Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
LAPORAN KEMAJUANHIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
EFEK HIPOGLIKEMIK DIET RUMPUT LAUT Gracilaria sp. DANCaulerpa sp. PADA TIKUS DIABETES INDUKSI ALLOXAN
Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun
NI LUH ARI YUSASRINI, S.TP., M.P. /0004037802LUH PUTU TRISNA DARMAYANTI, S.Hut., M.P. / 0010057807
Ir. NI MADE YUSA, M.Si / 0031125749
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
Juli 2015
ii
iii
RINGKASAN
Diabetes mellitus merupakan penyakit tidak menular menahun, yang dicirikan olehabnormalitas metabolisme karbohidrat yang dapat pula mempengaruhi metabolisme proteindan lemak, dan ditandai dengan kadar glukosa darah puasa 126 mg/dL dan kadar glukosadarah sesaat di atas 200 mg/dL. Penyakit diabetes mellitus dapat berkembang dengan cepat,sehingga memerlukan penanganan yang tepat untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.Untuk mengendalikan tingginya kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus dapatdilakukan dengan terapi diet, karena aman, tidak menimbulkan efek samping, memerlukanbiaya murah dan mudah dilaksanakan. Pemilihan ingredien diet yang bersifat hipoglikemik(mampu menurunkan glukosa darah) menjadi pertimbangan utama dalam penatalaksanaandiet penderita diabetes mellitus.
Rumput laut merupakan salah satu jenis bahan pangan yang berpotensi dalammengendalikan laju glukosa darah. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pasiendiabetes mellitus yang diberi suplemen yang mengandung rumput laut dapat menurunkanglukosa darah (Kim et al., 2008). Peneliti lain Suter et al., (2014) melaporkan bahwa dietcampuran rumput laut Eucheuma cottoni dan kedelai mampu menurunkan glukosa darahpada hewan coba yang diinduksi diabetes.
Di Bali terdapat beberapa spesies rumput laut yang sudah sering dikonsumsi sebagaisayuran atau camilan yaitu dari spesies Gracilaria sp. dan Caulerpa sp. atau lebih dikenaldengan nama daerah bulung sangu dan bulung boni. Sampai saat ini belum ada laporanmengenai efek hipoglikemik kedua jenis rumput laut ini secara in vivo. Tujuan khusus daripenelitian ini adalah untuk mengetahui efek hipoglikemik diet Gracilaria sp. dan Caulerpasp. pada hewan coba yang diinduksi diabetes menggunakan alloxan. Dari informasi ininantinya diharapkan bisa digunakan sebagai acuan dalam penyusunan menu diet berbahanbaku bulung sangu dan bulung boni bagi penderita diabetes mellitus.
Tahapan penelitian yang dilakukan diantaranya pembuatan tepung rumput lautGracilaria sp. dan Caulerpa sp., pembuatan pakan standar dan pakan perlakuan dandilanjutkan dengan pengujian bioassay menggunakan tikus diabetes yang diinjeksi alloxan.Analisis yang dilakukan meliputi analisis proksimat dan kandungan serat pangan pada bahanbaku, analisis gula darah, penimbangan berat badan dan pengamatan konsumsi pakan padahewan coba serta pengamatan histologi pankreas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumput laut Gracilaria sp. dan Caulerpa sp.memiliki kadar serat kasar berturut-turut 20,48 % dan 12,47 %. Rumput laut Gracilaria sp.dan Caulerpa sp. memiliki kadar serat kasar berturut-turut 20,48 % dan 12,47 %. Kadarglukosa darah pada keempat kelompok tikus pada hari ke-0 berkisar antara 123,18 mg/dL –131,96 mg/dL. Pemberian pakan PBN dan PBS selama 30 hari menurunkan kadar glukosadarah tikus berturut-turut sebesar 51,63 % (dari 384,4 mg/dL menjadi 168,52 mg/dL) dan35,24 % (dari 328,05 mg/dL menjadi 212,42 mg/dL). Tingkat konsumsi pakan pada keempatkelompok tikus pada hari ke-0 berkisar 10 g – 10,5 g. Pada akhir perlakuan terjadipeningkatan konsumsi pakan berkisar 11,97 g – 12,5 g. Berat awal tikus semua kelompokperlakuan berkisar antara 107,5 g – 185,2 g. Pada akhir perlakuan terjadi peningkatan berattikus berkisar 133,7 g – 216,1 g.
Kata kunci : diabetes mellitus, hipoglikemik, Gracilaria sp., Caulerpa sp., alloxan
iv
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah
dan rahmat-Nyalah laporan kemajuan penelitian ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini berjudul ” EFEK HIPOGLIKEMIK DIET RUMPUT LAUT Gracilaria sp.
DAN Caulerpa sp. PADA TIKUS DIABETES INDUKSI ALLOXAN”
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Udayana selaku pemberi dana penelitan, dan Dekan Fakultas
Teknologi Pertanian atas ijin penelitian dan fasilitas yang diberikan
2. Staf Laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana dan
Laboratorium Biosain dan Bioteknologi Universitas Udayana atas segala
bantuannya.
Akhir kata penulis menyadari bahwa tidak ada gading yang tak retak, oleh karena itu
segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
laporan ini.
Denpasar, Juli 2015Penyusun
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL …………………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………….. ii
RINGKASAN …………………………………………………………………………... iii
PRAKATA …………………………………………………………………………........ iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ vii
BAB 1. PENDAHULUAN ……………………………………………………………... 1
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………........... 1
1.2. Rumusan masalah …………………………………………………………...... 2
1.3. Urgensi Penelitian ............................................................................................. 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………….. 6
2.1. Diabetes Mellitus ……………………………………………………………… 6
2.2. Manajemen Diet Diabetes Mellitus …………………………………………… 7
2.3. Serat Pangan dan Diabetes Mellitus ................................................................... 8
2.4. Alloxan ............................................................................................................... 8
2.5. Gracilaria sp. dan Caulerpa sp. ........... ……………………............................. 10
2.6. Manfaat Rumput Laut bagi Kesehatan ............................................................... 11
Bab 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ........................................................ 13
BAB 4. METODE PENELITIAN ……………………………………………………… 14
4.1. Road map Penelitian ........................................................................................... 14
4.2. Bahan dan Peralatan …………………………………………………………... 14
4.3. Pelaksanaan Penelitian ………………………………………………………… 15
4.4. Rancangan Percobaan ......................................................................................... 16
4.5. Analisis ............................................................................................................... 17
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………….............. 20
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ........................................................... 25
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………... 27
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Aktivitas diabetogenik alloxan dan derivat alloxan ............................................ 9
Tabel 2. Komposisi gizi Caulerpa sp. dan Gracilaria sp. ................................................ 11
Tabel 3. Komposisi pakan standar ........ ........................................................................... 15
Tabel 4. Hasil analisis proksimat tepung rumput laut Gracilaria sp dan Caulerpa sp..... 20
Tabel 5. Komposisi pakan standar dan pakan perlakuan................................................ 21
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur alloxan .............................................................................................. 9
Gambar 2. Road map penelitian yang akan dan sudah dilaksanakan …………………... 14
Gambar 2. Prosedur bioassay ........................................................................................... 17
Gambar 3. Perubahan kadar glukosa darah ...................................................................... 21
Gambar 4. Perubahan tingkat konsumsi pakan ................................................................. 23
Gambar 5. Perubahan berat tikus ...................................................................................... 24
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan gangguan kesehatan yang dicirikan oleh kekurangan
insulin baik secara relatif maupun absolut sehingga menyebabkan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein secara luas (Nogrady, 2002). Penyakit diabetes mellitus
merupakan penyakit kronis yang dicirikan dengan kadar gula darah di atas normal (kadar
gula darah sesaat > 200 mg/dL) dan biasanya ditandai dengan poliurea, polidipsia,
poliphagia dan penurunan berat badan meskipun nafsu makan bertambah (Widowati, 2007).
Bagi penderita diabetes mellitus, pengendalian tingginya kadar glukosa darah agar
mencapai level normal atau mendekati kondisi normalnya sangatlah penting untuk
menghindari komplikasi yang lebih lanjut. Penanganan yang dilakukan bisa dengan terapi
medis dan terapi diet. Namun, terapi medis terkadang dapat menimbulkan efek yang tidak
diinginkan dan hanya dilakukan apabila pengaturan diet secara maksimal tidak berkhasiat
mengendalikan gula darah. Untuk mengantisipasi dampak tersebut maka dikembangkan
sistem pengobatan dengan terapi diet.
Terapi diet pada penderita diabetes mellitus umumnya didasarkan pada kaidah 3-J
yaitu jumlah, jenis dan jadwal. Penderita diabetes mellitus harus mendapatkan diet dengan
jumlah kalori yang terukur, jenis diet yang memiliki efek menurunkan glukosa darah
(hipoglikemik) dan penyajian diet yang terprogram untuk menghindari beban glukosa
posprandial yang tidak terkontrol (Tjokroprawiro, 1996). Oleh karena itu ingredient diet
yang bersifat hipoglikemik tentunya menjadi alternatif pilihan yang baik bagi penderita
diabetes mellitus.
Sifat hipoglikemik bahan pangan sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang
terdapat dalam bahan pangan tersebut, salah satunya adalah serat pangan. Mekanisme yang
bisa menjelaskan efek hipoglikemik serat pangan adalah serat pangan mampu menurunkan
efisiensi penyerapan karbohidrat, sehingga menurunkan respon insulin, kerja pankreas akan
semakin ringan dan akhirnya dapat memperbaiki fungsi pankreas dalam menghasilkan insulin
(Astawan dan Wresdiyati, 2004).
Rumput laut merupakan salah satu contoh bahan pangan yang mengandung serat dan
bisa digunakan sebagai komponen utama dalam terapi diet penderita diabetes mellitus. Di
Bali terdapat beberapa spesies rumput laut yang biasa dikonsumsi masyarakat dalam bentuk
segar sebagai sayuran. Rumput laut tersebut adalah dari spesies Gracilaria sp. dan Caulerpa
2
sp. atau akrab dikenal dengan nama berturut-turut bulung sangu dan bulung boni. Sifatnya
yang aman untuk dikonsumsi memungkinkan rumput laut ini dikaji efek hipoglikemiknya.
