36
STATUS PASIEN I. KETERANGAN UMUM - Nama : Ny. I - Jenis Kelamin : Perempuan - Usia : 44 Tahun - Alamat : Kam. Padasuka - Agama : Islam - Status : Menikah - Pekerjaan : Ibu rumah tangga - Penghasilan : Cukup - Pendidikan terkhir : - - Tanggal Pemeriksaan : Senin, 29 Desember 2014 II. ANAMNESIS Keluhan Utama Keluar cairan dari telinga kanan Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Poli THT-KL dengan keluhan keluar cairan dari telinga kanan sejak ± 1 minggu, cairan keluar terus-menerus dan sedikit, cairan encer berwarna kuning kehijauan, dan tidak berbau. Os juga mengeluhkan telinga kanan terasa mempeg, dan sakit kepala sejak ± 1 minggu ini. Nyeri telinga (-), telinga teras gatal (-), telinga berdengung (-), batuk (-) pilek (-), demam (+). Riwayat Penyakit Dahulu Os pernah mengalami keluhan yang sama sewaktu os kecil. 1

Laporan Kasus Omsk Jadi

  • Upload
    tama

  • View
    94

  • Download
    13

Embed Size (px)

DESCRIPTION

i

Citation preview

STATUS PASIENI. KETERANGAN UMUM Nama : Ny. I Jenis Kelamin: Perempuan Usia: 44 Tahun Alamat: Kam. Padasuka Agama: Islam Status: Menikah Pekerjaan: Ibu rumah tangga Penghasilan: Cukup Pendidikan terkhir: - Tanggal Pemeriksaan: Senin, 29 Desember 2014

II. ANAMNESIS Keluhan UtamaKeluar cairan dari telinga kanan

Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke Poli THT-KL dengan keluhan keluar cairan dari telinga kanan sejak 1 minggu, cairan keluar terus-menerus dan sedikit, cairan encer berwarna kuning kehijauan, dan tidak berbau.Os juga mengeluhkan telinga kanan terasa mempeg, dan sakit kepala sejak 1 minggu ini. Nyeri telinga (-), telinga teras gatal (-), telinga berdengung (-), batuk (-) pilek (-), demam (+).

Riwayat Penyakit DahuluOs pernah mengalami keluhan yang sama sewaktu os kecil.

Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada yang mengalami hal yang sama.

Riwayat PengobatanOs belum berobat sebelumnya.

Riwayat AlergiTidak ada riwayat alergi.

III. PEMERIKSAAN FISIK Status generalis Keadaan Umum: tampak sakit ringan Kesadaran: compos mentis

Vital Sign: TD: 130/90 mmHg- Respirasi : 20x/ menit Nadi: 86x/menit- Suhu : 36,60C

Kepala: DBN Leher: DBN Thorax: DBN Abdomen: DBN Ekstrremitas: DBN Neurologi: DBN

Status lokalis TelingaBagianKelainanAuris

DekstraSinistra

PreauriculaKelainanRadang dan tumorTrauma------

AuriculaKelainanRadang dan tumorTrauma------

RetroauriculaEdemaHiperemisNyeri tekanSikatriksFistulaFluktuasi------------

Canalis Acusticus EksternusKelainan kongenitalKulitSekretSerumenEdemaJaringan granulasiMassakolesteatoma-DBN+ ( mucus)(+)-----DBN------

Membran TimpaniWarna

Intak

CahayaSulit dinilai

(+) perforasi subtotalSulit dinilaiPutih seperti mutiara

utuh

Arah jam 7

Tes PendengaranPemeriksaanAuris

DekstraSinistra

Tes Rinne(+)(+)

Tes WebberTidak ada lateralisasi

Kesan:Telinga kanan dan kiri dalam batas normal HidungPemeriksaanNares

DekstraSinistra

Keadaan luarBentuk dan ukuranKeringKering

Rhinoskopi AnteriorMukosaSekretKrustaConcha InferiorSeptumPolip/TumorPasase udaraDBN--DBNDBN-DBNDBN--DBNDBN-DBN

