45
Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kerja Praktek Kerja praktek merupakan salah satu bentuk kerja sama antara perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan dengan pihak perusahaan dimana mahasiswa dapat melakukan praktek di lapangan guna mengetahui dan memahami system dan lingkungan kerja pada suatu perusahaan. Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib pada kurikulum yang telah diterapkan di Politeknik Negeri Sriwijaya. Dalam kegiatan perkuliahan sehari-hari materi perkuliahan yang didapat oleh mahasiswa hampir sebagian besar adalah teori yang didapat dari berbagai sumber, untuk mempraktekkan dan memperdalam teori-teori yang telah didapat tersebut mahasiswa membutuhkan sebuah wadah yang dapat menampung hal tersebut yaitu dengan dilaksanakannya kegiatan Kerja Praktek (KP). Kerja praktek adalah sarana bagi mahasiswa untuk memahami dan mengenal bagaimana ilmu yang selama ini didapat di bangku perkuliahan diaplikasikan dalam dunia kerja dan untuk memnberikan wawasan dan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan pengkajian dan latihan 1

Laporan KP Deby Celik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

g

Citation preview

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Kerja praktek merupakan salah satu bentuk kerja sama antara perguruan

tinggi sebagai lembaga pendidikan dengan pihak perusahaan dimana mahasiswa

dapat melakukan praktek di lapangan guna mengetahui dan memahami system

dan lingkungan kerja pada suatu perusahaan. Kerja Praktek merupakan salah satu

mata kuliah wajib pada kurikulum yang telah diterapkan di Politeknik Negeri

Sriwijaya.

Dalam kegiatan perkuliahan sehari-hari materi perkuliahan yang didapat

oleh mahasiswa hampir sebagian besar adalah teori yang didapat dari berbagai

sumber, untuk mempraktekkan dan memperdalam teori-teori yang telah didapat

tersebut mahasiswa membutuhkan sebuah wadah yang dapat menampung hal

tersebut yaitu dengan dilaksanakannya kegiatan Kerja Praktek (KP).

Kerja praktek adalah sarana bagi mahasiswa untuk memahami dan

mengenal bagaimana ilmu yang selama ini didapat di bangku perkuliahan

diaplikasikan dalam dunia kerja dan untuk memnberikan wawasan dan

kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan pengkajian dan latihan

penerapan terhadap bahan-bahan kuliah yang bersifat teoritis dengan kenyataan di

lapangan. Mahasiswa akan belajar mengatasi kesenjangan antara teori yang

didapatkan di bangku kuliah dengan permasalahan di lapangan sebenarnya, yang

memerlukan teknologi informasi untuk mendapatkan jalan keluarnya.

Penulis memilih PT Pertamina (Persero) RU III Plaju, sebagai tempat

untuk melaksanakan KP karena di perusahaan ini banyak bidang yang dapat

dipelajari sesuai dengan disiplin ilmu penulis tekuni. Kerja Praktek ini

dilaksanakan tanggal 16 Juli sampai dengan 16 Agustus 2012.

1

Politeknik Negeri Sriwijaya

I.2 Tujuan dan Manfaat

Salah satu tujuan diadakannya Kerja Praktek (KP) yaitu untuk

memperkenalkan mahasiswa kepada dunia kerja yang sesungguhnya, sehingga

jika sudah saatnya mahasiswa tersebut terjun ke masyarakat maka dia tidak akan

canggung lagi dengan situasi yang dihadapinya.

Sedangkan manfaat yang ingin dicapai dalam kerja praktek ini adalah

mahasiswa dapat menganalisis suatu masalah secara alamiah dan mengasah

ketajaman berpikir dalam analisis, serta agar dapat dijadikan sebagai bahan studi

kasus bagi peserta.

I.3 Batasan Masalah

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini penulis membatasi pokok

permasalahan mengenai :

a. Pengenalan organisasi, manajemen dan operasi di PT. Pertamina (Persero)

RU III Plaju khususnya di bagian Informasi dan Teknologi (IT)

b. Pengenalan perlengkapan dan peralatan yang ada di bagian Informasi dan

Teknologi (IT)

c. Ikut serta dalam pengecekan peralatan dan storing .

Adapun permasalahan yang akan dikemukakan dalam laporan ini adalah

seputar kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama KP yaitu tentang Sistem

Komunikasi PABX di RU III Pertamina Plaju.

I.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan kerja praktek digunakan beberapa metode untuk

mendapatkan data-data yang diperlukan untuk proses penulisan laporan kerja

praktek tersebut diantaranya yaitu :

2

Politeknik Negeri Sriwijaya

1. Metode Kepustakaan

Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang diperlukan

sehingga menambah kejelasan terhadap uraian yang dikemukakan.

2. Study Kasus

Metode yang diadakan untuk mengadakan suatu penelitian terhadap

suatu kasus atau kejadian tertentu.

3. Observasi

Melalui metode ini dilakukan pengamatan dan pembelajaran terhadap

setiap objek yang terdapat pada bidang Informasi dan Teknologi secara

langsung pada tempatnya.

4. Metode Wawancara

Selain studi pustaka dan lapangan, juga dilakukan pemberian materi

dengan mengadakan wawancara atau bertanya secara langsung pada

pihak karyawan Bidang Informasi dan Teknologi PT. Pertamina

(Persero) RU III Plaju yang memberikan penjelasan langsung.