Gracilaria sp. dan Caulerpa sp. merupakan jenis rumput laut yang berturut-turut
masuk dalam kelas Rhodophyceae dan Chlorophyceae. Perbedaan jenis (spesies) rumput laut
akan sangat mempengaruhi profil komposisi kimianya sehingga kemungkinan juga memiliki
efek hipoglikemik yang berbeda apabila dikonsumsi. Berbagai penelitian yang berhubungan
dengan peranan rumput laut dalam penyembuhan penyakit sudah pernah dilakukan baik
secara in vitro maupun in vivo. Namun sampai saat ini belum ada laporan mengenai potensi
Gracilaria sp. dan Caulerpa sp. dalam memperbaiki kontrol glikemik pada hewan coba
diabetes. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efek hipoglikemik
Gracilaria sp. (bulung sangu) dan Caulerpa sp. (bulung boni) secara in vivo.
Pengujian efek hipoglikemik umumnya menggunakan hewan coba yang dinduksi
diabetes. Hewan coba yang sering digunakan yaitu tikus karena kelengkapan organ,
kebutuhan nutrisi dan metabolismenya cukup dekat dengan manusia. Untuk menginduksi
diabetes digunakan alloxan karena memiliki efek diabetogenik. Alloxan merupakan senyawa
yang bersifat toksik terhadap sel β pankreas dan dapat menyebabkan diabetes pada hewan
percobaan sehingga alloxan digunakan sebagai standar untuk menginduksi terjadinya
diabetes pada hewan coba. Oleh karena itu pada penelitian pengujian efek hipoglikemik
rumput laut Gracilaria sp. dan Caulerpa sp. ini digunakan hewan coba tikus yang diinduksi
diabetes menggunakan alloxan. Sifat hipoglikemik Gracilaria sp. dan Caulerpa sp. akan
tercermin dari efek fisiologisnya dalam menurunkan glukosa darah hewan coba diabetes dan
gambaran histologi pankreasnya. Dengan mengetahui efek hipoglikemik kedua jenis rumput
laut tersebut pada tikus diabetes diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai kemungkinan pemanfaatan bulung sangu dan bulung boni untuk terapi diet bagi
penderita diabetes mellitus.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah : apakah diet rumput laut Gracilaria sp. dan
Caulerpa sp. memberikan efek hipoglikemik pada tikus diabetes induksi alloxan?
3
1.3. Urgensi Penelitian
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang dicirikan dengan kondisi
hiperglikemia akibat gangguan produksi insulin. Gangguan produksi insulin dapat terjadi
karena adanya degenerasi sel β pankreas sehingga sintesis insulin menjadi tidak cukup.
Hiperglikemia yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan serius pada berbagai
organ tubuh.
Penderita diabetes mellitus memerlukan penanganan yang tepat agar kadar glukosa
darahnya tetap terkendali. Pengobatan dengan terapi diet lebih diutamakan karena tidak
menimbulkan efek samping, mudah dilakukan, dan tidak memerlukan biaya yang mahal.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari sumber-sumber bahan pangan yang bisa
digunakan sebagai pilihan dalam terapi diet penderita diabetes mellitus. Sumber bahan
pangan yang dimaksud adalah yang bersifat hipoglikemik diantaranya yang mengandung
serat pangan tinggi karena serat pangan memiliki efek fisiologis dalam penyembuhan dan
pencegahan penyakit seperti diabetes mellitus.
Serat pangan merupakan komponen makanan (karbohidrat kompleks) dalam tanaman
yang tidak dapat dicerna dan diserap oleh saluran pencernaan manusia (Astawan dan
Wresdiyati, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Zuheid (2000) menunjukkan bahwa pada
kedelai selain komponen protein dan anti tripsin, kandungan serat pangan pada kedelai juga
memberikan efek hipoglikemik pada hewan coba diabetik. Serat pangan dapat meningkatkan
viskositas lumen dalam usus sehingga akan menurunkan efisiensi penyerapan karbohidrat dan
respon insulin (Astawan dan Wresdiyati, 2004).
Wannamethe et al., (2009) melaporkan bahwa diet yang mengandung serat rendah
(kurang dari 20 g/hari) secara signifikan meningkatkan resiko diabetes mellitus. Sebaliknya,
diet dengan kandungan serat yang tinggi secara nyata dapat memperbaiki kontrol glikemik
pada pasien diabetes mellitus tipe 2 (Chandalia et al., 2000). Torsdotier et al., (1991) juga
melaporkan bahwa diet yang mengandung serat dalam bentuk natrium alginat dapat
menurunkan respon glukosa posprandial dan insulin pada pasien diabetes mellitus. Serat
pangan larut dapat membantu memperbaiki kontrol glikemik melalui mekanisme penundaan
pengosongan lambung, menurunkan kecepatan absorpsi glukosa darah, dan menurunkan level
insulin plasma (McIntos et al., 2001)
Rumput laut merupakan salah satu contoh bahan pangan yang mengandung serat
tinggi, berbagai macam nutrisi penting dan mengandung senyawa bioaktif yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan (MacArtain et al., 2007). Rumput laut mengandung serat berkisar
antara 25 – 75 % (Lahaye, 1991). Kandungan seratnya yang tinggi sangat berguna terutama
4
bagi penderita hiperlipidemia (Murata et al., 1999), sehingga akan menguntungkan pula bagi
penderita diabetes mellitus.
Kim et al., (2008) melaporkan bahwa pasien diabetes mellitus yang diberi suplemen
yang mengandung rumput laut dapat menurunkan glukosa darah puasa dan postprandial.
Wikanta et al., (2008) juga melaporkan bahwa diet κ-karagenan yang diekstrak dari rumput
laut Eucheuma cottoni dan ι-karagenan yang diekstrak dari rumput laut Eucheuma spinosum
dapat menurunkan glukosa darah selama 15 hari pemberian pada tikus diabetes. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Wikanta et al., (2008), peneliti lain Suter et al., (2014)
melaporkan bahwa diet campuran rumput laut Eucheuma cottoni dan kedelai mampu
menurunkan glukosa darah pada hewan coba yang diinduksi diabetes, sedangkan Dewi et al.,
(2013) melaporkan bahwa pemberian ekstrak rumput laut coklat (Sargassum prismaticum)
mampu menurunkan kadar MDA darah dan mampu memperbaiki gambaran histologi
jaringan pankreas pada tikus diabetes induksi streptozotocin. Pemberian ekstrak rumput laut
coklat (Sargassum prismaticum) secara oral juga mampu memperbaiki gambaran histologi
jaringan ginjal pada tikus diabetes tipe 1 (Shofia et al., 2013).
Rumput laut merupakan kekayaan hasil perairan yang perlu dieksplorasi potensinya
untuk penyembuhan diabetes mellitus. Di Bali terdapat beberapa spesies rumput laut yang
biasa dikonsumsi masyarakat sebagai sayuran atau sebagai pelengkap makanan pokok yaitu
dari spesies Gracilaria sp. (bulung sangu) dan Caulerpa sp. (bulung boni). Peranan rumput
laut Gracilaria sp. (bulung sangu) dan Caulerpa sp. (bulung boni) bagi kesehatan sudah
pernah dilaporkan terutama dalam hubungannya dengan potensinya dalam meningkatkan
kadar High Density Lipoprotein (HDL) pada tikus hiperkolesterol (Julyasih et al., 2013).
Penelitian yang sejenis juga dilaporkan oleh Tama et al., (2012) yang menyebutkan bahwa
pemberian rumput laut Gracilaria verrucosa dengan dosis 4,5 g/kg bb setelah 2 jam mampu
menurunkan glukosa darah tikus putih sehat. Peneliti lain, Sharma et al., (2014) melaporkan
bahwa rumput laut Caulerpa lentillifera secara signifikan dapat meningkatkan sekresi insulin
dan uptake glukosa secara in vitro sehingga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai
agensia antidiabetes.
Dari hasil penelitian yang sudah pernah dipublikasikan, sejauh ini belum ada laporan
mengenai efek hipoglikemik diet rumput laut lokal di Bali yaitu bulung sangu (Gracilaria
sp.) dan bulung boni (Caulerpa sp.) terhadap kadar glukosa darah secara in vivo. Oleh karena
itu penelitian untuk mengetahui efek hipoglikemik diet rumput laut Gracilaria sp. dan
Caulerpa sp. penting dilakukan untuk mengkaji potensi rumput laut yang biasa dikonsumsi
5
masyarakat di daerah Bali sebagai pangan diet untuk penyembuhan penyakit degeneratif
khususnya diabetes mellitus.
6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik yang ditandai oleh tingginya
kandungan glukosa di dalam darah. Diabetes mellitus merupakan induk dari segala penyakit
yang dapat diderita oleh semua tingkatan usia. Gangguan ini dapat diakibatkan oleh kadar
insulin yang rendah, kadar insulin yang normal namun tidak efektif dan gabungan kedua
faktor tersebut (Astawan dan Wresdiyati, 2004). Menurut Ganong (1990) diabetes biasanya
ditandai dengan polyurea, polydipsia, polyphagia (tetapi terjadi penurunan berat badan),
hyperglycemia, glycosuria, ketosis, acidosis dan koma. Poliuria ditandai dengan adanya
banyak kencing, yang . tidak hanya sering tetapi dalam jumlah yang banyak. Poliuria
disebabkan oleh osmotic diurasis yang terjadi diginjal dan menyebabkan terjadinya polidipsia
(Effendi, 2001). Polidipsia ditandai dengan banyak minum, sedangkan poliphagia ditandai
dengan banyak makan. Seseorang yang memiliki kadar glukosa darah puasa 126 mg/dL dan
kadar glukosa darah sesaat 200 mg/dL dapat dinyatakan mengidap diabetes mellitus.
