Upload
wulan-suwardi
View
62
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Kasus
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
BAB I
LAPORAN KASUS
Kasus Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
I. No Rekam Medis : 31 40 74
II. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Juni 1940
Usia Pasien : 73 tahun 8 bulan
Alamat : Jalan Jati Padang III, Rt
010/ Rw 005, No. 61. Pasar Minggu
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku / kebangsaan : Indonesia
Pendidikan Terakhir : -
Pekerjaan : Pedagang
Penghasilan per bulan : -
Penjamin : Askes DKI Gol II
III. Anamnesis :
a. Hari, Tanggal, Waktu Masuk Rumah Sakit : Senin, 17 Februari 2014,
pukul 07.10 WIB
b. Hari, Tanggal, Waktu Pemeriksaan : Selasa, 18 Februari 2014, pukul
15.30 WIB
c. Metode Pemeriksaan : Autoanamnesis
d. Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan sesak napas yang semakin memburuk sejak
kemarin malam jam 22.00 WIB (9 jam sebelum masuk rumah sakit).
1
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
e. Keluhan Tambahan :
Pasien mengeluhkan adanya pusing, mual, rasa nyeri pada ulu hati.
f. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC) dengan
keluhan sesak napas yang semakin memburuk sejak kemarin malam jam
22.00 WIB (9 jam sebelum masuk rumah sakit). Sesaknya ini sudah
dirasakan pasien sejak ± 1 minggu yang lalu. Sesak napas tetap muncul
saat pasien berbaring sehingga pasien harus menggunakan 4 - 5 bantal saat
tidur. Sesak napas tidak dipengaruhi cuaca, debu dan emosi. Yang
membuat rasa sesaknya semakin memburuk adalah ketika pasien
melakukan aktivitas seperti berwudhu sebelum shalat, dia harus berhenti
sejenak karena sesak. Rasa sesak sedikit berkurang apabila pasien
beristirahat. Pasien juga mengeluhkan suka terbangun ketika malam hari
karena sesaknya, keluhan ini muncul sejak bulan Agustus 2013.
Selain sesak napas, pasien juga mengeluhkan pusing. Pusing
dirasakan berputar. Pusing hanya dirasakan kadang-kadang, tidak terus
menerus. Rasa mual tetapi tidak sampai muntah serta nyeri ulu hati juga
dirasakan oleh pasien. Mual dan nyeri pada ulu hati dirasakan bersamaan,
menurut pasien keluhan ini muncul karena pola makan pasien yang tidak
teratur. Setelah makan, mual dan nyeri pada ulu hati pasien berkurang.
Dulu pasien sering makan makanan yang asam dan pedas, namun beberapa
tahun terakhir ini tidak lagi. Buang air kecil dan buang air besar pasien
normal.
Pasien menyangkal adanya batuk, demam, nyeri dada, bengkak
pada kaki ataupun penurunan berat badan saat sebelum sakit. Pasien belum
berobat ke dokter untuk keluhannya saat ini.
g. Riwayat Penyakit Terdahulu :
Pasien pernah mengalami sakit dengan gejala yang serupa
sebelumnya dan menjalani perawatan dirumah sakit pada bulan April dan
Juni 2013.
2
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
Pasien mempunyai riwayat penyakit darah tinggi sejak 1 tahun
yang lalu, tetapi terkontrol dengan candesartan 8 mg, satu kali sehari.
Pasien juga mempunyai riwayat penyakit gula sejak 1 tahun yang lalu,
tetapi terkontrol dengan metformin (3 x 500 mg), glimepiride (1 x 2 g),
eclid (3 x 500 mg). Setiap bulannya, pasien selalu kontrol penyakitnya ke
Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Marinir Cilandak. Pasien memiliki
riwayat penyakit jantung yaitu akut miokard infark.
Riwayat pernah menggunakan obat dibawah lidah. Riwayat pernah
makan obat selama 6 bulan disangkal. Pasien menyangkal adanya riwayat
nyeri dada, riwayat alergi, riwayat transfusi darah, riwayat kejang, riwayat
tumor, riwayat penyakit TB, paru (pernapasan seperti asma), liver dan
ginjal pada dirinya.
h. Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut pasien dalam keluarga pasien tidak ada yang mempunyai
penyakit serius ataupun penyakit yang menurun (penyakit bawaan).