5. Diskusi

Dilakukan setelah metode wawancara dilakukan dengan metode tanya

jawab. Masing-masing pihak dapat mengajukan pertanyaan maupun

menanggapi pertanyaan tentang objek yang dipelajari

I.5 Sistematika Penulisan

Dalam pembuatan laporan Kerja Praktek ini sistematika penulisan ditulis

perbab dengan rincian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pengantar yang isinya menjelaskan Latar Belakang

diadakannya Kerja Praktek, Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek, Batasan

Masalah Kerja Praktek, Metode dan Teknik Penulisan dalam pengumpulan

3

Politeknik Negeri Sriwijaya

data untuk Kerja Praktek, serta Sistematika Penulisan Laporan Kerja Praktek

yang telah dikerjakan.

BAB II TINJAUAN UMUM

Bab ini menjelaskan latar belakang perusahaan tempat dilaksanakannya Kerja

Praktek yaitu di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai dasar komunikasi dan sistem komunikasi pada

PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang Sistem yang ada pada PABX (Private Automatic

Branch Exchange)

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan Kerja

Praktek yang telah dilakukan serta saran dan kritik yang diberikan penulis

kepada pihak perusahaan.

4

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB II

RUANG LINGKUP PERUSAHAAN

II.1 Sejarah PT. Pertamina

Upaya pencarian (eksplorasi) sumber minyak bumi di Indonesia pertama

kali dilakukan oleh Jhon Reenik (Belanda) pada tahun 1871 di kaki Gunung

Ceremai, sedangkan eksploitasi minyak bumi pertama kali dilakukan di Telaga

Tunggal pada tahun 1885, sumur ini merupakan sumur pertama dikawasan

Hindia-Belanda yang berproduksi secara komersial. Seiring dengan semakin

banyaknya sumber minyak mentah yang sudah ditemukan, pada akhir abad ke-18 mulai

didirikan beberapa perusahaan-perusahaan minyak asing, seperti Shell, Stanvac,

Royal Dutch Company, dll yang melakukan pengeboran di Indonesia, baru setelah

Indonesia merdeka pada tahun 1945, usaha untuk mengambil alih kekuasaan

sektor industriminyak dan gas bumi mulai dilakukan. Berdasarkan Undang-

Undang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, UU No.44/1961, dibentuklah tiga

perusahaan negara (PN) di sektor minyak dan gas bumi, yaitu :

- PN PERTAMIN berdasarkan PP No.3/1961

- PN PERMINA berdasarkan PP No.198/1961

- PN PERMIGAN berdasarkan PP No.199/1961

Pada tahun 1965 PN PERMIGAN dibubarkan, semua fasilitas produksinya

diserahkan kepada PN PERMINA dan fasilitas pemasarannya diserahkan kepada

PN PERTAMIN. Pada tahun 1968 didirikan PN PERTAMINA yang merupakan

gabungan dari PN PERMINA dan PERTAMIN dan pada tanggal 17 September 2003 PN

PERTAMINA berubah nama menjadi PT. PERTAMINA (Persero).

5

Politeknik Negeri Sriwijaya

Tabel II.1 Kronologi Sejarah Minyak dan Gas Bumi di Indonesia

1871 Usaha pertama pengeboran minyak di Indonesia, dilakukan di Cirebon.

Karena hasilnya sedikit, kemudian ditutup

1883 Konsesi pertama pengusahaan minyak diserahkan Sultan Langkat kepada

Aeiko J. Ziljker untuk daerah Telaga Said dekat Pangkalan Brandan

1885 Produksi pertama Telaga Said, yang kemudian diusahakan oleh “Royal

Dutch”

1890 Dibentuk “Koninklijke” untuk mengusahakan minyak di Sumatera Utara

1892 Kilang minyak di Pangkalan Brandan yang dibangun “Royal Dutch” mulai

berjalan

1898 Kilang minyak Balikpapan mulai berjalan

1899 Lapangan minyak Perlak, konsesi baru dari “Koninklijke” mulai

menghasilkan

1900 Kilang minyak Plaju mulai bekerja

1901 Saluran pipa Perlak – Pangkalan Brandan selesai dibangun

1907 “Koninklijke” dan “Shell Transport and Trading Company” bergabung

membentuk BPM

1907 Royal Dutch menyerahkan konsesi-konsesinya di Indonesia kepada BPM

1911 Sejak tahun ini BPM mengusahakan daerah-daerah minyak sekitar Cepu.

Instalasi minyak berkapasitas kecil dibangun

1912 Dibentuk NKPM sebuah subsidiary dari “Standard Oil Company of New

Jersey”, pada tahun 1948 nama NKPM menjadi STANVAC

1916 STANVAC menemukan minyak di Daerah Talang Akbar, Pendopo

(Sumsel)

1920 BPM memperoleh kontrak untuk mengusahakan daerah Jambi, membentuk

NIAM, dengan modal 50/50 antara BPM dengan Hindia Belanda.

6

Politeknik Negeri Sriwijaya

Manajemen berada di tangan BPM

1923 NIAM Jambi menghasilkan produksi untuk pertama kali

1926 Kilang minyak STANVAC di Sungai Gerong selesai dibangun, mulai

berproduksi dalam rangka produksi keseluruhan Indonesia

1931 “Standard Oil Company of California” membentuk subsidiary yang setelah

PD II bernama CALTEX. Pencarian minyak mulai diintensifkan

1935 Saluran pipa dari Jambi ke BPM di Plaju selesai dibangun. NNGPM suatu

perseroan yang terdiri dari saham BPM (40%), STANVAC (40%) dan Far

Pacific Investment Company (20%), mulai beroperasi di Irian Barat

1936 Konsesi yang bernama “Kontrak 5A” untuk daerah di Sumatera Tengah

diberikan kepada CALTEX (termasuk lapangan MINAS)

