39
BAB I LAPORAN KASUS 1.1 Identitas Pasien (Autoanamnesis tanggal 27 mei 2013) Nama : Tn A Umur : 30 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Pal V Kota Baru Jambi Pekerjaan : Pegawai Rumah Sakit Jiwa Jambi Pendidikan : S1 Agama : Islam 1.2 Anamnesis 1.2.1 Keluhan Utama Mata kanan berdarah terkena lentingan paku sejak ± ½ jam sebelum masuk rumah sakit. 1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang ± ½ jam sebelum masuk rumah sakit, mata kanan os berdarah terkena lentingan paku ketika membantu tukang yang sedang memperbaiki rumah. Paku terpelanting dari jarak ± 1 meter dari mata kanan os ketika tukang sedang memukul paku. Ukuran panjang paku ± 2 cm. paku tersebut tidak menancap di mata os. Setelah terkena lentingan paku 1

Laporan Kasus Trauma Sklera

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien (Autoanamnesis tanggal 27 mei 2013)

Nama : Tn A

Umur : 30 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Pal V Kota Baru Jambi

Pekerjaan : Pegawai Rumah Sakit Jiwa Jambi

Pendidikan : S1

Agama : Islam

1.2 Anamnesis

1.2.1 Keluhan Utama

Mata kanan berdarah terkena lentingan paku sejak ± ½ jam sebelum masuk

rumah sakit.

1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

± ½ jam sebelum masuk rumah sakit, mata kanan os berdarah terkena

lentingan paku ketika membantu tukang yang sedang memperbaiki rumah. Paku

terpelanting dari jarak ± 1 meter dari mata kanan os ketika tukang sedang memukul

paku. Ukuran panjang paku ± 2 cm. paku tersebut tidak menancap di mata os. Setelah

terkena lentingan paku os langsung berobat ke IGD Rumah Sakit Raden Mattaher

Jambi dengan menggunakan sepeda motor dan mata yang terkena lentingan paku

ditutup dengan menggunakan tangan.

Os mengaku mata kanan os mengeluarkan darah sampai ke pipi, terasa pedih,

tidak gatal, penglihatan tampak kabur saat dibawa ke Rumah Sakit, penglihatan tidak

silau, penglihatann tidak ganda dan tidak terasa panas, .

1

Sampai di IGD mata kanan os dibersihkan dan diberikan obat tetes mata dan

obat melalui infuse.

1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat Operasi mata disangkal

Riwayat Hipertensi disangkal

Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat kecelakaan sepeda motor yang menyebabkan kaki kanan os patah

dan berobat secara tradisional

Riwayat penggunaan obat-obatan dalam waktu yang lama disangkal

1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga mengalami keluhan yang sama

Riwayat hipertensi dalam keluarga yaitu ayah dari os

Riwayat kencing manis dalam keluarga disangkal

1.2.5 Riwayat Gizi

Baik

1.2.6 Keadaan Sosial Ekonomi

Baik

1.2.7 Penyakit Sistemis

Tractus Respiratorius : Tidak ada keluhan

Tractus Digestivus : Tidak ada keluhan

Cardio Vascular : Tidak ada keluhan

Endokrin : Tidak ada keluhan

2

Neurologi : Tidak ada keluhan

Kulit : Tidak ada keluhan

THT : Tidak ada keluhan

Gigi dan Mulut : Tidak ada keluhan

1.3 Pemeriksaan Fisik

1.3.1 Status Oftalmologikus

I. PEMERIKSAAN VISUS DAN REFRAKSI

OD OS

Visus 6/6 6/6

II. MUSCLE BALANCE

Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia

Pergerakan bola mata Ke segala arah

Versi baik, Duksi baik

Ke segala arah

Versi baik, Duksi baik

III. PEMERIKSAAN EXTERNAL

Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Palpebra: Superior Hiperemi (-), edema (-),

nyeri (-)

Hiperemi (-), edema (-),

nyeri (-)

3

Inferior

Hiperemi (-), edema (-),

nyeri (-)

Hiperemi (-), edema (-),

nyeri (-)

Konjungtiva tarsal superior

Konjungtiva tarsal inferior

Konjungtiva bulbi

Papil (-), folikel (-),

litiasis (-)

Papil (-), folikel (-)

