18
FRAKTUR SUPRAKONDILER A. DEFINISI Fraktur suprakondiler humerus: fraktur 1/3 distal humerus tepat proksimal troklea dan capitulum humeri. Garis fraktur berjalan melalui apeks coronoid dan fossa olecranon, biasanya fraktur transversal. Merupakan fraktur yang sering terjadi pada anak-anak. Pada orang dewasa, garis fraktur terletak sedikit lebih proksimal daripada fraktur suprakondiler pada anak dengan garis fraktur kominutif, spiral disertai angulasi. B. EPIDEMIOLOGI Fraktur ini sering terjadi pada anak – anak, yaitu sekitar 65 % dari seluruh kasus patah tulang lengan atas. Mayoritas fraktur suprakondiler pada anak – anak terjadi pada usia 3 – 10 tahun, dengan puncak kejadiannya pada usia 5 dan 7 tahun. Dan biasanya paling sering ditemukan pada anak laki – laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 2 : 1. C.ETIOLOGI 1. Adanya riwayat trauma atau cedera 2. Kecelakaan kendaraan bermotor 3. Jatuh dari ketiggian 4. Luka tembak 5. Sidewipe injuries D. ANATOMI 1

laporan kasus suprakondiler

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kasus

Citation preview

Page 1: laporan kasus suprakondiler

FRAKTUR SUPRAKONDILER

A. DEFINISI

Fraktur suprakondiler humerus: fraktur 1/3 distal humerus tepat proksimal troklea dan

capitulum humeri. Garis fraktur berjalan melalui apeks coronoid dan fossa olecranon,

biasanya fraktur transversal. Merupakan fraktur yang sering terjadi pada anak-anak. Pada

orang dewasa, garis fraktur terletak sedikit lebih proksimal daripada fraktur suprakondiler

pada anak dengan garis fraktur kominutif, spiral disertai angulasi.

B. EPIDEMIOLOGI

Fraktur ini sering terjadi pada anak – anak, yaitu sekitar 65 % dari seluruh kasus patah

tulang lengan atas. Mayoritas fraktur suprakondiler pada anak – anak terjadi pada usia 3 – 10

tahun, dengan puncak kejadiannya pada usia 5 dan 7 tahun. Dan biasanya paling sering

ditemukan pada anak laki – laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 2 : 1.

C.ETIOLOGI

1. Adanya riwayat trauma atau cedera

2. Kecelakaan kendaraan bermotor

3. Jatuh dari ketiggian

4. Luka tembak

5. Sidewipe injuries

D. ANATOMI

Ujung distal humerus berbentuk pipih antero – posterio, bersama – sama dengan

ujung proksimal radius dan ulna membentuk persendian jenis ginglimus d arthroradialis atau

“hinge joint. Ujung distal humerus terdiri dari dua kondilus tebal ( lateralis dan medialis )

yang tersusun oleh tulang konselous. Pada anak, ujung distal humerus terdiri dari kartilago.

Batas massa kartilago dengan batas tulang merupakan tempat yang lemah, dimana sering

terjadi pemisahan epifise. Karena itu penting untuk mengetahui kapan timbulnya penulangan,

konfigurasi dan penyatuan dengan batang humerus. Kondilus lateralis ditumpangi oleh

kapitulum yang merupakan tonjolan yang berbentuk kubah yang nantinya akan bersendi

1

Page 2: laporan kasus suprakondiler

dengan cekungan kaput radii. Di kranial kapitulum pada pada permukaan anterior humerus,

terdapat cekungan ( fossa ) yang akan menampung ujung kaput radii, pada keadaan

flexi penuh sendi siku. Seluruh permukaan troklea dilapisi kartilago sampai fossa olekranon.