1941 Pecah perang di Asia Tenggara, penghancuran dan penutupan sumur minyak

bumi

1944 Tentara pendudukan Jepang yang berusaha membangun kembali instalasi

minyak menemukan MINAS

1945 Lapangan minyak sekitar P. Brandan (ex konsesi BPM) diserahkan pihak

Jepang atas nama sekutu kepada Bangsa Indonesia. Perusahaan ini diberi

nama PTMNRI

1946 / 1947 Jepang mundur, sejak pertengahan tahun 1946 sampai Agustus 1947

lapangan-lapangan minyak STANVAC dikuasai PERMIRI

1948 STANVAC kembali mencapat tingkat produksi tertinggi sebelum perang

1949 CALTEX kembali mengusahakan lapangan minyak di Sumatera Utara.

Konsesi BPM Cepu yang dikuasai PTMN dikembalikan kepada BPM akibat

KMB, PTMN dibubarkan

1951 PTMRI diakui sah oleh pemerintah RI dan diganti menjadi P.N PERMIGAN

1952 CALTEX mulai mengekspor minyak dari lapangan MINAS

1954 Pemerintah RI mengangkat seorang koordinator untuk Tambang Minyak

Sumut dan PTMNRI dirubah menjadi TMSU

1957 Awal Oktober 1957 K.S.A.D (pelaksana SOB) menunjuk KO. Dr. Ibnu

Sutowo untuk membentuk sebuah perusahaan minyak yang berstatus hukum.

7

Politeknik Negeri Sriwijaya

Tanggal 10 Desember 1957 PT. PERMINA didirikan, dan disahkan tanggal 3

April 1958

1958 Bulan Juni PT PERMINA mengekspor minyak mentah untuk pertama kali,

dan disusul yang kedua pada Agustus berikutnya. PT PERMINA

mengadakan perjanjian kerjasama dengan perusahaan minyak Jepang

NOSODECO. Kredit diangsur kembali dalam bentuk minyak mentah. PT

PERMINA membuka perwakilan di Tokyo

1959 NIAM menjadi PN PERMINDO. BPM/SHELL memulai proyek Tanjung di

Kalimantan

1960 BPM di Indonesia dilikuidasi dan sebagai ganti dibentuk PT SHELL

INDONESIA. Dengan diundangkannya UU Minyak dan Gas Bumi No. 44

Tahun 1960, tanggal 26 Oktober 1960, seluruh pengusahaan minyak di

Indonesia dilaksanakan oleh Negara. Permindo mulai dengan organisasi

perniagaan sendiri sesuai sifat perusahaan Semi Pemerintah, walaupun

administrasi perniagaan masih diatur SHELL

1961 Pemerintah RI mengambil alih saham SHELL dalam PERMINDO.

PERMINDO dilikuidasi dan dibentuk PN Pertambangan Minyak Indonesia

disingkat PERTAMIN. Dengan PP No. 198 Tahun 1961 didirikan

Perusahaan Negara dengan nama PN Pertambangan Minyak Nasional,

disingkat PN PERMINA dan PT PERMINA dilebur ke dalamnya

1962 Indonesia bergabung menjadi anggota OPEC

1964 Pemerintah RI/PN PERMINA mengambil alih semua aktivitas NNGPM

dengan membeli perusahaan tersebut

1965 Tanggal 31 Desember 1965 Pemerintah RI membeli PT SHELL

INDONESIA dengan harga US$ 110 juta. Unit-unit ex SHELL dimasukkan

dalam organisasi PN PERMINA

1966 Dengan Surat Keputusan Menteri Pertambangan No. 124/M/MIGAS tanggal

24 Maret 1966 organisasi PERMINA dibagi dalam 5 unit Operasi Daerah

Produksi dengan kantor pusat di Jakarta

1967 Konsep Kontrak Production Sharing (KPS) mulai diperkenalkan

8

Politeknik Negeri Sriwijaya

1968 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1968 tanggal 20 Agustus

1968 PN PERMINA dan PN PERTAMIN dilebur menjadi satu Perusahaan

Negara dengan nama PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional,

disingkat PN Pertamina

Berdasarkan UU No.8 tahun 1971, PT. PERTAMINA memiliki tugas

utama sebagai berikut :

1. Melaksanakan pengusahaan migas - dalam arti seluas-luasnya, guna

memperoleh hasil sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan

Negara.

2. Menyediakan dan melayani kebutuhan bahan-bahan minyak dan gas bumi dalam

negeri yang pelaksanaannya diatur dengan aturan pemerintah

(KEPPRES No. 11 Tahun 1990). Dalam melaksanakan tugas tersebut,

PT. Pertamina memiliki empat kegiatan utama, yaitu :

a. Eksplorasi dan Produksi

Kegiatan ini meliputi pencarian lokasi yang memiliki potensi

ketersediaan minyak dan gas bumi, kemungkinan penambangannya,

serta proses produksi menjadi bahan baku unit pengolahan.

b. Pengolahan

Kegiatan ini meliputi proses distilasi, pemurnian, dan reaksi

kimia tertentu untuk mengolah crude menjadi produk yang

diinginkan seperti premium, solar, kerosin, LPG, dll.

c. Pembekalan dan Pendistribusian

Kegiatan pembekalan meliputi impor crude sebagai bahan baku

unit pengolahan melalui sistem perpipaan sedangkan kegiatan

pendistribusian meliputi pengapalan.

d. Penunjang

Contohnya rumah sakit dan penginapan

9

Politeknik Negeri Sriwijaya

Dahulu PT. PERTAMINA (PERSERO) memiliki tujuh unit pengolahan,

akan tetapi Unit Pengolahan I di Pangkalan Brandan yang berkapasitas 5MBSD

berhenti beroperasi pada tahun 2007 karena permasalahan pasokan umpan.

