18
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 1/18 1 LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA PUSKESMAS KERAMBITAN II, KECAMATAN KERAMBITAN, KABUPATEN TABANAN Nama mahasiswa: Dosen pembimbing: 1. Putu Dian Megasafitri (0702005113) 1. dr. Ida Bagus Wirakusuma, MOH 2. Ni Made Vina Septiani (0702005180) 2. dr. Yudyaratna I. PROFIL KELUARGA 1.  IDENTITAS PENDERITA  Nama : A. A. Putu Arta Jaya Tempat dan tanggal lahir : Kerambitan, 8 Juli 2010 Umur : 1 Tahun 10 Bulan 15 Hari Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Banjar Kerambitan Tengah, Desa Kerambitan, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan Tanggal Kunjungan : 23 Mei 2012 2. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA DALAM SATU LINGKUNGAN RUMAH a. Ayah Penderita  Nama : A. A Bagus Adnyana Putra Umur : 37 Tahun Pekerjaan : Buruh Pendidikan : SMP b. Ibu Penderita  Nama : Ni Ketut Srinanti Umur : 25 Tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SD

Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 1/18

1

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

PUSKESMAS KERAMBITAN II, KECAMATAN KERAMBITAN,

KABUPATEN TABANAN

Nama mahasiswa: Dosen pembimbing:

1. Putu Dian Megasafitri (0702005113) 1. dr. Ida Bagus Wirakusuma, MOH

2. Ni Made Vina Septiani (0702005180) 2. dr. Yudyaratna

I.  PROFIL KELUARGA

1.  IDENTITAS PENDERITA

 Nama : A. A. Putu Arta Jaya

Tempat dan tanggal lahir : Kerambitan, 8 Juli 2010

Umur : 1 Tahun 10 Bulan 15 Hari

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Banjar Kerambitan Tengah, Desa Kerambitan, Kecamatan

Kerambitan, Kabupaten Tabanan

Tanggal Kunjungan : 23 Mei 2012 

2.  IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA DALAM SATU LINGKUNGAN RUMAH

a.  Ayah Penderita

 Nama : A. A Bagus Adnyana Putra

Umur : 37 Tahun

Pekerjaan : Buruh

Pendidikan : SMP

b. Ibu Penderita

 Nama : Ni Ketut Srinanti

Umur : 25 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

Page 2: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 2/18

2

c.  Nenek Penderita

 Nama : A. A Sumang Anggari

Umur : 55 Tahun

Pekerjaan : Pedagang Canang

Pendidikan : SD

d. Kakek Penderita

 Nama : A. A Rai Parwa

Umur : 61 Tahun

Pekerjaan : Buruh

Pendidikan : SD

SILSILAH KELUARGA

Keterangan: Laki-Laki

Perempuan

1.  Kakek pasien (ayah)

2.   Nenek pasien (ayah)

3.  Kakek pasien (ibu)4.   Nenek pasien (ibu)

5.  Saudara perempuan ayah pasien

6.  Ayah pasien

7.  Saudara perempuan ayah pasien

8.  Saudara laki-laki ibu pasien

9.  Saudara laki-laki ibu pasien10. Saudara laki-laki ibu pasien

11. Ibu pasien

12. Pasien

611

 

12

105 7 8 9

2431

Page 3: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 3/18

3

II. ALUR PENEMUAN KASUS

Tanggal 15 Mei 2012

Penentuan kasus kedokteran keluarga ini bekerja sama dengan pihak puskesmas. Menurut

 pemegang program gizi di Puskesmas Kerambitan II terdapat satu kasus baru dengan

diagnosis gizi buruk berdasarkan indeks BB/U yang baru terdeteksi pada posyandu balita

 bulan april 2012. Penderita tersebut belum pernah dikunjungi maupun mendapatkan terapi

 pemulihan dari pihak puskesmas sehingga disarankan untuk menilai perkembangan status gizi

 penderita serta melihat kondisi lingkungan pasien dan mencari kemungkinan faktor penyebab.

Tanggal 16 Mei 2012

Koordinasi dengan kelian dusun kerambitan tengah yang merupakan pemegang wilayah

tempat tinggal penderita serta memaparkan kondisi salah satu warganya yang menderita gizi

 buruk. Kelian dusun juga mengatakan bahwa warganya tersebut merupakan salah satu

keluarga miskin yang selama ini belum pernah menerima bantuan. Dan kemudian kami

 bekerjasama dan mengatur jadwal untuk melakukan kunjungan rumah bersama.

