Upload
arya-wulandari
View
1.301
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dibaca dibaca
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsentrasi adalah cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat
terlarut dan pelarut. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan secara kualitatif maupun
kuantitatif. Istilah larutan encer dan larutan pekat merupakan contoh konsentrasi
yang dinyatakan secara kualitatif. Dalam percobaan kimia, semua konsentrasi
larutan dapat diukur secara tepat (kuantitatif) dengan menggunakan beberapa
metode, misalnya melalui kemolalan, kemolaran, fraksi mol, dan persen massa.
Namun untuk menghitung konsentrasi dengan jumlah yang kecil dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yakni dengan menggunakan spektrofotometer, pH meter,
dan konduktivitimeter. Pada percobaan ini dilakukan percobaan pengukuran
konsentrasi larutan menggunakan konduktivitimeter.
1.2 Prinsip
Berdasarkan pengukuran konsentrasi larutan menggunakan
konduktivitimeter.
1.3 Tujuan
1. Menentukan konsentrasi larutan seteelah pengenceran.
2. Membuat kurva kalibrasi.
3. Membuat linierisasi data.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan perlu dinyatakan secara kuantitatif misalnya melalui
kemolalan, kemolaran, fraksi mol, dan persen massa. Kemolalan dan fraksi mol
merupakan pernyataan konsentrasi taua kepekatan larutan yang menyatakan
dengan jelas jumlah mol zat terlarut dan jumlah mol zat pelarut. Hal ini berbeda
dengan kemolaran yang hanya menunjukan jumlah mol zat terlarut tanpa
menginformasikan jumlah mol pelarutnya. Berikut adalah beberapa jenis
penentuan konsentrasi yang dinyatakan secara kuantitatif :
1. Kemolalan
Kemolalan atau molalitas merupakan permyataan konsentrasi larutan yang
menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg atau 1000 gr zat pelarut.
m= jumlah mol zat terlarut1 kg zat pelarut
(1 )
atau
m=massaMr
x1000
pelarut(2)
Keterangan :
m = kemolalan (mol/kg)
Mr = massa molekul relatif (gr/mol)
Massa = massa zat terlarut (gr)
Pelarut = massa zat pelarut (gr)
2. Kemolaran
Kemolaran menunjukan jumlah mol suatu zat dalam 1 liter larutan. Secara
matematis, kemolaran dapat dirumuskan sebagai berikut :
m= jumlah mol zat terlarut1 L larutan
(3 )
atau
m=massaMr
x1000Vol
(4)
Kemolaran dapat dikonversi menjadi kemolalan dengan mengubah lebih
dahulu volume larutan menjadi massa larutan. Dengan mengetahui massa larutan,
kita dapat mengetahui massa zat pelarutnya. Pengubahan volume larutan menjadi
massa larutan tersebut memerlukan data massa jenis larutan, yang dapat
dirumuskan sebagai :
massa jenis()= massa larutanvolume larutan
(5)
Satuan massa jenis dinyatakan dalam gr/mL.
3. Persen Berat
Persen berat adalah jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram massa larutan.
