30
LAPORAN KERJA PRAKTIK PENYUSUNAN PROFIL DAN RENCANA PENATAAN KAMPUNG KARANGANYAR, KELURAHAN BRONTOKUSUMAN, KECAMATAN MERGANGSANG, KOTA YOGYAKARTA Lokasi Kerja Praktik : Housing Resource Center (HRC) Yogyakarta Disusun Oleh : Septian Widyanto (12/333515/TK/39866) PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015

Laporan KP Septian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan KP Septian

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PENYUSUNAN PROFIL DAN RENCANA PENATAAN KAMPUNG

KARANGANYAR, KELURAHAN BRONTOKUSUMAN, KECAMATAN

MERGANGSANG, KOTA YOGYAKARTA

Lokasi Kerja Praktik : Housing Resource Center (HRC) Yogyakarta

Disusun Oleh :

Septian Widyanto (12/333515/TK/39866)

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2015

Page 2: Laporan KP Septian

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL, SKEMA, DIAGRAM

DAFTAR FOTO

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktik ………………………………………………….. 1

1.2 Tujuan Kerja Praktik …………………………………………………………... 3

1.3 Lingkup Kerja Praktik

1.3.1 Lingkup Waktu ………………………………………………………………... 3

1.3.2 Lingkup Tempat ……………………………………………………………….. 3

1.3.3 Lingkup Substansi ……………………………………………………………... 3

1.4 Cara Melakukan Kerja Praktik

1.4.1 Metode Kerja di Lokasi Kerja Praktik ………………………………………… 3

1.4.2 Metode Pengerjaan Proyek Kerja Praktik ……………………………………... 4

1.4.3 Metode dan Sistematika Penyusunan Laporan ………………………………... 4

BAB 2. PROFIL INSTITUSI DAN PROYEK KERJA PRAKTIK

2.1 Profil Institusi …………………………………………………………………..5

2.2 Proyek Kerja Praktik …………………………………………………………... 7

BAB 3. KEGIATAN KERJA PRAKTIK DAN PEMBAHASAN KRITIS

3.1 Keterlibatan Praktikan

3.1.1 Pengenalan ………………………………………………………………………. 9

3.1.2 Perizinan dan Pengumpulan Data ……………………………………………….. 12

3.1.3 Pengolahan Data Tahap Awal (Presentasi 1) ……………………………………. 13

3.1.4 Focus Group Discussion (FGD) ………………………………………………… 18

3.1.5 Revisi dan Pembuatan Rencana …………………………………………………. 18

3.1.6 Pembuatan Laporan Akhir (Presentasi 2) ………………………………………... 24

3.2 Komentar Kritis Praktikan …………………………………………………….. 24

BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………. 25

4.2 Saran ………………………………………………………………………….... 25

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: Laporan KP Septian

DAFTAR DIAGRAM, TABEL, SKEMA

Diagram

Diagram 1. Persentase Penduduk Indonesia yang Tinggal di Kota

dan Desa ……………………………………………………………………. 1

Diagram 2. Persentase Penduduk Dunia yang Tinggal di Kota ………………………… 1

Diagram 3. Jumlah Penduduk Kampung Karanganyar Tahun 2013 ……………………. 15

Diagram 4. Persentase Mata Pencaharian Penduduk Kampung Karanganyar

Tahun 2014 ………………………………………………………………….. 17

Diagram 5. Persentase Tingkat Pendidikan Akhir Penduduk Kampung Karanganyar

Tahun 2014 …………………………………………………………………. 17

Tabel

Tabel 1. Kebutuhan Data Sekunder Praktikan ………………………………………….. 12

Tabel 2. Kepadatan Penduduk Kampung Karanganyar ………………………………… 16

Skema

Skema 1. Struktur Organisasi HRC ……………………………………………………... 7

Skema 2. Tahap Pengerjaan Proyek ……………………………………………………... 9

Skema 3. Hasil Analisis Potensi dan Masalah Kampung Karanganyar …………………. 21

Skema 4. Grand Concept Pengembangan Kampung Karanganyar ……………………… 21

Page 4: Laporan KP Septian

DAFTAR FOTO

Foto 1. Peta Pembagian Zona dan Penggal Kali Code ………………………………… 8

Foto 2. Saat Perkenalan dengan Para Karyawan HRC ………………………………… 10

Foto 3. Saat Praktikan Mempresentasikan Tugas Artikel ……………………………… 10

Foto 4. Kondisi Sungai Code Kampung Karanganyar ………………………………… 14

Foto 5. Peta Kondisi Lingkungan Perumahan Kampung Karanganyar ……………….. 14

Foto 6. Suasana FGD Bersama Masyarakat Kampung Karanganyar …………………. 18

Foto 7. Usaha tas vinil (kiri) dan blangkon jawa (Solo) khusus batik (kanan) ………… 19

Foto 8. Penampilan Tari Klasik dan Tradisional ………………………………………. 19

Foto 9. Peta Rencana RTH oleh Masyarakat Kampung Karanganyar ………………… 20

Foto 10. Rencana Kawasan Wisata Riverfront Kampung Wisata Karanganyar ………. 22

Foto 11. Desain Jembatan (kiri) dan Joglo Terapung (Kanan) ………………………… 23

Foto 12. Desain Rumah Susun ………………………………………………………… 23

Page 5: Laporan KP Septian

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktik

Ilmu perencanaan wilayah dan kota merupakan ilmu yang mencakup banyak

aspek baik aspek tata ruang, kependudukan, ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan

perubahan tata guna lahan menjadi hal yang kompleks. Kota perkotaan sudah tidak

lagi terbatas hanya sebagai pusat permukiman. Kini kota juga berfungsi sebagai pusat

pemerintahan, sentral hirarki dan pusat pertumbuhan ekonomi.