Tanggal 23 Mei 2012

Melakukan kunjungan rumah bersama pihak puskesmas dan kelian dusun.

III. HASIL KUNJUNGAN RUMAH

ANAMNESISRiwayat Penyakit Sekarang 

Penderita dikatakan mengalami kurang gizi sejak usianya 1 oton (6 bulan kalender bali),

diketahui saat penderita ditimbang di Posyandu dimana berat badannya berada dibawah garis

merah. Ibu pasien disarankan untuk secara rutin tiap bulan menimbang anaknya, namun berat

 badannya tetap tidak naik sesuai dengan umurnya. Ibu pasien mengatakan anaknya susah

makan dan hanya memberi makanan sesuai dengan kemampuan ekonominya berupa bubur 

 beras 1-2x sehari. Ia pernah mendapat bantuan berupa susu dan biskuit dari pihak banjar 

namun dikatakan hanya sekali saja dan sampai saat ini tidak pernah ada bantuan khusus untuk 

menangani anaknya dari pihak puskesmas.

Saat kunjungan, ibu penderita mengeluhkan anaknya menderita gatal- gatal dan

 bentol- bentol kemerahan pada tangan, kaki, ketiak bahkan sampai kemaluannya. Anaknya

selalu menggaruk- garuk tangan dan kakinya terutama di malam hari sampai sulit tidur dan

Page 4: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 4/18

4

sering menangis karena gatal. Keadaan ini sudah dialami hampir dua bulan. Dikatakan sudah

 pernah diajak ke Puskesmas keluhan gatalnya sempat menghilang namun muncul lagi. Namun

 pasien tidak dibawa ke puskesmas lagi dan hanya diberi bedak di rumah.

Riwayat Penyakit Dahulu

Anaknya dikatakan cukup sering menderita batuk dan pilek, dalam satu bulan minimal 1 kali

anaknya mengalami batuk dan pilek. Sedangkan 2 minggu yang lalu anaknya sempat

menderita mencret. Sedangkan untuk keluhan gatal-gatalnya saat ini baru pertama kali

dialami pasien.

Riwayat Pengobatan

Untuk keluhan gatal pasien berobat ke puskesmas saat itu diberi salep yang dioleskan ke

seluruh tubuh pada malam hari (ibu lupa nama salepnya). Sempat sembuh namun muncul

kembali. Sedangkan untuk kurang gizi dikatakan belum pernah mendapat bantuan dari pihak 

 puskesmas secara khusus, saat ini anaknya diberi makan seperti makanan dewasa pada

umumnya dan susu yang dibeli apabila ada uang lebih.

Riwayat Keluarga 

Ayah penderita juga mengalami keluhan gatal  –  gatal seperti pasien namun tidak pernah

 berobat. Nenek pasien dikatakan 1 tahun yang lalu, pernah mengalami batuk lama dan

mengeluarkan dahak kuning dan dikatakan menderita TBC namun sudah berobat dan

dinyatakan sembuh. Penyakit lain dalam keluarga seperti asma, alergi, diabetes, tekanan darah

tinggi maupun keluarga lain yang kurang gizi disangkal oleh ibu pasien. 

Riwayat Sosial dan Ekonomi

Penderita merupakan anak tunggal yang tinggal bersama kedua orang tuanya serta rumah

kakek dan nenek pada satu lingkungan rumah. Sehari-hari pasien diasuh oleh ibunya yang

tidak bekerja. Ayah pasien bekerja sebagai buruh dengan penghasilan sebulan kurang dari 1

 juta rupiah dan dikatakan sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga

kadang ibu pasien juga membantu membuat canang namun merasa kerepotan karena

mempunyai anak yang masih kecil. Pasien dikatakan sering bermain di tanah tanpa alas kaki

dan tidur malam bersama kedua orang tuanya.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Ibu pasien mengakui sewaktu hamil kontrol ke bidan dan sangat kurus sewaktu hamil sampai

rambutnya rontok dikarenakan faktor ekonomi yang sulit. Oleh puskesmas diberi bantuan

Page 5: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 5/18

5

untuk menambah gizi sehingga berat badannya bisa naik. Anaknya lahir di bidan dalam

kondisi normal dengan berat lahir 2.900 gram.

