24
CASE REPORT SKIZOFRENIA Oleh Frisca Febe Lumban gaol, S. Ked Ni Made Agusuriyani Diana Putri, S. Ked Pembimbing: dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani, Sp. KJ, M.Kes KEPANITERAAN KLINIK 1

LAPORAN KASUS Skizoafektif Manik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

m

Citation preview

CASE REPORTSKIZOFRENIA

Oleh

Frisca Febe Lumban gaol, S. Ked

Ni Made Agusuriyani Diana Putri, S. KedPembimbing:

dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani, Sp. KJ, M.KesKEPANITERAAN KLINIK

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG

2015LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Tn. OH, 20 tahun, Islam, tidak bekerja, pendidikan terakhir SMA, belum menikah, alamat kecamatan Tanjung Aman Kotabumi, masuk rumah sakit tanggal 18 Februari 2015.

II. RIWAYAT PSIKIATRI

ANAMNESIS PSIKIATRI Autoanamnesis : Tn. OH Autonamnesis dilakukan di ruangan Kutilang pada tanggal 12 Maret 2015.

Alloanamnesis: Tn.S (kakak pasien)

Alloanamnesis dilakukan via telepon pada tanggal 12 Maret 2015.

A. Keluhan Utama

Mengamuk dan meresahkan warga

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Dari hasil anamnesis, pasien mengatakan ia sudah empat kali dirawat di RS Jiwa. Pasien dibawa ke RS Jiwa oleh kakak pasien karena pasien sering mengamuk dan emosi tidak stabil sejak 5 tahun yang lalu dan memberat sejak 1 bulan SMRS. Awalnya pasien ingin meminta dibuatkan SIM untuk bekerja namun tidak diijinkan oleh kakak pasien karena khawatir dengan kondisi pasien yang sering tidak stabil. Pasien merasa kakak-kakak pasien tidak perhatian terhadap pasien. Sejak saat itu, pasien mulai sering mengamuk, membanting barang-barang dan merusak kaca rumah hingga meresahkan warga sekitar. Pasien mengatakan ia mendengar suara-suara setan tanpa wujud yang memerintahnya untuk merusak barang-barang dan menghajar teman-temannya. Pasien juga mengatakan selama ini ia sering mengamuk karena pikirannya dikendalikan oleh suatu kekuatan. Pasien juga mengatakan sulit tidur karena suara-sura tersebut dan menjadi tidak kooperatif dengan orang-orang di sekitarnya. Pasien tidak mau minum obat karena merasa dirinya tidak sakit. Pasien merasa ia tampan dan banyak wanita yang menyukainya.C. Riwayat Gangguan Dahulu

1. Riwayat gangguan psikiatri

Pada tahun 2010, pasien dirawat di RS Jiwa karena sering berbicara dan tertawa sendiri, mendengar suara-suara tanpa wujud yang berkomentar tentang dirinya. Pasien mengatakan ia merasa patah hati karena putus cinta dengan pacarnya. Kakak pasien mengatakan, pasien sempat ingin bunuh diri. Menurut rekam medis, saat itu pasien diberikan terapi haloperidol 2x1,5mg, trihexyphenidyl 2x2mg, dan chlorpromazin 1x50mg. Pada tahun 2012, pasien dirawat di RS Jiwa karena gelisah, sering marah-marah dan bicara ngelantur. Menurut rekam medis, saat itu pasien diberikan terapi haloperidol 2x1mg, trihexyphenidyl 2x1mg, chlorpromazin 1x50mg, injeksi diazepam. Pasien minum obat teratur.Pada tahun 2013, pasien dirawat di RS Jiwa karena gelisah, bicara sendiri, dan sulit tidur. Pasien kontrol tidak teratur dan sulit minum obat. Menurut rekam medis, saat itu pasien diberikan terapi haloperidol 2x1mg, trihexyphenidyl 2x1mg, chlorpromazin 1x100mg dan injeksi diazepam.

2. Riwayat gangguan fisik

Tidak didapatkan riwayat trauma kepala, hipertensi, diabetes melitus, infeksi, kejang dan penyakit berat lainnya.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif / alkohol

Pasien mengatakan mulai merokok sejak 5 tahun yang lalu dan mengkonsumsi minuman keras sejak 9 tahun yang lalu. Pasien tidak pernah mengkonsumsi narkoba dan zat psikoaktif lainnya.D. Riwayat tumbuh kembang1. Prenatal dan perinatal

Pasien lahir normal dan dibantu oleh bidan.2. Masa kanak awal (0-3 tahun)

Kakak pasien mengatakan tidak ada masalah pada pasien selama masa kanak awal.3. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)

Kakak pasien mengatakan perkembangan pasien sesuai usia dan nilai-nilai akademik di sekolah tergolong baik.4. Masa kanak akhir dan remaja

Mulai timbul masalah kejiwaan.E. Masa-masa dewasa

1. Riwayat pendidikan

Pasien lulusan SMA pada tahun 2012.2. Riwayat pekerjaan

Pasien sempat bekerja menanam singkong di ladang dan bekerja di pabrik es. Namun saat ini pasien sudah tidak bekerja lagi.3. Riwayat Pernikahan

Pasien belum menikah.