Injeksi silier (-), injeksi

konjungtiva (-), sekret

(-), laserasi horizontal

bagian lateral ± 1cm

(+), perdarahan (+)

tidak aktif, kemosis (+)

Papil (-), folikel (-),

litiasis(-)

Papil (-), folikel (-)

Injeksi silier (-), injeksi

konjungtiva (-), sekret

(-), laserasi (-),

perdarahan (-), kemosis

(-)

Sklera Warna putih,

perdarahan (+) tidak

aktif bagian lateral,

Ikterik (-)

Warna putih, perdarahan

(-), ikterik (-)

Kornea Jernih, infiltrat(-)

sikatrik(-), ulkus(-)

edema (-)

Jernih, Infiltrat(-) ,

sikatrik(-) ulkus(-),

edema (-)

Bilik mata depan Sedang, hipopion (-) Sedang, hipopion (-)

Iris Kripta jelas, Atrofi (-),

sinekia (-)

Kripta jelas, Atrofi (-),

sinekia (-)

Pupil Isokor, 3 mm,

refleks cahaya (+)

Isokor, 3 mm,

refleks cahaya (+)

Lensa

Jernih Jernih

IV. PEMERIKSAAN SLIT LAMP

Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Palpebra Superior Hiperemi (-), edema (-), Hiperemi (-), edema (-),

4

Palpebra inferior

nyeri (-)

Hiperemi (-), edema (-),

nyeri (-)

nyeri (-)

Hiperemi (-), edema (-),

nyeri (-)

Konjungtiva:

Tarsus superior

Tarsus inferior

Bulbi

Papil (-), folikel (-),

litiasis (-)

Papil (-), folikel (-)

Litiasis (-)

Injeksi silier (-), injeksi

konjungtiva (-), sekret

(-), laserasi horizontal

bagian lateral (+),

perdarahan (+) tidak

aktif, kemosis (+)

Papil (-), folikel (-),

litiasis (-)

Papil (-), folikel (-)

Litiasis (-)

Injeksi silier (-), injeksi

konjungtiva (-), sekret

(-), laserasi (-),

perdarahan (-), kemosis

(-)

Kornea Jernih, infiltrate (-),

ulkus (-), edema (-)

Jernih, Infiltrat (-),

ulkus (-), edema (-)

Sclera Warna putih,

perdarahan (+) tidak

aktif bagian lateral

Warna putih, perdarahan

(-)

Bilik mata depan Sedang, hipopion (-) Sedang, hipopion (-)

Iris Atrofi (-), sinekia (-) Atrofi (-), sinekia (-)

Pupil Isokor, 3 mm,

refleks cahaya (+)

Isokor, 3 mm,

refleks cahaya (+)

Lensa Jernih Jernih

V. PEMERIKSAAN TONOMETRI

Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Digital Normal Normal

5

VI. PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI

Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

VII. VISUAL FIELD

Tidak dilakukan Tidak dilakukan

VIII. PEMERIKSAAN PADA KEADAAN MIDRIASIS

Tidak dilakukan Tidak dilakukan

1.3.2 Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis

Tinggi badan : 160 cm

Berat badan : 66 kg

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 84x/menit

Suhu : Afebris

Pernafasan : 22 x/menit

1.4 Diagnosa Kerja

Laserasi Lamellar Konjungtiva Bulbi OD (Close Globe Injury)

1.5 Diagnosis Banding

1. Laserasi Lamellar konjungtiva bulbi OD (Close Globe Injury)

2. Kontusio sklera OD (Close Globe Injury)

3. Rupture sclera OD (Open Globe Injury)

4. Laserasi sclera OD (Open Globe Injury)

1.6 Anjuran Pemeriksaan

6

1. Gonioskopi

2. X-ray orbita

3. Ultrasonografi Mata

4. CT-Scan

1.7 Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit:

Mata tidak bolah dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak

Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan

pada bola mata

Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan

B. Penatalaksanaan di rumah sakit

Pembersihan bola mata yang trauma dengan larutan fisiologis

Pemberian antibiotik sistemik dan local

Antibiotic sistemik : ciprofloxasin 3x 500 mg selama 5 hari

Antibiotik dan antiinflamasi local tetes mata : xitrol 4x1

Pemberian analgetik: Asam mefenamat 3x500 mg

Pemberian anti tetanus : ATS 1.500 UI secara intramuskular yang

terlebih dahulu dilakukan skin tes dengan pengenceran 1:10.

