Laporan Kjt Fz

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    1/21

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Tanaman memiliki daya regenerasi yang kuat, hal ini telah lama di sadari

    dan ini merupakan titik tolak berkembangnya industri kultur jaringan tanaman.

    Beberapa peneliti mengembangkan hasil peneliti sebelumnya bahwa sel/jaringan

    dapat di tanam secara terpisah dalam media/kultur tertentu. Usaha pengembangan

    tanaman dengan metoda kultur jaringan tanaman merupakan usaha pebanyakan

    varietas tanaman/spesies tanaman secara vegetatif. Spesies tanaman yang sering

    dikembangkan adalah tanaman hias,bunga,tanaman pertanian seperti sayur-

    sayuran,buah-buahan. Selain untuk perbanyakan varietas tanaman, saat ini kultur

    jaringan diarahkan untuk beberapa tujuan, antara lain untuk memproduksi

    metabolit sekunder.

    Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan alternatif untuk

    mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan tanaman

    induknya dalam jumlah yang besar. Perbanyakan secara vegetatif dengan sifat

    konvensional umumnya masih memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh karena

    itu, saat ini di beberapa Negara maju telah banyak dikembangkan suatu sistem

    perbanyakan tanaman secara vegetatif yang lebih cepat dengan hasil yang lebih

    banyak lagi, yakni dengan sistem kultur jaringan atau budidaya jaringan.

    Pada awalnya mahkota dewa dipandang sebagai tumbuhan yang sangat

    menarik, karena memiliki buah berwarna merah marun. Penampilan mahkota

    dewa yang sangat menarik ini, kemudian menyebabkan banyak orang

    memeliharanya sebagai tanaman hias, terutama apabila buahnya sudah mulai tua.

    Buah tua tumbuhan ini sesungguhnya dapat dimakan, meskipun harus

    diperhatikan bahwa bijinya mengandung racun. Selain itu pembudidayaannya

    tidak terlalu sulit, karena dapat diperbanyak dengan cara mencangkok (vegetatif)

    maupun menggunakan biji (generatif).

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    2/21

    Belakangan ini muncul beberapa penyakit baru yang semakin mengancam

    kehidupan manusia. Banyak peneliti yang terus mencari sumber-sumber bahan

    baku obat dari alam tumbuhan Indonesia yang sangat kaya akan sumberdaya

    plasma nutfah. Beberapa diantaranya menjadi sangat populer dikalangan

    masyarakat, karena dianggap dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan

    sudah diperdagangkan dalam bentuk kemasan. Salah satu diantaranya berasal dari

    tumbuhan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) suku

    Thymelaceae, yaitu sejenis tumbuhan perdu yang tumbuh dari dataran

    rendah hingga ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Salah satu jenis

    penyakityang dapat di obati dengan Mahkota Dewa ini adalah penyakit kanker.

    Pengobatan terhadap kanker dapat dilakukan melalui operasi, radiasi atau dengan

    memberikan kemoterapi. Penggunaan antikanker yang ideal adalah antikanker

    yang memliliki toksisitas selektif artinya menghancurkan sel kanker tanpa

    merusak sel jaringan normal. Antikanker yang ada sekarang pada umumnya

    menekan pertumbuhan atau proliferasi sel dan menimbulkan toksisitas karena

    menghambat pembelahan sel normal yang proliferasinya cepat antara lain sumsum

    tulang, mukosa saluran cerna, folikel rambut dan jaringan limfosit.

    Saat ini, kultur jaringan telah berkembang menjadi suatu teknologi

    bioteknologi yang bermanfaat untuk memproduksi bibit-bibit unggul, pemuliaan

    tanaman, pelestarian plasma nutfah, dan kreasi varietas baru untuk perbaikan

    kualitas tanaman. Perbanyakan tanaman dengan system kultur

    jaringan dilaksanakan di suatu laboratorium yang aseptis dengan peralatan seperti

    pada laboratorium mikrobiologi. Oleh karena manfaat dari kultur jaringan

    tersebut, maka diperlukan praktikum penanaman biji mahkota dewa dengan kultur

    jarimgan agar pengembangan tanaman-tanaman obat untuk kesehatan dapat lebih

    meningkat dan menghasilkan lebih banyak.