Semakin kompleks dan bervariasinya fungsi perkotaan berpengaruh terhadap

peningkatan jumlah penduduk yang memilih untuk pindah dan menetap di kota.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Dunia (World Bank) disebutkan bahwa

persentase penduduk yang tinggal di perkotaan terus meningkat dimana pada 5

tahun terakhir yaitu 2008 - 2012 adalah 50,6 %, 51,1 %, 51,6 %, 52,1 % dan

52,5 %. Hal yang sama terjadi pada Indonesia dimana berdasarkan data dari

Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, 2005, 2010 persentase penduduk

Indonesia yang tinggal di kota adalah 36,34 %, 41,13 % dan 45,78 %. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Tingginya jumlah penduduk yang tinggal di kota melebihi daya tampung kota

sehingga menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan seperti permukiman

Diagram 1 dan 2. Persentase penduduk Indonesia yang tinggal di kota dan desa (kiri) dan persentase penduduk dunia yang tinggal di kota (kanan)

Sumber : http://www.bps.go.id dan http://data.worldbank.org

Page 6: Laporan KP Septian

2

kumuh, Pedagang Kaki Lima (PKL) liar, minimnya Ruang Terbuka Hijau (RTH),

kemacetan, dan lain – lain. Sebaliknya kurang optimalnya pembangunan di desa

menyebabkan berbagai permasalahan seperti kurangnya ketersediaan sarana sosial

pendukung seperti sekolah dan puskesmas, kurang optimalnya prasarana seperti

jalan, listrik, dan internet. Berdasarkan permasalahan - permasalahan tersebut maka

diperlukan para ahli perencana wilayah dan kota yang berkualitas.

Sejak berdiri pada tahun 2003, program studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Universitas Gadjah Mada telah mengajarkan banyak ilmu pengetahuan terkait

perencanaan wilayah dan kota kepada para mahasiswanya. Berdasarkan ilmu

tersebut, mahasiswa dituntut untuk dapat mengaplikasikannya di dunia nyata. Hal

tersebut dapat dilakukan melalui kerja praktik.

Kerja praktik merupakan mata kuliah dimana mahasiswa melakukan kontrak

kerjasama dengan sebuah instansi untuk bekerja di instansi tersebut selama minimal

156 jam kerja. Dengan adanya mata kuliah ini diharapkan mahasiswa yang

melakukan kerja praktik – dalam hal ini disebut sebagai praktikan - dapat

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah ke dunia nyata. Selain

itu praktikan juga dapat memperoleh ilmu dan pengalaman yang tidak didapat selama

perkuliahan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka praktikan mencari instansi yang

bergerak di bidang tata ruang, sudah berdiri sejak lama, dan memiliki rekam jejak

yang baik. Housing Resource Center (HRC) sebagai sebuah lembaga intermediari

integratif yang berfokus terhadap masalah perumahan rakyat telah memiliki

pengalaman yang cukup banyak di bidang perumahan kumuh khususnya yang

terletak di sepanjang bantaran sungai code. Selain itu lembaga yang berdiri sejak

tahun 2006 ini sudah memiliki program Praktek Kerja Profesional (Internship) bagi

para mahasiswa dan umum sejak tahun 2007 dan telah meluluskan 45 angkatan

dengan 253 profesional. Hal inilah yang membuat praktikan tertarik untuk

melakukan kerja praktik di HRC.

Dengan melakukan kerja praktik di HRC, selain ingin mengaplikasikan ilmu

yang diperoleh selama di bangku kuliah, praktikan juga ingin mencari pengetahuan

baru terkait perencanan permukiman kumuh.

Page 7: Laporan KP Septian

3

1.2 Tujuan Kerja Praktik

a. Untuk mengaplikasikan secara nyata ilmu – ilmu perencanaan yang telah didapat

selama di bangku kuliah.

b. Untuk mendapatkan pengalaman kerja secara nyata dan professional di bidang

perumahan perkotaan, khususnya dalam merencanakan permukiman kumuh di

bantaran sungai code.

c. Untuk memahami tata cara dan sistem dunia kerja seorang planner.

1.3 Lingkup Kerja Praktik

1.3.1 Lingkup Waktu

Praktikan melakukan kerja praktik di HRC dari tanggal 8 Januari - 16

Februari 2015. Pekerjaan dilakukan selama 5 hari kerja/minggu yaitu dari hari

Senin hingga Jumat. Sementara itu dari HRC menetapkan waktu kerja

perharinya bagi praktikan adalah dari pukul 08.00 – 17.00.

1.3.2 Lingkup Tempat

Kerja praktik dilakukan di kantor HRC yang bertempat di Gedung

Abhiseka lantai 2, Jalan Ipda Tut Harsono 26, Kota Yogyakarta.

1.3.3 Lingkup Substansi

Selama melakukan kerja praktik di HRC praktikan mendapatkan satu

proyek yaitu penyusunan profil dan rencana Kampung Karanganyar,

Kelurahan Brontokusuman, Keamatan Mergangsang, Kota Yogyakarta.

Kampung ini berbatasan langsung dengan Sungai Code.

1.4 Cara Melakukan Kerja Praktik

1.4.1 Metode Kerja di Lokasi Kerja Praktik

Praktikan melakukan kerja praktik bersama dengan 1 mahasiswa lain

dan dibimbing oleh satu karyawan HRC yaitu Fatma Wulandari selaku

koordinator bidang penelitian. Sebelum praktikan melaksanakan proyek,

beliau memberikan pengarahan terlebih dahulu mengenai konsep, tujuan, dan

outline dari hasil kerja praktik nantinya. Ketika mengerjakan proyek praktikan

tetap didampingi oleh pembimbing baik saat survey lapangan maupun saat

melakukan FGD bersama masyarakat kampung.

