Author
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
LAPORAN KEMAJUAN
HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
PEMETAAN CADANGAN KARBON DAN BIOMASSA
TEGAKAN TANAMAN MANGROVE DI TAHURA NGURAH
RAI DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN
JAUH
TIM PENELITI
I Wayan Gede Astawa Karang., S.Si., M.Si., Ph.D (0011058305) Elok Faiqoh, S.Pi., M.Si. (0020098305)
I Gusti Agung Ayu Mirah Indraiswari (1214511047) Andri Octapianus Purba (1314511044)
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA FEBRUARI 2015
Bidang Unggulan : Energi, Transportasi, dan Lingkungan
Kode/Bidang Ilmu : 484/Ilmu Kelautan
ii
iii
RINGKASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung dan memetakan jumlah biomassa atas permukaan (AGB) pohon Mangrove di Tahura Ngurah Rai dengan menggunakan data
penginderaan jauh Landsat-8. Penelitian ini dilakukan di Tahura Ngurah Rai yang terletak
pada 115° 9` sampai 115° 14` Bujur Timur dan 8° 42` sampai 8° 47` Lintang Selatan.
Estimasi potensi biomassa mangrove ditentukan dengan menggunakan index vegetasi
tanaman mangrove yang diperoleh dari data Landsat-8 dan menghubungkannya dengan data
survey di lapangan. Data Landsat-8 yang digunakan adalah data yang terekam pada tanggal
15 April 2015 dengan resolusi spasial 30 meter dan resolusi temporal 16 hari. Pada penelitian
ini sebanyak 855 pohon mangrove telah di ukur diameternya sehingga bisa dihitung biomassa
tegakan pohon dengan persamaan alometrik. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, telah
terindentifikasi sebanyak 14 jenis mangrove pada 30 plot 10x10 m. Dari perhitungan
alometrik untuk jumlah biomassa tegakan pohon pada masing-masing plot, diperoleh rentang
biomassa tegakan pohon mangrove di Tahura Ngurah Rai berkisar antara 17,047 Kg/m2
sampai 3.031,989 Kg/m2. Pada tahap pertama, nilai sebaran Normalized Difference
Vegetation Index (NDVI) untuk area mangrove telah dihitung. Dari nilai NDVI dan data
biomassa tegakan pohon hasil perhitungan alometrik diperoleh hubungan yang positif secara
eksponensial dengan persamaan y = 0.0512ln(x) + 0.2254 dan nilai R2 = 0.63779.
Kata Kunci: alometrik; biomassa atas tegakan (AGB); Landsat-8; mangrove; penginderaan
Jauh; Tahura Ngurah Rai
iv
PRAKATA
Laporan kemajuan ini merupakan deskripsi tentang 70% kegiatan yang telah dilakukan
oleh peneliti dan tim. Laporan kemajuan ini memuat uraian setiap langkah terkait upaya
untuk menghitung potensi bimassa tegakan atas mangrove ti Tahura Ngurah Rai, Bali
berbasis data penginderaan jauh mulai dari pendahuluan (motivasi dan tujuan penelitian),
tinjauan pusataka, metode penelitian, hasil penelitian dan rencana pelaksanaan tahap
berikutnya.
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang hasil penelitian
yang juga merupakan dokumen monitoring evaluasi pemenang hibah penelitian unggulan
program studi Universitas Udayana. Selain itu laporan ini diharapkan dapat memberikan
informasi terkait dengan kondisi biomassa tegakan hutan mangrove di Tahuran kepada
peneliti dan masyarakat terkait dengan upaya pelestarian hutan mangrove. Penyempurnaan
laporan ini akan terus dilakukan mengingat penelitian belum mencapai keselurahan tahapan
analisis data. Pada tahap berikutnya analisis data penginderaan jauh akan dilanjutkan untuk
memperoleh peta distribusi biomassa mangrove secara detail yang nantinya akan disampaikan
pada laporan akhir penelitian.
Kami mengucapkan terima kasih atas kerja keras seluruh tim peneliti dan semua pihak
yang membantu, sehingga laporan kemajuan ini bisa terselesaikan.
Jimbaran, 30 Agustus 2015
Ketua Peneliti
I Wayan Gede Astawa Karang, S.Si., M.Si., Ph.D
NIP: 198305112010121006
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii
RINGKASAN ................................................................................................................ iii
PRAKATA .................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... Vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... Vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3
2.1 Tanaman Mangrove ................................................................................. 3
2.2 Biomassa tanaman ................................................................................... 4
2.3 Penginderaan jauh dan data Indeks Vegetasi .......................................... 5
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .................................................
3.1 Tujuan ...................................................................................................... 3.2 Manfaat ....................................................................................................
8
8 8
BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................................. 9
4.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 9
4.2 Bahan dan Alat ........................................................................................ 9
4.3 Deskripsi Citra LANDSAT 8 .................................................................. 10
4.4 Prosedur Penelitian .................................................................................. 12
BAB V HASIL YANG DICAPAI ............................................................................. 16
5.1 Data Lapangan ......................................................................................... 16
5.2 Hasil Analisis dan Data Penginderaan Jauh ............................................ 17
BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA .................................................... BAB VI I KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
DAFTAR PUSTAKA
21
22
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Deskripsi Kanal Landsat 8 ......................................................................... 11
Tabel 2 Spesies-spesies mangrove yang teridentifikasi di Tahura Ngurah Rai ...... 16 Tabel 3 Jumlah biomassa pada masing-masing plot sampel di Tahura Ngurah
Rai ..............................................................................................................
