35
LAPORAN KASUS TONSILITIS KRONIK DAN RHINITIS ALERGI PERSISTEN Nurul Fatimah H1A 009 032

LAPORAN KASUS Tonsilitis Kronis Nurul

Embed Size (px)

DESCRIPTION

R

Citation preview

LAPORAN KASUSTONSILITIS KRONIK DAN

RHINITIS ALERGI PERSISTEN

Nurul Fatimah

H1A 009 032

PENDAHULUAN

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang termasuk dalam cincin Waldeyer.

Tonsilitis Kronis merupakan keradangan kronik pada tonsil yang biasanya merupakan kelanjutan dari infeksi akut berulang atau infeksi subklinis dari tonsil.

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut

Data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia) pada tahun 1994-1996Tonsilitis Kronis 4,6% tertinggi setelah Nasofaringitis Akut (3,8%).

Penelitian di RSUP Dr. Hasan Sadikin April 1997 -Maret 1998 1024 pasien Tonsilitis kronik atau 6,75% dari seluruh jumlah kunjungan.

TINJAUAN PUSTAKA

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya.

Tonsil palatina, adenoid, tonsil lingual, pita lateral faring, tonsil tubaria dan sebaran jaringan folikel limfoid membentuk cincin jaringan limfoid yang dikenal dengan cincin Waldeyer.

TONSILA PALATINA jaringan limfoid berbentuk ovoid yang terletak pada

dinding lateral orofaring dalam fossa tonsillaris dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus)

Tonsil dibatasi oleh: Lateral : muskulus konstriktor faring superior Medial : ruang orofaring Anterior : muskulus palatoglosus Posterior : muskulus palatofaringeus Superior : palatum mole Inferior : tonsil lingual

Vaskularisasi:- Cabang-cabang a.carotis

eksterna. Yaitu a. Maksilaris eksterna, a. Maksilaris interna, a. Lingualis, a. Faringeal asenden

- Darah venous dari tonsil terutama dibawa oleh a. tonsillaris v. lingualis dan di sekitar kapsula tonsillaris membentuk pleksus venosus

TONSILITIS Tonsillitis adalah peradangan tonsila palatina

yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer.

Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil yang menetap sebagai akibat infeksi akut atau subklinis yang berulang

Penyebaran infeksinya melalui udara (air borne droplets), tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak.

ETIOLOGI

Rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat

Grup A Streptococcus ß hemoliticus, pneumokokus, Streptococcus viridan, dan Streptococcus piogenes, Gram negatif

PATOFISIOLOGI

Proses radang berulang mengakibatkan epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis dan diganti oleh jaringan parut sehingga mengerut dan kripte akan melebar

Kripte ini akan tampak diisi oleh detritus (kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas)

Proses berlanjut dan menembus kapsul tonsil sehingga terjadi perlekatan dengan jaringan di sekitar fossa tonsillaris

GEJALA KLINIS

Tonsilitis akut: nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, dan rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia)

Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu, kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan

tonsilitis kronik: rasa mengganjal di tenggorok, rasa kering di tenggorok dan napas berbau. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus

DIAGNOSIS

Berdasarkan ratio tonsil terhadap orofaring antara pilar anterior kanan dan kiri:T0: Tonsil terletak pada fossa tonsilT1: ¼ jarak arkus anterior dan uvulaT2 : ½ jarak arkus anterior dan

uvulaT3: ¾ jarak arkus anterior dan uvulaT4: bila mencapai uvula atau lebih

Menurut Thane dan Cody: T1: batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior uvulaT2: batas medial tonsil sampai ½ jarak pilar anterior-uvulaT3: batas medial tonsil sampai ¾ jarak pilar anterior-uvulaT4: batas medial tonsil sampai uvula atau lebih

TERAPI

Tonsilitis akut: diberikan antibiotika spektrum lebar seperti penisilin dan eritomisin

Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta kecurigaan neoplasma

Indikasi tonsilektomi Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun

walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan

menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil

dengan sumbatan jalan napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale.

Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak berhasil hilang dengan pengobatan.

Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri Grup

A Streptococcus ß hemoliticus. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan. Otitis media efusa/otitis media supuratif.