American Diabetic Association (ADA) mengelompokkan diabetes mellitus menjadi
dua yaitu diabetes mellitus yang tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus / IDDM) atau diabetes tipe 1 dan diabetes yang tidak tergantung insulin (Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus / NIDDM) atau diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 1, penderita
sangat tergantung pada insulin eksogen. Hal ini disebabkan oleh kerusakan sel atau faktor
genetik sehingga insulin tidak dapat disekresikan atau disekresikan dalam jumlah yang sangat
sedikit. Diabetes tipe 1 ini pada umumnya terjadi pada mereka yang lahir dari pasangan yang
mengidap penyakit diabetes juga, sedangkan pada diabetes tipe 2 penderitanya tidak
tergantung pada insulin. Penyakit diabetes tipe 2 ini disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau sel kurang sensitif terhadap glukosa yang masuk ke dalam darah. Kondisi ini
pada umumnya terjadi pada mereka yang telah berusia diatas 45 tahun.
Penyakit diabetes mellitus pada seseorang sebagian besar disebabkan oleh faktor
genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik diyakini sebagai faktor penyebab diabetes
mellitus meskipun mekanismenya belum diketahui. namun keturunan diabetes belum tentu
akan mengidap penyakit diabetes, karena ada kemungkinan bakat diabetes ini tidak tampak
secara klinis bila tidak ada faktor lainnya: kurang gerak (malas), makanan berlebihan,
kehamilan, kekurangan hormon insulin yang disebabkan oleh pankrestomy atau pankreastitis,
7
dan hormon insulin yang terpacu berlebihan (Tjokroprawiro, 1991). Faktor lingkungan yang
diduga sebagai pencetus diabetes mellitus yaitu usia, asupan makanan yang berlebihan, stres,
obesitas, obat – obatan dan sebagainya.
2.2. Menejemen diet diabetes mellitus
Menejemen diet bagi penderita diabetes mellitus sangat penting dilakukan untuk
memperbaiki kesehatan secara menyeluruh dan menghindari komplikasi yang lebih serius.
Melalui pengelolaan diet yang benar dan pemilihan makanan yang sesuai merupakan langkah
yang tepat dalam mencegah penyakit diabetes mellitus (Marsono, 2002). Menurut American
Diabetes Association, (2006), tujuan khusus terapi diet bagi penderita diabetes mellitus
adalah untuk mencapai dan mengontrol glukosa darah pada kondisi normal atau mendekati
kondisi normalnya (melalui diet yang cukup, aktivitas fisik yang sesuai, penggunaan agent
yang bersifat hipoglikemik), pencapaian level serum lipid yang optimal, mencapai dan
memelihara berat badan yang optimal, mencegah timbulnya komplikasi yang kemungkinan
disebabkan oleh penyakit diabetes mellitus, dan menyeimbangkan asupan antara
makronutrien dengan mikronutrien.
Terapi diet yang lazim dijalankan untuk penderita diabetes mellitus umumnya
didasarkan pada kaidah 3-J yaitu : 1) jumlah kalorinya terukur disesuaikan dengan status gizi
pasien, 2) jenis dietnya terpilih, lazimnya yang memiliki efek menurunkan glukosa darah
(hipoglikemik) atau berpotensi mencegah komplikasi, dan 3) jadwal penyajian terprogram
untuk menghindari beban glukosa postprandial yang tidak terkontrol (Tjokroprawiro, 1996).
Susunan menu bagi penderita diabetes mellitus pada dasarnya sama dengan menu orang sehat
yaitu menu seimbang yang terdiri dari: protein 10-15%, lemak 20-25% dan karbohidrat 60-
70% (Sukardji, 2001). Selain itu penderita diabetes mellitus memerlukan makanan yang
memiliki Indeks Glikemik (IG) yang rendah.
Indeks Glikemik (IG) merupakan indeks (tingkatan ) pangan menurut efeknya dalam
meningkatkan kadar gula darah (Widowati, 2007). Pangan yang mempunyai IG tinggi bila
dikonsumsi akan meningkatkan kadar gula darah dengan cepat, sedangkan apabila seseorang
mengkonsumsi pangan yang memiliki IG rendah peningkatan kadar gula darah berlangsung
lambat dan pucak kadar gula darahnya rendah. Berbagai faktor dilaporkan dapat
mempengaruhi IG bahan pangan diantaranya proses pengolahan, rasio amilosa dan
amilopektin, gula dan daya osmotik, kandungan serat pangan, pati resisten, lemak, protein
dan zat antigizi (Widowati, 2007). Dengan mengetahui informasi mengenai IG pangan akan
sangat membantu penderita diabetes mellitus dalam penatalaksanaan terapi dietnya.
8
2.3. Serat Pangan dan Diabetes Mellitus
Serat pangan didefinisikan sebagai komponen makanan (karbohidrat kompleks) dalam
tanaman yang tidak dapat dicerna dan diserap oleh saluran pencernaan manusia (Astawan dan
Wresdiyati, 2004). Serat pangan memiliki fungsi fisiologis yang penting untuk kesehatan
tubuh. Menurut karakteristik fisik dan pengaruhnya terhadap tubuh, serat pangan dibagi
menjadi dua golongan yaitu serat pangan larut air (soluble dietary fiber) dan serat pangan
tidak larut air (insoluble dietary fiber). Kelompok serat pangan larut air adalah pektin,
psilium, gum, musilase, karagenan, asam alginat dan agar-agar, sedangkan yang termasuk
dalam kelompok serat pangan tidak larut air yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Keberadaan serat dalam bahan pangan dapat mempengaruhi nilai IG makanan.
Mekanisme serat pangan dalam mempengaruhi nilai IG suatu makanan yaitu dengan
menurunkan efisiensi penyerapan karbohidrat, sehingga menghambat peningkatan glukosa
darah secara cepat dalam tubuh. Serat pangan yang berperan dalam hal ini yaitu serat pangan
larut seperti pektin dan guar gum (Astawan dan Wresdiyati, 2004).
Berbagai penelitian melaporkan bahwa konsumsi serat pangan memberikan efek
positif bagi penderita diabetes mellitus. Wannamethe et al., (2009) melaporkan bahwa diet
yang mengandung serat rendah (kurang dari 20 g / hari) secara signifikan meningkatkan
resiko diabetes mellitus. Sebaliknya dilaporkan bahwa diet dengan kandungan serat yang
tinggi dihubungkan dengan pengurangan resiko inflamasi (Wannamethee et al., 2009) serta
secara nyata dapat memperbaiki kontrol glikemik pada pasien diabetes mellitus tipe 2
(Chandalia et al., 2000).
Mekanisme yang bisa menjelaskan tentang pengaruh konsumsi serat terhadap
penurunan kadar glukosa darah adalah melalui mekanisme pembentukan gel sehingga
mengakibatkan penundaan pengosongan lambung, dan pada akhirnya menurunkan kecepatan
absorpsi glukosa. Adanya penurunan efisiensi penyerapan karbohidrat akan menyebabkan
menurunnya respon insulin, sehingga kerja pankreas semakin ringan sehingga dapat
memperbaiki fungsi pankreas dlam menghasilkan insulin (Astawan dan Wresdiyati, 2004).
Serat pangan yang dapat memberikan fungsi tersebut adalah serat pangan larut yang banyak
terdapat pada sayur-sayuran, buah-buahan dan umbi-umbian.
2.4. Alloxan
Perkataan alloxan berasal dari bahasa Yunani yang artinya “ membuat merah”. Hal ini
didasarkan pada sifat dari alloxan yang dapat memberi warna merah pada kulit. Alloxan
bersifat toksik terhadap sel β pankreas sehingga dapat menyebabkan diabetes pada hewan
9
percobaan. Oleh karena itu alloxan digunakan sebagai standar untuk menginduksi terjadinya
diabetes pada hewan coba. Struktur alloxan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur alloxan
Toksisitas alloxan terhadap sel β-pankreas tergantung pada strukturnya. Terjadinya
perubahan pada struktur alloxan akan berpengaruh pada aktivitas diabetogeniknya seperti
terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 : Aktivitas diabetogenik alloxan dan derivat alloxan
Senyawa R1 R2 Aktivitas diabetogenikAlloxanN-methylalloxanN-EthylalloxanN-ProphyllalloxanN-ButyllalloxanN-IsobutyllalloxanN-BenzyllalloxanN-PhenyllalloxanN,N’-Dimethylalloxan
HCH3C2H5C3H7n-C4H9i-C4H9C6H5CH2C6H5CH3
HHHHHHHHCH3
Tinggi (ED 50, 0,28 mmol/kg)Tinggi (ED 50, 0,30 mmol/kg)Moderat (ED 50, 0,36 mmol/kg)Rendah(ED 50, tidak terdeteksi)Tidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada
Sumber : Lenzen et al., (1996)
Menurut Lenzet et al., (1996), alloxan memiliki beberapa sifat diantaranya : 1)
merupakan senyawa hidrophilik, 2) alloxan tidak stabil pada pH netral dengan waktu paruh
4,7 menit pada suhu 25o C dan 1,4 menit pada suhu 37 oC, 3) alloxan dapat bereaksi dengan
thiol dan dapat mengoksidasi protein yang berikatan dengan gugus thiol 5) alloxan dapat
direduksi menjadi asam dialurat oleh thiol seperti glutation dan dithiothreitol 6) reaksi
alloxan dengan glutation menyebabkan terbentuknya lingkaran redoks, memicu terbentuknya
radikal superoksida, hydrogen peroksida serta radikal hydroksil.