1.8 Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

7

Bola mata berbentuk hampir bulat dengan diameter anteroposterior sekiar 24

mm. Terdapat 6 otot penggerak bola mat dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak

didaerah temporal atas didalam rongga orbita.1 Bola mata dibagian depan (kornea)

mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2

kelengkungan yang berbeda mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali

perubahan sinar dan warna. Secara keseluruhan struktur mata terdiri dari bola mata,

termasuk otot-otot penggerak bola mata, rongga tempat mata berada, kelopak dan

bulu mata.1,2

\

Gambar 2.1 Anatomi Bola Mata

Bola mata di bungkus oleh tiga lapis jaringan, yaitu: 1,2

2. Sklera merupakan jaringan ikat kenyal memberikan bentuk pada mata,dan bagian

luar yang melindungi bola mata. Bagian depan disebut kornea yang memudahkan

sinar masuk ke dalam bola mata.

3. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskuler. Jaringan sklera dan uvea dibatasi

oleh ruang yang mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa di

sebut juga perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea terdiri atas iris, badan sillier

dan koroid.

4. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang mempunyai susunan 10 lapis. Retina

dapat terlepas dari koroid yang disebut Ablasio retina.

2.1.1 Kornea

8

Kornea (latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian

selaput mata yang tembus cahaya, menempati pertengahan dari rongga bola mata

anterior yang terletak diantara sclera. Kornea ini merupakan lapisan avaskuler dan

menjadi salah satu media refraksi ( bersama dengan humor aquos membentuk lensa

positif sebesar 43 dioptri ). Kornea memiliki permukaan posterior lebih cembung

daripada anterior sehingga rata-rata mempunyai ketebalan sekitar 11,5 mm ( untuk

orang dewasa).1,2

Gambar 2.2 Anatomi Kornea

2.1.2 Uvea

Uvea terdiri dari iris, korpus siliar dan koroid. Bagian ini adalah lapisan

vascular . tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sclera : 1,2

a. Iris

Merupakan lanjutan dari badan siliar kedepan dan merupakan diafagma yang

membagi bola mata menjadi dua segmen anterior dan segmen posterior. Berbentuk

sirkular yang ditengah- tengahnya berlubang yang disebut pupil. Jaringan otot iris

tersusun longgar dengan otot polos yang melingkar pupil (m. Sfingter pupil) terletak

di dalam stroma dekat pupil dan di atur oleh saraf parasimpatis (N. III) dan yang

berjalan radial dari akar iris ke pupil (m. dilatator pupil) terletak di bagian posterior

stroma dan diatur oleh saraf simpatis.

9

Gambar 2.3 Anatomi Uvea

b. Badan Siliar

Berbentuk segitiga terdiri dari dua bagian, yaitu : 1,2

Pars korona, pada bagian anterior bergerigi panjangnya kira-kira 2mm

Pars plana, yang posterior tidak bergerigi, panjangnya 4mm

Prosesus siliar menghasilkan cairan mata yaitu, aqueos humor yang mengisi

bilik mata depan. Yang berfungsi memberi makanan untuk kornea dan lensa. Pada

peradangan akibat hiperemi yang aktif, maka pembentukan cairan mata bertambah

sehingga dapat menyebabkan tekanan intraokuler meninggi dan timbullah glukoma

sekunder. Bila peradangan hebat dan merusak sebagian badan siliar maka produksi

aqueos humor berkurang, tekanan berkurang dan berakhir sebagai atrofi bulbi okuli.3

c. Koroid

Koroid merupakan suatu membran yang berwarna coklat tua, yang terletak

diantara sklera dengan retina terbentang dari ora serata sampai ke papil saraf optik.