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    3/21

    1.2. Tujuan Praktikum

    Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu

    mempraktekkan proses penanaman eksplan untuk kultur kalus dan dapat

    menganilisa respon pertumbuhan yang terjadi.

    1.3 Manfaat Praktikum

    Adapun manfaat dari percobaan ini adalah agar dapat menambah

    pengetahuan dalam mengembangkan tanaman melalui proses kultur jaringan dan

    dapat mengembangkan tanaman yang berkualitas baik khususnya yang

    bermanfaat dalam bidang kesehatan.

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    4/21

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Kultur Jaringan

    Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan alternatif untuk

    mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan tanaman

    induknya dalam jumlah yang besar. Perbanyakan secara vegetatif dengan sifat

    konvensional umumnya masih memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh karena

    itu, saat ini di beberapa Negara maju telah banyak dikembangkan suatu system

    perbanyakan tanaman secara vegetatif yang lebih cepat dengan hasil yang lebih

    banyak lagi, yakni dengan system kultur jaringan atau budidaya jaringan

    (Gotama,dkk.,1999).

    Kultur jaringan tanaman adalah teknik perbanyakan tanaman secara

    bioteknologi. Perbanyakan bibit secara kultur jaringan menggunakan bahan

    vegetatif atau organ tanaman lalu di biakkan secara in vitro, dan menghasilkan

    bibit-bibit tanaman dalam jumlah banyak pada waktu singkat, serta sifat dan

    kualitas sama dengan induknya (Gunawan,1988).

    Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefsel

    cultuus, atau gewebe kultur. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah

    sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Maka, kultur

    jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil

    yang mempunyai sifat seperti induknya (George dan Sherrington,1984).

    Kultur jaringan akan lebih besar persentase keberhasilannya bila

    menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu

    jaringan yang terdiri dari sel-sel yang selalu membelah, dindingnya tipis, belum

    mempunyai penebalan dari zat pectin, plasmanya penuh, dan vakuolanya kecil-

    kecil. Kebanyakan orang menggunakan jaringan ini untuk tissue culture. Sebab,

    jaringan meristem keadaannya selalu membelah, sehingga diperkirakan

    mempunyai zat hormone yang mengatur pembelahan (Daisy dan Ari,1994).

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    5/21

    Usaha pengembangan tanaman dengaan kultur jaringan merupakan usaha

    perbanyak vegetatif tanaman yang dapat dikatakan masih baru. Namun saat ini

    sudah banyak sekali penemuan-penemuan tentang ilmu pengetahuan kultur

    jaringan dalam bidang pertanian, biologi, farmasi, kedokteran, dan sebagainya. Di

    bidang farmasi, teknik kulttur jaringan sangat menguntungkan karena dapat

    menghasilkan senyawa metabolit sekunder untuk keperluan obat-obatan dalam

    jumlah yang besar dan dalam waktu yang singkat. Untuk mengetahui keuntungan

    pelaksannan kultur jaringan lebih lanjut, maka perlu dikemukakan perbedaan

    perbanyak secara vegetatif dan generatif (Mariska dan Purmaningsih,2001).

    Perbanyakan tanaman dapat digolongkan menjadi dua, yaitu perbanyakan

    tanaman secara generatif dan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Perbanyakan

    tanaman secara generatif adalah dengan menanam biji, sedangkan perbanyakan

    tanaman secara vegetatif adalah dapat dilakukan dengan cara setek, okulasi,

    cangkok, penyambungan, dan yang paling mutakhir adalah kultur jaringan.

    Metode perbanyakan dengan cara ini dapat menghasilkan tanaman baru dalam

    jumlah banyak, dalam waktu yang relatif singkat (Rahardja,1995).

    Pengembangan tanaman dalam jumlah besar berarti pula memperbanyak

    tanaman secara besar-besaran untuk menghasilkan klon. Klon adalah sekumpulan

    tanaman atau individu atau jaringan yang mempunyai sifat keturunan atau sifat

    genetic yang sama . Bila tanaman-tanaman yang dihasilkan berasal dari

    pengembangan suatu jaringan meristem maka disebut mericlone. Sifat-sifat dari

    meriklone ini sama persis dengan tanaman induknya (Gotama,dkk., 1999).