Orangtua pasien sudah meninggal, menurut pasien itu dikarenakan faktor
usia dan bukan karena suatu penyakit yang serius. Cucu pasien yang
tinggal bersama dengan pasien juga sehat - sehat. Tetapi ketika disinggung
lagi mengenai riwayat penyakit dalam keluarganya, pasien tidak yakin
apakah keluarganya memiliki riwayat penyakit gula, TB, darah tinggi,
asma, alergi makanan maupun obat, riwayat sakit jantung, paru, liver serta
ginjal, riwayat tumor, memiliki gejala yang mirip ataupun serupa dengan
pasien atau tidak.
l. Riwayat Sosial dan Kebiasaan:
- Pola Makan : 2 - 3 x jenis Nasi, Sayur, Lauk, Buah (jam
makan pasien tidak teratur)
- Pola Eliminasi BAB : 1 x sehari, Keluhan : tidak ada
- Pola Eliminasi BAK : 8 x sehari, Keluhan : tidak ada
3
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
- Pola Kegiatan :
Pekerjaan sehari-hari : Padagang makanan, sekarang sudah tidak
jualan
Olah raga : Senam seminggu sekali, terakhir 1 tahun
yang lalu
- Pola Istirahat :
Tidur malam : 7 - 8 jam
Tidur siang : 3 - 4 jam
- Pola Kebiasaan :
Pasien merokok sejak umur 20 tahun hingga umur 68 tahun. Setiap
harinya ± 1 bungkus rokok. Pasien menyangkal adanya mengkonsumsi
obat – obatan maupun minuman keras.
IV. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5
Berat Badan : 51 Kg
Tinggi Badan : 153 cm
BMI : 21.79 (Normal)
Tanda vital:
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 85 x/menit; irreguler, kuat angkat, isi cukup
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu Badan : 36,7 oC
4
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
o Kepala
Kepala : Normocephal.
Rambut : Hitam.
Muka : Simetris.
Mata : Normal, terlihat tenang, tidak anemis, pergerakan
bola mata normal & simetris, serta mata tidak menonjol.
Palpebra : Tidak oedema
Konjungtiva : Tidak anemi
Sklera : Tidak ikterik
Kornea : Jernih
Pupil : 3mm/3mm, isokor bulat
Refleks Cahaya : (+)/(+)
Kloasma : Tidak ada dimuka.
Telinga : Lubang telinga intact, tidak ada otorrhea.
Hidung : Bentuknya simetris, tidak ada deformitas, tidak
ada penyumbatan maupun perdarahan.
Mulut
Bibir : Mukosa tidak kering.
Rongga Mulut : Besar dan warna amandel normal.
Lidah : Lidah berwarna merah, tidak ada coated
tongue, tidak ada tremor, tidak ada atrofi papil lidah.
o Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Tidak ada hipertrofi otot sternokleidomastoideus.
Tidak ada pembesaran vena jugularis.
Trakea terletak pada garis tengah.
JVP (5-1) cm H20
o Thorax
Inspeksi :
Pergerakan saat nafas simetris, bentuk rongga dada normal
5
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
(tidak seperti tabung, dada burung, dan lain-lain).
Jantung : Tidak terlihat cyanosis pada kulit.
Paru-paru : Tidak ada retraksi.
Palpasi :
Vocal Fremitus simetris (kanan dan kiri sama).
Ictus Cordis : Teraba pada linea aksilaris anterior sinistra
ICS VI.
Perkusi :
Terdengar bunyi sonor.
Jantung : Terdengar bunyi redup.
Jantung terletak di T5-T9 (Normal).
Batas atas jantung linea para sternalis dextra ICS II.
Batas kanan jantung linea para sternalis dextra ICS VI.
Batas kiri jantung linea aksilaris sinistra ICS VI.
Auskultasi
Jantung : Bunyi S1 dan S2 irreguler, tidak ada bunyi
jantung tambahan seperti gallop, murmur, dll.
Paru : Suara napas vesikuler, tidak terdengar
adanya bunyi wheezing, ada ronkhi basah halus (+) di
kedua basal paru.
o Abdomen
Inspeksi
Kulit : Mukosa tidak kering, tidak ada scar, lesi,
bekas operasi, cyanosis, dll.
Palpasi
Hati : Tidak ada pembesaran hati.
Limpa : Tidak ada pembesaran limpa.
Nyeri tekan : Terdapat nyeri tekan pada epigastrium.
Kulit : Akral hangat, turgor kulit normal.
6
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
Perkusi
Terdengar bunyi timpani di empat regio abdomen.
Auskultasi
Bising usus : Bising usus (+) normal.
o Genitalia : Tidak dilakukan.