Sedikit di kranial troklea humerus menipis untuk membentuk fossa koronoidea, di anterior

dan fossa olekranon di posterior. Fossa tersebut akan menampung prosessus koronoideus ulna

pada gerakan fleksi dan ujung prossesus olekranon pada gerakan ekstensi. Hiperostosis pada

fossa tersebut atau disekitar tonjolan / prominensia ulna akan membatasi gerak sendi siku di

kranial kedua kondilus yaitu di bagian lateral dan medial humerus terdapat epikondilus

tempat melekatnya tendo – tendo otot. Satu – satunya tendo yang merupakan tempat asal

kelompok fleksor pronator berasal terutama dari epikondilus medialis dan dari “medial

suprakondiler ridge” yang terdapat sedikit di kranial epikondilus. Demikian juga kelompok

otot ekstensor supinator berasal dari epikondilus lateralis dan “lateral suprakondiler ridge”

2

Page 3: laporan kasus suprakondiler

E.PATOFISIOLOGI

Daerah suprakondiler humeri merupakan daerah yang relatif lemah pada ekstremitas

atas. Di daerah ini terdapat titik lemah, dimana tulang humerus menjadi pipih disebabkan

adanya fossa olecranon di bagian posterior dan fossa coronoid di bagian anterior. Akibatnya

baik pada cedera hiperekstensi maupun fleksi lengan bawah, tenaga trauma ini akan

diteruskan lewat sendi siku.

Fraktur terjadi akibat bertumbu pada tangan terbuka dengan siku agak fleksi dan

lengan bawah dalam keadaan pronasi. Sebagian besar garis fraktur berbentuk oblique dari

anterior ke kranial dan ke posterior dgn pergeseran fragmen distal ke arah posterior kranial.

Fr.suprakondiler humeri jenis ekstensi slalu disertai dengan rotasi fragmen

distal ke medial dan “hinging” kortek lateral.

Pergeseran :

angulasi ke anterior dan medial dengan pemisahan fragmen fraktur

tidak adanya kontak antara fragmen, kdg2 pergeserannya cukup besar ujung

fragmen distal yang tajam bs menusuk merusak m.brachialis, n.radialis, n

medianus.

Fr.suprakondiler humeri tipe fleksi jarang jatuh mengenai siku dalam keadaan fleksi.

Garis fraktur mulai cranial mengarah ke postero kaudal dan fragmen distal mengalami

pergeseran ke arah anterior.

F.GEJALA KLINIS

Sakit ( pain )

Bengkak ( swelling ) pada sendi siku

Deformitas pada sendi siku

Denyut nadi arteri radialis yang berkurang ( pulsellessness )

Pucat ( pallor )

Rasa kesemutan ( baal, paresthesia )

Kelumpuhan ( paralisis )

3

Page 4: laporan kasus suprakondiler

Dikenal dua tipe fraktur suprakondiler humeri berdasarkan fragmen

distal, yaitu :

1. Tipe posterior ( tipe ekstensi )

Tipe ekstensi merupakan 99 % dari seluruh jenis fraktur suprakondiler

humeri. Pada tipe ini fragmen distal bergeser kearah posterior.

2. Tipe anterior ( tipe fleksi )

Tipe anterior ( tipe fleksi ) hanya merupakan 1 – 2 % dari seluruh fraktur

suprakondiler humeri. Disini fragmen distal bergeser kearah anterior.

Mekanisme trauma

Tipe ekstensi terrjadi apabila trauma terjadi pada saat sendi siku dalam posisi hiperekstensi

atau sedikit fleksi serta pergelangan tangan dalam posisi dorso fleksi. Sedangkan tipe fleksi

terjadi bila penderita jatuh dan terjadi trauma langsung sendi siku pada distal humeri.

Klasifikasi

Tipe I

Terdapat fraktur tanpa adanya pergeseran dan hanya berupa retak

yang berupa garis.

Tipe II

Tidak ada pergeseran fragmen, hanya terjadi perubahan sudut antara

humerus dan kondilus lateralis ( normal 40 derajat ).