    2.2 Manfaat Kultur Jaringan

    Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman

    baru dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relative singkat, yang

    mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan tanaman induk. Dari

    teknik kultur jaringan ini diharapkan pula memperoleh tanaman baru yang bersifat

    lebih unggul (Gunawan,1988).

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    6/21

    Kultur jaringan telah dikenal banyak orang sebagai usaha mendapatkan

    varietas baru yang unggul, dari suatu jenis tanaman dalam waktu yang relatif lebih

    singkat daripada dengan cara pemuliaan tanaman yang harus dilakukan

    penanaman secara berulang-ulang sampai beberapa generasi. Untuk mendapatkan

    varietas baru melalui kultur jaringan, dapat dilakukan dengan cara isolasi

    protoplas dari dua macam varietas yang difusikan (Rahardja,1995).

    Kultur jaringan mempunyai manfaat yang besar dibidang farmasi, karena

    dari usaha ini dapat menghasilkan metabolit sekunder untuk upaya pembuatan

    obat-obatan, yaitu dengan memisahkan unsure-unsur yang terdapat didalam kalus

    maupun protokormus. Kultur jaringan juga memberikan manfaat dibidang

    fisiologi tanaman. Pada tanaman anggrek, misalnya telah berhasil diketahui bahwa

    jika ujung akarnya diiris melintang akan memperlihatkan warna tertentu. Warna

    ini yang nantinya akan sama dengan warna bunganya. Hal ini sangat jelas

    bermanfaat di dunia perdagangan tanaman hias, sebab walaupun tanaman nya

    belum berbung, orang sudah dapat mengetahui warna bunga yang akan muncul

    (Mariska,dkk.,1992).

    Teknik kultur jaringan sampai saat ini memang belum biasa dilaksanakan

    oleh para petani, baru beberapa kalangan pengusaha swasta saja yang sudah

    mencoba melaksanakannya, karena pelaksanaan teknik kultur jaringan ini

    memang memerlukan keterampilan khusus dan harus dilatarbelakangi dengan

    ilmu pengetahuan dasar tentang fisiologi tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi,

    kimia, dan pertanian. Dengan demikian akan sangat sulit untuk diterima oleh

    kalangan petani biasa. Namun, lepas dari semua kendala tersebut, kita harus

    mengetahui bahwa teknik kultur jaringan sangat bermanfaat bagi ilmu

    pengetahuan terutama untuk pengembangan bioteknologi (Sriyanti,dkk.,2002).

    2.3 Kultur Kalus

    2.3.1 Pengertian Kultur Kalus

    Kultur kalus merupakan pemeliharaan kecil tanaman dalam

    lingkungan buatanyang steril dan kondisi yang terkontrol (Pauls, 1995). Kalus

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    7/21

    adalah jaringan yang berpoliferasi secara terus menerus dan tidak terorganisasi

    sehingga memberikan penampilan sebagai massa sel yang bentuknya tidak teratur.

    Berpoliferasi jaringan ini dapat dilakukan secara melakukan sub kultur sepotong

    kecil jaringan kalus pada medium yang segar dan interval waktu yang teratur

    (George dan sheriagton, 1984). Kalus diinduksi dengan melukai tanaman.

    Menurut George dan sheriagton, pelukaan atau pemotongan tanaman dapat

    merangsang pembelahan sel yang berperan dalam inisiasi pembentukan kalus

    kultur ini merupakan materi penting dalam kultur suspensi sel tanaman (Allan,

    1996).

    Kemampuan bagian tanamn untuk membentuk kalus tergantung pada

    (Zulkarnain. 2009) :

    a. Umur fisiologi bahan tanm waktu diisolasi, untuk pengambilan bahan

    tanam dari umur fisiologi juvenil lebih baik dibanding umur fisiologi yang

    mendekati mature.

    b. Musim pada waktu bahan tanam diisolasi

    c. Bagian tanaman yang digunakan sebagi eksplan

    d. Jenis tanaman

    e. Faktor Luar

    Ada beberapa tujuan yang bisa dicapai dengan menguasai kultur kalus

    misalnya (Zulkarnain. 2009) :

    a. Dapat menjamin kesinambungan kerja kultur

    b. Dapat menjadi sarana bank plasma nutfah yang efisien.