Koroid terdiri dari beberapa lapisan, yaitu:Lapisan epitel pigmen, Membran Bruch

(lamina vitrea), koriokapiler, pembuluh darah sedang dan pembuluh darah besar,

suprakoroid.1,2

2.1.3 Lensa

10

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan hampir

transparan sempurna. Tebalnya kira-kira 4mm dan diameternya 9 mm. Lensa

digantung oleh zonula zinnii, yang menghubungkannya dengan korpus silier. Di

bagian anterior lensa terdapat humor aqueous, disebelah posteriornya vitreus. Kapsul

lensa adalah suatu membran yang semi permeabel (sedikit lebih permeabel dari pada

dinding kapiler) yang akan memperoleh air dan elektrolit masuk. 3

Gambar 2.4 Anatomi Lensa Mata

2.1.4 Retina

Retina adalah selapis lembar tipis jaringan saraf yang semi transparan. Retina

merupakan reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan

koroid dan sel pigmen epitel retina.2,3

Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan

iskemia dan merah pada hiperemia. 2,3

Pembuluh darah di dalam retina merupakan percabangan arteri oftalmika,

arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan

nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat

nutrisi dari koroid. 3

11

Gambar 2.5 Anatomi Retina

2.1.5 Saraf optik

Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa dua jenis

serabut saraf yaitu : saraf penglihatan dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik

menggambarkan gangguan yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung

terhadap saraf optik ataupun perubahan toksik dan anoksik yang mempengaruhi

penyaluran aliran listrik.3

Gambar 2.6 Anatomi Saraf Optikus

12

2.1.6 Sklera

Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan

pembungkus dan pelindung 4/5 permukaan mata. Sklera berjalan dari papil saraf

optik sampai kornea. 2,3

Sklera anterior ditutupi oleh tiga lapis jaringan ikat vaskular, sklera

mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola

mata. Walaupun sklera kaku dan tipisnya 1 mm ia masih tahan terhadap kontusio

trauma tumpul. Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau

merendah pada eksoftalmos goiter, miotika dan meminum air banyak.3

Gambar 2.7 Anatomi Sklera

2.1.7 Konjungtiva

Merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis. Dapat dibagi

menjadi tiga zona : palpebra, forniks dan bulbar. Bagian bulbar mulai dari

mukokutaneus junction dari kelopak mata dan melindunginya dari permukaan dalam.

Bagian ini melekat erat pada tarsus. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum

13

orbikulare di fornik dan melipat berkali-kali, sehingga memungkinkan bola mata

bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Kecuali di limbus,

konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul tenon dan sklera dibawahnya.1,2

Gambar 2.8 Anatomi Konjungtiva

2.1.8 Rongga orbita

Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga

hidung. Dinding lateral orbita membentuk sudut 45°dengan dinding medialnya.

Dinding orbita terdiri atas tulang-tulang : 2,3

Superior : os. Frontal

Lateral : os. Frontal, os. Zigomatik, ala magna os. Sfenoid

Inferior : os. Zigomatik, os. Maksila, os.palatina

Nasal : os. Maksila, os. Lakrimal, os.etmoid

14

Gambar 2.9 Anatomi Rongga Orbita

2.2 DEFINISI

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan

perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat. Perlukaan yang

ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan

kehilangan mata. 1

Trauma pada mata dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak

mata, saraf mata dan rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit

sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra penglihat.4

2.3 ETIOLOGI

Pada mata dapat terjadi berbagai macam bentuk trauma, yaitu:

Macam-macam bentuk trauma:5,6

Fisik atau Mekanik

1. Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock,

membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.

2. Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, dan peralatan

pertukangan.

3. Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma

tajam, terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru

senapan angin, dan peluru karet.

Kimia

1. Trauma Kimia basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai,

kapur, lem.

2. Trauma asam, misalnya cuka, bahan asam-asam di laboratorium.

15

Fisik

1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.

2. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi.

2.4 EPIDEMIOLOGI

Terdapat sekitar 2,4 juta penderita trauma okuler dan orbita di Amerika

serikat setiap tahunnya, dimana 20.000 sampai 68.000 dengan trauma yang

mengamcam penglihatan dan 40.000 ornag menderita kehilangan penglihatan yang

signitifikan setiap tahunnya. Hal ini seringkali didahului oleh katarak sebagai

penyebab kerusakan penglihatan. Di Amerika Serikat, trauma merupakan penyebab

paling banyak dari kebutaan unilateral. United States Eye Injury Registry (USEIR)

merupakan sumber informasi epidemiologi yang digunakan secara umum di AS.