Rhinoskopi PosteriorMukosa

DBN

DBN

KhoanaDBN

Sekret--

Torus tubariusFossa rosenmullerAdenoidSulit dinilai

TenggorokBagianKelainanKeterangan

MulutMukosa mulutLidahPalatum molleMerah mudaDBNDBN

Gigi Geligi8 7 6 5 4 3 2 11 2 3 4 5 6 7 8

DBNDBN

UvulaHalitosisDBN-

TonsilMukosaBesarKriptaDentritusPerlengketanDBNT1Tidak melebar--DBNT1Tidak melebar--

FaringMukosaGranulasiPost nasal dripDBN--DBN--

Laring Epiglotis Kartilago AritenoidPlika AriepiglotisPlika VestibularisPlika VokalisRima GlotisTrakea

MaksiofasialBentuk: SimetrisParase N. Kranial : Tidak ada kelainanLeher: DBN

IV. RESUMEa. Anamnesis RPSRPD

Telinga

(-)- Hearing Loss ( - )- Tinitus ( - ) - Vertigo ( - )- Otalgia ( - )- Otorea ( + )- Serumen (+)- Sekret (+) mucus

Hidung, Mulut- mukosa hidung kering (+)-Mukosa bibir kering (+)

Epistaksis (-) Sumbatan ( -) Rhinorea ( - ) Bersin ( - ) Nyeri daerah muka dan kepala ( - ) nosmia/Hiposmia ( - )

Tenggorok, Leher

(-)- sesak napas ( - )- Rasa mengganjal di tenggorok ( - ) - Odinofagia ( - )- Disfagia ( - )- Afoni/Disfoni ( - )- Halitosis ( - )

b. Pemeriksaan Fisik Status generalis : KU: Baik

Status lokalis: ADS: serumen AD, sekret mucus AD, perforasi subtotal AD CN: DBN NPOP: MF: DBN Leher: DBNV. DIAGNOSIS BANDING OMSK Akut tipe Benigna AD OMSK tipe Maligna AD

VI. DIAGNOSIS KERJA OMSK Akut tipe Benigna ADVII. USULAN PEMERIKSAAN Audiometri Kultur VIII. PENATALAKSANAANa. Umum: Jangan mengorek-ngorek kuping Jangan berenang/ kemasukan airb. Medikamentosa : R/ H2O2 3% No, 30ccS3 dd X gtt A.D

R/ Taripid tts No. IS2 dd VI gtt A.D

R/ Ceprofloksasin tab 500mg No. XS2 dd tab I pc

IX. PROGNOSISa. Quo ad vitam: bonamb. Quo ad functional: dubia ad bonam

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 ANATOMI

Gambar. Anatomi Telinga ManusiaTelinga LuarTelinga luar terdiri dari auricula atau daun telinga dan meatus acusticus externus atau liang telinga sampai membrana timpani.

Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 - 3 cm.Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen(modifikasi kelenjar keringat = kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.Pada duapertiga bagian dalamnya sedikit dijumpai kelenjar serumen.Membrana timpani adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial. Membrana timpani umumnya bulat. Penting untuk disadari bahwa bagian dari rongga telinga tengah yaitu epitimpanum yang mengandung korpus maleus dan inkus, meluas melampauibatas atas membrana timpani, dan bahwa ada bagian hipo timpanum yang meluas melampaui batas bawah membrana timpani. Membrana timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah di mana tangkai maleus dilekatkan dan lapisan mukosa bagian dalamlapisan fibrosa tidak terdapat diatas prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membrana timpani yang disebut membrana Shrapnell menjadi lemas (flaksid). Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut sebagai umbo.Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) kearah bawah, yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani kanan.Refleks cahaya ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani.Pada membrane timpani terdapat 2 macam serabut, yaitu sirkuler dan radier.Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut.