    2.3.2. Pengaruh Pemberian ZPT Terhadap kultur Kalus

    Zat pengatur tumbuhan auksin yang sering digunakan dalam media kultur

    adalah asam 2,4-D diklonofenoksiasetat (2,4-D). Zat pengatur tumbuh ini bersifat

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    8/21

    stabil karena tidak mudah mengalami kerusakan oleh cahaya maupun pemanasan

    pada pada waktu sterilisasi. Penambahan 2,4-D dalam media akan merangsang

    pembelahan dan pembesaran sel pada eksplan sehingga dapat memacu

    pembentukan dan pertumbuhan kalus dan meningkatkan senyawa kimia alami

    flavoid (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

    2.4 Kultur Mahkota Dewa

    Mahkota dewa merupakan tumbuhan berbentuk pohon, berumur panjang

    (perenial), tinggi 1 - 2,5 m. Akar tunggang. Batang berkayu, silindris, tegak,

    warna cokelat, permukaan kasar, percabangan simpodial, arah cabang miring ke

    atas. Daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berhadapan (folia oposita),

    warna hijau tua, bentuk jorong hingga lanset, panjang 7 - 10 cm, lebar 2 - 2,5 cm,

    helaian daun tipis, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip

    (pinnate), permukaan licin, tidak pernah meluruh Bunga tunggal, muncul di

    sepanjang batang dan ketiak daun, bertangkai pendek, mahkota berbentuk tabung

    (tubulosus) - berwarna putih Buah bulat, panjang 3 - 5 cm, buah muda berwarna

    hijau - setelah tua menjadi merah, bentuk dengan biji bulat, keras - berwarna

    cokelat, daging buah berwarna putih - berserat dan berair perbanyakan generatif

    (biji). Adapun klasifikasi dari mahkota dewa adalah (Tjitrosoepomo, 1993).

    Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

    Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

    Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

    Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

    Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

    Sub Kelas : Rosidae

    Ordo : Myrtales

    Famili : Thymelaeaceae

    Genus : Phaleria

    Spesies :Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.

    http://www.plantamor.com/index.php?plantsearch=Thymelaeaceaehttp://www.plantamor.com/index.php?plantsearch=Phaleriahttp://www.plantamor.com/index.php?plantsearch=Thymelaeaceaehttp://www.plantamor.com/index.php?plantsearch=Phaleria
  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    9/21

    Metoda kultur jaringan ini apabila digunakan dapat menhasilkan

    keuntungan diantaranya dapat menghasilkan suatu metabolit sekunder yang

    berguna untuk pengobatan dan menjaga kesehatan dalam jumlah besar, serta

    tumbuh di dalam waktu yang cepat pada lahan yang terbatas. Awalnya, mahkota

    dewa (Phaleria macrocarpa) di budidayakan sebagai tanaman hias dan digunakan

    untuk tanaman peneduh, tetapi saat ini tanaman mahkota dewa berguna untuk

    salah satu tanaman obat tradisional yang dikenal merupakan obat asli indonesia

    (Rahardja,1995).

    Sampai saat ini telah banyak penyakit yang berhasil disembuhkan

    tergantung pada bagian tanaman yang digunakan biasanya memberikan efek yang

    berbeda terhadap jenis penyakit yang dapat di obati/disembuhkan. Bagian yang

    digunakan atau yang paling sering digunakan adalah daunnya, daunnya biasa di

    gunakan dengan cara merebusnya. Penyakit yang dapat di obati yaitu disentri,

    alergi dan tumor. Kulit dan daging buah juga digunakan untuk pengobatan

    flu,rematik dan kanker rahim. Beberapa keunggulan dari mahkota dewa ini

    menjadikannya salah satu tanaman obat yang mendapatkan perhatian cukup besaruntuk terus di kembangkan (Lisdawati,2002).

    Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh mahkota dewa menyebabkan

    mahkota dewa mendapatkan perhatian yang besar dari beberapa negara. Saat ini

    mahkota dewa sedang diteliti dan dikembangkan secara serius sebagai obat untuk

    penyembuhan beberapa penyakit. Negara yang sedang mengembangkan penelitian

    ini antara lain Belanda,Taiwan,Singapura dan Malaysia (Perry,1980).