Menurut Okamoto (1996), mekanisme kerusakan sel β-pankreas oleh alloxan diawali
oleh terbentuknya radikal hydroksil. Adanya akumulasi radikal hidroksil akan menyebabkan
kerusakan DNA pada sel β. Kerusakan pada DNA akan memacu DNA untuk melakukan
perbaikan yang melibatkan aktivasi poly (ADP-ribose) polymerase yang menggunakan
9
percobaan. Oleh karena itu alloxan digunakan sebagai standar untuk menginduksi terjadinya
diabetes pada hewan coba. Struktur alloxan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur alloxan
Toksisitas alloxan terhadap sel β-pankreas tergantung pada strukturnya. Terjadinya
perubahan pada struktur alloxan akan berpengaruh pada aktivitas diabetogeniknya seperti
terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 : Aktivitas diabetogenik alloxan dan derivat alloxan
Senyawa R1 R2 Aktivitas diabetogenikAlloxanN-methylalloxanN-EthylalloxanN-ProphyllalloxanN-ButyllalloxanN-IsobutyllalloxanN-BenzyllalloxanN-PhenyllalloxanN,N’-Dimethylalloxan
HCH3C2H5C3H7n-C4H9i-C4H9C6H5CH2C6H5CH3
HHHHHHHHCH3
Tinggi (ED 50, 0,28 mmol/kg)Tinggi (ED 50, 0,30 mmol/kg)Moderat (ED 50, 0,36 mmol/kg)Rendah(ED 50, tidak terdeteksi)Tidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada
Sumber : Lenzen et al., (1996)
Menurut Lenzet et al., (1996), alloxan memiliki beberapa sifat diantaranya : 1)
merupakan senyawa hidrophilik, 2) alloxan tidak stabil pada pH netral dengan waktu paruh
4,7 menit pada suhu 25o C dan 1,4 menit pada suhu 37 oC, 3) alloxan dapat bereaksi dengan
thiol dan dapat mengoksidasi protein yang berikatan dengan gugus thiol 5) alloxan dapat
direduksi menjadi asam dialurat oleh thiol seperti glutation dan dithiothreitol 6) reaksi
alloxan dengan glutation menyebabkan terbentuknya lingkaran redoks, memicu terbentuknya
radikal superoksida, hydrogen peroksida serta radikal hydroksil.
Menurut Okamoto (1996), mekanisme kerusakan sel β-pankreas oleh alloxan diawali
oleh terbentuknya radikal hydroksil. Adanya akumulasi radikal hidroksil akan menyebabkan
kerusakan DNA pada sel β. Kerusakan pada DNA akan memacu DNA untuk melakukan
perbaikan yang melibatkan aktivasi poly (ADP-ribose) polymerase yang menggunakan
9
percobaan. Oleh karena itu alloxan digunakan sebagai standar untuk menginduksi terjadinya
diabetes pada hewan coba. Struktur alloxan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur alloxan
Toksisitas alloxan terhadap sel β-pankreas tergantung pada strukturnya. Terjadinya
perubahan pada struktur alloxan akan berpengaruh pada aktivitas diabetogeniknya seperti
terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 : Aktivitas diabetogenik alloxan dan derivat alloxan
Senyawa R1 R2 Aktivitas diabetogenikAlloxanN-methylalloxanN-EthylalloxanN-ProphyllalloxanN-ButyllalloxanN-IsobutyllalloxanN-BenzyllalloxanN-PhenyllalloxanN,N’-Dimethylalloxan
HCH3C2H5C3H7n-C4H9i-C4H9C6H5CH2C6H5CH3
HHHHHHHHCH3
Tinggi (ED 50, 0,28 mmol/kg)Tinggi (ED 50, 0,30 mmol/kg)Moderat (ED 50, 0,36 mmol/kg)Rendah(ED 50, tidak terdeteksi)Tidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada
Sumber : Lenzen et al., (1996)
Menurut Lenzet et al., (1996), alloxan memiliki beberapa sifat diantaranya : 1)
merupakan senyawa hidrophilik, 2) alloxan tidak stabil pada pH netral dengan waktu paruh
4,7 menit pada suhu 25o C dan 1,4 menit pada suhu 37 oC, 3) alloxan dapat bereaksi dengan
thiol dan dapat mengoksidasi protein yang berikatan dengan gugus thiol 5) alloxan dapat
direduksi menjadi asam dialurat oleh thiol seperti glutation dan dithiothreitol 6) reaksi
alloxan dengan glutation menyebabkan terbentuknya lingkaran redoks, memicu terbentuknya
radikal superoksida, hydrogen peroksida serta radikal hydroksil.
Menurut Okamoto (1996), mekanisme kerusakan sel β-pankreas oleh alloxan diawali
oleh terbentuknya radikal hydroksil. Adanya akumulasi radikal hidroksil akan menyebabkan
kerusakan DNA pada sel β. Kerusakan pada DNA akan memacu DNA untuk melakukan
perbaikan yang melibatkan aktivasi poly (ADP-ribose) polymerase yang menggunakan
10
NAD+ seluler sebagai substrat. Hal ini akan mengakibatkan level NAD+ intraseluler menurun
drastis yang diikuti oleh menurunnya aktivitas sel termasuk didalamnya sintesis dan sekresi
insulin. Dengan demikian sel β-pankreas akan mengalami kematian.
2.5. Gracilaria sp dan Caulerpa sp.
Rumput laut merupakan tanaman laut yang termasuk dalam kelompok makroalga
yang hidup di laut yang menjadi sumber daya hayati laut. Rumput laut umumnya hidup di
dasar perairan dengan cara menempel pada substrat atau benda lain. Menurut Susanto dan
Saneto (1994) beberapa jenis rumput laut yang bernilai ekonomis tinggi diantaranya
Eucheuma cottoni, Eucheuma spinosum, Glacilaria sp, Gelidium sp.
Gracilaria sp. merupakan salah satu spesies rumput laut yang memiliki nilai
ekonomis tinggi dan potensi pemanfaatannya sangat besar di Indonesia karena dikenal
sebagai penghasil agar-agar. Gracilaria sp. Merupakan rumput laut yang termasuk dalam
golongan Rhodophyceae (alga merah) dan hidup dengan jalan melekatkan diri pada substrat
padat, seperti kayu, batu, karang mati dan sebagainya. Jika dilihat secara sepintas, tanaman
ini berbentuk rumpun dengan tipe percabangan tidak teratur. Gracilaria sp memiliki
komposisi gizi yang cukup bagus yaitu yaitu mengandung protein 4,17 %, lemak 9,54 %, abu
14,18 %, karbohidrat 42,59 %, air 19,01 % dan serat kasar 10,51 % (Susanto dan Saneto,
1994). Masyarakat pesisir mengenal Gracilaria sp dengan sebutan yang berbeda-beda. Di
Bali, Gracilaria sp dikenal dengan nama bulung sangu ( Sjafrie, 1990).
Caulerpa sp. merupakan golongan rumput laut hijau (Chloropheceae) yang masih
jarang dimanfaatkan secara ekonomi. Caulerpa sp. memiliki thallus berbentuk lembaran,
batangan, bulatan berstruktur lembut sampai keras dan siphonous. Sama halnya dengan
Gracilaria sp, rumput laut jenis Caulerpa sp juga memiliki nama daerah yang berbeda-beda.
Masyarakat Bali mengenal Caulerpa sp dengan nama bulung boni dan sering dikonsumsi
oleh masyarakat sebagai sayuran segar. Caulerpa sp. mengandung pigmen fotosintetik
khlorofil a dan b, karoten, xanthofil, lutein.
Ma’ruf et al., (2013) melaporkan Caulerpa sp. dan Gracilaria sp. merupakan spesies
rumput laut yang bersifat edible food dan memiliki kandungan gizi yang baik. Kandungan
gizi dari makroalga ini sangat bervariasi. Selain faktor jenis (spesies), komposisi gizinya
juga dipengaruhi oleh habitatnya seperti terlihat pada Tabel 2.
11
Tabel 2. Komposisi gizi Caulerpa sp dan Gracilaria sp.
Rumput Laut Caulerpa racemossa Gracillaria verrucosaa Gracilaria verrucosab
ParameterKadar air 92,375 80,701 79,348Kadar protein 21,730 4,608 3,576Kadar lemak 8,681 3,322 2,902Kadar abu 20,910 19,575 21,852Kadarkarbohidrat
48,679 72,495 71,671
Serat kasar 8,429 8,790 5,167Sumber : Ma’ruf et al., (2013)
2.6. Manfaat Rumput Laut Bagi Kesehatan
Rumput laut mengandung berbagai macam komponen yang bermanfaat bagi
kesehatan. Komposisi utama pada rumput laut adalah karbohidrat yang sebagian besar berupa
gum yaitu polimer polisakarida yang berbentuk serat sehingga hanya sebagian kecil saja yang
dapat diserap dalam sistem pencernaan.
Karakteristik dan komposisi gizi rumput laut sangat bervariasi tergantung spesies
dan habitatnya sehingga kemungkinan berpengaruh pada aktivitas fisiologisnya. MacArtain et
al., (2007) melaporkan bahwa spesies Himanthalia elongate dan Laminaria digitata memiliki
kandungan serat yang berbeda yaitu berturut – turut 9,8 g/100 g dan 8,8 g/100 g sementara
Herpandi et al., (2006) melaporkan bahwa rumput laut spesies E. cottoni, Gelidium sp. dan
Sargasum sp. memiliki kandungan serat berturut – turut 64,43 %, 53,05 % dan 56 %.
Perbedaan kandungan dan komposisi serat ini juga menyebabkan spesies E. cottoni bersifat
lebih hipokolesterolemik dibandingkan spesies Sargasum sp. dan Gelidium sp.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa rumput laut sangat bermanfaat untuk
kesehatan tubuh. Murata et al., (1999) menunjukkan bahwa rumput laut coklat Undaria
pinnatifida (wakame) mengandung sejumlah vitamin, mineral, serat dan elemen lain yang
mampu meningkatkan aktivitas enzim – enzim pada jalur β oksidasi sehingga sangat baik
digunakan untuk mencegah hiperlipidemia. Mengkonsumsi wakame yang dikombinasikan
dengan minyak ikan juga dilaporkan akan dapat menurunkan konsentrasi trigliserida di dalam
serum darah dan hati sehingga sangat baik untuk mereka yang menderita
hypertriacylglycerolemia (Murata et al., 2002).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kim et al. (2008) menunjukkan bahwa rumput
laut juga terbukti mampu mencegah terjadinya penyakit jantung, hipertensi dan diabetes
mellitus. Pemberian suplemen rumput laut pada penderita diabetes tipe 2 mampu
mengendalikan kadar gula darah, menurunkan konsentrasi lipid dalam darah dan
12
meningkatkan aktivitas enzim antioksidan. Pemberian ekstrak Sargasum prismaticum juga
dilaporkan mampu menurunkan MDA tikus diabetes tipe 1 dan memperbaiki gambaran
histologi pankreas (Dewi et al., 2013) dan ginjal (Shofia et al., 2013).
13
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek hipoglikemik diet
rumput laut Gracilaria sp. dan Caulerpa sp. pada tikus diabetes induksi alloxan.
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan rumput laut
Gracilaria sp. (bulung sangu) dan Caulerpa sp. (bulung boni) sebagai pangan fungsional
khususnya untuk terapi diet penderita diabetes mellitus.