Perhitungan persen massa dapat dirumuskan sebagai berikut :
persen (% )= massa zat Amassa larutan
x 100 % (6)
4. Fraksi Mol
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan
jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan. Fraksi mol dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Xt= ntnp+nt
(7)
Keterangan :
Xt = fraksi mol zat pelarut
np = jumlah mol zat pelarut
nt = jumlah mol zat terlarut
2.2 Konduktivitas
Sifat daya hantar listrik material dinyatakan dengan konduktivitas, yaitu
kebalikan dari resistivitas atau tahanan jenis penghantar, dimana tahanan jenis
penghantar tersebut didefinisikan sebagai:
¿ R AI
¿)
dimana;
A : luas penampang (m2)
l : Panjang penghantar (m)
Ώ : tahanan jenis penghantar (ohm.m)
R : tahanan penghantar (ohm)
ρ : konduktivitas
Menyatakan kemudahan – kemudahan suatu material untuk meneruskan
arus listrik. Satuan konduktivitas adalah (ohm meter). Konduktivitas merupakan
sifat listrik yang diperlukan dalam berbagai pemakaian sebagai penghantar tenaga
listrik dan mempunyai rentang harga yang sangat luas. Logam atau material yang
merupakan penghantar listrik yang baik, memiliki konduktivitas listrik dengan
orde 107 (ohm.meter) -1 dan sebaliknya material isolator memiliki konduktivitas
yang sangat rendah, yaitu antara 10-10 sampai dengan 10-20 (ohm.m)-1. Diantara
kedua sifat ekstrim tersebut, ada material semi konduktor yang konduktivitasnya
berkisar antara 10-6 sampai dengan 10-4 (ohm.m)-1. Berbeda pada kabel
tegangan rendah, pada kabel tegangan menengah untuk pemenuhan fungsi
penghantar dan pengaman terhadap penggunaan, ketiga jenis atau sifat
konduktivitas tersebut diatas digunakan semuanya.
Logam
Konduktivit
as
Perak ( Ag ) 6,8 x 107
Tembaga ( Cu ) 6,0 x 107
Emas ( Au ) 4,3 x 107
Alumunium ( Ac ) 3,8 x 107
Kuningan ( 70% Cu – 30%
Zn ) 1,6 x 107
Besi ( Fe ) 1,6 x 107
Baja karbon ( Ffe – C ) 0,6 x 107
Baja tahan karat ( Ffe – Cr ) 0,2 x 107
Tabel 1. Konduktivitas Listrik Berbagai Logam dan Paduannya Pada Suhu
Kamar.
2.3 Kriteria mutu penghantar
Konduktivitas logam penghantar sangat dipengaruhi oleh unsur – unsur
pemadu, impurity atau ketidaksempurnaan dalam kristal logam, yang ketiganya
banyak berperan dalam proses pembuatan pembuatan penghantar itu sendiri.
Unsur – unsur pemandu selain mempengaruhi konduktivitas listrik, akan
mempengaruhi sifat – sifat mekanika dan fisika lainnya. Logam murni memiliki
konduktivitas listrik yang lebih baik dari pada yang lebih rendah kemurniannya.
Akan tetapi kekuatan mekanis logam murni adalah rendah. Penghantar tenaga
listrik, selain mensyaratkan konduktivitas yang tinggi juga membutuhkan sifat
mekanis dan fisika tertentu yang disesuaikan dengan penggunaan penghantar itu
sendiri.
Selain masalah teknis, penggunaan logam sebagai penghantar ternyata
juga sangat ditentukan oleh nilai ekonomis logam tersebut dimasyarakat.
Sehingga suatu kompromi antara nilai teknis dan ekonomi logam yang akan
digunakan mutlak diperhatikan. Nilai kompromi termurahlah yang akan
menentukan logam mana yang akan digunakan. Pada saat ini, logam Tembaga dan
Aluminium adalah logam yang terpilih diantara jenis logam penghantar lainnya
yang memenuhi nilai kompromi teknis ekonomis termurah.
Dari jenis–jenis logam penghantar pada tabel 1. diatas, tembaga
merupakan penghantar yang paling lama digunakan dalam bidang kelistrikan.
Pada tahun 1913, oleh International Electrochemical Comission (IEC) ditetapkan
suatu standar yang menunjukkan daya hantar kawat tembaga yang kemudian
dikenal sebagai International Annealed Copper Standard (IACS). Standar tersebut
menyebutkan bahwa untuk kawat tembaga yang telah dilunakkan dengan proses
anil (annealing), mempunyai panjang 1m dan luas penampang 1mm2, serta
mempunyai tahanan listrik (resistance) tidak lebih dari 0.017241 ohm pada suhu
20oC, dinyatakan mempunyai konduktivitas listrik 100% IACS.