Tipe III

4

Page 5: laporan kasus suprakondiler

Terdapat pergeseran fragmen tetapi korteks posterior masih utuh serta

masih ada kontak antara kedua fragmen.

Tipe IV

Pergeseran kedua fragmen dan tidak ada kontak sama sekali

G. PEMERIKSAAN FISIK

1. Tipe ekstensi

o sendi siku dalam posisi ekstensi daerah siku tampak bengkak

o tonjolan fragmen di bawah subkutis.

2. Tipe fleksi

o posisi siku fleksi (semifleksi), dengan siku yang bengkak dengan sudut

jinjing yang berubah.

3. Gangguan sirkulasi perifer dan lesi pada saraf tepi warna kulit,

palpasi pulsasi, temperatur, waktu dari capilarry refill a memerlukan tindakan

reduksi fraktur segera.

4. n. Medianus (28-60%) tidak bs oposisi ibu jari dengan jari lain

5. Cabang n.medianus n. Interosseus anterior ketidakmampuan jari I dan II

untuk melakukan fleksi (pointing sign).

6. n. Radialis (26-61%) tidak mampu melakukan ekstensi ibu jari dan ekstensi

jari lainnya pada sendi metakarpofalangeal.

7. n. Ulnaris (11-15%) Tidak bisa abduksi dan aduksi jari jari

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

5

Page 6: laporan kasus suprakondiler

1. Foto rontgen

I. DIAGNOSIS

Didapatkan dari pemeriksaan :

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang yaitu X – Ray

J. PENATALAKSANAAN

1. Terapi koservatif

Indikasi :

o pada anak undisplaced/ minimally dispaced fractures

o fraktur sangat kominutif pada pasien dengan lebih tua dengan kapasitas fungsi yang

terbatas.

Prinsipnya adalah reposisi dan immobilisasi. Pada undisplaced fracture hanya dilakukan

immobilisasi dengan elbow fleksi selama tiga minggu.

Pembengkakan tidak hebat reposisi dalam narkose umum

Reposisi berhasil 1 minggu foto rontgen ulang.

Gips dapat dipertahankan dalam waktu 3 minggu a diganti dengan mitela (agar pasien bisa

melatih gerakan fleksi ekstensi dalam mitela).

Umumnya penyembuhan fraktur suprakondiler ini berlangsung cepat dan tanpa gangguan.

2. Operasi

Bila reposisi gagal, atau bila terdapat gejala Volkmann Ischemia atau lesi saraf tepi, dapat

dilakukan tindakan reposisi terbuka secara operatif.

Indikasi Operasi :

1. Displaced fracture

2. Fraktur disertai cedera vaskular

3. Fraktur terbuka

4. Pada penderita dewasa kebanyakan patah di daerah suprakondiler sering kali menghasilkan

fragmen distal yang komunitif dengan garis patahnya berbentuk T atau Y. Untuk

6

Page 7: laporan kasus suprakondiler

menanggulangi hal ini lebih baik dilakukan tindakan operasi yaitu reposisi terbuka dan fiksasi

fragmen fraktur dengan fiksasi yang rigid.

K. KOMPLIKASI

1. Pembentukan lepuh kulit

Pembengkakan sendi siku terjadi karena gangguan drainase atau mungkin juga karena verban

yang terlalu kuat.

2. Maserasi kulit di daerah antekubiti

Komplikasi ini terjadi karena setelah reposisi, dilakukan fleksi akut pada sendi siku yang

menyebabkan tekanan pada kulit.

3. Iskemik Volkman

Terutama terjadi pada fraktur suprakondiler humeri tipe ekstensi, fraktur antebrakhi ( fraktur

ulna dan radius ) dan dislokasi sendi siku. Iskemik yang terjadi karena adanya obstruksi

sirkulasi vena karena verban yang terlalu ketat, penekanan gips atau fleksi akut sendi siku.