14
BAB 4. METODE PENELITIAN
3.1. Road Map Penelitian
Road map penelitian ini disusun mengacu pada Rencana Induk Penelitian (RIP)
Universitas Udayana dan RIP Program Studi bidang unggulan ketahanan pangan. Untuk lebih
jelasnya road map penelitian yang sudah dilaksanakan dan yang akan dilaksanakan disajikan
pada Gambar 2.
3.2. Bahan dan PeralatanBahan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rumput laut Gracilaria sp.
(bulung sangu) dan Caulerpa sp. (bulung boni). Bahan lain yang digunakan yaitu pati jagung,
CMC, minyak kedelai, sukrosa, kasein (Sigma, AS), campuran vitamin dan campuran
mineral (ICN Biomedical, Inc. Aurora, Ohio, Amerika). Reagen kimia yang digunakan untuk
Penelitian HibahUnggulan PerguruanTinggi (HUPT), 2014
Penelitian yang diusulkanHibah UnggulanProgram Studi (HUPS),2015
Pengujian efekhipoglikemik rumputlaut E. Cottoni padatikus diabetes induksialloxan
Pengujian efekhipoglikemikcampuran kedelaidan rumput laut E.Cottoni pada tikusdiabetes induksialloxan
Diketahui efekhipoglikemik dietrumput laut E.Cottoni dan dietcampuran kedelaidan rumput lautE. Cottoni padatikus diabetesinduksi alloxan
Pengujian efekhipoglikemik dietrumput lautGracilaria sp. danCaulerpa sp. padatikus diabetes induksialloxan
Diketahui efekhipoglikemik dietrumput lautGracilaria sp. danCaulerpa sp. padatikus diabetesinduksi alloxan
Gambar 2. Road map penelitian yang sudah dan akan dilaksanakan
Tahun Pelaksanaan Topik Penelitian Target Capaian
15
analisis yaitu alloxan monohidrat (Sigma), aquabidestilata, NaOH, H2SO4, asam borat, HgO,
Na2SO4, HCl pekat, hexan dan Kit “Glucose GOD FS”, (DiaSys).
Peralatan yang digunakan untuk penelitian diantaranya vortex, sentrifugasi kecil
(Hettich EBA III), ependorf, satu unit alat untuk analisis protein, satu unit alat untuk analisis
lemak, grinder, blender (Philips), kandang tikus dan perlengkapannya, muffle furnance
(Heraeus Instrument), oven, timbangan kasar (Sartorius), neraca analitik (Sartorius), syringe
injeksi, micro-hematokrite tube (Becton Dickinson & Company), mikro pipet dan peralatan
gelas.
3.3. Pelaksanaan penelitian
1. Pembuatan tepung rumput laut Gracilaria sp. dan Caulerpa sp.
Sebelum pelaksanaan bioassay, dilakukan persiapan berupa pembuatan tepung
rumput laut . Pembuatan tepung rumput laut mengacu pada proses pembuatan tepung rumput
laut yang dilakukan Herpandi et al., (2006). Rumput laut Gracilaria sp. dan Caulerpa sp.
direndam dalam air tawar selama ± 9 jam, dilanjutkan dengan pengecilan ukuran
menggunakan grinder, pengeringan, penggilingan dan pengayakan dengan ayakan 32 mesh.
2. Pembuatan pakan standar dan pakan perlakuan.
Pakan standar dibuat dengan cara mencampurkan bahan – bahan yang mengacu pada
pembuatan pakan standar menurut AIN 1993 (Reeves et al., 1993). Pencampuan bahan
dilakukan sampai terbentuk adonan yang homogen. Adonan selanjutnya dimasukkan ke
dalam mesin pencetak hingga diperoleh pakan standar berbentuk silinder panjang. Pakan
standar yang telah dicetak selanjutnya dikeringkan dalam oven selama ± 8 jam pada suhu 50oC. komposisi pakan standar dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi pakan standar.Bahan Pakan standar (g / kg)
Pati jagungKaseinSukrosaMinyak kedelaiCMCCampuran mineralCampuran vitaminL-sistinKolin bitrartrat
620,69140.100405035101,82,5
Total 999,99
Sumber : Reeves et al., (1993)
16
Formulasi pakan perlakuan dibuat dengan cara menambahkan 10 % tepung rumput
laut Gracilaria sp. atau tepung rumput laut Caulerpa sp. ke dalam pakan standar dengan
pertimbangan iso kalori. Selanjutnya bahan-bahan penyusun pakan perlakuan dicampur
homogen, dimasukkan kedalam mesin pencetak dan dikeringkan dalam oven pada suhu 50 0
C selama ± 8 jam. Pakan standar dan pakan perlakuan yang telah kering dimasukkan ke
dalam wadah yang tertutup rapat dan disimpan di dalam referigerator.
3. Bioassay
Pada pengujian bioassay digunakan tikus Wistar jantan berumur ± 3 bulan dengan
berat 100 – 200 g, sebanyak 28 ekor. Tikus yang akan digunakan dilakukan aklimatisasi
selama 1 minggu dan diberi pakan standar. Di akhir masa aklimatisasi tikus ditimbang berat
badannya dan dilakukan analisis gula darah awal. Tikus selanjutnya dipuasakan semalam
dengan pemberian air minum secara ad libitium. Tikus dibagi menjadi 2 kelompok dimana
tikus kelompok I digunakan sebagai kontrol (placebo), sedangkan tikus kelompok II dinjeksi
dengan alloxan 100 mg/kg bb. Tikus kelompok I (placebo) diberi diet standar sedangkan
tikus kelompok II diberi diet sesuai dengan perlakuan.
Pengujian dilakukan selama 30 hari. Pengamatan konsumsi pakan dilaksanakan
setiap hari. Penimbangan berat badan dan pengujian gula darah dilakukan pada hari ke 0, hari
ke-1 setelah injeksi alloxan dan hari ke- 30. Pada akhir biossay dilakukan pembedahan,
organ pankreas diambil untuk pengujian histologinya. Selama pengujian, kandang tikus
dibersihkan, pakan dan minum diganti setiap hari. Prosedur bioassay dapat dilihat pada
Gambar 3.
17
3.4. Rancangan Percobaan
Rancangan Percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok. yang
terdiri dari 4 kelompok perlakuan pakan yaitu :
1. Tanpa injeksi alloxan – pakan standar.
2. Injeksi alloxan – pakan standar.
3. Injeksi alloxan – pakan Gracilaria sp.
4. Injeksi alloxan – pakan Caulerpa sp.
Pengamatan dilakukan secara berulang pada hari ke 0, hari ke-1 dan hari ke-30. Hasil
yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan analisis statistik. Adanya beda nyata dari masing
PBSPS
Keterangan :PS : Pakan StandarPBS : Pakan Gracilaria sp.PBN : Pakan Caulerpa sp.
Gambar 3. Prosedur Bioassay
Aklimatisasi 1 minggu
Tikus
Pakanstandar
standar
Dipuasakan semalam, dengan pemberian air minum ad libitum
Penimbangan berat badan
Kelompok I (placebo)
Analisis(Hari ke 0,1, dan 30)
- Analisis gula darah- Penimbangan berat
badan- Pengamatan konsumsi
pakan- Histologi pankreas
Pengamatan konsumsi pakanAnalisis gula darah
Kelompok II (Injeksi alloxan)
PS PBNAPS
APS
18
– masing perlakuan dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test ) (Gomes
& Gomes, 1995).
3.5. Analisis
a. Analisis proksimat
Analisis proksimat dilakukan terhadap tepung rumput laut yang meliputi kadar air
dengan cara pemanasan oven (AOAC, 1990), kadar abu dengan pemijaran dalam muffle
(AOAC, 1990), kadar protein dengan cara semi mikro kjeldahl (AOAC, 1990), lemak
dengan metode soxhlet (AOAC, 1990).
b. Analisis serat kasar
Penentuan kadar serat kasar menggunakan metode ekstraksi asam dan basa untuk
memisahkan serat (Sudarmadji et.al,. 1997)..
1. Ditimbang 2-4 gram sampel, dilakukan ekstrak kadar lemak menggunakan metode
ekstraksi soxlet.
2. Setelah itu sampel dikeringkan selama 1 jam menggunakan oven. Sampel dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer 500 ml.
3. Tambahkan 50 ml larutan H2SO4 1.25%, kemudian dididihkan selama 30 menit
dengan menggunakan pendingin tegak.
4. Tambhakan 50 ml larutan NaOH 3.25% dan dididihkan lagi selama 30 menit.
5. Dalam keadaan panas saring dengan corong Bucher yang berisi kertas saring tak
berabu Whatman 54.41 atau 541 yang telah dikeringkan dengan diketahui bobotnya.
6. Cuci endapan yang terdapat pada kertas saring berturut-turut dengan H2SO4 1.25%
panas, air panas, dan etanol 96%.
7. Angkat kertas saring beserta isinya, masukkan kedalam cawan porselen yang
diketahui bobotnya, dikeringkan pada suhu 105oC didinginkan dan ditimbang.
Perhitungan :
Berat residu = % serat kasar = 100%Keterangan :
w2 = berat kertas saring (g)
w1 = berat kertas saring + residu setelah dikeringkan (g)
w = berat sampel (g)
19
c. Analisis serum darah tikus.
Darah tikus diambil secara reorbital flexus. Gula darah ditentukan dengan metode
GOD-PAP. Prinsip dari metode ini yaitu glukosa dioksidasi oleh enzim glukosa oksidase
menghasilkan asam glukonat dan H2O2. Selanjutnya H2O2 direaksikan dengan
amynophenasone dan phenol dengan bantuan enzim peroksidase menghasilkan
quinoneimine. Warna yang dihasilkan dihitung absorbansinya, kemudian dihitung konsentrasi
glukosanya.
d. Histologi Pankreas
Pengamatan histologi pankreas menggunakan metode pewarnaan Hematoxylin-Eosin
(HE). Gambaran histologi sel β pankreas diamati menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 400 x. Pengamatan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan secara
kualitatif meliputi perubahan bentuk sel, membran sel dan kenampakan insula, sedangkan
pengamatan secara kuantitatif meliputi pengukuran terhadap luas insula langerhans.