Keenam Unit Pengolahan yang masih beroperasi saat ini antara lain:

1. Unit Pengolahan II Dumai-Sei Pakning, Riau dengan kapasitas 170

MBSD

2. Unit Pengolahan III Plaju-Sungai Gerong, Sumatera Selatan

dengankapasitas 126,2 MBSD

3. Unit Pengolahan IV Cilacap, Jawa Tengah dengan kapasitas 348

MBSD

4. Unit Pengolahan V Balikpapan, Kalimantan Timur dengan kapasitas

260MBSD

5. Unit Pengolahan VI Balongan, Jawa Barat dengan kapasitas 125

MBSD

6. Unit Pengolahan VII Kasim, Papua Barat dengan kapasitas 9,5 MBSD

II.2 Sejarah PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Sungai

Gerong

PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong merupakan salah satu

dari tujuh unit pengolahan yang dimiliki oleh PT. Pertamina. Daerah

pengoperasian Pertamina RU III ini meliputi kilang Plaju dan kilang Sungai

Gerong.

Kilang minyak Plaju didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1903.

Kilang ini mengolah minyak mentah yang berasal dari Prabumulih dan Jambi.

10

Politeknik Negeri Sriwijaya

Kilang ini mempunyai kapasitas produksi 100 MBCD (Million Barrel per

Calender Day). Pada tahun 1957, kilang ini diambil alih oleh PT. Shell Indonesia

yang merupakan perusahaan minyak milik Belanda, dan pada tahun 1965

pemerintah Indonesia mengambil alih kilang Plaju dari PT. Shell Indonesia.

Kilang minyak Sei Gerong dibangun oleh ESCO (StandVac) pada tahun 1920.

Pada tahun 1920 Pertamina membeli Kilang Sei Gerong terletak di persimpangan

Sungai Musi dan Sungai Komering, dengan kapasitas produksi 70 MBCD.

Dengan adanya penyesuaian terhadap unit yang masih ada, maka kapasitas

produksi kilang Sungai Gerong menjadi 25 MBCD.

Pada tahun 1973, kedua kilang ini mengalami proses integrasi. Kedua

kilang ini dikenal dengan sebutan Kilang Musi. Kilang ini berada di bawah

pengawasan RU III Pertamina dan bertanggung jawab dalam pengadaan BBM

(Bahan Bakar Minyak) untuk wilayah Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan

Lampung.

Rentetan peristiwa perkembangan pembangunan Kilang di lokasi Refinery

Unit (RU) III meliputi masa-masa :

Tabel II.2 Perkembangan Pembangunan Kilang Musi

1907 Kilang minyak di Plaju dengan kapasitas 110 MBSD didirikan

oleh SHELL

1926 Kilang berkapasitas 70 MBSD didirikan di Sungai Gerong oleh

STANVAC

1965 Kilang Plaju dengan kapasitas 110 MBSD dibeli dari SHELL

1965 Nasionalisasi kilang Plaju

1970 Nasionalisasi kilang Sungai Gerong

1971 Pembangunan kilang Polypropylene dengan kapasitas 20.000

ton/tahun

1972 Proyek Integrasi kilang Plaju dengan kilang Sungai Gerong

1982 Proyek Kilang Musi I (PKM I) dengan kapasitas 98 MBSD

11

Politeknik Negeri Sriwijaya

1982 Up granding kilang tahap I (PKM I)

1. Pembangunan HVU II

2. UpGranding FCCU

1983 Proyek pembangunan kilang TA/PTA dengan kapasitas 180.000

ton/tahun dan beroperasi sejak tahun 1986

1987 Proyek Energi Conversation Improvement (ECI)

1988 Proyek Usaha Peningkatan Effisiensi dan Produksi Kilang (UPEK)

1990 Debottlenecking kilang TA/PTA dengan kapasitas 225.000

ton/tahun

1994 Proyek Kilang Musi II (PKM II) yang meliputi :

- Revamping Kilang RFCCU

- Pembangunan New Polypropylene

- Perubahan jaringan listrik 60 Hz menjadi 50 Hz di area

Sungai Gerong

1996 Modifikasi Unit Redistiling I/II Plaju menjadi CDU

2002 Pembangunan jembatan integrasi

2003 PERTAMINA berubah status menjadi PT. PERTAMINA

(PERSERO)

12

Politeknik Negeri Sriwijaya

II.3 Struktur Organisasi Informasi dan Teknologi (IT) RU III

Struktur organisasi Informasi dan Teknologi dalam mengelola operasi dan

perkembangan sistem informasi dan komunikasi di PT. Pertamina (Persero) RU

III Plaju-Palembang.

13

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 2.1 Struktur Organisasi & Bezetting Informasi Teknologi

PT. PERTAMINA (Persero) RU III Plaju

II.4 Tugas dan Fungsi Terkait

Untuk melaksanakan kegiatan di Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong

ini, setiap bagian mempunyai fungsi dan tugas terkait sebagai berikut :

II.4.1 Asisten Ops. Komunikasi Telepon dan Radio

14

Politeknik Negeri Sriwijaya

Tugas / Kegiatan Utama :

1. Menganalisis, menyusun dan mengevaluasi pengelolaan terhadap

jumlah kebutuhan jaringan telepon (jumlah satuan sambungan

telepon / SST).

2. Menganalisis, menyusun dan mengevaluasi pengelolaan, pengendalian

jumlah kebutuhan saluran dan perangkat telekomunikasi dan

elektronika (Telepon, Fax, Handy Talkie, Public Addressor, Industrial

Intercom, Sistem Alarm, dsb) yang diperlukan oleh user di seluruh

wilayah kerja IT Area RU III.

3. Menganalisis, menyusun dan mengevaluasi kegiatan pemeliharaan

jaringan telepon dan radio.

4. Menganalisis, mengevaluasi pengelolaan perangkat coastal stasion

(Stasiun Radio Pantai).