o Ekstremitas
Ekstremitas Atas :
Kedua ekstremitas atas tidak tampak pucat
Terdapat pigmentasi dalam batas normal
Tidak ada palmar eritema
Tidak ada nyeri otot dan sendi
Gerakan ke segala arah
Kekuatan +5
Refleks fisiologis normal
Tidak ada refleks patologis
Teraba hangat, tidak ada tremor
Capillary Refill Time selama kurang dari 2 detik (Normal)
Tidak ada oedema
Tidak ada deformitas pada kedua tangan
Ekstremitas Bawah:
Kedua ekstremitas bawah tidak tampak pucat
Terdapat pigmentasi dalam batas normal
Tidak ada nyeri otot dan sendi
Gerakan ke segala arah
Kekuatan +5
Refleks fisiologis normal
Tidak ada refleks patologis
Tidak ada varices
Teraba hangat, tidak ada tremor
Capillary Refill Time selama kurang dari 2 detik (Normal)
Tidak ada oedema
7
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
Tidak ada deformitas pada kedua kaki
V. Pemeriksaan Penunjang
17 Februari 2014 pukul 07.34 AM
EKG
8
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
9
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
Measurement Results:
QRS : 82 ms
QT/QTC : 344 / 460 ms
PR : ms
P : ms
RR/PP : 532 / 555 ms
P/QRS/T : / - 14 / 78 Degrees
Interpretation:
Sinus tachycardia with marked sinus arrhythmia with 1st degree AV block
Anterior infarct, age undetermined
Inferior infarct, age undetermined
Abnormal ECG
Rate : 100 x/minute
Rhythm : Sinus rhytm
Axis : Left Axis Deviation
10
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
QS : V1, V2, V3, V4
ST segment : Normal
VES : (-)
Kesan :
100 x/minute, Sinus rhytm, Left axis deviation, QS : VI – V4, ST segmen
normal, VES (-)
17 Februari 2014 Pukul 08.00
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMALDARAH RUTIN
1. Hemoglobin 12,9Pria : 13-17 gr/dl; Wanita : 12-16
gr/dl2. Hematokrit 37 37-54%3. Lekosit 7 5 ribu - 10 ribu/uL4. Trombosit 238 150 ribu - 400 ribu/uLGlukosa Sewaktu 238 () < 200 mg/dLSGOT 52 () Pria : < 50 u/l; Wanita : < 35 u/lSGPT 36 () Pria : < 50 u/l; Wanita : < 35 u/lUreum Darah 27 20 - 50 mg%Creatinine Darah 0,78 () 0,8 - 1,1 mg/dL
18 Februari 2014 Pukul 05.00
Glukosa Sewaktu 134 < 200 mg/dL
Anjuran Pemeriksaan Penunjang
Rontgen Thorax PA
11
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
VI. Resume
Pasien seorang perempuan berusia 73 tahun datang ke Rumah Sakit
Marinir Cilandak dengan keluhan sesak napas yang semakin memburuk sejak
kemarin malam jam 22.00 WIB (9 jam sebelum masuk rumah sakit). Sesaknya
ini sudah dirasakan pasien sejak ± 1 minggu yang lalu. Sesak napas tetap
muncul saat pasien berbaring sehingga pasien harus menggunakan 4 - 5 bantal
saat tidur. Sesak napas tidak dipengaruhi cuaca, debu dan emosi. Yang
membuat rasa sesaknya semakin memburuk adalah ketika pasien melakukan
aktivitas seperti berwudhu sebelum shalat, dia harus berhenti sejenak karena
sesak. Rasa sesak sedikit berkurang apabila pasien beristirahat. Pasien juga
mengeluhkan suka terbangun ketika malam hari karena sesaknya, keluhan ini
muncul sejak bulan Agustus 2013.
Selain sesak napas, pasien juga mengeluhkan pusing. Pusing dirasakan
berputar. Pusing hanya dirasakan kadang-kadang, tidak terus menerus. Rasa
mual tetapi tidak sampai muntah serta nyeri ulu hati juga dirasakan oleh pasien.
Mual dan nyeri pada ulu hati dirasakan bersamaan, menurut pasien keluhan ini
muncul karena pola makan pasien yang tidak teratur. Setelah makan, mual dan
nyeri pada ulu hati pasien berkurang. Dulu pasien sering makan makanan yang
asam dan pedas, namun beberapa tahun terakhir ini tidak lagi. Buang air kecil
dan buang air besar pasien normal.
Pasien pernah dirawat di RSMC dengan gejala yang sama seperti ini. Riwayat
hipertensi dan diabetes mellitus sejak 1 tahun yang lalu tetapi terkontrol.
Riwayat merokok lebih dari 20 tahun. Pada pemeriksaan fisik sistematis
ditemukan adanya rhonki basah halus di kedua basal paru (bilateral),
pengukuran JVP masih dalam batas normal dan nyeri tekan epigastrium (+).
pada pemeriksaan penunjang EKG didapatkan 100 x/minute, Sinus rhytm, Left
axis deviation, QS : VI – V4, ST segmen normal, VES (-). Pada pemeriksaan
penunjang laboratorium didapatkan gula darah sewaktu 238 mg/dL, SGOT 52
u/l, SGPT 36 u/l dan creatinine darah 0,78 mg/dL.