Page 8: Laporan KP Septian

4

1.4.2 Metode Pengerjaan Proyek Kerja Praktik

Secara garis besar terdapat tiga metode yang dilakukan dalam kerja

praktik ini yaitu metode pengumpulan data, metode pengolahan data, metode

analisis data, dan metode pembuatan arahan rencana kawasan. Untuk lebih

detailnya dapat dilihat di bawah ini.

a. Metode Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam pembuatan profil Kampung

Karanganyar dibagi menjadi dua jenis data yaitu data sekunder dan data

primer. Data sekunder didapat dari berbagai dinas pemerintah Kota

Yogyakarta. Data sekunder didapat dari hasil observasi dan wawancara di

lapangan.

b. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian diolah ke dalam bentuk peta, tabel,

diagram, grafik, dan kalimat deskriptif agar lebih representatif. Hasil olahan

data kemudian disajikan ke dalam tiga jenis data yaitu data kependudukan,

data sosial budaya, dan data fisik lingkungan.

c. Metode Analisis Data

Data yang sudah diolah dan dikelompokan ke tiga jenis data

kemudian dianalisis menggunakan metode SWOT, dan komparasi dengan

standar yang berlaku.

d. Metode Pembuatan Arahan Rencana Kawasan

Dalam merencanakan kawasan praktikan tidak merencanakan

kawasan secara keseluruhan, namun hanya merencanakan kawasan strategis

yaitu desain waterfront dan desain rumah susun.

1.4.3 Metode dan Sistematika Penyusunan Laporan

Dalam menulis laporan Kerja Praktik ini praktikan menggunakan

metode deskriptif yaitu mengargumentasi dan memaparkan masalah secara

terperinci sesuai dengan data dan fakta yang ada. Laporan disusun secara

sistematis yaitu dimulai dari bab pendahuluan, profil institusi dan proyek kerja

praktik, kegiatan kerja praktik dan pembahasan kritis, dan kesimpulan serta

saran.

Page 9: Laporan KP Septian

5

BAB 2

PROFIL INSTITUSI DAN PROYEK KERJA PRAKTIK

2.1 Profil Institusi

Institusi tempat kerja praktik praktikan bernama Housing Resource Center

(HRC). Housing Resource Center (HRC) digagas oleh para pakar perumahan

perkotaan dari: UN-Habitat, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan

Kementerian Perumahan Rakyat, pada pasca bencana gempa bumi di Yogyakarta

tahun 2006. Keluarnya Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian

Perumahan Rakyat dengan Pemerintah DIY pada Oktober 2006 menjadi penanda

kelahiran HRC.

HRC memiliki visi dan misi sebagai berikut :

1. Lembaga perumahan yang kompeten dan mendukung berbagai stakeholders

perumahan terutama dalam melaksanakan peran mediatif integratif.

2. Mengembangkan iklim sehat di bidang perumahan dengan membentuk

entrepreneur perumahan yang handal.

3. Lembaga terdepan yang inovatif dalam bidang perumahan.

Untuk mendukung terciptanya visi tersebut, HRC sebagai sebuah lembaga

intermediari integratif memiliki program yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan

masyarakat akan penataan perumahan dan kawasan yang sehat, aman, nyaman,

produktif dan lestari. Jenis – jenis programnya meliputi :

a. Pengembangan Kawasan. Pengembangan kawasan merupakan upaya strategis

untuk membangun daya saing kawasan (dusun/kampung atau desa/kelurahan)

melalui penataan kawasan, dengan didasarkan pada potensi dan karakter lokal.

b. Penanganan Kawasan Kumuh. Kegiatan ini merupakan upaya nyata untuk

mendukung pewujudan kualitas perumahan dan kawasan permukiman yang lebih

baik di Indonesia. Program dilakukan melalui pemberian bantuan teknis bagi

masyarakat kawasan kumuh, berupa: edukasi rumah dan lingkungan sehat,

konsultasi dan perancangan rumah sehat, penyusunan rencana bisnis usaha

produktif lingkungan, dan mendekatkan akses pembiayaan rumah sehat.

Page 10: Laporan KP Septian

6

c. Penelitian Kebijakan Perumahan Perkotaan. Kegiatan ini merupakan sebuah

inisiatif dalam perumusan kebijakan perumahan dan perkotaan yang berbasis riset

untuk menjawab isu dan tantangan lokal dan global.

d. HRC Event. Program ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu klinik rumah sehat,

pelatihan, loka karya dan kuliah umum, dan kunjungan pada kawasan

pembelajaran. Klinik rumah sehat yaitu program pemberian layanan kepada

masyarakat untuk konsultsi rumah layak dan sehat mulai dari desain hingga

rencana pembiayaan. Pelatihan, lokakarya dan kuliah umum yang dilakukan HRC

menyajikan tema-tema yang sesuai dengan kebutuhan dan tren yang berkembang

dan diminati oleh akademisi, praktisi, dan stakeholder pada bidang perumahan

perkotaan. Kunjungan pada kawasan pembelajaran yaitu Studi eksplorasi pada

kawasan best practice merupakan sarana untuk meningkatkan referensi dalam

membentuk masyarakat pembelajar. Best practice tidak terbatas di Indonesia tapi

juga luar negeri yang merepresentasikan pengelolaan kawasan modern, seperti

Singapura, Jepang, Hongkong, Belanda, Cina dan lain-lain.

e. Edu HRC. Program ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu praktek kerja profesional

(Internship), joint center, dan pamong belajar tata kota. Internship merupakan

program dimana HRC memberikan peluang pengalaman bagi peserta magang

(mahasiswa & umum) sehingga di masa depan alumni dapat berperan banyak

dalam memberikan masukan kebijakan perumahan perkotaan. Joint center adalah

penelitian dalam baik negeri maupun swasta serta pemerhati perumahan dan

perkotaan yang berkelanjutan. Pamong belajar tata kota adalah kegiatan berupa

pembelajaran kepada pihak – pihak instansi pemerintah untuk menyusun

dokumen perencanaan wilayah hingga aplikasinya.