Riwayat Imunisasi

Pasien mendapatkan imunisasi:

BCG : 1x

Polio : 4x

DPT/Hep B : 3x

Campak : 1x

Riwayat Tumbuh Kembang (Sesuai Tes Denver)

Domain Personal Sosial: Menyuapi boneka : Bisa

Menggunakan sendok : Bisa

Minum dari cangkir : Bisa

Sikat gigi : Tidak Bisa

Memakai Baju : Tidak Bisa

Mencuci tangan : Tidak Bisa

Domain Motorik Halus: Membuat menara kubus : Bisa

Mengambil manik : Bisa

Mencoret-coret : Bisa

Susunan menara 6 kubus : Tidak bisa

Membuat garis tegak : Tidak bisa

Domain Bahasa Berbicara 6 kata : Bisa

Kombinasi 2 kata : Bisa

Menunjuk gambar : Bisa

Menyebut bagian tubuh : Tidak bisa

Menyebut 1 gambar : Tidak bisa

Domain Motorik Kasar Berlari : Bisa

Menaiki tangga : Bisa

Menendang bola : Bisa

Melompat : Tidak bisa

Melempar bola diatas bahu : Tidak bisa

Kesimpulan: Kesan perkembangan dalam batas normal sesuai umur 

Page 6: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 6/18

6

Riwayat Nutrisi

ASI : Usia 0 - 12 bulan

Bubur beras : Usia 6 – 12 bulan

Makanan Dewasa : Usia 12 bulan - sekarang

PEMERIKSAAN FISIK 

a.  Tanda Vital 

 Nadi : 96 kali/menit

Respirasi : 20 kali/menit

Temp. Axila : 36.20C

b.  Tanda Umum:

Kepala : Normocephali

Mata : Anemia -/-, ikterus -/-

THT : Dalam batas normal

Thorax : Cor : S1S2 Tunggal, Regular, Murmur  –  

Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen : Distensi (-)

Ekstremitas : Oedem -/- , hangat +/+

-/- +/+

c. Status Dermatologis

Lokasi : kaki kanan dan kiri, sela tangan kanan dan kiri, aksila kanan dan kiri, pantat

Effloresensi: papul eritema multipel, bentuk bulat, batas tegas tersebar diskret

d. Pemeriksaan Anthopometri dan Status Gizi

BB : 8 kg

TB : 76 cm

DIAGNOSIS

Skabies dengan Gizi Buruk 

STATUS GIZI:

BB/U : < -3 SD ( Gizi Buruk)

TB/U : < -2 SD ( Pendek)

BB/TB : < - 2 SD ( Kurus )

Page 7: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 7/18

7

PENATALAKSANAAN

Penanganan umum skabies:

1)  Menganjurkan ibu pasien untuk merendam seluruh pakaian, sprei, handuk yang

dipakai pasien dengan air panas kemudian disetrika untuk membunuh tungau.

2)  Menjaga kebersihan tubuh anak dan jangan dibiarkan menggaruk terlalu sering untuk 

mencegah infeksi sekunder 

3)  Menjaga kebersihan rumah dan mencegah penularan skabies ke anggota keluarga lain

Penanganan khusus:

1)  Mengobati semua anggota keluarga yang terkena skabies termasuk pasien dan ayah

 pasien dengan salep 24 (salisilat 2% + sulfur presipitatum 4%) yang didapatkan dari

 puskesmas dengan cara yang tepat

2)  Kontrol kembali 1 minggu setelah pengobatan ke puskesmas

Penanganan gizi buruk: 

1)  Pasien secara klinis dalam kondisi baik tidak ada tanda-tanda klinis gizi buruk yang

membutuhkan penanganan khusus

2)  Pasien diberikan PMT-P dari puskesmas berupa susu dan biskuit susu selama 3 bulan

 berturut-turut ditambah pemberian vitamin

3)  Melakukan penimbangan rutin setiap bulan di Posyandu

4)  Mengatur pola makan agar porsinya sesuai dengan kandungan gizi yang cukup

IV.  IDENTIFIKASI MASALAH

Untuk mengidentifikasi masalah pada pasien ini, kami melakukan wawancara dengan anggota

keluarga dimana selain kami mengamati status kesehatan pasien, keadaan sosial ekonomi

keluarga juga dilihat kondisi rumah pasien serta mengamati faktor-faktor resiko yang kami

 jumpai pada pasien ini dan mencarikan solusinya melalui 6 langkah pelayanan kedokteran

keluarga yang mencakup komprehensif, berkesinambungan, koordinatif dan kolaboratif,

 pencegahan, menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungannya. Secara terperinci kami

uraikan sebagai berikut :