17
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Sistem Penginderaan Jauh ................................................................... 6 Gambar 2 Lokasi Penelitian ................................................................................. 9
Gambar 3 Citra Satelit Landsat 8 ......................................................................... 11 Gambar 4 Contoh pengambisan sampel diamter pohon mangrove ...................... 12
Gambar 5 Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Bagan alir penelitan ............................................................................. Sebaran plot pengambilan sampel mangrove di Tahura Ngurah Rai, titik merak adalah lokasi plot sampel................................................... Citra Landsat-8 yang direkam pada tanggal 15 April 2015, Path/Row 116/66 ……………………………………………………. Citra Landsat-8 yang direkam pada tanggal 15 April 2015 untuk wilayah Bali Timur............................................................................... Citra Landsat-8 yang direkam pada tanggal 15 April 2015 untuk wilayah Tahura Ngurah Rai................................................................. Sebaran nilai-nilai indeks vegetasi NDVI di kawasan tahura Ngurah Rai........................................................................................................ Nilai hubungan antara biomassa tegakan tanaman mangrove dengan indeks NDVI........................................................................................
15
16
18
19
19
20
20
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang khas dan tumbuh disepanjang pantai atau
muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di
wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan daerah yang landai di daerah tropis
dan sub tropis (FAO, 2007). Menurut Gunarto (2004) mangrove tumbuh subur di daerah
muara sungai atau estuari yang merupakan daerah tujuan akhir dari partikel-partikel organik
ataupun endapan lumpur yang terbawa dari daerah hulu akibar adanya erosi. Kesuburan
daerah ini juga ditentukan oleh adanya pasang surut yang mentransportasi nutrient.
Indonesia merupakan negara yang mempunyai luas hutan mangrove terluas didunia
dengan keragaman hayati terbesar didunia dan struktur paling bervariasi didunia (Rusila Noor,
dkk., 1999). Berdasarkan data hasil pemetaan Pusat Survey Sumber Daya Alam Laut
(PSSDAL)-Bakosurtanal dengan menganalisis data citra Landsat ETM (akumulasi data citra
tahun 2006-2009, 190 scenes), diestimasi luas mangrove di Indonesia adalah 3.244.018,46 ha
(Hartini et al., 2010), luas yang tidak begitu jauh dari hasil analisis FAO (2007), dimana
menurut FAO (2007), luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun 2005 hanya mencapai
3,062,300 ha atau 19% dari luas hutan Mangrove di dunia dan yang terbesar di dunia melebihi
Australia (10%) dan Brazil (7%).
Taman Hutan Rakyat (Tahura) Ngurah Rai merupakan suatu kawasan hutan bertipe
hutan payau yang selalu terenang air payau dan dipengaruhi oleh pasang surut. Vegetasi
utama di Tahura ini adalah tanaman mangrove. Hutan mangrove merupakan areal yang paling
banyak menyimpan karbon di daerah tropis dibandingkan dengan jenis hutan lainnya (Donato
et al., 2011), oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui jumlah karbon tersimpan pada
bagian atas tanaman Mangrove. Akan tetapi, deforestasi hutan mangrove menyebabkan
pelesapasan karbon yang sangat banyak. Disisi lain, perhitungan biomassa tanaman mangrove
di Tahura Ngurah Rai belum pernah dilakukan, oleh karena perlu dilakukan analisis spasial
mengenai pemetaan karbon tersimpan di areal ini dengan menggunakan data penginderaan
jauh.
Ekosistem mangrove sebagaimana ekosistem hutan lainnya memiliki peran sebagai
penyerap dan penyimpan karbon guna pengurangan kadar CO2 di udara. Gas CO2 dan gas-gas
rumah kaca lainnya merupakan gas yang berperan dalam meningkatkan suhu global dan
perubahan iklim. Gas-gas rumah kaca menyebabkan energi panas yang berupa gelombang
2
panjang terperangkap didalam atmosfer bumi sehingga menimbulakan efek pemanasan global.
Gas-gas Rumah Kaca (GRK) dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia, seperti kegiatan
industri, transportasi, kebakaran hutan, perubahan tata guna lahan, pertanian, peternakan,
sampah dan sebagainya. Di Indonesia, berdasarkan pengamatan dari stasiun Kototabang,
jumlah gas CO2 telah mencapai 383.1 ppm pada tahun 2011. Sementara itu, berdasarkan
penelitian BMKG pada Maret 2013, rata-rata CO2 di Bali mencapai 427 ppm dan menurun
saat upacara nyepi menjadi 375 ppm.
Penyerapan CO2 oleh vegetasi merupakan proses dalam pengendalian pencemaran udara
dalam menguragi kadar CO2 di udara. CO2 yang terserap melalui proses fotosintesis
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman mangrove. Proses fotosintesis
mengabsorpsi gas CO2 dari atmosfer dan kemudian menyimpannya sebagai materi organik
dalam bentuk biomassa tanaman. Banyaknya materi organik yang tersimpan dalam biomassa
mangrove per unit luas dan per unit waktu merupakan pokok dari produktivitas hutan.