    Tumbuhan ini akan mengeluarkan bunga dan diikuti dengan munculnya

    buah setelah 9 12 bulan kemudian. Buahnya berwarna hijau saat muda dan

    menjadi merah marun setelah berumur 2 bulan. Buahnya berbentuk bulat dengan

    ukuran bervariasi mulai dari sebesar bola pingpong sampai sebesar buah apel,

    dengan ketebalan kulit antara 0,1 0,5 mm. Buah mahkota dewa ini biasanya

    digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dari mulai flu, rematik, paru-paru,

    sirosis hati sampai kanker (Hartwel,1987).

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    10/21

    Di dalam kulit buah mahkota dewa terkandung senyawa alkaloid, saponin,

    dan flavonoid. Batang mahkota dewa yang bergetah dapat digunakan untuk

    mengobati penyakit kanker tulang, bahkan bijinya yang dianggap sangat beracun,

    masih digunakan sebagai obat luar untuk mengobati penyakit kulit. Mungkin

    hanya akar dan bunganya saja yang jarang dipergunakan sebagai obat. Selain itu

    mahkota dewa dapat tumbuh hingga puluhan tahun dengan tinggi mencapai 5

    meter dan masa produktifnya berkisar antara 10 sampai 20 tahun. Selain itu

    didalam buah mahkota dewa memiliki efek sebagai anti oksidan (Lisdawati,

    2002).

    BAB III

    METODOLOGI

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    11/21

    3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

    Praktikum Penanaman Eksplan biji mahkota dewa ini dilakukan di

    Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan, Universitas Tanjungpura, pada

    hari jumat, 30 November 2012 pukul 16.00 21.30 WIB.

    3.2 Alat dan Bahan

    Adapun alat-alat yang digunakan dalam Penanaman Eksplan biji mahkota

    dewa adalah gelas piala, gelas ukur, mata pisau scalpel, pinset dan pisau scalpel.

    Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah akuades

    steril,bayclin, eksplan berupa biji mahkota dewa dan tween.

    3.3 Prosedur Kerja

    3.3.1 Sterlisasi Eksplan

    Eksplan dicuci dengan sunlight sebanyak 2 tetes untuk menghilangkan

    kotoran yang melekat selama 15 menit. Kemudian, dibilas dengan air mengalir

    selama 30 menit. Selanjutnya dilakukan proses sterlisasi didalam Laminar AirFlow Cabinet. Ekspan dimasukkan kedalam larutan bayclin yang telah ditambah

    tween 20, yang konsentrasi bayclin masing-masing 10% dan 15 %, didalam

    konsentrasi 10% eksplan direndam selama 10 menit dan 15% selama 5 menit.

    Selanjutnya, ekspan dibilas dengan akuades steril 3x masing-masing 3 menit.

    3.2.2 Penanaman Eksplan

    Eksplan yang telah disterilkan, diletakkan diatas cawan petri yang sudah

    ada diberi kertas saring diatasnya. Kemudian, eksplan biji dipotong menjadi 2

    bagian. Selanjutnya eksplan biji ditanam pada medium, ditutup rapat dengan

    alumunium foil.

    3.2.3 Pemeliharaan Kultur dan Pengaamatan

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    12/21

    Kultur diletakkan diatas rak pada ruang kultur dengan suhu ruang 25-28c.

    Dilakukan pencahayaan secara terus-menerus. Kemudian kultur tadi diamati

    selama 2 minggu, diamati dan dicatat respon yang terjadi pada eksplan.

    BAB IV

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    13/21

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Pengamatan

    4.1.1 Sterilisasi Eksplan

    No Perlakuan Pengamatan

    1. Eksplan dicuci dengan sunlight

    sebanyak 2 tetes untuk

    menghilangkan kotoran yang

    melekat selama 15 menit.

    Eksplan : biji mahkota dewa

    Eksplan bersih

    2. dibilas dengan air mengalir

    selama 30 menit

    Eksplan bersih

    3. dilakukan proses sterlisasi

    didalam Laminar Air Flow

    Cabinet

    -

    4. Ekspan dimasukkan kedalam

    larutan bayclin yang telah

    ditambah tween 20, yang

    konsentrasi bayclin masing-

    masing 10% dan 15 %, didalam

    konsentrasi 10% eksplan

    direndam selama 10 menit dan

    15% selama 5 menit.