1. Gambaran status kesehatan keluarga

Berdasarkan hasil wawancara pasien sudah pernah memeriksakan keluhan gatal-gatal yang

dialami anaknya dan diberi obat namun saat itu dikatakan hanya dioleskan sampai tiga

hari, keluhan gatal sempat berkurang namun muncul kembali sampai sekarang. Ibu pasien

Page 8: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 8/18

8

tidak mencari obat kembali ke puskesmas dan hanya diberi bedak tabur di rumah. Ketika

ditanya mengenai apa penyebab dari penyakit gatalnya, ibu pasien mengatakan tidak tidak 

tahu dan sudah sempat dijelaskan oleh dokter puskesmas namun mengatakan ia tidak 

terlalu mengerti. Ia mengatakan karena anaknya nakal suka bermain di tanah. Ayah pasien

 juga mengalami keluhan yang sama. Selama wawancara terkesan keluarga pasien tidak 

terlalu mengetahui mengenai penyakit tersebut dan penularannya.

Untuk kasus gizi buruk yang dialami anaknya, ia mengatakan bahwa anaknya

memang beratnya tidak sama dengan anak-anak seumurannya. Ia mengatakan

 perkembangan anaknya biasa saja. Anaknya dikatakan susah makan dari dulu hanya makan

1-2 x sehari dengan porsi yang kecil. Belum pernah ada penanganan khusus dari pihak 

 puskesmas dan ia mengaku rutin menimbang anaknya setiap bulan ke posyandu. Ibu pasien

tidak mengetahui apa saja yang bisa terjadi kalau anaknya mengalami kekurangan gizi

dalam jangka waktu lama ia hanya mengatakan sampai saat ini anaknya perkembangannya

masih baik-baik saja.

2. Gambaran singkat keadaan sosial ekonomi keluarga

Pasien tinggal bersama orang tua serta kakek dan neneknya. Pasien tidur bersama kedua

orang tuanya sedangkan kakek dan nenek di rumah yang berbeda namun masih dalam satu

kompleks. Ayah pasien mempunyai saudara perempuan yang sudah menikah. Pasien

merupakan anak pertama.

Ayah dan kakek pasien bekerja sebagai buruh dan ibu serta neneknya bekerja di

rumah kadang-kadang membuat canang. Rata-rata penghasilan ayah pasien sebulan kurang

dari 1 juta rupiah. Uang tersebut dirasakan sangat kurang untuk menghidupi keluarganya

sehingga mereka hidup pas-pasan dan kadang harus meminjam uang. Ditambahkan oleh

kepala dusun bahwa keluarga ini termasuk dalam keluarga miskin di desa kerambitan.

Walaupun, dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan keluarga pasien tetap mampu

 bersosialisasi dengan baik dan kadang ada keluarga lain yang membantu keluarga pasien.

 Namun keluarga pasien belum mengetahui bahwa penyakit gatal-gatal yang diderita bisa

menular.

3.  Kondisi Rumah

Dalam pekarangan rumah pasien terdapat beberapa bangunan dengan susunan seperti

huruf C, dimana terdapat sebuah bangunan rumah pasien dan di depannya terdapat

Page 9: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 9/18

9

 bangunan rumah tempat tinggal kakek dan nenek penderita. Di tengah pekarangan

terdapat sanggah dan sebuah bale sari. Pasien tinggal bersama orang tuanya. Dalam

rumah pasien terdapat 2 buah kamar tidur, 1 buah kamar mandi, 1 ruang tengah, dan

dapur.