Penghitungan biomassa merupakan salah satu langkah penting yang harus diketahui dan
dilakukan dalam sebuah kegiatan atau langkah untuk mitigasi pemanasan global dan
perubahan iklim (Sutaryo, 2009). Perhitungan biomassa berguna untuk mengetahui jumlah
karbon tersinpan pada suatu ekosistem. Teknologi penginderaan jauh dengan pendekatan
berbasis spasial dapat merekam dan menganalisa secara spasial kondisi biomassa dan karbon
tersimpan oleh vegetasi mangrove.
Sensor penginderaan jauh mempunyai kemampuan dalam menangkap gelombang yang
dipantulkan oleh vegetasi dan non vegetasi serta mampu membedakan kualitas (jumlah
klorofil) dan kuantitas (Leaf Area Index/LAI) vegetasi melalui pemanfaatan nilai indeks
vegetasi. Nilai indeks vegetasi merupakan suatu nilai yang dihasilkan dari persamaan
matematika dari beberapa band penginderaan jauh (citra) yang menghasilkan satu nilai indeks
(As-syakur dan Adnyana, 2009). Indeks vegetasi dirancang untuk memperjelas tampilan
objek berklorofil (vegetasi) dibandingkan dengan objek-objek yang tidak berklorofil. Nilai
indeks vegetasi dapat memberikan informasi tentang persentase penutupan vegetasi, indeks
tanaman hidup (Leaf Area Index), biomassa tanaman, fAPAR (fraction of Absorbed
Photosynthetically Active Radiation), kapasitas fotosintesis dan estimasi penyerapan karbon
dioksida (CO2) (Horning, 2004; Ji and Peters, 2007).
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Mangrove
Hutan mangrove merupakan suatu ekosistem hutan yang tahan terhadap kadar garam di
daerah pasang surut di sepanjang garis pantai. Mangrove merupakan vegetasi pantai yang
mempunyai karakteristik khusus sedemikian rupa sehingga mampu bertahan hidup di
lingkungan marin dan teristris. Vegetasi mangrove memiliki mekanisme biologi untuk
menyesuaikan diri dengan fluktuasi lingkungan harian seperti temperatur, kadar garam dan
periode genangan. Mangrove mempunyai fungsi penting dalam ekosistem pantai yaitu
sebagai: 1) pelindung lahan dari erosi ombak dan angin; 2) sumber bahan organik sehingga
dapat menjadi komponen rantai makanan bagi ikan dan udang; 3) daerah perlindungan bagi
hewan yang hidup di dalamnya seperti burung dan kelelawar.
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna
daerah pantai, hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut, antara batas air pasang dan surut.
Berperan dalam melindungi garis pantai dari erosi, gelombang laut dan angin topan. Tanaman
mangrove berperan juga sebagai buffer (perisai alam) dan menstabilkan tanah dengan
menangkap dan memerangkap endapan material dari darat yang terbawa air sungai dan yang
kemudian terbawa ke tengah laut oleh arus. Hutan mangrove tumbuh subur dan luas di daerah
delta dan aliran sungai yang besar dengan muara yang lebar. Di pantai yang tidak ada
sungainya, daerah mangrovenya sempit. Hutan mangrove mempunyai toleransi besar terhadap
kadar garam dan dapat berkembang di daratan bersalinitas tinggi di mana tanaman biasa tidak
dapat tumbuh.
Hutan mangrove menangkap dan mengumpulkan sedimen yang terbawa arus pasang
surut dari daratan lewat aliran sungai. Hutan mangrove selain melindungi pantai dari
gelombang dan angin merupakan tempat yang dipenuhi pula oleh kehidupan lain seperti
mamalia, amfibi, reptil, burung, kepiting, ikan, primata, serangga dan sebagainya. Selain
menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem mangrove juga sebagai plasma
nutfah (genetic pool) dan menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya. Habitat
mangrove merupakan tempat mencari makan (feeding ground) bagi hewan-hewan tersebut
dan sebagai tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur dan
memijah (spawning ground) dan tempat berlindung yang aman bagi berbagai juvenil dan
larva ikan serta kerang (shellfish) dari predator. (Cooper, Harrison dan Ramm. 1995).
4
Jaringan sistem akar mangrove memberikan banyak nutrien bagi larva dan juvenil ikan
tersebut. Sistem perakaran mangrove juga menghidupkan komunitas invertebrata laut dan
algae. Memberikan gambaran tentang tingginya produktivitas habitat pantai bermangrove ini,
dikatakan bahwa satu sendok teh lumpur dari daerah mangrove di pantai utara Queensland
(Australia) mengandung lebih dari 10 milyar bakteri, suatu densitas lumpur tertinggi di dunia.
Mangrove akan mengurangi karbon di atmosfer melalui proses fotosintesis dan
menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Proses penyimpanan karbon (C) dalam tubuh
tumbuhan hidup dinamakan proses sekuestrasi. Dengan demikian mengukur jumlah C yang
disimpan dalam tubuh tanaman hidup atau biomassa pada suatu lahan dapat menggambarkan
CO2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman.
2.2 Biomassa tanaman
Biomassa adalah total berat atau volume organisme dalam suatu area atau volume tertentu
(a glossary by the IPCC,1995). Biomassa juga didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup
di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan
luas (Sutaryo, 2009). Biomassa hutan sangat relevan dengan isu perubahan iklim. Biomassa
hutan berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus karbon. Dari
keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% diantaranya tersimpan dalam vegetasi hutan. Sebagai
konsekuensi, jika terjadi kerusakan hutan, kebakaran, pembalakan dan sebagainya akan
menambah jumlah karbon di atmosfer.