12
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
VII. Daftar Masalah
Diagnosis Klinis :
Congestive Heart Failure (CHF) et causa old Miocard Infarct (MI)
Diabetes Mellitus tipe 2
Gastritis
Diagnosis Banding :
Congestive Heart Failure (CHF) et causa Hypertensi Heart Disease
(HHD)
VIII. Rincian Terapi
Obat dan Tindakan di UGD:
Pukul Obat dan Tindakan di UGD07.30 WIB Captopril 25mg Sublingual Ranitidine 50 mg Intravenous11.00 WIB Pasang Catheter
TERAPI : (Termasuk instruksi Dr. Konsultan)
Konsul dr. Inez, Sp. JP
- O2 Nasal Kanul 2 - 3 lpm
- Infus Ringer Lactate 7 tpm
- Lasix 40 mg 2x1 ampul (Intravenous)
- Valsartan 1x160 mg (Oral)
- Konsul Interna
13
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
Konsul dr. Gigih, Sp. PD
- Ranitidine 50mg 2x1 ampul (Intravenous)
- Glimepiride 1x2mg 1-0-0 (oral)
- Metformin 3x500 mg (oral)
- Cek Gula Darah harian
IX. Pengkajian Masalah
1. Congestive Heart Failure (CHF)
S : Pasien kerap mengalami keluhan sesak napas yang semakin memburuk
sejak kemarin malam jam 22.00 WIB (9 jam sebelum masuk rumah sakit).
Sesaknya ini sudah dirasakan pasien sejak ± 1 minggu yang lalu. Sesak
napas tetap muncul saat pasien berbaring sehingga pasien harus
menggunakan 4 - 5 bantal saat tidur. Sesak napas tidak dipengaruhi cuaca,
debu dan emosi. Yang membuat rasa sesaknya semakin memburuk adalah
ketika pasien melakukan aktivitas seperti berwudhu sebelum shalat, dia
harus berhenti sejenak karena sesak. Rasa sesak sedikit berkurang apabila
pasien beristirahat. Pasien juga mengeluhkan suka terbangun ketika malam
hari karena sesaknya, keluhan ini muncul sejak bulan Agustus 2013.
O : Paru : Hasil yang didapat pada auskultasi paru adalah ronkhi basah
halus di kedua basal paru. Leher : Hasil yang di dapatkan dari pengukuran
JVP adalah (5-1) cm H2O, masih dalam batas normal. EKG : 100
x/minute, Sinus rhytm, Left axis deviation, QS : VI – V4, ST segmen
normal, VES (-).
A : Congestive Heart Failure (CHF)
P :
Rencana diagnostik : Rontgen thorax, ekokardiografi
Rencana non-medikamentosa : Mengatur pola makan, meminum
obat teratur
14
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
Rencana medikamentosa :
O2 Nasal Kanul 2 - 3 lpm
Infus Ringer Lactate 7 tpm
Bersifat sebagai maintenance cairan tubuh.
Lasix 40 mg 2x1 ampul (Intravenous)
Guna Lasix adalah agar tidak terjadi overload cairan di
dalam tubuh.
Valsartan 1x160 mg (Oral)
Sebagai terapi untuk gagal jantung kongestif, untuk
menurunkan tekanan darah melalui antagonis system renin
angiotensin aldosteron
2. Diabetes Mellitus tipe 2
S : Riwayat DM sejak 1 tahun yang lalu
O : Glukosa Sewaktu : 238 mg/dL ()
A : Diabetes Mellitus tipe 2
P :
Rencana diagnostik : Gula Darah Puasa, HbA1c
Rencana non-medikamentosa : Mengatur pola makan, meminum
obat teratur
Rencana medikamentosa :
Glimepiride 1x2mg 1-0-0 (oral)
Metformin 3x500 mg (oral)
3. Gastritis
S : Mual dan nyeri pada ulu hati dirasakan bersamaan, menurut pasien
keluhan ini muncul karena pola makan pasien yang tidak teratur. Setelah
makan, mual dan nyeri pada ulu hati pasien berkurang.
O : Pada pemeriksaan fisik abdomen : Nyeri tekan pada epigastrium
A : Gastritis
P :
Rencana diagnostik : Analisis cairan lambung, endoskopi
15
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
Rencana non-medikamentosa : Mengatur pola makan, meminum
obat teratur
Rencana medikamentosa :
Ranitidine 50mg 2x1 ampul (Intravenous)
X. Edukasi dan Rekomendasi
Istirahat cukup, jika ada keluhan langsung datang ke Rumah Sakit.
Makan yang teratur dan sehat.
Minum cukup.
Jauhi aktivitas berat.
Bila sakit dan keluhannya tidak kunjung menghilang, segera kembali lagi.
Meminum obat dan vitamin yang diberikan oleh Rumah Sakit secara teratur.
Rutin melakukan check up, memeriksakan jantung (rekam jantung) serta darah
(glukosa sewaktu).
XI. Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
XII. FIFE
Feelings : Pasien merasa tidak enak badan.
Insight : Pasien sadar bahwa ia sakit dan butuh pengobatan.
Function : Pasien merasa aktifitasnya sangat terganggu dengan adanya
sakit ini dan pasien juga takut akan sakit yang dideritanya ini.
Expectation : Pasien berharap agar semua sakit dan keluhannya ini segera
teratasi.