    Eksplan menjadi lebih bersih tanpa

    ada sisa sunlight

    5. Ekspan dibilas dengan akuades

    steril 3x masing-masing 3 menit

    Eksplan menjadi lebih bersih tanpa

    ada sisa bayclin

    4.1.2 Penanaman Eksplan

    No Perlakuan Pengamatan

    1. Eksplan yang telah disterilkan, -

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    14/21

    diletakkan diatas cawan petri yang

    sudah ada diberi kertas saring

    diatasnya

    2. Eksplan biji dipotong menjadi 2

    bagian

    Dipotong pada bagian tengah biji

    3. Eksplan biji ditanam pada medium,

    ditutup rapat dengan alumunium foil.

    Bagian yang terbelah pada biji

    kontak langsung dengan media

    4.1.3 Pemeliharaan Kultur dan Pengaamatan

    Konsentrasi

    NAA,BAP

    Botol

    Hari ke-

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

    0,0

    1 X X X X X X X X

    2 X X X X X X X X

    3 X X X X X X X X X X X X X X

    0,10-6

    1 X X X X X X X X X X X X

    2 * *

    3 X X X X X X X X X X X X X X

    0,10-7

    1 X X X X X X X X X X X X

    2 * * * * * *

    3 X X X X X X X X X X X X X X

    10-6,0

    1 X X X X X X X

    2

    3 X X X X X X X X X X X X X X

    10-6,10-6

    1

    2 X X X X X X X X X X X X X X

    3 X X X X X X X X X X X X X X

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    15/21

    10-6,10-7

    1

    2 X

    3 X X X X X X X X X X X X

    10-7,0

    1

    2 X

    3 X X X X X X X X X

    10-7,10-6

    1 * *

    2

    * X

    3 X X X X X X X X X X X X X X

    10-7,10-7

    1 X X X X X X X

    2 *

    3 X X X X X X X X X X X X X X

    Keterangan :

    X : Terkontaminasi

    : Belum tumbuh/berkecambah

    : Berkecambah

    * : Bertunas

    4.2 Pembahasan

    Percobaan ini dibahas mengenai kultur kalus. Dalam pembuatan kultur

    kalus ini, dilakukan tahapan seperti sterilisasi eksplan, penanaman eksplan dan

    pemeliharaan serta pengamatan kalus. Eskplan yang digunkana pada percobaan

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    16/21

    ini adalah bji mahkota dewa. Biji mahkota dewa dapat berkhasiat sebagai anti

    oksidan,anti kanker, flu dan rematik.

    Pada tahap sterlisasi eksplan, sterilisasi ini dilakukan dengan tujuan untuk

    mengilangkan adanya kontaminasi baik mikroba maupun jamur pada eksplan

    sehingga pada saat pertumbuhannya, eskplan akan tumbuh dengan baik. Langkah-

    langkah yang dilakukan antara lain eksplan dicuci dengan sunlight sebanyak 2

    tetes untuk menghilangkan kotoran yang melekat selama 15 menit, pencucian

    dengan sunlight ini dilakukan tidak dalam waktu yang lama, hal ini dikarenakan

    menjaga agar hanya kotoran dari eksplan yang hilang tanpa adanya zat

    pertumbuhan yang hilang pada eksplan. Kemudian, dibilas dengan air mengalir

    selama 30 menit, tujuan dibilas lagi dengan air mengalir adalah untuk

    menghilangkan sisa sunlight yang ada pada eksplan. Selanjutnya dilakukan proses

    sterlisasi didalam Laminar Air Flow Cabinet, dilakukan dalam LAFC dikarenakan

    laminar ini mengandung pergerakan udara yang steril, sehingga memungkinkan

    bekerja melakukan proses penanaman selanjutnya dalam kondisi yang steril.

    Kemudian, ekspan dimasukkan kedalam larutan bayclin yang telah ditambahtween 20, yang konsentrasi bayclin masing-masing 10% dan 15 %, didalam

    konsentrasi 10% eksplan direndam selama 10 menit dan 15% selama 5 menit.

    Bayclin mengandung adanya chlorine, sehingga dapat menghindari terjadinya

    kontaminasi pada eksplan, penambahan tween 20 digunakan untuk meningkatkan

    kerja dari bayclin sehingga eksplan akan lebih bersih tanpa adanya kontaminasi

    dan tanpa ada sia sunlight yang tersisa. Selanjutnya, ekspan dibilas dengan

    akuades steril 3x masing-masing 3 menit, pembilasan dengan akuadest steril ini

    bertujuan untuk membersihkan eksplan. Hasil dari proses sterilisasi ini adalah

    eksplan biji mahkota dewa tampak lebih putih dan bersih.