KOMPLIKASI

Komplikasi Tonsilitis otitis media akut, sinusitis, abses peritonsil

(Quincy throat), abses parafaring, bronkitis, glomerulonefritis akut, miokarditis, artritis serta septikemia akibat v. jugularis interna (sindrom Lemierre)

RHINITIS ALERGI

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut

KLASIFIKASI

Berdasarkan sifat berlangsungnya:

Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis). Alergen penyebabnya spesifik yaitu tepung sari dan spora jamur.

Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial). Gejala pada penyakit ini ietrmiten atau terus menerus, tanpa variasi musim jadi dapat ditemukan sepanjang tahun. Penyebab yag paling sering adalah alergen inhalan, terutama pada orang dewasa dan alergen ingestan. Alergen inhalan utama alergen dalam rumah (indoor) dan luar rumah (Outdoor).

Berdasarkan rekomendasi dari WHO Iniative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2000 : Intermiten (kadang-kadang): bila gejala kurang

dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu. Persisten/menetap bila gejala lebih dari 4

hari/minggu dan atau lebih dari 4 minggu

Berdasarkan berat ringannya penyakit : Ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur,

gangguan aktifitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.

Sedang atau berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas.

GEJALA KLINIS

Gejala utma : serangan bersin berulang Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang

encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi)

Tanda faringeal termasuk faringitis granuler akibat hiperplasia submukosa jaringan limfoid.

Tanda laringeal termasuk suara serak dan edema pita suara

DIAGNOSIS

Anamnesis Dari anamesis dapat ditanyakan gejala atau

keluhan yang dirasakan pasien terutama gejala khas yaitu bersin berulang

Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan rinoskopi ditemukan mukosa

hidung basah, berwarna pucat atau livid dengan konka edema dan sekret yang encer dan banyak.

Pemeriksaan penunjang In vitro In vivo

PENATALAKSANAAN

Hindari alrgen Medikamentosa. Antihistamin (AH-1)

merupakan preparat farmakologik yang paling sering dipakai sebagai inti pertama pengobatan rinitis alergi. dapat dikombinasi dengan dekongestan.

Operatif . Tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior) perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai AgNO3 25 % atau troklor asetat. 13

Imunoterapi

KOMPLIKASI

Polip hidung Otitis media yang sering residif, terutama

pada anak-anak. Sinusitis paranasal

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. TPM Umur : 9 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Gerung, Lombok Barat Pekerjaan : Pelajar No. Rekam Medik : 11 06 26 Tanggal pemeriksaan : 13 April 2015

ANAMNESIS Keluhan Utama :

Sulit menelan Riwayat Penyakit Sekarang :

sulit menelan yang dirasakan sejak sekitar 2 tahun terakhir. Di tenggorokan seperti ada yang mengganjal Disertai rasa nyeri di tenggorokan, dan sulit untuk bernafas. 6 bulan terakhir dirasakan memberat. Pasien sudah dijadwalkan untuk operasi sejak bulan agustus 2014

namun dibatalkan karena riwayat batuk pilek yang dikatan sering kambuh-kambuhan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.

Pasien sering mendengkur saat tidur. Nyeri pada telinga (-) telinga terasa mendengung dan telinga

terasa penuh (-) sering mengkonsumsi minuman kemasan dingin dan makanan

berminyak serta jajanan-jajanan dan makanan yang pedas. Demam (-), rasa lemah letih lesu (-)

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat batuk pilek yang kambuh-kambuhan sejak 1

tahun yang lalu. Sering mengalami nyer tenggorokan

Riwayat Penyakit Keluarga :Adik pasien mengalami hal yang serupa

 Riwayat Alergi :Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan dan obat-obatan.

Riwayat Pengobatan: Pasien sering berobat untuk pilek yang dialami

kambuh-kambuhan, namun tidak ada perbaikan sampai saat pasien dijadwalkan operasi pada 2014 dan batal. Pasien diberikan obat cefadroxil, paracetamo; dan puyer (CTM, Dexamethason dan vit. C).

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis : Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentisTanda vital : Tekanan Darah : 100/70 mmHg Nadi : 92 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : 36,7oC

PEMERIKSAAN TELINGANo. Pemeriksaan Telinga Auricula Dextra Auricula Sinistra

1. Tragus Nyeri tekan (-), edema

(-)

Nyeri tekan (-),

edema (-)

2. Daun telinga :

aurikula, preaurikuer,

retroaurikuler.