5. Menganalisis, menyusun dan mengevaluasi pemeliharaan sistem

switching (PABX, MDF, modem, dll).

6. Menganalisa, mengevaluasi dan melakukan pengelolaan telepon alarm

sistem, nurse call, smoke detector, call pillar alarm, ringer alarm, sirine

serta perangkat pendukung lainnya.

7. Menganalisa dan mengevaluasi sistem detector alarm.

8. Merencanakan, memonitor, mengevaluasi dan mengawasi pengelolaan

sistem kehandalan jaringan LAN / WAN (VPN, VSAT, Frame Relay,

dll) guna mendukung kelangsungan / keberlanjutan implementasi

sistem ERP di wilayah kerja IT Region I / II/ III / IV.

9. Merencanakan, mengatur, mengevaluasi, mengkoordinasi dan

mengawasi dalam pelayanan support teknis infrastruktur lokal (Help

Desk) ke user di wilayah kerja IT region I.

10. Merencanakan, mengatur / mengelola, mengkoordinasi dan mengawasi

kegiatan pemeliharaan jaringan lokal (LAN, WAN dan transmisi

radio).

15

Politeknik Negeri Sriwijaya

11. Merencanakan, mengelola, mengkoordinasi dan mengawasi terhadap

aktifitas pemeliharaan perangkat dan sarana fasilitas IT yang ada di

lokasi-lokasi.

12. Merencanakan, mengatur dan mengkoordinasi sistem dan jadwal

kegiatan operator telepon di Kantor Region, Kantor Unit, maupun di

lokasi-lokasi.

13. Merencanakan, mengatur / mengelola dan mengkoordinasi kegiatan

pelaporan / dokumentasi mengenai pengukuran kinerja yang

berhubungan dengan ukuran kinerja bagian Operasi Teknologi

Informasi.

II.4.2 Asisten Ops. Komunikasi Data dan Sistem

Tugas / Kegiatan Utama

1. Menyusun, menganalisis dan melaksanakan kegiatan pemeliharaan,

perbaikan dan instalasi / reinstalasi jaringan data serta perangkat

penunjangnya.

2. Mengevaluasi kehandalan operasi jaringan data serta perangkat

penunjangnya.

3. Menganalisa, meneliti unjuk kerja sistem jaringan data serta

mengoptimalkan kehandalannya.

4. Mengevaluasi dan membuat usulan pengembangan infrastruktur

jaringan data dan sistem support untuk kegiatan operasi.

5. Membuat konsultasi teknis dan solusi terhadap kebutuhan jaringan

data dan sistem support.

6. Memonitor kondisi jaringan data dan perangkat aktifnya melalui

Network Management System.

7. Mengelola dan memelihara instrumentasi dan alat-alat ukur.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

16

Politeknik Negeri Sriwijaya

III.1 Dasar Komunikasi

Komunikasi merupakan kegiatan sehari-hari manusia dalam penyaluran

informasi, baik secara satu arah ataupun dua arah kepada tujuan yang diinginkan

dari satu titik ke titik yang lainnya.

Komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu Communicare yang berarti

memberitahukan atau Commonne yang artinya menyamakan. Sedangkan

Telekomunikasi diartikan sebagai komunikasi jarak jauh (communication at a

distance), atau sebagai transmisi isyarat (signal) jarak jauh, seperti telegraf, radio,

atau televisi. Telekomunikasi juga sering dinamai sebagai komunikasi elektris

(electrical communication).

Dalam komunikasi, pada dasarnya dikenal tiga macam informasi, yakni

wicara (voice), video (gambar hidup), dan data (lambang-lambang huruf, angka,

dan sebagainya). Jaringan telepon pada dasarnya merupakan jaringan untuk

komunikasi wicara, jaringan ini berupaya untuk dapat melayani komunikasi data

dan video. Contoh jaringan untuk penyaluran video adalah sistem televisi kabel

(Cable Television, CATV), dimana jaringan ini berupaya untuk dapat pula

melayani wicara dan data. Jaringan telegraf untuk komunikasi data kini telah

berubah menjadi jaringan komputer, dan jaringan data (komputer) berupaya

melayani wicara dan video pula.

Agar dapat disalurkan melalui media yang tersedia, informasi perlu diubah

terlebih dahulu ke wujud fisi tertentu. Wujud fisis yang mewakili informasi itu

selanjutnya disebut isyarat (signal), misalnya berupa isyarat elektris (arus atau

tegangan listrik). Di sisi pengirim, informasi asal (origin) diubah menjadi isyarat

kirim (transmitted signal atau sent signal). Di sisi penerima, isyarat penerima

(received signal) dipulihkan menjadi informasi semula. Pengubahan informasi

menjadi isyarat di sisi pengirim dan kebalikannya di sisi penerima dilakukan oleh

17

Politeknik Negeri Sriwijaya

transduser (transducer). Dalam komunikasi wicara, kedua transduser tersebut

berturut-turut adalah mikrofon (microphone) dan penyuara (speaker). Untuk

penyaluran gambar, transduser pengirim dan penerima adalah kamera dan

penampil. Untuk penyaluran informasi, di media dibutuhkan durasi waktu,

rentang frekuensi, dan aras (level) daya (power) tertentu.

Unsur-unsur sistem telekomunikasi terdiri atas :

1. Terminal (awal dan akhir)

Alat telekomunikasi yang ditempatkan pada awal dan akhir

2. Swiching (sentral)

Alat untuk menghubungkan atau memutuskan suatu hubungan atau

sambungan aliran listrik

3. Transmisi (penyalur)

Alat penyampai antara sumber informasi (komunikator) dan

penerima informasi (komunikan)

4. Catu Daya (catuan listrik = power supply)

Untuk memberikan catuan listrik kepada perangkat-perangkat

telekomunikasi.