Disamping terjadi pula obstruksi pembuluh darah arteri yang menyebabkan iskemik otot dan

saraf lengan bawah.

4. Gunstock deformity

Bentuk Varus cubitus akibat patah tulang pada siku condylar di mana sumbu lengan

diperpanjang tidak kontinyu dengan lengan tetapi dipindahkan ke garis tengah.

7

Page 8: laporan kasus suprakondiler

L.PROGNOSIS

Dubia ad bonam

Dubia ad malam

8

Page 9: laporan kasus suprakondiler

ILUSTRASI KASUS

Laporan Kasus

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. A

Usia : 12 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : ambancang

Tanggal MRS : 22 february 2014

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Tangan kiri di atas siku bengkak dan sakit bila digerakkan akibat terjatuh disekolah ±

6 jam sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang

9

Page 10: laporan kasus suprakondiler

Tangan kiri di atas siku bengkak dan sakit bila digerakkan akibat terjatuh disekolah ±

6 jam sebelum masuk rumah sakit saat pasien sedang bermain voley dengan posisi

tangan kiri menahan berat badan. Pasien sadar setelah kejadian. Pasien mengeluh

nyeri pada siku kiri serta tidak dapat ditekuk. luka ditempat lain tidak ada. Setelah

kejadian pasien langsung dibawa ke RSAM.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda Vital

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : E4V5M6

Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 92 x/menit

Respiratory rate : 24 x/menit

Suhu axial : 36,8⁰C

Pemeriksaan Fisik Umum

Kepala-leher:

1. Mata : Simetris, anemis (-/-), hyperemi (-/-), ikterus (-/-), pupil bulat

isokor.

2. THT : Tidak ada kelainan.

3. Leher : Tidak ada kelainan.

Thorax

1. Pulmo:

Inspeksi : bentuk simetris, gerakan simetris, spidernevi (-), fosa

supraklavikula dan infraklavicula simetris, deviasi trakea (-).

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : dalam batas normal

Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

2. Cor :

10

Page 11: laporan kasus suprakondiler

Inspeksi : iktus cordis tidak tampak

Palpasi : iktus cordis teraba ICS VI midclavicula sinistra 1 jari

kemedial.

Perkusi : batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).

Regio Abdomen

1. Inspeksi :kulit tampak normal, dinding abdomen tidak tampak distensi

2. Auskultasi : BU (+) normal.

3. Palpasi : nyeri tekan (-) pada seluruh lapang abdomen; hepar, lien dan

renal tidak teraba.

4. Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen.

Extremitas Bawah

Tidak ada deformitas, akral teraba hangat, refilling kapiler < 2 detik

Status Lokalis :

Region distal humerus sinsitra :

Look : swelling (+), hiperemis (-), deformity (+)

Feel : Nyeri tekan (+), distal neurovascular (+), capillary refilling time < 2

detik, krepitasi (+)

Move : ROM left elbow joint berkurang karena nyeri

D. DIAGNOSIS KERJA

Fraktur suprakondiler humerus sinistra tertutup tipe ekstensi

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium

Darah:

WBC : 9100 /µL

11

Page 12: laporan kasus suprakondiler

RBC : 4,95 x 106 /µL

Hb : 13,1 g/dL

Hct : 44,1 %

PLT : 303000

b. Foto Rontgen

Rontgen left elbow AP – lateral

F. DIAGNOSIS

12

Page 13: laporan kasus suprakondiler

Fraktur suprakondiler humerus sinistra tertutup tipe ekstensi

G. RENCANA TERAPI

IVFD RL 20 tetes / menit

Diet Tinggi karbohidrat tinggi protein

Ketorolak 2 x ½ ampul IV

Ranitidine 2 x ½ ampul IV

ORIF dengan pemasangan K-wire dalam anastesi umum

Rontgen post pemasangan K-wire :

H. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanam : bonam

Quo ad functionam : bonam

13

Page 14: laporan kasus suprakondiler

14