4. Riwayat kehidupan keluarga

Merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Sejak lahir hingga SMA pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan adiknya. Ayah pasien memiliki 2 orang istri dan lebih sering bersama istri kedua, sehingga kurang memperhatikan pasien. Kakak-kakak pasien sudah menikah semua dan kurang perhatian terhadap pasien. Kakak dari ibu pasien ada yang memiliki gangguan jiwa.

Keterangan :

: Pasien

: Perempuan

: Laki-laki

: Meninggal

5. Riwayat ekonomi

Pasien saat ini tidak bekerja. Sehari-hari pasien diberi uang jajan oleh kakaknya. 6. Riwayat agama

Pasien beragama Islam dan jarang melakukan sholat lima waktu.

7. Riwayat sosial

Hubungan pasien dengan teman-teman dan warga sekitar cukup baik.E. Persepsi Pasien tentang dirinya

Pasien merasa dirinya tidak sakit.III. STATUS PSIKIATRIA. Deskripsi Umum1. Sikap : kooperatif 2. Kesadaran : kompos mentis3. Penampilan :Seorang laki-laki muda terlihat sesuai usianya memakai seragam RSJ Prov. Lampung, penampilan terkesan cukup rapi, perawakan sedang, kurus, kulit putih, rambut terpotong pendek rapi, kuku pendek dan kebersihan diri cukup baik. Kesan gizi baik.4. Perilaku dan aktivitas psikomotor Selama anamnesis pasien sering merubah posisi duduk, seperti condong ke depan, kemudian bersandar di kursi. Sesekali tangan pasien menggeser benda di meja hingga beberapa kali. Kontak mata dengan pemeriksa cukup baik. Pasien tampak bersemangat, sering tersenyum dan tertawa kecil. 5. Pembicaraan Spontan, lancar, intonasi cepat, volume keras, kualitas baik, kuantitas banyak (logore), artikulasi jelas.

B. Suasana perasaan

1. Mood : hipertimia2. Afek : meningkat3. Keserasian : inappropiate C. Persepsi 1. Halusinasi : Halusinasi auditorik, 2. Ilusi

: tidak ada3. Depersonalisasi: tidak ada

4. Derealisasi : tidak adaD. Pikiran

1. Proses berpikir Produktivitas : meningkat, pasien dapat menjawab spontan bila diajukan pertanyaan. Arus pikir : koheren sesekali ditemukan flight of idea2. Isi pikiran Waham kebesaran, waham dikendalikan.E. Fungsi kognitif1. Memori : jangka panjang, menengah, pendek, segera : baik2. Daya konsentrasi : distraktibilitas3. Orientasi : waktu, tempat, orang : baik4. Pikiran abstrak : baikF. Tilikan

Tilikan derajat 1, pasien menyangkal dirinya sakit jiwa tetapi pasien tahu penyebab dirinya dibawa ke RS Jiwa karena mengamuk.

IV. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum baik, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 88x/menit, napas: 20x/menit Kondisi medis umum : tidak ditemukan kelainan

V. IKHTISAR PENEMUANTn. OH, 20 tahun, Islam, tidak bekerja, pendidikan terakhir SMA, belum menikah, alamat kecamatan Tanjung Aman Kotabumi, masuk rumah sakit tanggal 18 Februari 2015. Anamnesis dilakukan pada tanggal 12 Maret 2015.Pasien terlihat sesuai usianya, cara berpakaian, dan perawatan diri cukup baik. Pasien dibawa ke rumah sakit jiwa karena sering mengamuk dan emosi tidak stabil sejak 5 tahun yang lalu dan memberat sejak 1 bulan SMRS. Awalnya pasien ingin meminta dibuatkan SIM untuk bekerja namun tidak diijinkan oleh kakak pasien. Sejak saat itu, pasien mulai sering mengamuk, membanting barang-barang dan merusak kaca rumah hingga meresahkan warga sekitar. Pasien mengatakan ia mendengar suara-suara setan tanpa wujud yang memerintahnya untuk merusak barang-barang dan menghajar teman-temannya. Pasien juga mengatakan selama ini ia sering mengamuk karena pikirannya dikendalikan oleh suatu kekuatan. Pasien juga mengatakan sulit tidur karena suara-sura tersebut dan menjadi tidak kooperatif dengan orang-orang di sekitarnya. Pasien merasa ia tampan dan banyak wanita yang menyukainya. Pasien sudah empat kali dirawat di RS Jiwa.