Demi terealisasinya program – program tersebut, layaknya organisasi lain

HRC memiliki struktur organisasi yang terdiri dari beberapa komponen divisi dan

jabatan. Pembagian divisi dan jabatan tersebut untuk mempermudah koordinasi dan

pembagian tugas antar anggota. Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran struktur

organisasi HRC dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Page 11: Laporan KP Septian

7

2.2 Proyek Kerja Praktik

Pekerjaan yang diberikan oleh HRC adalah penyusunan profil dan arahan

rencana Kampung Karanganyar, Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan

Mergangsan, Kota Yogyakarta. Kampung Karanganyar merupakan gabungan dari

RW 16 – 19 Kelurahan Brontokusuman. Penyusunan profil kampung yang ada di

bantaran sungai code sudah dilakukan oleh HRC sejak tahun 2013. Proyek ini tidak

hanya dilakukan oleh HRC, tetapi juga didukung oleh komunitas Pemerti Code yang

saat ini diketuai oleh Bapak Totok Pratopo. Diharapkan dengan adanya program ini

maka Masterplan Penataan Kawasan Kali Code Dinas PU, Perumahan, dan ESDM

Provinsi DIY dapat tercapai.

Berdasarkan Masterplan Penataan Kawasan Kali Code, Kali Code dibagi ke

dalam tiga zona dan sembilan penggal. Studi kasus proyek praktikan adalah

Kampung Karanganyar yang terlatak di zona selatan dan penggal ketujuh. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada peta di bawah ini.

Skema 1. Struktur Organisasi HRC Sumber : http://www.hrcindonesia.org

Page 12: Laporan KP Septian

8

Dalam penyusunan profil dan rencana

Kampung Karanganyar terdapat beberapa hal yang

harus dicantumkan oleh praktikan, yaitu :

1. Lokasi

2. Citra Kota

3. Kewilayahan + Kependudukan

4. Proyeksi dan tantangan hari ini dan kedepan

(krisis, ancaman, bencana), daya dukung dan

daya tampung

5. Capaian MDG’s

6. Housing Need Assesment

7. Kapasitas kampung (Award, Mitra, Lembaga,

Program yang telah dilakukan)

8. Future Design

9. Closing / remarks

ZON

A U

TAR

A

ZON

A T

ENG

AH

ZO

NA

SELA

TAN

Lokasi Kampung

Karanganyar

Foto 1. Peta Pembagian Zona dan Penggal Kali Code Sumber : Masterplan Penataan Kawasan Kali Code

Page 13: Laporan KP Septian

9

BAB 3

KEGIATAN KERJA PRAKTIK DAN PEMBAHASAN KRITIS

3.1 Keterlibatan Praktikan

Dalam melakukan penyusunan profil dan rencana Kampung Karanganyar

terdapat enam tahap yang dilakukan oleh praktikan berdasarkan instruksi yang

diperintahkan oleh HRC, yaitu :

a. Pengenalan

b. Perizinan dan pengumpulan data

c. Pengolahan data tahap awal (presentasi 1)

d. Focus Group Discussion (FGD)

e. Revisi dan pembuatan rencana

f. Pembuatan laporan (presentasi 2)

Untuk detail waktu pengerjaan masing – masing tahap dapat dilihat pada

skema di bawah ini.

3.1.1 Pengenalan

Karena selama pelaksanaan kerja praktik praktikan akan banyak

berinteraksi dengan para pegawai HRC, maka pada hari pertama kerja praktik

praktikan diperkenalkan terlebih dahulu kepada seluruh pegawai HRC beserta

Pengenalan Perizinan dan

Pengumpulan Data

Pengolahan data tahap

awal (presentasi 1)

Focus Group

Discussion (FGD)

Revisi dan

Pembuatan Rencana

Pembuatan Laporan

Akhir presentasi 2)

8 – 12 Januari 2015 13 - 22 Januari 2015 23 Januari – 4 Februari 2015

5 - 11 Februari 2015 12 Februari 2015 13 - 16 Februari 2015

Skema 2. Tahap Pengerjaan Proyek Sumber : Log Book Praktikan

Page 14: Laporan KP Septian

10

jabatan mereka. Hal ini akan berguna dalam koordinasi dan komunikasi selama

pelaksanaan kerja praktik.

Setelah perkenalan, praktikan mendapat tugas membuat artikel dengan

tema dampak urbanisasi terhadap perumahan di Indonesia. Penugasan ini

bertujuan untuk memberikan pemahaman awal kepada praktikan terkait

pentingnya perencanaan perumahan yang layak di Indonesia saat ini. Artikel

dibuat dalam bentuk laporan sebanyak empat lembar dan powerpoint.

Pengumpulan tugas dan presentasi artikel dilakukan pada tanggal 12 Januari

2015.

Berdasarkan tugas tersebut praktikan dapat mengetahui kondisi

perumahan di Indonesia saat ini. Pulau Jawa merupakan pulau dengan

persentase penduduk yang tinggal di kota paling banyak dibandingkan pulau

lainnya. Hampir seluruh provinsi di Pulau Jawa memiliki persentase penduduk

Foto 2. Saat Perkenalan dengan Para Karyawan HRC Sumber : Akun Facebook HRC Jogja

Foto 3. Saat Praktikan Mempresentasikan Tugas Artikel Sumber : Akun Facebook HRC Jogja

Page 15: Laporan KP Septian

11

yang tinggal di kota lebih dari 50%. Berdasarkan sensus tahun 2010 100%

Provinsi DKI Jakarta tinggal di kota. Provinsi Banten sebanyak 67%, D.I.

Yogyakarta 66,4%, Jawa Barat 65,7%, Jawa Timur 47,6% dan Jawa Tengah

45,7%. (Badan Pusat Statistik : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010 – 2035).

Tingginya jumlah penduduk yang tinggal di kota ternyata memberikan empat

dampak negatif kepada aspek perumahan, yaitu :

a. Rendahnya persentase rumah dengan status milik sendiri.