III.2 Sistem Telepon

Sistem telepon harus dapat saling mengirim sinyal (voice) kedua arah,

dimana keduanya saling berkomunikasi secara langsung. Sistem bekerja sesuai

dengan fungsinya, juga dapat memberi sinyal tanda-tanda dari masing-masing

terminal ke terminal lainnya. Sentral akan memberi tahu tentang adanya panggilan

dan tentang keadaan suatu terminal yang sedang dipanggil. Pada sistem telepon

otomatis, sinyal yang dikirim akan langsung mengoperasikan alat-alat

penghubung saluran (line switching) atau pada lokasi sentral.

18

Politeknik Negeri Sriwijaya

Sentral akan memberitahu tentang adanya panggilan atau tentang adanya

atau bagaimana keadaan terminal lain yang sedang dipanggil. Pada sistem telepon

otomatis sinyal yang dikirim akan langsung mengoperasikan alat-alat penghubung

saluran (line switching) pada lokasi sentral, sehingga tidak diperlukan lagi

operator perantara. Sistem telepon otomatis bekerja atas dasar loop dan hanya

menggunakan sistem catu daya dari sentral. Loop pelanggan telepon terdiri dari

sepasang kabel diantara tepat pelanggan dan sentral penghubung telepon, sebuah

pesawat telepon dan sebuah rangkaian disentral penghubung untuk pencatu

baterai, arus pemberi sinyal dan alat penghubung ke mesin-mesin switching.

Sentral telepon (PABX) pada PT PERTAMINA Refinery Unit III Plaju

mempunyai sistem switching.

Sentral telepon mempunyai fungsi dasar yaitu :

- Menyelenggarakan fungsi switching (penyambungan)

- Menyelenggarakan fungsi kontrol

- Menyelenggarakan fungsi signaling internal

- Menyelenggarakan fungsi operasi dan pemeliharaan

- Menyediakan interface transmisi dan signaling

Jenis-jenis sentral telepon yaitu :

1. Dilihat dari cara penyambungan

a. Sentral telepon manual, proses penyambungan antara dua pelanggan

yang dilayani oleh petugas operator di kantor telepon

b. Sentral telepon otomatis, proses penyambungan berlangsung secara

otomatis, yang digerakkan oleh pesawat telepon si pemanggil

2. Dilihat dari cara penggunaannya

a. Sentral telepon lokal, yaitu suatu sentral telepon yang disediakan untuk

umum dalam wilayah operasi terbatas dalam satu kota

19

Politeknik Negeri Sriwijaya

b. Sentral telepon transit, yaitu satu sentral telepon yang tidak

mempunyai pelanggan secara langsung. Sentral ini bertugas

menyambungkan antara dua sentral telepon.

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 PABX (Private Automatic Branch Exchange)

PABX (Private Automatic Branch Exchange) atau juga disebut dengan

Sentral Telepon adalah suatu perangkat yang bekerja sebagai alat atau sistem

penyambungan dari pesawat telepon yang satu dengan pesawat telepon lain secara

otomatis melalui interkoneksi kepada pelanggan. Pada jaringan telepon, PABX

mempunyai sebuah terminal pelanggan yang disebut dengan MDF (Main

Distribution Frame).

IV.2 Sentral Telepon pada PABX

Sentral pada sistem telekomunikasi merupakan otak pengatur dan

pengendali hubungan pertukaran informasi antara terminal-terminal pada sistem

telekomunikasi. Sentral-sentral dihubungkan dengan saluran transmisi

membentuk suatu jaringan telekomunikasi.

Sentral switching akan diperlukan jika jumlah terminal yang akan

dihubungkan dan saling berkomunikasi cukup banyak sehingga kurang ekonomis

jika semua terminal saling dihubungkan langsung satu dengan yang lainnya.

Sentral telepon lokal secara umum berfungsi untuk membuat sambungan telepon

(switching) antara dua pelanggan sesuai dengan permintaan, melindungi dan

mempertahankan sambungan tersebut selama proses hubungan, dan

membubarkannya jika ada salah satu atau keduanya meminta release.

20

Politeknik Negeri Sriwijaya

Untuk penyelenggaraan di Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong

digunakan sentral digital PABX jenis MD 110 merk Ericsson BC 13/MX-ONE.

IV.2.1 Sistem Sentral Telepon PABX

Pembagian sistem sentral telepon di PT. PERTAMINA Refinery Unit III

Plaju dilakukan untuk apabila salah satu system mengalami kerusakan maka

nomor-nomor penting bisa dialihkan ke sistem lain sehingga komunikasi yang

sangat penting dapat berjalan terus-menerus. Sentral telepon mempunyai dua

perangkat, perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Software).

IV.2.1.a Perangkat Keras (Hardware)

Perangkat keras PABX MD 110 merk Ericsson BC 13/MX-ONE

terdiri dari LIM (Line Interface Module), GS (Group Switching), Catu

Daya, dan PC Maintenance.

a. LIM (Line Interface Module)

Suatu gabungan piranti (unit processor) yang berbentuk rak yang

mempunyai 4 magazine. Magazine adalah card atau modul-modul

yang saling berintegrasi dan dipasang pada sebuah rak atau kabinet.

21

Politeknik Negeri Sriwijaya

(a) (b)

Gambar 4.1 (a) Struktur LIM Cabinet Lama

(b) Struktur LIM Cabinet Baru

LIM inilah yang sesungguhnya adalah struktur sebuah PABX Ericsson.

Struktur LIM dari MX-One Telephony Swtich masih menduplikasi dari

seri MD 110 sebelumnya, dimana desain perangkat keras (hardware)

TSW (Struktur Telephony Switch) Ericsson menggunakan sistem

modular, yang berarti pada suatu unit PABX Ericsson terdiri dari

modul-modul (card) sesuai dengan fungsi masing-masing. Blok

diagram dapat dilihat pada Gambar 1.2 dibawah ini.