Menurut data dari USEIR, rata-rata umur orang yang terkena trauma okuli adalah 29

tahun, dan laki-laki lebih sering terkena di banding dengan perempuan. Menurut

studi epidemiologi international, kebanyakan orang yang terkana trauma okuli

adalah laki-laki umur 25 sampai 30 tahun, sering mnegkonsumsi alkohol, trauma

terjadi di rumah. Selain itu cedera akibat olah raga dan kekerasan merupakan

keadaan yang paling sering menyebabkan trauma.1,5

2.5 KLASIFIKASI

Bola mata merupakan komponen yang terdiri dari lapisa fibrosa bagian luar

(kornea dan sklera). Definisi yang diutarakan oleh American Ocular Trauma Society

mengenai trauma okuler mekanik adalah sebagai berikut :5,6

1. Closed-globe injury

Suatu keadaan dimana dinding mata (sklera dan kornea) tidak memiliku luka

yang sampai menembus seluruh lapisan-lapisan ini namun tetap menyebabkan

kerusakan intraokuler, termasuk di dalamnya :

16

Contusio. Merupakan jenis closed-globe injury yang disebabkan oleh trauma

tumpul. Kerusakan yang timbul dapat ditemukan pada lokasi benturan atau pada

lokasi yang lebih jauh dari benturan.

Laserasi lamellar. Merupakan jenis closed-globe injury yang dicirikan dengan

luka yang tidak sepenuhnya menembus lapisan sklera dan kornea (partial

thickness wound) yang disebabkan oleh benda tajam maupun benda tumpul.

2. Open-globe injury

jenis trauma yang berkaitan dengan luka yang sampai menembus seluruan

lapisan dinding dari sklera, kornea, atau keduanya. Termasuk didalamnya ruptur dan

laserasi dinding bola mata.

Ruptur merujuk pada luka pada dinding bola mata dengan ketebalan penuh

sebagai dampak dari trauma tumpul. Luka yang timbul disebabkan oleh

peningkatan tekanan intraokuler secara tiba-tiba melalui mekanisme trauma

inside-out.

Laserasi merujuk pada luka pada dinding mata dengan ketebalan penuh yang

disebabkan oleh benda tajam. Luka yang dihasilkan merupakan akibat mekanisme

luar ke dalam (outside-in), termasuk di dalamnya :

o Trauma penetrasi merujuk pada laserasi tunggal dari dinding mata yang

disebabkan oleh benda tajam

o Trauma perforasi merujuk pada dua laserasi pada dinding mata dengan

ketebalan penuh ( satu masuk dan satu keluar) yang disebabkan oleh benda

tajam. Dua luka yang terbentuk harus disebabkan oleh benda yang sama.

o Trauma benda asing intraokuler merupakan suatu trauma penetrasi ditambah

dengan tertinggalnya benda asing intraokuler.

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis yang dapat terjadi pada trauma mata antara lain 7,8

A. Perdarahan atau keluar cairan dari mata atau sekitarnya

17

Pada trauma mata perdarahan dapat terjadi akibat luka atau robeknya

kelopak mata atau perdarahan yang berasal dari bola mata. Pada trauma

tembus caian humor akueus dapat keluar dari mata.

B. Memar pada sekitar mata

Memar pada sekitar mata dapat terjadi akibat hematoma pada

palpebra. Hematoma pada palpebra juga dapat terjadi pada pasien yang

mengalami fraktur basis kranii.

C. Penurunan visus dalam waktu yang mendadak

Penurunan visus pada trauma mata dapat disebabkan oleh dua hal,

yang pertama terhalangnya jalur refraksi akibat komplikasi trauma baik di

segmen anterior maupun segmen posterior bola mata, yang kedua akibat

terlepasnya lensa atau retina dan avulsi nervus optikus.

D. Penglihatan ganda

Penglihatan ganda atau diplopia pada trauma mata dapat terjadi karena

robeknya pangkal iris. Karena iris robek maka bentuk pupil menjadi tidak

bulat. Hal ini dapat menyebabkan penglihatan ganda pada pasien.

E. Mata bewarna merah

Pada trauma mata yang disertai dengan erosi kornea dapat ditemukan

pericorneal injection (PCI) sehingga mata terlihat merah pada daerah sentral.

Hal ini dapat pula ditemui pada trauma mata dengan perdarahan

subkonjungtiva.

F. Nyeri dan rasa menyengat pada mata

Pada trauma mata dapat terjadi nyeri yang disebabkan edema pada

palpebra. Peningkatan tekanan bola mata juga dapat menyebabkan nyeri pada

mata.