20
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Proksimat
Hasil analisis proksimat terhadadap tepung rumput laut Gracilaria sp. dan Caulerpa
sp. dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil analisis proksimat tepung rumput laut Gracilaria sp. dan Caulerpa sp.
Komposisi Tepung rumput laut
Gracilaria sp.
Tepung Rumput Laut
Caulerpa sp.
Karbohidrat (%)
Protein (%)
Lemak (%)
Air (%)
Abu (%)
Serat kasar (%)
28,41
9,57
0,24
33,57
28,19
20,48
21,67
9,64
0,32
39,86
28,48
12,47
Dari hasil tersebut di atas dapat dilihat bahwa komponen makronutrien terbesar pada
kedua spesies rumput laut ini adalah karbohidrat. Rumput laut Gracilaria sp. dan Caulerpa
sp. juga mengandung serat kasar berturut-turut sebesar 20,48 % dan 12,47 %. Ma’ruf et al.,
(2013) melaporkan bahwa kandungan gizi dari makroalga ini sangat bervariasi. Selain faktor
jenis (spesies), komposisi gizinya juga dipengaruhi oleh habitatnya.
5.2. Bioassay
Pelaksanaan bioassay bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian diet rumput laut
Gracilaria sp. dan Caulerpa sp. terhadap kadar gula darah, kenaikan berat badan dan tingkat
konsumsi pakan tikus diabetes. Pelaksanaan bioassay diawali dengan pembuatan pakan
standar dan pakan perlakuan. Komposisi pakan standard dan pakan perlakuan disajikan pada
Tabel 5.
21
0
50
100
150
200
250
300
350
0
GULA
DAR
AH (m
g/dL
)
PENGAMATAN (HARI)
Tabel 5. Komposisi pakan standar dan pakan perlakuan.
Komposisi Bahan (g)Jenis Pakan
Pakan Standar* Pakan rumput lautGracilaria sp.
Pakan rumput lautCaulerpa sp.
Pati jagung 620,7 520,7 520,7Kasein 140 140 140Sukrosa 100 100 100Minyak kedelai 40 40 40CMC 50 50 50Mineral mix 35 35 35Vitamin mix 10 10 10L-sistin 1,8 1,8 1,8Choline bitartrat 2,5 2,5 2,5Rumput laut Gracilaria sp. - 100 -Rumput laut Caulerpa sp. - - 100Total 1000 1000 1000* Sumber : Reeves et al., (1993)
a. Kadar glukosa darah
Pengaruh pemberian pakan perlakuan terhadap kadar glukosa darah hewan coba dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Perubahan kadar glukosa darah
Pada hari ke- 0 kadar glukosa darah keempat kelompok tikus berkisar antara 123,18
mg/dL – 131,96 mg/dL. Menurut Ganong (1995) kadar glukosa darah normal pada tikus
adalah 72 – 110 mg/dL. Namun glukosa darah akan meningkat setelah pemberian pakan
sumber karbohidrat, dan kira-kira 2 jam setelah itu glukosa darah akan kembali normal.
21
1 30PENGAMATAN (HARI)
PS - Negatif
PS - positif
PBN
PBS
Tabel 5. Komposisi pakan standar dan pakan perlakuan.
Komposisi Bahan (g)Jenis Pakan
Pakan Standar* Pakan rumput lautGracilaria sp.
Pakan rumput lautCaulerpa sp.
Pati jagung 620,7 520,7 520,7Kasein 140 140 140Sukrosa 100 100 100Minyak kedelai 40 40 40CMC 50 50 50Mineral mix 35 35 35Vitamin mix 10 10 10L-sistin 1,8 1,8 1,8Choline bitartrat 2,5 2,5 2,5Rumput laut Gracilaria sp. - 100 -Rumput laut Caulerpa sp. - - 100Total 1000 1000 1000* Sumber : Reeves et al., (1993)
a. Kadar glukosa darah
Pengaruh pemberian pakan perlakuan terhadap kadar glukosa darah hewan coba dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Perubahan kadar glukosa darah
Pada hari ke- 0 kadar glukosa darah keempat kelompok tikus berkisar antara 123,18
mg/dL – 131,96 mg/dL. Menurut Ganong (1995) kadar glukosa darah normal pada tikus
adalah 72 – 110 mg/dL. Namun glukosa darah akan meningkat setelah pemberian pakan
sumber karbohidrat, dan kira-kira 2 jam setelah itu glukosa darah akan kembali normal.
21
PS - Negatif
PS - positif
Tabel 5. Komposisi pakan standar dan pakan perlakuan.
Komposisi Bahan (g)Jenis Pakan
Pakan Standar* Pakan rumput lautGracilaria sp.
Pakan rumput lautCaulerpa sp.
Pati jagung 620,7 520,7 520,7Kasein 140 140 140Sukrosa 100 100 100Minyak kedelai 40 40 40CMC 50 50 50Mineral mix 35 35 35Vitamin mix 10 10 10L-sistin 1,8 1,8 1,8Choline bitartrat 2,5 2,5 2,5Rumput laut Gracilaria sp. - 100 -Rumput laut Caulerpa sp. - - 100Total 1000 1000 1000* Sumber : Reeves et al., (1993)
a. Kadar glukosa darah
Pengaruh pemberian pakan perlakuan terhadap kadar glukosa darah hewan coba dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Perubahan kadar glukosa darah
Pada hari ke- 0 kadar glukosa darah keempat kelompok tikus berkisar antara 123,18
mg/dL – 131,96 mg/dL. Menurut Ganong (1995) kadar glukosa darah normal pada tikus
adalah 72 – 110 mg/dL. Namun glukosa darah akan meningkat setelah pemberian pakan
sumber karbohidrat, dan kira-kira 2 jam setelah itu glukosa darah akan kembali normal.
22
Pada hari ke-1 setelah injeksi alloxan terjadi kenaikan kadar glukosa darah pada
kelompok PS-positif, PBN dan PBS. Alloxan merupakan senyawa yang bersifat toksik
terhadap sel β pankreas sehingga dapat menyebabkan diabetes pada hewan coba. Kenaikan
kadar glukosa darah pada kelompok PS-positif, PBN dan PBS berturut-turut menjadi 247
mg/dL, 348 mg/dL dan 328,05 mg/dL. Efek diabetogenik alloxan diawali dengan
terbentuknya radikal hydroksil yang selanjutnya berakumulasi sehingga menyebabkan
kerusakan DNA pada sel β pankreas. Terjadinya kerusakan pada DNA akan mengaktivasi
enzim poly (ADP-ribose) polymerase dengan menggunakan substrat NAD+ seluler.
Akibatnya terjadi penurunan konsentrasi NAD+ intraseluler yang berimbas pada penurunan
aktivitas sel seperti sintesis dan sekresi insulin dan mengakibatkan kematian sel β pankreas
(Okamoto, 1996).
Pada hari terakhir perlakuan (hari ke-30), pemberian pakan rumput laut Caulerpa sp.
mampu menurunkan kadar glukosa darah sebesar 51,63 % (dari 348 mg/dL menjadi 168
mg/dL), sedangkan pemberian pakan rumput laut Gracilaria sp. mampu menurunkan glukosa
darah sebesar 35,24 % (dari 328,05 mg/dL menjadi 212,42 mg/dL). Dalam hal ini pemberian
pakan rumput laut Caulerpa sp mampu menurunkan kadar glukosa darah lebih baik dari
pakan rumput laut Gracilaria sp.
Berdasarkan hasil pengamatan, tepung rumput laut Gracilaria sp. mengandung kadar
serat kasar yang lebih tinggi namun memiliki efek hipoglikemik yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan tepung rumput laut Caulerpa sp. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Sharma et al., (2014) yang melaporkan bahwa rumput laut Caulerpa lentillifera secara
signifikan dapat meningkatkan sekresi insulin dan uptake glukosa secara in vitro sehingga
sangat potensial untuk dikembangkan sebagai agensia antidiabetes.
Efek hipoglikemik serat pangan sangat ditentukan oleh komposisi serat larut dan serat
tidak larutnya. Perbedaan efek hipoglikemik rumput laut Gracilaria sp dan Caulerpa sp,
kemungkinan pula disebabkan oleh perbedaan jumlah komposisi serat larut dan serat tidak
larut. Astawan dan Wresdiyati (2004) melaporkan bahwa serat pangan terutama serat larut
memiliki manfaat yang sangat baik bagi penderita diabetes mellitus. Mekanisme yang dapat
menjelaskan fungsi serat dalam penyembuhan diabetes mellitus yaitu serat dapat menurunkan
efisiensi penyerapan karbohidrat sehinga menyebabkan turunnya respon insulin. Dengan
menurunnya respon insulin, kerja pankreas akan semakin ringan sehingga dapat memperbaiki
fungsi pancreas dalam menghasilkan insulin. kandungan serat larut dan tidak larut pada
kedua jenis rumput laut ini.
23
0
2
4
6
8
10
12
14
0
KON
SUM
SI P
AKAN
(g)
b. Tingkat konsumsi pakan
Pengamatan terhadap tingkat konsumsi pakan dapat dilihat pada Gambar 5. Rata-rata
konsumsi pakan tikus pada kondisi normal (hari ke-nol) adalah 10 g.
Gambar 5. Perubahan tingkat konsumsi pakan
Setelah dilakukan injeksi alloxan terjadi penurunan konsumsi pakan pada semua
kelompok tikus diabetes (PS-positif, PBN dan PBS). Injeksi alloxan kemungkinan
menyebabkan rasa sakit dan kurang nyaman pada tikus sehingga tikus cenderung tidak mau
makan dan aktif seperti pada kondisi normalnya. Rata-rata tingkat konsumsi pakan tikus
kelompok diabetes setelah injeksi alloxan berkisar 5,1 g - 6,2 g, namun pada kelompok
placebo tidak terjadi perubahan pada tingkat konsumsi pakannya.
