21
LAPORAN KUNJUNGAN BLOK ADIKSI BALAI BESAR REHABILITASI BNN & RSKO JAKARTA Kelompok 1 : Gabriella Clarissa ( 2011-060-015 ) Claresta ( 2011-060-019 ) Aisyah Novita D P ( 2011-060-020 ) Rulita Situmorang ( 2011-060-039 ) Gladys Mangkuliguna ( 2011-060-041 )

Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

oleh Kelompok Studi Kedokteran Adiksi FK Atma Jaya

Citation preview

Page 1: Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

LAPORAN KUNJUNGAN BLOK ADIKSI

BALAI BESAR REHABILITASI BNN & RSKO JAKARTA

Kelompok 1 :

Gabriella Clarissa ( 2011-060-015 )

Claresta ( 2011-060-019 )

Aisyah Novita D P ( 2011-060-020 )

Rulita Situmorang ( 2011-060-039 )

Gladys Mangkuliguna ( 2011-060-041 )

Anthonius Santoso Rulie ( 2011-060-044 )

Agnes Stefani Effendy ( 2011-060-045 )

Adi Jaya Temawan ( 2011-060-071 )

Vincensia Caroline ( 2011-060-129 )

Michael ( 2011-060-131 )

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA

2014

Page 2: Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya disebut Balai Besar

Rehabilitasi BNN, adalah pusat rujukan Nasional bagi pelaksanaan rehabilitasi korban pecandu

dan/atau penyalah guna narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, baik pemerintah,

swasta dan lembaga swadaya masyarakat. Terletak di Desa Wates Jaya, Kecamatan Cigombong,

Lido, Kabupaten Bogor, Balai Besar Rehabilitasi BNN yang memiliki lahan seluas 11 hektar ini

telah berdiri sejak tahun 2007.

Balai Besar Rehabilitasi BNN menggunakan sistem one stop centre (pelayanan terpadu)

dimana rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial untuk pengguna markoba berada dalam fasilitas

terlengkap dan terluas di Indonesia. Hal ini menjadikan Balai Besar Rehabilitasi BNN menjadi

focal point dan rujukan dalam bidang terapi dan rehabilitasi. Selain itu, pemenjaraan para

pengguna NAPZA dirasa tidak efektif karena hanya akan mencampurkan antara pengedar dan

pengguna. Oleh karena itu, para pengguna lebih baik direhabilitasi.

Hingga saat ini telah ditemukan 348 zat adiktif baru dan 28 zat diantaranya telah masuk

ke Indonesia. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah pengguna NAPZA dari

tahun ke tahun. Pada awal berdiri di tahun 2007, Balai Besar Rehabilitasi BNN menampung

sebanyak 30-40 residen. Sedangkan pada tahun 2014, pengguna NAPZA telah mencapai 3,5 juta

orang dan 300-400 orang diantaranya direhabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN dengan

prevalensi 90% laki-laki dan 10% perempuan dengan riwayat terbanyak adalah penyalahguna

opiat.

Visi

Visi dari Balai Besar Rehabilitasi BNN adalah menjadi pusat rujukan nasional pelaksanaan

rehabilitasi bagi penyalahguna dan atau pecandu narkoba secara profesional.

Misi

Misi Balai Besar Rehabilitasi BNN antara lain :

• Melaksanakan pelayanan secara terpadu rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna dan

atau pecandu narkoba.

• Memfasilitasi pengkajian dan pengembangan rehabilitasi.

• Melaksanakan wajib lapor pecandu.

• Memberikan dukungan informasi dalam rangka pelaksanaan pencegahan, pemberantasan,

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Page 3: Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

Motto

Love : bekerja dengan hati nurani, kasih sayang, ikhlas, dan saling membantu

Innovative : kreatif dan berwawasan luas

Dignity : kehormatan , harga diri, dan kebanggan

Optimistic : semangat dan pantang menyerah

Tugas

1. Melaksanakan pelayanan secara terpadu, meliputi rehabilitasi medis dan rehabilitasi

sosial

2. Memfasilitasi pengkajian dan pengembangan rehabilitasi.

3. Pelayanan wajin lapor.

4. Memberikan dukungan informasi dalam rangka pelaksanaan pencegahan, pemberantasan,

penyalahgunaan dan peredaran nerkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya.