Pada pasien ditemukan halusinasi auditorik, waham kebesaran dan waham dikendalikan. Selama anamnesis pasien sering merubah posisi duduk, seperti condong ke depan, kemudian bersandar di kursi. Sesekali tangan pasien menggeser benda di meja hingga beberapa kali. Kontak mata dengan pemeriksa cukup baik. Pasien tampak bersemangat, sering tersenyum dan tertawa kecil. Spontan, lancar, intonasi cepat, volume keras, kualitas baik, kuantitas banyak (logore), artikulasi jelas. Arus pikir pasien koheren sesekali ditemukan flight of idea, konsentrasi pasien distraktibilitas. Memori segera, jangka pendek, menengah dan panjang baik. Orientasi tempat, waktu dan orang baik.VI. FORMULASI DIAGNOSIS

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa (kriteria WHO).

Setelah dilakukan anamnesis, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, kejang sebelumnya ataupun adanya kelainan organik. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0) Pasien juga tidak memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif sehingga diagnosis gangguan mental dan prilaku karena zat psikoaktif dapat disingkirkan (F.1), walaupun sebaiknya dilakukan pemeriksaan kandungan NAPZA dalam urin atau darah untuk mendukung penyingkiran diagnosis.

Pada pasien didapatkan gangguan persepsi berupa halusinasi audiorik dan gangguan isi pikir berupa waham kebesaran dan waham dikendalikan yang menurut pasien sudah berlangsung sejak tahun 2010 . Gejala ini timbul bersamaan dengan afek yang meningkat secara menonjol sehingga untuk aksis I diagnosisnya skizoafektif tipe manik (F.25.0).

Menurut kakak pasien, pertumbuhan dan perkembangan pasien sejak lahir hingga usia masa kanak pertengahan tampak normal sesuai usianya. Nilai-nilai akademik pasien dkatakan cukup baik. Sehingga kecil kemungkinan pasien untuk mengalami retardasi mental, tetapi untuk memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan lainnya berupa tes IQ dan pemeriksaan otak lainnya. Pasien tidak memiliki gangguan kepribadian. Sementara ini aksis II belum ada diagnosis.

Dari alloanamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit fisik, sehingga pada aksis III tidak ada diagnosis. Pada aksis IV pemahaman keluarga terhadap diri pasien kurang. Penilaian Global Assessment of Fungtional (GAF) Scale yaitu 60-51 karena terdapat gejala sedang dan disabilitas sedang, sedangkan GAF tertinggi selama satu tahun terahir adalah 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik) menjadi diagnosis untuk aksis V.VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. Aksis I : Skizoafektif tipe manik (F25.0)

2. Aksis II : belum ada diagnosis3. Aksis III : tidak ada diagnosis4. Aksis IV : Masalah dengan Primary Support Group5. Aksis V : GAF 70-61 (HLPY)

GAF current 60-51

VIII. DAFTAR MASALAH1. Organobiologik

Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter

2. Psikologik

Pada pasien ditemukan gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik, gangguan isi pikir berupa waham kebesaran dan dikendalikan, dan gangguan afek meningkat sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.3. Sosiologik

Pada pasien tidak ditemukan kesulitan dalam berhubungan sosial.

IX. RENCANA TERAPI

A. Psikofarmaka :

Risperidon 2x3mg selama 5 hari, dipertimbangkan peningkatan dosis berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan.Trihexyphenidyl 2x2mg bila terjadi efek samping EPS.B. Psikoterapi

1. Psikoterapi supportif

a. Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan dan efek samping pengobatan

b. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol.

c. Membantu pasien untuk menerima kenyataan dan menghadapinya.

d. Mendorong pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap.

e. Menggali kemampuan yang ada pada diri pasien agar bisa dikembangkan.

2. PsikoedukasiKepada keluarga :

a. Memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga pasien tentang gangguan yang dialami pasien.b. Menyarankan kepada keluarga pasien agar lebih berpartisipasi dalam pengobatan pasien secara teratur seperti memberikan suasana/lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan dan pemeliharaan pasien, mengingatkan pasien agar teratur minum obat, serta mengantar pasien saat pasien kontrolX. PROGNOSISKondisi yang memberatkan: kekambuhan penyakit, penyakit pasien sendiri, perhatian keluarga, riwayat anggota keluarga lain memiliki gangguan jiwa.Kondisi yang meringankan: pasien mulai kooperatif, pengobatan ditanggung BPJS.