Gambar. Membran timpani

Telinga Tengah (Auris Media)Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak dengan enam isi. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior sehingga kotak tersebut berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke lateral ke arah umbo dari membran timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah.Telinga tengah berbentuk kubus dengan:Batas luar: membran timpaniBatas depan: tuba eustachiusBatas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis)Batas belakang: auditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalisBatas atas: tegmen timpani (meningen/ otak)Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah, kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window), dan promontorium.Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fossa kranii media. Pada dinding bagian atas dinding posterior terdapat auditus ad antrum tulang mastoid dan dibawahnya adalah saraf fasialis. Otot stapedius timbul pada daerah saraf fasialis dan tendonnya menembus melalui suatu piramid tulang menuju ke leher stapes. Saraf korda timpani timbul dari saraf fasialis di bawah stapedius dan berjalan ke lateral depan menuju inkus tetapi di medial maleus, untuk keluar dari telinga tengah lewat sutura petrotimpanika. Korda timpani kemudian bergabung dengan saraf lingualis dan menghantarkan serabut-serabut sekretomotorik ke ganglion submandibularis dan serabut-serabut pengecap dari duapertiga anterior lidah.Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang berada di sebelah superolateral menjadi sinus sigmoideus dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus. Keduanya adalah aliran vena utama rongga tengkorak. Cabang aurikularis saraf vagus masuk ke telinga tengah dari dasarnya. Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis karotikus. Di atas kanalis tersebut, muara tuba eustakius dan otot tensor timpani yang menmpati daerah superior tuba kemudian membalik, melingkari prosesus kokleariformis dan berinsersi pada leher maleus.Bangunan yang paling menonjol pada dinding medial adalah promontorium yang menutup lingkaran koklea yang pertama. Saraf timpanikus berjalan melintas promontorium. Kanalis falopii bertulang yang dilalui saraf fasialis terletak di atas fenestra ovalis mulai dari prosesus kokleariformis di anterior hingga piramid stapedius di posterior.Rongga mastoid berbentuk seperti piramid dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fossa kranii posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah dura mater pada daerah tersebut. pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Tonjolan kanalis semi sirkularis lateralis menonjol ke dalam antrum. Di bawah ke dua patokan ini berjalan saraf fasialis dalam kanalis tulangnya untuk keluar dari tulang temporal melalui foramen stilomastoideus di ujung anterior krista yang dibentuk oleh insersio otot digastrikus. Dinding lateral mastoid adalah tulang subkutan yang dengan mudah dapat dipalpasi di posterior aurikula.

Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Bagian lateral tuba eustakius adalah bagian yang bertulang. Sementara duapertiga bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak di sebelah atas bagian bertulang, sementara kanalis karotikus terletak di bagian bawahnya. Bagian bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring di atas otot levator palatinum dan tensor palatinum yang masing-masing disarafi pleksus faringeal dan saraf mandibularis. Tuba eustakius berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrana timpani.

Telinga Dalam Telinga dalam terdiri dari: Labyrinthus oseus (labirin tulang) koklea( rumah siput ) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis). Dan Labyrinthus membranaseus (labirin membran) terdiri dari utrikulus dan sakulus, 3 duktus semisirkularis dan duktus koklearis.Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.

Gambar. LabirinKanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap.Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule di sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya.Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa.Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa.Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibule disebut sebagai membranevestibule ( Reissners membrane ) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membrane ini terletak organ corti.Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria, dan pada membrane basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.2.2Definisi OMSKOtitis Media Supuratif Kronik (OMSK) dahulu disebut dengan Otitis Media Perforasi (OMP), yaitu infeksi kronis di telinga tegah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau ketal, bening atau berupa nanah.2.3 Letak PerforasiLetak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK. Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sakulus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang terletak di pars flaksida.Jenis-Jenis Perforasi dapat dibagi menjadi:

a. Perforasi Sentral kecil b. Perforasi Sentral (Sub Total)

c. Perforasi Atik d. Perforasi Postero Superior

2.4 Klasifikasi OMSK

Jenis OMSK terbagi atas 2 jenis:1. OMSK tipe BenignaProses peradangannya terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang.Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatoma.2. OMSK tipe MalignaMerupakan OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu kongenital dan didapat.OMSK tipe maligna dikenal juga dengan OMSK tipe berbahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe maligna letaknya di atik atau marginal, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna.

2.5 EpidemiologiPrevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, higienis dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan prevalensi OMSK dilaporkan pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia.

2.6 EtiologiTerjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa.Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius.