G. Sakit kepala

18

Pada trauma mata sering disertai dengan trauma kepala. Sehingga

menimbulkan nyeri kepala. Pandangan yang kabur dan ganda pun dapat

menyebabkan sakit kepala.

H. Mata terasa Gatal, terasa ada yang mengganjal pada mata

Pada trauma mata dengan benda asing baik pada konjungtiva ataupun

segmen anterior mata dapat menyebabkan mata terasa gatal dan mengganjal.

Jika terdapat benda asing hal ini dapat menyebabkan peningkatan produksi air

mata sebagai salah satu mekanisme perlindungan pada mata.

I. Fotopobia

Fotopobia pada trauma mata dapat terjadi karena dua penyebab.

Pertama adanya benda asing pada jalur refraksi, contohnya hifema, erosi

kornea, benda asing pada segmen anterior bola mata menyebabkan jalur sinar

yang masuk ke dalam mata menjadi tidak teratur, hal ini menimbulkan silau

pada pasien. Penyebab lain fotopobia pada pasien trauma mata adalah

lumpuhnya iris. Lumpuhnya iris menyebabkan pupil tidak dapat mengecil dan

cenderung melebar sehingga banyak sinar yang masuk ke dalam mata.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Gonioskopi. Tanda yang dapat ditemukan melalui pemeriksaan ini yang

mengindikasikan adanya benda asing intraokuler adalah : perdarahan

subkonjungtiva, jaringan parut kornea, lubang pada iris, dan gamabaran opak

pada lensa. Dengan medium yang jernih, seringkali benda asing intraokuler

dapat terlihat dengan oftalmoskopi pada corpus vitreous atau bahkan pada

retina. Benda asing yang terletak pada bilik mata depan dapat terlihat melalui

gonioskopi.9

B. X-ray orbita. Foto polos orbita antero-posterior dan lateral sangat diperlukan

untuk menentukan lokasi benda asing intraokuler disebabkan sebagian besar

benda yang menembus bola mata akan memberikan gambaran radiopak.9

19

C. Lokalisasi benda asing intraokuler perlu dilakukan untuk melakukan

penatalaksanaan berupa penyingkiran benda asing secara tepat, pemeriksaan

yang dilakukan dapat berupa :9,10

Lokalisasi radiografi menggunakan metode cincin limbus merupakan

metode yang sederhana, dimana cincin metalik dari diameter kornea

diikat ke limbus dan foto X-ray pun dilakukan dengan posisi antero-

posterior dan lateral, dimana pada posisi lateral, penderita diminta untuk

melihat lurus, ke atas, dan ke bawah. Posisi benda asing diperkirakan

melalui hubungannya dengan cincin metalik pada posisi yang berbeda.10

Lokalisasi ultrasonografi. Penggunaan ultrasonografi merupakan

prosedur non-invasif yang mampu mendeteksi benda berdensitas

radiopak dan non-radiopak. 10

CT-Scan. CT-Scan potongan aksial dan koronal saat ini merupakan

metode terbaik untuk mendeteksi benda asing intraokuler dengan

menyediakan gambaran potong lintang yang lebih unggul dalam

sensitivitas dan spesifisitas dibanding foto polos dan ultrasonografi.10

2.8 DIAGNOSIS

Anamnesis

Anamnesis yang tepat diperlukan untuk menganalisa bagaimana proses

trauma yang dialami, jenis benda yang mengenainya yang akan bermanfaat dalam

mengarahkan pemeriksaan oftalmologi dan penunjang selanjutnya. Jika terdapat

riwayat trauma oleh benda berkecepatan sangat tinggi atau jika terdapat pecahan

logam atau kaca dalam proses trauma maka diangosa trauma okuli penetrans sudah

hampir dapat dipastikan.6,11

Dalam anamnesis adalah keharusan untuk menanyakan waktu, mekanisme,

dan lokasi trauma. Jika terdapat trauma penetrasi, perlu diidentifikasi kekuatan dan

jenis material yang menimbulkan trauma; material organik lebih cenderung

20

menyebabkan infeksi, sedangkan materi logam lebih cenderung menyebabkan reaksi.