Quo ad vitam

: dubia ad bonam Quo ad functionam : dubia ad malam

Quo ad sanationam : dubia ad malam

XI. PEMBAHASANPenegakan diagnosis aksis I berdasarkan anamnesis dengan pasien. Didapatkan halusinasi auditorik yang memerintahnya untuk merusak barang-barang dan menghajar teman-temannya. Pada pasien didapatkan waham dikendalikan yaitu pasien merasa pikirannya dikendalikan oleh suatu kekuatan untuk mengamuk. Pasien juga memiliki waham kebesaran yaitu pasien merasa ia tampan dan banyak wanita yang menyukainya. Menurut keluarga pasien, sejak tahun 2010 pasien mulai sering mengamuk, marah-marah, berbicara dan tertawa sendiri, membanting barang-barang dan merusak kaca hingga menghajar teman dan meresahkan warga. Gejala skizofrenia dan afek yang meningkat timbul pada episode yang sama sehingga mendukung penegakan diagnosis skizoafektif tipe manik (F25.0) sekaligus menyingkirkan gangguan psikotik akut.Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitf adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif. Kategori skizoafektif tipe manik digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manik. Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20. pedoman diagnostik (a) sampai dengan (d)).Pada pasien didapatkan masalah pengetahuan mengenai penyakit yang diderita dan merasakan tidak terdapat gangguan jiwa pada dirinya. Pada pasien didapatkan penilaian Global Assessment of Fungtional (GAF) Scale yaitu 60-51 karena terdapat gejala sedang dan disabilitas sedang, sedangkan GAF tertinggi selama satu tahun terahir adalah 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).

Rencana terapi yang diberikan adalah risperidon 2 x 3 mg per hari. Dosis dinaikkan perlahan-lahan secara bertahap dalam waktu 1-3 minggu sampai dicapai dosis optimal, lalu dipertahankan sampai 8-12 minggu sebelum masuk ke tahap pemeliharan. Dalam tahap pemeliharaan ini dosis dapat dipertimbangkan untuk mulai diturunkan secara bertahap sampai diperoleh dosis minimal yang masih dapat dipertahankan tanpa menimbulkan kekambuhan. Pada kasus ini, gangguan pasien sudah berjalan kronis dengan beberapa kali kekambuhan dan dijumpai riwayat agresifitas berlebih terhadadap diri sendiri maupun orang lain maka terapi diberikan seumur hidup. Alasan penggunaan risperidon, karena Risperidon adalah obat antipsikotik generasi II dengan efek samping yang kecil untuk terjadinya sindrom ekstrapiramidal dan efek sedatif, juga tidak membuat perubahan fungsi kognitif pada pasien, dan obat ini juga mudah didapatkan. Pada pasien juga diberikan trihexyphenidyl 2x2mg. Trihexyphenidyl merupakan salah satu obat antikholinergik yang tidak perlu diberikan secara rutin atau untuk tujuan pencegahan efek samping ekstrapiramidal, karena munculnya efek samping ekstrapiramidal, karena munculnya efek samping bersifat individual dan obat antikholinergik tersebut baru perlu diberikan hanya bila terjadi efek samping EPS (ekstrapiramidal sindrom).Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan. Menurut penelitian pengobatan hanya dengan obat tidak cukup untuk kesembuhan pasien, tetapi juga harus diiringi oleh lingkungan keluarga yang mendukung dan sikap pasien terhadap penyakit yang diderita. Pada kasus ini dimana pasien kontrol tidak teratur dan sulit minum obat dikarenakan perhatian yang kurang dari keluarga, sehingga penyakit sering mengalami kekambuhan, maka itu harus selalu diberikan edukasi kepada keluarga tentang pentingnya pengobatan bagi pasien jika kualitas hidup pasien ingin kembali baik lagi.Prognosis pada pasien adalah dubia ad malam karena penyakit skizofrenia sendiri, gejala timbul berulang-ulang, kepatuhan minum obat kurang baik, dan kurangnya perhatian keluarga.LAMPIRANRIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

1994 1995 1997 2010 2012 2013 Sekarang

0-1 thn 1-3 thn 3-12 thn

ANAMNESIS YANG DILAKUKAN

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta: FKUI; 2013.

Maramis W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya : Jakarta

Maslim, Rusdi. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika Edisi Ketiga. Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya : Jakarta

Sadock, Benjamin James,et al. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition Lippincott Williams & Wilkins. 2007Halusinasi auditorik (+)

Waham kebesaran (+)

Waham dikendalikan (+)

Afek meningkat

gelisah, bicara sendiri, dan sulit tidur.

kontrol tidak teratur dan sulit minum obat

gelisah,

sering marah-marah

ngelantur.

Patah hati karena putus cinta

Halusinasi auditorik (+)

Berbicara dan tertawa sendiri

Ingin bunuh diri

17