Pelayanan Balai Besar Rehabilitasi BNN:

A. Pelayanan Terpadu Rehabilitasi

• Rehabilitasi Medis, merupakan pelayanan rehabilitasi berbasis layanan kesehatan yang

meliputi:

• Detoksifikasi

• Penanganan komplikasi dampak buruk narkoba

• Voluntary Counseling and Test

• Pre-initial Individual Testing Counseling (PITC)

• Poliklinik Umum dan Gigi

• Layanan Psikiater

• Layanan medical check-up (Roentgen, EKG, EEG, USG, & laboratorium)

• Apotik

• Layanan gizi

• Fisioterapi

• Rehabilitasi Sosial

• merupakan suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental

maupun sosial agar bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi

sosial berbasis Program Therapeutic Community.

Page 4: Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

• Peningkatan Vokasional

• Komputer

• Bahasa Asing

• Multimedia ( Audio, Video, Radio)

• Percetakan dan Sablon

• Bengkel Otomotif

• Salon Kecantikan

• Kesenian

• Musik

• Tata Boga

• Kerajinan Tangan

• Terapi

• Individual

• Individual konseling & Psikoterapi

• Hipnoterapi

• Evaluasi Psikologi

• Konseling Adiksi, minat bakat dan pendidikan

• Kelompok

• Grup Terapi

• Grup Konseling

• Psikoedukasi

• Keluarga

• Family Support Group

• Family Counseling

• Rekreasi

• Family Outing

• Static Outing

B. Sarana Pengkajian dan Pengembangan Rehabilitasi

• Layanan Perpustakaan

Page 5: Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

• Layanan maganh pengkajian, penelitian & pengembangan bagi instansi pemerintah,

swasta & LSM

• Layanan pengkajian, pengembangan & uji coba metode rehabilitasi

C. Pelayanan Wajib Lapor Bagi Pecandu Narkoba

Balai Besar Rehabilitasi BNN merupakan salah satu Institusi Penerima Wajib Lapor

(selain rumah sakit dan puskesmas), berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1305/Menkes/SK/VI/2011 tentang Institusi Penerima Wajib Lapor; 131; 2 .

Fasilitas yang tersedia di Balai Besar Rehabilitasi BNN antara lain :

• Tempat Ibadah ( Masjid, Gereja dan Vihara)

• Mess karyawan

• Asrama residen

• Guest house (tempat keluarga residen dapat berkumpul atau menginap, maks.1 malam )

• Pendopo

• Gedung Serbaguna

• Gym

• Dapur

• Ruang broadcast

• Perpustakaan

• Gedung olahraga

• Ruang billiard dan tenis meja

• Kolam ikan

• Laundry

• Indomaret

• Lobby

• Tempat parkir

• Helipad

• Pos sekuriti

Di Balai Besar Rehabilitasi BNN, ada beberapa "rumah" (tempat rehabilitasi) yang

dikelompokkan sebagai berikut, yakni :

Page 6: Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

1. Detoks, adalah rumah bagi pecandu yang baru memulai penanganan. Rumah Detoks

terbagi menjadi dua, yakni untuk pria dan wanita. Di sini pecandu akan ditangani selama

rata-rata 2 minggu dalam sebuah bangsal yang berisi maksimal 15 orang. Pada tahap ini,

residen atau pecandu akan melewati tahap “pembersihan” zat, metode detoksifikasi yang

utama digunakan adalah terapi cold turkey.

2. Entry Unit, adalah rumah yang disinggahi pecandu yang sudah "dibersihkan"

sebelumnya di Rumah Detoks. Pada Entry Unit, setiap pecandu akan diberi pemahaman

mengenai program yang sedang dan akan dijalaninya selama 6 bulan ke depan.

3. Green House, adalah rumah tempat pelatihan dan pendidikan para pecandu laki-laki

yang berusia kurang dari 35 tahun. Di sini para pecandu akan dilatih sikap, tingkah laku,

dan kepribadiannya agar dapat diterima masyarakat. Program di rumah ini berlangsung

selama 4 bulan.

4. House of Hope, adalah rumah tempat pelatihan dan pendidikan para pecandu laki-laki

yang berusia di atas 30 tahun, atau pecandu yang sudah pernah keluar dari panti

rehabilitasi sebelumnya. Berbeda dengan rumah Green, di rumah Hope pecandu akan

diubah pola pikirnya agar tidak terikat pada narkoba dan diterima masyarakat. Program

di rumah ini berlangsung selama 4 bulan.