Akan tetapi dengan kemajuan teknologi proses pembuatan tembaga yang dicapai
dewasa ini, dimana tingkat kemurnian tembaga pada kawat penghantar jauh lebih
tinggi jika dibandingkan pada tahun 1913, maka konduktivitas listrik kawat
tembaga sekarang ini bisa mencapai diatas 100% IACS.
Untuk kawat Aluminium, konduktivitas listriknya biasa dibandingkan terhadap
standar kawat tembaga. Menurut standar ASTM B 609 untuk kawat aluminium
dari jenis EC grade atau seri AA 1350(*), konduktivitas listriknya berkisar antara
61.0 – 61.8% IACS, tergantung pada kondisi kekerasan atau temper. Sedangkan
untuk kawat penghantar dari paduan aluminium seri AA 6201, menurut standar
ASTM B 3988 persaratan konduktivitas listriknya tidak boleh kurang dari 52.5%
IACS. Kawat penghantar 6201 ini biasanya digunakan untuk bahan kabel dari
jenis All Aluminium Alloy Conductor (AAAC). Disamping persyaratan sifat listrik
seperti konduktivitas listrik diatas, kriteria mutu lainnya yang juga harus dipenuhi
meliputi seluruh atau sebagian dari sifat – sifat atau kondisi berikut ini, yaitu:
a. komposisi kimia.
b. sifat tarik seperti kekuatan tarik (tensile strength) dan regangan tarik
(elongation).
c. sifat bending.
d. diameter dan variasi yang diijinkan.
BAB III
HASIL PERCOBAAN
3.1 Grafik hasil percobaan pada NaCl
3.1.1 Pada konsentrasi 10-3 ; 2x10-3 ; 3x10-3 ; 4x 10-3
1 2 3 4 5 6 70
0.0010.0020.0030.0040.005
f(x) = 0.000626807264006747 x − 0.000131101841576322R² = 0.996404167228326
Grafik hubungan konduktivitas terhadap konsentrasi
Grafik hubungan konduktivitas terhadap konsentrasiLinear (Grafik hubungan konduktivitas terhadap kon-sentrasi)
Konduktivitas
Kons
entr
asi
Grafik 3.1.1 Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi 10-3 ; 2x10-3 ; 3x10-3 ; 4x 10-3 M pada NaCl .
3.1.2 Pada konsentrasi 10-4 ; 2x10-4 ; 3x10-4 ; 4x 10-4
0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 10
0.00010.00020.00030.00040.0005
f(x) = 0.000687646018368756 x − 0.000248199540308164R² = 0.999837310708171
Grafik Hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi
Grafik Hubungan antara kon-duktivitas terhadap konsentrasiLinear (Grafik Hubungan antara konduktivitas terhadap konsen-trasi)
Konduktivitas
Kons
entr
asi
Grafik 3.1.2 Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi 10-4 ; 2x10-4 ; 3x10-4 ; 4x 10-4 M pada NaCl .
3.1.3 Pada konsentrasi 10-5 ; 2x10-5 ; 3x10-5 ; 4x 10-5
0.39 0.4 0.41 0.42 0.43 0.440
0.000010.000020.000030.000040.00005
f(x) = 0.000773455721917087 x − 0.000295113986908434R² = 0.993890602663457
Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi
Grafik hubungan antara kon-duktivitas terhadap konsentrasiLinear (Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsen-trasi)
konduktivitas
Kons
entr
asi
Grafik 3.1.3 Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi 10-5 ; 2x10-5 ; 3x10-5 ; 4x 10-5 M pada NaCl .
3.1.4 Pada konsentrasi 10-6 ; 2x10-6 ; 3x10-6 ; 4x 10-6
0.378 0.38 0.382 0.384 0.386 0.3880
0.00000050.000001
0.00000150.000002
0.00000250.000003
0.00000350.000004
0.0000045
f(x) = 0.000354430379746835 x − 0.000133379746835443R² = 0.620253164556963
Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi
Grafik hubungan antara kon-duktivitas terhadap konsentrasiLinear (Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsen-trasi)
konduktivitas
kons
entr
asi
Grafik 3.1.4 Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi 10-6 ; 2x10-6 ; 3x10-6 ; 4x 10-6 M pada NaCl .