16
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
BAB II
FOLLOW UP
Tanggal SOAP
17 Februari 2014 S : Sesak (+), mual (+), nyeri ulu hati (+)O :Keadaan umum : Sakit SedangKesadaran : Compos MentisTTV : BP : 150/100 mmHgHR : 90 x/menit, irregulerRR : 26 x/menitTemp : 36,4oCKepala : NormocephalTHT : T1/T1; faring tenang; tidak hiperemis; tidak ada pembesaran KGBThorax:Cor : S1 S2 irregular; murmur (-); gallop (-)Pulmo : Suara Napas vesikuler; rhonki (+)/(+); wheezing (-)/(-)Abdomen : Supel; timpani; BU (+) Normal; Nyeri Tekan Epigastrium (+); hati & limpa tak terabaEkstremitas : Akral teraba hangat; CR < 2 detik; oedema (-)EKG : 100 x/minute, Sinus rhytm, Left axis deviation, QS : VI – V4, ST segmen normal, VES (-)A : CHF et causa CAD, DM tipe II, GastritisP :Infus RL 7 tpmLasix 40 mg 2 x 1 ampul (iv)Ranitidine 50 mg 2 x 1 amp (iv)Valsartan 1 x 160 mg (oral)Glimepiride 1 x 2 mg 1-0-0 (oral)Metformin 3 x 500 mg (oral)Diet lunakO2 nasal kanul 2-3 L/menit
18 Februari 2014 S : Sesak (+) berkurang, mual (+) berkurang, nyeri ulu hati
17
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
(+), perut terasa kembung (+), tidur nyenyak, makan minum mauO :Keadaan umum : Sakit SedangKesadaran : Compos MentisTTV : BP : 140/100 mmHgHR : 87 x/menit, irregulerRR : 24 x/menitTemp : 36,8oCKepala : NormocephalTHT : T1/T1; faring tenang; tidak hiperemis; tidak ada pembesaran KGBThorax:Cor : S1 S2 irregular; murmur (-); gallop (-)Pulmo : Suara Napas vesikuler; rhonki (+)/(+); wheezing (-)/(-)Abdomen : Supel; timpani; BU (+) Normal; Nyeri Tekan Epigastrium (-); hati & limpa tak terabaEkstremitas : Akral teraba hangat; CR < 2 detik; oedema (-)Urine : 2000 cc / 24 jamA : CHF et causa CAD, DM tipe II, Gastritis (perbaikan)P :Infus RL 7 tpmLasix 40 mg 2 x 1 ampul (iv)Ranitidine 50 mg 2 x 1 amp (iv)Valsartan 1 x 160 mg (oral)Glimepiride 1 x 2 mg 1-0-0 (oral)Metformin 3 x 500 mg (oral)Ulsafate syr 3 x C1 (oral)Antasida tab 3 x 1 (oral)O2 nasal kanul 2-3 L/menitDiet bubur biasaMobilisasiAff Chateter PampersAff infus Venflon
19 Februari 2014 S : Sesak (-) , mual (+), nyeri ulu hati (-) , tidur nyenyak, makan minum mauO :Keadaan umum : Sakit SedangKesadaran : Compos MentisTTV :
18
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
BP : 130/80 mmHgHR : 84 x/menitRR : 22 x/menitTemp : 36,4oCKepala : NormocephalTHT : T1/T1; faring tenang; tidak hiperemis; tidak ada pembesaran KGBThorax:Cor : S1 S2 regular; murmur (-); gallop (-)Pulmo : Suara Napas vesikuler; rhonki (+)/(+); wheezing (-)/(-)Abdomen : Supel; timpani; BU (+) Normal; Nyeri Tekan Epigastrium (-); hati & limpa tak terabaEkstremitas : Akral teraba hangat; CR < 2 detik; oedema (-)Urine : 2000 cc / 24 jamA : CHF et causa CAD, DM tipe II, Gastritis (perbaikan)P :Lasix 40 mg 2 x 1 ampul (iv)Ranitidine 50 mg 2 x 1 amp (iv)Valsartan 1 x 160 mg (oral)Glimepiride 1 x 2 mg 1-0-0 (oral)Metformin 3 x 500 mg (oral)Ulsafate syr 3 x C1 (oral)Antasida tab 3 x 1 (oral)O2 nasal kanul 2-3 L/menitDiet bubur biasa- BLPL
BAB III
ANALISA KASUS
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung
sehingga jantung tidak bisa memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan. Gagal jantung terbagi menjadi gagal jantung kiri, gagal jantung kanan dan gagal
jantung kongestif, yakni gabungan gagal jantung kiri dan kanan. Gagal jantung adalah
ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung (cardiac output = CO)
19
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Penurunan CO mengakibatkan volume
darah yang efektif berkurang. Untuk mempertahankan fungsi sirkulasi yang adekuat
maka di dalam tubuh terjadi suatu refleks homeostasis atau mekanisme kompensasi
melalui perubahan - perubahan neurohumoral, dilatasi ventrikel. Salah satu respon
hemodinamik yang tidak normal adalah peningkatan tekanan pengisian (filling pressure)
dari jantung atau preload. Apabila tekanan pengisian ini meningkat sehingga
mengakibatkan edema paru dan bendungan di sistem vena maka keadaan ini disebut
gagal jantung kongestif. Apabila tekanan pengisian meningkat dengan cepat sekali seperti
yang sering terjadi pada infark miokard akut sehingga dalam waktu singkat menimbulkan
berbagai tanda-tanda kongestif sebelum jantung sempat mengadakan mekanisme
kompensasi yang kronis maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif akut.