Dinamika karbon di alam dapat dijelaskan secara sederhana dengan siklus karbon. Siklus
karbon adalah siklus biogeokimia yang mencakup pertukaran atau perpindahan karbon
diantara biosfer, pedosfer, geosfer, hidrosfer dan atmosfer bumi. Siklus karbon sesungguhnya
merupakan suatu proses yang rumit dan setiap proses salingmempengaruhi proses lainnya
(Sutaryo, 2009). Tumbuhan memerlukan sinar matahari, gas karbondioksida (CO2) yang
diserap dari udara serta air dan hara yang diserap dari dalam tanah untuk kelangsungan
hidupnya. Melalui proses fotosintesis, CO2 di udara diserap oleh tumbuhan dan diubah
menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan akhirnya ditimbun
dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, ranting, bunga dan buah (Hairiah danRahayu,
2007).
Proses penimbunan karbon (C) dalam tubuh tumbuhan hidup dinamakan proses
sekuestrasi (C- sequestration). Dengan demikian mengukur jumlah C yang disimpan dalam
5
tubuh tanaman hidup (biomassa) pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO2 di
atmosfer yang diserap oleh tanaman. Sedangkan pengukuran C yang masih tersimpan dalam
bagian tumbuhan yang telah mati (nekromasa) secara tidak langsung menggambarkan CO2
yang tidak dilepaskan ke udara lewat pembakaran(Hairiah dan Rahayu, 2007).
Tumbuhan akan mengurangi karbon di atmosfer (CO2) melalui proses fotosinthesis dan
menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya karbon tersebut tersikluskan
kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan menempati salah satu dari sejumlah kantong
karbon. Semua komponen penyusun vegetasi baik pohon, semak, liana dan epifit merupakan
bagian dari biomassa atas permukaan. Di bawah permukaan tanah, akar tumbuhan juga
merupakan penyimpan karbon selain tanah itu sendiri. Pada tanah gambut, jumlah simpanan
karbon mungkin lebih besar dibandingkan dengan simpanan karbon yang ada di atas
permukaan. Karbon juga masih tersimpan pada bahan organik mati dan produk-produk
berbasis biomassa seperti produk kayu baik ketika masih dipergunakan maupun sudah berada
di tempat penimbunan. Karbon dapat tersimpan dalam kantong karbon dalam periode yang
lama atau hanya sebentar. Peningkatan jumlah karbon yang tersimpan dalam karbon pool ini
mewakili jumlah karbon yang terserap dari atmosfer. Dalam inventarisasi karbon hutan,
karbon pool yang diperhitungkan setidaknya ada 4 kantong karbon. Keempat kantong karbon
tersebut adalah biomassa atas permukaan (above ground), biomassa bawah permukaan, bahan
organik mati dan karbon organik tanah. Kantong karbon yang diinveritarisasikan oleh
vegetasi yaitu biomassa atas permukaan (above ground biomass) dan biomassa bawah
permukaan (underground biomass).
2.3 Penginderaan jauh dan indeks vegetasi
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek,
daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak
langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand et al., 2003). Sedangkan
Sabins (1996) dalam Kerle, et al. (2004) menjelaskan bahwa penginderaan jauh adalah ilmu
untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari
interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan sutau objek.
Menurut Sutanto (1994), ada empat komponen penting dalam sistem penginderaan jauh
yaitu; (1) sumber tenaga elektromagnetik; (2) atmosfer; (3) interaksi antara tenaga dan objek,;
(4) sensor. Secara skematik dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar tersebut menunjukkan
6
secara umum proses penginderaan jauh yang meliputi dua proses utama yaitu pengumpulan
data dan analisis data.
Gambar 1. Sistem Penginderaan Jauh
Data yang diperoleh dari sensor penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk memantau
kondisi kehijauan vegetasi bumi, antara lain: MODIS, MISR, ASTER, IKONOS, Quickbird,
VEGETATION, AVHRR, Landsat dan lain-lain. Masing-masing satelit melalui berbagai
sensornya mempunyai fungsi yang spesifik dalam mengolah informasi vegetasi. Di dalam
penelitian ini akan digunakan dua jenis sensor untuk mengamati lahan kehijauan, yakni sistem
sensor Landsat-8. Kondisi kehijauan permukaan bumi dapat ditransformasi menjadi nilai-nilai
biofisik seperti biomassa tanaman dengan pendekatan indeks vegetasi.
Nilai indeks vegetasi diperoleh dari energi yang dipancarkan oleh vegetasi pada citra
penginderaan jauh untuk menunjukkan ukuran kehidupan (jumlah klorofil) dan jumlah dari
suatu tanaman (kuantitas). Tanaman memancarkan dan menyerap gelombang yang unik
sehingga keadan ini dapat di hubungakan dengan pancaran gelombang dari objek-objek yang
lain sehingga dapat di bedakan antara vegetasi dan objek non vegetasi (Horning, 2004).
Pemantulan dan transmisi gelombang cahaya pada daun diatur oleh struktur-struktur daun
yang menyerap cahaya (klorofil dan air) dan struktur-struktur daun yang sedikit menyerap
cahaya (mesofil gabus) (Ji and Peters, 2007). Keunikan pantulan gelombang ini bisa
digunakan untuk memantatuan tutupan vegetasi secara spatial (keruangan) dengan melihat
sebaran tutupan vegetasi pada saat sekarang dan pada saat sebelumnya yang memanfaatkan
data temporal penginderaan jauh.