5. HoC (House of Change), rumah ini memiliki program yang sama dengan rumah Hope,

namun dikhususkan untuk para pegawai negeri sipil atau pejabat negara, dan militer atau

polisi. Program di rumah ini berlangsung selama 4 bulan.

6. Re-Entry, rumah ini adalah rumah terakhir dari keseluruhan program rehabilitasi di

Balai Besar Rehabilitasi BNN. Di sini pecandu akan dipantau, dan diberi

pelatihan/peningkatan keahlian serta juga perbaikan pola pikir agar dapat siap kembali

ke masyarakat. Program di rumah ini berlangsung selama 1 bulan.

7. Female, rumah khusus untuk perempuan (terbagi menjadi 4 bagian, yakni: Detoks, Entry

Unit, Green, dan Re-Entry). Pemisahan ini dilakukan atas dasar perbedaan kebutuhan

antara residen laki-laki dan perempuan dalam setiap tahap rehabilitasi, dimana residen

peremuan biasanya cenderung lebih sensitif dan sulit terbuka karena mereka umumnya

memiliki latar belakang trauma fisik maupun mental.

Rehabilitasi bagi pecandu di Balai Besar Rehabilitasi BNN ini dilakukan melalui alur

rehabilitasi yang mana sebagai berikut: melalui Rumah Detoks (2 minggu), dilanjutkan Entry

Unit (2 minggu), lalu memasuki program utama (Primary Programme) di Green House/House of

Hope (untuk rakyat sipil) atau HoC untuk PNS dan Militer selama 4 bulan dengan banyak peran

dari psikolog pada tahap ini. Selanjutnya pecandu akan melanjutkan di rumah Re-Entry selama 1

Page 7: Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

bulan, jadi total program rehabilitasi normal adalah 6 bulan. Namun tidak semua residen

menjalani program rehabilitasi selama 6 bulan, beberapa residen dapat melalui tahap-tahap

rehabilitasi lebih cepat atau lebih lambat sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

Page 8: Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

Dalam hal menerima residen baru, Balai Besar Rehabilitasi BNN menetapkan beberapa

syarat calon residen :

1. Berusian 17-45 tahun keatas, untuk kasus tertentu akan diputuskan oleh tim.

2. Korban terbukti dengan tes urin positif atau memiliki riwayat penggunaan satu tahun

terakhir.

3. Ada orang tua atau wali yang bertanggung jawab.

4. Bukan penderita gangguan jiwa berat, dibuktikan dengan hasil pemeriksaan medis

atau rekomendasi Rumah Sakit Jiwa.

5. Tidak memiliki cacat fisik dan atau penyakit akut atau kronis berat.

6. Residen kiriman instansi pemerintah/swasta wajib membawa surat pengantar resmi.

7. Residen yang berasal dari anggota kepolisisan/TNI wajib menyertakan surat

pengantar dari kesatuan.

8. Calon residen hantaran/titipan wajib diantar oleh penyidik dengan surat pengantar

resmi.

9. Residen yang berasal dari putusan pengadilan wajib diantar oleh petugas kejaksaan

dengan membawa surat putusan pengadilan.

10. Calon residen wajib mengikuti seluruh tahapan rehabilitasi sampai dengan selesai.

11. Orang tua/wali wajib mengahadiri pertemuan yang dijadwalkan, antara lain: Family

Dialog (FD), konseling keluarga, FSG dan kunjungan.

Tidak hanya datang dengan gangguan pemakaian obat, para residen juga banyak yang

datang dengan komplikasi; seperti HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C, dan dual disorders

(gangguan bipolar, skizofrenia paranoid). Selain itu, tidak sedikit pula yang datang dengan

penyakit komorbid seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, dan perdarahan pasca abortus

provokatus.

Mengenai biaya rehabilitasi, hingga saat ini biaya rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi

BNN mendapat subsidi dari pemerintah, kecuali biaya operational pribadi residen yang tidak

berhubungan dengan proses rehabilitasi, seperti biaya untuk rokok, snack tambahan maupun

biaya pengobatan sakit ga tidak berhubungan dengan ketergantungan obatnya.