22

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 4.2 Blok Diagram PABX Ericsson MD 110

Jadi struktur LIM MX-One TSW masih menggunakan LPU-5 sebagai

Processor selaku control sistem. Hal ini dimaksudkan karena Ericsson

masih memberikan solusi upgrading untuk mempertahankan hardware

yang ada supaya tetap dapat digunakan sehingga biaya (cost) untuk

PABX dengan fiture terbaru menjadi lebih murah.

b. GS (Group Switching)

Jika lebih dari 2 LIM maka diperlukan GS untuk menghubungkan LIM

1 dengan LIM yang lain dalam satu sistem sentral telepon dan

konfigurasi untuk magazine “0”. Untuk menghubungkan LIM 1

23

Politeknik Negeri Sriwijaya

dengan LIM lainnya digunakan PCM Link mengandung 32 kanal atau

32 time slots. Time slots 1-15 dan 17-31 untuk voice, time slots 0

untuk sinkronisasi sinyal dan slots 16 untuk kontrol sinyal.

IV.2.1.b Perangkat Lunak (Software)

1. Pemrogram Sistem Penomoran

Pemberian nomor kepada tiap terminal pemakai /

pelanggan yang diperlukan untuk penyambungan.

Penomoran bertujuan untuk panggilan yang dapat

dilakukan secara efektif.

2. Pensinyalan

Pensinyalan merupakan tata cara mulai komunikasi

pembubaran dan pemantauan fungsi jaringan telekomunikasi

dari sentral MD 110 yang berupa Digital Network Signalling

System.

3. Pemilihan Route

Proses untuk menggunakan route berdasarkan aturan tertentu

guna menyalurkan informasi untuk pembentukan hubungan

proses berakhir ketika pesan / panggilan menempati tujuan.

4. Tarif Pembebanan Interkoneksi

Beban pembicaraan dicatat oleh alat penghitung atau

akumulator perangkat lunak guna menjalankan sistem tagihan.

5. Sinkronisasi

Berfungsi mengembalikan sinyal PCM ke chanel telepon

semula dengan cara pulsa sinkronisasi dikirimi pada time slot 0

(ST), frame genap. Sinkronisasi ditandainya dengan

perhitungan time slot dan frame slot.

24

Politeknik Negeri Sriwijaya

6. Operasi

Operasi sentral diatur oleh PC yang disambung ke LPU

(interface prosesor unit). Pada PC ini dapat disetting fasilitas,

kategori dan fitur.

Fasilitas

Akses pada pelanggan dapat dipakai dial lokal, city

call, SLJJ dan kantor pusat.

Kategori

Kategori akses pada extension:

- Lokal (intern)

- City Call (dial “0”)

- Dial “170” (Inter Office Pertamina)

- SLJJ (Dial “00”)

- One Way (telepon hanya dapat

menerima/mengirim)

- Open (telepon dapat dikirimi /

diterima)

Fitur

- Automatic Call Back

- Call diversion

- Transfer Call

- Follow me

- Call pick-Up

7. Maintance

Jika terjadi gangguan dapat dilokalisir dan diperbaiki lewat PC

maintance yang menggunakan aplikasi WinFIOL.

25

Politeknik Negeri Sriwijaya

8. Manajemen Trafik

Manajemen trafik memiliki jumlah extension yang lewat dan

menempati route, trunk dan extension yang berhasil dan gagal

berkomunikasi direcord pada billing sistem.

IV.2.2 Sistem Penomoran

Untuk komunikasi telepon tentunya terjadi proses nomor yang memanggil

dan nomor yang dipanggil. Nomor-nomor yang akan diprogram harus disesuaikan

dengan banyaknya pelanggan atau kebutuhan lingkungan yang memerlukan

fasilitas telepon atau sesuai dengan kapasitas dari sentral telepon itu sendiri.

Pada sistem penomoran yang sudah diprogram, tidak boleh ada yang

kembar. Nomor-nomor yang sudah diprogram pada dasarnya merupakan nomor-

nomor yang sudah diprogram pada dasarnya merupakan nomor-nomor yang sudah

permanen.

Operasi sistem penomoran PABX dibagi menjadi 4 sistem dengan

perincian sebagai berikut :

1. Sistem 1 memiliki kurang lebih 2000 extension, yang terpakai saat ini

di sistem 1 hanya 1376, dengan perincian 1122 pada Analog dan 254

pada Digital.

LIM 1 sampai LIM 7 di Perkantoran Plaju. Pada sistem ini terdapat 42

saluran telepon untuk outgoing trunk dan incoming trunk yang dibagi

menjadi :

Route 1 = 10 nomor, yang digunakan interlokal, SLJJ, internet

(koneksi ke luar / outgoing trunk).

26

Politeknik Negeri Sriwijaya

Route 2 = 24 nomor, yang digunakan untuk lokal Palembang (outgoing

trunk)

Route 21 = 6 nomor, yang digunakan untuk hunting nomor PT

PERTAMINA RU III Plaju (incoming trunk)

Route 11 = 2 nomor, yang digunakan untuk operator (outgoing trunk)

Dengan contoh penomoran sistem 1 tersebut sebagai berikut :

1200-1299

1300-1399

5400-5499

5500-5599

6000-6099

6100-6199

6200-6299

6300-6399

6400-6499

6500-6599

6600-6699

6700-6799

6800-6899

6900-6999

7300-7399

7400-7499

9700-9799

2. Sistem 2 memiliki kurang lebih 1500 extension, yang terpakai saat ini

di sistem 2 hanya 1001, yang terdapat pada Analog sebesar 995 dan

Digital sebesar 6.