7
Penentuan indeks-indeks vegetasi didasarkan pada dua hal yaitu tingginya nilai
penyerapan dari panjang gelombang tampak (visible) radiasi matahari oleh pigmen tanaman
dan tingginya nilai hamburan (scattering) gelombang infra merah (Infrared) oleh lapisan
mesophyll daun. Indeks vegetasi adalah besaran nilai kehijauan vegetasi yang diperoleh dari
pengolahan sinyal digital data nilai kecerahan (brightness) beberapa kanal data sensor satelit.
Untuk pemantauan vegetasi, dilakukan proses perbandingan tingkat kecerahan kanal cahaya
merah (red) dan infra merah dekat (near infra red/NIR). Penyerapan cahaya merah oleh
klorofil dan pemantulan cahaya infra merah dekat oleh jaringan mesofil pada daun akan
membuat nilai kecerahan yang diterima sensor satelit melalui kanal-kanal tersebut akan jauh
berbeda. Sementara itu, kanal biru mampu mengurangi kontaminasi gas aerosol tanpa
mengubah hasil interpretasi dari nilai-nilai indeks vegetasi.
Penggunaan indeks vegetasi yang umum digunakan untuk mengestimasi biomassa
diantaranya adalah, Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) untuk mengestimasi
kandungan klrofil pada daun dan Enhanced Vegetation Index (EVI) untuk penentuan variasi
struktur kanopi. Nilai indeks vegetasi NDVI didasarkan pada perbedaan antara penyerapan
maksimum radiasi di kanal merah (red) sebagai hasil dari pigmen klorofil dan reflektansi
maksimum di kanal spektral infra merah dekat (near infra red/NIR) sebagai akibat dari
struktur selular daun. Sementara itu, EVI atau Enhanced Vegetation Index merupakan metode
penentuan tingkat kehijauan dan biomassa yang dikembangkan untuk mengoptimalkan
sensivitas sinyal vegetasi yang lebih baik di daerah biomassa yang tinggi. EVI lebih responsif
untuk penentuan variasi struktur kanopi, termasuk Leaf Area Index (LAI), jenis kanopi,
fisiogonomi tanaman, biomassa tanaman dan arsitektur kanopi. EVI bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan algoritma NDVI dengan menambahkan kanal biru untuk
mengkoreksi efek gangguan radiometric dari atmosfer dan dari dalam kanopi.
8
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung dan memetakan jumlah
biomassa atas permukaan (AGB) pohon Mangrove di Tahura Ngurah Rai dengan
menggunakan data penginderaan jauh Landsat-8. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan
untuk mencari hubungan antara beberapa indeks vegetasi, yaitu NDVI, EVI dan EVI2 dengan
biomassa atas permukaan pohon Mangrove. Model persamaan terbaik yang diperoleh dari
analisis regresi dengan indeks vegetasi akan digunakan untuk memetakan dan menghitung
secara keseluruhan sebaran spasial biomassa atas permukaan tanaman mangrove di Tahura
Ngurah Rai.
3.2 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi mengenai jumlah karbon
tersimpan dalam bentuk biomassa atas permukaan (AGB) hutan mangrove di Tahura Ngurah
Rai. Selain jumlah, pemanfaatan data penginderaan jauh juga diharapkan dapat memberikan
informasi sebaran spasial biomassa atas permukaan pohon mangrove yang didapat dari
penerapan model indeks vegetasi. Penggunaan tiga (3) jenis indeks vegetasi dalam
pengembangan model diharapkan mampu menjawab tantangan tentang aplikasi data
penginderaan jauh sebagai teknologi terapan dalam pengendalian perubahan iklim, khususnya
informasi jumlah karbon tersimpan pada kawasan hutan mangrove. Selanjutnya metode-
metode yang ada dalam penelitian ini bisa diterapkan pada wilayah lain di Indonesia dalam
hubungannya dengan proses adaptasi perubahan iklim. Selain itu, hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan oleh pemerintah setempat ataupun pemerintah pusat sebagai acuan dalam
pembuatan kebijakan, khususnya kebijakan tentang perubahan iklim.
9
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Tahura Ngurah Rai (Gambar 2). Taman Wisata Alam Prapat
Benoa ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan No. 544/Kpts-II/1993 tanggal 25 September 1993 dengan luas 1.373,50
Ha. Tahura Ngurah Rai secara administrasi pemerintahan terletak di Kecamatan Kuta
Kabupaten Badung dan Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar Propinsi Bali, sedangkan
secara geografis TAHURA Ngurah Rai terletak pada 115° 9` sampai 115° 14` Bujur Timur
dan 8° 42` sampai 8° 47` Lintang Selatan.
Gambar 2. Lokasi Penelitian
4.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Citra Landsat 8 yang direkam pada tanggal 15 April 2015
10
2. Peta areal Tahura Ngurah Rai yang diperoleh dari BPDAS Unda Anyar
3. Data spasial Kota Denpasar dan Kabupaten Badung berformat SIG
Sedangkan alat-alat yang di gunakan adalah
1. Komputer Intel Core i7-740QM 1.73Ghz, RAM 4GB DDR3, Hard-disk 1 TB SATA,
VGA Ati Radeon HD 5730 1GB, Keyboard 104 keys, Mouse dan peripheral lainnya.