Pada akhir perlakuan, keempat kelompok tikus menunjukkan peningkatan konsumsi
pakan. Pada kelompok injeksi alloxan, tikus menunjukkan tingkat konsumsi pakan yang
lebih besar. Menurut Ganong (1993), peningkatan nafsu makan (poliphagia) merupakan salah
satu gejala klinis diabetes mellitus. Poliphagia bisa disebabkan karena penurunan
pemanfaatan glukosa di dalam sel nuclei ventromedialis hypothalamus.
c. Berat tikus
Hasil pengamatan terhadap berat tikus pada semua kelompok hewan coba disajikan
pada Gambar 6.
23
1 30PENGAMATAN (HARI)
PS - Negatif
PS - positif
PBN
PBS
b. Tingkat konsumsi pakan
Pengamatan terhadap tingkat konsumsi pakan dapat dilihat pada Gambar 5. Rata-rata
konsumsi pakan tikus pada kondisi normal (hari ke-nol) adalah 10 g.
Gambar 5. Perubahan tingkat konsumsi pakan
Setelah dilakukan injeksi alloxan terjadi penurunan konsumsi pakan pada semua
kelompok tikus diabetes (PS-positif, PBN dan PBS). Injeksi alloxan kemungkinan
menyebabkan rasa sakit dan kurang nyaman pada tikus sehingga tikus cenderung tidak mau
makan dan aktif seperti pada kondisi normalnya. Rata-rata tingkat konsumsi pakan tikus
kelompok diabetes setelah injeksi alloxan berkisar 5,1 g - 6,2 g, namun pada kelompok
placebo tidak terjadi perubahan pada tingkat konsumsi pakannya.
Pada akhir perlakuan, keempat kelompok tikus menunjukkan peningkatan konsumsi
pakan. Pada kelompok injeksi alloxan, tikus menunjukkan tingkat konsumsi pakan yang
lebih besar. Menurut Ganong (1993), peningkatan nafsu makan (poliphagia) merupakan salah
satu gejala klinis diabetes mellitus. Poliphagia bisa disebabkan karena penurunan
pemanfaatan glukosa di dalam sel nuclei ventromedialis hypothalamus.
c. Berat tikus
Hasil pengamatan terhadap berat tikus pada semua kelompok hewan coba disajikan
pada Gambar 6.
23
PS - Negatif
PS - positif
PBN
PBS
b. Tingkat konsumsi pakan
Pengamatan terhadap tingkat konsumsi pakan dapat dilihat pada Gambar 5. Rata-rata
konsumsi pakan tikus pada kondisi normal (hari ke-nol) adalah 10 g.
Gambar 5. Perubahan tingkat konsumsi pakan
Setelah dilakukan injeksi alloxan terjadi penurunan konsumsi pakan pada semua
kelompok tikus diabetes (PS-positif, PBN dan PBS). Injeksi alloxan kemungkinan
menyebabkan rasa sakit dan kurang nyaman pada tikus sehingga tikus cenderung tidak mau
makan dan aktif seperti pada kondisi normalnya. Rata-rata tingkat konsumsi pakan tikus
kelompok diabetes setelah injeksi alloxan berkisar 5,1 g - 6,2 g, namun pada kelompok
placebo tidak terjadi perubahan pada tingkat konsumsi pakannya.
Pada akhir perlakuan, keempat kelompok tikus menunjukkan peningkatan konsumsi
pakan. Pada kelompok injeksi alloxan, tikus menunjukkan tingkat konsumsi pakan yang
lebih besar. Menurut Ganong (1993), peningkatan nafsu makan (poliphagia) merupakan salah
satu gejala klinis diabetes mellitus. Poliphagia bisa disebabkan karena penurunan
pemanfaatan glukosa di dalam sel nuclei ventromedialis hypothalamus.
c. Berat tikus
Hasil pengamatan terhadap berat tikus pada semua kelompok hewan coba disajikan
pada Gambar 6.
24
Gambar 6. Perubahan berat tikus
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata berat tikus pada hari ke - 0 berkisar
antara 110 – 185,2 g. Injeksi alloxan sedikit berpengaruh terhadap berat tikus dimana terjadi
penurunan berat tikus pada keempat kelompok tikus diabetes. Namun pada kelompok
placebo, berat tikus tidak mengalami perubahan. Penurunan berat tikus ini berhubungan
dengan penurunan tingkat konsumsi pakan yang juga menurun setelah injeksi alloxan.
Pada akhir perlakuan (hari ke-30) kenaikan berat tikus kelompok kontrol (placebo)
lebih besar dari kelompok injeksi alloxan.Tikus kelompok PS positif, PBN dan PBS juga
mengalami peningkatan berat badan meskipun tidak sebesar peningkatan pada kelompok
placebo. Gejala klinis diabetes mellitus selain poliphagia adalah penurunan berat badan
meskipun nafsu makan bertambah. Menurut Ganong (1993) hal ini disebabkan karena
terjadinya peningkatan glukoneogenesis. Pelepasan glukosa ke dalam darah meningkat dan
glukosa yang masuk ke jaringan ferifer menurun sehingga terjadi kelebihan glukosa
ekstraseluler dan defisiensi glukosa intraseluler. Glukosa tidak dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan energi sehingga terjadi penurunan berat badan.
0
50
100
150
200
250
0
BERA
T TI
KUS
(g)
24
Gambar 6. Perubahan berat tikus
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata berat tikus pada hari ke - 0 berkisar
antara 110 – 185,2 g. Injeksi alloxan sedikit berpengaruh terhadap berat tikus dimana terjadi
penurunan berat tikus pada keempat kelompok tikus diabetes. Namun pada kelompok
placebo, berat tikus tidak mengalami perubahan. Penurunan berat tikus ini berhubungan
dengan penurunan tingkat konsumsi pakan yang juga menurun setelah injeksi alloxan.
Pada akhir perlakuan (hari ke-30) kenaikan berat tikus kelompok kontrol (placebo)
lebih besar dari kelompok injeksi alloxan.Tikus kelompok PS positif, PBN dan PBS juga
mengalami peningkatan berat badan meskipun tidak sebesar peningkatan pada kelompok
placebo. Gejala klinis diabetes mellitus selain poliphagia adalah penurunan berat badan
meskipun nafsu makan bertambah. Menurut Ganong (1993) hal ini disebabkan karena
terjadinya peningkatan glukoneogenesis. Pelepasan glukosa ke dalam darah meningkat dan
glukosa yang masuk ke jaringan ferifer menurun sehingga terjadi kelebihan glukosa
ekstraseluler dan defisiensi glukosa intraseluler. Glukosa tidak dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan energi sehingga terjadi penurunan berat badan.
0 1 30PENGAMATAN (HARI)
PS - Negatif
PS - positif
PBN
PBS
24
Gambar 6. Perubahan berat tikus
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata berat tikus pada hari ke - 0 berkisar
antara 110 – 185,2 g. Injeksi alloxan sedikit berpengaruh terhadap berat tikus dimana terjadi
penurunan berat tikus pada keempat kelompok tikus diabetes. Namun pada kelompok
placebo, berat tikus tidak mengalami perubahan. Penurunan berat tikus ini berhubungan
dengan penurunan tingkat konsumsi pakan yang juga menurun setelah injeksi alloxan.
Pada akhir perlakuan (hari ke-30) kenaikan berat tikus kelompok kontrol (placebo)
lebih besar dari kelompok injeksi alloxan.Tikus kelompok PS positif, PBN dan PBS juga
mengalami peningkatan berat badan meskipun tidak sebesar peningkatan pada kelompok
placebo. Gejala klinis diabetes mellitus selain poliphagia adalah penurunan berat badan
meskipun nafsu makan bertambah. Menurut Ganong (1993) hal ini disebabkan karena
terjadinya peningkatan glukoneogenesis. Pelepasan glukosa ke dalam darah meningkat dan
glukosa yang masuk ke jaringan ferifer menurun sehingga terjadi kelebihan glukosa
ekstraseluler dan defisiensi glukosa intraseluler. Glukosa tidak dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan energi sehingga terjadi penurunan berat badan.
PS - Negatif
PS - positif
PBN
PBS
25
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Rencana penelitian tahap selanjutnya yang akan dilaksanakan yaitu : pengujian
histologi pankreas tikus. Pengamatan histologi pankreas menggunakan metode pewarnaan
Hematoxylin-Eosin (HE). Gambaran histologi sel β pankreas diamati menggunakan
mikroskop dengan perbesaran 400 x. Pengamatan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Pengamatan secara kualitatif meliputi perubahan bentuk sel, membran sel dan kenampakan
insula, sedangkan pengamatan secara kuantitatif meliputi pengukuran terhadap luas insula
langerhans.
26
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan maka kesimpulan sementara dari
penelitian ini adalah :
1. Rumput laut Gracilaria sp. dan Caulerpa sp. memiliki kadar serat kasar berturut-turut
20,48 % dan 12,47 %.
2. Kadar glukosa darah pada keempat kelompok tikus pada hari ke-0 berkisar antara
123,18 mg/dL – 131,96 mg/dL. Pemberian pakan PBN dan PBS selama 30 hari
menurunkan kadar glukosa darah tikus berturut-turut sebesar 51,63 % (dari 384,4
mg/dL menjadi 168,52 mg/dL) dan 35,24 % (dari 328,05 mg/dL menjadi 212,42
mg/dL).
3. Tingkat konsumsi pakan pada keempat kelompok tikus pada hari ke-0 berkisar 10 g –
10,5 g. Pada akhir perlakuan terjadi peningkatan konsumsi pakan berkisar 11,97 g –
12,5 g.
4. Berat awal tikus semua kelompok perlakuan berkisar antara 110,0 g – 185,2 g. Pada
akhir perlakuan terjadi peningkatan berat tikus berkisar 133,7 g – 216,1 g.
27
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. 2006. Nutrition Recommendation and Principles for PeopleWith Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 23 S43 – S46
Astawa, M. Dan Wresdiyati, T. 2004. Diet Sehat Dengan Makanan Berserat. Cetakan I. TigaSerangkai, solo.
AOAC. 1990. Official Methods of Analysis. 15th ed. Vol. 2. Virginia
Dewi, R.D., Aulannni’am, Rosdiana, A. 2013. Studi Pemberian Ekstrak Rumput Laut Coklat(Sargassum prismaticum) Terhadap Kadar MDA dan Histologi Jaringan PankreasPada Tikus Rattus norvegicus Diabetes Melitus Tipe 1 Hasil Induksi MLD-STZ(Multiple Low Dose-Streptozotocin). Kimia Student Jurnal, 2 (1) 351-357.