Pada tahun 2013 sebanyak 46,18 % rumah tangga di Kota Jakarta belum

memiliki rumah sendiri. Status kepemilikan rumah kebanyak masih berupa

rumah sewa/kontrakan, kos – kosan, dan rumah illegal.

b. Demand > Supply

Data BPS 2011 – 2013 menunjukan bahwa terdapat backlog perumahan

yang terus meningkat. Pada tahun 2013 terdapat backlog sebanyak 12 juta

unit rumah. Hal ini juga diperparah dengan gap yang terus meningkat

dimana ada sekitar 900.000 rumah tangga per tahun. Sedangkan supply

rumah hanya 250.000 – 400.000 unit/tahun (Studi Bank Dunia).

c. Banyak rumah dengan status tidak layak.

Data BPS 2011 menunjukan bahwa 14,28% atau 8,46 juta unit rumah di

perkotaan Indonesia belum layak. Dari 8,46 juta unit rumah tersebut 95%

rumah berkulaitas rendah (atap, lantai, dinding), 75% tidak memiliki akses

terhadap sumber air minum yang terlindungi, 26,5% tidak dilayani oleh

fasilitas sanitasi layak, dan 28,5% yang memiliki luas hunian perkapita <

7,2 m2.

d. Tingkat kekumuhan tinggi

Berdasarkan data BPS tahun 2013, masih terdapat 12,57% rumah tangga

kaumuh di perkotaan Indonesia, dimana hanya 1 Provinsi yang telah

mencapai target 7D MDG’s Proporsi Rumah Tangga Kumuh Perkotaan 6%

yaitu Provinsi Jawa Timur. Provinsi dengan persentase rumah tangga

kumuh tinggi adalah Provinsi Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, dan DKI

Jakarta.

Page 16: Laporan KP Septian

12

3.1.2 Perizinan dan Pengumpulan Data

Untuk menunjang proses pembuatan profil Kampung Karanganyar,

maka praktikan mencari data ke beberapa instansi. Berdasarkan Peraturan

Walikota No. 29 tahun 2007 tentang Pemberian Izin Penelitian, Praktek Kerja

Lapangan dan Kuliah Kerja Nyata di wilayah Kota Yogyakarta, praktikan

harus melengkapi berkas persyaratan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta

terlebih dahulu untuk mendapatkan izin penelitian ke berbagai instansi. Proses

perizinan menjadi mudah karena kelengkapan berkas dikerjakan oleh

supervisor praktikan.

Setelah mendapat izin, praktikan mengumpulkan data dari berbagai

instansi. Berikut adalah daftar data sekunder yang dibutuhkan oleh praktikan.

No. Jenis Data Sumber

1

Jumlah penduduk Kampung Karanganyar 5 tahun

terakhir menurut umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, agama, dan mata pencaharian

Kelurahan Brontokusuman

2

Rencana KDB, KLB, jaringan air bersih, dan

jaringan drainase Kampung Karanganyar

(RDTR Kota Yogyakarta tahun 2012 – 2029)

Dinas Permukiman dan

Prasarana Wilayah Kota

Yogyakarta

3 Kondisi Sungai Code Kampung Karanganyar Badan Lingkungan Hidup

Kota Yogyakarta

4 Masterplan Penataan Kawasan Kali Code Dinas PU, Perumahan, dan

ESDM Provinsi Yogyakarta

Selain data sekunder, ada juga data primer yang dibutuhkan oleh

praktikan yaitu sejarah kampung, kondisi visual sungai dan permukiman, data

fungsi bangunan, data guna lahan, dan data potensi budaya dan potensi

ekonomi. Data – data tersebut diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak

Kelurahan Brontokusuman dan masyarakat kampung Karanganyar sekaligus

dari hasil observasi lapangan.

Tabel 1. Kebutuhan Data Sekunder Praktikan Sumber : Arsip Praktikan

Page 17: Laporan KP Septian

13

3.1.3 Pengolahan Data Tahap Awal (Presentasi 1)

Pada tahap pengolahan data praktikan mengolah data sekunder maupun

primer yang sudah diperoleh ke dalam bentuk tabel, diagram, peta, maupun

kalimat deskripsi. Di tahap awal ini praktikan baru mendapatkan data mengenai

Masterplan Kawasan Sungai Code, sejarah Kampung Karanganyar,

kependudukan, serta fisik lingkungan Kampung Karanganyar.

a. Masterplan Kawasan Sungai Code

Terdapat empat indikator utama tujuan penataan kawasan Kali Code, yaitu

(a) sungai sehat, (b) permukiman sehat, (c) ekonomi tumbuh, dan (d)

mendukung transportasi perkotaan. Praktikan tidak menganalisis tentang

transportasi perkotaan karena diasumsikan untuk saat ini penggunaan sungai

code sebagai sarana transportasi Kota Yogyakarta bukan merupakan

prioritas utama.

Berdasarkan hasi observasi praktikan ternyata masih terdapat cukup

banyak tumpukan sampah di sungai, dan budaya buang sampah sembarangan

masih diterapkan oleh masyarakat sekitar.

Dari aspek permukiman terdapat beberapa masalah dimana

permukiman di Kampung Karanganyar terutama yang terletak di bantaran

sungai RW 19 memiliki kondisi fisik bangunan dan lingkungan yang kurang

baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta dan foto di bawah ini.

Foto 4. Kondisi Sungai Code Kampung Karanganyar Sumber : Dokumentasi Praktikan

Page 18: Laporan KP Septian

14

Berdasarkan peta dan foto di atas dapat disimpulkan bahwa Kampung

Karanganyar memiliki kondisi perumahan yang berbeda – beda. Walaupun

berdasarkan perhitungan kepadatan penduduk RW 17 adalah kawasan yang

paling padat dan membutuhkan rumah susun, namun dari hasil observasi

ternyata RW 19 yang paling padat dan kumuh. Pada RW 19 jarak antar rumah

hanya ±1 – 1,5 meter. Kondisi fisik bangunanpun tidak terawat.