2. Software Penginderaan Jauh untuk konversi data dari data yang dapat di baca oleh
software penginderaan jauh ke bentuk data yang dapat di baca oleh software SIG:
• ENVI 4.7
3. Software Sistem Informasi Geografi untuk pengolahan data-data spasial yang berasal dari
citra:
• ArcView 3.3 beserta extensions-extensionnya
• ArcGIS 9.3 beserta extensions-extensionsnya
4. Software untuk analisa data tabel yaitu Microsoft Office Excel 2003
5. Rol Meter
6. Perahu
7. GPS
8. Alat tulis lapang
4.3 Deskripsi Citra Landsat 8
Landsat-8 merupakan seri kelanjutan misi satelit Landsat sebelumnya (Landsat-1 hingga
Landsat-7) untuk menjaga kontinuitas ketersediaan data Landsat. Landsat-8 telah diluncurkan
pada tanggal 11 Februari 2013 dengan membawa dua instrumen atau sensor yaitu Operational
Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS). Landsat-8 memiliki 11 kanal, di
antara kanal-kanal tersebut, 9 kanal (band 1-9) berada pada sensor OLI dan 2 lainnya (band
10 dan 11) pada sensor TIRS. Sebagian besar kanal memiliki spesifikasi mirip dengan
Landsat-7. Gambar 3 memperlihatkan satelit Landsat-8, sedangkan Tabel 1 menyajikan
deskripsi citra Landsat-8.
11
Gambar 3. Citra Satelit Landsat-8
Tabel 1. Diskripsi kanal Landsat-8
12
4.4 Prosedur Penelitian
4.4.1 Pengambilan data lapangan
Data lapangan diameter mangrove akan diambil pada bulan Juni 2015. lokasi
pengambilan sampel dilakukan di areal Tahura Ngurah Rai dengan meteode Sampling Acak
Sederhana (Simple Random Sampling) akan diaplikasikan. Random sampling adalah metode
paling dekat dengan definisi probability sampling. Seluruh tanaman dengan diameter diatas
10cm akan diambil datanya, dengan areal di dalam plot 10x10m. Sebelum diambil sampel
diameter, tinggi dan jenis tanaman mangrove, maka lokasi akan ditandai dengan GPS untuk
mengetahui koordinatnya. Gambar 4 menunjuukan contoh pengambilan sampel.
Gambar 4. Contoh pengambisan sampel diamter pohon mangrove
Sementara itu, untuk menghitung jumlah biomassa tanaman mangrove dengan
menggunakan pendekatan diameter, maka persamaan allometrik digunakan dalam penelitian
ini. Persamaan allometrik dari biomassa atas permukaan (AGB) diperoleh dari Ong et al
(2004), Komiyama, et al (2005) serta Clough dan Scott (1989). Adapun persamaan tersebut
adalah:
13
4.4.2 Analisis data
Penelitian ini menggunakan 3 metode untuk mencari nilai Indeks Vegetasi dimana akan
digunakan untuk mencari hubungannya dengan nilai biomassa pohon mangrove, yaitu NDVI
(Normalized Difference Vegetation Index; Tucker, 1979), EVI (Enhanced Vegetation Index;
Huete et al., 1997) dan EVI2 (2-band Enhanced Vegetation Index; Jiang et al., 2008). Adapun
persamaan dari ketiga metode tersebut adalah:
12
12
-
NDVIρρρρ
+= (4)
1) 7,5 - 6 () - ( 2,5 EVI
312
12
+××+=
ρρρρρ (5)
1) 2,4 () - ( 2,5 EVI212
12
+×+=
ρρρρ (6)
Dimana:
ρ1 = Nilai radian Band Merah (Watts/(m2 * ster * µm))
ρ2 = Nilai radian Band Infra Merah Dekat (Watts/(m2 * ster * µm))
ρ3 = Nilai radian Band Biru (Watts/(m2 * ster * µm))
Data Landsat 8 Level 1 berupa data mentah dalam format digital number (DN). Sebelum
dianalisis dengan menggunakan persamaan indeks vegetasi, maka nilai digital tersebut harus
dikalibrasi secara radiometrik menggunakan parameter gain dan offset yang tersedia di
metadata, adapun persamaan kalibrasi tersebut adalah:
ALQML cal 2 +×=ρ (7)
Dimana, ρλ merupakan radian sensor (dalam Watts/( m2 * srad * µm)), ML adalah gain (di metadata tertulis RADIANCE_MULT_BAND_x, dimana x adalah nomor kanal), AL adalah
offset (RADIANCE_ADD_BAND_x, dimana x adalah nomor kanal) dan Qcal adalah digital
number (DN).
Nilai-nilai indeks vegetasi yang telah diperoleh dari data penginderaan jauh kemudian di
hubungkan dengan nilai biomassa terukur yang diperoleh melalui pengukuran langsung di
lapangan. Hubungan antara nilai indeks vegetasi dan biomassa tersebut akan menghasilkan
persamaan regresi matematis yang dapat dipakai untuk menduga nilai biomassa di lokasi lain
14
dalam suatu areal yang memiliki nilai indeks vegetasi yang serupa. Regresi non-linear
berbentuk eksponensial merupakan bentuk yang disarankan dalam menjelaskan hubungan
antara dua variabel tersebut. Dalam menganalisis hubungan antara biomassa dan indeks
vegetasi digunakan program statistik pada Microsoft Ecxel. Setelah diperoleh hubungan
matematis antaraindeks vegetasi dan biomassa, Modeling di ArcGIS digunakan untuk
mengubah nilai digital pada tiap-tiap piksel citra menjadi biomassa yang mewakili wilayah
penelitian. Peta biomassa yang dihasilkan pada proses ini kemudian digunakan untuk
mengetahui sebaran biomassa sehingga diketahui jumlah simpanan karbon di Tahura Ngurah
Rai.