3.1.5 Pada konsentrasi 10-7 ; 2x10-7 ; 3x10-7 ; 4x 10-7
0.379 0.38 0.381 0.382 0.383 0.384 0.385 0.386 0.3870
0.000000050.0000001
0.000000150.0000002
0.000000250.0000003
0.000000350.0000004
0.00000045
f(x) = − 5.45454545454545E-06 x + 2.33363636363636E-06R² = 0.0163636363636374
Graafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi
Series2Linear (Series2)
Konduktivitas
Kons
entr
asi
Grafik 3.1.5 Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi 10-7 ; 2x10-7 ; 3x10-7 ; 4x 10-7 M pada NaCl .
3.2 Grafik hasil percobaan pada NaOH
3.2.1 Pada konsentrasi 10-3 ; 2x10-3 ; 3x10-3 ; 4x 10-3
2 4 6 8 10 12 14 160
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
f(x) = 0.000271131735283672 x − 1.00020393885964E-05R² = 0.99668025890278
Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi
Series2Linear (Series2)
Konduktivitas
Kons
entr
asi
Grafik 3.2.1 Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi 10-3 ; 2x10-3 ; 3x10-3 ; 4x 10-3 M pada NaOH .
3.2.2 Pada konsentrasi 10-4 ; 2x10-4 ; 3x10-4 ; 4x 10-4
0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.50
0.0001
0.0002
0.0003
0.0004
0.0005
f(x) = 0.00032244660144086 x − 4.5925368472349E-05R² = 0.927033979142471
Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi
Series2Linear (Series2)
Konduktivitas
Kons
entr
asi
Grafik 3.2.2 Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi 10-4 ; 2x10-4 ; 3x10-4 ; 4x 10-4 M pada NaOH .
3.2.3 Pada konsentrasi 10-5 ; 2x10-5 ; 3x10-5 ; 4x 10-5
0.4 0.41 0.42 0.43 0.44 0.45 0.460
0.0000050.00001
0.0000150.00002
0.0000250.00003
0.0000350.00004
0.000045
f(x) = 0.000573407566524922 x − 0.000218053132260751R² = 0.937521371268247
Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi
Grafik hubungan antara konduktivitaas terhadap konsentrasiLinear (Grafik hubungan antara konduktivitaas terhadap kon-sentrasi)
konduktivitas
Kons
entr
asi
Grafik 3.2.3 Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi 10-5 ; 2x10-5 ; 3x10-5 ; 4x 10-5 M pada NaOH .
3.2.4 Pada konsentrasi 10-6 ; 2x10-6 ; 3x10-6 ; 4x 10-6
0.386 0.388 0.39 0.392 0.3940
0.00000050.000001
0.00000150.000002
0.00000250.000003
0.00000350.000004
0.0000045
f(x) = 0.000416666666666666 x − 0.000159583333333333R² = 0.833333333333331
Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi
Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap kon-sentrasiLinear (Grafik hubungan an-tara konduktivitas terhadap konsentrasi)
Konduktivitas
Kons
entr
asi
Grafik 3.2.4 Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi 10-6 ; 2x10-6 ; 3x10-6 ; 4x 10-6 M pada NaOH .
3.1.5 Pada konsentrasi 10-7 ; 2x10-7 ; 3x10-7 ; 4x 10-7
0.382 0.383 0.384 0.385 0.3860
0.000000050.0000001
0.000000150.0000002
0.000000250.0000003
0.000000350.0000004
0.00000045
f(x) = − 7.05882352941176E-05 x + 2.73823529411764E-05R² = 0.317647058823529
Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi
Grafik hubungan antara konduk-tivitas terhadap konsentrasiLinear (Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsen-trasi)
konduktivitas
kons
entr
asi
Grafik 3.2.5 Grafik hubungan antara konduktivitas terhadap konsentrasi 10-7 ; 2x10-7 ; 3x10-7 ; 4x 10-7 M pada NaOH .