    Selanjutnya pada proses penanaman eksplan. Langkah-langkah yang

    dilakukan adalah eksplan yang telah disterilkan, diletakkan diatas cawan petri

    yang sudah ada diberi kertas saring diatasnya, tujuan diletakkanya eksplan diatas

    cawan petri yang diberi kertas saring adalah agar mempermudah eksplan biji

    untuk dipotong. Kemudian, eksplan biji dipotong menjadi 2 bagian, pemotongan

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    17/21

    ini dilakukan pada bagian tengah biji dimana pada bagian ini terdapat kandungan

    lembaga yang dapat mempermudah tumbuh dan berkembanganya eksplan biji ini.

    Selanjutnya eksplan biji ditanam pada medium, ditutup rapat dengan alumunium

    foil, posisi yang digunakan untuk penanaman eksplan kedalam media adalah

    posisi dimana bagian dalam biji kontak langsung dengan media, hal ini

    dikarenakan kandungan zat tumbuh pada biji terletak pada bagian dalamnya

    sehingga dengan adanya media yang mengandung banyak nutrisi sehinggan

    eksplan biji akan tumbuh dengan baik. Hasil yand didapat yaitu eksplan biji

    ditanam pada 24 botol kultur, dengan masing-masing botol berisi 1 eksplan biji

    yang telah dipotong menjadi dua kecuali satu botol yang hanya mengandung 1

    potong eksplan biji, dikarenakan kurangnya eksplan biji yang disiapkan.

    Pada proses pemeliharaan kultur dan pengaamatan. Langkah-langkah yang

    dilakukan adalah kultur diletakkan diatas rak pada ruang kultur dengan suhu

    ruang 25-28c., digunakan suhu tersebut dikarenakan suhu tersebut adalah suhu

    efektif untuk eksplan dapat tumbuh. Kemudian, dilakukan pencahayaan secara

    terus-menerus. Kemudian kultur tadi diamati selama 2 minggu, diamati dan

    dicatat respon yang terjadi pada eksplan. Hasil yang didapat pada percobaan ini

    adalah dari 24 botol eksplan yang ditanam yang tersisa hingga hari ke-14 hanya 8

    botol eksplan. Pada 16 botol yang terkontaminasi itu disebabkan karena adanya

    berbagai mikrooganisme seperti jamur, bakteri, serangga atau virus. Organisme

    organisme tersebut secara universal terdapat pada jaringan tanaman. Banyak yang

    bersifat non-patogenik, artinya mereka tidak menyebabkan bahaya bagi tanaman

    inang pada kondisi normal. Kondisi kering dan adanya organisme competitor

    menyebabkan mereka dalam kondisi terkontrol. Tapi, kondisi in vitro yang

    disukai eksplan, yaitu mengandung sukrosa dan hara dalam konsentrasi tinggi,

    kelembaban tinggi dan suhu yang hangat, juga disukai mikroorganisme yang

    seringkali tumbuh dan berkembang sangat cepat, mengalahkan eksplan. Meskipun

    usaha sterilisasi untuk menciptakan lingkungan yang aseptic sudah sering

    dilakukan, namun kontaminasi masih sering terjadi. Kontaminasi yang terjadi

    diperkirakan disebabkan oleh mikrobia golongan protista. Yaitu Kapang lendir

    seluler genus Dictyostelium. Hal ini ditentukan berdasarkan morfologi koloni

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    18/21

    yaitu adanya plasmodium yang tersebar di seluruh permukaan medium kultur

    yang terkontaminasi. Plasmodium ini lama kelamaan membentuk agregrat berupa

    benang miselium yang sangat halus dan menjadi pusat koloni. Selain itu

    dikarenakan adanya beberapa faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan

    kalus, seperti musim pada saat pengambilan bahan tanam untuk diisolasi yang

    dimana pada percobaan ini dilakukan pada musim hujan, bagian tanaman yang

    dilakukan adalah biji, sehingga terkadang ada biji yang sudah busuk , umur atau

    fisiologi pada tanaman yang digunakan, umur tanaman yang digunakan

    kebanyakan yang sudah masak, tetapi juga ada yang masih muda. Pada 8 botol

    yang tersisa, diantaranya sudah ada yang berkecambah dan ada yang sudah

    berkecambah maupun bertunas, hal ini menunjukka bahwa biji mahkota dewa

    dapat ditumbuhkan melalui kultur jaringan.