Insiden gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,3 – 3,7 per 1000 penderita per
tahun. Prevalensi gagal jantung adalah tergantung umur. Menurut penelitian, gagal
jantung jarang terjadi pada usia dibawah 45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia 74 – 85
tahun. Pada kasus ini, umur pasien adalah 74 tahun, yaitu merupakan umur dimana
gagal jantung sering terjadi.
Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara epidemiologi cukup
penting untuk mengetahui penyebab dari gagal jantung. Di negara maju penyakit arteri
koroner dan hipertensi merupakan penyebab terbanyak sedangkan di negara berkembang
yang menjadi penyebab terbanyak adalah penyakit jantung katup dan penyakit jantung
akibat malnutrisi. Pada beberapa keadaan, sangat sulit untuk menentukan penyebab dari
gagal jantung. Terutama pada keadaan yang terjadi bersamaan pada penderita. Penyakit
jantung koroner pada Framingham Study dikatakan sebagai penyebab gagal jantung pada
46% laki-laki dan 27% pada wanita. Faktor risiko koroner seperti diabetes dan merokok
juga merupakan faktor yang dapat berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung.
Pada kasus diatas, pasien Ny. N mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus dan
riwayat merokok > 20 tahun. Pasien Ny. N merupakan pasien dengan faktor risiko
gagal jantung.
Beberapa sistem klasifikasi telah dibuat untuk mempermudah dalam pengenalan
dan penanganan gagal jantung. Sistem klasifikasi tersebut antara lain pembagian
20
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
berdasarkan Killip yang digunakan pada Infark Miokard Akut, klasifikasi berdasarkan
tampilan klinis yaitu klasifikasi Forrester, Stevenson dan New York Heart Association
(Santoso, A., 2007). Klasifikasi berdasarkan Killip digunakan pada penderita infark
miokard akut, dengan pembagian:
Derajat I : Tanpa gagal jantung
Derajat II : Gagal jantung dengan ronki basah halus di basal paru, S3 galop
dan peningkatan tekanan vena pulmonalis.
Derajat III : Gagal jantung berat dengan edema paru seluruh lapangan paru.
Derajat IV : Syok kardiogenik dengan hipotensi (tekanan darah sistolik 90
mmHg) dan vasokonstriksi perifer (oliguria, sianosis dan
diaforesis).
Pada kasus ini, pemeriksaan fisik pada pasien ditemukan ronkhi basal halus
di kedua basal paru. Berdasarkan klasifikasi Killip, maka pasien merupakan
derajat II.
Klasifikasi Stevenson menggunakan tampilan klinis dengan melihat tanda
kongesti dan kecukupan perfusi. Kongesti didasarkan adanya ortopnea, distensi vena
juguler, ronki basah, refluks hepato jugular, edema perifer, suara jantung pulmonal yang
berdeviasi ke kiri, atau square wave blood pressure pada manuver valsava. Status perfusi
ditetapkan berdasarkan adanya tekanan nadi yang sempit, pulsus alternans, hipotensi
simtomatik, ekstremitas dingin dan penurunan kesadaran. Pasien yang mengalami
kongesti disebut basah (wet) yang tidak disebut kering (dry). Pasien dengan gangguan
perfusi disebut dingin (cold) dan yang tidak disebut panas (warm). Berdasarkan hal
tersebut penderita dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
Kelas I (A) : kering dan hangat (dry – warm)
Kelas II (B) : basah dan hangat (wet – warm)
Kelas III (L) : kering dan dingin (dry – cold)
Kelas IV (C) : basah dan dingin (wet – cold)
21
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
Pada kasus ini, pemeriksaan fisik pada pasien ditemukan gangguan kongesti
yaitu adanya ortopnea dan ronkhi basah. Namun gangguan perfusi tidak
ditemukan, maka menurut klasifikasi Stevenson didapatkan basah dan hangat ( wet
– warm).
Pembagian menurut New York Heart Association adalah berdasarkan fungsional
jantung yaitu:
Kelas 1 : Penderita dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.
Kelas 2 : Penderita tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas 3: Penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas 4 : Penderita sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan harus
tirah baring
Pada anamnesa, menurut pasien yang membuat rasa sesaknya semakin
memburuk adalah ketika pasien melakukan aktivitas seperti berwudhu sebelum
shalat, dia harus berhenti sejenak karena sesak. Rasa sesak sedikit berkurang
apabila pasien beristirahat. Menurut New York Heart Association, pasien termasuk
dalam kelas 3.