Riwayat penyakit mata sebelumnya perlu digali lebih lanjut, seperti gangguan visus

sebelum trauma, dan riwayat pembedahan pada mata sebelumnya.Penggunaan

pelindung mata saat trauma pun perlu ditanyakan guna menilai seberapa berat trauma

yang ditimbulkan.6,11

Lokasi

Lokalisasi dari benda asing yang masuk ke dalam mata melewati kornea dan

sklera dapat ditemukan pada beberapa lokasi seperti :6,11

Bilik mata depan. Pada bilik mata depan, benda asing intraokuler seringkali

tertanam di bagian bawah. Benda asing kecil dapat tersembunyi di sudut dari bilik

mata depan, dan hanya dapat terlihat dengan pemeriksaan gonioscopy

Iris. Pada iris, benda asing biasanya tertahan dan ditemukan terperangkap dalam

stroma.

Bilik mata belakang. Benda asing dapat terperangkap di belakang iris setelah

masuk masuk melalui mata atau setelah membuat lubang pada iris.

Lensa. Benda asing dapat ditemukan pada permukaan anterior atau di dalam lensa.

Gambaran opak atau lensa yang menjadi katarak dapat terlihat.

Kavitas vitreous. Benda asing dapat menembus sampai ke dalam lapisan korpus

vitreous.

Retina, koroid, dan sklera. Benda asing dapat memperoleh akses ke struktur-

struktur ini melalui kornea atau langsung melalui perforasi pada sklera.

Kavitas orbita. Benda asing yang menembus bola mata kadang-kadang

menyebabkan perforasi ganda dan menempati jaringan lain dalam orbita.

2.9 TATALAKSANA

21

Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat darurat dan

harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya seperti 1,5,8:

Infeksi

Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika

Pada setiap tindakan bertujuan untuk :

Mempertahankan bola mata

Mempertahankan penglihatan

A. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit 1,5,8:

Mata tidak bolah dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak

Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan pada bola

mata

Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan

Sebaiknya pasien di puasakan untuk mengantisipasi tindakan operasi

B. Penatalaksanaan di rumah sakit 1,5,8 :

Pemberian antibiotik topikal dan sistemik, antiinflamasi topikal dan sistemik,

sikloplegia topikal.

Pemberian obat sedasi, antiemetik, dan analgetik sesuai indikasi

Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi

Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila bila

mata intak)

Tindakan pembedahan /penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.

2.10 PROGNOSIS

Prognosis dari trauma oculi bergantung pada :5,6

Visus awal penderita

22

Mekanisme trauma

Ukuran luka

Zona trauma

Ada tidaknya perdarahan intraokuler (hifema, perdarahan vitreous)

Disertai atau tanpa endoftalmitis

Prolapsus uvea

Adat tidaknya retinal detachment

Lokasis benda asing

Jenis benda asing yang tertinggal

Lama waktu dalam pengeluaran benda asing

Dilakukan ataupun tidak dilakukannya vitrektomi pars plana.

2.11 KOMPLIKASI

Komplikasi yang timbul setelah terjadi trauma okuli perforans6 :

A. Infeksi : endoftalmitis, panoftalmitis

B. Katarak traumatic

Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun

tumpul terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul akan

terlihat katarak subkabsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa

menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak

tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius. Trauma tembus dapat

menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan

cepat akibat proliferasi epitel sehingga terbentuk kekeruhan terbatas kecil.

Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak

dengan cepat disertai dengan terdapatnya lensa di dalam bilik mata depan

C. Glaukoma sekunder

23

Trauma dapat mengakibatkan kelainan jaringan dan susunan jaringan di

dalam mata yang dapat mengganggu pengaliran cairan mata sehingga

menimbulkan glaukoma sekunder.

D. Oftalmika simpatika

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien laki-laki, usia 30 tahun mengeluh mata kanan berdarah terkena

lentingan paku sejak ± ½ jam sebelum masuk rumah sakit karena membantu tukang

yang sedang memperbaiki rumah. Paku terpelanting dari jarak ± 1 meter dari mata

kanan os ketika tukang sedang memukul paku. Ukuran panjang paku ± 2 cm. paku

tersebut tidak menancap di mata os. Setelah terkena lentingan paku os langsung

berobat ke IGD Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi dengan menggunakan sepeda

motor dan mata yang terkena lentingan paku ditutup dengan menggunakan tangan.