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT (RSKO)

Sejarah Berdirinya RSKO

Page 9: Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

RSKO didirikan atas gagasan dari Ali Sadikin, sebagai gubernur DKI Jakarta saat itu,

Herman Susilo, sebagai Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Kusumanto Setyonegoro, sebagai

Kepala Ditkeswa Departemen Kesehatan. RSKO berdiri resmi pada tanggal 2 April 1972, pada

saat menerima pasien pertama yang berjenis kelamin wanita. RSKO didirikan sebagai upaya

memenuhi kebutuhan masyarakat luas akan adanya RS pemerintah yang secara khusus

memberikan pelayanan kesehatan di bidang gangguan penggunaan NAPZA. Sejak 2002, RSKO

terletak di gedung baru, Jalan Lapangan Tembak Raya 75 Cibubur, Jakarta Timur.

Visi RSKO adalah:

“Sebagai pusat pelayanan dan kajian nasional maupun regional dalam masalah gangguan yang

berhubungan dengan zat (GBZ)”.

Misi RSKO adalah :

1. Melaksanakan upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative dalam GBZ dan

penyakit terkait serta memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum

2. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga profesi serta masyarakat umum

dalam bidang GBZ

3. Melaksanakan penelitian dan pengembangan dalam bidang GBZ

Fasilitas yang tersedia, antara lain:

1. Instalasi Gawat Darurat

a. Gawat Darurat NAPZA

b. Gawat Darurat Jiwa

c. Gawat Darurat Umum

Pada Instalasi Gawat Darurat, tindakan-tindakan yang dapat dilakukan antara lain:

- Resusitasi

- Penatalaksanaan intoksikasi zat

- Penjahitan luka

- Pengangkatan jahitan

- Nekrotomi

- Perawatan luka bakar

- Ekstraksi corpus alienum

- Eksplorasi/ cross incise

- Penggantian perban

- Pemasangan Foley kateter, NGT, Bidai

Page 10: Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

- Lavage lambung

- Pemeriksaan EKG

- Pemasangan nebulizer

2. Instalasi Rawat Jalan

a. Poliklinik NAPZA

b. Poliklinik Umum

c. Poliklinik Spesialis

i. Jiwa

ii. Penyakit Dalam

iii. Saraf

iv. Kebidanan dan Kandungan

v. Kulit dan Kelamin

vi. Gigi dan Mulut

vii. Paru

3. Instalasi Rawat Inap

a. Ruang Perawatan NAPZA

b. Ruang Komplikasi Medik

i. MPE / Rehabilitasi

c. Ruang High Care Unit (HCU)

4. Fasilitas Penunjang

a. Farmasi

b. Laboratorium

i. Pemeriksaan Patologi Klinik

* Pemeriksaan hematologi

* Pemeriksaan koagulasi

* Pemeriksaan urin

* Pemeriksaan kimia klinik

* Pemeriksaan imunoserologi

* Pemeriksaan BTA sputum

ii. Pemeriksaan Toksikologi

Page 11: Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

*Tes skrining dengan metode imunokromatografi (rapid test) atau

dengan metode Enzime Immuno Assay (EMIT= Enzime Multiplied

Immunoassay Technique)

*Tes konfirmasi dengan GCMS (Gas Chromatography Mass

Spectrophotometry)

c. Radiologi

i. Tr. Respiratorius

ii. Kraniofasial

iii. Tr. Digestivus

iv. Ekstremitas atas

v. Ekstremitas bawah

vi. Tulang belakang

vii. USG

d. Rehabilitasi Medik

i. Modalitas yang digunakan :

* MWD (Microwave Diathermy)

* TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)

* Stimulasi elektrik

* ultrasound

* Infrared

* Inhalasi

ii. Latihan yang diberikan :

* Latihan pasif

* Latihan aktif

* Latihan penguatan

* Latihan penguluran (stretching)

* Latihan jalan, koreksi postur

* Latihan pernapasan

e. Psikososial

f. Gizi

g. Pendidikan dan Penelitian

h. Dokumentasi, Publikasi dan Perpustakaan

Pelayanan Unggulan RSKO:

Page 12: Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

1. Pelayanan NAPZA komprehensif : penerimaan awal (initial intake), detoksifikasi,

rehabilitasi pelayanan untuk komplikasi medik, dual diagnosis dan terapi rumatan

metadon dan buprenorfin.