Dari aspek ekonomi, berdasarkan Masterplan Kawasan Sungai Code,

Kampung Karanganyar direncanakan sebagai kawasan wisata belanja industri

kreatif handicraft & kulit, dan budaya. Hal ini dikarenakan banyak industri

rumah tangga yang memproduksi berbagai kerajinan, serta terdapat beberapa

kesenian tradisional.

Foto 5. Peta Kondisi Lingkungan Perumahan Kampung Karanganyar Sumber : Dokumentasi Penulis

Perumahan RW 19

Perumahan RW 17

Perumahan Green

House RW 17

Lokasi Kampung

Karanganyar Foto 6. Peta Perencanaan Kawasan Ekonomi bantaran

Sungai Code (Tampak Atas) Sumber : Masterplan Kawasan Sungai Code

Page 19: Laporan KP Septian

15

b. Sejarah Kampung Karanganyar

- Sampai tahun 40-an masih bernama kampung Bugisan

- Kesan kampung negatif, banyak geng, kriminalitas tinggi

- Perbaikan dimulai pada tahun 1976 dengan cara pemerintah kota

menempattinggalkan pegawai - pegawainya di kawasan – kawasan

tertentu di dalam kampung

- Pada tahun 1982 dilakukan Proyek OPK (Operasi Pemberantasan

Kejahatan) dari pemerintah kota untuk menghapuskan tindak

kriminalitas.

- Dibentuk ketua RK (Rukun Kampung) sebagai pengayom warga serta

mendukung kesuksesan OPK

- Saat ini kriminalitas telah semakin jarang, dengan tingkat ekonomi yang

masih rendah namun selalu tumbuh .

c. Kependudukan

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Brontokusuman terdapat

1.765 penduduk dan 583 KK yang tinggal di Kampung Karanganyar pada

tahun 2013. Untuk detailnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

170 198235 229209 216

275

233

379414

510462

112169 157 145

0

100

200

300

400

500

600

RW 16 RW 17 RW 18 RW 19

Laki - laki Perempuan Jumlah Penduduk Jumlah KK

Diagram 3. Jumlah Penduduk Kampung Karanganyar tahun 2013 Sumber : Kelurahan Brontokusuman

Page 20: Laporan KP Septian

16

Jika dikaitkan dengan luas masing – masing RW maka dapat diketahui

kepadatan penduduk tiap RW. Untuk detailnya dapat dilihat pada peta dan

tabel di bawah ini.

Berdasarkan peta dan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa RW 17

memiliki kriteria kepadatan penduduk tinggi. Jika dibandingkan dengan

SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di

perkotaan maka disyaratkan untuk dibangun rumah susun di RW 17. Namun

berdasarkan hasil observasi lapangan seperti yang sudah dijelaskan

RW Jumlah KK Jumlah L Jumlah P

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Luas RW

(Ha)

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/Ha)

Kriteria

RW 16 112 170 209 379 2.00515 189.0132908 Sedang

RW 17 169 312 300 612 2.13485 286.6711947 Tinggi

RW 18 157 235 275 510 7.04575 72.38406131 Rendah

RW 19 145 253 233 486 3.07539 158.0287378 Sedang

Kepadatan rendah

Kepadatan sedang

Kepadatan tinggi

Tabel 2. Kepadatan Penduduk Kampung Karanganyar Sumber : Analisis Penulis

SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Page 21: Laporan KP Septian

17

sebelumnya ternyata kondisi perumahan yang paling buruk terletak di RW

19.

Untuk data kependudukan lainnya yang didapat oleh praktikan yaitu mata

pencaharian dan tingkat pendidikan akhir mayarakat Kampung

Karanganyar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Berdasarkan kedua diagram di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga

mata pencaharian utama masyarakat Kampung Karanganyar yaitu Swasta,

Jasa, dan pedagang. Sementara itu terdapat dua tingkat pendidikan akhir

dengen persentase paling tinggi yaitu TK dan SMA/SMU.

d. Kondisi Fisik dan Lingkungan Kampung Karanganyar

Selain kondisi fisik bangunan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya

kondisi ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kampung

Karanganyar juga sangat sedikit. Tingkat kepadatan bangunan yang cukup

tinggi terutama di RW 18 juga menyebabkan sedikitnya RTH yang tersedia.

Berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) dari tahun 2013 –

2014 kualitas air Sungai Code di Kampung Karanganyar juga belum baik

jika dilihat dari beberapa aspek.

Diagram 4 dan 5. Persentase Mata Pencaharian (Kiri) dan Tingkat Pendidikan Akhir (Kanan) Kampung Karanganyar Tahun 2014

Sumber : Kelurahan Brontokusuman

Page 22: Laporan KP Septian

18

3.1.4 Focus Group Discussion (FGD)

Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan oleh HRC untuk

menampung aspirasi dari masyarakat, sekaligus mengcrosscheck hasil data

sementara yang sudah diperoleh oleh praktikan dengan kenyataan di lapangan.

FGD terdiri dari dua sesi yaitu presentasi oleh HRC, kemudian sesi diskusi.

Diskusi dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok mendiskusikan masalah

fisik dan lingkungan kampung, dan kelompok lainnya mendiskusikan masalah

sosial dna budaya kampung. Praktikan memimpin diskusi yang membahas

masalah fisik dan lingkungan kampung. Agar diskusi berjalan efektif, setiap

kelompok mendapat satu buah peta Kampung Karanganyar berukuran besar,

sehingga setiap orang dapat menandakan titik – titik mana saja yang merupakan

potensi sekaligus masalah.

3.1.5 Revisi dan Pembuatan Rencana

Berdasarkan hasil FGD ditemukan beberapa masukan data yang sangat

berguna bagi praktikan yaitu potensi ekonomi dan kesenian yang ada di

Kampung Karanganyar, titik persebaran sumur komunal, Instalasi

Pembuangan Air Limbah (IPAL), dan rencana pembangunan RTH dari

masyarakat.