LIM 1 sampai 5 LIM 5 di Perumahan Plaju. Pada sistem ini terdapat 70

saluran, untuk akses keluar dan masuk melalui jaringan, yang dibagi

menjadi :

Route 1 = 20 yang digunakan untuk interlokal, SLJJ, internet (koneksi

keluar outgoing trunk)

Route 2 = 44 nomor, yang digunakan untuk lokal Palembang

(outgoing trunk)

Route 21 = 6 nomor, yang digunakan untuk hunting nomor telepon PT

PERTAMINA RU III Plaju (incoming trunk).

Dengan contoh penomoran sistem 2 tersebut sebagai berikut :

27

Politeknik Negeri Sriwijaya

4600-4699

4700-4799

4800-4899

4900-4999

5600-5699

5700-5799

5800-5899

5900-5999

7100-7199

7500-7599

7600-7699

7700-7799

7800-7899

7900-7999

3. Sistem 3 memiliki kurang lebih 250 extension, yang terpakai saat ini

di sistem 3 hanya 149, dengan perincian 118 pada Analog dan 31

pada Digital.

LIM 1 di Kilang Plaju. Pada sistem ini terdapat 34 saluran telepon untuk

outgoing trunk dan incoming trunk yang dibagi menjadi :

Route 1 = 10 yang digunakan untuk interlokal, SLJJ, internet

(koneksi keluar outgoing trunk)

Route 2 = 14 nomor, yang digunakan untuk lokal Palembang

(outgoing trunk)

Route 21 = 10 nomor, yang digunakan untuk hunting nomor

telepon PT PERTAMINA RU III Plaju (incoming trunk).

Dengan contoh penomoran pada sistem 3 tersebut sebagai berikut :

8800-8899

8900-8999

4. Sistem 4 memiliki kurang lebih 1000 extension, yang terpakai saat ini

di sistem 4 hanya 555, dengan perincian 513 pada Analog dan 42

pada Digital.

LIM 1 sampai LIM 2 di Sungai Gerong (Perkantoran, Perumahan dan

Kilang). Pada sistem ini terdapat 32 saluran telepon untuk outgoing trunk

dan incoming trunk yang dibagi menjadi :

28

Politeknik Negeri Sriwijaya

Route 1 = 15 yang digunakan untuk interlokal, SLJJ, internet

(koneksi keluar outgoing trunk)

Route 2 = 20 nomor, yang digunakan untuk lokal Palembang

(outgoing trunk)

Route 21 = 15 nomor, yang digunakan untuk hunting nomor

telepon PT PERTAMINA RU III Plaju (incoming trunk).

Dengan contoh penomoran pada sistem 4 tersebut sebagai berikut :

8000-8099

8100-8199

8200-8299

8300-8399

8400-8499

8500-8599

Dengan jumlah total seluruh extension sebanyak 3093 sambungan, terdiri

dari 2746 sambungan analog, 347 sambungan digital dengan meliputi wilayah

Plaju, Sungai Gerong, Bagus Kuning serta wilayah Perkantoran dan Kilang.

IV.2.3 Jenis Sentral Telepon PABX

Sentral telepon PABX di PT. Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong ada 2

jenis yaitu Analog dan Digital, biasanya digital digunakan untuk wilayah

perkantoran.

1. PABX Digital

Jenis ini biasanya memakai kabel telepon 4 kawat dan pesawat telepon

extension yang juga digital. PABX ini umumnya telah mendukung

beberapa fitur seperti fitur seperti Conference Call, Party, dsb. Pesawat

digital hanya bisa digunakan / dipasangkan dengan PABX yang sama

dengan merk/type/jenis pesawat digital itu sendiri karena memiliki

tombol-tombol line / Flexsibel button. Sistem telepon digital bisa

diparalel.

29

Politeknik Negeri Sriwijaya

2. PABX Analog

Jenis ini memakai kabel telepon 2 kawat dan pesawat telepon

extension yang juga analog (tone dial). Pesawat analog ini hanya

mendukung pesawat telepon biasa (seperti telepon rumah), dimana

fiturnya sangat sederhana. Sistem telepon ini berbanding terbalik

dengan digital, karena pesawat telepon ini sistemnya tidak bisa

diparalel.

IV.3 Fasilitas-fasilitas PABX (PABX MD-110)

1. Direct In Dialing (DID)

Jika ada panggilan maka saluran dari luar akan menempati jalan

langsung tanpa melalui operator. Setiap panggilan dari luar

menggunakan kode panggilan 59. Contoh 0711-597745

2. Direct In Line (DIL)

Untuk hubungan langsung GS PABX untuk panggilan keluar dan

masuk dari LIM lain atau sistem lain

3. Executive Intruction

Telepon dapat men-cut panggilan dengan masukan pembicaraan yang

sedang berjalan lurus

4. Follow Me

Pengalihan nomor masuk ke nomor lain dengan masukan nomor yang

akan dituju

5. Group Hunting

Beberapa nomor telepon yang dapat dipanggil dengan satu nomor

6. Transfer

Telepon dapat mentransfer panggilan ke nomor lain atau operator

30

Politeknik Negeri Sriwijaya

7. Identity Name

Telepon yang menampilkan identitas nama biasanya digunakan pada

pesawat telepon digital. Nomor dan identitas nama tertera pada layar

telepon

8. Colour ID

Biasanya digunakan pada pesawat telepon analog. Yang tertera pada

layar telepon hanya nomor pemanggil tanpa ada nama

9. Billing Sistem

Perangkat yang merekam semua kegiatan telepon selama 24 jam yang

ada pada LIM Ericsson MD 110 BC-9 yaitu Telephone Management

System

31