2. Sebagai pengampu layanan program rumatan metadon / PTRM

3. Memberi pelatihan dan pendidikan dari berbagai profesi di bidang pelayanan

ketergantungan NAPZA (pelayanan akibat gangguan yang berhubungan dengan zat)

4. Menjadi bagian dari jejaring dunia melalui kolaborasi badan dunia (WHO, UNODS,

UNAIDS) menyusun pedoman terapi dan pelatihan serta modulnya untuk kepentingan

internasional, regional dan nasional

5. Menjadi narasumber bagi pelatihan, pelayanan, dan penyusunan perencanaan terapi

ketergantungan NAPZA dan HIV/AIDS

6. Menjadi bagian jejaring pelayanan kesehatan HIV/AIDS dalam promosi, prevensi, terapi

dan penelitian

Motto dari RSKO adalah Ramah, Sigap, Kasih, Orientasi pada pasien. Menurut

sambutan dari Direktur Utama RSKO, dr. Laurensius Panggabean, Sp. KJ,MKK, motto orientasi

sebaiknya diubah menjadi Optimistik, karena pasien yang dirawat harus optimis dapat pulih.

Program Rumatan Methadone

Program rumatan methadone merupakan salah satu program unggulan dari RSKO. RSKO

mengadakan program rumatan methadone untuk tujuan Harm Reduction yaitu mencegah

penularan dari HIV AIDS, Hepatitis B dan C dan infeksi lain yang ditimbulkan akibat pemakaian

jarum suntik secara bergilir dan juga mengurangi angka kejadian tindak kriminal karena

penyalahgunaan zat.

Selain itu, terapi methadone memiliki manfaat lain yaitu:

a. Methadone dapat mendorong pasien untuk hidup lebih sehat.

b. Dosis methadone yang tepat diharapkan dapat menghentikan penggunaan heroin.

c. Methadone akan membuat pasien stabil mental dan emosional, sehingga dapat menjalani

hidup normal.

RSKO tidak memberikan terapi methadone kepada setiap pasien penyalahgunaan zat.

Syarat untuk mengikuti program terapi rumatan methadone di RSKO adalah:

1. Usia penderita ketergantungan opiat minimal 18 tahun, bersedia mengikuti program

rumatan selama minimal satu tahun.

Page 13: Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

2. Memiliki ketergantungan opiat minimal 1 tahun, memiliki riwayat peningkatan dosis

(toleransi) dan telah menjalani pengobatan cara lain namun tetap gagal

3. Ditemani oleh keluarga (orang tua/ wali) sesuai dengan peraturan dari RSKO

4. Bersedia menjalani pemeriksaan urin.

Dosis awal untuk terapi rumatan methadone adalah sekitar 20-30 miligram. Dosis ini

akan disesuaikan oleh dokter yang merawat dan bila perlu dapat dinaikkan secara bertahap

sampai terjadi kesesuaian dengan kebutuhan pasien dengan syarat tidak sampai 50 mg dalam 1

minggu. Metadhone yang diberikan harus diminum setiap hari dan di depan petugas klinik

methadone.

Instalasi Rehabilitasi RSKO

RSKO memiliki Residential Treatment House Halmahera untuk program rehabilitasi.

Pelayanan rehabilitasi RSKO merupakan perawatan yang bersifat Hospital Based, berbeda

dengan yang diterapkan pada program rehabilitasi BNN LIDO yang lebih bersifat Community

Based. Pendekatan yang dilakukan bersifat Therapeutic Community.

Pada Regular Program, Ada empat tahapan yang akan dijalankan oleh residen selama

masa pemulihannya di RSKO yaitu:

a. Fase Induksi

Tahap adaptasi untuk penyesuain diri residen terhadap program pemulihan yang akan

dijalani dan tahap pengenalan kepada kultur dan peraturan yang ada di Halmahera

house.

b. Program Primary

Program untuk mengarahkan residen menerima dan menyadari bahwa dirinya adalah

seorang pecandu yang membutuhkan pertolongan, menumbuhkan motivasi dari

dalam untuk berubah, serta menyadari bahwa di samping masalah penyalahgunaan

narkoba, ada masalah yang lebih penting yaitu masalah perilaku. Pada program ini,

residen akan diperkenalkan 12 langkah dari Narcotic Anonymous dan Therapeutic

Community.

c. Program Pre Re-Entry

Program ditujukan untuk stabilisasi sikap dan perilaku hidup sehat dan bertanggung

jawab. Program ini juga sebagai persiapan residen untuk masuk ke dalama fase Re-

Entry.