GAGAL JANTUNG KIRI
Pasien secara khas ditemukan dengan gejala dispnea d’effort (sesak napas saat
beraktivitas), ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal, edema pulmonal, penurunan
perfusi renal, dan bunyi jantung S3. Sebagian besar gejala ini disebabkan oleh kegagalan
output ventrikel kiri dan peningkatan tekanan venous pulmonal.
Pada pasien dalam kasus ini, gejala khas yang ditemukan adalah gejala
dispnea d’effort (sesak napas saat beraktivitas), ortopnea, dispnea nokturnal
paroksismal.
Secara mikroskopis akan terlihat sel-sel makrofag bermuatan hemosiderin intra-
alveoli (sel-sel gagal jantung), edema alveoli dan hipertrofi monosit kardiak.
22
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
Komplikasinya meliputi kongesti pulmonal, syok kardiogenik dan hiperaldosteronisme
akibat aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosterone (RAAS).
GAGAL JANTUNG KANAN
Pasien biasanya ditemukan dengan gejala splenomegali, hepatomegali/asites (“nutmeg”
liver), edema dan sistensi vena jugularis (JVD). Baik hipoksia renal maupun kegagalan pompa sisi
kanan akan menyebabkan resistensi cairan yang secara klinis terlihat sebagai pitting edema
(pertama terlihat pada pergelangan kaki), efusi pleura dan asites.
Manifestasi
Klinis Umum
Deskripsi Mekanisme
Sesak napas
(juga disebut
dyspnea)
Sesak napas selama melakukan
aktivitas (paling sering), saat istirahat,
atau saat tidur, yang mungkin datang
tiba-tiba dan membangunkan. Pasien
sering mengalami kesulitan bernapas
sambil berbaring datar dan mungkin
perlu untuk menopang tubuh bagian
atas dan kepala di dua bantal. Pasien
sering mengeluh bangun lelah atau
merasa cemas dan gelisah.
Darah dikatakan
“backs up” di
pembuluh darah
paru (pembuluh
darah yang
kembali dari paru
ke jantung)
karena jantung
tidak dapat
mengkompensasi
suplai darah.Hal
ini menyebabkan
cairan bocor ke
paru-paru.
Batuk atau mengi
yang persisten
Batuk yang menghasilkan lendir darah-
diwarnai putih atau pink.
Cairan menumpuk
di paru-paru.
Penumpukan
kelebihan cairan
Bengkak pada pergelangan kaki, kaki
atau perut atau penambahan berat
Aliran darah dari
jantung yang
23
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
dalam jaringan
tubuh (edema)
badan. melambat tertahan
dan menyebabkan
cairan untuk
menumpuk dalam
jaringan. Ginjal
kurang mampu
membuang natrium
dan air, juga
menyebabkan
retensi cairan di
dalam jaringan.
Kelelahan Perasaan lelah sepanjang waktu dan
kesulitan dengan kegiatan sehari-hari,
seperti belanja, naik tangga,
membawa belanjaan atau berjalan.
Jantung tidak
dapat memompa
cukup darah
untuk memenuhi
kebutuhan
jaringan tubuh.
Kurangnya nafsu
makan dan mual
Perasaan penuh atau sakit perut. Sistem
pencernaan
menerima darah
yang kurang,
menyebabkan
masalah dengan
pencernaan.
Kebingungan dan
gangguan berpikir
Kehilangan memori dan perasaan
menjadi disorientasi.
Perubahan pada
tingkat zat tertentu
dalam darah,
seperti sodium,
24
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
dapat menyebabkan
kebingungan.
Peningkatan
denyut jantung
Jantung berdebar-debar, yang merasa
seperti jantung Anda balap atau
berdenyut.
Untuk "menebus"
kerugian dalam
memompa
kapasitas, jantung
berdetak lebih
cepat.
Tabel 1. Manifestasi Klinis Gagal Jantung ( American Heart Association, 2011)
Figure 1. Gambaran umum gejala klinis pada pasien CHF
Kriteria Framingham untuk Gagal Jantung Kongesti
25
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
Diagnosis CHF membutuhkan adanya minimal 2 kriteria besar atau 1 kriteria utama
dalam hubungannya dengan 2 kriteria minor.
Kriteria Mayor:
· Paroksismal nocturnal dyspnea
· Distensi vena pada leher (JVP meningkat)
· Ronkhi basah yang halus (Rales)
· Kardiomegali (ukuran peningkatan jantung pada radiografi dada)
· Edema paru akut
· S3 ( Suara jantung ketiga )
· Peningkatan tekanan vena sentral (> 16 cm H2O di atrium kanan)
· Hepatojugular refluks
· Berat badan > 4.5 kg dalam 5 hari di tanggapan terhadap pengobatan
Kriteria Minor:
· Bilateral ankle edema
· Batuk nokturnal
· Dyspnea pada aktivitas biasa
· Hepatomegali
· Efusi pleura
· Penurunan kapasitas vital oleh sepertiga dari maksimum terekam
· Takikardia (denyut jantung> 120 denyut / menit.)