4.4.3 Presentasi data
Peta merupakan visualisasi terbaik bagi hasil-hasil penelitian berbasis data spasial.
Aplikasi sitem informasi geografi (SIG) berbasis komputer merupakan suatu cara baru bagi
ilmu kartografi dalam menghasilkan sebuah peta. Dengan SIG, hasil penelitian akan lebih
akurat, cepat, dan informatif. Penggabungan data-data berstruktur vektor seperti sungai, jalan
dan batas administrasi dengan data berstruktur raster dari penginderaan jauh akan lebih
meningkatkan keakuratan informasi jumlah biomassa di tahura ngurah rai. Adapun bagan alir
seluruh rangkaian penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
15
Gambar 5. Bagan alir penelitan
Data Landsat 8 (2015)
Koreksi Nilai DN menjadi Radian
Data Lapangan
Menghitung Nilai Indeks Vegetasi (IV)
Menghitung Diameter dan tinggi
Menghitung biomassa (AGB) dengan persamaan
Allometrik
Analisis Korelasi antara IV dengan AGB
Nilai persamaan korelasi diperoleh
Aplikasi persamaan untuk mengetahui sebaran nilai biomassa di Tahura Ngurah Rai
16
BAB V. HASIL YANG DICAPAI
5.1 Data Lapangan Sebanyak 855 pohon mangrove telah di ukur diameternya sehingga bisa dihitung
biomassa tegakan pohon dengan persamaan alometrik. Berdasarkan hasil pengukuran
tersebut, telah terindentifikasi sebanyak 14 jenis mangrove pada 30 plot 10x10 m. Gambar 6
memperlihatkan sebaran plot-plot lokasi pengambilan sampel diamter pohon mangrove,
sedangkan tabel 2 menyajikan spesies-spesies mangrove yang teridentifikasi pada 30 plot
sampel.
Gambar 6. Sebaran plot pengambilan sampel mangrove di Tahura Ngurah Rai, titik merak
adalah lokasi plot sampel
Tabel 2. Spesies-spesies mangrove yang teridentifikasi di Tahura Ngurah Rai
No Spesies Mangrove 1 Aegiceras corniculatum 2 Avicennia alba 3 Avicennia lanata 4 Avicennia marina 5 Avicennia officinalis 6 Bruguiera cylindrica 7 Bruguiera hainesii 8 Bruguiera gymnorrhiza 9 Ceriops tagal
10 Rhizophora apiculata 11 Rhizophora mucronata 12 Rhizophora stylosa 13 Sonneratia alba 14 Xylocarpus granatum
17
5.2 Hasil Analisis dan Data Penginderaan Jauh Berdasarkan hasil analisis dengan persamaan alometrik untuk menghitung jumlah
biomassa tegakan pohon pada masing-masing plot, berdasarkan persamaan (1-3), diperoleh
rentang biomassa tegakan pohon mangrove di Tahura Ngurah Rai berkisar antara 17,047
Kg/m2 sampai 3.031,989 Kg/m2. Tabel 3 menyajikan jumlah-jumlah biomassa pada masing-
masing plot sampel.
Tabel 3. Jumlah biomassa pada masing-masing plot sampel di Tahura Ngurah Rai
Plot Biomassa (kg/m2) Plot Biomassa (kg/m2) 1 189,021 16 177,196 2 445,466 17 138,070 3 312,515 18 185,194 4 60,311 19 157,314 5 408,308 20 445,693 6 855,572 21 17,047 7 403,498 22 189,089 8 138,193 23 59,106 9 488,809 24 1.270,138 10 850,037 25 1.631,732 11 325,902 26 632,284 12 167,143 27 212,330 13 75,471 28 887,636 14 69,057 29 201,923 15 359,902 30 3.031,989
Selanjutnya hasil perhitungan biomassa tegakan pohon mangrove yang telah diperoleh
dipetakan dengan menggunakan data penginderaan jauh. Sebelum dipetakan dengan data
penginderaan jauh, hasil perhitungan biomassa tegakan pohon mangrove dikorelasikan
dengan indeks-indeks vegetasi yang diperoleh dari analisis penginderaan jauh, yang nanti
persamaannya digunakan untuk memodelkan sebaran biomassa tegakan pohon mangrove
secara spasial di areal Tahura Ngurah Rai. Data penginderaan jauh yang digunakan adalah
data Landsat-8 yang direkam pada tanggal 15 April 2015 dan dianalisis menggunakan indeks
vegetasi NDVI, EVI dan EVI2. Gambar 7 sampai 9 memperlihatkan data Landsat yang
digunakan dalam penelitian ini.