Bentuk dan ukuran

telinga dalam batas

normal, lesi pada kulit

(-), hematoma (-), massa

(-), fistula (-), nyeri tarik

aurikula (-).

Bentuk dan

ukuran telinga

dalam batas

normal, lesi pada

kulit (-),

hematoma (-),

massa (-), fistula

(-), nyeri tarik

aurikula (-).

3. Liang telinga (MAE) Sekret (-), hiperemis (-), edema

(-), furunkel (-), otorhea (-).

Serumen (-),

hiperemis (-),

edema (-), furunkel

(-), otorhea (-).

4. Membran timpani Intak, retraksi (-), hiperemi (-),

bulging (-), edema (-), perforasi

(-), cone of light (-), cone of

light (+).

Intak, retraksi (-),

hiperemi (-), bulging

(-), edema (-),

perforasi (-), cone of

light (+).

PEMERIKSAAN HIDUNGInspeksi Nasal Dextra Nasal Sinistra

Hidung luar Bentuk normal, inflamasi (-),

deformitas (-), massa (-).

Bentuk normal, inflamasi (-),

deformitas (-), massa (-).

Rinoskopi Anterior :

Vestibulum nasi Hiperemi (-), ulkus (-) Hiperemi (-), ulkus (-)

Cavum nasi Bentuk normal, mukosa

hiperemi (+). Sekret (+)

Bentuk normal, mukosa

hiperemi (+). Sekret (+)

Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-),

perdarahan (-), ulkus (-).

Deviasi (-), benda asing (-),

perdarahan (-), ulkus (-).

Meatus nasi media Mukosa hiperemi (+), sekret (+),

massa berwarna putih mengkilat (-).

Mukosa hiperemi (+), sekret (+), massa

berwarna putih mengkilat (-).

Konka media dan konka

inferior

Hipertrofi (-), hiperemi (-),

kongesti (-).

Hipertrofi (-), hiperemi (-),

kongesti (-).

PEMERIKSAAN TENGGOROKANN

o.

Pemeriksaan Keterangan

1. Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah muda

2. Mulut Mulut dapat menutup sempurna, mukosa mulut basah, berwarna

merah muda.

3. Bucal Warna merah muda, hiperemi (-)

4. Gigi Gigi lengkap

5. Lidah Ulkus (-), pseudomembran (-).

6. Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-).

7. Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-), arkus palatum normal

8. Faring Mukosa hiperemi (-), edema (-), ulkus (-), granul (-), sekret (-),

refleks muntah (+).

9. Tonsila Palatina Hiperemia (+)/(+), detritus (+)/(+), kripte melebar (+)/(+),

ukuran T3/T3

GAMBAR TONSIL PALATINA

T3 T3

DiagnosisTonsilitis Kronis Eksaserbasi Akut+ Rhinitis Alergi Persisten

Planning Diagnosis : Kultur swab tenggorokan dan uji resistensi bakteri dari swab

tonsil untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan antibiotik yang sesuai

Pemeriksaan ASTO

Planning Terapi : Antipiretik-Analgetik: Paracetamol tab 500mg 3 x ½ tab bila

nyeri atau demam Antibiotik : amoxicilin tab 500mg 3 x ½ tab Puyer (CTM + Dexametason + Vit. C) (3xI) Obat Kumur dengan desinfektan atau larutan garam: tiap 4

jam, @ selama +30 detik. Pro tonsilektomi

KIE Pasien• Istirahat yang cukup dan menghindari makanan yang

mengandung MSG , minuman dingin serta makanan yg mengandung banyak minyak.

Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa tindakan terapi yang paling baik adalah dengan tindakan operatif. Hal ini dilakukan karena adanya beberapa indikasi yang menjadi dasar untuk dilakukan tindakan operasi pada pasien yaitu berupa adanya riwayat kekambuhan yang lebih dari 3 kali dalam 6 bulan terakhir, adanya keluhan sulit menelan, nafas berbau serta gangguan ketika tidur berupa mengorok.

• Menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi tonsilektomi seperti perdarahan dan nyeri.

Prognosis• Dubia ad bonam

TERIMAKASIH