2.7 Patogenesis dan Patologi

Karena OMSK didahului OMA, maka penjelasan tentang patofisiologi OMSK, akan dijelaskan dengan patofisiologi terjadinya OMA. OMA biasanya disebabkan oleh Infeksi di Saluran Nafas Atas (ISPA), umumnya terjadi pada anak karena keadaan tuba eustakius , yang sangat berperan penting dalam patofisiologi OMA pada anak berbeda dengan orang dewasa. Tuba eustakius pada anak lebih pendek, lebih horizontal dan relatif lebih lebar daripada dewasa.

2.8 Gejala Klinis1. Telinga Berair (Otorrhoe)Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan.Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.Keluarnya sekret biasanya hilang timbul.Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga.Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya.Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan PendengaranBiasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.

3. Otalgia (Nyeri Telinga)Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak.Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.

4. VertigoKeluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna yang perlu diperhatikan mengingat OMSK tipe ini seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis dini yang menjadi pedoman yaitu adanya perforasi pada marginal atau pada atik.Sedangkan pada kasus yang lanjut dapat terlihat adanya Abses atau fistel retroaurikular, jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani, pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom) dan foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

2.8 Diagnosis OMSK1. Anamnesis Gejala yang dikeluhkan diantaranya adalah otorrhoe dan supurasi kronik telinga tengah yang umumnya bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer). Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Bakteri penginfasi sekunder, seperti stafilokokus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aeruginosa, serta sejumlah bakteri anaerob yang merupakan bagian dari flora campuran, selalu ditemukan dalam sekret telinga kronik. Jika sekret encer berbau busuk dan bercampur darah, maka perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan.Gejala penting lainnya adalah gangguan pendengaran, yang biasanya konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Nyeri tidak lazim dikeluhkan, namun jika ada mungkin akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya duramater, atau dinding sinus lateralis atau adanya pembentukan abses otak.Vertigo juga merupakan gejala serius pada OMSK. Memberi kesan adanya fistula, akibat erosi pada labirin tulang paling sering pada kanalis semisirkularis horizontal.Pedoman klinik OMSK tipe bahaya adalah perforasi pada marginal atau pada atik. Sedangkan pada kasus lanjut dapat terlihat, abses atau fistel retroaurikuler, polip atau jaringan granulasi diliang telinga luar yang berasal dari dalam serta terlihat kolesteatoma pada telinga tengah.

2. Pemeriksaan otoskopiOtotskopi dilakukan untuk melihat perforasi, letaknya dan jenisnya, sekret yang keluar, serta ada tidaknya komplikasi kolesteatoma.3. Pemeriksaan audiologiUntuk memeriksa fungsi pendengaran yakni dengan : (1) tes penala, (2) tes berbisik, (3) Audiometri nada murni.4. Pemeriksaan radiologiRadiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schller berguna untuk melihat struktur-struktur telinga tengah. Dan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.

2.9 PenatalaksanaanTerapi OMSKTerapi OMSK sering memerlukan waktu yang lama serta harus berulang-ulang, karena sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu:a. Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar.b. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal.c. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid.d. Gizi dan higiene yang kurang.

Tipe BenignaPrinsip terapinya ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3 % selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memeberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Karena semua obat tetes yang mengandung antibiotik bersifat ototoksik. Sehingga dianjurkan penggunaan obat tetes telinga jangan diberikan terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap penisilin). Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resistensi terhadap ampisilin, dapat diberikan ampisilin asam klavulat.Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah observasi selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.