Os mengaku mata kanan os mengeluarkan darah sampai ke pipi, terasa pedih, tidak

gatal, penglihatan tampak kabur saat dibawa ke Rumah Sakit, penglihatan tidak silau,

penglihatann tidak ganda dan tidak terasa panas. Os mengaku tidak pernah sakit

seperti ini sebelumnya.

24

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit

sedang, tanda vital dalam batas normal. Dari pemeriksaan visus dasar pasien OD 6/6

dan OS 6/6, pergerakan bola mata pada duksi dan versi baik. Pada pemeriksaan

eksternal didapatkan pada konjungtiva bulbi dan sclera OD laserasi horizontal bagian

lateral dengan ukuran lebih kurang 1 cm dengan perdarahan (+) tidak aktif disertai

dengan kemosis.

Anamnesis pada keluhan utama didapatkan mata kanan berdarah terkena

lentingan paku. Dari keluhan utama ini kemungkinan diagnosis banding yang kita

pikirkan yaitu trauma pada mata yang disebabkan oleh faktor mekanik, seperti close

globe injury dan open globe injury. Dari anamnesis juga didapatkan penglihatan

kanan os menjadi kabur dan terasa pedih pada saat kejadian, penglihatan kabur dapat

disebabkan terhalangnya cahaya yang akan masuk ke mata atau kerusakan dari dalam

mata itu sendiri.

Pada pemeriksaan fisik satu hari setelah kejadian, didapatkan visus OD 6/6

dan OS 6/6, ini menandakan bahwa tidak terdapat gangguan dari penglihatan, dan

mata kabur pada saat kejadian bisa disebabkan terhalangannya cahaya yang akan

masuk ke dalam mata yang disebabkan oleh darah maupun lakrimasi. Dan lokasi

daru trauma kemungkinan dari sclera. Pada pemeriksaaan fisik eksternal bola mata

didapatkan pada sclera terdapat luka laserasi pada bagian lateral mata kanan dengan

ukuran kira-kira 1 cm, perdarahan positif tidak aktif dan kemosis. Pemeriksaan ini

membuktikan bahwa trauma mekanik yang terjadi pada pasien berupa laserasi dari

benda tajam. Pada pemeriksaan slitlamp didapatkan hanya terdapat luka laserasi yang

sampai pada konjungtiva bulbi tidak sampai menembus ke dalam sclera dan pada

pemeriksaan funduskopi tidak didapatkan kelaianan.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat

disimpulkan bahwa os mengalami trauma mekanik benda tajam yang mengenai

lapisan konjungtiva bulbi OD bagian lateral tanpa ada gangguan penglihatan.

25

Diagnosis pada kasus ini yaitu laserasi lamellar konjungtiva bulbi OD (close globe

injury).

Penatalaksaan pada kasus ini cukup dengan medikamentosa tanpa diperlukan

tindakan pembedahan. Pengobatan yang dapat diberikan seperti antibiotic baik

sistemik maupun local dan antiinflamasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Asbury Taylor, Sanitato James J. Trauma, dalam Vaughan Daniel G, Abury

Taylor, Eva Paul Riordan. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2007. Hal: 372-78.

2. Wijana N. Ilmu penyakit mata. Cetakan ke -6. 1993.

3. Ilyas Sidharta, Prof, dr, DSM. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Cetakan I.

Jakarta:Balai Penerbit FKUI; 2005. hal: 271-273.

4. Rukayah Siti, dkk. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Trauma Okuli

Dekstra Perforans. 2004. Malang. Hal 1-2

5. Kuhn F. Intraocular Foreign Body (serial online). 2012 (diakses 27 mei 2013).

6. Lang GK. Ophtalmology, A Pocket Textbook Atlas 2nd Ed. Stuttgart: Thieme.

2006.

26

7. Yanoff, M, Duker, JS and Augsburger, JJ, et al. Ophthalmology. 2nd ed. St.

Louis, Mo: Elsevier; 2004:1391-1396.

8. Twanmoh JR. Injury (serial online) 2010 (diakses 27 mei 2013).

9. Iqbal M. Retained Intraocular Foreign Body, Case Report. Ophtalmology.

2010;158-160.

10. Sawyer MNA. Ultrasound Imaging of Penetrating Ocular Trauma.The Journal

of Emergency Medicine. 2009: 181-2.

11. Bord SP, Linden J. Trauma to The Globe and Orbit in Emergency Medicine

Clinics of North America. Boston: Elsevier Saunder. 2008.

27