Ternyata terdapat berbagai macam industri rumah tangga yang ada di

Kampung Karanganyar terutama di RW 19. Jenis – jenis industri rumah

tangganya adalah sebagai berikut.

a. Blangkon Jawa (Solo)

b. Blangkon Jawa (Solo) khusus batik

c. Tas Vinyl

Foto 6. Suasana FGD Bersama Masyarakat Kampung Karanganyar Sumber : Dokumentasi Praktikan

Page 23: Laporan KP Septian

19

d. Dompet batik untuk kosmetik

e. Dompet batik ukuran sedang

f. Baju Daster batik

g. Tas sekolah ransel, tas jinjing, dll

h. Macam2 cinderamata & pernak-pernik

i. Macam2 hasil olahan makanan (Criping pisang, kue kering, dll)

Terdapat pula beberapa sanggar kesenian yang ada di Kampung

Karanganyar. Beberapa sanggar ini sering tampil di beberapa acara hari besar.

Dafatar kesenian yang ada di Kampung Karanganyar adalah sebagai berikut.

a. Sanggar Langgen Kusumo (Tari Klasik dan Tradisional)

b. Sanggar Omah Ijo (Tari Kreasi Baru)

c. Gita Nada (Orkes Keroncong)

d. Sanggar Bimantari (Tari, Operet, Dolanan anak)

e. Melati Budaya (Karawita dan Ketoprak)

f. Istiqomah (Rebana)

g. Swara 17 (Paduan Suara)

h. Keroncong Muda (Keroncong)

Foto 7. Usaha tas vinil (kiri) dan blangkon jawa (Solo) khusus batik (kanan) Sumber : Dokumentasi Praktikan

Foto 8. Penampilan Tari Klasik dan Tradisional Sumber : Dokumentasi Ibu Hesti (Pemilik Sanggar)

Page 24: Laporan KP Septian

20

Sedikitnya ketersediaan RTH di Kampung Karangayar membuat

masyarakat ingin berinisiatif sendiri untuk membangun RTH. Berdasarkan

hasil FGD terdapat dua lokasi yang direncanakan untuk menjadi RTH yaitu

satu lahan kosong yang terletak tepat di sebelah sungai, dan satu lahan yang

masih digunakan sebagai empang namun tidak terawat. Kedua lahan tersebut

masih berstatus kepemilikan pribadi, sehingga jika mau dibebaskan harus

dibeli. Masyarakat berharap HRC sebagai tangan panjang dari pemerintah

dapat membantu masyarakat untuk membebaskan kedua lahan tersebut.

Masyarakat yakin bahwa jika kedua lahan tersebut dapat dioptimalkan sebagai

RTH maka dapat menjadi pusat kegiatan dari Kampung Wisata Karanganyar

yang terintegrasi dengan Sungai Code.

Sudah terdapat komunitas pemerhati Sungai Code di Kampung

Karanganyar, yaitu komunitas Desa Wisata Brontokusuman (Dewabronto)

yang saat ini diketuai oleh Bapak Kelik. Komunitas ini memiliki visi untuk

menjadikan Kampung Karanganyar sebagai kampung wisata berbasis

lingkungan sungai yang hijau dan asri.

Kurangnya RTH membuat masyarakat ingin membebaskan 2 lokasi lahan di tepi bantaran sungai. Masyarakat yakin jika kedua lahan ini dibebaskan maka dapat meningkatkan potensi wisata Kampung Karanganyar.

Foto 9. Peta Rencana RTH oleh Masyarakat Kampung Karanganyar Sumber : Hasil FGD

Page 25: Laporan KP Septian

21

Berdasarkan semua data yang sudah diperoleh oleh praktikan, maka

praktikan menganalisis potensi dan maslah yang dimiliki oleh Kampung

Karanganyar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema di bawah ini.

Beradasarkan potensi dan masalah di atas, praktikan membuat Grand

Concept rencana Kampung Wisata Karanganyar. Skemanya adalah sebagai

berikut.

POTENSI MASALAH

- Kenampakan alam sungai yang bagus

- Banyaknya UMKM kerajinan dan kesenian.

- Adanya komunitas masyarakat yang peduli terhadap penataan kawasan. (Dewabronto)

- Kepadatan penduduk tinggi - Kualitas perumahan masih

buruk. - Kualitas air sungai masih

buruk. - Kurangnya RTH

Skema 3. Hasil Analsis Potensi dan Masalah Kampung Karanganyar Sumber : Analisis Praktikan

Economically

Profitable

Socially Equitable

Environmentally

Sustainable

- Pengembangan kawasan penginapan turis, homestay, dan hotel

- Pengembangan kawasan wisata tepi sungai

- Pengembangan usaha2 kerajinan dan kesenian lokal

- Pembangunan kawasan wisata tepi sungai

- Pembuatan jogging track & sarana outbound

- Pembangunan rumah susun

- Pembersihan sungai - Membangun kawasan sesuai

prinsip ‘river oriented’ - Mempertahankan kawasan

hijau

Skema 4. Grand Concept Pengembangan Kampung Karanganyar Sumber : Analisis Praktikan

Page 26: Laporan KP Septian

22

Dengan mengusung tema sustainable develompent praktikan

merencanakan konsep kampung wisata yang tidak hanya berbasiskan

lingkungan sungai yang hijau dan asri, namun juga memanfaatkan potensi

ekonomi lokal yang ada di Kampung Karanganyar yaitu industri – industri

rumah tangga yang ada, dan kesenian – kesenian tradisional. Industri dan

kesenian tersebut akan diberikan lapak dan tempat tersendiri agar para

wisatawan selain tertarik dengan kondisi lingkungan sungai yang indah, namun

juga dapat membeli barang – barang kerajinan sebagai suvenir dan melihat

penampilan seni sanggar – sanggar kesenian Kampung Karanganyar.

