10
LAPORAN KASUS UJIAN 1. IDENTITAS KORBAN Nama : AR Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 17 Tahun Agama : Islam Alamat : Jl. Veteran Selatan Aspol Perintis C/ Makassar Yang diperiksa medis pada hari Senin 06 April 2015 Pukul 12.10 WITA 2. KRONOLOGIS KASUS Anamnesis : Seorang laki-laki berusia 17 tahun dibawa ke IGD RS Bhayangkara oleh teman dan guru sekolahnya, pada hari senin tanggal 06 april 2015, pukul 12.10 wita. Menurut pengakuan guru sekolahnya, peristiwa ini terjadi sekitar pukul 11.00 wita, awalnya korban berada di lapangan sekolah kemudian tiba-tiba dihampiri oleh pelaku dan langsung menusuk korban di bagian dada, setelah ditusuk korban jatuh tersungkur. 3. STATUS GENERALIS a. KU : CM, ( GCS : 15 )

Laporan Kasus Ujian Ver Hidup

Embed Size (px)

DESCRIPTION

A

Citation preview

LAPORAN KASUS UJIAN1. IDENTITAS KORBANNama : ARJenis kelamin: Laki-lakiUmur: 17 TahunAgama : IslamAlamat : Jl. Veteran Selatan Aspol Perintis C/ Makassar

Yang diperiksa medis pada hari Senin 06 April 2015 Pukul 12.10 WITA

2. KRONOLOGIS KASUSAnamnesis : Seorang laki-laki berusia 17 tahun dibawa ke IGD RS Bhayangkara oleh teman dan guru sekolahnya, pada hari senin tanggal 06 april 2015, pukul 12.10 wita. Menurut pengakuan guru sekolahnya, peristiwa ini terjadi sekitar pukul 11.00 wita, awalnya korban berada di lapangan sekolah kemudian tiba-tiba dihampiri oleh pelaku dan langsung menusuk korban di bagian dada, setelah ditusuk korban jatuh tersungkur. 3. STATUS GENERALISa. KU : CM, ( GCS : 15 )b. Tanda Vital : TD : 100/70 mmHg N : 100x/m p: 26x/m S : 36,5c. TB & BB : tidak dilakukan pengukurand. Status Gizi : kesan cukupe. Pakaian :Korban menggunakan seragam sekolah, baju warna putih dan celana panjang berwarna abu-abu

4. STATUS LOKALISTampak satu buah luka terbuka di dada bagian kanan bawah, 5 cm sebelah kanan dari garis tengah tubuh dan 2 cm dibawah garis mendatar yang melewati puting susu dengan ukuran panjang 1,8 dan lebar 0,6 cm. Tepi luka teratur. Luka mempunyai dua sudut, sudut atas lancip dan sudut bawah tumpul. Tebing luka berupa kulit, jaringan bawah kulit dan lemak. Dasar luka otot. Tidak tampak adanya jembatan jaringan. Tidak ada memar disekitar luka.5. KESIMPULAN 1. Telah diperiksa seorang korban hidup berjenis kelamin laki-laki berusia 17 tahun2. Tidak ditemukan adanya tanda tanda kekerasan. 3. Ditemukan luka tusuk di dada kanan akibat persentuhan dengan benda tajam bermata satu. Akibat luka tersebut korban mengalami sakit yang dapat menimbulkan komplikasi yang membahayakan jiwa korban sehingga membutuhkan penanganan lanjut

FOTO FOTO KORBAN

ga

PEMBAHASAN

I. PROSEDUR MEDIKOLEGALVisum et Repertum (VeR) adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati, ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah untuk kepentingan peradilan. Pembuatan VeR pada manusia sebagai korban atau diduga korban tindak pidana memiliki dasar hukum yaitu pasal 133 ayat (1) KUHAP, yaitu Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan, maupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. .Permintaan keterangan ahli ini harus dilakukan secara tertulis, yaitu dalam bentuk surat permintaan visum (SPV). SPV harus memuat keterangan mengenai identitas korban dan jenis pemeriksaan yang diminta, seperti tertulis dalam pasal 133 ayat (2) KUHAP, yang berbunyi Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. Pada kasus ini permohonan visum secara tertulis diberikan oleh penyidik kepada dokter.Dokter yang dimintai keterangan oleh penyidik wajib memeriksa korban dan membuat VeR setelah sebelumnya didapatkan persetujuan pemeriksaan dari korban. Jika dokter menolak, maka dokter dikenai sanksi sesuai pasal 216 ayat (1) KUHP, Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

II. ASPEK HUKUM

Korban tindak pidana perkosaan adalah korban yang sangat menderita. Mereka menderita baik secara fisik maupun psikis. Mereka seringkali terabaikan, kalaupun ada perhatian terhadap mereka terkadang itu hanya terbatas pada kepentingan menghadirkan mereka sebagai saksi dari tindak pidana perkosaan yang terjadi. Pemenuhan hak-hak pemulihan dan perlindungan terhadap korban tindak pidana perkosaan masih jauh dari yang diharapkan. Korban tindak pidana perkosaan perlu mendapat perlindungan yang konkret dan tegas.

Salah satu unsur perbuatan dalam perkosaan adalah adanya kekerasan, selain kekerasan dalam bentuk fisik, dalam artian secara makroskopis luka tersebut dapat dilihat oleh mata, menurut pasal 89 KUHP, membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dalam menggunakan kekerasan.

Menurut KUHP pasal 287 ayat 1, barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum 15 tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk kawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Pada pasal 287 ayat 2 dijelaskan bahwa apabila wanita tersebut berusia antara 12 sampai 15 tahun, diperlukan adanya pengaduan baik dari wanita yang bersangkutan maupun dari orang tua wanita tersebut. Dan apabila wanita tersebut diatas 15 tahun, maka pengaduan hanya boleh dilakukan oleh wanita yang bersangkutan karena menurut hukum, wanita tersebut sudah dianggap mampu memberikan consent atau izin. Izin menjadi tidaksah menurut hukum apabila izin diperoleh dengan cara paksa (force), tipu daya (fraun), atau dengan menciptakan ketakutan (fear).Selain itu unsur bersetubuh memiliki arti bahwa secara hukum perkosaan terjadi pada saat sudah terjadi penetrasi. Pada saat belum terjadi penetrasi maka peristiwa tersebut tidak dapat dikatakan perkosaan akan tetapi masuk dalam kategori percabulan. Rumusan ini dinilai diskriminatif.Pasal 285 KUHPBarangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun.Pasal 286 KUHPBarang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.Berdasarkan Aspek Hukum diatas maka pelaku dari korban pemerkosaan tersbut dapat dipidana sesuai dengan pasal 285 dan 286 KUHP.