Tipe MalignaPrinsip terapi ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.Jenis Pembedahan pada OMSKAda beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronik, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:a. Mastoidektomi sederhanaIndikasi : Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuan : Agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.b. Mastoidektomi radikalDilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.Tujuan operasi ini ialah membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi infeksi kembali.c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasiDilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaranyang masih ada.d. MiringoplastiMerupakan jenis operasi timpanoplasti paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuannya adalah mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan perforasi menetap. Dilakukan pada OMSK benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.Komplikasi : Infeksi, Kegagalan graft, Kondroitis, Trauma nervus korda timpani, Tuli sensorineural dan vertigo, Peningkatan tuli konduksi, Stenosis kanal auditori eksternal.e. TimpanoplastiIndikasi : Dilakukan pada OMSK benigna dengan kerusakan lebih berat atau OMSK benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan : Untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, V.Sebelum rekonstruksi dikerjakan, lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 sampai dengan 12 bulan.f. Timpanoplasti dengan Pendekatan ganda (Combined approach tympanoplasty)Merupakan teknik operasi yang dilakukan pada kasus Maligna dan Benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui dua jalan (cobined approach), yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini dilakukan pada OMSK maligna belum disepakati oleh para ahli, karena sering terjadi kekambuhan kolesteatoma.Komplikasi operasi pada mastoidektomi dan timpanoplasti dibagi berdasarkan komplikasi segera dan komplikasi lambat. Komplikasi segera termasuk parese nervus fasialis, kerusakan korda timpani, tuli saraf, gangguan keseimbangan, fistel labirin, trauma pada sinus sigmoid, bulbus jugularis, likuor serebrospinal.Infeksi pasca-operasi juga dapat dimasukkan sebagai komplikasi segera.Komplikasi lambat termasuk kolesteatoma rekuren, reperforasi, lateralisasi tandur, stenosis liangg telinga luar, displasi atau lepasnya prostesis tulang pendengaran yang dipasang.Pada kebanyakan, kasus trauma nervus fasialis tidak disadari pada waktu operasi.Trauma nervus fasialis yang paling sering terjadi adalah pada pars vertikalis waktu melakukan mastoidektomi, bisa juga terjadi pada pars horizontal waktu manipulasi daerah di dekat stapes atau mengorek daerah bawah inkus baik dari arah mastoid ataupun dari arah kavum timpani. Trauma dapat lebih mudah terjadi bila tpografi daerah sekitarnya sudah tidakdikenali dengan baik, misalnya pada kelainan letak kongenital, jaringan parut karena operasisebelumnya, destruksi kanalis fasialis karean kolesteatoma.Derajat parese harus ditentukan, paling sederhana adalah menurut klasifikasi House- Bregmann.Sebaiknya dilakukan pemeriksaan EMG untuk melihat derajat kerusakan padasaraf dan menentukan prognosis penyembuhan spontan.Trauma operasi terhadap labirin sukar diketahui dengan segera, sebab vertigo pascaoperasidapat terjadi hanya karena iritasi selam operasi, belum tentu karena cedera operasi.Trauma terhadap labirin bisa menyebabkan tuli saraf total.Manipulasi di daerah aditus adantrum dan sekitarnya pada lapangan operasi yang ditutupi oleh jaringa kolesteatoma danmatriks koleteatoma dapat menyebabkan fistel labirin.Trauma terhadap tulang pendengaran diperkirakan akan memperbuuk sistem konduksitelinga tengah sedapat mungkin langsung rekonstruksi. Trauma terhadap dinding sinus danduramater sehingga terjadi perdarahan dan bocornya cairan otak, bila tidak luas dapatditungggu sebentar dan langsung ditutup dengan tandu komposit sampai kebocoran berhenti.Trauma pada sinus lateralis, sinus sigmoid, bulbus jugularis, dan vena emissari dapatmenyebabkan perdarahan besar.

2.10 KOMPLIKASIOtitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan menyebabkan kematian.Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.Adams dkk (1989) mengemukakan klasifikasi sebagai berikut :1. Komplikasi telinga tengah a. Perforasi persisten membrane timpanib. Erosi tulang pendengaranc. Paralisis nervus fasial2. Komplikasi telinga dalama. Fistel labirinb. Labirinitis supuratifc. Tuli saraf ( sensorineural)3. Komplikasi ekstradurala. Abses ekstraduralb. Trombosis sinus lateralisc. Petrositis4. Komplikasi ke susunan saraf pusata. Meningitisb. Abses otakc.Hindrosefalus otitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Adam, Boies, Higler.Boies Buku Ajar Penyakit THT.Edisi 6.Jakarta: EGC. 1997.2. Helmi.Otitis Media Supuratif Kronis. Edisi Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2005.3. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit Telinga Tengah Dan Mastoid. Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC. 1997.4. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi 6.Jakarta: FKUI. 2007.

1