Kamar pasien kira-kira berukuran 3 x 3 meter yang tampak banyak barang yang

 berantakan, di ruang tengah juga banyak benda-benda yang berserakan, kamar mandi

tampak kotor serta dapur yang tidak terlalu luas masih menggunakan kayu bakar. Lantai

 bangunan rumah masih berupa tanah dan temboknya tidak di cat. Rumah pasien agak 

gelap dan tidak terdapat ventilasi sehingga cahaya matahari tidak bisa masuk dan terasa

lembab. Di depan rumah pasien tampak tumpukan kayu bakar dan perabotan-perabotan

yang sudah rusak.

Pekarangan rumah pasien tidak terlalu luas. Di pekarangan rumah pasien terdapat

sebuah bale sari dan sanggah, tidak terdapat pohon yang besar dan terkesan sempit. Ibu

 pasien mengatakan anaknya sering bermain di pekarangan tanpa memakai sandal.

Pasien tidur sekamar dengan orang tuanya, sedangkan anak pertama dan kedua

tidur terpisah dengan pasien. Sumber air yang digunakan berasal dari sumur yang terletak 

di sebelah rumah pasien.

4.  Faktor resiko :

Berdasarkan model segitiga epidemiologi, maka kejadian penyakit Skabies dipengaruhi

oleh faktor host, agent, dan environment .

Gambar 1. Model segitiga epidemiologi

a. Host 

Host 

Agent  Environment 

Page 10: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 10/18

10

Pasien dikeluhkan gatal-gatal yang memberat di malam hari sampai sulit tidur karena

masih balita perawatan dilakukan oleh ibunya yang terkesan kurang pengetahuan

mengenai penyakit anaknya sehingga sudah pernah berobat namun tidak dilanjutkan

sampai tuntas. Karena dalam kondisi kurang gizi, imunitas pasien cenderung lebih

rendah sehingga infeksi lebih mudah terjadi. Pasien sering bermain tanpa alas kaki.

Kebiaasaan yang tidak menjaga kebersihan juga berperan dalam perkembangan

 penyakit skabies. Ibu pasien mengaku mencuci sprei kadang 1-2 minggu sekali, tidak 

menyetrika baju yang dipakai anaknya, serta pemakaian handuk bersama dalam

keluarga.

b. Agent  Karakteristik tungau

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap

Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Sarcoptes scabiei adalah tungau yang

termasuk filum Arthropoda. Badannya berbentuk oval dan gepeng; yang betina

 berukuran 300 x 350 mikron; sedangkan yang jantan berukuran 150  – 200 mikron.

Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan pasangan kaki depan

dan 2 pasang lainnya kaki belakang. Setelah melakukan kopulasi S. scabiei jantan

mati, tetapi kadang-kadang dapat bertahan hidup beberapa hari. Sarcoptes betina yang

gravid mencari tempat untuk meletakkan telur di lapisan kulit (stratum corneum)

dengan membuat terowongan sambil bertelur. Siklus hidup dari telur sampai menjadi

dewasa berlangsung satu bulan.

Karakteristik tungau yang berhubungan dengan host 

Pasien masih balita sehingga imunitas belum berkembang sempurna serta kondisi

kurang gizi juga menurunkan status imunitas pasien. Serta ibu sebagai pengasuh tidak 

mengerti mengenai penyakit ini serta kesadaran untuk berobat masih kurang.

Kebiasaan yang buruk dari ibu penderita seperti jarang mengganti sprei, tidak 

menyetrika baju, dan kebersihan tubuh dari penderita juga kurang baik. Penderita juga

memakai handuk bersama.

Karakteristik tungau yang berhubungan dengan environment 

Page 11: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 11/18

11

Cara penularan skabies dapat terjadi melalui kontak langsung (kontak kulit dengan

kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Transmisi

dapat juga melalui kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian,

handuk, sprei, bantal Tungau tidak dapat terbang atau loncat, tetapi dapat merayap

dengan kecepatan 2,5 cm per menit. Tungau dapat bertahan selama 24  – 36 jam pada

suhu ruangan dan rata  –  rata kelembapan dan mampu menginfestasi dan membuat

terowongan pada epidermis. Semakin banyak parasit pada seseorang, maka semakin

mudah transmisi tungau terjadi, baik secara langsung (kulit ke kulit) ataupun tidak 

langsung (melalui tempat tidur, pakaian)

Keadaan ruangan dalam tempat tinggal pasien yang cenderung gelap dan

lembab mendukung tungau ini untuk dapat bertahan lebih lama sehingga lebih

meningkatkan resiko pasien untuk tertular. Ayah pasien juga sudah tertular skabies.

c.  Environment 

Rumah pasien yang lembab tanpa ventilasi memungkinkan tungau bertahan lebih

lama.