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    a. Proses penanaman eksplan yang dilakukan adalag dengan menggunakan

    eksplan biji ahkota dewa yang ditumbuhkan secra in vitro didalam media

    MS yang diberikan kedalamnya larutan stok hara serta ZPT (NAA,BAP)

    dengan variasi konsentrasi

    b. Respon pertumbuhan yang didapat yaitu selama pengamatan 14 hari,

    terdapat 8 boltor kultur yang menunjukkan pertumbuhan eksplan, dimana

    eksplan sudah ada yang berkecambah dan ada yang berkecambah serta

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    19/21

    bertunas. Namun terdapat 16 botol yang tidak mengalami pertumbuhan

    akibat adanya kontaminasi.

    5.2 Saran

    a. Pemilihan biji dilakukan dengan sebaik-baiknya, dipilih bji yang ridak

    mendekati mature

    b. Sebaiknya musim pada saat pengambilan bahan tanaman diisolasi

    diperhatikan, karena pada saat musim hujan akan cenderung terjadinya

    kontaminasi

    DAFTAR PUSTAKA

    Allan. 1995.kultur kalus dan kultur suspensi sel. Konisius. Yokyakarta.

    Daisy, S.H. dan Ari Wijayani, 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius,

    Yogyakarta.

    George dan Sherington. 1984. Kultur Kalus. Penebon swadaya. Jakarta.

    George, E.F. and Sherrington. 1984.Plant propagation by tissue culture. Eastern

    Press, Reading Berks. 709 p.

    Gunawan, L.W. 1988. TeknikKultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan,

    PAU Bioteknologi, IPB.Bogor.

    Gotama, I. B. I., Sugiarto, S., Nurhadi, M., Widiyastuti, Y. Wahyono, S. dan

    Prapti, I. J. 1999. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid V.

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    20/21

    Departemen Kes. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 147-

    148. Jakarta.

    Hartwel, J.L. 1987. Plants used Against Cancer. Quarterman Publications, Inc.,

    Lawrence, Massachusetts.

    Hendaryono, D.P dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta:

    Kanisius.

    Lisdawati. 2002. Buah Mahkota Dewa, Toksisitas, Efek antiokasidan bedsarkan

    uji penapisan Farmakologi. Universitas Gajah Mada. Nootter, K. , Burger,

    H, Schenk, P and Stoter G. 1999. Moleculer mechanisms of drug

    resistence and sensitivity, in Oncological Research at the Erasmus

    University Rotterdam- University Hospital Rotterdam.

    Mariska, I., Hobir, dan D. Sukmadjaja. 1992. Usaha pengadaan bahan tanaman

    melalui bioteknologi kultur jaringan. Prosiding Temu Usaha

    Pengembangan Hasil Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.

    Puslitbangtri dan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Agribisnis. Jakarta.

    Mariska, I. dan R. Purnamaningsih. 2001.Perbanyakan vegetative tanaman

    tahunan melalui kultur in vitro. Jurnal Litbang Pertanian 20(1):1-7.

    Perry, L.M. 1980.Medicinal Plant of East and Southeast Asia Atribute Properties

    and Uses. MIT Press. London. Rang, H.P., Dale, M.M and Ritter, J.M.

    1995. Pharmakology, 3nd edition, Churchil Livingstone, New York and

    Tokyo.

    Rahardja, P. C. 1995. Kultur Jaringan : Teknik Perbanyakan Tanaman Secara

    Modern. Penerbit Swadaya, Jakarta.

    Sriyanti, Daisy P. dan Ari Wijayani. 2002. Teknik Kultur Jaringan : Pengenalan

    dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern. Kanisius.

    Yogyakarta.

    Tjitrosoepomo, Gembong. 1993. Taksonomi Umum. Gajah Mada University

    Press. Yogyakarta.

  • 7/29/2019 Laporan Kjt Fz

    21/21

    Zulkarnain. 2009.Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara.Jakarta.