Kampung Karanganyar adalah salah satu dari sedikit kampung di

bantaran Sungai Code yang memiliki jalan di bantaran sungai dengan lebar

yang cukup besar yaitu ± 3 meter. Dengan memanfaatkan lebar jalan tersebut

maka dapat dibuat sempadan sungai yang indah dan asri. Indah dengan

mengganti jalan dari aspal menggunakan paving blok yang dicat dengan warna

yang cerah, kemudian asri dengan menanm tanaman semak di pinggir sungai

dan pohon rindang di sisi jalan satunya. Di bawah pohon rindang dapat dibuat

lapak atau tempat PKL maupun penjual kerajinan khas Kampung Karanganyar.

Foto 10. Rencana Kawasan Wisata Riverfront Kampung Wisata Karanganyar Sumber : Desain Praktikan

Page 27: Laporan KP Septian

23

Untuk mensingkatkan aksesibilitas antara sempadan sungai di sebelah

timur dengan sempadan sungai di sebelah barat maka dibuat beberapa

jembatan. Selain itu ada juga joglo yang dibangun di atas air. Joglo tersebut

berperan sebagai panggung kesenian bagi sanggar – sanggar kesenian yang ada

di Kampung Karanganyar.

Selain desain riverfront, untuk menyelesaikan masalah kepadatan

rumah di RW 19, maka praktikan merencanakan pembangunan rumah susun di

kawasan tersebut.

Foto 11. Desain Jembatan (kiri) dan Joglo Terapung (Kanan) Sumber : Desain Praktikan

Foto 12. Desain Rumah Susun Sumber : Desain Praktikan

Page 28: Laporan KP Septian

24

3.1.6 Pembuatan Laporan Akhir (Presentasi 2)

Pembuatan laporan akhir adalah tahap terakhir kerja praktik di HRC.

Praktikan membuat laporan, album peta, dan powerpoint sebagai bahan

presentasi. Presentasi dilakukan pada Hari Senin, 16 Februari 2015 di depan

supervisor praktikan, dan beberapa karyawan HRC lainnya.

3.2 Komentar Kritis Praktikan

Dalam melaksanakan kerja praktik, praktikan juga menemukan beberapa hal

yang menjadi pelajaran yang didapatkan oleh praktikan. Pertama, kebiasaan dalam

bekerja di sebuah instansi. Kebiasaan disiplin dan profesionalitas sangat diperlukan

agar setiap pekerjaan yang diberikan dapat selesai dengan baik dan tepat waktu. Hal

ini kurang diberikan selama masa perkuliahan di kampus. Kedua, pengalaman

melakukan partisipatory plannning. Pengalaman selama melakukan FGD bersama

masyarakat Kampung Karanganyar memberikan pemahaman kepada praktikan

tentang strategi untuk menjaring aspirasi dari masyarakat, bagaiamana cara

berkomunikasi yang baik dengan masyarakat, bagaimana menyikapi usulan dan

saran dari masyarakat yang terkadang tidak terduga. Hal ini penting pagi seorang

perencana yang baik karena perlu adanya crosscheck antara data atau rencana yang

sudah dibuat dengan masyarakat setempat agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Selain pelajaran bagi praktikan, praktikan juga menyadari beberapa

kekurangan dari HRC selaku instansi tempat kerja praktik yaitu tidak adanya

pengarahan secara detail mengenai metode dan teknik analisis maupun rencana

keruangan. Praktikan memang tidak mengalami kesulitan yang besar terkait hal

teknis seperti pembuatan peta, dan analisis serta rencana keruangan karena sudah

memiliki ilmu yang cukup selama di perkulihan. Namun hal ini dapat menjadi

kendala apabila praktikan lain belum memiliki kemampuan yang cukup dalam

mengoperasikan aplikasi seperti ArcGIS, Sketchup, AutoCad, Lumion, dan lain –

lain.

Page 29: Laporan KP Septian

25

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Secara umum, kerja praktik yang dilaksanakan oleh praktikan telah terlaksana

dengan lancar. Hal tersebut dibuktikan dengan terselesaikannya keseluruhan

pekerjaan yang diberikan oleh institusi kerja praktik kepada praktikan. Selain itu,

seluruh pekerjaan tersebut dapat diterima oleh institusi kerja praktik. Hal tersebut

membuktikan bahwa ilmu yang praktikan dapat dari bangku kuliah dan

diimplementasikan dalam kerja praktik, dapat diterima di dunia kerja. Dari tahap

pengenalan instansi hingga penulisan laporan akhir semua dapat berjalan lancar

walaupun belum ada timeline kerja praktik yang detail yang disediakan oleh HRC

sehingga praktikan harus membuatnya sendiri di awal masa kerja praktik.

4.2 Saran

HRC merupakan instansi yang tepat sebagai tempat kerja praktik bagi

praktikan yang tertarik dengan masalah lingkungan perumahan kumuh. Banyak data

– data dan literatur terkait perumahan dan permukiman yang dapat diperoleh di HRC.

Namun, terdapat beberapa hal yang perlu sedikit diperbaiki untuk pelaksanaan kerja

praktik di HRC terutama dari segi pelatihan kemampuan dalam mengoperasikan

aplikasi perencanaan seperti AutoCad dan ArcGIS. Selama pelaksanaan kerja

praktik, praktikan tidak mendapatkan pelatihan tersebut yang sebenarnya akan sangat

bermanfaat apabila diadakan agar luaran yang dihasilkan oleh praktikan dapat lebih

berkualitas. Dari yang praktikan lihat selama masa kerja praktik di HRC, hanya

pengetahuan terkait perumahan dan teknik FGD yang diberikan oleh HRC. Materi

tentang metode dan teknik analisis maupun rencana yang bersifat spasial kurang

diberikan. Hal ini dapat menjadi masukan bagi HRC untuk pelaksanaan kerja praktik

di masa depan.

Page 30: Laporan KP Septian

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Rencana Detail Tata Ruang Kota Yogyakarta tahun 2012 – 2029. Dinas Permukiman

dan Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta

2. Kondisi Kualitas Air Sungai Code. Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta

3. Masterplan Penataan Kawasan Sungai Code.

4. Data Kependudukan Kampung Karanganyar. Kelurahan Brontokusuman