Pada pasien ini didapatkan 3 kriteria mayor dan 1 kriteria minor. Pertama
terdapatnya paroksismal nokturnal dispneu dari hasil anamnesis. Kedua, dari hasil
26
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
pemeriksaan fisik perkusi jantung, didapatkan adanya pembesaran jantung. Ketika
dirawat, pasien tidak di rontgen thorax, namun ketika pasien kontrol post rawat,
pasien melakukan rontgen thorax dan hasilnya CTR > 50%, kardiomegali.
Sedangkan untuk kriteria minor didapatkan dyspnea pada aktivitas biasa. Oleh
karena itu pada pasien ini dapat simpulkan diagnosis fungsionalnya adalah CHF
karena kriteria Framingham sudah terpenuhi.
Terapi akut gagal jantung kiri meliputi tindakan meredakan dispnea dan kongesti
pulmonal dengan pemberian O2, diuretik, preparat nitrat dan morfin. Penatalaksanaan
jangka panjang meliputi tindakan untuk melawan kenaikan kadar hormon dengan
pemberian -blockers, inhibitor ACE dan ARB.
Gagal jantung kanan meliputi pemberian inhibitor ACE yang akan mengurangi
afterload dan mencegah resistensi air serta garam yang diperantarai oleh aldosteron.
Preparat inhibitor ACE ternyata dapat menurunkan angka mortalitas pasien gagal jantung
kongestif. Pemberian diuretik juga merupakan unsur utama dalam penanganan gagal
jantung kongestif dengan mencegah kelebihan muatan volume. Digoksin tidak digunakan
karena fraksi ejeksi pada disfungsi diastolik masih normal.
Figure 2. Algoritma terapi gagal jantung kronis dengan penurunan fraksi ejeksi
27
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
Tujuannya meringankan gejala, menyingkirkan faktor pencetus, mengendalikan
penyakit jantung yang mendasarinya dan mencegah remodeling jantung. Pada Figure 2
yang merupakan ringkasan terapi, ACE inhibitor dan -blocker merupakan tonggak
terapi pada pasien dengan gangguan fraksi ejeksi (EF).
Pada kasus ini, pasien diberikan terapi berupa :
Infus RL 7 tpm
Bersifat sebagai maintenance cairan tubuh.
Lasix 40 mg 2 x 1 ampul (iv)
Agar tidak terjadi overload cairan di dalam tubuh
Valsartan 1 x 160 mg (oral)
Reseptor bloker angiotensin untuk menjaga pembuluh darah dari
penyempitan, mengurangi tekanan darah dan meningkatkan aliran darah.
Glimepiride 1 x 2 mg 1-0-0 (oral)
Obat diabetes oral golongan sulfonylurea untuk mengontrol kadar gula
dalam darah
Metformin 3 x 500 mg (oral)
Obat diabetes oral golongan biguanid untuk mengontrol kadar gula dalam
darah
Ranitidine 50 mg 2 x 1 amp (iv)
Antagonis reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung
Ulsafate syr 3 x C1 (oral)
Untuk mengurangi kerusakan mukosa lambung
Antasida tab 3 x 1 (oral)
Untuk menetralisir asam lambung
O2 nasal kanul 2-3 L/menit
Diet bubur biasa
28
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
DAFTAR PUSTAKA
1. Tao L, Kendall K: Sinopsis Organ System Kardiovaskular. Jakarta
Selatan: KARISMA Publishing Group; 2013.
2. Fauci AS, Kasper DL, Braunwald E, et al. Harrison’s PRINCIPLES
OF INTERNAL MEDICINE 17th Edition. United Kingdom: The
McGraw-Hill Companies; 2009.
3. Sudoyo, Aru. W., Bambang, S., Idrus, A., Marcellus, S. K., Siti, S.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Interna
Publishing, 2009.
4. Sheerwood. L (2010) Human Physiologi. From Cells to System, 7th
edn., Bellmont: Brooks/Cole.
29
Laporan Kasus – Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
5. Kumar P, Clark M, Ballinger A (2012) Essentials of Clinical
Medicine, 5th edition., UK: Saunders Elsevier.
6. Sabatine M (2011) The Massachusetts General Handbook of Internal
Medicine, 4th edition, Philadelphia 19103: Wolters Kluwer.
7. Gomella L.G, Haist S.A (2007) Clinician’s Pocket Reference, 11th
edition, Philadelphia: McGrawhill.
8. Prince SA, Wilson LM: PATHOPHYSIOLOGY: Clinical Concept of
Disease Processes, 6th edition. Elsivier Science: 2006.
30