Page 14: Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

d. Program Re-Entry

Program ini bertujuan untuk mengembangkan sikap dan perilaku bertanggung jawab

serta pemantapan sikap dan perilaku hidup sehat di dalam lingkungan keluarga dan

lingkungan sosial. Program ini juga membekali residen dengan coping skill dan stress

management, mengendalikan emosi dan reaksi diri, serta penambahan wawasan untuk

masa depan.

Selain Regular Program, ada juga Special Program, di mana program ini ditujukan untuk

residen yang mempunyai masalah kecanduan narkoba dan gangguan mental atau gangguan fisik.

Program ini bersifat “tailored made” yang berarti setiap program untuk residen disesuaikan

dengan kebutuhan individu tersebut, dan dilakukan secara komprehensif dan profesional dari

berbagai disilplin ilmu.

Aftercare Program adalah salah satu program yang akan ditempuh oleh setiap residen

yang telah menyelesaikan baik Regular Program maupun Special Program. Aftercare Program

bertujuan untuk menyediakan dukungan bagi residen untuk kembali ke masyarakat dan untuk

memastikan penyelesaian program pemulihan secara keseluruhan.

Instalasi Psikososial

Layanan Klinik Psikologi RSKO berusaha membantu masyarakat dengan layanan baik

bagi pasien rawat jalan maupun rawat inap. Layanan psikologi yang diberikan oleh instalasi

psikososial disesuaikan dengan berbagai kebutuhan dan usia pasien. Jenis layanan psikologi

yang bisa diberikan antara lain:

1. Pendidikan

Dalam bidang pendidikan, layanan psikologi yang diberikan mencakup:

a. Tes kematangan sekolah

b. Tes IQ dan minat bakat

c. Seleksi penerimaan siswa baru

d. Seleksi Siswa kelas akselerasi penjurusan bidan studi (IPA-IPS) dan Bidang kerja

yang tepat untuk digeluti

2. Industri dan Organisasi

Dalam bidang industri dan organisasi, layanan psikologi yang diberikan mencakup:

a. Rekrutmen dan seleksi calon pegawai

b. Penempatan karyawan

c. Promosi karyawan

Page 15: Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

d. Coaching

e. Employee Assistant Program

3. Klinis

Dalam bidang klinis, layanan psikologi yang diberikan mencakup:

a. Konseling adiksi NAPZA

b. Konseling gangguan perkembangan anak dan remaja

c. Konseling masalah sosial, keluarga, pekerjaan, pernikahan

d. Konsultasi masalah pribadi dan sebagainya

Data Demografi Pasien RSKO

Pasien yang dirawat di RSKO kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. Jenis zat yang

paling banyak digunakan pada pasien yang dirawat di RSKO baik rawat jalan maupun rawat inap

adalah heroin/putaw. Relaps Rate RSKO mencapai sekitar 30%. Masalah komplikasi utama yang

dirawat oleh RSKO adalah HIV-AIDS dengan infeksi oportunistik. Selain menerima pasien yang

datang dengan HIV-AIDS, RSKO juga sering menerima pasien rujukan rumah sakit lain yang

menderita HIV-AIDS. Berikut adalah tarif yang berlaku di RSKO:

Tarif Instalasi Rawat Jalan

Register poliklinik 10.000

Register metadon 5000

Surat Bebas Narkotika (SBN) Paket 210.000

Surat Keterangan Sehat Jiwa 500.000

- Konsultasi Dokter Spesialis 80.000

- Konsultasi Dokter Umum 40.000

- Konsultasi Dokter Gigi 40.000

- VCT/CST 40.000

- Pelayanan Metadon 10.000

Pemeriksaan Laboratorium

- Urinalisis 1 zat 50.000

- Urinalisis 3 zat 95.000

- Urinalisis 5 zat 140.000

- CD4 120.000

- Anti HIV 114.000

Page 16: Laporan Kunjungan BNN Dan RSKO

Pemeriksaan Radio Diagnostik

- Thorax PA 70.000

- USG Abdomen Lengkap 200.000

- EKG 50.000

Biaya Kamar Rawat Inap/hari

- VIP 550.000

- Kelas I 325.000

- Kelas II 250.000

- Kelas III 65.000

- High Care Unit 325.000

- Rehabilitasi 4.370.000