V. PEMECAHAN MASALAH

Sebagai dokter keluarga, langkah-langkah yang kami ambil adalah sesuai dengan prinsip-

 prinsip kedokteran keluarga sebagai berikut:

1.  Personal

a.  Memberikan penjelasan tentang skabies kepada ibu pasien sebagai pengasuh yang

sehari-hari bersama pasien, apa penyebabnya, bagaimana cara penularannya, gejala-

gejala, dan cara pengobatan yang tepat.

 b.  Memberikan penjelasan pada pasien bahwa penyakit skabies bisa sembuh apabila

 berobat secara teratur jadi walaupun keluhan sudah tampak membaik pengobatan harus

tetap dilakukan sampai beberapa hari sehingga tungau benar-benar mati.

c.  Memberi penjelasan mengenai penyakit status gizi dari pasien, apa-apa saja yang

kemungkinan menjadi penyebab berat badan pasien yang tidak bisa naik sesuai

umurnya, apa saja yang bisa terjadi apabila gizi buiruk ini terus berlanjut selain dapat

mengganggu pertumbuhan juga berdampak pada perkembangan walaupun saat

Page 12: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 12/18

12

kunjungan perkembangan pasien menurut tes denver masih sesuai umur namun harus

tetap diperhatikan tingkat konsumsi pasien dan pengaturan pola makan agar intake

makanan bisa lebih baik serta pemebrian vitamin.

d. Memberi penjelasan kepada ibu pasien bahwa penyakit skabies ini sangat berhubungan

dengan lingkungan dan prilaku hidup bersih jadi disarankan kepada ibu pasien untuk 

mencuci sprei dengan air panas, menyetrika pakaian anak, menjaga kebersihan tubuh

anak, memakaikan sendal ketika bermain di tanah. Serta memperbaiki ventilasi di

rumah sehingga cahaya bisa masuk dan kamar tidak lembab yang mempermudah hidup

tungau penyebab skabies. 

2. Komprehensif 

Pencegahan Primer :

a.  Memberikan penjelasan kepada ibu pasien tentang Skabies, penyebabnya, bagaimana

cara penularannya, gejala-gejala, dan cara pengobatan Skabies (Promosi kesehatan ).

 b.  Menyarankan kepada ibu pasien dan anggota keluarga yang lain agar makan makanan

yang cukup bergizi serta mengatur pola makan yang baik (Promosi kesehatan).

c.  Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pentingnya membersihkan rumah,

 pentingnya ventilasi dengan membuat ventilasi atau jendela ± (Promosi kesehatan).

d.  Menganjurkan agar ibu pasien tidak sampai tertular skabies dari anaknya dengan

menyampaikan cara pencegahannya, yaitu

  Mengganti sprei secara teratur minimal 2x seminggu, kasur setidaknya dijemur 

sebulan sekali

  Menjaga kebersihan rumah serta merapikan benda-benda yang tidak terpakai

selain mengurangi nyamuk juga dapat mencegah hidupnya tungau penyebab

skabies

Pencegahan Sekunder :

a.  Memberikan pengobatan skabies yang tepat dan mengingatkan pasien untuk tetap rajin

mengoleskan obat pada anaknya walaupun keluhan telah berkurang (Pengobatan tepat).

 b.  Mengingatkan pasien apabila terdapat anggota keluarga yang mengalami gejala yang

sama untuk cepat berobat ke puskesmas (Deteksi dini).

c.  Mencuci pakaian yang dipakai anaknya dengan merendam pada air panas kemudian

disetrika untuk membunuh tungau.

Page 13: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 13/18

13

d.  Memberikan makanan tambahan untuk terapi pemulihan berupa susu SGM presinutri

dan biscuit susu secara berkala selama 3 bulan serta memberikan pola pemberian makan

yang tepat untuk anak-anak serta tambahan vitamin. Apabila anak tidak mau makan

disrankan untuk memberikan makanan dengan frekuensi yang sering walaupun dalam

 porsi kecil dan menimbang berat badan secara rutin tiap bulan.