18
Gambar 7. Citra Landsat-8 yang direkam pada tanggal 15 April 2015, Path/Row 116/66
Gambar 10 memperlihatkan sebaran spasial nilai-nilai NDVI yang merupakan hasil
analisis data penginderaan jauh. Nilai NDVi kemudian di analisi hubungannya dengan nilai
biomassa tanaman mangrove sehingga diperoleh persamaan regresi yang nanti bisa digunakan
untuk memodelkan sebaran spasial nilai biomassa tanaman mangrove. Gambar 11
memperlihatkan grafik hubungan antara NDVI dan nilai biomassa.
19
Gambar 8. Citra Landsat-8 yang direkam pada tanggal 15 April 2015 untuk wilayah Bali
Timur
Gambar 9. Citra Landsat-8 yang direkam pada tanggal 15 April 2015 untuk wilayah Tahura
Ngurah Rai
20
Gambar 10. Sebaran nilai-nilai indeks vegetasi NDVI di kawasan tahura ngurah rai
Gambar 11. Nilai hubungan antara biomassa tegakan tanaman mangrove dengan indeks
NDVI
21
BAB VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Untuk rencana kerja selanjutnya, maka tahapan kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Menghitung indeks EVI
2. Menghitung indeks EVI2
3. Melakukan pemetaan areal magrove dengan metode maximum likelihood
4. melakukan pemodelan sebaran mangrove dengan model penginderaan jauh terbaik
22
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Penelitian untuk mengukur potensi biomassa tegakan atas mangrove di Tahura Ngurah
Rai, Bali telah dilakukan. Data lapangan diukur dari 30 plot 10x10 m dan diperoleh 14 jenis
spesies mangrove dengan jumlah biomassa untuk masing-masing plot berkisar antara 17,047
Kg/m2 sampai 3.031,989 Kg/m2. Hasil korelasi data lapangan dengan indeks NDVI dari citra
Landsat-8 menunjukkan hubungan korelasi yang positif dengan persamaan korelasi y =
0.0512ln(x) + 0.2254 dan nilai R2 = 0.63779. Hubungan ini menunjukkan bahwa indeks
NDVI dari data penginderaan jauh citra Landsat 8 dapat digunakan untuk menduga biomassa
tegakan atas mangrove secara spasial.
7.2 Saran Pada tahapan penelitian ini baru menghitung satu indeks vegetasi yaitu NDVI yang
kemudian dicari hubungannya dengan data lapangan. Perhitungan Indeks vegetasi lainya
(EVI, EVI2) sangat disarankan untuk dihitung guna memperoleh model terbaik dalam
pendugaan biomassa tegakan atas mangrove seperti yang telah direncanakan.
23
DAFTAR PUSTAKA
As-syakur, A.R., dan I W.S. Adnyana. 2009. “Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Alos/Avnir-2 nan Sistem Informasi Geografi (SIG) Untuk Evaluasi Tata Ruang Kota Denpasar”. Jurnal Bumi Lestari, Vol. 9, No. 1. 1 – 15.
Donato, D. C., Kauffman, J. B., Murdiyarso, D., Kurnianto, S., Stidham, M., & Kanninen, M. (2011). Mangroves among the most carbon-rich forests in the tropics. Nature Geoscience, 4(5), 293-297.
FAO. 2007. The World’s Mangroves 1980–2005. Forest Resources Assessment Working Paper No. 153. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome.
Gunarto. 2004. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian, 23 (1). 15-21.
Hartini, S., Guridno Bintar Saputro, M. Yulianto, Suprajaka. 2010. Assessing the Used of Remotely Sensed Data for Mapping Mangroves Indonesia. SELECTED TOPICS in POWER SYSTEMS and REMOTE SENSING. In 6th WSEAS International Conference on REMOTE SENSING (REMOTE ’10), Iwate Prefectural University, Japan. October 4-6, 2010; pp. 210-215.
Huete, A. R., Liu, H. Q., Batchily, K., & Van Leeuwen, W. J. D. A. (1997). A comparison of vegetation indices over a global set of TM images for EOS-MODIS. Remote sensing of environment, 59(3), 440-451.
Jiang, Z., Huete, A. R., Didan, K., & Miura, T. (2008). Development of a two-band enhanced vegetation index without a blue band. Remote Sensing of Environment, 112(10), 3833-3845.
Kerle, N., L.F. Janssen, and G.C. Huurnrman. 2004. Principles of Remote Sensing. The International Institute for Geo-Information Science and Earth Observation (ITC). Netherlands.
Lillesand, T.M., R.W. Kiefer, and J.W. Chipman. 2003. Remote Sensing and Image Interpretation, 5th edition. John Wiley & Sons. New York-USA.
Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.
Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid II. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Sutaryo, D. (2009). Penghitungan Biomassa (Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan
Perdagangan Karbon). Wetlands International Indonesia Programme. Bogor. Tucker, C. J. (1979). Red and photographic infrared linear combinations for monitoring
vegetation. Remote sensing of Environment, 8(2), 127-150. von Storch, H., and F.W. Zwiers. 1999. Statistical analysis in climate research. Cambridge
University Press, UK. 484 pp.
24
LAMPIRAN 1
PENGAMBILAN DATA LAPANGAN
Proses Pengarahan Mengukur Diameter
Mengukur diameter di dekat pemukiman Di atas akar napas
Area mangrove yang berubah Tegakan mangrove yang besar
25
LAMPIRAN 2 ANALISIS SPESIES MANGROVE
Pengarahan terkait anailisis spesies mangrove
Tim bekerja menganalisis spesies mangrove
Sample daun dan biji mangrove Sample daun dan biji mnagrove