LAPORAN LENGKAP

BAB III

KESIMPULAN

Infeksi: masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme didalam tubuh yang menyebabkan kerusakan pada sel-sel dan jaringan tubuh

Infeksi odontogenik: infeksi yang disebabkan oleh kerusakan gigi akibat dari adanya kerusakan pada gigi.

Perkembangan infeksi odontogenik

Abses merupakan suatu tahap infeksi dalam jaringan dimana sel-sel mengalami inflamasi disertai leukosit, kalau sudah terjadi fluktuasi dapat dilakukan insisi.

Cellulitis berasal dari bahasa latin Cellula yang berarti ruang kecil. Cellulitis merupakan infeksi yang menyebar pada jaringan, dan ditandai dengan inflamasi eksudat dan edema.

Ludwig”s Angina (nama lain dari rasa tercekik dan susah bernapas) atau Phlegmon merupakan Celulitis bilateral yang berkembang cepat pada ruang sublingual dan submaksilla.

Penyebaran infeksi dari fokus primer ke tempat lain dapat berlangsung melalui beberapa cara, yaitu transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen), transmisi melalui aliran limfatik (limfogen), perluasan langsung infeksi dalam jaringan, dan penyebaran dari traktus gastrointestinal dan pernapasan akibat tertelannya atau teraspirasinya materi infektif.

Dari kata kunci yang didapatkan pada skenario, kemungkinan terjadi infeksi odontogenik (gigi yang sakit merupakan vocal infeksi), dimana terjadi inflamasi dan terbentuk abses.

Adapun pembengkakan (abses) yang mungkin terjadi dengan gejala trismus, demam, dan terjadi pada region bawah belakang di antaranya :

Abses dentoalveolar akut Abses submandibular Abses submasseter Abses pterigomandibular

Page 40: LAPORAN LENGKAP

DAFTAR PUSTAKA

1. Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC

.

2. Fragiskos, F. D. Oral surgery. Berlin : Springer-Verlag Berlin Heidelberg,

2007. P. 206-37.

3. Patologi umum dan sistemik. Vol. 1/ J.C.E. Underwood ; editor edisi bahasa

Indonesia, Sarjadi – Ed. 2 – Jakarta : EGC, 1999. Hal. 232-3

4. Birnbaum, warren. Dunne, Stephen.M. Diagnosis kelainan dalam mulut. Alih

bahasa : hartono ruslijanto. Jakarta. EGC. 2009. P.122-4

5. http://lawalangy.wordpress.com/2007/06/09/mengenal-tanda-sepsis-akibat-

infeksi-odontogenik/. 2007.

6. Mecchan. J. G, Seymour . R. A. Drug dictionary for dentistry. New york,

oxford university press, 2002.

Page 41: LAPORAN LENGKAP