Pencegahan Tersier : 

a.  Apabila pasien mengalami sakit lain sebaiknya cepat memeriksakan penyakitnya dan

mengobatinya untuk menghindari timbulnya komplikasi.

 b.  Menjelaskan kepada pasien bahwa terdapat banyak komplikasi dari apabila terjadi gizi

 buruk dalam jangka waktu yang panjang (misal :penyakit infeksi yang dapat menjadi

lebih berat). Menyarankan pasien memeriksakan diri apabila terjadi penyakit yang tidak 

sembuh-sembuh dengan pengobatan biasa. Penyakit skabies yang dialami bisa berakibat

 buruk dengan status gizi pasien. Bisa terjadi infeksi sekunder oleh bakteri dan paling

 buruk bisa terjadi sepseis.

c.  Menjelaskan kepada penderita bahwa terdapat banyak komplikasi dari penyakit gizi

 buruk, yakni status gizi yang sangat dibawah idealnya, dimana penderita akan gampang

terkena penyakit oleh karena imunitas menurun,perkembangan anak menjadi terganggu

(postur tubuh pendek dan kurus), bila terjadi pada golden period maka yang ditakutkan

adalah perkembangan otaknya terganggu, tingkat intelegensi menjadi rendah, penurunan

 perkembangan kognitif, dan terganggunya perhatian.

d.  Menjelaskan kepada pasien mengenai efek samping obat agar dioleskan secara tepat

sesuai petunjuk 

3. Berkesinambungan 

a.  Memantau perkembangan pasien untuk penyakit skabies dan mengecek luasnya lesi

 pada kulit pasien. Pasien saat ini dianjurkan untuk datang ke puskesmas karena saat

kunjungan tidak membawa obat untuk skabies serta mengontrol penyakitnya seminggu

setelah pengobatan.

 b.  Mencatat rekam medis pasien yang berisi perkembangan penyakit pasien. Pengisiin

 berat badan yang tepat pada KMS dan melihat perkembangan berat badan pasien tiap

 bulan setelah diberikan terapi pemulihan

Page 14: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 14/18

14

c.  Menggunakan sistem pendampingan keluarga karena keluarga juga termasuk keluarga

miskin diharapkan pihak banjar dapat memberi bantuan untuk meringankan beban

ekonomi dengan memprioritaskan bantuan dari pemerintah serta pemberian kartu

askeskin sehingga mempermudah keluarga pasien berobat serta pihak puskesmas tidak 

hanya pemantauan kesehatan pasien tetapi juga keluarganya. Dalam hal ini ayah pasien

 juga harus diberikan pengobatan untuk skabies.

4. Koordinatif dan kolaboratif 

a.  Menyarankan kepada keluarganya untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pengawasan

makan pasien agar peningkatan berat badan pasien bisa optimal. Mengantar pasien

setiap kali ada posyandu di balai banjar.

 b.  Menjaga kebersihan tubuh pasien dan melakukan pengobatan skabies serta bersama

menjaga lingkungan untuk mencegah penularan.

c.  Melakukan koordinasi dengan bidan posyandu untuk terus memantau berat badan

 pasien serta merujuk ke puskesmas apabila ditemukan masalah saat posyandu.

d.  Bekerjasama dengan pihak desa untuk memprioritaskan pasien apabila terdapat bantuan

untuk keluarga miskin atau membantu dengan memberikan kesempatan kerja sesuai

kompetensi orang tua pasien. 

5.  Mengutamakan pencegahan

a.  Mengingatkan ibu pasien untuk tetap rajin mengoleskan obat skabies walaupun keluhan

telah berkurang dan menyarankan ayah pasien juga berobat 

 b.  Menjelaskan kepada ibu pasien bagaimana cara-cara untuk mencegah penularan

 penyakit skabies kepada orang-orang di sekitarnya. Adapun cara-caranya adalah sebagai

 berikut:

  Mencuci semua pakaian yang dipakai oleh pasien dengan sebelumnya direndam

dengan air panas jika bisa disetrika serta sprei karena tungau bisa menempel

  Menjemur kasur pada terik matahari untuk membunuh tungau

  Rajin memandikan pasien dan setelah memegang pasien seharusnya mencuci

tangan, menjaga kesehat tiap anggota keluarga sehingga imunitas lebih baik dan

tidak mudah tertular 

  Tidak memakai handuk secara bersama-sama, mencuci semua handuk yang sudah

 pernah dipakai untuk membunuh tungau

Page 15: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 15/18

15

  Merapikan barang-barang yang ada di rumah agar rumah tampak rapi selain

mengusir nyamuk juga bisa membunuh tungau yang menempel di ruangan

  Membuka jendela kamar yang ada sehingga sinar matahari masuk dan membantu

membunuh tungau selain itu adanya ventilasi mampu memberikan pertukaran

udara kamar dengan udara luar yang lebih segar. Menyiram lantai rumah yang

terbuat dari tanah agar debu tidak beterbangan karena anak dengan gizi buruk 

mudah mengalami infeksi.

  Mengingatkan pasien dan keluarganya apabila terdapat anggota keluarga yang

mengalami gejala yang sama seperti pasien, yaitu gatal-gatal terutama di malam

hari, muncul bentol-bentol merah di sela-sela jari ketiak maupun di area tubuh

lain untuk cepat memeriksakan diri ke puskesmas. 

  Melakukan deteksi dini pada seluruh anggota keluarga yang kontak erat dengan

 pasien sebaiknya juga berobat untuk mencegah skabies 

  Menganjurkan pasien dan keluarganya untuk menjaga dan mengatur pola makan

yang sehat (dengan kurangi makanan yang berlemak, banyak mengandung gula,

dan perbanyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan). 

  Menganjurkan pasien dan keluarganya untuk mengadakan olah-raga bersama

secara teratur minimal 3x seminggu, dan menjadikan olah raga bersama sebagai

 bagian dari kebiasaan hidup. Sehingga system imunitas juga lebih baik dan tidak 

mudah terserang infeksi 

  Menyarankan kepada anggota keluarga pasien untuk rileks dan tabah dalam

menjalani hidup serta meningkatkan hubungan spiritual dengan Tuhan yang Maha

Esa. Bagaimanapun kondisi perekonomian sebaiknya tetap memperhatikan

kondisi kesehatan karena sehat belum tentu dengan makanan yang mahal. 

6.  Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungannya

a.  Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini kepada keluarga. Jelaskan

 bahwa penyakitnya ini bisa sembuh, tetapi dengan syarat harus patuh menjalani

 pengobatan yang agak lama, sehingga peran keluarga disini sangatlah besar. Dan tidak 

 perlu takut tertular penyakitnya asal diperhatikan cara-cara pencegahannya. 

b. Memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa penyakit yang dideritanya adalah

 penyakit yang sangat menular, meskipun demikian penularannya masih bisa dicegah

Page 16: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 16/18

16

dengan misalnya mencuci tangan setelah kontak, menjaga daya tahan tubuh dengan

asupan gizi yang memadai serta dengan menjaga kebersihan lingkungan serta ventilasi

rumah yang cukup, mencuci pakaian bekas yang dipakai pasien 

c.  Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga untuk memberikan pengobatan

untuk kepentingan pencegahan kepada anggota keluarga yang lain maupun anak-anak 

lain yang sering bermain bersama pasien 

d. Menjelaskan mengenai pengobatan pasien, bahwa meskipun pengobatannya agak lama,

namun obat dapat diperoleh dengan gratis menggunakan kartu askeskin 

e.  Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga pasien tentang pentingnya hidup sehat

antara lain mengatur pola makan seimbang, olah raga teratur, tidak merokok dan minum

minuman beralkohol.

Page 17: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 17/18

17

FOTO KUNJUNGAN RUMAH

A. Sumur sebagai sumber air keluarga dan

tempat menjemur pakaian

B. Ruang tengah rumah pasien

C. Foto keluarga pasien. Nenek pasien, ayah

pasien, dan ibu pasien

D. Gambar kaki pasien, tampak papul

eritema tanda penyakit skabies

Page 18: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 18/18

18

E. Dapur F. Foto bersama kelian dusun, bidan desa,

pemegang program gizi, dokter muda

Dian, ayah pasien, ibu pasien, dan nenek 

pasien

G. Foto bersama kelian dusun, bidan desa,

pemegang program gizi, dokter muda Vina,

ayah pasien, ibu pasien, dan nenek pasien