Chandalia, M. Abhimanyu, G., von Bergenmann, K. 2000. Beneficial Effect of High DietaryFiber Intake in Patiens with Type II Diabetes Mellitus. New Engl. J. Med.42 : 1392– 1398
Effendi, H. 2001. Fisiologi Sistem Hormonal dan Reproduksi Dengan Pathofisiologinya.Penerbit Alumni. Bandung.
Ganong, W.F. 1980. Review of Medical Physiology Lange Medical Publication. SanFransisco, California.
Gomes,K.A. dan Gomes, A.T. 1995. terjemahan E. Sjamsudin dan J.S. Baharsyah. ProsedurStatistik Untuk Penelitian Pertanian. UI Press. Jakarta.
Herpandi, Made, A., Tutik, W., dan Nurheni, S.P. 2006. Perubahan Profil Lipida, KolesterolDigesta dan Asam Propionat pada Tikus dengan Diet Tepung Rumput Laut. Jurnalteknol. Dan Industri Pangan. XVII No 3, 227 – 232
Julyasih, K.S.M. 2013. Potensi beberapa Jenis Tepung Rumput Laut Untuk MeningkatkanKadar HDL (High Density Lipoprotein) Plasma Tikus Wistar Hiperkolesterolemia.Rekapangan. 87-91
Kim, M.S., Kim, J.Y., Choi, W.H., dan lee, S.S. 2008. Effect of Seaweed Suplementation onBlood Glucose Concentration, Lipid profile and antioxidant Enzyme Activities inPatient with Type 2 Diabetes mellitus. Nutrition Research and Practice. 292), 62 –67
Lahaye, M. 1991. Marine Alga as Sources of Fibre Determination of Soluble and InsolubleDietary Fiber Contents in Some Sea Vegetable. J. Science Food Agri 54 : 587 – 594.
Lenzet, S., Tiedge, M., Jorns, A. and Munday, R. 1996. Alloxan Derivative as a Tool for theElucidation of the Mechanism of Diabetogenic Action of Alloxan. Recent Advances.Lesson from Animal Diabetes VI. 75th Anniversary of the Insulin Discovery. EdEleasar Shafir. Birkhausher, Berlin.
28
Ma’aruf, W.F., Ibrahim, R. Nurcahya Dewi, E., Susanto, E. Dan Amalia, U. 2013. ProfilRumput Laut Caulerpa rasemosa dan Gracilaria verrucosa Sebagai Edible Food.Jurnal Saintek Perikanan Vol 9 No 1 : 68-74
Marsono, Y. 1998. Resistant Starch: Pembentukan, Metabolisme and Aspek gizinya.Agritech: 18: 29-35.
Marsono, Y. 2002. Indeks Glikemik Umbi-umbian. Agritech, vol.22 (1): 13-16
MacArtain, P., Christopher, I.R., Grill, Mariel, B., Ross, C. and Ian, R.R. 2007. NutritionalValue of Edible Seaweeds. Nutrition Reviews 65 (12) 535 – 543
MacIntosh, M., Carla, M. 2001. A Diet Containing Food Rich in Soluble and Insoluble FiberImproves Glycemic Control and Reduce Hyperlipidemia among Patiens with Type 2Diabetes Mellitus. Nutrition Review 59 (2) : 52 – 55
Murata, M., Kenji, I., dan Hiroaki, S. 1999. Hepatic Fatty Acid Oxidation Enzyme Avtivitiesare Stimulated in Rats Fed the Brown Seawed Undaria pinnatifida (wakame). J.Nutr. 129 (1) 146 – 151
Murata, M., Sano,Y. Ishihara, K. dan Uchida, M. 2002. Dietary Fish Oil and Undariapinnatifida (wakame) Synergistically Decrease rat Serum and Liver Triacylglycerol.J. Nutr. 132 : 742 – 747
Okamoto, H. 1996. Okamoto Model for β-Cell Damage. Recent Advances. Lesson fromAnimal Diabetes VI. 75th Anniversary of the Insulin Discovery. Ed Eleasar Shafir.Birkhausher, Berlin.
Reeves, P.G., Nielsen, F.H. dan Fahey, G.C. 1993. AIN-93. Purified Diets for LaboratoryRodents : Final Report of the American institute of Nutrition Ad Hoc writingCommittee on the Reformulation of AIN-76 Rodent Diet. J. Nutr. 123 : 1939-1953
Sjafrie, N.D.M. 1990. Beberapa Catatan Mengenai Rumput Laut Gracilaria. Oseana XV (4) :147-155.
Sharma, B.R dan Rhyu, D.Y. 2014. Anti-diabetic Effects of Caulerpa lentillifera : Stimulationof Insulin Secretion in Pancreatic β-cells and Enhancement of Glucose Uptake inAdipocytes. Asian Pac. J. Trop Biomed 4(7) : 575-580
Shofia, V., Aulannni’am, Mahdi,C.. 2013. Studi Pemberian Ekstrak Rumput Laut Coklat(Sargassum prismaticum) Terhadap Kadar Malondialdehid dan Gambaran HistologiJaringan Ginjal Pada Tikus Rattus norvegicus Diabetes Melitus Tipe 1. KimiaStudent Jurnal, 1 (1) 119-125.
Sukardji. 2001. Seminar: Hidup Bahagia Bersama Diabetes (17 Februari 2001) dalamMajalah Intisari. Ed. Mei 2001. Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI. Jakarta.
Suter, K., Kencana Putra, N., N.L. Ari Yusasrini dan Yusa, M. 2014. Sifat FungsionalCampuran Kedelai dan Rumput Laut Ditinjau dari Efek Hipoglikemik Secara In Vivo.Proseding Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK), Denpasar Bali.
29
Susanto, T dan Saneto,B. 1994. Teknologi pengolahan Hasil Pertanian. Cetakan I. Bina Ilmu,Surabaya.
Tama, C.S.A., Nurcahya Dewi, E., dan Ibrahim, R. 2012. Pengaruh Pemberian EkstrakGracilaria verrucosa Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (Rattusnorvegicus). Jurnal Saintek Perikanan Vol 8 No 1 : 1-6
Tjokroprawiro, A. 1996. Diabetes Mellitus, Klasifikasi, Diagnosis dan Terapi, GramediaPustaka Utama, Jakarta.
Torsdottir, I., Magne, A., Garan, H., Ann-Sofi, S. and Jukka, T. 1991. A Small Dose ofSoluble Alginat – Fiber Affects Postprandial Glycemia and Gastric Emptying inHuman with Diabetes. J. Nutr. 121 : 795 -799
Wannamethee, S.G., Peter, H.W., Mary, C.T. and Naved, S. 2009. Association betweenDietary Fiber and Imflamation, Hepatic Function and Risk of Type 2 Diabetes inOlder Men. Diabetes Care 32 (10) : 1823 – 1825
Widowati, S. 2007. Sehat Dengan Pangan Indeks Glikemik Rendah. Warta Penelitian danPengmbangan Pertanian. Vol 29 No 3.
Wikanta, T., Darmayanti, R. Dan Rahayu, L. 2008. Pengaruh Pemberian κ-Karagenan dan ι-Karagenan Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Hiperglikemia. JurnalPascapaen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 3 No 2 : 131-138.
Zuheid, N.. 2000. Sifat Hipoglisemik Komponen Kedelai. Proseding Seminar NasionalIndustri Pangan. PAU Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
30
REKAPITULASI PENGGUNAAN DANA PENELITIAN
Judul : Efek Hipoglikemik Diet Rumput Laut Gracilaria sp.danCaulerpa sp. pada Tikus Diabetes InduksiAlloxan
Skema Hibah : Hibah Ungulan Program StudiPeneliti / pelaksana :Nama Ketua : Ni Luh Ari Yusasrini, S.TP., M.P.Perguruan Tinggi : Universitas UdayanaNIDN : 0004037802Nama Anggota (1) : Luh Putu Trisna Darmayanti, S.Hut., M.P.Nama Anggota (2) : Ir. Ni Made Yusa, M.SiTahun Pelaksanaan : Tahun ke 1 dari rencana 1 tahunDana Tahun Berjalan : Rp. 25.000.000,-Dana Mulai Diterima Tanggal : 11 Juni 2015
Rincian Penggunaan
1. HONOR OUTPUT KEGIATAN
Item Honor Volume Satuan Honor / Jam(Rp)
Total (Rp)
Honorarium Peneliti (70%) 3 orang 5.250.000 5.250.000
Sub Total (Rp) 5.250.000
2. BELANJA BARANG
Item Bahan Volume Satuan Harga Satuan(Rp)
Total (Rp)
Sampel rumput laut Caulerpa sp. 10 kg 15.000 150.000Sampel rumput laut Graclaria sp. 10 kg 15.000 150.000Reagen analisis proksimat 1 paket 978.000 978.000Hewan coba 28 ekor 50.000 1.400.000L cystin 1 paket 1.722.000 1.722.000Kasein dan mineral mix 1 paket 1.948.000 1.948.000Glukosa kit 1 paket 1.222.000 1.222.000Kandang hewan coba 10 buah 50.000 500.000CMC 1,5 kg 200.000 200.000
Sub Total Rp. 8.270.000
3. BELANJA BARANG NON OPERASIONAL LAINNYA
Item Barang Volume Satuan Harga Satuan(Rp)
Total (Rp)
Administrasi laboratorium 1 periode(3 bulan)
500.000 500.000
31
Seminar SENASTEK(Pemakalah)Non pemakalah
1
1
orang
orang
1.000.000
950.000
1.000.000
950.000Pemeliharaan hewan coba 1 Bulan 500.000 500.000Pengambilan sampel darah daninjeksi alloxan
1 orang 750.000 750.000
Sub Total Rp. 3.700.000
4. Belanja Perjalanan Lainnya
Item Perjalanan Volume Satuan Harga Satuan(Rp)
Total (Rp)
Survei lokasi budidaya rumputlaut
2 orang 100.000 200.000
Pembelian rumput laut di pasarBadung
1 orang 80.000 80.000
Sub Total Rp 280.000
Total Pengeluaran Dalam Satu Tahun Rp. 17.500.000